STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
DAN TALKING STICK DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN
(Skripsi)
Oleh
ANA PURNAMASARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
DAN TALKING STICK DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN PADA SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN
Oleh
Ana Purnamasari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEMAKE A MATCH
DANTALKING STICKDENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN
Oleh Ana Purnamasari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick dengan memperhatikan sikap terhadap mata pelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperimen. Populasi berjumlah 101 siswa, sampel berjumlah 51 siswa yaitu kelas VIII B dan VIII C yang ditentukan melalui teknik cluster random sampling. Pengumpulan data melalui dokumentasi, tes, dan kuisioner. Pengujian hipotesis menggunakan rumus ANAVA dan t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajaranya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick, dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 4,593 dan nilai sig. 0,037 < 0,05; (2) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap mata pelajaran, dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 32,516 dan nilai sig. 0,000 < 0,05; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran, dibuktikan dengan perolehan Fhitung> Ftabel atau 13,845 > 4,03 dan nilai sig. 0,001 < 0,05; (4) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick pada siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan thitung > ttabel atau 2,171 > 2,048, dan nilai sig. 0,039 < 0,05; (5) terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick pada siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran, dibuktikan dengan thitung > ttabel atau 3,184 > 2,093, dan nilai sig. 0,005 < 0,05.
ABSTRACK
COMPARASION THE RESULT OF IPS TERPADU BY USING COOPERATIVE LEARNING TYPE MAKE A MATCH
AND TALKING STICK BY FOCUSING ON THE ATTITUDE TOWORDS THE LESSON
By
Ana Purnamasari
This research was aimed at finding the comparison on the average result study of IPS Terpadu by using Make a Match and Talking Stick learning models by focusing on the attitude towards the lesson. The method used was comparative with quasy experimental approach. The population were 101 students with a total sample of 51 students (26 students from VIII B and 25 students from VIII C) which was determined by cluster random sampling technique. The data was be found from dokumentation, test, and questionnaire. Hypotesis testing by using ANAVA and t-test two sample independent. The result showed that: (1) there is the a difference between the average of result study between make a match and talking stick learning model. That matter proved by Fhitungis 4,593 with sig. 0,037 < 0,05; (2) there is a difference on the average of result study between students who had positive and negative attitude towards the lesson. That matter proved by Fhitung is 32,516 with sig. 0,000 < 0,05; (3) there is an interaction between learning model and attitude towards the lesson. That matter proved by Fhitung> F tabelor 13,845 > 4,03 with sig. 0,001 < 0,05; (4) there is a difference on the average of result study by using make a match and talking stick among students who had positive attitude towards the lesson. That matter proved by thitung> ttabelor 2,171 > 2,048, with sig. 0,039 < 0,05; and (5) there is a difference the average of result study by using make a match and talking stick among students who had negative attitude towards the lesson. That matter proved by thitung> ttabelor 3,184 > 2,093, with sig. 0,005 < 0,05.
MOTO
“Man jadda wa jada (Siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan berhasil).”
(Negeri 5 Menara)
“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow”
(Albert Einstein)
“Sukses itu perlu do’a, usaha, dan berfikir positif, ”
(Ana Purnamasari)
“Be yourself and be the best for your parents”
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Emplak, Kecamatan Kalipucang
Kabupaten Ciamis Jawa Barat tanggal 13 Juli 1992 dengan
nama lengkap Ana Purnamasari. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan bapak
Aceng Dana Rohana dan Ibu Mutmainah.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu :
1. SD Negeri 02 Purworejo Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2004
2. SMP Negeri 02 Kotagajah Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2007
3. SMA Negeri 01 Kotagajah Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2010
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Lampung melalui jalur PKAB. Pada bulan Januari 2013, penulis mengikuti Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) dengan rute perjalanan
Lampung-Jakarta-Semarang-Solo-Bali-Jogjakarta-Bandung. Pada bulan Juli, penulis mengikuti Program Kuliah
Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-K Terintegrasi) di Desa Muara
Jaya II, kecamatan Kebun Tebu kabupaten Lampung Barat dan Program
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil alamin.
Dengan izin Allah SWT, segala puji hanya milik Allah SWT. Rabb
semesta alam atas izin dan ridho-Nya.
Kupersembahkan dengan tulus kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa memberikan cinta,
kasihsayang, perhatian, semangat, motivasi, dukungan, serta doa yang
menemani langkahku meraih cita-cita.
Adik tersayang yang selalu memberikan perhatian, dukungan, dan
semangat.
Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan kalian menemani dan
berada disampingku disaat suka dan duka
Para pendidik yang kuhormati terimakasih atas bimbingan dan ilmu
yang telah aku dapat selama ini.
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala yang tiada henti
memberikan rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya, hingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian maupun penulisan skripsi ini.
Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam menyelesaikan skripsi ini,
namun berkat bantuan, bimbingan, arahan, serta semangat dari berbagai pihak akhirnya
penulis berhasil menyelsaikan penulisan skripsi ini.
Ucapan teriimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu
kelancaran terselesaikannya penulisan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Drs. Abdurrahman, M. Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerjasama FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M. Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan,
Umum, dan Kepegawaian FKIP Unila.
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Wakil Dekan Bidang
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
sekaligus pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta
memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Drs. Yon Rizal, M. Si, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu
untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Ibu Dr. Pujiati, M. Pd., selaku Pembahas yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi
ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terimakasih kepada ilmu yang telah diberikan
kepada penulis.
10. Kak Wardani yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik kepada
penulis dalam hal administrasi penulisan skripsi.
11. Bapak H.Sunaryo,S.Ag.,M.Pd.I., selaku kepala SMP N 3 Batanghari Nuban
Lampung Timur, Bapak Waluyo, selaku waka kurikulum, Ibu Hidayati, S. Pd,
selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu, dan seluruh Bapak dan Ibu guru yang telah
membantu mengumpulkan data penelitian serta staf pengajar SMP Negeri 3
Batanghari Nuban..
12. Siswa-siswi kelas VIII B dan VIII C yang telah membantu terselesaikannya
13. Kedua orang tuaku, Bapak Aceng dan Ibu Mutmainah yang tak henti melimpahkan
cinta, kasih sayang,nasihat, motivasi, dukungan,dan doa’a tulus yang selalu terucap
demi tercapainya cita-cita. Semoga kelak Allah menyediakan Surga-Nya untuk
kalian.Aamiin Ya Robbal’alamiin....
14. Adikku tersayang Atik Sugiarti terimakasih untuk do’a dan semangatselama ini.
Semoga Allah memberikan balasan yang Indah dan mewujudkan segala impianmu.
Aamiin Ya Robbal’alamiin....
15. Sahabat-sahabatku prodi Ekonomi: Sri Wahyuni, Putri Nurizky, Renni Suryani,
Wahyu Listiana, Eka Wahyu Ningtias, Wulan Oktabryantina, Lianti Isnani, terima
kasih atas dukungan dan motivasi yang kalian berikan untukku, semoga
persahabatan kita takkan terputus, aamiin ya Rob.
16. Saudara-saudaraku Nurul Aini, Dona Ratna Sari, Yuni Setiawati, dan Nuning
Septiana Wati, terimakasih untuk segala yang kalian berikan untukku, semoga Allah
memudahkan kita menggapai impian. Aamiin ya Robbal’alamin.
17. Teman-teman seperjuanganku Novi, Selvita, Hardian, Imam, terimakasih telah
menemani dan membantu.
18. Hafid Achmad Nurudin terimakasih telah menemani, meluangkan waktu, memberi
motivasi dan dukungan, dalam menyelesaikan skripsi ini.
19. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2010, Ayu, Dulan, Kiki, Rosinta, Ana
Rinjani, Arif, Bachtiar, Ekasri, Fitma, Hendra Yulianto, Imam, Joko, Levina, Mela,
Nida, Novi, Pemi, Renita, Rima, Riza, Sis, Tety, Anggi, Dwi R, Dhila, Amel, Rizki,
20. Teman-teman kelompok KKN-PPL SMA Negeri 1 Kebun Tebu Desi, Diah, Wo
Corry, Retno, Ayu, Ajo, Dani, Novrian, Asrul terima kasih atas kebersamaan yang
telah tercipta dalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan bersama canda tawa
kalian. Semoga tetap terjaga kebersamaan kita.
21. Bapak/Ibu KosPrinceseterima kasih atas kesabaran dan pengarahan, semoga tetap terjaga silaturahmi.
22. Teman-teman kosan Nuy, Rika, Sofi, Desfi, Mbak Silvi, Mbak Ria, mbak Novi,
Ayu, Ica, Ela terima kasih telah memberikan motivasi dan semangat serta
kebersamaan kalian selama ini, mohon maaf jika selama ini banyak salah pada
kalian.
23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan, dan doa yag diberikan kepada penulis
mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin....
Bandarlampung 25 Oktober 2015 Penulis
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Paradigma Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu melalui Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake a MatchdanTalking Stickdengan
v
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Mid Semester Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari
Nuban Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 6
2. Langkah-Langkah Model Pemeblajaran Kooperatif ... 22
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Terpadu Kelas VIII Semester 1 dan ... 30
4. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34
5. Definisi Operasional Hasil Belajar Dan Sikap Terhadap Mata Pelajaran ... 47
6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 56
7. Cara untuk Menemukan Kesimpulan Anava... 57
8. Jumlah Siswa Smp Negeri 3 Batanghari Nuban ... 62
9. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 65
10. Distribusi Frekuensi Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Kelas Eksperimen ... 67
11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Yang Memiliki Sikap Positif terhadap Mata Pelajaran pada kelas Eksperimen... 69
12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Sikap Negatif terhadap Mata Pelajaran pada Kelas Eksperimen ... 71
13. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Kontrol ... 73
14. Distribusi Frekuensi Sikap Siswa terhadap Mata Pelajaran Pada Kelas Kontrol ... 75
15. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Positif terhadap Mata Pelajaran pada Kelas Kontrol... 77
16. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang memiliki Sikap Negatif terhadap Mata pelajaran pada Kelas kontrol ... 79
17. Hasil Uji Normalitas Data ... 81
18. Hasil Uji Homogenitas ... 82
19. Peningkatan Hasil Belajar Ips Terpadu Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 84
20. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 86
21. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 87
22. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 88
23.Estimated Marginal Means... 89
24. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 91
vii
Daftar Grafik
Grafik Halaman
1. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Eksperimen...66 2. Kategori Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu
Kelas Eksperimen ...68 3. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki
Sikap Positif pada Kelas Eksperimen...70 4. Tingkat Ketuntsan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Negatif
Pada Kelas Eksperimen ...71 5. Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ...74 6. Kategori sikap siswa terhadap mata pelajaran IPSTerpadu ...76 7. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Positif terhadap
Mata Pelajaran IPS Terpadu pada kelas Kontrol...78 8. Ketuntasan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Sikap Negatif terhadap
Mata Pelajaran pada Kelas Kontrol...80 9. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu kelas
Eksperimen dan Kontrol...84 10. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPS Terpadu antara
Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake a MatchdanTalking stick...94 11. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPSTerpadu antara
Siswa yang Memiliki Sikap Positif dan Negatif terhadap Mata Pelajaran
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Profil SMP Negeri 3 Bataghari Nuban 111
2. Daftra Guru SMP Negeri 3 batanghari Nuban ... 112
3. Kisi-kisi Soal Post Test (Ujicoba) ... 114
4. Ujicoba Pos Tes ... 115
5. Kunci Jawaban Soal Pos Test (Ujicoba)... 120
6. Validitas Soal Post tes ... 121
7. Reliabilitas Hasil Belajar ... 122
8. Tingkat Kesukaran Soal Post Test... 123
9. Daya Beda Soal Post Test... 124
10. Kisi-kisi Angket... 125
11. Kuisioner Tentang Sikap Siswa terhadap mata pelajaran ... 126
12. Uji Validitas Kuisioner... 128
13. Uji Reliabilitas Angket ... 129
14. Kisi-Kisi Soal Pre Test ... 130
15. Soal Pre Tes ... 131
16. Kunci Jwaban Soal Pre Test ... 135
17. Kisi-Kisi Post Test... 136
18. Soal Pos Tes ... 137
19. Kunci Jawaban Soal Post Test... 142
20. Daftar Siswa Kelas Eksperimen (VIII B) ... 143
21. Daftar Siswa Kelas Kontrol (VIII C)... 143
22. Hasil Post Test Kelas Eksperimen... 144
23. Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 145
24. Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen dan Kontrol... 146
25. Tinggi Rendah Hasil Angket Kelas Eksperimen (VIII B)... 147
26. Tinggi Rendah Hasil Angket Kelas Kontrol (VIII C) ... 148
27. Uji Normalitas ... 149
28. Uji Homogenitas... 149
29. Uji Analisis Anava ... 150
30. Uji t-tes ... 151
x
32. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIB ... 155
33. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIB ... 157
34. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIC ... 159
35. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIC ... 161
36. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIIIC ... 163
37. Silabus Pembelajaran... 165
38. Surat keterangan Penelitian ... 167
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GRAFIK... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Rumusan Masalah ... 7
1.5 Tujuan Penelitian ... 8
1.6 Kegunaa Penelitian ... 9
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11
A. Definisi Belajar dan Teori Belajar ... 11
B. Hasil Belajar ... 16
C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
D. Model Pembelajaran Koperatif TipeMake a Match ... 23
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipetalking Stick ... 26
F. IPS Terpadu... 28
G. Sikap terhadap Mata pelajaran IPS Terpadu ... 31
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34
2.3 Kerangka Pikir ... 35
2.4 Anggapan Dasar Hipotesis ... 38
2.5 Hipotesis ... 39
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Metodologi Penelitian ... 40
1. Metode Penelitian ... 40
2. Desain Penelitian... 41
3. Prosedur Penelitian ... 43
3. 2 Populasi dan Sampel ... 45
2. Sampel ... 46
3. 3 Variabel Penelitian ... 46
3. 4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 47
3. 5 Teknik Pengumpulan Data ... 48
1. Dokumentasi ... 48
2. Teknik Tes ... 49
3. Kuisioner ... 49
3. 6 Uji Persyaratan Instrumen Penelitian ... 49
1. Uji Validitas ... 49
2. Uji Reliabilitas ... 50
3. Taraf Kesukaran ... 51
4. Daya Beda ... 52
3. 7 Uji Persyaratan Analisis Data ... 53
1. Uji Normalitas ... 53
2. Uji Homogenitas ... 54
3. 8 Teknik Analisis Data ... 54
1. t-test Dua Sampel Independen ... 54
2. Analisis Varians Dua Jalan ... 56
3. Pengujian Hipotesis ... 57
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 60
2. Visi dan Misi SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 61
3. Keadaan Siswa ... 62
4. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 3 Batanghari Nuban ... 63
4.2 Deskripsi Data ... 64
1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen (modelmake a match) ... 65
2. Deskripsi Data Kelas Kontrol (modeltalking stick) ... 73
4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data... 81
1. Uji Normalitas ... 81
2. Uji Homogenitas ... 82
4.4 Hasil Belajar IPS Terpadu di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 83
4.5 Pengujian Hipotesis... 85
1. Pengujian Hipotesis 1... 86
2. Pengujian Hipotesis 2... 87
3. Pengujian Hipotesis 3... 88
4. Pengujian Hipotesis 4... 91
5. Pengujian Hipotesis 5... 92
4.6 Pembahasan ... 94
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 105
5.2 Saran... 106
1. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.
Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan
manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat di sepanjang kehidupan,
melalui berbagai upaya yang langsung dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua setelah keluarga
merupakan pendidikan formal yang mempunyai peranan untuk
mengembangkan kepribadian anak sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya untuk melaksanakan tugasnya kelak dalam masyarakat.
Pendidikan merupakan suatu proses penyadaran bagi manusia untuk bisa
mengenali potensi-potensi dasar yang dimiliki dan untuk menjadikan manusia
dari tidak tahu menjadi tahu, guna menghindari kebutaan ilmu pengetahuan
dalam era globalisasi. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses upaya
yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku
seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu untuk mencapai sesuatu yang
2
pemerintah untuk terus meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan dilakukan melalui berbagai hal diantaranya dengan menyediakan
semua sarana prasarana pada setiap sekolah, terus memperbaiki kurikulum
yang digunakan, serta meningkatkan jumlah guru profesional.
Guru sebagai pendidik dan pengajar tentu memiliki peranan penting dalam
proses peningkatan mutu pendidikan. Seorang guru dituntut kreatif dan
inovatif dalam menyampaikan pelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa merasa
nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Ketika guru
menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dimengerti maka materi
yang disampaikan gurupun akan semakin mudah dipahamai oleh siswa.
Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru hendaknya dilakukan
dengan model pembelajaran yang sesuai. Terdapat bermacam-macam model
pembelajaran dalam metode kooperatif, dimana siswa dituntut lebih aktif
dibandingakan guru. Model pembelajaran tersebut ada yang berbentuk
permainan, diskusi kelompok, ataupun bekerja secara individu. Semakin
beragamnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru tentu akan
mengurangi rasa bosan para siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Selain itu motivasi untuk mengikuti pelajaranpun akan semakin tinggi. Ketika
motivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar seorang siswa tinggi maka
mereka akan memiliki sikap belajar yang posotif, sehingga diharapkan hasil
3
SMP Negeri 3 Batanghari Nuban adalah salah satu sekolah yang
menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran
oleh para guru. Metode konvensional tidak menuntut siswa untuk lebih aktif
dalam belajar melainkan guru lebih dominan dalam menyampaikan materi
sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa yang disampaikan
oleh guru. Materi yang disampaikan kepada siswa dilakukan dengan cara
caramah, khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu. Penggunaan metode
ceramah yang dilakukan oleh guru dianggap lebih efektif dalam proses belajar
mengajar, guru menerangkan kemudian siswa hanya duduk melihat dan
mencatat apa yang mereka anggap perlu dicatat. Keadaan tersebut tentu
membuat proses belajar mengajar hanya berpusat pada guru, sehingga akan
timbul rasa tertekan pada diri siswa kemudian muncul perasaan tidak senang
terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Kurang bervariasinya model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan belum tercapainya hasil belajar secara maksimal pada mata
pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban. Metode caramah
yang selalu digunakan guru membuat banyak siswa merasa bosan dan akan
menimbulkan sikap negatif terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.
Menurut Thurstone dalam Walgito (2003: 126) menyatakan bahwa, sikap
adalah salah satu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif
dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu
afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak
4
Melihat pengertian sikap tersebut bahwasanya sikap merupakan tingkatan
afeksi yang bersifat positif ataupun negatif dan diarahkan kepada objek
tertentu. Afeksi positif ditandai dengan timbulnya rasa senang sedangkan
afeksi negatif ditandai dengan timbulnya rasa tidak senang terhadap objek dari
sikap itu sendiri. Dengan demikian, objek dapat menimbulkan berbagai
macam sikap, dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada
seseorang.
Objek dalam penelitian ini adalah mata pelajaran IPS Terpadu. Sikap terhadap
mata pelajaran IPS Terpadu dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku
terhadap mata pelajaran IPS Terpadu. Jika seorang siswa memiliki sikap
negatif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu maka siswa tersebut cenderung
melakukan kegiatan yang sifatnya menganggu proses belajar mengajar di
kelas, timbul perasaan tidak suka terhadap pelajaran yang disampaikan, dan
akhirnya materi pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak dapat dipahami
oleh para siswa. Berbeda dengan siswa yang memiliki sikap positif, mereka
akan menyenangi pelajaran IPS Terpadu, aktif bertanya mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, menanggapi apa yang disampaikan oleh
guru, dan selalu menyimak penjelasan secara seksama.
Seorang guru harus mampu merubah sikap negatif seorang siswa terhadap
pelajaran yang disampaikan khususnya pelajaran IPS Terpadu, salah satunya
dengan cara memperbanyak model pembelajaran yang diterapkan dalam
proses belajar mengajar. Model pembelajaran tersebut misalnya talking stick
5
siswa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Kedua
model tersebut sama-sama merupakan model pembelajaran berbentuk
permainan.
Secara umum pada model pembelajaran tipe talking stick guru tetap menyampaikan materi pelajaran, kemudian siswa diberi waktu untuk belajar.
Setelah siswa dirasa cukup dalam memahami materi kemudian guru akan
mulai permainan dengan cara mengoper tongkat sembari menyanyikan sebuah
lagu. Siswa yang memegang tongkat saat lagu berhenti maka siswa tersebut
harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sedangkan pada model
pembelajaranmake a match, siswa harus mencari pasangan atau mencocokkan kartu yang merupakan jawaban atau soal dengan batas waktu yang telah
ditentukan, kemudian siswa yang menemukan pasangannya dengan tepat akan
diberi poin. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match hampir sama dengan talking stick, yaitu guru tetap menyampaikan materi dan memberi waktu pada siswa untuk belajar, namun cara memainkannya berbeda. Kelas
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok “soal” dan “jawaban”, kemudian
mereka dibagi kertas yang berisi soal atau jawaban. Masing-masing dari
mereka harus mencari pasangannya hingga benar. Kedua model tersebut
kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang disampaikan oleh siswa.
Setelah melakukan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 3 Batanghari
Nuban, diketahui bahwa pencapaian hasil belajar IPS Terpadu kelas VIII
belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa kelas VIII yang
6
tabel nilai mid semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari Nuban
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 1. Hasil Mid Semester Pada Siswa Kelas VIII
No Kelas Interval Nilai Jumlah Siswa
<75 ≥ 75
1 VIIIA 14 10 24
2 VIIIB 15 11 26
3 VIIIC 16 9 25
4 VIIID 14 12 25
Persentase 58,42% 41,58% 100%
Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar IPS
Terpadu siswa masih tergolong rendah yaitu siswa yang mencapai KKM
(kriteria ketuntasan minimal) 75 hanya 42 orang siswa dari jumlah 101 siswa
atau hanya 41,58% sedangkan 58,42% berada di bawah KKM. Masih
banyaknya siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM menunjukkan bahwa
tingkat keberhasilan guru dalam menyampaikan pelajaran belum maksimal.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Djamarah dan Zain, (2006: 128)
apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka
prestasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti memilih sikap terhadap
mata pelajaran sebagai variabel moderator, hasil belajar IPS Terpadu sebagai
variabel terikat, serta model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan
talking sticksebagai variabel bebas. Sehingga peneliti mengambil judul“Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu melalui Model Pembelajaran
7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu belum maksimal.
2. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang.
3. Motivasi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi masih
kurang.
4. Belum diterapkannya model pembelajaran yang bervariasi dalam
kegiatan belajar mengajar.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka batasan masalah
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran make a match (XI), model pembelajaran talking stick (X2), sikap terhadap mata pelajaran (Z), dan hasil belajar (Y).
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah dan latar belakang masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a matchdantalking stick?
2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
8
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap terhadap
mata pelajaran?
4. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick bagi siswa yang mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran?
5. Apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match dan talking stick bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a matchdantalking stick.
2. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap mata pelajaran.
3. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan sikap terhadap
mata pelajaran.
4. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
9
5. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dantalking stick bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran.
1.6 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara
lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada perbandingan
penerapan model pembelajaran.
b. Memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa tentang strategi
belajar guna meningkatkan hasil belajar.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa dapat meningkatkan minat belajar, aktivitas belajar,
menimbulkan interaksi antara siswa dan guru dalam proses
pembelajaran.
b. Bagi guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan materi ajar guna meningkatkan hasil belajar.
c. Bagi sekolah diharapkan hasil penelitian menjadi salah satu bahan
rujukan yang bermanfaat guna memperbaiki mutu pembelajaran.
d. Bagi peneliti sebagai bentuk praktik dan pengabdian terhadap ilmu
yang telah di peroleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di
10
e. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan
guna menghasilkan penelitian yang lebih baik.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian terdiri atas:
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah model pembelajaran talking stick, model pembelajaranmake a match, dan sikap terhadap mata pelajaran.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Batanghari Nuban,
Kedaton Lampung Timur.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran
2013/2014.
5. Ilmu
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
Bagian ini akan membahas tinjauan pustaka (definisi belajar dan teori belajar,
hasil belajar, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe
make a matchdantalking stick, IPS Terpadu, serta sikap terhadap mata pelajaran), penelitian yang relevan, kerangka pikir, anggapan dasar hipotesis, dan hipotesis.
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka diartikan sebagai peninjauan kembali pustaka-pustaka yang
terkait. Berikut adalah pemaparan mengenai teori belajar, model
pembelajaran, serta IPS Terpadu.
A. Definisi Belajar dan Teori Belajar 1. Definisi Belajar
Ahmadi (2004: 128) mengatakan belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan. Hal tersebut diperkuat oleh Henry E.
Garret dalam Slameto (2010: 2) yang menyatakan bahwa belajar
merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama
melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan
12
Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa belajar merupakan usaha
sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku dan dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Perubahan tingkah
laku tersebut terbentuk akibat adanya pengalaman pribadi yang terjadi
melalui interaksi antara individu dan lingkungannya.
Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus
sebagai usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan
maupun pengalaman pribadi. Proses belajar akan maksimal jika prinsip
belajar tersebut dipahami dengan baik. Proses belajar yang dialami oleh
siswa ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dalam diri siswa
baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan tahap
perkembangannya yang kemudian dapat dilihat melalui hasil belajar
siswa. Slameto (2010: 27-28) menjelaskan prinsip-prinsip belajar sebagai
berikut.
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksporasi dan belajar dengan efektif.
d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Sesuai hakikat belajar
a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery.
13
mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respons yang diharapkan.
3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya. 4. Syarat keberhasilan belajar
a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan tersebut,
bahwasanya belajar tidak hanya berhenti pada satu titik, namun belajar
dilakukan berdasarkan tahapan yang telah ditentukan. Belajar tidak hanya
dilakukan dalam satu waktu saja, yaitu dilakukan sacara kontinyu atau
berkelanjutan agar diperoleh pemahaman yang sempurna oleh individu.
Materi yang disampaikan dalam proses belajar mengajarpun harus
terstruktur, hal tersebut guna memudahkan para siswa dalam memahami
apa yang disampaikan guru. Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:
10) mengemukakan belajar dengan pendekatan prinsip pendidikan dan
pembelajaran yaitu.
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar, siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa. 3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam proses belajar,
14
memberi peluang untuk belajar kreatif,self evaluationdan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus sebagai
usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan maupun
pengalaman pribadi. Belajar juga memerlukan evaluasi guna mengetahui
seberapa besar pengetahuan yang dikuasai selama proses belajar
mengajar.
2. Teori Belajar
Para ahli mengemukakan beberapa teori belajar yang secara umum
dipelajari, misalnya teori belajar kognitif dan teori belajar
konstruktivisme. Menurut Bruner dalam Suprijono (2010: 24)
perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan
materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap
perkembangan individu. Penyusunan penyajian materi dapat dimulai dari
materi secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan
materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.
Selain teori kognitif, Suprijono ( 2010: 39) juga mengemukakan teori
konstruktivisme.
15
dalam pencarian pemahaman bersama. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah: 1) Prior Knowledge (pengetahuan awal siswa), 2) Conceptual-Change Proces(Proses perubahan konseptual).
Berdasarkan teori belajar tersebut, teori belajar konstruktivisme
merupakan teori belajar yang memiliki keterkaitan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stickmerupakan model pembelajaran yang sama-sama menuntut siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
Hal tersebut sesuai dengan inti dari teori konstruktivisme yang
mengemukakan bahwa belajar sebagai kegiatan manusia membangun dan
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamannya. Pada teori ini setiap siswa akan
mengemukakan suatu pendapat, dan menanggapi pendapat orang lain.
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat tersebut menjadi dasar
bagi diri mereka untuk membentuk sebuah pemahaman baru mengenai
materi pelajaran melalui pengalaman pribadi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Uno (2007: 101) mengungkapkan ciri-ciri
pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme yaitu sebagai berikut: (1)
Tahap persepsi (mengungkap konsep awal dan membangkitkan motivasi
belajar pelajar); (2) Tahap eksplorasi; (3) Tahap perbincangan dan
16
Berdasarkan uraian tersebut, ciri-ciri pembelajaran pada teori
konstruktivisme sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan talking stick. Dikatakan demikian karena dalam pelaksanaannya model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan
talking stick merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Guru akan memberikan motivasi terlebih
dahulu, kemudian menjelaskan konsep pembelajaran dan melakukan
pengembangan dengan cara melakukan permainan make match dan
talking stick, sehingga siswa diharapkan mampu menemukan dan mengembangkan konsep yang diberikan oleh guru.
B. Hasil belajar
Tujuan yang ingin dicapai oleh guru dan siswa dari suatu proses belajar
mengajar salah satunya adalah hasil belajar yang tinggi. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Lina dalam Slameto (2010:
8) menjelaskan bahwa,
17
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan gambaran mengenai tingkat keberhasilan siswa selama proses
belajar mengajar yang diketahui melalui evaluasi yang dilakukan ketika
pokok bahasan yang dipelajari telah usai. Tingkat keberhasilan dari
proses belajar mengajar tertuang dalam bentuk angka yang
menggambarkan tinggi rendahnya nilai yang diperoleh setelah proses
evaluasi. Hasil belajar maksimal menunjukkan bahwa guru dan siswa
telah berhasil dalam proses belajar mengajar, sebaliknya rendahnya hasil
belajar menunjukkan adanya hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar
tersebut.
Terkait hal tersebut, Slameto (2010: 53). Mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya:
1. Faktor intern
a. Faktor Jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
b. Faktor-faktor Psikologis (intelegensi, minat, bakat, motif, dan kesiapan)
c. Faktor kelelahan 2. Faktor ekstern
a. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, dan suasana rumah)
b. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan metode belajar)
c. Faktor masyarakat (mass media, dan teman bergaul)
Melihat berbagai macam faktor yang mempengaruhi hasil belajar
tersebut, sikap sebagai salah satu bagian yang terlahir dari faktor
psikologis tentu memiliki pengaruh terhadap hasil belajar, selain itu
18
pengaruh terhadap hasil belajar. Kedua hal tersebut sama-sama akan
berpengaruh apabila guru tidak memperhatikannya.
Berkaitan dengan hasil belajar, Bloom dalam Sardiman (2005: 23)
menyebutkan tiga ranah yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku
dan kemampuan internal akibat belajar. Masing-masing ranah ini dirinci
lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence) sebagai berikut.
a. Kognitif Domain: (1) Knowledge (pengetahuan, ingatan); (2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); (3) Analysis(menguraikan, menentukan hubungan); (4) Synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru); (5)Evaluation(menilai); (5)Application(menerapkan).
b. Affective Domain: (1) Receiving (sikap menerima); (2)
Responding (memberikan respons); (3) Valuing (nilai); (4)
Organization(organisasi); (5)Characterization(karakterisasi).
c. Psychomotor Domain: (1) Initiatory level; (2) Pre-routine level;
(3)Routinized level.
Berdasarkan tiga ranah untuk mengetahui jenis perilaku dan kemampuan
internal tersebut, Djamarah (2006:107) mengemukakan cara untuk
mengukur keberhasilan proses pembelajaran sebagai berikut.
1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.
3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. 4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.
Bardasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah menempuh proses belajar
yang dicerminkan dalam bentuk angka atau skor dari kegiatan evaluasi.
19
tolak ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat dilihat
dari persentase penguasaan materi oleh siswa. keberhasilan tersebut
dikatakan baik apabila siswa mampu menguasai lebih dari 60% materi
yang diajarkan.
C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22) model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum dan lainnya. Sejalan dengan Trianto,
Suprijono (2010: 46) menyatakan bahwa,
model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru di kelas pada kegiatan pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Merujuk dua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan oleh seorang
guru dalam menyampaikan materi di kelas secara sistematis. Pemilihan
model pembelajaran oleh guru dapat disesuaikan dengan pokok bahasan
20
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran secara umum dibagi menjadi dua yakni secara
kooperatif (kelompok) dan secara individual. Pembelajaran kooperatif
telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian,
tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa,
membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk memahami materi pelajaran, dan
tentu ada saling ketergantungan yang positif antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Slavin dalam Solihatin (2008: 4)
menyatakan bahwa,
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur anggota kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas belajar kelompok, baik secara individual maupun kelompok.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Trianto (2009: 56) yang menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pemebelajaran muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Jadi hakikat sosial dan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pengertian tersebut diketahui bahwa kerjasama
merupakan kunci untuk menentukan keberhasilan dan mencapai
21
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting,
yaitu hasil belajar siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan
pengembangan keterampilan sosial.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan Johnson (Rusman, 2011: 212) ada lima unsur
dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
1.Prinsip ketergantungan (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya tergantung pada usaha yang dilakukan kelompok tersebut.
2.Tanggungjawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3.Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari kelompok lain.
4.Partisipasi dan komunikasi (participation comunication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5.Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi guru untuk memberi evaluasi terhadap proses kelompok.
Kelima unsur tersebut merupakan pedoman dan dasar bagi guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif akan membentuk
pribadi siswa menjadi pribadi yang bertanggungjawab akan tugas
yang diberikan serta melatih mereka untuk bersikap saling menghargai
pendapat orang lain dalam praktik berdiskusi. Menurut Rusman
(2011:207) karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah
22
manajemen koopertif; (3) kemauan untuk bekerjasama; (4)
keterampilan bekerjasama.
Merujuk pada unsur serta karakteristik pembelajaran kooperatif
tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan tujuan utama
meningkatkan hasil belajar siswa. Selain untuk mencapai hasil belajar
kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga lebih
efektif untuk mengembangkan kompetensi sosial siswa.
c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran dimulai dari
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk
[image:43.595.169.511.583.756.2]belajar.
Tabel 2. Langkah-langkah Model Pemebelajaran Kooperatif
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru mrnyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
23
Tabel 2 (Lanjutan 1)
Tahap 4
Membimbing kelompok bekarja dan belajar
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil karyanya.
(Rusman, 2011: 211)
Pembelajaran kooperatif perlu dilakukan untuk menghindari siswa
bersikap individual dan mementingkan diri sendiri, dengan adanya
pembelajaran kooperatif diharapkan siswa lebih bertanggungjawab
dalam menyelesaikan tugasnya, menghargai pendapat orang lain, serta
mampu memahami materi yang sedang dipelajari.
D. Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake a Match
Model pembelajaran make a match serupa dengan metode index card match. Menurut Silberman dalam Hasanah (2009: 21) index card match
(mencocokkan kartu indeks) adalah cara yang menyenangkan lagi aktif
untuk meninjau ulang materi pelajaran dimana siswa berpasangan dan
memainkan kuis dengan kawan sekelasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran dimana setiap siswa memegang kartu soal atau jawaban dan siswa tersebut
dituntut untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu
jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas
waktu tertentu, sehingga membuat siswa berpikir dan menumbuhkan
24
model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk menemukan
pasangan yang sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui
undian secara bebas. Kartu-kartu ini dipersiapkan oleh guru dan
dibagikan kepada setiap siswa. Pada prinsipnya siswa dalam kelas
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok yang memecahkan masalah
dan kelompok yang membawa kartu soal. Tujuan dari model
pembelajaran ini adalah untuk membina keterampilan menemukan
informasi dan kerjasama dengan orang lain serta membina tanggung
jawab untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui kartu
permasalahan.
Menurut Djumiati dalam Febriana, (2011: 4) pada model pembelajaran
kooperatif tipe make a matchterlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal dan memahami
karakteristik masing-masing individu dan kelompok. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat dipahami bahwa model pembelajaran kooperatif tipemake a match bertujuan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, tanggung jawab, serta meningkatkan percaya diri dalam menyelesaikan
suatu masalah. Make a Match merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran, keterampilan mulai dari
tingkat awal maupun tingkat mahir yang dimiliki siswa akan terlihat
dalam pembelajaran ini, sehingga metode kooperatif tipe make a match
cocok diterapkan pada siswa SD atau SMP. Model tersebut dapat
25
pendapat, dan bertanggung jawab. Selain itu, karena model ini termasuk
dalam jenis permainan maka siswa akan merasa senang untuk belajar.
Agar hal tersebut dapat tercapai maka lingkungan dalam pembelajaran
make a match diusahakan agar demokratis yaitu memberikan kebebasan pada siswa untuk mengutarakan pendapat. Berkaitan dengan hal tersebut,
Suyatno (2009:121) mengemukakan langakah-langkah make a match
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi mereview satu bagian soal dan satu bagian jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atas kartu yang dipegangnya;
3. Setiap siswa mencari pasangan dari kartu yang dipenganya dengan diberi batas waktu, yang mendapat kartu pasangannya sebelum waktu habis akan diberi poin;
4. Setelah selesai kartu dikocok lagi dan dilakukan hal yang sama sampai jam pelajaran berakhir;
5. Kesimpulan.
Setelah memahami langkah-langkah metode make a match diketahui melalui model pembelajaran make a match akan timbul suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif. Model pembelajaran
ini dilakukan dengan cara siswa mencari pasangan dalam waktu yang
sudah ditentukan. Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya
sebelum batas waktu yang ditentukan berhak mendapat poin. Setelah
semua siswa berpasangan kemudian mereka akan membacakan hasil
temuan mereka di depan kelas. Namun tidak menutup kemungkinan
26
1. Jika guru tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu
terbuang
2. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa
berpasangan dengan lawan jenisnya
3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik saat presentasi
banyak siswa yang kurang memperhatikan.
Menghindari terjadinya kemungkinan tersebut maka guru harus
benar-benar mempersiapkan metode make a match dengan matang, jangan sampai metode yang diterapkan malah menimbulkan suasana belajar
yang kurang kondusif.
E. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTalking Stick
Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick
adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru. Ode dalam
Sulistyani (2013: 2) menyatakan model pembelajaran talking stickdapat diartikan sebagai model pembelajaran bermain tongkat, yaitu
pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi
pelajaran oleh siswa dengan menggunakan media tongkat.
Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa model pembelajaran
27
mengaharuskan siswa untuk memperhatikan penjelasan guru dengan
seksama dan belajar di rumah agar mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan ketika permainan memutar tongkat secara estafet berlangsung
di kelas. Langkah-langkah permainan ini adalah:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi pegangannya.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, siswa
dipersilahkan untuk menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan diberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya. Demikian seterusnya, sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
Santoso dalam Sulistyani (2013: 4) mengemukakan bahwa model talking stick mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yang semuanya melibatkan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran.
Kelebihan dari model talking stick adalah: (1) menguji kesiapan siswa; (2) melatih membaca dan memahami dengan cepat; (3) agar lebih giat dalam belajar. Sedangkan kekurangan model pembelajaran
talking stick adalah sebagai berikut: (1) membuat siswa senam jantung; (2) membuat murid minder karena belum terbiasa; (3) siswa yang tidak menguasai materi akan merasa tegang.
Kelebihan dan kekurangan tersebut menjadi panduan dalam melakukan
28
tipetalking stick. Ketika ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan hendaknya guru mengondisikan siswa lain agar tidak mengejek agar
tidak menimbulkan rasa minder. Hal tersebut akan menjadi motivasi bagi
para siswa agar lebih giat belajar. Penggunaan model talking stick baik digunakan untuk melatih kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan
secara tiba-tiba namun tetap terasa menyenangkan.
F. IPS Terpadu
IPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu
Pengetahuan Soaial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi dan sebagainya agar tercipta suatu keserasian guna mencapai
tujuan pendidikan. Disiplin ilmu tersebut mempunyai keterpaduan yang
tinggi karena geografi memberikan wawasan yang berkenaan dengan
wilayah-wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi memberikan wawasan
tentang berbagai macam kebutuhan manusia dan sosiologi/antropologi
memberikan wawasan yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan,
struktur sosial dan sebagainya. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat Sapriya (2006: 7).
29
Kemudian Sapriya (2006: 8) mengemukakan karakteristik pembelajaran
IPS yaitu:
1. IPS berusaha mempertautkan teori dan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).
2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersikap komprehensif (meluas dari berbagai imu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini disebut juga sebagai pendekatanintegrated, juga menggunakan pendekatanbroadfiled¸
danmultiresources(banyak sumber).
3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis.
4. Program pembelajran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan, dan memproyeksikan kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.
5. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang labil, sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadi proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.
6. IPS mengutamakan hal-hal, arti, dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.
7. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.
8. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.
9. Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan IPS itu sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa IPS juga
membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu
30
sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan
yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Adanya pendidikan IPS
Terpadu tentu akan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dan membuat mereka mengerti pentingnya kehidupan sosial.
Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Berikut
adalah Standar Kompetensi beserta Kompetensi Dasar IPS Terpadu kelas
[image:51.595.155.512.408.756.2]VIII semester satu dan dua.
Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Terpadu Kelas VIII Semester 1 dan 2
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) Semester 1 1. Memahami permasalahan sosial kaitan dengan perrtumbuhan jumlah penduduk.
1. Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk.
2. Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya.
3. Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan
Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
2. Memahami proses kebangkitan nasional
1. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah
2. Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia
3. Memahami masalah penyimpangan sosial
1. Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids, PSK, dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat.
31
Tabel 3 (Lanjutan 1)
penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat
4. Memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat
1. Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
2. Mendeskripsikan pelaku ekonomi: rumah tangga, masyarakat, perusahaan, koperasi, dan Negara
3. Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat
Semester 2
5. Memahami usaha persiapan
kemerdekaan
1. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia
2. Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia
6. Memahami pranata dan penyimpangan sosial
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial
2. Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat
3. Mendeskripsikan upaya pengendalian penyimpangan sosial
7. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia
1. Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya
2. Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia
3. Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian nasional
4. Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya harga pasar
Sumber: buku IPS terpadu kelas VIII
G. Sikap Terhadap Mata Pelajaran
Secara umum sikap diartikan sebagai reaksi sebelum melakukan suatu
tindakan terhadap situasi tertentu. Sikap yang dalam bahasa Inggris
disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
[image:52.595.153.519.91.506.2]32
Sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam bidang
psikologi, khususnya psikologi sosial, sehingga banyak penelitian di
bidang psikologi sosial yang mengambil sikap sebagai objek penelitian
utama. Menurut Djaali (2008: 114) sikap belajar dapat diartikan sebagai
kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang
berifat akademik.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Thurstone dalam Walgito (2003: 126)
yang menyatakan bahwa.
Sikap adalah salah satu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam sikap, dapat meinmbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang.
Sikap siswa terhadap suatu objek secara tidak langsung akan tergambar
dari bagaimana tindakan yang dilakukan siswa tehadap objek tersebut.
Apabila objek dianggap menarik maka muncul tindakan menyenangi
objek dan siswa akan melakukan berbagai hal positif terhadap objek,
namun sebaliknya ketika objek tersebut dirasa kurang menarik maka rasa
tidak senang yang akan timbul dan mendorong siswa melakukan tindakan
yang bersifat negatif. Sikap belajar yang positif dapat dis