• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETALKING STICKDAN

TIPESNOWBALL DRILLINGDENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

Renni Suryani

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas antara model pembelajaran talking stick dansnowball drilling, serta untuk mengetahui peran kemampuan awal yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung dalam pencapaian hasil belajarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dengan pendekatan komparatif. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan rumus varians dua jalur dan t-test dua sampel independen.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil: (1) ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara model pembelajaran talking stick dan snowball drilling, (2) hasil belajar IPS Terpadu menggunakan model talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model snowball drilling pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, (3) hasil belajar IPS Terpadu menggunakan model pembelajaran talking stick lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan model snowball drilling pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, (4) ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap hasil belajar IPS Terpadu.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

☎✆✝nuls ✞✝ l✟✠✝r✡ ✟n✞ ✝ ☛ ✟☞✞ ✟r ✌✟mpun✍ ✎ ✟✞✟ t✟n✍ ✍✟l 27 Januari 1992 dengan nama lengkap Renni Suryani. Penulis merupakan anak Pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Supar Siswanto dan Ibu Kunti Hayati.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. TK Al-Azhar 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1998 2. SD Al-Azhar 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004 3. SMP Negeri 10 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007 4. SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010

(7)

MOTO

“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah

hendaknya kamu berharap”

(Qs. Al Insyirah: 7-8)

“Hadapilah hari-harimu seperti itu adalah hari terakhirmu, jalankanlah setiap

pengalamanmu seperti itu adalah pengalamanmu yang pertama”

(Jennifer Fertado)

“Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang-ulang doa, ketika Allah

menunda ijabah doa itu. Dialah yang menjamin ijabah doa itu menurut

pilihan-Nya padamu, bukan menurut pilihan seleramu. Kelak pada waktu yang

dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehendaki”

(Ibnu Atha’ilah)

“Sesuatu yang dapat dibayangkan pasti dapat diraih, sesuatu yang dapat

diimpikan pasti dapat diwujudkan

(8)

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadiran Allah SWT

atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya,

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Orangtuaku tercinta terimakasih atas doa, dukungan, dan kasih

sayangnya selama ini. Aku sayang Mama dan Bapak.

Adikku tersayang Lailul Hajriyanti yang selalu memberikan

semangat dan keceriaan untukku.

Keluarga Besarku yang selalu mendoakan dan mendukungku.

Para Pendidik yang selama ini membimbing dan memberikan ilmu

yang bermanfaat untukku, serta nasehat- nasehat yang selalu

membangun.

Teman- teman P. Ekonomi 2010 yang memberikan warna dalam

hidupku dan selalu menyemangati.

(9)

Segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat, kasih sayang,

dan kemurahan yang tiada pernah putus, hingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya sederhana ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, terdapat begitu banyak kekurangan

dan ketidaksempurnaan, baik redaksional, metode penelitian ataupun substansial.

Untuk itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai langkah

perbaikan untuk penulis dalam menyusun karya ilmiah atau laporan lain

dimasa-masa mendatang.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,

bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M. S, selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(10)

serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Drs Tedi Rusman, M.Si., selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan

dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Dr. Eddy Purnomo, M.Pd., selaku penguji yang telah membantu

mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan

kepada penulis.

11. Ibu Hj. Nurhayati, S.Pd., selaku kepala SMP Negeri 10 Bandar Lampung

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadikan SMP

Negeri 10 Bandar Lampung sebagai subjek dalam penelitian ini.

12. Ibu Rostina Dahlia, S.Pd., dan Ibu Suliswati, S.Pd. selaku Wakil Kepala

Sekolah dan Guru Bidang Studi IPS Terpadu di SMP Negeri 10 Bandar

Lampung yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan informasi yang

bermanfaat untuk kepentingan penelitian ini.

13. Mama dan Bapak, terimakasih atas doa, kasih sayang dan dukungan yang

telah diberikan untukku sampai saat ini yang tidak akan bisa aku balas dengan

apapun. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk Mama dan Bapak.

14. Adikku Lala yang menjadi penyemangat dan penghibur tersendiri disaat

(11)

selama ini. Semoga persahabatan kita ini tetap terjalin sampai kapanpun.

16. Teman-teman di Pendidikan Ekonomi: Tetty, Ana, Amel, Wulan, Riza,

Fadhila, Dwi, Levina, Tendy, Nuy, Hendra, dan seluruh teman-teman

angkatan 2010 yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu, terimakasih atas

dukungannya selama ini.

17. Keluarga KKN dan PPL WB Rangers di Desa Waspada, Lampung Barat:

Nandita, Utari, Milda, Ima, Adam, Cicha, Novi, Desi, Tantri, dan Kak Adin.

Terimakasih atas kebersamaan nya, pengalaman bersama kalian takkan

terlupakan.

18. Kak Dani dan seluruh kakak tingkat 2008, 2009 serta adik tingkat 2011, 2012,

2013 di Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada

penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak. Amien.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,

(12)

Halaman HALAMAN JUDUL

✕✖✗✘✙✕✚ D✕F✘ ✕✙✛✗✛ D✕F✘ ✕✙✘ ✕ ✖E✜ D✕F✘ ✕✙✢✕✣✖✕✙ ✤✕✥✘ ✕✙✜✕✣✦ ✛✙✕✧ I. PENDAHULUAN

✕.✜★✩★✪✖✫✬★ ✭★✮ ✯✣★ ✰★ ✬★ ✱... 1

✖.✛✲✫✮✩✳✴✳ ✭★ ✰✳ ✣★ ✰★ ✬★ ✱... 11

✵.✦ ✫✶ ✷★✩★ ✰★✮ ✣★ ✰★ ✬★ ✱✸ .11 D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Kegunaan Penelitian... 13

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 15

1. Belajar ... 15

2. Teori Belajar... 16

3. Hasil Belajar ... 26

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 29

5. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTalking Stick... 32

6. Model Pembelajaran Kooperatif TipeSnowball Drilling... 35

7. Kemampuan Awal... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Pikir... 44

D. Hipotesis ... 53

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 54

(13)

a. Definisi Konseptual Variabel... 59

F. Uji Persyaratan Analisis Data ... 66

1. Uji Normalitas ... 66

2. Uji Homogenitas ... 66

G. Teknik Analisis Data... 67

1. T-test Dua Sampel Independen ... 67

2. Analisis Varian Dua Jalan ... 69

3. Pengujian Hipotesis... 70

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 73

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 10 Bandar Lampung ... 73

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi SMP Negeri 10 Bandar Lampung... 74

3. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 10 Bandar Lampung... 76

B. Deskripsi Data... 78

1. Data Hasil Tes Kemampuan Awal ... 79

a. Data Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 79

b. Data Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 81

2. Data Tes Hasil Belajar... 82

a. Data Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 82

b. Data Tes Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 84

3. Data Tes Hasil Belajar Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86

a. Data Tes Hasil Belajar Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen... 86

b. Data Tes Hasil Belajar Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen... 88

c. Data Tes Hasil belajar Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 91

(14)

◗. ❱❏▲■ P❲❉ P❏❍❏❑ ❳❈❨❩❉❑❬❏❭●❪❉ P❏▲❫❴▲❬❉❑■❯❉❊❭❏❊❪❉ P❏▲ ❪❚❊◆❑❚P... 98 ❫❵ ❈❉❊ ❋● ❍■ ❏❊ ❱■❬ ❚◆❉▲■▲ ... 100 ❛. ❈❉❯❜ ❏❝ ❏▲ ❏❊... 106

1. ❖❭❏❬❉❑ ❜❉❭❏❏❊❝❏▲ ■ P❜❉ P❏❍❏❑❏❊ ◆ ❏❑ ❏❬❉❊❋❋ ●❊❏❏❊❯ ❚❭❉ PTalking Stick

❭❉❊ ❋ ❏❊❯❚❭❉ PSnowball Drilling... 106

2. ❱❏▲ ■ P❲❉ P❏❍ ❏❑❳❈❨❩❉❑❬❏❭●❯❉❊ ❋ ❋●❊ ❏❴❏❊❯ ❚❭❉ PTalking Stick P❉ ❜■❝◆■❊❋❋■❭■ ❜ ❏❊❭■❊ ❋❴❏❊❯❉❊❋❋ ●❊❏❴❏❊❯❚❭❉ PSnowball Drilling

❬❏❭❏▲ ■▲ ❞ ❏▼❏❊❋❯❉❯■ P■❴■❴❉❯❏❯❬●❏❊ ❏❞ ❏P◆■❊❋❋■... 110

3. ❱❏▲ ■ P❜❉ P❏❍❏❑ ❳❈❨❩❉❑❬❏❭●❯❉❊ ❋ ❋●❊❏❴❏❊❯❚❭❉ PTalking Stick P❉ ❜■❝❑❉❊❭❏❝❭■ ❜❏❊❭■❊❋❴❏❊❯❉❊❋❋●❊❏❴❏❊❯ ❚❭❉ PSnowball Drilling

❬❏❭❏▲ ■▲ ❞ ❏▼❏❊❋❯❉❯■ P■❴■❴❉❯❏❯ ❬● ❏❊ ❏❞ ❏P❑❉❊❭❏❝ ... 111

4. ❖❭❏■❊◆❉❑ ❏❴▲ ■❏❊◆❏❑ ❏❯❚❭❉ P❬❉❯❜❉ P❏❍❏❑❏❊❭❉❊❋❏❊❴❉❯❏❯ ❬● ❏❊❏❞ ❏P

◆❉❑❝❏❭❏❬❝❏▲■ P❜❉ P❏❍❏❑ ❳❈❨❩❉❑❬❏❭●... 113

V. KESIMPULAN DAN SARAN

❖. ❪❉▲■❯ ❬● P❏❊... 115 ❲. ❨❏❑ ❏❊ ... 116 DAFTAR PUSTAKA

(15)

❤♠ ♥el Halaman ♦♣ qrs t✉✈ t✇①②③②s ④②⑤⑥⑦①⑧②⑤ ⑨r✇ ⑩❶② ✉rs ❷⑥⑥⑥♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣❸ ❹♣ ⑦②❺② ✉t④ tr❺ ❻r❺ ❼❽② ✉② ❾r❺♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣❸ ❿ ❿♣ ➀②sr t❺⑦②❺ ② ✉t④ tr❺♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➁➁ ❸ ♣ ⑥❺✇t➂r④➃⑤❷r⑤tr➄② ✉♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➅ ➆ ➁ ♣ ⑧ t❺❼➂r④r❺➇②s r⑤❺❻r❽② ✉tr➄t✉t④rs♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➅❸ ➅♣ ❽⑩③ ⑩s➈❺s ⑩⑤⑧ r➄② ✉⑦②⑤s tr ⑨r❺➉❺r ❾r➀ ⑩r➊r ✉r❺♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➅ ➋ ➌♣ ⑦②❺②❺ ④ ⑩r❺ ❶②s t③ ⑨ ⑩✉r❺q t⑨➃④②s ts➉❺r ❾r♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➌➆ ➍♣ ➎r③r ➏❺r③ r❶② ⑨r ✉r①②➂ ➃✉r ➐❻r❺ ❼⑦②⑤❺r ➐✈ ②❺ ➑r➄r④♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➌❿ ➋♣ ①r⑤r❺r✇r❺⑦⑤rs r⑤ r❺r➒②✇ ⑩❺❼♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➌➍ ♦➆♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t➓⑤ ②➂⑩②❺s tqrs t✉⑧②s❶②③ r③ ⑨ ⑩r❺➉➔r ✉

❶② ✉rs→➂s ⑨②⑤ t③②❺♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➍➆ ♦ ♦♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t➓⑤ ②➂⑩②❺s tqrs t✉⑧②s❶②③r③⑨⑩r❺➉➔r ✉ ❶② ✉rs ❶➃❺④⑤➃✉♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➍♦ ♦ ❹♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t➓⑤ ②➂⑩②❺s tqrs t✉➇② ✉r ➑r⑤⑥⑦①⑧②⑤⑨r✇⑩❶② ✉rs→➂s ⑨②⑤ t③②❺♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➍❿ ♦ ❿♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t➓⑤ ②➂⑩②❺s tqrs t✉➇② ✉r ➑r⑤⑥⑦①⑧②⑤⑨r✇⑩❶② ✉rs ❶➃❺ ④⑤➃✉♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➍➁ ♦❸♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t➓⑤ ②➂⑩②❺s tqrs t✉➇② ✉r ➑r⑤⑥⑦①⑧②⑤⑨r✇⑩❶②③r③⑨⑩r❺➉➔r ✉

⑧ t❺❼ ❼ t❶② ✉rs→➂s ⑨②⑤ t③②❺♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➍➌ ♦➁♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t ➓⑤②➂⑩②❺s t qrs t✉➇② ✉r ➑r⑤⑥⑦①⑧②⑤ ⑨r✇ ⑩

❽②❺ ✇r ➐❶② ✉rs→➂s ⑨②⑤t③②❺♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣ ➍➋ ♦➅♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t➓⑤ ②➂⑩②❺s t qrs t✉ ➇②✉r ➑r⑤ ⑥⑦①⑧②⑤ ⑨r✇ ⑩❶②③ r③ ⑨ ⑩r❺➉➔r ✉

⑧ t❺❼ ❼ t❶② ✉rs ❶➃❺ ④⑤➃✉♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣♣♣♣ ♣➋♦ ♦ ➌♣ ➀ ts④⑤t➄⑩s t➓⑤ ②➂⑩②❺s tqrs t✉➇② ✉r ➑r⑤⑥⑦①⑧②⑤⑨r✇⑩❶②③r③⑨⑩r❺➉➔r ✉

(16)
(17)

Ga➽bar Halaman

➾ ➚ ➪➶➹➘➴ ➷➬ ➘➮➱➬ ➱➹➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚✃ ❐ ❒ ➚ ❮➘❰ ➱ÏÐ➶❰➪➶Ñ ➘ÑÒÓ ➘➴ÔÕ ➘Ï➪➶Ï ➘❰Ö ➬❰ Ò ➶➹➱Ñ ➶➴➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚× Ø ❐ ➚ ❮➘❰ ➱ÏÐ➶❰➪➶Ñ ➘ÑÒÓ ➘➴ÔÕ ➘Ï➪➶Ï ➘❰➪Ù ➴Ú ➹ÙÏ➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚× ❒ Û ➚ ❮➘❰ ➱ÏÜ ➶Ï ➘Ý ➘➹Þ ➮ß Ð➶➹Ò ➘àÓ➪➶Ï ➘❰Ö ➬❰ Ò ➶➹➱Ñ➶➴ ➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚× Û ✃ ➚ ❮➘❰ ➱ÏÜ ➶Ï ➘Ý ➘➹Þ ➮ß Ð➶➹Ò ➘àÓ➪➶Ï ➘❰➪Ù ➴Ú ➹ÙÏ➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚× á á ➚ ❮➘❰ ➱ÏÜ ➶Ï ➘Ý ➘➹ß ➱❰Õ ➘➪➶Ñ ➘ÑÒÓ ➘➴ÔÕ ➘ÏÐ➱➴ ➷➷➱ ➪➶Ï ➘❰Ö ➬ ❰Ò ➶➹➱Ñ ➶➴➚➚➚ ➚➚× × â➚ ❮➘❰ ➱ÏÜ ➶Ï ➘Ý ➘➹ß ➱❰Õ ➘➪➶Ñ ➘ÑÒÓ ➘➴ÔÕ ➘Ïã➶➴ à ➘ä➪ ➶Ï ➘❰Ö ➬❰ Ò ➶➹➱Ñ➶➴➚➚ ➚➚åØ × ➚ ❮➘❰ ➱ÏÜ ➶Ï ➘Ý ➘➹ß ➱❰Õ ➘➪➶Ñ ➘ÑÒÓ➘➴ÔÕ ➘ÏÐ➱➴ ➷➷➱ ➪➶Ï ➘❰➪Ù ➴Ú ➹Ù Ï➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚å❒ å➚ ❮➘❰ ➱ÏÜ ➶Ï ➘Ý ➘➹ß ➱❰Õ ➘➪➶Ñ ➘ÑÒÓ➘➴ÔÕ ➘Ïã➶➴ à ➘ä➪ ➶Ï ➘❰➪Ù ➴Ú ➹ÙÏ➚➚➚➚ ➚➚➚➚ ➚➚åÛ ➾Ø➚➮➶➴ ➱➴➷➬ ➘Ú ➘➴❮➘❰ ➱ÏÜ ➶Ï ➘Ý ➘➹Þ➮ß Ð➶➹Ò ➘àÓà➱➪➶Ï ➘❰Ö ➬ ❰ Ò➶➹➱Ñ ➶➴à➘➴

(18)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat

menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian

akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan

setiap peserta didik mengembangkan bakat, minat dan kemampuan yang

secara optimal dan utuh (mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik). Pada intinya adalah memberikan ruang seluas-luasnya bagi

peserta didik untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sehingga

hasil yang akan didapatkan nantinya sesuai dengan hakikat pendidikan itu

sendiri, yakni berkembangnya potensi diri peserta didik dari sisi kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (perbuatan/kemampuan untuk

melakukan sesuatu).

Pendidikan sekolah merupakan lembaga yang tumbuh dan berkembang dari

dan untuk masyarakat serta berperan untuk mencerdaskan dan memajukan

(19)

dalam mengembangkan dan memajukan masyarakat itu sendiri. Pada

dasarnya pendidikan merupakan proses peningkatan pemahaman dan potensi

terhadap individu dalam menghadapi kehidupan ini, oleh karena itu salah satu

tugas pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Dalam mewujudkan tujuan pembelajaran berhasil atau tidaknya dapat dilihat

dari hasil belajar siswa pada setiap mata pelajaran. Salah satu yang dapat

dijadikan tolak ukur keberhasilan sekolah dalam mencetak lulusan yang

berkualitas adalah tercermin dari hasil belajar yang diperoleh atau nilai yang

didapatkan siswa pada setiap mata pelajaran yang disajikan pada sekolah

tersebut, termasuk juga salah satu mata pelajaran yaitu IPS Terpadu.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari

konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,

antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim, 2008: 4). Geografi, sejarah, dan

antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi.

Pembelajaran geografi memberikan wawasan berkenaan dengan

peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan kebulatan

wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode.

Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan

nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi

politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya

dari budaya-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu

(20)

keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep

peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.

Mata pelajaran IPS di sekolah merupakan program pengajaran yang bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah

sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap

masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun

yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala

program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik.

Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa tujuan IPS adalah:

a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu:

a. memberikan kepada Siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.

b. menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah informasi.

c. menolong siswa untuk mengembangkan nilai / sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

d. menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian / berperan serta dalam bermasyarakat

Untuk menunjang tercapainya tujuan IPS tersebut harus didukung oleh iklim

(21)

guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan

kegairahan belajar siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh kemampuan guru dan ketepatan guru dalam memilih dan

menggunakan metode pembelajaran.

SMP Negeri 10 Bandar Lampung merupakan salah satu lembaga pendidikan

formal yang ada di Bandar Lampung. Peneliti tertarik melakukan penelitian di

SMP Negeri 10 Bandar Lampung, khususnya pada kelas VIII, karena peniliti

ingin mengetahui proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah

tersebut, khususnya pada kelas VIII dan dampak pembelajaran terhadap hasil

belajar IPS Terpadu siswa di sekolah tersebut. Selain itu, peneliti ingin

melakukan eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran yang

bersifat student centered dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 10 Bandar

Lampung, umumnya hasil belajar kurang optimal khususnya pada mata

pelajaran IPS Terpadu. Proses pembelajaran IPS Terpadu selama ini bersifat

konvensional, yang hanya berpacu pada penjelasan guru. Sebagai ilustrasi

disajikan data hasil mid semester ganjil 2013/2014 sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

No Kelas Nilai Jumlah Siswa

006970

1 VIII A 14 17 31

2 VIII B 27 6 33

3 VIII C 30 3 33

Siswa 71 26 97

% 73,20% 26,80% 100%

(22)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS Terpadu

siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung masih

belum optimal, ini terlihat dari presentase siswa yang mencapai nilai lebih

dari 70 hanya 26 siswa atau sebesar 26,80% dan sisanya 71 siswa atau

sebesar 73,20% belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). SMP

Negeri 10 Bandar Lampung mempunyai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yaitu tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa

per-mata pelajaran. Hal ini dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan

siswa. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan, diperoleh Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) siswa di SMP Negeri 10 Bandar Lampung

adalah 70. Jika siswa telah mencapai kriteria tersebut maka siswa tidak perlu

mengikuti remedial, sebaliknya jika siswa belum mencapai kriteria yang

diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti remedial.

Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah (2006: 18) apabila pelajaran yang

diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan

siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru IPS

Terpadu di SMP Negeri 10 Bandar Lampung, rendahnya hasil belajar siswa

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti

minimnya pengetahuan guru akan metode-metode pembelajaran, guru hanya

menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, model

pembelajaran konvensional masih sering digunakan dan menyebabkan siswa

(23)

menunjukkan bahwa pembelajaran pada kelas VIII di SMP Negeri 10 Bandar

Lampung kurang efektif. Hal ini menyebabkan kurangnya minat belajar siswa

sehingga hasil belajarpun rendah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen

dengan cara menerapkan model pembelajaran yang bersifat student centered

sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan

bagi siswa. Peneliti tertarik untuk membandingkan hasil belajar IPS Terpadu

siswa kelas VIII di SMP Negeri 10 Bandar Lampung dengan menerapkan dua

model pembelajaran yaitu model Talking Stickdan model Snowball Drilling.

yang merupakan model pembelajaran yang mengacu pada teori pembelajaran

kontruktivisme dan konsep pembelajaran mandiri. Pemilihan model

pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan partisipasi dan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Saat ini metode langsung (ceramah disertai tanya jawab) masih merupakan

metode yang dipilih oleh para pengajar, termasuk dalam mata pelajaran IPS

Terpadu. Walaupun memiliki banyak kelemahan, metode langsung banyak

diterapkan karena dianggap lebih sederhana dan mudah untuk dilaksanakan,

tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep

yang ada pada buku ajar atau referensi lain.

Berdasarkan pemikiran di atas serta melihat hasil belajar siswa yang belum

optimal, maka diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran untuk

menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga pada

(24)

di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan

proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah metode pembelajaran

yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif telah menjadi salah satu pembaharuan dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan secara kelompok kecil supaya siswa

dapat bekerjasama dalam kelompok untuk mempelajari isi materi pelajaran

dengan berbagai keahlian sosial. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan

susana belajar penuh dengan kerjasama dalam menyelesaikan persoalan,

diskusi, mencari informasi dari berbagai sumber dan masih banyak lagi

kegiatan positif lain yang diterapkan sehingga suasana pembelajaran sesuai

dengan prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.

Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses

pembelajaran mulai dari penyampaian materi yang biasanya dominan

dilakukan oleh guru diubah dengan melibatkan peran siswa baik sebagai

tugas kelompok ataupun individu. Guru dalam pembelajaran kooperatif lebih

berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali informasi

dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas.

Adanya unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran

dapat membuat siswa merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan

ini menimbulkan tantangan baru dalam proses pembelajaran yang dapat

(25)

Model pembelajaran kooperatif beragam jenisnya. Hal ini memudahkan guru

untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan,

pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal peserta

didik seperti kemampuan awal siswa. Diantara beberapa model pembelajaran

dipilih yaitu model kooperatif tipeTalking StickdanSnowball Drilling.

MenurutCarol Locustdalam (Deden: 2010) Model pembelajaran tipeTalking

Stick adalah model pembelajaran yang pada mulanya digunakan oleh

penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau

menyampaikan pendapat dalam suatu forum.

Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk

berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick

diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari.

Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut.

Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta

kepada peserta didk menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu

peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan

menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir

dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogjanya diiringi musik.

Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan

kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah

(26)

peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan

kesimpulan.

Metode Snowball Drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan

yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan. Dalam

penerapan metode Snowball Drilling, peran guru adalah mempersiapkan

paket soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal

latihan dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang peserta

didik yang akan menjawab soal nomor 1. Jika peserta didik yang mendapat

giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar

maka peserta didik itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya

menjawab soal nomor berikutnya yaitu soal nomor 2. Seandainya, peserta

didik yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal

maka peserta didik itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya

hingga peserta didik tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu

nomor soal tertentu. Jika pada gelindingan (putaran) pertama bola salju masih

terdapat item-item soal yang belum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh

peserta didik yang mendapat giliran. Mekanisme giliran menjawab sama

seperti yang telah diuraikan tersebut di atas. Di akhir pelajaran guru

memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik (Agus

Suprijono, 2009: 74).

Salah satu faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar adalah kemampuan

awal yang dimiliki siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

awal siswa pada saat proses belajar mengajar antara lain, taraf intelegensi

(27)

kemampuan berbahasa, kebiasaan dalam cara belajar, dan sebagainya. Perlu

diperhatikan pula bahwa kemampuan awal juga dapat dilihat dalam

hubungannya dengan keadaan awal pada diri siswa. Berdasarkan kemampuan

itu siswa dapat berkembang dan tetap terbuka kesempatan luas baginya yaitu

untuk memperkaya diri dan mencapai hasil belajar yang tinggi.

Kemampuan awal siswa berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa

yang lainnya, maka di sini guru perlu melakukan program pembelajaran yang

memungkinkan siswa belajar bersama untuk saling membantu, agar dapat

memahami atau mengerti akan kemampuan yang dimiliki oleh anak didiknya.

Karena karakteristik yang dimiliki setiap anak didik berbeda-beda.

Bertolak dari rendahnya hasil belajar IPS Terpadu kelas VIII SMP Negeri 10

Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 maka peneliti memilih

kemampuan awal sebagai variabel moderator dan memilih menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipeTalking Stickdan tipeSnowball Drilling.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud

mengadakan penelitian yang berjudul: Studi Perbandingan Hasil Belajar

IPS Terpadu menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Tipe Snowball Drilling dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar

(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Hasil pembelajaran IPS Terpadu masih tergolong rendah. Hal ini tampak

dari jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.

2. Hasil belajar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat

rendah

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Peran guru

masih sangat dominan.

4. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang inovatif dalam proses

penyampaian materi pelajaran yang mengakibatkan kebosanan dan

motivasi belajar siswa menjadi rendah.

5. Guru kurang memperhatikan kemampuan awal siswa yang berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa dan menjadi tolak ukur guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

pembatasan masalah penelitian ini adalah perbandingan hasil belajar IPS

Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe Talking

Stick dengan yang diajarkan menggunakan model Snowball Drilling pada

siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2013/2014. Dengan memperhatikan pengaruh variabel moderator yaitu

(29)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara penggunaan

modelTalking Stickdengan modelSnowball Drilling?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Talking Stick lebih tinggi

dibandingkan menggunakan model Snowball Drilling pada siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi?

3. Apakah penerapan model pembelajaran Talking Stick lebih rendah

dibandingkan menggunakan model Snowball Drilling pada siswa yang

memiliki kemampuan awal rendah?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

awal siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui.

1. Perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara penggunaan model Talking

Stickdengan modelSnowball Drilling.

2. Keefektifan antara model Talking Stick lebih tinggi dibandingkan

menggunakan model Snowball Drilling pada siswa yang memiliki

kemampuan awal tinggi.

3. Keefektifan antara model Talking Stick lebih rendah dibandingkan

menggunakan model Snowball Drilling pada siswa yang memiliki

(30)

4. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap

hasil belajar IPS Terpadu.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada guru mata

pelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar IPS

Terpadu siswa.

2. Memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa tentang strategi dalam

belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kegunaan Praktis

1. Secara praktis bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu memperoleh inovasi

dalam penggunaan strategi sehingga diharapkan dapat meningkatkan

kompetensi guru dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi siswa dapat memberikan nuansa baru dalam kegiatan belajar yang

aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga diperoleh hasil

belajar yang optimal.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Stick dan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Drilling.

2. Subjek Penelitian

(31)

3. Tempat Penelitian

SMP Negeri 10 Bandar Lampung, Kecamatan Tanjung Karang Barat,

Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Ilmu

Ilmu pengetahuan sosial mata pelajaran IPS Terpadu.

5. Waktu Penelitian

(32)

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustaka- pustaka yang

terkait. Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan hal

yang mendasar dalam penelitian. Peneliti harus banyak mengetahui,

mengenal, dan memahami tentang penelitian-penelitian yang dilakukan

sebelumnya agar penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan keotentikannya.

(Fitri Ratna Sari, 2013:15.skripsi/fkip/unila).

1. Belajar

Belajar adalah suatu perbuatan yang relatif permanen dalam suatu

kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Jadi,

kata kunci dari definisi belajar adalah perubahan tingkah laku dimana

perubahan yang terjadi didasari dan timbul akibat praktek, pengalaman,

dan latihan (Slameto, 2003: 71).

Perbuatan belajar adalah perbuatan yang sangat kompleks, proses yang

berlangsung dalam otak manusia. Belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan

(33)

individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan

sosialnya (Hamalik, 2008: 16).

Prinsip-prinsip belajar menurut A.M. Sardiman (2005:24) adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan belajar seorang siswa harus dipertimbangkan dalam rangka menentukan isi pelajaran,

2. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan,

3. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja,

4. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

Prinsip-prinsip belajar tersebut perlu dipahami untuk dapat memberikan

penjelasan tentang usaha pencapaian tujuan belajar melalui kondisi belajar

yang kondusif. Kondisi yang kondusif tersebut dapat diciptakan melalui

kerjasama antara guru dan siswa.

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan ínstruîtíonï ð ñòòñîts, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturïóô ñòòñîts. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik menghidupi (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu (Agus Suprijono, 2009: 74).

2õ Tö÷ øù Bö úaûaø

Berbagai teori mengenai belajar tidak terlepas dari pengertian dasar belajar

itu sendiri yang merupakan suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas

mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi

(34)

bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai

sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

Secara umum teori belajar dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Teori Kognitif

Teori kognitif menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Teori pembelajaran kognitif ini menitikberatkan pada kemampuan kognitif seseorang individu melalui suatu proses pembelajaran. Kemampuan kognitif ini mencakup proses pendidikan berupa kegiatan langsung dan peran langsung seorang individu dalam suatu kejadian. Teori ini menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia.

(sumber:http://coretanpembelajaranku.blogspot.com/2012/11/pengertia n-belajar-menurut-teori.html.ditulis oleh AD Mawardi).

1) Piaget

Menurut Jean Piaget seorang penganut aliran kognitif yang kuat,

bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni: (1)

asimilasi, (2) akomodasi, (3) equilibrasi (penyeimbangan). Proses

asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru

ke informasi struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.

(35)

yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan

antara asimilasi dan akomodasi.

2) David Ausubel

Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausubel mengemukakan

teori belajar bermakna (müýþ ÿnul lüý ✂þÿn ). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan dalam informasi baru dengan

konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang

(Dahar, 1996).

Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung dari

materi itu memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang

relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Bedasarkan

pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausubel

mengajukan 4 prinsip pembelajaran, yakni: (1) pengatur awal

(ý ✄ ☎ý þ ✆ü or ýþ ÿzer), (2) diferensiasi progresif, (3) belajar superordinat, dan (4) penyesuaian integratif.

3) Bruner

Menurut pandangan Bruner, bahwa teori belajar itu bersifat

deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif.

Misalnya teori penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran

menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.

Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar, yaitu: 1. pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman;

2. pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui;

(36)

4. belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.

(sumber:http://coretanpembelajaranku.blogspot.com/2012/11/pengertia n-belajar-menurut-teori.html.ditulis oleh AD Mawardi).

Pengertian belajar menurut teori kognitif di atas menekankan belajar

yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Kognitif yang

berarti kemampuan intelektual seseorang dalam proses belajar. Dengan

demikian belajar secara kognitif merupakan interaksi antara pikiran dan

kejiwaan seseorang dalam pengaturan stimulus yang diterima dan

menyesuaikannya dengan struktur kognitif.

b. Teori Humanistik

Teori humanistik menitikberatkan pada proses pembelajaran pada peran pendidik sebagai fasilitator sebagai seorang manusia untuk memberikan pembelajaran kepada para peserta didiknya. Teori pembelajaran ini menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah salah satu cara untuk membentuk kepribadian manusia dalam lingkungannya untuk menjadi individu yang kooperatif. Dimana diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan diri demi mencapai tujuan hidupnya. (sumber: http://www.kutembak.com/2013/10/teori-pembelajaran-humanistic-kognitif.html. ditulis oleh Ghazali Kareem Iffredista).

1) Bloom dan Krathowl

Teori dalam Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin

telah dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga

kawasan berikut.

a) Kognitif

Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu: i. pengetahuan (mengingat).

ii. pemahaman (menginterpretasikan).

iii. aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah).

(37)

v. sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh).

vi. evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)

b) Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: i. peniruan (menirukan gerak)

ii. penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

iii. ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

iv. perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar) v. naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

c) Afektif

Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

i. pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu). ii. merespon (aktif berpartisipasi).

iii. penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu).

iv. pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya).

v. pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

sumber(http://rahayuchem.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-humanistik-dan.html)

2) Kolb

Seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar menjadi

empat tahap, yaitu; pengalaman konkret, pengalaman aktif dan

reflektif, konseptualisasi, dan eksperimen aktif. pada tahap awal

pembelajaran siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu

kejadian. Pada tahap kedua, siswa secara lambat laun akan mulai

mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, dan mulai

berusaha memikirkan dan memahaminya. Pada tahap ketiga, siswa

(38)

Dan pada tahap terakhir, siswa mampu untuk mengaplikasikan suatu

aturan umum ke situasi yang baru.

3) Honey dan Mumford

Berdasarkan teori yang diterapkan oleh Kolb ini, Honey and

Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada empat

macam atau tipe siswa, yaitu: (1) aktivis, (2) reflector, (3) teoris, (4)

pragmatis.

4) Habernas

Habernas merupakan seorang ahli psikologis yang menurut

pandangangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi,

baik dengan lingkungan maupun dengan sesama. Dengan asumsi ini,

Habernas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu;

belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.

Teori pembelajaran sosial memiliki hubungan yang sangat erat dengan perilaku sebagai proses penguatan dan memiliki kemungkinan untuk mengalami pengulangan. Dalam teori pembelajaran ini juga berlaku proses pemberian hukuman sebagai akibat dari perilaku yang bernilai negatif dan tidak sesuai dengan keharusannya.

(sumber: http://www.kutembak.com/2013/10/teori-pembelajaran-humanistic-kognitif.html. ditulis oleh Ghazali Kareem Iffredista).

c. Teori Behavioristik

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku, tidak lain

adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi

antara stimulus dan respons. Atau dengan kata lain, belajar adalah

(39)

bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara

stimulus dan respons. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini

antara lain: Thorndike (1911), Watson (1963), Hull (1943), dan Skinner

(1968).

Sumber (http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme).

1) Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus

(yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon

(yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya,

menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud suatu

yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret (tidak bisa

diamati). Teori Thorndike dikenal dengan aliran koneksionis .

2) Watson

Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson sebagai proses

interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon

yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur.

Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental

yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai

faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan

mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua yang

terjadi itu penting, tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa

(40)

3) Clark Hull

Teori Hull dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi

Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga

kelangsungan hidup. Teori Hull ini menyebutkan kebutuhan

biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi

sentral. Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull

ialah adanya Incentive motivation dan drive reduction

(pengurangan stimulus pendorong). Kecepatan berespon berubah

bila besarnya hadiahnya (revaro) berubah.

4) Edwin Guthrie

Edwin Guthrie mengemukakan teori kontiguiti yang memandang

bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu

dan respons tertentu. Selanjutnya Edwin Guthrie berpendirian

bahwa hubungan antara stimulus dengan respons merupakan faktor

kritis dalam belajar. Guthrie juga mengemukakan bahwa

hukuman memegang peran penting dalam proses belajar.

menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat,

akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Meskipun demikian,

nantinya faktor hukuman ini tidak dominan dalam teori-teori

tingkah laku. Terutama setelah Skiner makin mempopulerkan ide

tentang penguatan (reinforcement).

5) Skinner

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses

(41)

stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Dari

semua pendukung teori tingkah laku, teori Skiner mungkin yang

paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan belajar.

program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,

pembelajaran berprogram, modul dan program-program

pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus

respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),

merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar

yang dikemukakan Skiner.

d. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran

konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh menusia sedikit

demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan

tidak secara tiba-tiba.

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang

dipelajari. Teori kontrukstivisme lebih memahami belajar sebagai

kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan

memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.

Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar

yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar

sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan

(42)

belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi

perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya

memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa mengkonstruksi

atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui

dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan

yang dimiliki.

(sumber: http://wiare.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-konstruktivisme.html. ditulis oleh Wigih Adi Wibawa).

Hamzah, B. Uno (2008: 101) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran berdasarkan teori konstruktivistik adalah sebagai berikut.

(1) Tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar pelajar).

(2) Tahap eksplorasi.

(3) Tahap perbincangan dan penjelasan konsep. (4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.

Penerapan teori konstruktivistik dalam pembelajaran diketahui dari

beberapa indikator seperti:

1) karakteristik manusia masa depan yang diharapkan

2) konstruksi pengetahuan

3) proses belajar menurut teori konstruktivistik

4) perbandingan pembelajaran tradisional (behavioristik) dan

pembelajaran konstruktivistik

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif

berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang

sedang dipelajari. Paradigma konstruktivistik memandang siswa

(43)

mempelajari sesuatu. Kemampuan awal yang tersebut akan menjadi

dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh karena itu,

meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak

sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar

pembelajaran dan pembimbingan.

Berdasarkan hal di atas, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah

sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan

melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari

orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi

yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberian

tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui

proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan

memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama

tersimpan/diingat dalam setiap individu.

3✝ ✞a✟ ✠✡ B☛✡aa

Sudjana (2005: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik

yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Menurut Hamalik (2008: 155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di

ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut

dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang

(44)

Hasil belajar memiliki arti penting dalam proses belajar mengajar di

sekolah, yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam proses belajar

mengajar. Sudjana (2005) berpendapat, hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau

pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang

dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat

dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,

keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.

Berdasarkan pernyataan di atas, dalam konteks penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengalami interaksi proses pembelajaran. Hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki setelah siswa nemerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut

guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut,

baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu: (a)

keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan

cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada

(45)

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar yaitu:

1. faktor internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang

mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari

dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi

kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motivasi,

perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2. faktor eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan

belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang

kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.

Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,

penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap.

Menurut (Sardiman A.M., 2005: 49) hasil pengajaran itu dapat dikatakan baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses pembelajaran

harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. (Sardiman A.M., 2005: 19)

mengungkapkan bahwa agar memperoleh hasil belajar yang optimal, maka

proses belajar dan pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja

serta terorganisir secara baik.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat

(46)

pembelajaran yang dijadikan tolak ukur keberhasilan dan ketercapaian

tujuan pembelajaran dan seorang siswa dikategorikan berhasil dalam

belajar jika setelah mengikuti proses pembelajaran maka tingkat

pengetahuan yang dimilikinya akan bertambah, serta sikap dan tingkah

lakunya menjadi lebih baik.

4✍ ✎✏ ✑✒✓ P✒✔b✒✓aaa✗✘✏ ✏ ✙✒✖a✚✛✜ aP✒✗✢✒✖✚✛a✗✎✏✑✒✓ P✒✔b✒✓aaa

Menurut Arends (2008) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial, model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang kan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Secara harfiah menurut Isjoni (2009) model pembelajaran adalah

strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar,

sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki

keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran.

Menurut Hasan dalam Solihatin (2008: 4) cooperative mengandung

pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Kegiatan

kooperatif memungkinkan mahasiswa secara individual mencari

hasil nyang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.

Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam

pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjaa sama untuk

memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam

(47)

Slavin dalam Solihatin (2008: 4) mengatakan bahwa cooperative

learningadalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen. Selajutnya dikatakan pula,

keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan

aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara

kelompok .

Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, stuktur tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 2008: 110-111).

a) Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam kelas

b) Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:

1) struktur tujuan individualistik, yaitu tujuan yang dicapai oleh seorang siswa secara individual tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya,

2) struktur tujuan kompetitif, yaitu seorang siswa dapat mencapai tujuan sedangkan siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut, dan

3) struktur tujuan kooperatif, yaitu siswa secara bersama-sama mencapai tujuan, setiap individu mempunyai andil dalam pencapaian tujuan

c) Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.

Menurut (Lie, 2003: 31) model pembelajaran kooperatif harus

menerapkan lima unsur yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab.perseorangan, tatap muka, komunikasi antar

(48)

dilaksanakan dangan baik, maka akan tercipta suasana kerja

kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar

yang tinggi, sehingga kemungkinan hasil belajarpun akan meningkat.

b✣ ✤a✥✦✧a-langkah Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut (Ibrahim M, dkk., 2000: 10).

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.

2) Menyampaikan informasi.

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

4) Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok. 5) Evaluasi atau memberikan umpan balik.

6) Memberikan penghargaan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam menerapkan

pembelajaran kooperatif terdapat tahapan-tahapan tertentu. Hal ini

dilakukan agar penerapan pembelajaran kooperatif berjalan

maksimal dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan oleh Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:

1) meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

(49)

struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

3) tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

✩✪ ✫✬✭ ✬✮a✯ ✰✱✲a✳✫✴ ✴✰✬✮a✭✱✵

Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi

siswa atau peserta didik juga harus mempelajari

keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan-keterampilan kooperatif. Fungsi

keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja

dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja,

guru harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok dan

sosial yang dibutuhkan.

Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000: 47-55), antara lain:

5. Model Pembelajaran Tipe Talking Stick

Talking Stickadalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum. sebagaimana dikemukakan Carol Locust dalam (Deden: 2010) berikut ini.

(50)

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku suku

Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat

berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa

yang mempunyai hak berbicara. Ketika pimpinan rapat mulai berdiskusi

dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat

akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.

Berdasarkan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke

orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila

semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi

ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara

(berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Model pembelajaran tipe talking stick adalah model pembelajaran dengan

bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab

pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Arends (2008:111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,

2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,

3) jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian..............................................................73
Tabel 1. Hasil Belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 10
Tabel  2. Hasil Penelitian yang Relevan
Tabel 3. Desain Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make

Hasil analisis data menunjukkan (1) terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Talking Stick dengan Snowball Throwing pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatakan motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas VII

Senada dengan hal tersebut, penelitian Puspitawangi (2016) juga menunjukkan bahwa model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS Kelas IV di

Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Lingkaran Kelas

Sumber data penelitian adalah rencana pelaksanaan pembelajaran serta hasil belajar tematik terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada siswa kelas V