• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK DAN SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK DAN SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS

ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

Selvita Sari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL

TALKING STICKDANSNOWBALL THROWINGDALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN

MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

SELVITA SARI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya penilaian ranah afektif dalam pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu, khususnya keterampilan sosial siswa di MTs Al-Fatah Natar Lampung Selatan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan upaya menyusun perangkat penilaian afektif tentang keterampilan sosial sebagai penilaian ranah afektif. Sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS Terpadu, maka digunakan model pembelajaranTalking StickdanSnowball Throwinguntuk mencapai tujuan pembelajaran ranah afektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan sosial siswa yang diajar menggunakan modelTalking Stickdengan siswa yang diajar menggunakan modelSnowball Throwingdengan memperhatikan minat belajar siswa sebagai variabel

moderatornya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif yang dilakukan terhadap dua kelas sampel yang dipilih dengan teknik cluster random samplingyang diberikan perlakuan berbeda. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan angket untuk mengetahui minat belajar siswa dan lembar observasi untuk mengetahui keterampilan sosial siswa. Setelah data diperoleh, kemudian dianalisis untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji T-test Independent dan uji Analisis Varian Dua Jalan.

(3)

yang minat belajarnya tinggi. (3) Keterampilan sosial siswa dalam pelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan modelTalking Sticklebih rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan modelSnowball Throwingpada siswa yang minat belajarnya rendah (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap keterampilan sosial siswa.

(4)

PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS

ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Selvita Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Penulis dilahirkan di Gunung Kemala, Kecamatan Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat pada 13 Juni 1991. Anak pertama dari empat saudara, putri dari pasangan Bapak Suandi. S dan Ibu Ida Royani.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis diantaranya. 1. SD Negeri 2 Gunung Kemala diselesaikan pada tahun 2004. 2. SMP Negeri 2 Pesisir Tengah diselesaikan pada tahun 2007. 3. SMA Negeri 1 Pesisir Tengah diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu

(6)

Alhamdulillah Hirobbil Alamin Segala Puji bagi Allah SWT.

Rabb semesta alam yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untukku dalam menyelesaikan karya ini.

Kupersembahkan karya kecil yang sederhana namun butuh perjuangan ini untuk orang-orang tercinta yang menjadi motivator, pendukung, dan bagian

dari kebahagiaan hidupku.

Ayahanda tersayang Suandi. S dan Ibunda tercinta Ida Royani yang senantiasa menyayangi, membesarkan, membimbing, dan mendoakanku untuk dapat menjadi orang yang sukses dan berguna bagi nusa, bangsa,

dan agama.

Adek-adek tersayang Satria Novan, Suhendra Alvin, dan Fatria An nur yang tak henti memberikan semangat serta dukungan kepadaku.

Para Pendidik yang ku hormati

Sahabat dan teman-teman

(7)

Allah tidak merubah keadaan suatu kaum melainkan mereka merubah sendiri keadaan yang ada pada diri

mereka (Ar-Ra d: 11)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (Al-Insyirah: 6-7)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar

(Al-Baqarah: 153)

Kubutuhkan, kudoakan, kuusahakan, kuyakinkan, dan kudapatkan

(Selvita Sari)

Balas dendam termanis adalah dengan meraih kesuksesan (Selvita Sari)

(8)

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah. Rabb semesta alam yang tiada henti memberikan hidayah dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG

PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODELTALKING STICK

DANSNOWBALL THROWINGDALAM PEMBELAJARAN IPS

TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Uswatun Khasanah kita Rasulullah Muhammadshallallahu ‘alaihi wa salam.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama FKIP Unila.

(9)

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung, dan sekaligus sebagai Pembahas Skripsi terima kasih atas arahan, bimbingan, nasehat dan ilmu yang telah bapak berikan.

7. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik terima kasih atas kesabaran, arahan, masukan, ketelitian, serta motivasi dalam membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua kebaikan yang telah bapak berikan.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Sunajaya, S.Pd.I., selaku Kepala MTs Alfatah Natar, terima kasih telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

11. Bapak Vidi Yunivan, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Alfatah Natar, terima kasih atas bimbingan dan informasinya yang

(10)

pasti. Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga dan pikiran tercurah disetiap perjuangan dan do’a menjadi kuncikesuksesan penulis di kemudian hari. Semoga kelak Allah SWT menyediakan jannah-Nya untuk Ayah dan Ibu. Aamiin Ya Rabbal A’lamiin.

13. Papa Afhar dan Mama Yusna Puri, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, semangat, dan bantuannya kepada penulis.

14. Adek-adekku tersayang Satria Novan, Suhendra Alvin, dan Fatria An’nur. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya serta kesuksesan untuk kalian. AamiinYa Rabbal A’lamiin.

15. Sahabat seperjuangan JANS Nurhayati (Nuhay), Nurul Holida (Ajeng), Jenni Ayuningtyas (Jee). Terimakasih atas kasih sayang, kebersamaan, kesetiaan, dan bantuannya kalian sampai saat ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dan persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir masa.

16. Alpiyan Zakki, S.Kom., seseorang yang selalu setia menemani, mendukung, dan memotivasi dalam meraih cita-cita ini.

17. Sahabat dan Saudari Srikandi Wo Fit, Ucci, Ata, Dica, Marlia, Ima, Sayu, Ecci, Mia, Devi, Eka, Astrid, Kak Marcelia, Wo Pepi, dan Dian. Terima kasih atas kebersamaan dan beribu cerita di Tanah rantauan ini. Semoga

Silaturahmi kita selalu terjalin dengan cerita baru diambang kesuksesan. 18. Teman seperjuangan Imam Basuki, Bachtiar Aditya, Ana Purnama. S, dan

(11)

19. Keluarga besar pendidikan ekonomi angkatan 2010 ganjil dan genap terimakasih buat kebersamaan, suka dan duka selama di bangku kuliah. 20. Kakak dan adik tingkat 2008-2015 terima kasih atas semua bantuan dan

motivasinya.

21. Siswa-Siswi MTs Alfatah Natar Lampung Selatan, terimakasih atas

kerjasama dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

22. Keluarga kecil KKN PPL yang takkan pernah terlupa. Inayah, Mbak Mei, Mbak Zima, Hikmah, Lily, Rhisma, Noce dan Imam. Terimakasih telah memberikan banyak pengalaman dan kebahagiaannya selama di Pagar Dewa. 23. Kakak Dani dan Om Herdi, terimakasih yang selama ini selalu membantu dan

mengarahkan dalam penyelesaian skripsi.

24. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Februari 2016 Penulis,

(12)

Tabel Halaman 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII

MTs Alfatah Natar Lampung Selatan ... 28

2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 46

3. Desain Penelitian ... 59

4. Definisi Operasional Variabel... 66

5. Tingkat Besarnya Korelasi... 70

6. Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 71

7. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 76

8. Cara Untuk Menentukan Kesimpulan Hipotesis Anava ... 77

9. Fasilitas / Sarana Prasarana MTs Al Fatah ... 85

10. Distribusi Frekuensi Minat Belajar pada Kelas Eksperimen ... 91

11. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen . 93 12. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen 95 13. Distribusi Frekuensi Minat Belajar pada Kelas Kontrol... 98

14. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ... 101

15. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol... 103

16. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial pada Kelas Eksperimen... 105

17. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen ... 107

18. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ... 109

19. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial Pada Kelas Kontrol ... 110

20. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ... 112

21. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol ... 113

22. Uji Normalitas Keterampilan Sosial Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 115 23. Rekapitulasi Uji Normalitas... 116

24. Hasil Uji Homogenitas... 116

25. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 119

26. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 120

27. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 121

28. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 122

(13)

Gambar Halaman

1. ParadigmaPenelitian ... 55

2. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 91

3. Hasil Angket Minat Belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 94

4. Hasil Angket Minat Belajar Rendah Kelas Eksperimen... 96

5. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 99

6. Hasil Angket Minat Belajar Tinggi Kelas Kontrol ... 102

7. Hasil Angket Minat Belajar Rendah Kelas Kontrol ... 104

8. Keterampilan Sosial Siswa pada Kelas Eksperimen... 106

9. Keterampilan Sosial Siswa pada Kelas Kontrol ... 111

(14)

1. Bagan Struktur MTs Al Fatah

2. Keterangan Struktur MTs Al Fatah Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015

3. Data Guru dan Pegawai MTs Al Fatah 4. Sarana Prasarana MTs Al Fatah

5. Daftar Nama Siswa Kelas VII D yang Menjadi Sampel Penelitian Model Talking Stick

6. Daftar Nama Siswa Kelas VII E yang Menjadi Sampel Penelitian Model Snowball Throwing

7. Silabus Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

9. Kisi-Kisi Penulisan Instrumen Penelitian Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu

10. Daftar Uji Coba Angket (Kuesioner) Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu

11. Hasil Uji Validitas Angket Minat Belajar

12. Hasil Uji Coba Reliabilitas Angket Minat Belajar

13. Kisi-Kisi Penulisan Instrumen Penelitian Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu

14. Daftar Angket (Kuesioner) Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu

15. Format Observasi Keterampilan Sosial Perkelompok/ Siswa 16. Hasil Uji Lembar Observasi Keterampilan Sosial

17. Hasil Uji Coba Reliabilitas Lembar Observasi Keterampilan Sosial

18. Tabel Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen (VII D) dan Kontrol (VII E)

19. Uji Normalitas

20. Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Talking StickdanSnowball Throwingdengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa

21. Profile Plots

22. Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa yang Menggunakan Model Talking StickdanSnowball Throwingdengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Tinggi

23. Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Talking StickdanSnowball Throwingdengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Rendah

24. Keterampilan Sosial Siswa

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

DAFTAR ISI

HALAMAN SURAT PERNYATAAN HALAMAN RIWAYAT HIDUP HALAMAN PERSEMBAHAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Penelitian... 13

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 15

8. Model Pembelajaran Snowball Throwing ... 40

9. Minat Belajar ... 43

B. Penelitian Yang Relevan ... 46

C. Kerangka Pikir ... 47

D. Anggapan Dasar Hipotesis ... 55

(20)

2. Prosedur Penelitian ... 59

b. Variabel terikaat (dependen) ... 64

c. Variabel moderator... 65

D. Definisi Konseptual Variabel ... 65

1. Keterampilan sosial ... 65

2. Model Pembelajaran Talking Stick ... 65

3. Model Pembelajaran Snowball Throwing ... 66

4. Minat ... 66

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 80

1. Sejarah Berdirinya MTs Alfatah Natar Lampung Selatan 80

2. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 83

3. Visi dan Misi MTs Al Fatah ... 87

B. Deskripsi Data ... 88

1. Data Hasil Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Eksperimen... 89

2. Data Hasil Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 96

3. Data Keterampilan Sosial Siswa Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran Talking Stick) ... 104

4. Data Keterampilan Sosial Siswa Kelas Kontrol (Model Pembelajaran Snowball Throwing) ... 109

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 114

(21)

2. Pengujian Hipotesis 2 ... 120

3. Pengujian Hipotesis 3 ... 121

4. Pengujian Hipotesis 4 ... 122

E. Pembahasan ... 125

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 133

B. Saran ... 135

(22)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

layak dalam kehidupanya. Dengan demikian melalui pendidikan siswa

dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, dikembangkan nilai-nilai moral

dan keterampilannya. Sesuai dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 disebutkan, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian, pendidikan

adalah setiap usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku menjadi

perilaku yang diinginkan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang

berlaku, setiap anak harus dididik dengan cara-cara yang sehat agar dapat

mencapai perkembangan intelektual yang maksimal, kepribadian yang baik

yang mencerminkan sifat-sifat kejujuran, serta tanggung jawab agar menjadi

(23)

Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan mengenai Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Secara garis besar tujuan di atas dibagi ke dalam tiga ranah atau aspek, yaitu

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ranah kognitif berisi

tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti

pengetahuan dan keterampilan berpikir. Tujuan ranah afektif berkenaan

dengan kesadaran akan sesuatu, perasaan, dan penilaian tentang sesuatu;

memperhatikan, menunjukkan minat, sadar akan adanya suatu gejala

tertentu, misalnya keindahan dalam musik gamelan, atau arsitektur gedung

lama. Ia menunjukkan kesediaannya untuk mendengarkan atau melihatnya

dan tidak mengelakkannya; merespons atau memberi reaksi terhadap gejala,

situasi, atau kegiatan itu sambil merasa kepuasan; menghargai, menerima

suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruh komitmen terhadap nilai

itu. Ia percaya akan kebaikan nilai itu dan rela untuk mempertahankannya;

mengorganisasi nilai dengan mengkonsepsualisasi dan mensistematisasinya

dalam pikirannya; mengkarakterisasi nilai-nilai, menginternalisasinya,

menjadikannya bagian dari pribadinya dan menerimanya sebagai falsafah

hidupnya. Sedangkan tujuan ranah psikomotorik berisi tentang

perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan

(24)

Ketiga ranah tujuan pendidikan tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian

kita semua dalam pendidikan. Namun, kecenderungan yang ada sampai saat

ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar dari ranah

kognitif atau kecerdasan saja. Sedangkan ranah afektif, dan psikomotorik

sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya kita dapat saksikan, yakni

bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan

pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan

yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap

aspek ini, jika kita mau instropeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para

lulusan, yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.

Hingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih

sulit digarap secara keseluruhan. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih

dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Ranah afektif merupakan ranah

yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak

perilaku seperti perasaan, minat, sikap, moral, konsep diri, dan nilai.

Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun

implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian

tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan

psikomotorik. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran

yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat tercapai. Keberhasilan

pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta

didik mencapai afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan

acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil

(25)

Berdasarkan hasil observasi di MTs Alfatah Natar Lampung Selatan

diketahui bahwa para guru disana hanya melakukan penilaian dari segi

kognitif saja, sedangkan penilaian ranah afektif dan psikomotor belum

terlalu diperhatikan oleh guru. Penilaian hanya dilakukan sebatas pada

pemberian tugas dan pekerjaan rumah.

Hal ini tentu saja menjadi masalah tersendiri karena tidak sesuai dengan

tujuan pendidikan, pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

dalam Putranto (2013: 4), tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan

bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Hal ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan

kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

Kurikulum pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (Madrasah

Tsanawiah), mata pelajaran IPS Terpadu merupakan salah satu mata

pelajaran yang diajarkan. Mata pelajaran IPS Terpadu adalah sekelompok

disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan

manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan

humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam

mempelajari manusia. Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari

ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS merupakan salah satu mata pelajaran

untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama

(SMP/SLTP/MTS). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah

(26)

berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau

fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.

Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah membentuk manusia

indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, memiliki dedikasi, integritas,

serta komitmen tinggi di dalam mengabdikan dirinya secara profesional

untuk menunjang pembangunan nasional, tujuan umum ini tertuang pada

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.

Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di Indonesia tingkat SMP dan MTs,

seperti yang diungkapkan Fajar (2005: 114), yakni: (a) mengembangkan

pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian, keekonomian, kesejarahan

dan kewarganegaraan, (b) mengembangkan kemampuan berfikir, inkuiri,

pemecahan masalah, dan keterampilan sosial, (c) membangun komitmen dan

kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusian, (d) meningkatkan kemampuan

berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik

dalam skala nasional maupun internasional.

Pengembangan ketiga aspek tersebut sangat diperlukan untuk diintegrasikan

pada mata pelajaran IPS, sebab di masa yang akan datang peserta didik akan

menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki

(27)

Untuk mengoptimalisasi kompetensi individu dalam mencapai tujuan

pembelajaran, ternyata di lapangan siswa hanya diajarkan pada aspek

kognitif saja. Hal ini tercermin dalam hasil belajar siswa yang kurang

optimal. Begitu pula dengan sikap yang kurang baik dan kurang terampil

dalam mengimplementasikan konsep IPS dalam kehidupan sehari-hari.

Kenyataannya di lapangan berdasarkan hasil observasi di MTs Alfatah Natar

Tiga diketahui bahwa pada umumnya para guru disana hanya menilai hasil

belajar siswa dengan menggunakan tes dan lebih menekankan pada aspek

penguasaan pengetahuan (ranah kognitif) yang menekankan pada aspek

pengulangan materi dengan cara mengingat/menghafal sejumlah konsep

saja. Dapat dikatakan bahwa hampir semua guru tidak menilai ranah afektif.

Penilaian terhadap ranah afektif masih sangat kurang dan hanya sebatas pada

pembuatan tugas-tugas dan pekerjaan rumah.

Siswa belum memiliki rasa hormat yang tinggi baik kepada guru, kepala

sekolah dan staf sekolah lainnya. Hal ini terlihat dari kebanyakan para siswa

yang masih membangkang kepada guru, mereka tidak menghiraukan

perkataan guru, sehingga terkadang guru harus memberikan hukuman

kepada siswa tersebut. Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan

sekolah pun masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang

datang dalam acara sekolah masih sedikit, misalnya saja kegiatan sholat

dzuhur bersama disekolah. Para siswa terlihat langsung pulang ketika bel

sekolah berbunyi padahal seharusnya mereka harus mengikuti kegiatan

(28)

Pada sebagian siswarespectdan mau menerima peraturan sekolah dengan

baik, tetapi sebagian siswa masih belum menerima peraturan sekolah yang

ada. Dimulai dari hal yang kecil, sebagian siswa masih belum memasukkan

baju seragam sekolah mereka padahal peraturan sekolah menyebutkan

bahwa seragam sekolah harus rapi. Dalam hal lain, ketika bel tanda masuk

setelah jam istirahat berbunyi siswa tidak langsung memasuki kelas mereka,

mereka masih berada di luar kelas sehingga terkadang guru mata pelajaran

terlambat masuk kelas karena para siswanya masih berada di luar. Dalam

kegiatan pembelajaranpun siswa tidak sepenuhnya memperhatikan ketika

guru menjelaskan materi pembelajaran.

Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi hasil

belajar adalah minat belajar siswa. Minat memiliki pengaruh yang besar,

siswa tidak akan belajar dengan baik jika tidak ada ketertarikan belajar dan

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:57) minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diikuti terus menerus

dengan rasa senang dan akan menimbulkan kepuasan atas aktivitasnya.

Minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar karena bila bahan yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan

sebaiknya-baiknya sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu

sesuai dengan minatnya. Apabila minat siswa tinggi terhadap pelajaran IPS

Terpadu, maka siswa akan cenderung belajar lebih giat dan diharapkan

(29)

akan mungkin melakukan sesuatu sehingga akan berpengaruh terhadap

menurunnya hasil belajar.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di MTs Alfatah Natar

Lampung Selatan, keterampilan sosial siswa masih dapat dikatakan rendah.

Hal ini terlihat dari sebagian besar siswa yang belum memiliki rasa hormat

yang tinggi kepada guru, kepala sekolah, maupun staf sekolah lainnya.

Kebanyakan siswa masih membangkang kepada guru mereka tidak

menghirukan perkataan guru sehingga terkadang guru harus memberikan

hukuman kepada siswa. Di samping itu siswa juga belumrespectatau

menerima peraturan sekolah dengan baik sehingga masih banyak siswa yang

melanggar peraturan yang berlaku disekolah serta dalam kegiatan belajar

mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah saja yang membuat

siswa bosan dalam mengikuti pelajaran IPS Terpadu.

Penelitian ini lebih memusatkan perhatian pada keterampilan sosial siswa

dengan memperhatikan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS

Terpadu melalui perbandingan model pembelajaran. Penggunaan model

pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran akan sangat

berpengaruh terhadap terciptanya interaksi dua arah yang melibatkan siswa

secara aktif dalam proses pembelajaran dengan guru yang nantinya akan

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalahTalking

StickdanSnowball Throwing.model pembelajaranTalking Stickmerupakan

(30)

yang berpusat pada siswa.Talking Stickadalah model pembelajaran dengan

bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan

dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. PembelajaranTalking

Sticksangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain

untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang

menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Menurut Huda (2014: 224), model pembelajaranTalking Sticksangat menarik bagi siswa dan dapat meningkatkan aktivitas serta dapat menjalin hubungan yang lebih dekat antara guru dan murid pada sesi tanya jawab. Saat sesi tanya jawab berlangsung guru secara tidak langsung dapat mengamati kemampuan masing-masing peserta didiknya. Dalam model pembelajaran Talking Stick terdapat karakteristik, yaitu merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu

mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.

Snowball Throwingmerupakan salah satu model pembelajaran aktif(active

learning)yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa (Bayor

dalam Hamdayama, 2014: 158).Snowball Throwingadalah paradigma

pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar

mengetahui(learning to know), belajar bekerja(learning to do), belajar

hidup bersama(learning to live together),dan belajar menjadi diri sendiri

(learning to be)(Depdiknas, 2001: 5).

(31)

Berdasarkan pemikiran di atas melihat bahwa belum diterapkannya penilaian

hasil belajar afektif di sekolah, maka perlu digunakan suatu instrumen untuk

mengukur ranah afektif. Selain itu, diperlukan juga suatu rancangan

pencapaian tujuan pembelajaran afektif. Di faktor lain, diperlukan juga suatu

model-model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan guna menumbuhkan minat belajar siswa, karena apabila

model pembelajaran yang digunakan oleh guru dirasakan menarik oleh

siswa maka siswa akan tertarik pada pembelajaran tersebut karena minat

belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul“Studi Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa

yang Pembelajarannya Menggunakan Model Talking Stick dan Snowball

Throwing dalam Pembelajaran IPS Terpadu dengan Memperhatikan

Minat Belajar pada Siswa Kelas VII MTS Alfatah Natar Tahun Pelajaran

2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Kecenderungan yang ada di sekolah hanya menilai prestasi belajar

kognitif saja, sedangkan aspek afektif belum dijamah oleh guru.

2. Ranah afektif belum mendapat perhatian lebih oleh guru.

3. Belum adanya instrument yang dapat digunakan untuk menilai hasil

(32)

4. Belum tercapainya tujuan pembelajaran IPS dari segi ranah afektif,

karena siswa hanya diajarkan pada aspek kognitif saja. Sedangkan

untuk aspek afektif belum disentuh dalam pembelajaran IPS.

5. Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah masih kurang.

6. Rendahnya kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran

yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyengkan.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi pada kajian membandingkan keterampilan sosial

siswa yang pembelajarannya menggunakan modelTalking Stickdan

Snowball Throwingdalam pembelajaran IPS Terpadu dengan

memperhatikan minat belajar siswa sebagai variabel moderatornya.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan antara keterampilan sosial siswa yang diajarkan

menggunakan model pembelajaranTalking StickdanSnowball

Throwingdalam pembelajaran IPS Terpadu?

2. Apakah keterampilan sosial siswa yang pembelajarannya

menggunakan ModelTalking Sticklebih tinggi dibandingkan dengan

siswa yang pembelajarannya menggunakan modelSnowball Throwing

dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang minat belajarnya

(33)

3. Apakah keterampilan sosial siswa yang pembelajarannya

menggunakan ModelTalking Sticklebih rendah dibandingkan dengan

siswa yang pembelajarannya menggunakan modelSnowball Throwing

dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang minat belajarnya

rendah?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar

terhadap keterampilan sosial siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk.

1. Mengetahui perbedaan antara keterampilan sosial siswa yang diajarkan

menggunakan model pembelajaranTalking StickdanSnowball

Throwingdalam pembelajaran IPS Terpadu.

2. Mengetahui efektivitas model pembelajaranTalking Stickdan

Snowball Throwingdalam membentuk keterampilan sosial pada siswa

yang minat belajarnya tinggi.

3. Mengetahui efektivitas model pembelajaran Talking Stick dan

Snowball Throwing dalam membentuk keterampilan sosial pada siswa

yang minat belajarnya rendah.

4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar

(34)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

1. Secara teoritis

1) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan

ilmu yang telah didapat selama kuliah, sehingga tercipta wahana

ilmiah.

2) Bagi para akademisi, dapat digunakan sebagai referensi atau

bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang

pendidikan.

3) Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam

mengembangkan pengetahuan tentang berbagai macam model

pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik untuk

mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Secara Praktis

1) Bagi guru, dapat memberikan masukan dalam memperluas

pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran dalam

peningkatan prestasi belajar siswa.

2) Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian menjadi salah satu

bahan rujukan yang bermanfaat guna memperbaiki mutu

pembelajaran.

3) Bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, dapat

memberi rujukan guna memperbaiki kualitas pendidikan secara

(35)

4) Bagi peneliti sebagai bentuk praktek dan pengabdian terhadap

ilmu yang telah di peroleh serta sebagai syarat menyelesaikan

studi di Universitas Lampung.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah keterampilan sosial siswa, model

pembelajaranTalking Stickdan model pembelajaranSnowball

Throwing.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Semester Genap.

3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al Fatah Natar Lampung Selatan

tahun pelajaran 2014/2015.

4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2014/2015.

5. Ilmu penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan,

(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar merupakan proses perubahan individu yang berlangsung

sepanjang hayat. Belajar juga suatu proses perubahan tingkah laku

yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung

seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi,

emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan

sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar

adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber

pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya

kegiatan belajar.

Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan kearah yang lebih baik dari semua segi, tergantung pada apa yang mereka pelajari.

Sardiman (2008: 93) mengemukakan bahwa “belajar adalah berbuat,

Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan”.

(37)

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah

penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar

terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan

sekitar.

Menurut Hamalik (2008: 29), belajar adalah suatu proses. Belajar

bukan satu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai

tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan Ahmadi (2004: 128),

belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan.

Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2008: 24) adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pembelajaran.

2. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

3. Belajar melalui praktik atau mengalami secara keseluruhan akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, dibandingkan dengan belajar hafalan saja. 4. Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam

tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

Menurut Gane dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10), belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.

Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan

nilai. Perubahan keterampilan, sikap dan nilai tersebut haruslah

(38)

Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) mengemukakan belajar dengan pendekatan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu.

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa. 3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan

bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar

tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.

5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpatisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.

6. Belajar mengalami (exsperiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.

7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh. (Dimyati dan Mudjiono, 2006)

Pengertian belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai penambahan

pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar sama

dengan menghafal karena orang belajar akan menghafal. Pengertian

belajar ini masih sangat sempit, karena belajar bukan hanya membaca

dan menghafal tapi juga penalaran.

Berikut ini akan disajikan beberapa teori belajar menurut para ahli.

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar dalam artian konstruktif ini adalah cara bagaimana

membentuk sebuah kemampuan pengetahuan dalam hal

pengalaman dalam memahami suatu pengertian yang

dimaksimalkan dan dapat dikembangkan. Kemudian ada

(39)

halnya, Piaget juga berpendapat bahwa pada dasarnya setiap

individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang

dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi

pengetahuan yang bermakna: sedangkan pengetahuan yang hanya

diperoleh melalui pemberitahuan tidak akan menjadi

pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk

diingat sementara setelah itu dilupakan (Sanjaya, 2009: 124).

b. Teori Belajar Kognitif

Pendapat dari John Dewey yaitu, bahwa belajar tergantung pada

pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum

seharusnya terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai

kaitan satu sama lain (Sugihartono dkk, 2007: 108), jika diamati

maka hasil belajar dan juga kemampuan siswa dalam menyerap

segala bentuk informasi dari pembelajaran memang memiliki

interaksi dalam hal pengalaman dan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa tersebut sehingga minat siswa akan meningkat dan

terdorong untuk menemukan ide yang brilian dalam setiap

pembelajaran di luar atau di dalam ruangan, kemudian adanya

kurikulum yang terintegrasi juga mempengaruhi kemampuan

siswa dan hasil yang dicapai pada proses belajar akan lebih

(40)

c. Teori Belajar Behavioristik

Ketika akan membahas mengenai teori yang berhubungan dengan

pendidikan maka teori yang paling tepat dan yang berpengaruh

dalam dunia pendidikan adalah teori dari Skinner yang melihat dari

sudut pandang teori behavioristik. Menurut Skinner hubungan

antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan

lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah

laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh para ahli

sebelumnya. Menurut respon yang diterima seseorang tidak

sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan

saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus itu akan

mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon ini memiliki

konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi inilah yang nantinya

mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2008). Dapat

dikatakan bahwa stimulus dan respon merupakan bentuk

persamaan pemahaman dalam siswa yang nantinya akan

membentuk jaringan pemikiran pada kemampuan belajar siswa.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan anak yang diperoleh setelah melalui

kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh pada akhir proses

pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan.

(41)

yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan, dan sebaliknya.

Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Abdurrahman (2003: 28) berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari seseorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Menurut Bloom dalam Putranto (2013: 5) ada tiga ranah (domain)

hasil belajar, yaitu.

1) Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku diantaranya

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

2) Ranah Afektif, terdiri dari lima perilaku yaitu penerimaan,

partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan

pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,

gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.

Sardiman (2008: 49) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran itu

(42)

a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh

siswa.

b) Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik.

Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah

telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga

akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu

permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi

dirinya.

Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan

dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru

dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur,

seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau

kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak pengiring

adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu

transfer belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4).

Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses

pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Seperti

pendapat Sardiman (2008: 19) mengemukakan bahwa agar

memperoleh hasil belajar yang optimal, maka proses belajar dan

pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta

terorganisir.

(43)

1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, seperti.

a. Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motivasi, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani maupun rohani.

2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada dari luar individu yang sedang belajar.

a. Faktor keluarga, merupakan lingkungan utama dalam proses belajar.

b. Faktor sekolah, lingkungan dimana siswa belajar secara sistematis.

c. Faktor masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar merupakan tercapainya

tujuan pembelajaran melalui proses belajar yang perubahan kearah

yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses

belajar baik melalui interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan

siswa dalam belajar tergantung dari aktivitas belajar itu sendiri dan

akivitas siswa tergantung keahlian guru dalam pembelajaran. Hasil

belajar diperoleh siswa setelah melalui belajar yang terlihat salah satu

dari nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes, dan hasil belajar

memiliki arti penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang

dapat di jadikan tolak ukur keberhasilan proses tersebut.

3. IPS Terpadu

IPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata

pelajaran IPS ini ada di tingkat SD, SMP dan SMA. Dalam penelitian

ini akan dibahas tentang IPS Terpadu yang ada ditingkat SMP. Dalam

mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai

(44)

ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek

psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Nasution dalam Rizal (2010: 38) Ilmu Pengetahuan Sosial ialah suatu program pendidikan yang merupakan keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahannya diambil dari berbagai Ilmu Sosial seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi, Antropologi, Sosiologi, Ilmu Politik dan Psikologi.

Konsep IPS, yaitu: (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme.

(Sudrajat, 2011)

Mengetahui tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering

mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan

dari program pendidikan tersebut, Gross dalam Putranto (2013: 27)

menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk

mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam

kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare

students to be well functioning citizens in a democratic society”.

Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil

keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

IPS bertujuan membantu siswa untuk membangun pengetahuan dasar dan sikap yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial untuk melihat realitas kehidupan. Program IPS mencerminkan perubahan alamiah dari pengetahuan, melalui pendekatan integral terbaru untuk

(45)

kesehatan), melihat isu-isu dari berbagai disiplin ilmu, penggunaan teknologi dan hubungan global (Saidiharjo dalam Putranto, 2013: 27).

Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik

tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan

pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan

sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan

menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial

masyarakatnya.

Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi

bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri

sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta

berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS,

tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu

menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan

keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model,

metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan, agar

pembelajaran pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan

upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta

didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini

dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting

(46)

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur

pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan

pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencecoki atau menjejali

peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka,

melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa

yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut

serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta

sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari

pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru

hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan

perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan

benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang

memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi

memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan

wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan

peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi

studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan,

struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,

ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya

dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke

dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang

(47)

sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep, peran,

kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif

konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial.

Karakteristik mata pelajaran IPS SMP antara lain sebagai berikut:

(1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama; (2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu; (3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan

pendekatan interdisipliner dan multidispliner; (4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. (Sudrajat dalam Putranto, 2013: 30).

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta

kehidupan manusia secara keseluruhan.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah

yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun

(48)

Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari

rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputuan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat, pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak

bersifat menghakimi.

8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam

kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens

in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

(49)

Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII MTs Alfatah Natar Lampung Selatan

SM Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1 1. Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan

menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi,

gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah,

dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA

1.1. Letak wilayah dan pengaruhnya bagi

keadaan alam indonesia

1.2. Keadaan alam Indonesia

1.3. Kehidupan sosial masyarakat pada masa

praaksara, Hindu-Budha, dan Islam

1.4. Konektivitas antar ruang dan waktu

KEADAAN PENDUDUK INDONESIA

2.1. Asal usul Penduduk Indonesia

2.2. Ciri atau karakteristik penduduk Indonesia 2.3. Mobilitas penduduk antar wilayah di

Indonesia

2.4. Pengertian dan jenis lembaga sosial

MID SEMESTER

CADANGAN/PENGAYAAN ULANGAN SEMESTER

PENTABULASIAN NILAI RAPORT

2 1. Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya.

POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM

3.1. Pengertian dan pengelompokkan sumberdaya alam

3.2. Potensi dan sebaran sumberdaya alam indonesia

(50)

Lanjutan Tabel 1.

SM Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

2. 2. Menghargai dan percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah,

dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

DINAMIKAINTERAKSI MANUSIA

1.1. Dinamika interaksi manusia dengan

lingkungan

1.2. Saling keterikatan antar komponen alam

1.3. Interaksi manusia dengan lingkungan

alam, lingkungan sosial, budaya dan ekonomi

1.4. Keragaman sosial budaya sebagai hasil

dinamika interaksi manusia

1.5. Hasil kebudayaan masyarakat indonesia

pada masa lalu

MID SEMESTER

CADANGAN/PENGAYAAN ULANGAN SEMESTER

1.5. PENTABULASIAN NILAI RAPORT

Sumber: Data Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu

4. Ranah Afektif

Ranah afektif menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan

karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan dimasyarakat.

Tujuan dilaksanakan evaluasi hasil belajar afektif adalah untuk

(51)

afektif dari kompetisi yang diharapkan dikuasai oleh setiap siswa

setelah kegiatan pembelajaran berlangsung.

Domain afektif memiliki lima tingkatan dari yang rendah sampai

pada yang tinggi, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian,

pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

1. Penerimaan

Memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.

2. Partisipasi

Menikmati atau menerima nilai, norma, dan objek yang mempunyai nilai etika dan estetika.

3. Penilaian dan pembentukan sikap

Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi.

4. Organisasi

Menerapkan dan mempraktikan nilai, norma, etika, dan estetika dalam prilaku sehari-hari.

5. Pembentukan pola hidup

Penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan belajar, sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta proses pembelajarannya (Sunarti dan Rahmawati, 2014: 16).

Ranah afektif seseorang tercermin dalam sikap dan perasaan diri

seseorang yang meliputi.

1. Self concept dan self esteem

Self concept dan self esteem atau konsep diri adalah totalitas sikap dan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. 2. Self efficacy dan contextual efficacy

Self concept adalah keyakinan seseorang terhadap keefektifan kemampuan sendiri dalam membangkitkan gairah dak kegiatan orang lain. Contextual efficacy adalah kemampuan seseorang dalam berurusan dengan keterbatasan faktor luar dirinya pada suatu saat tertentu.

3. Attitude of self-acceptance dan others acceptance

(52)

sikap mampu menerima keberadaan orang lain, yang amat dipengaruhi oleh kemampuan untuk menerima diri sendiri (Amalia, 2013: 24).

5. Keterampilan Sosial

Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011: 17-18) menyatakan

bahwa keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari,

karena memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh

respon positif atau negatif. Karena itu keterampilan sosial merupakan

kompetensi yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang

termasuk di dalamnya peserta didik, agar dapat memelihara hubungan

sosial secara positif kepada keluarga, teman sebaya, masyarakat dan

pergaulan di lingkungan yang lebih luas. Munculnya

masalah-masalah sosial seperti tauran antar pelajar, perkelahian antardesa,

narkoba dan minum-minum, korupsi, disintergrasi bangsa, dan

sebagainya adalah bentuk melemahnya keterampilan sosial dalam

lingkup individu, keluarga, masyarakat bahkan negara.

Keterampilan sosial adalah keterampilan untuk berinteraksi,

berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam kelompok. Keterampilan sosial perlu didasari oleh kecerdasan personal berupa kemampuan mengontrol diri, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab. Untuk selanjutnya kemampuan tersebut dipadukan dengan kemampuan berkomunikasi secara jelas, lugas, meyakinkan, dan mampu

membangkitkan inspirasi, sehingga mampu mengatasi silang pendapat dan dapat menciptakan kerjasama (Maryani, 2011: 18).

Laura Cadler dalam Maryani (2011: 19-21) menjelaskan mengenai

(53)

Keterampilan sosial sangat diperlukan dan harus jadi prioritas dalam

mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar mengembangkan

keterampilan akademik. Hal yang sangat penting dalam

mengembangkan keterampilan sosial adalah mendiskusikan sesama

guru atau orang tua tentang keterampilan sosial apa yang harus

menjadi prioritas, memilih salah satu keterampilan sosial,

memaparkan pentingnya keterampilan sosial, mempraktikkan,

merefleksi dan akhirnya mereview dan mempraktikkannya kembali

setelah diperbaiki, merefleksi dan seterusnya sampai betul-betul

terkuasai oleh peserta didik.

Keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas 4 bagian.

1. Keterampilan dasar berinteraksi: berusaha untuk saling mengenal, ada kontak mata, berbagi informasi atau material. 2. Keterampilan komunikasi: mendengar dan berbicara secara

bergiliran, melembutkan suara (tidak membentak), meyakinkan orang untuk dapat mengemukakan pendapat, mendengarkan sampai orang tersebut menyelesaikan pembicaraannnya. 3. Keterampilan membangun tim/kelompok: mengakomodasi

pendapat orang, bekerjasama, saling menolong, saling memperhatikan.

4. Keterampilan menyelesaikan masalah: mengendalikan diri, empati, memikirkan orang lain, taat terhadap kesepakatan, mencari jalan keluar dengan berdiskusi, respek terhadap pendapat yang berbeda (Maryani, 2011).

Keterampilan sosial tersebut dapat dicapai melalui.

1. Proses pembelajaran: dalam menyampaikan materi guru mempergunakan berbagai metode misalnya bertanya, diskusi, bermain peran, investigasi, kerja kelompok, atau penugasan. Sumber pembelajaran dapat mempergunakan lingkungan sekitar. 2. Pelatihan: guru membiasakan siswa untuk selalu mematuhi

(54)

3. Penilaian berbasis portofolio atau kinerja. Penilaian tidak hanya diperoleh dari hasil tes, tetapi juga hasil dari perilaku dan budi pekerti siswa (Maryani, 2011).

6. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar. Saat ini banyak sekali guru yang

belum paham dengan model pembelajaran. Model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Kualitas dan

keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan

ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model

pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.

Adapun Soekamto dalam Putranto (2013: 45) mengemukakan maksud

dari model pembelajaran adalah: “kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berbagai fungsi pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian,

aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan

Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah

bagi guru untuk mengajar.

(55)

1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000: 9)

Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan

pembelajarannya, sintaks (pola urutan), dan sifat lingkungan

belajarnya. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran

adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap

keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian

kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model

pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan

apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan)

dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki

komponen-komponen yang sama.

Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, menurut

Nieveen suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi

kriteria, yaitu: valid, praktis, dan efektif.

Model pembelajaran secara umum terbagi menjadi dua yakni secara

kooperatif (kelompok) dan secara individual. Pembelajaran kooperatif

telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian,

tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa,

(56)

serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas

kelompok. Pembelajaran kooperatif didalamnya terdapat saling

ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk

sukses. Aktivitas belajar terpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,

mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung

dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif,

siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi

berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan

interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua

siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif

sama atau sejajar.

Solihatin dan Raharjo dalam Putranto (2013: 47) mengungkapkan bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau

membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2006: 239).

Menurut Ibrahim dalam Putranto (2013: 47) model pembelajaran

kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga

Gambar

Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII MTs Alfatah Natar Lampung Selatan
Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan
Tabel  3: Desain Penelitian
Tabel 4. Definisi Operasional Variabel.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan untuk mengetahui jalan yang digunakan oleh pengguna device Garmin untuk menuju suatu lokasi POI. Pengujian rute dengan melakukan perjalanan ke beberapa

• Dapat memberikan desain dan ukuran utama FSO yang dapat digunakan oleh operator dalam wilayah lapangan minyak Kakap di Laut Natuna. • Dapat digunakan sebagai referensi

Penerapan ini mempe- roleh hasil bahwa faktor yang mempengaruhi penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Tengah adalah angka melek huruf dan pengeluaran per kapita dengan model

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Strategi

Atap Galvalum, Zingcalume, Talang, Rangka Baja Ringan Galvalum, Hollow Galvanis/ Galvalum, Genteng Metal, Floordeck, Wiremesh, Roofmesh, Besi Beton, WF, CNP, UNP,

Isroni, A.Md, selaku Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Islam, Tengaran, Salatiga yang telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian.. Purwanto,

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka penelitian diberi judul “PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent