• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBRED HEAD TOGETHER (NHT) DAN LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBRED HEAD TOGETHER (NHT) DAN LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBRED HEAD

TOGETHER (NHT) DAN LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI

BERPRESTASI Oleh

Ahmad Jaenudin

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran dengan memperhatikan motivasi berprestasi siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Way Tuba dengan sampel penelitian meliputi siswa kelas VIII A dan VIII B yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dan angket. Pengujian hipotesis pertama dan keempat

menggunakan anava dua jalur dan pengujian hipotesis kedua dan ketiga menggunakan t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT). 2) Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang diajar menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning

Together (LT). 3) Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki

motivasi berprestasi rendah yang diajar menggunakan model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) lebih rendah dibandingkan dengan yang

diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Together (LT). 4) Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

(2)

HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) DAN LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI

BERPRESTASI (Skripsi)

Oleh

AHMAD JAENUDIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ahmad Jaenudin, dilahirkan di Metro, pada tanggal 4 Juli 1993, sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Samirun dan Ibu Jaenah. Penulis

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bandar Sari Pada Tahun 2005, Kemudian Melanjutkan Di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Ulum Bandar Sari Diselesaikan Pada Tahun 2008, Kemudian Melanjutkan Di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Martapura

Diselesaikan Pada Tahun 2011.

Pada Tahun 2011 Penulis Diterima Sebagai Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Bulan Januari 2014 penulis

(7)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada pemilik segala sumber ilmu pengetahuan, sang maha pencipta, Allah

SWT yang telah melimpahkan karunia dan hidayah

sehingga terselesaikannya skripsi ini

Kupersembahakan karya kecilku ini kepada kedua orang tuaku bapak (Samirun) dan Ibu

(Jaenah) tercinta yang telah memberikan seluruh kasih saying dan pengorbanannya serta

mendoakan keberhasilanku

Bagi kakakku tersayang (Achmad Jamali, Eni Susanti) dan adikku tersayang

(Siti Nuraini, Ahmad Jubaidi, Siti Sofiana Asmaul Hidayah) yang selalu memberikan

semangat dan dukungan serta warna warni dalam

tiap lembar kehidupanku

Seluruh keluarga besarku yang selalu memotivasi dan selalu memberikan semangat serta

mendoakan keberhasilanku

Seseorang yang kelak menjadi makmum setia dalam setiap ibadahku

Para pendidikku yang telah memberikan bongkahan ilmu yang bermanfaat kepadaku

(8)

Moto

“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu

menyesali apa yang belum kita capai” - Schopenhauer

“Semua masusia itu baik jika kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan jika kita bisa

melihat keunikannya, tapi manusia akan buruk dan membosankan ketika kita tidak bisa

melihat keduanya”

-Kata Bijak-

“Manusia yang mulia adalah mereka yang merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi”

-Kata Bijak-

“Setiap hari itu sulit tetapi setiap hari itu terlewati” -Sampakers-

“Mengawali kehidupan baru dengan berfikir positif”

-Penulis-

“Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk

kebenaran abadi”

-Chiang Kai Shek-

“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan”

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya bagi-Nya. Tuhan semesta alam yang tiada henti memberikan hidayah dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skipsi yang berjudul “Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Learning Together (LT) dengan

Memperhatikan Motivasi Berpestasi”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Uswatun Khasanah kita Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian tugas skripsi ini.

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M. Si, selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Dr. Muhammad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

(10)

7. Ibu Dr. Pujiati, S.Pd. M.Pd. selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa.

8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Pd. selaku penguji.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Sunaryo, S.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Way Tuba dan Bapak Irham Wahyu, S.Pd. sebagai guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 4 Way Tuba.

11. Ayah dan Ibu tersayang, terimakasih telah mendidikku menjadi putra kecil yang selalu tersenyum meskipun terkadang air mata menyapa, doa, kasih sayang, dan semua pengorbananmu tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah SWT menyediakan jannah-Nya untuk Ayah dan Ibu.

Amin Ya Rabbal A’lamiin.

12. Kakakku (Achmad Jamali, Eny Susanti) dan adikku tersayang (Siti Nur Aini, Ahmad Jubaidi, Siti Sofiana Asmaul Hidayah) yang telah memberikan semangat dan warna-warni dalam setiap lembaran hidupku.

13. Seluruh keluarga besar tercinta, terima kasih atas support, do’a, perhatian, kasih sayang, motivasi, dan pengorbanannya selama ini, selalu menjagaku sepanjang umur ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin Ya Rabbal A’lamiin.

(11)

Suroto (yang ngakunya ganteng padahal ngak hehe ) serta Edy, Sandi, Irvan, Rdho, Yudha, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. Senyuman bahagia kita akan menjadi bagian dari kenangan yang terbingkai indah dalam hidupku. Semoga selalu dibukakan pintu hati dan pikiran kita untuk terus menambah pengetahuan sebagai salah satu bekal untuk mencapai ridho-Nya. 15. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih atas masukan yang diberikan.

16. Untuk teman-teman seperjuanganku Economic Education ’11, Adik dan Kakak Tingkat Program Studi Pendidikan Ekonomi, terimakasih atas do’a dan kebersamaannya selama ini.

17. Teman-teman KKN-KT Pekon Kenali (Agus Setiawan, Wawan Gunawan, Gusti Ayu (Sayu), Ayu Tiara Putri, Qonita Afriani, Yuliana Ria Ariska, Helchia Shandra Gusalfandia, Fajar Lestari) bersama kalian menambah coretan indah diary hidupku.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati dan ucapan terimakasih. Namun demikian, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Belajar ... 12

2. Hasil Belajar ... 13

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ... 23

(13)

C. Kerangka Pikir ... 37

D. Hipotesis ... 43

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 44

E. Definisi Konseptual Variabel ... 48

F. Definisi Operasional Variabel ... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 67

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 4 Way Tuba ... 67

2. Visi dan Misi SMP Negeri 4 Way Tuba ... 68

3. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 70

4. Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 4 Way Tuba ... 71

5. Kondisi Siswa, Guru dan Pegawai SMP Negeri 4 Way Tuba Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 71

6. Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Way Tuba ... 72

B. Deskripsi Data ... 72

1. Data Motivasi Berprestasi Siswa terhadap Pembelajaran IPS Terpadu ... 73

2. Data Hasil Post Test ... 78

3. Data Tes Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi dan Motivasi Berprestasi Rendah di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84

(14)

1. Uji Normalitas ... 97

2. Uji Homogenitas Varian ... 98

D. Pengujian Hipotesis ... 98

E. Pembahasan ... 100

1. Perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT) ... 100

2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Together (LT) ……….. 3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih rendah dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Together(LT) ………. 4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu ... 110

F. Keterbatasan Penelitian ... 112

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

104

(15)

DAFTAR TABEL

4. Definisi Operasional Variabel ... 50

5. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket ... 53

6. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal ... 54

7. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefesien Korelasi ... 55

8. Uji Reliabilitas Angket Motivasi Berprestasi ... 56

9. Uji Reliabilitas Soal Post Test ... 56

16. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen ... 74

17. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Kelas Kontrol ... 76

18. Distribusi Frekuensi Hasil Post Test (Tahap Akhir) Kelas [[[ Eksperimen ... 79

19. Distribusi Frekuensi Hasil Post Test (Tahap Akhir) Kelas [ Kontrol ... 82

20. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Eksperimen ... 86

21. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Eksperimen ... 89

22. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Kontrol ... 92

23. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Kontrol ... 95

(16)

24. Uji Normalitas sampel Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 97 25. Hasil Uji Homogenitas Varian pada Siswa Kelas

(17)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir ... 42

(18)

DAFTAR GRAFIK

1. Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen ... 75

2. Motivasi Berprestasi Kelas Kontrol ... 77

3. Hasil Post Test Kelas Eksperimen ... 80

4. Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 83

5. Hasil Belajar IPS Terpadu yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Eksperimen ... 87

6. Hasil Belajar IPS Terpadu yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Eksperimen ... 90

7. Hasil Belajar IPS Terpadu yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi Kelas Kontrol ... 93

8. Hasil Belajar IPS Terpadu yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah Kelas Kontrol ... 96

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

12.Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi ... 182

13.Angket Penelitian ... 184

14.Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 187

15.Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 188

16.Hasil Pengkategorian Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen ... 189

17.Hasil Pengkategorian Motivasi Berprestasi Kelas Kontrol ... 190

18.Hasil Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen ... 191

19.Hasil Motivasi Berprestasi Kelas Kontrol ... 192

20.Hasil Uji Validitas Uji Coba Angket ... 193

21.Hasil Realibilitas Uji Coba Angket ... 208

22.Hasil Uji Validitas Instrumen Soal ... 209

23.Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal ... 211

24.Tingkat Daya Beda Soal Hasil Belajar ... 212

25.Tingkat Kesukaran Hasil Belajar ... 213

26.Uji Normalitas Hasil Post Test Model NHT ... 214

27.Uji Normalitas Hasil Post Test Model LT ... 215

28.Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas ... 216

(20)
(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003).

(22)

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah harus terus berupaya mewujudkan kualitas pendidikan melalui perubahan kurikulum yang dapat menggali potensi peserta didik serta menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari proses kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada proses pencapaian tujuan pembelajaran. Mengajar tidak hanya memberikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengajar, terutama bila menginginkan hasil belajar siswa baik.

Kurikulum yang saat ini diterapkan di SMP Negeri 4 Way Tuba menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menetukan suatu model yang sesuai sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan fakta di lapangan.

(23)

satunya dengan memahami motivasi berprestasi siswa, guru dapat membantu siswa memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa sehingga siswa dapat meningkatkan prestasinya di sekolah.

Zubaedi (2012: 288) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di sekolah yang didesain atas dasar fenomena, masalah dan realitas sosial dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu dan humaniora seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, pendidikan. Hal ini berarti bahwa IPS Terpadu mempelajari masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat sehingga harus memadukan berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

(24)

Tabel 1. Hasil MID Semester Ganjil pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 4 Way Tuba kelas VIII Tahun Pelajaran 2014/2015.

No Kelas Nilai Jumlah

Sumber : Guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 4 Way Tuba

Bedasarkan data diatas terlihat bahwa hasil belajar mata pelajaran IPS

Terpadu belum optimal dengan KKM yang ditetapkan sekolah adalah sebesar 70. Ini terlihat dari jumlah siswa yangmemperoleh nilai ≥70 atau yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal hanya 85 siswa atau 59,44%,

sedangkan yang memperoleh nilai <70adalah 58 siswa atau 40,55%. Hal ini senada dengan pendapat Suryosubroto (2009: 47) yang mengemukakan penguasaan minimal bahan pelajaran baik secara perorangan atau kelompok adalah 75%.

Ketidakoptimalan hasil belajar IPS Terpadu dapat terjadi karena beberapa guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat menggali serta mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher

centered) di mana penyampaian materi lebih banyak didominasi oleh guru.

(25)

mental. Proses pembelajaran yang demikian membuat sebagian besar siswa kurang bersemangat dalam belajar. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang bertanya sedikit, kurang berani untuk mengungkapkan pendapat, dan merasa cukup menerima materi yang telah disampaikan oleh guru.

Salah satu perbaikan dan penerapan proses pembelajaran agar optimal adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif di SMP Negeri 4 Way Tuba oleh guru IPS Terpadu masih kurang atau belum terlaksana. Guru mata pelajaran IPS Terpadu menjelaskan bahwa tidak sedikit siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, masih terdapat siswa yang kurang antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal ini menggambarkan bahwa minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu masih rendah. Pemilihan suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, sarana atau fasilitas yang tersedia, tingkat motivasi berprestasi siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

(26)

Penelitian ini hendak menerapkan dua model pembelajaran kooperatif yakni tipe Number Head Together (NHT) dan Learning Together (LT) pada dua kelas. Pemilihan kedua model tersebut dianggap mampu memberikan peningkatan hasil belajar IPS Terpadu dan pada analisis data akan dikaitkan dengan motivasi berprestasi siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe NHT lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.

Menurut Lie (2004 : 58) disebutkan bahwa langkah umum (sintaks) penerapan NHT adalah sebagai berikut.

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 4. Guru memanggil salah satu nomor.

5. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

Model pembelajaran Learning Together (LT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan menekankan terhadap interdependensi positif (perasaan

(27)

individual dan kelompok kecil demi keberhasilan pembelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran learning together adalah sebagai berikut. 1. Guru menyajikan pelajaran.

2. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara

heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain). 3. Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi

dan menyelesaikannya.

4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

5. Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Hasil Belajar IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dan Learning Together dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Masih rendahnya hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Way Tuba. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.

2. Masih terdapat beberapa guru yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional dalam proses belajar di kelas.

3. Masih banyak siswa yang kurang antusias mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

(28)

5. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPS Terpadu.

6. Motivasi berprestasi siswa masih belum dijadikan dasar dalam pembelajaran.

7. Belum pernah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT) dan Learning Together (LT).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu untuk membatasi permasalahan penelitian ini pada hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together (NHT) dan Learning Together (LT) dengan memperhatikan

motivasi berprestasi siswa pada pokok bahasan memahami kegiatan perekonomian Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan

model kooperatif tipe Learning Together (LT) ?

(29)

dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe

Learning Together (LT)?

3. Apakah rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih rendah

dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe

Learning Together (LT)?

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi pada mata pelajaran IPS Terpadu?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dibandingkan model pembelajaran

kooperatif tipe Learning Together (LT).

2. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe

Learning Together (LT).

3. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang pembelajarannya

(30)

Together (NHT) dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe

Learning Together (LT).

4. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru mata pelajaran IPS Terpadu tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif yang tepat.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang relevan.

c. Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(31)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Hasil belajar IPS Terpadu (Y), model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (X1) dan tipe

Learning Together (X2) dan Motivasi Berprestasi (variabel moderator).

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 4 Way Tuba. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Bidang Ilmu Penelitian

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja. Slameto (2013: 2) mengemukakan, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.

(33)

Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sementara menurut E.H Hilgard dalam Susanto, (2013: 3), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan diperoleh melalui latihan (pengalaman).

Berdasarkan pendapat para ahli tentang makna belajar di atas, dapat dikatakan pengertian dan pemahaman seseorang tentang sesuatu (secara ilmiah) pastilah didapatkan melalui belajar dengan ulet dan sungguh-sungguh. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah

”penambahanpengetahuan”. Selanjutnya ada yang mendefinisikan

”belajar adalah berubah”. Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.

Jadi, belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, serta penyesuaian diri.

2. Hasil Belajar

(34)

kegiatan belajar mengajar. Perubahan tersebut merupakan akibat dari

interaksi seseorang dengan lingkungannya.

Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti Hamalik (2004: 30). Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, hal ini akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah (a) Pengetahuan, (b) Pengertian, (c) Kebiasaan, (d) Keterampilan, (e) Apresiasi, (f) Emosional, (g) Hubungan sosial, (h) Jasmani, (i) Etis atau budi pekerti, (j) Sikap.

Hamalik (2004: 30)

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang Sukmadinata (2007: 102). Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan

(35)

Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan diatas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif), Susanto (2013: 6). Agar memperoleh hasil yang diinginkan tentunya diperlukan perencanaan yang matang dan usaha yang keras, begitu juga dalam belajar. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, siswa juga harus giat belajar dan disiplin. Bagaimanapun proses kegiatan belajar mengajar juga mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam belajar, dan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan belajar dapat diketahui dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Sedangkan Sudjana (2005: 2) menyatakan

bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

(36)

Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.

2) Faktor psikologis, faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental seseorang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan yang dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan penentu mampu tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan keluarga atau rumah merupakan lingkungan pertama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap membangun proses belajar dan pendidikan anak-anaknya akan mempengaruhi keberhasilan

belajarnya.

(37)

relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu disekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara konsekuen dan konsisten. 3) Faktor lingkungan masyarakat, seorang siswa hendaknya dapat

memilih anggota masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang

keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga nonformal.

Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu perubahan kearah yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses belajar. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang ditempuh atau dicapai dalam waktu tertentu yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa setelah diadakannya evaluasi, dan hasil evaluasi tersebut menggambarkan peningkatan atau penurunan hasil belajar. Hasil belajar diperoleh siswa setelah melalui belajar yang terlihat salah satu dari nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes, dan hasil belajar memiliki arti penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses tersebut.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

(38)

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 – 5 orang struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative

learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang

mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperatif learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperatif

learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak

semua belajar kelompok dikatakan cooperatif learning, seperti dijelaskan Abdulhak dalam Rusman (2014:203) bahwa “pembelajaran cooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic

comunication). Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang

melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi Nurulhayati dalam Rusman (2014: 203). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Pada model ini, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk diri sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

Rusman (2014: 203-204) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok, ada unsur yang dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran

(39)

mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membantu sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni : (a) adanya peserta didik dalam kelompok, (b) adanya aturan main (role) dalam kelompok (c) adanya upaya belajar dalam kelompok (d) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok (Rusman, 2014: 204).

Pembelajaran cooperative mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi

kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.

(40)

tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni : (a) cooperative tesk atau tugas kerja sama dan (b) cooperative structure , atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang

menyebabkan anggota kelompok kerjasama dalam menyelasaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif kerjasama merupakan suatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan

kerjasama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa

(student achievement) dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan

menghargai pendapat orang lain.

a. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

(41)

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen mempunyai tiga fungsi, yaitu : (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa

pemebelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan dalam

pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal. 4) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktekkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Rusman, 2014: 206-208).

b. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson dalam Rusman (2014: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), yaitu sebagai berikut.

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdepedence), yaitu dalam pemebalajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja kelompok masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

(42)

anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation and communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

c. Prosedur pembelajaran kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut. 1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian

pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

2) Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru

memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa diakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau

kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan indivudu, sedangkan kelompok memberika penilaian kemampuan kelompoknya, seperti yang dijelaskan Sanjaya dalam Rusman (2014: 213). “Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil

kerjasama anggota kelompoknya”.

(43)

4. Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Spencer Kagan dalam (Lie, 2004: 59) mengemukakan bahwa,

“teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Teknik ini juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama siswa dan memudahkan dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut.

Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe dari pembelajaran

dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomer tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehinga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward (Ngalimun, 2012: 169).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHTmerupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(44)

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman siswa mengenai isi pelajaran tersebut.

Struktur NHTsering disebut berpikir secara kelompok. NHTsebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Ciri khas dari NHTadalah guru menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok

tersebut. Dalam implementasinya guru memberi tugas dalam bentuk LKS, kemudian hanya siswa bernomor yang berhak menjawab (mencegah dominasi tertentu).

Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT)dapat diartikan sebagai salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik melalui diskusi yang terdiri kelompok-kelompok kecil yang heterogen, serta kesiapan siswa saat dipanggil nomor-nomornya oleh guru untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

a. Penerapan Model Pengajaran Kooperatif NHT (Numbered Head Together)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT merujuk pada konsep Kagan dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

(45)

2) Diskusi masalah;

3) Tukar jawaban antar kelompok.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

1) Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2) Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam

menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. 4) Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. 6) Memberi kesimpulan

(46)

b. Keuntungan Model Pengajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2) Memperbaiki kehadiran

3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5) Konflik antara pribadi berkurang 6) Pemahaman yang lebih mendalam

7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8) Hasil belajar lebih tinggi

9) Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji

10) Kreatifitas siswa termotivasi dan wawasan siswa berkembang, karena mereka harus mencai informasi dari berbagai sumber. c. Kekurangan Model Pengajaran Kooperatif Numbered Head

Together (NHT)

Setiap model dan metode yang kita pilih, tentu memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Salah satu kekurangan dari metode ini ialah kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapat

mengkondisikan dengan baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali. Apalagi jika yang kita hadapi siswa setingkat SMP. Sehingga mengganggu proses belajar mengajar, tidak hanya di kelas sendiri, tetapi bisa juga mengganggu ke kelas lain. Terutama untuk kelas-kelas dengan jumlah murid yang lebih dari 35 orang.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakn bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

(47)

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, yang mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan waktu yang cukup lama dan merepotkan guru tetapi mudah diterapkan dikelas dan siswa dapat berpartisipasi aktif didalam proses belajar mengajar.

5. Model Pembelajaran Learning Together (LT)

Learning together merupakan model pembelajaran kooperatif yang

dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu kelompok (Sani, 2013: 191)

Metode ini dikembangkan dan diteliti oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekan mereka di University of Minnetosa. Slavin (2009 : 48-56) menjelaskan bahwa model Learning Together dari pembelajaran kooperatif ala David dan Roger Johnson mungkin merupakan yang paling banyak digunakan dari semua metode kooperatif, dan telah dievaluasi dalam dalam sejumlah besar kajian. Kajian-kajian terhadap model

Learning Together tanpa tanggung jawab individual membuahkan hasil

yang sering kali berbeda-beda. Salah satu kajian yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, Scott dan Ramolae menemukan tidak ada perbedaan. Serangkaian kajian di Nigeria yang dilakukan oleh Peter Okebuka menemukan beberapa pengaruh positif dan negatif dibandingkan dengan kondisi yang individualistik dan kompetitif.

(48)

dalam sebuah kelompok serta melatih menyajikan suatu informasi dalam bentuk bahasa tulisan yang bergaya media cetak (koran atau majalah). Pengalaman belajar dan hasil belajar siswa terutama ranah psikomotor dan afektif namun ranah kognitif siswa juga terangkum didalamnya, karena siswa juga belajar tentang konsep keilmuannya. Model pembelajaran

Learning Together (LT)merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif dengan penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan menekankan terhadap interdependensi positif (perasaan kebersamaan), interaksi face to face atau tatap muka yang saling mendukung, saling membantu dan saling menghargai, serta tanggung jawab individual dan kelompok kecil demi keberhasilan pembelajaran.

Ciri interdependensi positif pada model pembelajaran Learning Together (LT)siswa ditekankan bagaimana dapat mencapai tujuan kelompok. Tujuan kelompok dapat tercapai apabila terdapat kerjasama dan

komunikasi yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan interaksi tatap muka memiliki keuntungan untuk mempermudah

(49)

pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya.

a. Langkah-langkah model pembelajaran Learning Together

Sani (2013: 192) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran learning together sebagai berikut.

1) Guru member proyek untuk dikerjakan bersama oleh tiap-tiap kelompok.

2) Kelompok membagi tugas kepada semua anggota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

3) Masing-masing anggota kelompok bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan bersama sehingga apabila ada anggota yang kesulitan, anggota lain wajib membantu.

4) Nilai diperoleh berdasarkan hasil kerja kelompok.

Contoh proyek yang dapat memfasilitiasi learning together misalnya sebagai berikut.

1) Praktik membuka usaha bengkel sepeda motor : setiap anggota memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, misalnya ada yang bertugas membersihkan dan menyetel karbulator, memeriksa mesin dan mengganti oli, mencari pelanggan, menyiapkan dan membersihkan peralatan dan sebagainya.

2) Proyek membuat karya ilmiah : masing-masing anggota kelompok ada yang bertugas mencari referensi dan mengumpulkan informasi dari internet, mengumpulkan data melalui wawancara dan angket, mengolah data dan menyusun laporan karya ilmiah.

b. Kelebihan model pembelajaran Learning Together (LT)

(50)

2) Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama (learning together).

3) Siswa dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

4) Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.

5) Siswa lebih kreatif karena pembelajarannya menggunakan

pendekatan saling teman yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan, dan masyarakat.

c. Kekurangan/kelemahan model pembelajaran Learning Together

1) Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi.

2) Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan. 3) Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka

bekerja dalam kelompok.

Berdasarkan hal diatas, dapat dikatakan bahwa Learning Together (LT) merupakan pembelajaran kelompok yang pada setiap kelompok

(51)

6. Motivasi Berprestasi

Menurut Sani (2013: 49) motivasi adalah energi dalam diri manusia yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Menurut Djaali (2008: 101) motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Menurut Koeswara dalam Dimyanti dan Mudjiono (2006: 80) motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang

menggerakkan dan perilaku manusia, termasuk motivasi belajar.

(52)

Standar keunggulan terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini. Standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai siswa lain.

Selanjutnya, Heckhausen menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan motif yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan digunakan untuk standar keunggulan prestasi dicapai sendiri sebelumnya dan layak seperti dalam suatu kompetisi.

Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai prestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson dalam Faturrohman (2012:61) yang mengemukakan bahwa : “Achievement motive is impetus to do well relative to some

standard of excellence”.

Berdasarkan teori David C. McClelland yang dikembangkan oleh Tim

Achievment Motivation Training (AMT) dalam Usman (2008: 260)

(53)

umpan balik atas perbuatannya. (3) Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. (4) Berusaha melakukan sesuatu yang kreatif dan inovatif. (5) Pandai mengatur waktu. (6) Bekerja keras dan bangga atas hasil yang telah dicapai.

Menurut Johnson, Schwitzgebel dan Kalb dalam Djaali (2008: 109) individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Menyukai situasi ataupun tugas yang menuntut tanggung jawab b. pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan,

nasib, atau kebetulan.

c. Memilih tujuan yang realistis, tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.

d. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.

e. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. f. Mampu menangguhkan pemuasaan keinginannya demi masa depan

yang lebih baik.

g. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambing prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya. Klausmeir dalam Djaali (2008: 110) menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi (need to achieve) ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademis yang tinggi apabila:

(54)

b. tugas-tugas di dalam kelas cukup memberikan tantangan, tidak terlalu mudah tapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberikan kesempatan untuk berhasil.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak atau dorongan untuk melakukan aktivitas dengan menentukan tindakan yang hendak dilakukan dalam belajar untuk mencapai

kemampuan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Motivasi berprestasi merupakan faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Dengan motivasi berprestasi yang tinggi siswa akan semangat mengikuti proses pembelajaran dan tidak mudah menyerah bila menghadapi kesulitan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan Tabel 2. Penelitian yang Relevan

Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Esa Norita

(UNILA)

Studi Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe diperoleh kesimpulan (1) ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT dan

Mind Mapping. Hal ini

ditunjukkan dengan pengujian

hipotesis pertama diperoleh Fhitung

10,048 > Ftabel 4,03 menunjukkan

bahwa Fhitung > Ftabel maka

hipotesis diterima. (2) Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran pada siswa yang dibelajarkan

menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih tinggi

dibandingkan model kooperatif

tipe Mind Mapping. Hal ini

ditunjukkan dengan pengujian

(55)

Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

4,427 > Ttabel 2,06 menunjukkan

bahwa Thitung > Ttabel maka

Hasil belajar akuntansi siswa yang pembelajarannya

menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih tinggi

dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan hasil pengujian hipotesis diperoleh Fhitung 8,167 > Ftabel 4,042, kriteria pengujian hipotesis tolak Ho dan terima Ha jika Fhitung > Ftabel , maka hasil perhitungan menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima. Wahyu

Toghether (NHT) dan

Snowball Throwing (ST) dengan

Memperhatikan Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran pada Siswa Kelas VIII di SMP YP 17 Baradatu Way Kanan Tahun Pelajaran 2012/2013

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa antara yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT dengan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model

pembelajaran ST. Hal tersebut dibuktikan dari Pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan rumus Analisis Varian Dua Jalan, diperoleh Fhitung 5,190 dan Ftabel 4,10 dengan kriteria pengujian hipotesis Ha diterima jika Fhitung > Ftabel.

Vivien

(1) Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model NHT dengan model GI; (2) Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar

menggunakan model

(56)

Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model

pembelajaran NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah; (4) Ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.

Hasil tes menunjukkan hasil yang

sangat menggembirakan siswa dari persentase ketuntasan pada siklus I yang hanya

75,76% meningkat menjadi, 81,86%. Ini membuktikan pembelajaran Learning

Together Bernuansa Kontekstual

dapat menjadi alternatif yang menarik untuk meningkatkan Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Division (STAD) dan

Problem Based Intruction (PBI)

Dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi

(57)

Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

Learning Together (LT)

Terhadap Peningkatan

Hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas eksperiment dibuktikan dengan uji t paired sample test dengan nilai sig (2-tailed) 0,000 sehingga Ha diterima, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan kelas yang

menggunakan dan yang tidak menggunakan model pembelajaran Learning

Together (LT) dengan hasil uji t

yaitu 0,000, aktifitas siswa berjalan sangat baik ditunjukan dari hasil observasi yaitu 3,10 yang dikategorikan sangat baik, respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Learning

Together (LT) 46,9% responden

merespon baik dengan adanya penerapan model pembelajaran

Learning Together (LT) yang

telah digunakan.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Dimana dalam penelitian ini ada dua variabel independen yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

(58)

dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu (Y) dengan menggunakan model pembelajaran tersebut. Motivasi berprestasi sebagai variabel moderator dalam mata pelajaran IPS Terpadu.

1. Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dibandingkan Tipe Learning Together (LT)

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Melalui model kooperatif kemampuan berpikir, mengeluarkan pendapat, rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan soal dapat ditingkatkan. Model pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah yang berbeda namun tetap dalam satu jalur yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Model pembelajaran kooperatif cocok diterapkan pada semua mata pelajaran. IPS Terpadu merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, politik. Dua jenis model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dan Learning Together (LT).

(59)

kelompok yang heterogen dan guru memberikan nomor kepada masing-masing siswa. Guru memberikan persoalan materi bahan ajar kemudian bekerja kelompok. Guru memanggil siswa secara acak dan siswa yang dipanggil mempresetasikan hasil diskusi. Guru memberikan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa, dan mengumumkan hasil kuis dan beri reward.

Learning together (LT) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang

dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu kelompok (Sani, 2013: 191). Pelaksanaan model kooperatif tipe Learning Together (LT) yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran diiringi dengan memotivasi siswa. Guru menyajikan informasi kepada siswa tentang materi pembelajaran. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Kemudian guru memberikan tugas dan membimbing kelompok-kelompok belajar. Siswa mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan mempresentasikan hasil kerjanya. Guru memberikan penghargaan pada hasil belajar siswa, baik individu atau kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut, penerapan kedua model pembelajaran tersebut diduga terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dibandingkan dengan model

(60)

2. Rata-rata Hasil belajar IPS Terpadu pada Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi yang Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

dibandingkan Tipe Learning Together (LT)

Proses belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, siswa akan mempersiapkan dirinya secara optimal karena siswa dituntut untuk memahami dan menguasai materi. Pemanggilan nomor secara acak pada model pembelajaran Numbered Head Together membuat siswa mempunyai tanggungjawab, sehingga siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan semakin baik pengetahuannya. Menurut Johnson, Schwitzgebel dan Kalb dalam Djaali (2012: 109) salah satu karakter individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakter menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung untungan, nasib, atau kebetulan.

Aktivitas belajar pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada model pembelajaran Learning Together terkadang merasa tidak mempunyai tanggungjawab penuh karena tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama. Selain itu, siswa sulit menjalin kerjasama dan memberikan penjelasan kepada siswa yang lain serta tidak menyadari bahwa temannya yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan berusaha memahami materi secara maksimal.

(61)

3. Rata-rata Hasil belajar IPS Terpadu pada Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah yang Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

dibandingkan Tipe Learning Together (LT)

Aktivitas belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT)pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah,

siswa akan merasa sulit karena siswa dituntut untuk memahami dan menguasai materi yang diberikan secara individu. Siswa harus berfikir dan memecahkan masalah sesuai kemampuan yang mereka miliki. Siswa yang kurang pandai tidak dapat menggantungkan kepada siswa yang pandai karena siswa mempunyai tanggungjawab masing-masing. Pemanggilan secara acak akan membuat mereka merasa tertekan karena mereka harus memahami dan menguasai materi yang diberikan dalam waktu yang singkat.

Aktivitas belajar pada model pembelajaran tipe Learning Together (LT) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, siswa harus mempersipakan diri secara optimal karena siswa dituntut untuk berfikir dan menyelesaikan tugas berupa proyek yang diberikan serta harus mewakili kelompoknya dan mempresentasikan hasil diskusi mereka masing-masing. Tidak adanya penomoran membuat mereka lebih optimal dalam bekerjasama, sehingga dapat memaksimalkan hasil pekerjaannya.

(62)

4. Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif dengan Motivasi Berprestasi Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

Jika pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu hasil belajarnya diduga lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, dan jika pada model kooperatif tipe Learning Together (LT), siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah diduga lebih tinggi hasil belajarnya daripada yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, maka terjadi interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pikir penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Pembelajaran

Hasil Belajar Tinggi

Hasil Belajar Rendah

Hasil Belajar Tinggi

Hasil Belajar Rendah Motivasi Berprestasi

Tinggi l Rendah Kooperatif Tipe

Learning Togeter

Kooperatif tipe NHT

(63)

D. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (LT).

2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Together (LT).

3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT lebih rendah dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Together (LT).

Gambar

Tabel 1. Hasil MID Semester Ganjil pada mata pelajaran IPS Terpadu
Tabel 2.  Penelitian yang Relevan
Tabel 2. Lanjutan
Tabel 2. Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menangani pasien dengan keluhan tersebut di atas yang timbul pada kasus pasca operasi fraktur tibia, banyak sekali modalitas fisioterapi yang dapat digunakan, salah

Telah disusun rancangan sistem kendali karakteristik CPO selama pengaliran yaitu (A) kendali pengaliran pada kondisi isotermal pada suhu tertentu (dipilih di antara suhu

Efek tifitas Metode Yanbu’a dalam Pembelajaran Membaca Al- Qur’an di TPQ Tamrinus Shibyan Karangrandu Pecangaan Jepara( IAIN Walisongo Semarang:

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk

Hasil analisis keanggotaan faktor dengan menggunakan metode Principal Component Analysis dengan metode rotasi varimax with Kaiser Normalization , dapat disimpulkan,

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang

Jadi, berdasarkan teori ini, kurikulum PERMATA menekankan bahawa perkembangan kognitif kanak-kanak pada peringkat ini bukan pada penguasaan mereka terhadap

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data