FRAUD WITH FRAUD DIAMOND PERSPECTIVE
(Emphirical Study in LQ-45 Companies that Has Been Listed in Indonesian Stock Exchange in 2009-2013)
By
AGUNG PRASASTIE
This Research caused by many kinds of phenomenons, like financial statement fraud that happen in some companies that have been done by CEO and company’s manager, like Enron company’s case, financial statement manipulation, earning management and etc. This Research analyzes the influencing of variabels from fraud diamond that has been developed by Wolfe and Hermanson (2004), that pressure element with financial stability variabel, opportunity element with using effectivity of monitoring variabel,
rationalization element with variabel external auditor changing, and capability element with capability variabel toward financial statement fraud that are measured by
discretionary accrual.
Research sampel is used 20 LQ-45 companies that already listed in Indonesian Stock Exchange and always listed in LQ-45 index in 2009-2013. The type of data that is used is secondary data, that is company annual report that already used as research sampel. Data testing instrument uses SPSS 21 software that consist of descriptive statistic analyzes, classical assumption test, determination coefficient, simultaneous significant test, and hypothesis test.
The result of research show that financial stability variabel proved that it has positive influencing and monitoring effectivity variabel has negative influencing toward financial statement fraud. Whereas external auditor changing variabel and capability are not giving proofs that there are positive influencing toward financial statement fraud. The result of research is expected can be a reference for the next research and can be useful for auditors and the other financial information users to detect the financial statement fraud.
LAPORAN KEUANGAN DENGAN PERSPEKTIFFRAUD DIAMOND (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2009-2013)
Oleh
AGUNG PRASASTIE
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai fenomena, seperti kecurangan laporan keuangan yang terjadi dibeberapa perusahaan yang dilakukan oleh CEO dan manajer perusahaan, seperti kasus perusahaan Enron, manipulasi data keuangan, manajemen laba dan sebagainya. Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel-variabel darifraud diamondyang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004), yaitu elemen tekanan (pressure) dengan variabel stabilitas keuangan, elemen kesempatan (opportunity) dengan variabel efektivitas pengawasan, elemen rasionalisasi (rationalization) dengan variabel pergantian auditor eksternal, dan elemen kemampuan (capability) dengan variabel kemampuan terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) yang diukur dengandiscretionary accrual.
Sampel penelitian yang digunakan adalah 20 perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan selalu tercantum dalam indeks LQ-45 pada tahun 2009-2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Alat uji data menggunakan software SPSS 21 meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji signifikan simultan, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stabilitas keuangan terbukti
berpengaruh positif dan variabel efektivitas pengawasan terbukti berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan variabel pergantian auditor eksternal dan kemampuan tidak memberikan bukti adanya pengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya serta berguna bagi auditor dan pengguna informasi keuangan lainnya dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
(Studi Empiris pada
AGUNG PRASASTIE
FAKU
a Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tah
(Skripsi)
Oleh
AGUNG PRASASTIE
AKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
ahun 2009-2013)
AGUNG PRASASTIE
Halaman
2.1 Model Penelitian………...... 37
4.1 Hasil Uji Normalitas…………..... 63
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN………..……... 1
1.1 Latar Belakang………... 1
1.2 Rumusan Masalah………...... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS…... 9
2.1 Landasan Teori…...………... 9
2.1.1 Teori Keagenan ....………... 9
2.1.2 Konsep Kecurangan ...………...………... 10
2.1.3 Tipologi Kecurangan ...………..... 12
2.1.4 Fraud Triangle………...……... 13
2.1.4.1 Tekanan ... 14
2.1.4.2 Kesempatan ... 17
2.1.4.3 Rasionalisasi ... 19
2.1.5 Fraud Diamond... 22
2.1.5.1 Kemampuan ... 23
2.1.5.2 Keterkaitan antara Kemampuan dan Pergantian Direksi .... 27
2.1.6.1 Manajemen Laba ... 31
2.2 Penelitian Terdahulu ... 35
2.3 Model Penelitian ... 37
2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian ... 38
2.4.1 Pengaruh Stabilitas Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 38
2.4.2 Pengaruh Efektivitas Pengawasan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 39
2.4.3 Pengaruh Pergantian Auditor Eksternal terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 40
2.4.4 Pengaruh Kemampuan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan... 42
III. METODOLOGI PENELITIAN……….………... 45
3.1 Populasi dan Sampel………... 45
3.2 Data Penelitian ... 46
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 46
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.3 Operasional Variabel Penelitian………... 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….... 60
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian…………..... 60
4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik .………...……..... 62
4.2.1 Uji Normalitas ... 62
4.2.2 Uji Multikolonieritas ... 64
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 65
4.2.4 Uji Autokorelasi ... 67
4.3 Hasil PengujianGoodness of Fit... 68
4.3.1 Koefisien Determinasi ... 68
4.3.2 Uji Signifikansi Simultan ... 69
4.4 Hasil Uji Hipotesis ... 70
4.4.1 Uji Hipotesis Pengaruh Stabilitas Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 72
4.4.2 Uji Hipotesis Pengaruh Efektivitas Pengawasan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 74
4.4.3 Uji Hipotesis Pengaruh Pergantian Auditor Eksternal terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 75
4.4.4 Uji Hipotesis Pengaruh Kemampuan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 77
V. PENUTUP………..………... 80
5.1 Kesimpulan………...………….. 80
5.2 Keterbatasan Penelitian………...…... 81
5.3 Saran ………...…….... 82
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian
Lampiran 2 Daftar Rasio Perubahan Total Aset
Lampiran 3 Daftar Proporsi Dewan Komisaris Independen
Lampiran 4 Pergantian Auditor Eksternal
Lampiran 5 Pergantian Direksi
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolonieritas
Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 10 Hasil Uji Autokorelasi
Lampiran 11 Hasil Uji Hipotesis
Lampiran 12 Daftar Hasil Koefisien Regresi Komponen Manajemen Laba
Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu………...... 35
4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif…………..... 60
4.2 Hasil Uji Normalitas………... 63
4.3 Hasil Uji Multikolonieritas………... 64
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 66
4.5 Hasil Uji Autokorelasi……….... 67
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi………..... 68
4.7 Hasil Uji Signifikansi Simultan……….... 69
Orang yang sabar karena mencari keridhoan Tuhannya dan
mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekinya yang
kami berikan kepadanya, secara sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikkan,
merekalah yang akhirnya mencapai kesudahan yang baik .
_(QS. Ar Ra d: 22)_
Sesungguhnya semua urusan (perintah) apabila ALLAH
menghendaki segala sesuatunya, ALLAH hanya berkata:
jadikanlah , maka jadilah .
_(QS. Yaasiin: 82)_
Wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi: Barang
siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan
itu adalah untuk dirinya sendiri .
_(QS. Al-Ankabut 29: 6)_
Kesuksesan diraih bukan dari sikap malas dan berleha-leha,
namun harus dilalui dengan keringat tekad & kerja keras
_(Einde Evana)_
Hidup adalah perjalanan mencari jati diri .
_(Agung Prasastie)_
Untuk mendapatkan kesuksesan, tidak hanya dengan
kesabaran, namun juga keberanian yang melebihi
keinginanmu .
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya. Ku persembahkan skripsi ini
sebagai salah satu tanda bakti, tanggung jawab, dan cintaku kepada:
Ayahanda Azhari Makruf, Ibunda Mardiya Wati, dan adikku Lixa Mitra
Harti yang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa, nasihat, dukungan, dan
kasih sayang yang tidak terhingga semasa hidupku.
Keluarga besarku yang selalu memberikan doa, bantuan, nasihat, dan
dukungannya selama ini kepadaku.
Untuk semua sahabat-sahabat terbaikku yang selalu ada, membantu, memberikan
saran dan dukungan kepadaku selama ini.
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 30
Agustus 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara,
dari pasangan Bapak Azhari Makruf dan Ibu Mardiya Wati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak
‘Aisyiyah Bustanul Athfal, Talang Padang, Tanggamus
pada tahun 1999. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3
Talang Padang, Tanggamus pada tahun 2005. Menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pagelaran, Pringsewu pada tahun 2008 dan
pada tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 1 Pagelaran, Pringsewu. Selama menempuh pendidikan di SMA
Negeri 1 Pagelaran, penulis aktif di organisasi Pramuka dan mengikuti beberapa
aktivitas lainnya.
Penulis diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi pada tahun
2011 melalui jalur PMPAP. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa
organisasi, yaitu anggota aktif Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAKTA)
UNILA dan pada tahun 2011 penulis juga aktif di BEM-FEB UNILA dan
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya.
Selawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
senantiasa memberikan pencerahan dan inspirasi kepada penulis sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi dengan judul“Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan
Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond (Studi Empiris pada
Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)”, disusun
sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi di
Universitas Lampung.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,
saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak
memberikan ilmu, wawasan, bantuan, nasihat dan motivasi selama penulis
kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., Akt. selaku Sekretaris Jurusan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.S.Ak., Akt. selaku pembimbing kedua yang
telah memberikan pembelajaran, dukungan, dan sarannya dalam penulisan
skripsi ini.
6. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt. selaku penguji yang telah
bersedia untuk meluangkan waktu untuk meberikan kritik, saran, dan
masukkannya selama menguji skripsi ini.
7. Bapak Agus Zahron Idris, S.E., M.Si, Ak.CA. selaku pembimbing
akademik yang telah membantu dalam perihal akademik.
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf (Pak Sobari, Mpok Nurul Aini, Mas
Yana, Mas Leman, Mas Yogi, Mbak Sri, dan Mbak Leny) di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
9. Papi, Mami, dan Adek yang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa,
nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tidak terhingga semasa hidupku.
10. Kelamaku Almarhum Puan Johan, Ibu Jungan, Ayah Kodri, Umi Rumpun,
Walit Ersontowi, Uma Mia, Gusti Lien, Unan Tigo, adek Ayu, Kiyai
Nando, Ses Yunita, adek Lintar, adek Gesha, adek Faidz, dan adek Firuz
yang telah memberikan doa, bantuan, dukungan, dan pembelajaran
kepadaku selama ini.
11. Keluarga Besar Beranti Raya, Papa dan mama Tan, Kanjeng Sumbay,
Kiyai Fir, Kiyai Rika, Daying Maroli, adek Leo. Keluarga Besar Negeri
Sakti, Mami Lus, Kiyai Patih, Pubian, dan Setiawan.
12. Keluarga Besar Buay Kuning, Papa Paksi, Mama Paksi, Almarhum Ayah
Suntan Mahli, Ayah Aja Tarudin, dan sepupu-sepupuku Unan, Kanjeng
Yen, Kiyai Nurul, Aja Munawar, Kiyai Lin, Daying Wahdini, Aja Neli,
Abang Azwar, Kiyai Ken, dan yang lainnya.
13. Sahabat-sahabat terbaikku di Akuntansi 2011, para calon Sarjana
Ekonomi, “SEKOBOK”: Ahmad Abdallah Alhudaifi (Bubu), S. Nicho
Jayakusuma, Panggih Pradila Murdiono (Bedjo), Yuni Fidasari, Yuni
Budi Prasetiyo, yang telah membantu, mendukung, dan memberikan
inspirasi dan canda tawa dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
kesuksesan senantiasa menyertai kita.
14. Sahabat-sahabat Akuntansi 2011, para calon Sarjana Ekonomi, Alif, Bily,
Jaka, Andueri, Viona, Fatma, Rindy, Dara, Santi Tanoto, Vety, Kevin,
Vianna, Esther, Grace, Nabila, Mutia, Cinta, Lisna, Arum, Sherly, Nisa,
Putri (PS), Okti, Dinda, Mpit, Sinta, Trisa, Yezy, Gustia, Siti, Resti,
Diyah, Fajar, Dion, Daniel, Deni, Restu (enyeng), Tito, Rachmad, Marce,
Feni, Rara, Sam, Santi, Lian, Juna, Arridza, Rido, Boga, Ayu, Yoga, Yogi,
Veriza, Wawan, Imam, dan teman-teman yang lainnya. Terimakasih atas
kebersamaannya selama ini.
15. Kakak-kakak tingkat Akuntansi, The Legend: Bang Krisna, Bang Baskoro,
Bang Gery, Bang Reza, Bang Zona, Bang Lawe, dan Mbak Nisa. Senior
2010: Mbak Ivonna, Mbak Citra, Mbak Marlina, Mbak Ira (ipeh), Mbak
Andriani, Mbak Dwi, Mbak Jeny, Mbak Elza, Mbak Nevia, Mbak Mareta,
Mbak Yara, Bang Satia, Bang Surya, Bang Devri, Bang Mahmud, Bang
Rizal, Bang Marwanto, Bang Eko, Bang Bangga, dan yang lainnya yang
memberikan dukungan dan bantuan.
16. Adik-adik tingkatku, Dini, Doni, Abe, Esa, Mafiana, Ferli, Abin, Mufti,
Adit, Septika, Agro, dan lainnya yang memberikan canda tawa pada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga hasil karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
berguna untuk selanjutnya. Terima kasih.
Bandar Lampung, 25 Maret 2015
Penulis,
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh
manajemen perusahaan dalam mengoperasikan kinerjanya. Persaingan beberapa
perusahaan tersebut dapat berbentuk positif maupun negatif. Dari sisi negatif,
persaingan dapat berupa kecurangan-kecurangan dalam menjalankan perusahaan,
seperti kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang berlaku secara umum. Hal ini dilakukan untuk membuat laporan
keuangan dapat dipahami dan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
perusahaan lain. Laporan keuangan merupakan output dari kegiatan akuntansi,
yang memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan
keuangan akan terlihat baik jika laporan keuangan tersebut mengandung unsur
relevan, andal, dan mudah untuk dipahami. Agar hal ini dapat dipenuhi, maka
proses penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan cermat dan penuh
kehati-hatian. Hal ini ditujukan untuk menghindari kesalahan atau bias dalam
penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat
karena itu, laporan keuangan yang akan dilaporkan perusahaan harus bebas dari
kecurangan (fraud).
Kecurangan (fraud) kerap terjadi dalam kehidupan manusia. Kecurangan dapat
terjadi dimana-mana, tidak terkecuali pada pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang. Kecurangan cenderung akan dilakukan seseorang apabila
dilatarbelakangi oleh berbagai hal yang bisa memperlancar tujuannya dan
memberikan keuntungan baginya. Hall (2011) dalam penelitian Tugas (2012)
mendefinisikan penipuan ataufraudsebagai sesuatu yang menunjukkan
representasi palsu mengenai fakta meterial yang dibuat oleh suatu pihak ke pihak
lain dengan maksud untuk menipu dan mendorong pihak lain untuk
membenarkan, dengan mengandalkan fakta yang merugikan pihak lain.
Dimasa kini, sudah banyak kasus dan praktik yang terkait dengan kecurangan
(fraud), tidak terkecuali dalam proses penyusunan laporan keuangan. Kecurangan
laporan keuangan (financial statement fraud) dilakukan oleh pihak-pihak yang
dilatarbelakangi oleh kepentingan terhadap keuangan perusahaan. Sihombing
(2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kecurangan laporan keuangan
merupakan kesengajaan ataupun kelalaian dalam pelaporan laporan keuangan
dimana laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Kelalaian atau kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat
memengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak yang berkepentingan.
Belakangan ini banyak kasus dan fenomena kecurangan yang terjadi di Indonesia,
seperti kasus pada PT Kimia Farma Tbk. yang melakukan kecurangan laporan
keuangan yang berupa salah saji laba bersih untuk periode yang berakhir pada 31
perusahaan ini juga melakukan pencatatan ganda atas penjualan dua unit usaha.
Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT Kimia Farma Tbk.
memanipulasi data keuangan dan laporan keuangannya dengan tujuan untuk
menunjukkan keadaan keuangan perusahaan tetap baik dan stabil. Masalah
stabilitas keuangan sangat rentan terjadi dalam perusahaan. Keadaan keuangan
yang cenderung stabil tiap tahunnya dapat menarik investor dan kreditor dalam
pengambilan keputusannya untuk melakukan investasi dan pendanaan kepada
perusahaan. Hal yang serupa terjadi pada kasus PT Broadband Multimedia yang
melakukan penjaminan atas utang kepada Bank Lippo dan Bank Mayapada yang
dilakukan tanpa seizin RUPS. Dari kasus PT Broadband Multimedia ini
memberikan pandangan bahwa unit pengawasan dalam perusahaan ini tidak
melakukan pengawasan ataumonitoringsecara efektif, baik dalam transaksi
maupun pengendalian internalnya.
Untuk menghindari terjadinya praktik kecurangan laporan keuangan, maka
dilakukan audit atas laporan keuangan yang telah disusun. Menurut IAI (2001)
dalam penelitian Koroy (2008) menyatakan bahwa faktor yang membedakan
kecurangan dan kekeliruan adalah tindakan yang mendasarinya, apakah disengaja
atau tidak disengaja, yang mengakibatkan terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan. Dalam penelitian Koroy (2008), dijelaskan bahwa terjadinya
kecurangan atau suatu tindakan yang disengaja yang tidak berhasil atau tidak
dapat terdeteksi oleh pengauditan dapat memberikan efek yang serius, merugikan,
dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan perlu diaudit untuk
memastikan apakah laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan standar yang
kecurangan. Disisi lain, terkadang auditor gagal dalam mendeteksi kesalahan atau
ketidakwajaran dalam laporan keuangan, sehingga kecurangan kerap terjadi.
Nabila (2013) mengulas kegagalan auditor ekternal dalam mendeteksi
kecurangan, seperti kasus pada perusahaan Enron di Amerika, yang menandakan
bahwa auditor eksternal gagal dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan
yang dilakukan Enron berupa manipulasi laba sebesar US$ 600 juta. Meskipun
akuntansi dan laporan keuangan semakin komprehensif dan kompleks, akan tetapi
masih banyak celah bagi pihak-pihak tertentu untuk melakukan kecurangan
laporan keuangan.
Dalam praktiknya, terdapat berbagai macam bentuk kecurangan (fraud) dalam
akuntansi. Hal ini disebabkan banyak cara-cara dalam memanipulasi akuntansi
oleh beberapa pihak yang memiliki tujuan untuk melakukan kecurangan dalam
menyajikan informasi keuangan perusahaan. Secara umum, kecurangan akan
selalu terjadi jika tidak ada pencegahan dan pendeteksian. Dalam hal ini, terdapat
beberapa cara dan perspektif dalam meninjau dan mendeteksi kecurangan, salah
satunya dengan perspektif segiempat kecurangan (fraud diamond).
Dalam penelitian Sihombing (2014) dijelaskan bahwafraud diamondmerupakan
sebuah pandangan dan konsep baru tentang fenomenafraudyang dikemukakan
oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Teorifraud diamondmerupakan bentuk
penyempurnaan dari teorifraud triangleyang dikemukakan oleh Cressey (1953).
Jika dalam segitiga kecurangan (fraud triangle) terdapat tiga elemen, maka dalam
fraud diamondditambah satu elemen yang signifikan untuk memengaruhi
Pendeteksian kecurangan denganfraud diamondsudah mulai berkembang di
Indonesia. Telah banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan kecurangan
laporan keuangan. Pada penelitian sebelumnya, banyak perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian terkait kecurangan, seperti perusahaan manufaktur dan
lain-lain. Sihombing (2014) melakukan penelitian tentang analisisfraud diamond
dalam mendeteksifinancial statement frauddengan menggunakan sampel, yaitu
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2010-2012.
Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk mendeteksi kecurangan laporan
keuangan terhadap laporan keuangan perusahaan, dengan sampel dan data
perusahaan yang tergolong dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Karena, untuk mengetahui apakah terdapat kecurangan dalam perusahaan yang
memiliki saham berkualitas baik dan paling likuid. Karena mayarakat cenderung
berpikir bahwa dengan kualitas saham dan tingkat likuid yang baik, maka laporan
keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan yang termasuk LQ-45 telah terbebas
dari kecurangan laporan keuangan.
Perbedaan dengan penelitian Sihombing (2014) terletak pada sampel dan variabel
penelitian yang digunakan. Pada penelitian Sihombing (2014) menggunakan
delapan variabel independen dan waktu pengamatan tiga tahun, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan empat variabel dan sampel perusahaan LQ-45 dalam
waktu pengamatan selama lima tahun. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini hanya stabilitas keuangan, efektivitas pengawasan, pergantian auditor
eksternal, dan kemampuan. Karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini
kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization), dan kemampuan
(capability). Pada penelitian Sihombing (2014) hanya menggunakan periode
penelitian selama tiga tahun, sehingga pengamatan dan sampelnya dimungkinkan
terjadi masalah dan bias dalam data yang digunakan. Namun, persamaan
penelitian ini dengan penelitian Sihombing (2014) adalah terdapat penggunaan
sampel dengan kategori perusahaan manufaktur yang juga digunakan oleh
penelitian terdahulu tersebut.
Dari uraian diatas, maka untuk lebih jelas dan memahami konsepfraud diamond
dan kecurangan (fraud) dalam akuntansi, maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Laporan
Keuangan dengan PerspektifFraud Diamond(Studi Empiris pada
Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)”. Dari penelitian
ini, akan diketahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang cenderung
melakukan kecurangan (fraud) akuntansi dalam pelaporan keuangan.
1.2 Perumusan Masalah
Kecurangan (fraud) akuntansi merupakan ancaman bagi pengguna laporan
keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan. Kecurangan akuntansi merupakan
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, yang bertujuan
khusus terhadap laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah proksi dan alat ukur dari variabel independenfraud diamondberpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan. Maka dari itu, pertanyaan penelitian yang
1. Apakah stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap kecurangan
laporan keuangan ?
2. Apakah efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap kecurangan
laporan keuangan ?
3. Apakah pergantian auditor eksternal berpengaruh positif terhadap
kecurangan laporan keuangan ?
4. Apakah kemampuan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan
keuangan ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep dan unsur-unsur dalamfraud
diamond. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah variabelfraud
diamondmemiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan (financial
statement fraud). Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apakah stabilitas keuangan berpengaruh positif
terhadap kecurangan laporan keuangan.
2. Untuk mengetahui apakah efektivitas pengawasan berpengaruh negatif
terhadap kecurangan laporan keuangan.
3. Untuk mengetahui apakah pergantian auditor eksternal berpengaruh positif
terhadap kecurangan laporan keuangan.
4. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpengaruh positif terhadap
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas dasar kegunaan dan manfaatnya. Dalam penelitian
ini, dilakukan analisis terhadap unsur-unsur dan variabel dalamfraud diamond
dan pengaruhnya terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement
fraud). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat yang lebih bagi penggunanya. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
a. Dapat memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).
b. Dapat menjelaskan konsep dan unsur-unsurfraud diamonddalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).
c. Dapat menunjukkan variabelfraud diamondyang berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).
d. Dapat dijadikan sumber dan referensi untuk penelitian selanjutnya
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) sekarang sangat penting dari penelitian akuntansi.
Teori ini muncul akibat dari adanya pemisahan kepentingan dari perusahaan
modern antara manajemen dan kepentingan pemilik yang berada diluar korporasi
dan tidak terlibat dalam keputusan manajemen (Wolk dkk., 2004). Dalam
penelitian Sihombing (2014), teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis
teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori
keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders)
sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen dalam suatu kontrak kerja sama
yang disebut dengannexus of contract.Manajemen adalah pihak yang dikontrak
atau diberi wewenang oleh pemegang saham (investor) untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham.
Wolk dkk.(2004) menyatakan bahwa asumsi lain yang penting dari teori
keagenan (agency theory) adalah bahwa perusahaan merupakan lokus atau
diantara manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Jensen dan Meckling
(1976) dalam penelitian Hanum (2014) menjelaskan hubungan keagenan sebagai
“agency relationship as a contract under which one or more person (the
principals) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalfwhich involves delegating some decision making authority to the agent”.
Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham atau
pemilik serta manajemen atau manajer. Menurut teori ini, hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan
yang saling bertentangan. Disamping itu, Wolk dkk. (2004) juga menjelaskan
bahwa salah satu hipotesis dari teori keagenan adalah bahwa manajemen berusaha
untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri dengan meminimalkan berbagai
biaya agensi yang timbul dari pemantauan dan kontraktor.
Dari penjelasan teori ini, maka manajemen harus benar-benar memanfaatkan dan
memaksimalkan kinerja perusahaan dalam mengelola sumber daya yang telah
diberikan wewenangnya dari prinsipal. Oleh sebab itu, manajemen (agent) harus
mempertanggungjawabkan hasil dari pekerjaannya kepada prinsipal atau
pemegang saham.
2.1.2 Konsep Kecurangan (Fraud)
Kecurangan (fraud) sering atau kerap terjadi didalam hidup manusia. Kecurangan
(fraud) dapat terjadi dimana-mana, tidak terkecuali dalam pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang. Seseorang melakukan tindak kecurangan (fraud)
Meskipun kecurangan masih terdengar asing, namun kasus atau praktik dari
kecurangan tersebut sudah banyak terjadi dikehidupan nyata. Sampai saat ini,
banyak pihak-pihak yang melakukan praktik atas dasar kesengajaan. Seseorang
melakukan kecurangan dikarenakan beberapa alasan yang terkadang rasional,
sehingga tindakan kecurangan yang dilakukannya terkesan rasional atau wajar jika
dilakukan. Dalam bidang teknologi informasi, kecurangan merupakan sebuah
perbuatan kecurangan yang melanggar hukum, yang dilakukan secara sengaja dan
sifatnya dapat merugikan pihak lain (Panji, 2014).
Hall (2011) dalam Tugas (2012) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai
sesuatu yang menunjukkan representasi palsu mengenai fakta material yang
dibuat oleh suatu pihak ke pihak lain dengan maksud untuk menipu dan
mendorong pihak lain untuk membenarkan, dengan mengandalkan fakta yang
merugikan pihak lain. Menurut Albrecht dkk. (2011) dalam Sihombing (2014),
kecurangan merupakan hal yang bersifat umum dan memiliki banyak makna,
yang terjadi karena kecerdikan manusia dan ditujukan pada satu pihak untuk
memeroleh keuntungan lebih dengan penyajian yang salah.
Tidak ada aturan khusus yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengartikan
kecurangan yang terdiri dari kejutan, penipuan, kelicikan, dan cara yang tidak
wajar yang digunakan sebagai cara untuk menipu orang lain. Satu-satunya cara
untuk menjelaskannya adalah bahwa kecurangan adalah hal yang merusak moral
manusia. Sedangkan, menurut Boynton (1996) dalam penelitian Najahningrum
(2013), kecurangan (fraud) adalah penipuan yang direncanakan misalnya salah
saji, menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material sehingga
2.1.3 Tipologi Kecurangan (Fraud)
William (1996:67) dalam penelitian Aranta (2013) menyebutkan bahwa
kecurangan pelaporan keuangan (financial reporting fraud) terdiri dari
tindakan-tindakan seperti:
1. Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan atau dokumen
pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.
2. Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas
peristiwa-peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada dalam
laporan keuangan.
3. Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang
berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, dan pengungkapan.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa tipe kecurangan (fraud). Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Simbolon (2010),The Association of Certified Fraud
Examineratau ACFE membagi kecurangan kedalam tiga tipologi atau cabang
utama, yaitu:
1. Penggelapan aset (Asset missapropriation)
Tindakan ini berupa pencurian, menggelapkan, atau juga penyalahgunaan
aset yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Pernyataan yang salah (Fraudulent missatement)
Tipologi ini menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan tersebut
3. Korupsi (Corruption)
Kecurangan yang satu ini kerap dan marak terjadi dalam dunia bisnis
maupun pemerintahan. Korupsi merupakan tindakan kecurangan yang sulit
terdeteksi dan cenderung dilakukan oleh satu orang, namun melibatkan
pihak lainnya.
2.1.4 Fraud Triangle
Dalam penelitian Hendra dkk. (2014), dijelaskan bahwaFraud triangleadalah
sebuah teori yang dikemukakan oleh Donald R. Cressey setelah melakukan
penelitian untuk tesis doktornya pada tahun 1950. Sihombing (2014) dalam
penelitiannya juga menyebutkan bahwafraud trianglemerupakan salah satu
konsep dasar dari pencegahan dan pendeteksian kecurangan (fraud).
Fraud trianglemenjelaskan mengapa seseorang melakukan kecurangan.Teori ini
juga didukung oleh Hunton dkk. (2004) dalam penelitian Tugas (2014) yang
mengatakan bahwa penipuan ataufraudterjadi sebagai akibat dari interaksi antara
tiga faktor, yaitu kesempatan, insentif atau tekanan, dan sikap atau rasionalisasi.
Dalam penelitian Hanum (2014), ada tiga elemen dalamfraud triangleyang
digunakan untuk mendeteksi tindak manipulasi dan kecurangan laporan keuangan,
yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi
2.1.4.1 Tekanan (Pressure)
Tekanan ataupressuremerupakan faktor yang timbul dari dalam diri seseorang
untuk melakukan kecurangan. Shelton (2014) menyatakan bahwa tekanan adalah
motivasi seseorang untuk melakukan penipuan, biasanya karena beban keuangan.
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), banyak studi menunjukkan penipuan atau
fraudlebih mungkin terjadi ketika seseorang memiliki insentif untuk melakukan
penipuan. Selain itu, tekanan (pressure) disebabkan karena kondisi, keadaan, atau
tuntutan seseorang untuk melakukan kecurangan. Tekanan-tekanan tersebut
seperti tekanan keuangan, tekanan akan kebiasaan buruk, dan tekanan yang
berhubungan dengan pekerjaan.
Menurut SAS No. 99, terdapat kondisi yang umum terjadi pada tekanan yang
dapat mengakibatkan seseorang untuk melakukan kecurangan yaitu:
1. Stabilitas keuangan (Financial stability)
Ketika suatu perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai
perusahaan akan naik dalam pandangan investor, kreditor, dan publik
(Norbarani, 2012).Financial stabilityatau stabilitas keuangan merupakan
keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam
kondisi stabil. Dalam SAS No. 99 dijelaskan bahwa manajer menghadapi
tekanan untuk melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan
ketika stabilitas keuangan dan profitabilitas perusahaannya terancam
kondisi ekonomi, industri, dan situasi lainnya.
Loebbecke dkk. (1989) dan Bell dkk. (1991) dalam penelitian Skousen
mengalami pertumbuhan yang di bawah rata-rata industri, manajemen
mungkin mengambil jalan untuk manipulasi laporan keuangan untuk
meningkatkan prospek perusahaan. Demikian juga, setelah periode
pertumbuhan yang tinggi dan cepat, manajemen mungkin mengambil jalan
untuk memanipulasi laporan keuangan untuk memberikan penampilan
pertumbuhan yang stabil. Kondisi perusahaan yang tidak stabil akan
menimbulkan tekanan bagi manajemen, karena kinerja perusahaan terlihat
menurun dimata publik sehingga akan menghambat aliran dana investasi
ditahun mendatang.
Skousen dkk.(2009) dalam penelitian Norbarani (2012) menyatakan
bahwa perusahaan berusaha untuk meningkatkan prospek danoutlook
perusahaan yang baik, salah satunya dengan memanipulasi informasi
kekayaan aset yang dimilikinya. Bentuk manipulasi pada laporan
keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan
aset perusahaan. Dalam penelitian Hanum (2014) menyatakan bahwa
dalam menarik minat investor untuk menanamkan modalnya, perusahaan
berusaha untuk mempercantik tampilan total aset yang dimiliki. Oleh
karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel
stabilitas keuangan (financial stability). Skousen dkk. (2009)
membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu
perusahaan, maka kemungkinan dilakukannya kecurangan laporan
keuangan suatu perusahaan semakin tinggi. Jika rasio perubahan total aset
terlalu besar dari sebelumnya, maka perusahaan akan memanipulasi agar
periode sebelumnya. Sehingga dengan pertumbuhan total aset yang stabil
didalam laporan keuangan, maka dimungkinkan adanya kecurangan yang
dilakukan perusahaan terhadap total aset dan keadaan keuangan sebelum
dilaporkan kepada publik.
2. Tekanan eksternal (External pressure)
Tekanan eksternal merupakan tekanan berlebihan yang terjadi pada
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga.
SAS No. 99 menjelaskan bahwa ketika perusahaan menghadapi adanya
tren tingkat ekspektasi para analisis investasi, manajemen perusahaan akan
menghadapi tekanan untuk memberikan kinerja terbaik bagi investor dan
kreditor yang signifikan bagi perusahaan atau pihak eksternal lainnya.
3. Kebutuhan keuangan pribadi (Personal financial need)
Merupakan suatu keadaan dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi
oleh kebutuhan keuangan para eksekutif perusahaan. Dalam SAS No. 99
disebutkan bahwa manajemen maupun direksi perusahaan cenderung akan
memanipulasi keadaan keuangannya untuk tujuan khusus, tidak terkecuali
untuk memenuhi kebutuhan pribadi atas dirinya.
4. Target keuangan (Financial target)
Suatu tekanan pada manajemen perusahaan yang dituntut untuk
melakukan performa terbaik untuk mencapai target keuangan yang
dipatok oleh direksi. oleh karena itu, perusahaan mungkin memanipulasi
laba untuk memenuhi perkiraan atau tolak ukur para analis seperti laba
tahun sebelumnya. Dalam penelitian Sihombing (2014), Skousen dkk.
kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa
efisien aset telah bekerja.
Pada penelitian ini menggunakan stabilitas keuangan (financial stability) sebagai
variabel dari elemen tekanan (pressure), karena tekanan eksternal (external
pressure) yang diproksikan dengan rasiolaveragekurang spesifik. Selain itu
target keuangan yang diproksikan denganreturn on asset(ROA) mencerminkan
laba yang dihasilkan atas penggunaan aset perusahaan, sehingga kurang
berpengaruh besar terhadap keuntungan yang dipertimbangkan oleh investor.
2.1.4.2 Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan merupakan metode yang dimana kejahatan dapat dilakukan (Shelton,
2014). Kecurangan (fraud) dapat terjadi dan dilakukan jika ada peluang atau
kesempatan. Biasanya, kecurangan yang dilakukan jika ada kesempatan
merupakan jenis kecurangan yang memiliki risiko terdeteksi yang kecil.
Menurut Albrecht dkk. (2011) dalam Sihombing (2014), meningkatnya peluang
dan kesempatan individu untuk melakukan kecurangan dikarenakan enam faktor:
1. Kurangnya kontrol untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
2. Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja.
3. Kegagalan untuk mendisiplinkan para pelaku kecurangan.
4. Kurangnya pengawasan terhadap akses informasi.
5. Ketidakpedulian dan ketidakmampuan untuk mengantisipasi kecurangan.
Dalam SAS No. 99 pada penelitian Sholihah (2014), kategori kecurangan yang
didasarkan kesempatan (opportunity) adalah:
1. Kondisi industri
Hal ini berkaitan dengan munculnya risiko bagi perusahaan yang
berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan
yang signifikan jauh lebih besar.
2. Efektivitas pengawasan (Effectivity of monitoring)
Suatu keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang
efektif memantau kinerja perusahaan, akan terjadi dominasi manajemen
oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak
efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses
pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sebagainya. Andayani
(2010) dalam Sihombing (2014) menyatakan bahwa terjadinya praktik
kecurangan (fraud) merupakan salah satu dampak dari pengawasan atau
monitoringyang lemah, sehingga memberikan kesempatan kepada
manajer untuk berperilaku menyimpang dengan melakukan manajemen
laba.
Dewan komisaris independen dipercaya dapat meningkatkan efektivitas
pengawasan dalam perusahaan, terutama mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan. Dalam Sihombing (2014) dijelaskan bahwa
Dechow dkk. (1995) meneliti hubungan antara dewan komisaris dengan
kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan yang lebih sedikit
dilakukan oleh Souken dkk. (2009) menunjukkan bahwa rasio dewan
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
3. Struktur organisasional
Struktur organisasi suatu perusahaan memberikan gambaran bagaimana
pengendalian internal dan arus hubungan vertikal maupun horizontal.
Meskipun struktur organisasi perusahaan sangat baik dan kompleks, tidak
menutup kemungkinan bahwa manajemen maupun direksi akan
melakukan tindak kecurangan.
2.1.4.3 Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi adalah bagaimana seseorang dengan pikirannya sendiri
membenarkan kejahatan yang dilakukannya (Shelton, 2014). Rasionalisasi
membuat seseorang yang pada awalnya tidak akan melakukan tindakan
kecurangan, berubah menjadi ingin melakukannya. Rasionalisasi merupakan suatu
alasan yang kesannya membenarkan tindakan kecurangan dan merupakan hal
yang sewajarnya.
Dalam SAS No. 99 menjelaskan bahwa hubungan manajemen dengan auditor
merupakan rasionalisasi manajemen. Auditor kadang berselisih dengan manajer
dalam melakukan audit, karena antara auditor dan manajer perusahaan tidak
terjadi kesepakatan mengenai praktik akuntansi perusahaan. Burton dan Roberts
(1991) dalam penelitian Srimindarti (2006) mengemukakan bahwa alasan
adanya perubahan manajemen, permintaan jasa tambahan dan kebutuhan yang
timbul karena keuangan yang baru. Dalam penelitian Sulistiarini dan Sudarno
(2012), Sinarwati (2010) menjelaskan bahwa pergantian manajemen dalam
perusahaan sering kali diikuti oleh perubahan kebijakan dalam perusahaan,
termasuk dalam hal pemilihan KAP. Jika manajemen yang baru berharap bahwa
KAP yang baru lebih bisa diajak bekerjasama dan lebih bisa memberikan opini
seperti yang diharapkan oleh manajemen, disertai dengan adanya preferensi
tersendiri tentang auditor yang akan digunakannya, pergantian KAP dapat terjadi
dalam perusahaan.
Kluger dan Shield (1987) dalam penelitian Srimindarti (2006) juga menjelaskan
bahwa keinginan perusahaan untuk menyembunyikan informasi tertentu memiliki
peran yang sangat penting dalam keputusan pergantian auditor. Selain itu, Nagy
(2005) dalam penelitian Sulistiarini dan Sudarno (2012) menyatakan bahwa
perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan
akuntansinya.
Di Indonesia telah ada regulasi atau peraturan terkait jasa akuntan publik.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2008 telah menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yang merupakan peraturan baru tentang jasa
akuntan publik yang juga berisi ketentuan pergantian Kantor Akuntan Publik
(KAP). Dalam pasal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan paling lama 6 (enam) tahun
buku berturut-turut oleh KAP yang sama dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh
auditor yang sama kepada satu klien yang sama. Jika terdapat perusahaan yang
berlaku tersebut, maka perlu ditinjau apakah ada kecurangan oleh perusahaan
(klien) dan ketidaksepakatan antara manajer dan auditor eksternal terkait
kebijakan dan praktik akuntansi yang dilakukan perusahaan. Karena pergantian
auditor secara sukarela terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain karena
adanya perselisihan antara manajer dan auditor terkait praktik akuntansi,
pengunduran diri KAP, pemecatan KAP oleh klien, dan juga disebabkan oleh
kepentingan khusus klien.
Dalam penelitian Hanum (2014), Kurniawati (2012) menyatakan bahwa dengan
adanya pengunduran diri atau pergantian auditor, maka akan berpengaruh
terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan. Auditor eksternal yang
lama mungkin lebih dapat mendeteksi segala kemungkinan kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Namun, dengan adanya pergantian auditor ekternal, maka kemungkinan terjadinya
kecurangan akan semakin meningkat. Auditor eksternal yang baru tidak dapat
secara langsung mendeteksi bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen, karena belum terbiasa dalam melakukan audit atas perusahaan
tersebut.
Jika dalam proses audit ditemukan bukti bahwa terdapat kecurangan laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan akan memberikan
alasan kepada auditor eksternal yang baru bahwa hal tersebut sebelumnya
merupakan tindakan yang sewajarnya dan tidak dipermasalahkan oleh auditor
ekternal yang sebelumnya. Pernyataan ini seolah-olah bahwa tindak kecurangan
yang dilakukan merupakan tindakan yang sewajarnya dan jika tidak terdeteksi
Rini (2012) menyatakan bahwa efektivitas dan kemampuan auditor untuk
mendeteksi adanya praktik kecurangan tergantung pada kualitas dan independensi
auditor tersebut. Kualitas audit dan auditor biasanya dikaitkan dengan ukuran
Kantor Akuntan Publik. Jika Kantor Akuntan Publik (KAP) berukuran besar,
maka kualitas independensi dan auditnya baik, sehingga dapat dipercaya dalam
mendeteksi adanya kecurangan laporan keuangan.
2.1.5 Fraud Diamond
Shelton (2014) menjelaskan bahwa awalnya dianggap ada tiga faktor berbeda
yang memberikan kontribusi seseorang dalam memutuskan untuk melakukan
tindakan kecurangan (fraud). Ketiga faktor tersebut termasuk dalam segitiga
kecurangan (fraud triangle). Tiga faktor yang berbeda adalah tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi. Menurut Shelton (2014), faktor-faktor tersebut
pertama kali didefinisikan oleh kriminolog Donald Cressey.
Dalam penelitian Sihombing (2014) dijelaskan bahwafraud diamondmerupakan
sebuah pandangan dan konsep baru tentang fenomena kecurangan yang
dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Teorifraud diamond
merupakan bentuk penyempurnaan dari teorifraud triangleyang dikemukakan
oleh Cressey (1953). Jika dalamfraud triangleterdapat tiga elemen, maka dalam
fraud diamondditambah satu elemen yang signifikan untuk memengaruhi
seseorang untuk melakukan kecurangan, yaitu kapabilitas ataucapability.
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), banyak studi menunjukkan penipuan atau
melakukan kecurangan, kontrol yang lemah atau pengawasan memberikan
kesempatan bagi orang untuk melakukan kecurangan, dan orang tersebut dapat
merasionalisasi perilaku kecurangan (sikap). Wolfe dan Hermanson (2004)
menjelaskan bahwa segitiga kecurangan dapat ditingkatkan untuk meningkatkan
baik pencegahan kecurangan dan deteksi dengan mempertimbangkan elemen ke
empat. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), selain menangani insentif,
kesempatan, dan rasionalisasi, juga mempertimbangkan kemampuan individu.
2.1.5.1 Kemampuan (Capability)
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), kontribusi utama darifraud diamond
adalah bahwa kemampuan untuk melakukan kecurangan secara eksplisit dan
terpisah dipertimbangkan dalam penilaian risiko kecurangan (fraud). Wolfe dan
Hermanson (2004) berpendapat bahwa banyak kecurangan yang bernilai miliaran
dolar, tidak akan terjadi tanpa orang tertentu dengan kemampuan khusus yang ada
dalam perusahaan. Kesempatan membuka peluang dan pintu bagi kecurangan,
kemudian tekanan dan rasionalisasi menarik seseorang untuk melakukan
kecurangan. Akan tetapi, orang harus memiliki kemampuan untuk mengenali
pintu terbuka tersebut sebagai kesempatan dan mengambil keuntungan bukan
hanya sekali, namun berkali-kali.
Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan bahwa posisi seseorang atau fungsi
dalam organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau
memanfaatkan kesempatan untuk kecurangan tidak tersedia untuk orang lain.
prosesnya melakukan kecurangan. Kemampuan tersebut meliputi bagaimana
seseorang dapat melihat dan memanfaatkan peluang yang juga didasari oleh
tekanan dari pihak lain untuk melakukan kecurangan.
Dalam penelitian Nursani dan Irianto (2014), Wolfe dan Hermanson (2004)
menjelaskan sifat-sifat terkait elemen kemampuan (capability) yang sangat
penting dalam pribadi pelaku kecurangan, yaitu:
1. Positioning
Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan
kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk
penipuan. Seseorang dalam posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar
atas situasi tertentu atau lingkungan.
2. Intelligence and creativity
Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan
posisi, fungsi, atau akses berwenang untuk keuntungan terbesar.
3. Convidence / Ego
Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak
akan terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang
didorong untuk berhasil disemua biaya, egois, percaya diri, dan sering
mencintai diri sendiri (narsisme). MenurutDiagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder, gangguan kepribadian narsisme meliputi
kebutuhan untuk dikagumi dan kurangnya empati untuk orang lain.
Individu dengan gangguan ini dipercaya bahwa mereka lebih unggul dan
4. Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau
menyembunyikan penipuan. Seorang individu dengan kepribadian yang
persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama
dengan penipuan atau melihat ke arah lain.
5. Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan yang efektif dan
konsisten. Untuk menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong
meyakinkan, dan harus melacak cerita secara keseluruhan.
6. Stress
Individu harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan
kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa
menimbulkan stres.
Wolfe dan Hermanson (2004) juga menyatakan bahwa posisi CEO, direksi,
maupun kepala divisi lainnya merupakan faktor penentu terjadinya kecurangan,
dengan mengandalkan posisinya yang dapat memengaruhi orang lain dan dengan
kemampuannya memanfaatkan keadaan yang dapat memperlancar tindakan
kecurangannya. Kemampuan untuk melakukan kecurangan akan kuat dan lebih
baik jika yang melakukan kecurangan tersebut adalah CEO dalam suatu
perusahaan, karena CEO merupakan seseorang yang memiliki posisi tertinggi
dalam jajaran kepengurusan suatu perusahaan.
Dalam penelitian Wolfe dan Hermanson (2004) dijelaskan sebagai contoh bahwa
pertimbangkan sebuah perusahaan di mana pengendalian internal memungkinkan
penjualan tanggal kontrak dalam sistem penjualan. Sebuah kesempatan untuk
penipuan ada, jika orang yang tepat di tempat untuk memahami dan
memanfaatkannya. Kesempatan ini untuk kecurangan atau penipuan menjadi
masalah yang jauh lebih serius jika CEO perusahaan yang berada di bawah
tekanan kuat untuk meningkatkan penjualan, memiliki keterampilan teknis untuk
memahami bahwa kelemahan kontrol ada, dapat memaksa CFO (direktur
keuangan) dan manajer penjualan untuk memanipulasi tanggal kontrak penjualan,
dan konsisten berbohong kepada analis dan anggota dewan tentang pertumbuhan
perusahaan. Dengan tidak adanya CEO tersebut, kemungkinan penipuan tidak
akan pernah menjadi kenyataan, meskipun kehadiran unsur-unsur segitiga
kecurangan. Dengan demikian, kemampuan CEO merupakan faktor utama dalam
menentukan apakah kelemahan kontrol ini pada akhirnya akan menyebabkan
kecurangan. Selain itu, Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan bahwa ketika
orang melakukan fungsi tertentu berulang-ulang, seperti rekonsiliasi bank atau
pengaturan akun penjualan baru, kemampuan mereka untuk melakukan penipuan
meningkat sebagai pengetahuan mereka tentang proses fungsi dan perluasan
kontrol dari waktu ke waktu.
Seorang CEO memiliki kendali yang besar terhadap bawahannya, termasuk dalam
mendominasi sistem, data perusahaan, proses pengambilan keputusan operasional,
dan keputusan dalam penerapan kebijakan akuntansi dalam proses pelaporan
keuangan perusahaan pada periode tertentu. Menurut Wolfe dan Hermanson
(2004), kemampuan sebagai salah satu faktor risiko kecurangan yang
melatarbelakangi terjadinya kecurangan menyimpulkan bahwa pergantian direksi
2.1.5.2 Keterkaitan antara Kemampuan (capability) dan Pergantian Direksi
(CEO)
Dalam teori keagenan (agency theory) dijelaskan bahwa CEO merupakan agen
atau pihak yang dipekerjakan oleh pemilik perusahaan (principal). Seorang CEO
memiliki kendali dan kemampuan memengaruhi yang besar terhadap
bawahannya, termasuk dalam mendominasi sistem, data perusahaan, proses
pengambilan keputusan operasional, dan keputusan dalam penerapan kebijakan
akuntansi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan pada periode tertentu.
Seorang CEO memiliki kemampuan dalam mengendalikan suatu perusahaan dan
memiliki posisi tertinggi dalam eksekutif perusahaan. CEO memiliki kemampuan
dalam melakukan tindak kecurangan, karena CEO mengetahui celah-celah dan
pandai melihat peluang didalam fungsi tertentu yang berpotensi untuk
dilakukannya kecurangan. Selain itu, CEO hanya diawasi oleh komisaris
independen dan komite audit yang terkadang kurang efektif dalam melakukan
pengawasan atas kinerja CEO, sehingga kemampuan CEO dapat meningkat untuk
melakukan kecurangan.
Kecurangan yang sering terjadi dan dilakukan oleh CEO adalah manajemen laba.
CEO memiliki kemampuan khusus dalam melakukan kecurangan seperti
manajemen laba dan penerapan kebijakan akuntansi tertentu sesuai dengan
tujuannya, dengan cara memengaruhi manajer beserta bawahannya yang lain
untuk dapat mengikuti maksud dan tujuannya, selagi ada peluang dan pengawasan
Ada banyak motivasi yang memicu terjadinya manajemen laba yang dilakukan
oleh CEO dan itu semua merupakan tindakan kecurangan. Scott (1997: 296-306)
dalam penelitian Tiono dkk. (2004) menyatakan bahwa salah satu motivasi
terjadinya manajemen laba adalah adanya pergantian CEO dan rencana bonus
(bonus scheme).
Kecurangan akan cederung terjadi dan meningkat pada saat akhir masa jabatan
seorang CEO atau pada saat akan dilakukannya pergantian CEO perusahaan yang
baru. CEO akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari pergantian
CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba, apabila penilaian
kinerja berdasarkan laba (Fransiska, 2007). Seorang CEO akan memanipulasi laba
yang diperoleh perusahaan untuk mendapatkan atau memaksimalkan bonus atas
kinerjanya. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus
(reward), sedangkan CEO yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik
perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Scott (1997) yang menyatakan bahwa
semakin mendekati periode pensiun, seorang CEO akan cenderung melakukan
strategiincome maximizationuntuk meningkatan bonus mereka.
DeAnggelo dan Skinner (1994) dalam penelitian Wedari (2004) mengemukakan
bahwa CEO akan melakukantake a bathuntuk meningkatkan probabilitas
peningkatan laba dimasa mendatang. Selain itu, Scott (1997: 296-306) dalam
penelitian Tiono dkk. (2004) menyatakan bahwa CEO yang akan habis masa
penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk
meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang
baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan
CEO, akan lebih mendukung dan meningkatkan kemampuan seorang CEO untuk
melakukan kecurangan, dengan memanfaatkan adanya peluang (opportunity)
dalam memaksimalkan rencana bonus (bonus scheme) dan pengawasan yang
kurang efektif, dan merasionalisasikan segala bentuk manajemen laba yang
dilakukan CEO.
2.1.6 Kecurangan Laporan Keuangan
Sihombing (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kecurangan laporan
keuangan merupakan kesengajaan ataupun kelalaian dalam pelaporan laporan
keuangan dimana laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Kelalaian atau kesengajaan ini sifatnya material
sehingga dapat memengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak yang
berkepentingan.
Pinkasovitch (2014) menyatakan bahwa Penipuan laporan keuangan dapat muncul
dalam berbagai bentuk, meskipun praktik akuntansi sekali menipu diinisiasi,
berbagai sistem manipulasi akan digunakan untuk menjaga penampilan
keberlanjutan. Pendekatan umum untuk artifisial meningkatkan penampilan
keuangan meliputi melebih-lebihkan pendapatan dengan merekam penjualan yang
diharapkan dimasa depan, mengecilkan biaya melalui cara-cara seperti
memanfaatkan beban usaha, menggembungkan nilai bersih aset dengan sengaja
gagal untuk menerapkan jadwal penyusutan yang sesuai, menyembunyikan
kewajiban off dari neraca perusahaan dan pengungkapan yang salah dari transaksi
Menurut Wells (2011) dalam Sihombing (2014) menyatakan bahwa kecurangan
laporan keuangan mencakup beberapa modus, antara lain:
1. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan, dokumen
pendukung atau transaksi bisnis.
2. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau
informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan
keuangan.
3. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan,
dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan
mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.
4. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya
disajikan dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam membuat laporan keuangan.
Beberapa modus diatas sering dijadikan motivasi dan cara manajer dalam
melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan, mulai dari penggunaan
metode, prinsip, maupun kebijakan yang salah dalam proses pelaporan keuangan.
Selain itu, laporan keuangan yang mengandung kecurangan menjadi ancaman
bagi pengguna laporan keuangan. Karena manajer perusahaan menyajikan
2.1.6.1 Manajemen Laba (Earning management)
Kataearning managementatau manajemen laba memang tidak asing lagi bagi
dunia riset dan penelitian yang terkait dengan akuntansi. Manajemen laba masih
menjadi topik dan isu yang paling sering dikaji dan dilakukan penelitian oleh
beberapa peneliti dan pihak yang berkepentingan, khususnya dibidang akuntansi
dan keuangan. Menurut Scott (2000) dalam penelitian Anggarini dan Trisnawati
(2008), manajemen laba adalah suatu cara penyajian laba yang disesuaikan
dengan tujuan yang diinginkan oleh manajer, melalui pemilihan suatu kebijakan
akuntansi atau melalui pengelolaan akrual.
Sugiri (1998) dalam penelitian Widyaningdyah (2001) mengutarakan definisi
manajemen laba menjadi dua bagian. Dalam arti sempit, manajemen laba sebagai
perilaku manajer untuk bermain dengan komponendiscretionary accrualsdalam
menentukan besarnya laba. Dalam arti luas, manajemen laba merupakan tindakan
manajer untuk meningkatkan ataupun mengurangi laba yang dilaporkan saat ini
atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan ataupun penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit
tersebut. Selain itu, Hermawan (2005) juga menyatakan bahwa manajemen laba
dapat terjadi ketika perusahaan menerapkan akuntansi akrual basis.
Manajemen laba sering kali dilakukan oleh manajemen yang memiliki tujuan
khusus. Manajemen laba mucul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat
laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi karena mereka mengharapkan
suatu manfaat atas tindakan yang dilakukan (Hermawan, 2005). Rezaee (2002)
intervensi terhadap proses pelaporan keuangan eksternal untuk memeroleh
beberapa keuntungan pribadi. Tindakan manajemen laba menjadi cikal bakal
terjadinya suatu skandal akuntansi (Norbarani, 2012). Hal ini dikarenakan telah
banyak kasus terkait skandal akuntansi dan kecurangan yang telah terjadi, seperti
skandal Enron di Amerika Serikat. Gideon (2005) dalam penelitian Norbarani
(2012) juga menyatakan bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti
PT Lippo Tbk. dan PT Kimia Farma Tbk. juga melibatkan pelaporan keuangan
yang berawal dari terdeteksi adanya manajemen laba.
Perusahaan lebih suka melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan ketika
mereka memiliki kesempatan untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan
agar kinerja mereka terlihat sukses didepan para pemegang saham perusahaan
(Dechow dkk., 1995). Dari kasus dan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa
manajemen laba atauearning managementmemiliki hubungan yang erat dengan
kecurangan laporan keuangan.
Menurut Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004), motivasi
perusahaan atau manajer dalam melakukan manajemen laba antara lain:
1. Rencana bonus (Bonus scheme / bonus plan)
Manajer yang bekerja diperusahaan dengan rencana bonus akan berusaha
mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang
akan diterimanya. Scott (2000) dalam penelitian Astuti (2003) menyatakan
bahwa adanya motivasi bonus mendorong manajer untuk memilih
prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode yang akan
bahwa manajer berusaha memanipulasi laba untuk memaksimalkan nilai
sekarang dari pembayaran bonus.
2. Kontrak hutang jangka panjang (Debt covenant)
Motivasi ini sejalan dengan hipotesisdebt covenantdalam teori akuntansi
positif, yaitu semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian
hutang, maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang
dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan, sehingga
dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran
kontrak.
3. Motivasi politik (Political motivation)
Perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis cenderung menurunkan
laba untuk mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode
kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memeroleh kemudahan
dan fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi.
4. Motivasi perpajakan (Taxation motivation)
Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan
mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang
dilaporkan, maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus
dibayarkan kepada pemerintah.
5. Pergantian CEO
CEO akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari
pergantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba,
apabila penilaian kinerja berdasarkan laba (Fransiska, 2007). CEO yang
sedangkan CEO yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik
perusahaan. Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004)
menyatakan bahwa CEO yang akan habis masa penugasannya atau
pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk
meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya
kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau
membatalkan pemecatannya.
6. Penawaran saham perdana (Initial public offering)
Saat perusahaango public, informasi keuangan yang ada dalam propektus
merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai
sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk
memengaruhi keputusan calon investor, maka manajer berusaha untuk
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai kecurangan sudah banyak dilakukan oleh beberapa
peneliti. Sihombing (2014) melakukan penelitian mengenai kecurangan yang
berjudul AnalisisFraud Diamonddalam MendeteksiFinancial Statement Fraud.
Penelitian tersebut menggunakan data skunder, yaitu perusahaan manufaktur yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) danlistingpada tahun 2010-2012.
Variabel dependen dalam penelitian Sihombing (2014) adalah Financial
Statement Fraud. Sedangkan variabel independennya adalah elemen-elemen
dalamfraud diamonddan digunakan proksinya. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa stabilitas keuangan yang diproksikan oleh rasio perubahan
total aset, tekanan eksternal yang diproksikan olehleverage ratio, keadaan
industri, dan variabelrationalizationyang diproksikan oleh perubahan total akrual
terbukti berpengaruh terhadapfinancial statement fraud.
Berikut ini adalah daftar penelitian terdahulu terkait dengan kecurangan laporan
keuangan:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti judul penelitian Hasil Penelitian (tahun)
1 Kennedy Samuel AnalisisFraud Diamond VariabelFinancial Stability Sihombing (2014) dalam MendeteksiFinancial external pressure, nature of Statement Fraud: Studi industry,danrationalization Empiris pada Perusahaan berpengaruh terhadapfinancial Manufaktur yang Terdaftar di statement fraud.
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2010-2012
2 Ivonna Hanum Analisis Faktor-Faktor yang VariabelFinancial Stability Nurfhyasa (2014) MempengaruhiFraudulent Berpengaruh Terhadap