• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM TATA NEGARA

DOSEN PEMBIMBING : DR. YUSUF HARIRI, SH, M.SI

OLEH :

MARI GUANINTA W.S

24.0142

KELAS H-2

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

JATINANGOR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Hukum Tata Negara”. Dimana penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi pihak yang membutuhkan dan sebagai salah satu Tugas Terstruktur mata kuliah Sistem Hukum Indonesia di Program Studi Kebijakan Pemerintahan Fakultas Politik Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. M. Yusuf Hariri,SH,M.Si selaku dosen mata kuliah Sistem Hukum Indonesia. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam mengumpulkan literatur untuk penulisan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat diperbaiki demi kesempurnaan isi makalah dan terima kasih.

(3)

DAFTAR ISI

PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA... 3

Peristilahan... 3

Definisi Hukum Tata Negara... 4

Hubungan Hukum Tata Negara dengan cabang Ilmu Pengetahuan Lainnya... 5

Objek dan Lingkup Kajian Hukum Tata Negara... 8

Sumber Hukum Tata Negara... 9

KONSTITUSI SEBAGAI OBJEK KAJIAN HTN ... 15

Arti dan Pengertian Konstitusi... 15

Nilai dan Sifat Konstitusi ... 17

Perubahan Konstitusi... 20

BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA... 32

Bentuk Pemerintahan Negara... 32

Konsep Dasar Warga Negara ... 44

Sistem Kewarganegaraan... 44

Kewarganegaraan Menurut UU No. 12 Tahun 2006 ... 47

Masalah Kedudukan Hukum Bagi Orang Asing... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

Kesimpulan ... 51

Saran ... 51

(4)

DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HAL.

(5)

DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HAL.

(6)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan suatu negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi negara tersebut.

Menurut Van Vollenhoven, Hukum Tata Negara adalah Hukum Tata Negara yang mengatur semua masyarakat hukum atasan dan masyarakat Hukum bawahan menurut tingkatannya dan dari masing-masing itu menentukan wilayah lingkungan masyarakatnya dan akhirnya menentukan badan-badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu serta menentukan susunan dan wewenang badan-badan tersebut.

Dari pengertian diatas diambil kesimpulan bahwa Hukum Tata Negara membahas tentang hukum, lembaga-lembaga pemerintahan, dan hubungan pemerintahan dengan masyarakat.

Di indonesia telah terjadi perubahan-perubahan terhadap UUD 1945 dan perundang-undangan lainnya. Perubahan tersebut juga menyebabkan perubahan dari kewenangan, kedudukan, dan tugas dari lembaga-lembaga negara, maupun perubahan terhadap peraturan yang mengatur masyarakat yang berada di Indonesia itu sendiri. Pengaturan mengenai masyarakat dipaparkan dalam hukum tentang Kewarganegaraan.

Beberapa perubahan kewenangan maupun tugas dari lembaga-lembaga negara haruslah diketahui oleh masyarakat luas. Seperti, perubahan kedudukan dari MPR yang awalnya adalah lembaga tertinggi negara sekarang menjadi lembaga negara. Hal tersebut disesuaikan dengan isi pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat.

(7)

Dengan kata lain, kehidupan masyarakat Indonesia diatur di dalam Hukum Tata Negara.

Selain hal diatas, Hukum Tata Negara juga berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik adalah HTN sangat memerlukan Ilmu politik dikarenakan Ilmu Politik diperlukan untuk mengetahui latar belakang dari suatu perundang-undangan. Selain itu, keputusan-keputusan politik merupakan peristiwa yang banyak pengaruhnya terhadap HTN.

Diharapkan dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat lebih memahami tentang sistem pemerintahan Indonesia, Kewarganegaraan dan lain sebagainya yang membantu dalam kehidupan sehari-hari.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Tata Negara ?

2. Apa yang menjadi objek kajian dari Hukum Tata Negara? 3. Bagaimana Sejarah Ketatanegaraan Indonesia?

4. Bagaimana sistem dan bentuk pemerintahan Indonesia?

5. Bagaimana perubahan mengenai kelembagaan negara Indonesia yng sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen?

6. Bagaimana kedudukan warga negara Indonesia?

7. Bagaimana memperoleh kewarganegaraan di Indonesia?

Tujuan Penulisan

(8)

PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA

Peristilahan

Istilah hukum tata negara merupakan terjemahan kata staatsrecht yang berasal dari bahasa belanda. Istilah staatsrecht mempunyai dua arti, yaitu staatsrecht in ruimere zin dan staatsrecht in engere zin. Staatsrecht in ruimere zin adalah hukum tata negara dalam arti luas terdiri dari hukum tata negara dalam arti sempit ditambah dengan hukum administrasi negara.

Istilah hukum tata negara dapat dianggap identik dengan hukum konstitusi yang berasal dari inggris (Constitutional Law). Hukum positif dianggap lebih semit karena hanya membahas hukum dalam perspektif teks UUD. Hukum Tata Negara tidak hanya terbatas pada UUD.

Perkataan Hukum Tata Negara berasal dari kata hukum dan negara. Tata negara berarti sistem penataan negara, yang berisi ketentuan mengenai struktur kenegaraan dan substansi norma kenegaraan. Ilmu Hukum Tata Negara dapat dikatakan merupakan cabang ilmu hukum yang membahas mengenai tatanan struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antarstruktur organ atau struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara struktur negara dengan warga negara.

Menurut Djokosoetono, istilah Teori Konstitusi lebih tepat daripada Hukum Konstitusi ataupun Hukum Tata Negara sebab yang dibahas didalamnya adalah persoalan konstitusi dalam arti yang luas dan tidak hanya terbatas pada aspek hukumnya. Dalam staatslehre dibahas mengenai persoalan negara dalam arti luas, sedangkan staatsrecht hanya mengkaji aspek hukumnya saja, yaitu hukum negara (state law).

(9)

yang bersangkutan atau pemerintahan tersebut dapat dinyatakan legal secara formal sejak terbentuknya. Namun, legalitas masih formal atau sepihak.Oleh karena itu, derajat legitimasinya asih tergantung kepada pengakuan pihak-pihak lain.

Definisi Hukum Tata Negara 1. Cornelis Van Vollenhoven

Hukum tata Negara mengatur semua masyarakat huku atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatnya. Masing-masing tingkat tersebut menentukan wilayah lingkungan rakyat, kemudian menentukan badan-badan dan fungsinya maisng-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu serta susunan dan wewenangnya dari badan-badan tersebut.

2. Paul Scholten

Hukum tata negara adalah het recht dat regelt de staatsorganistatie, atau hukum yang mengatur mengenai tata organisasi negara. Scholten menekankan perbedaan antara organisasi negara dari organisasi nonnegara, seperti gereja dan lain-lain. Scholten sengaja membedakan hukum tata negara dalam arti sempit sebagai hukum organisasi negara di satu pihak dengan hukum gereja dan hukum perkumpulan pedata di pihak lain dengan kenyataan bahwa kedua jenis hukum yang terakhir itu tidak memancarkan otoritas yang berdiri sendiri, melainkan suatu otoritas yang berasal dari negara.

3. J.A. Logemann

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara. Negara adalah organisasi jabatan-jabatan. Jabatan merupakan pengertian yuridis dari fungsi, sedangkan fungsi merupakan pengertian yang bersifat sosiologis.

4. J. R. Stellinga

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur wewenang dan kewajiban alat-alat perlengkapan negara serta mengatur hak dan kewajiban warga negara.

5. Van Apeldoorn

(10)

6. Mac-Iver

Hukum tata negara adalah mengatur negara sedangkan hukum oleh negara dipergunakan untuk mengatur sesuatu selain egara disebut sebagai hukum biasa (ordinary law).

7. Wade and Philips

Hukum tata negara mengatur alat-alat perlengkapan negara, tugas dan wewenangnya, serta mekanisme hubungan di antara alat-alat perlengkapan negara itu.

8. Paton George Whitecross

Hukum tata negara dianggap sebagai suatu cabang ilmu yang dapat dipakai untuk berbagai maca kegunaan hukum yang menentukan organisasi, kekuasaan, dan tugas-tugas otoritas administrasi.

9. A. V Dicey

Hukum tata negara mencakup semua peraturan yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi distribusi atau pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat dalam negara.

10. Maurice Duverger

Hukum tata negara adalah salah satu cabang hukum publik yang mengatur organisasi dan fungsi-fungsi politik suatu lembaga negara. Hukum tata negara (droit constitutionel) termasuk cabang hukum publik.

11. Michael T. Molan

Hukum tata negara biasanya dirumuskan secara kurang tegas batasan-batsannya apabila dibandingkan dengan bidang-bidang hukum yang lain.

12. A. W. Bradley dan K.D. Ewing

Hukum tata negara mengandaikan bahwa adanya aturan yang mendahului publik (negara) dan hubungan antara individu dengan negara.

13. Kusumadi Pudjosewojo

(11)

masyarakat hukum itu, beserta susunan, wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat perlengkapan itu.

14.Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim

Hukum tata negara dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi daripada negara, hubungan antara alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan horizontal, serta kedudukan warga negara dan hak asasinya.

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Cabang Ilmu Pengetahuan Lainnya a. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara

Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis kepada HTN Positif, sedangkan HTN merupakan konkretisasi dari teori-teori Ilmu Negara.

Hubungan antara ilmu negara dan hukum tata negara dari segi manfaatnya yang diperoleh jika orang mempelajarinya masing-masing sebagai mata pelajaran, dapat disamakan dengan pendapat Rengers Hora Siccama dalam karangannya yang berjudul natuurlijke waarheid en historische bepaaldheid. Dalam karangannya itu ia membedakan kebenaran hakikat dan kenyataan sejarah dengan menggolongkan tugas ahli hukum di satu pihak sebagai penyidik yang hendak mendapatkan kebenaran-kebenaran secara objektif, dan untuk itu ia tidak melaksanakan hukum itu sendiri, sedangan di lain pihak ia menggolongkan tugas ahli hukum sebagai pelaksana yang akan mempergunakan hukum itu dalam keputusan-keputusannya.

Berhubugan dengan pendapat Rengers Hora Siccama, maka dapatlah disamakan perumpamaan yang pertama itu dengan tugas Ilmu Negara yang tidak mementingkan bagaimana caranya hukum itu seharusnya dijalankan, karena Ilmu Negaa mementingkan nilai teoritisnya, sedangkan sebaliknya bagi hukum tata negara dan hukum administrasi negara yang lebih dipentingkan adalah nilai-nilai praktisnya oleh karena hasil penyeidikannya itu langsung dapat dipergunakan dalam praktek oleh para ahli hukum yang duduk sebagai pejabat-pejabat pemerintah menurut tugasnya masing-masing.

(12)

berlaku pada suatu waktu di suatu tempat. Karena itu lazim disebut hukum tata negara positif sebagai hukum tata negara indonesia.

b. Hubungan HTN dengan Ilmu Politik

Hubungan keduanya diibaratkan HTN sebagai kerangka manusia dan Ilmu Politik sebagai daging yang melekat disekitarnya, HTN sangat memerlukan Ilmu politik dikarenakan Ilmu Politik diperlukan untuk mengetahui latar belakang dari suatu perundang-undangan. Selain itu, keputusan-keputusan politik merupakan peristiwa yang banyak pengaruhnya terhadap HTN.

c. Hubungan HTN dengan HAN

Hubungan keduanya diibaratkan HTN adalah burung dan HAN adalah sayapnya, badan-badan negara itu lumpuh tanpa HTN karena badan negara itu menjadi tidak memiliki wewenang. Sebaliknya, badan-badan negara tanpa adanya HAN menjadi bebas.

Dalam suatu karangan, van vollenhoven berpendapat bahwa semua peraturan hukum yang sejak berabad-abad lamanya tidak termasuk dalam hukum tata negara materiil, hukum perdata materiil dan hukum pidana materiil tetapi dimasukkan dalam hukum administrasi negara. Ia mengartikan HAN akanmeiputi seluruh kegiatan negar dalam arti luas, jadi tidak hanya terbatas pada tugas pemerintahan dalam artisempit saja, tetapi juga meliputi peradilan, olisi, dan tugas membuat aturan.

Hukum tata negara dalam arti sempit adalah:

Persoonsleer yaitu yang mengenai person dalam arti hukum yang meliputi hak dan kewajiban manusia, personifikasi, pertanggungan jawab, lahir dan hilangnya hak dan kewajiban tersebut, hark organisas, batasabn-batasan dan wewenang

Gebiedleer, yang menyangkut wilayah atau lingkungan dimana hukum itu berlaku dan termasuk dalam lingkungan itu adalah waktu, tempat dan manusia atau kelompok dan benda.

(13)

2. Penunjukan mengenai pejabat-pejabat

3. Tugas dan kewajiban yang melekat pada jabatan 4. Kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan

5. Batas wewenagyang melekat pada jabatan terhadap daerah dan orang-orag yang dikuasainya

6. Hubungan antarjabatan 7. Penggantian jabatan

Hubungan antara jabatan dan penjabat. d. Hubungan HTN dengan HI

Urusan hubungan antar negara menjadi bidang pengaturan HI, namun kapasitas pemerintah untuk dapat mengadakan hubungan antar negara itu ditentukan di dalam HTN.

Objek dan Lingkup Kajian Hukum Tata Negara

Obyek kajian ilmu hukum tata negara adalah negara. Dimana negara dipandang dari sifatnya atau pengertiannya yang konkrit. Artinya obyeknya terikat pada tempat, keadaan dan waktu tertentu. Hukum tata negara merupakan cabang ilmu hukum yang membahas tatanan, struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antara struktur organ atau struktur kenegaraan serta mekanisme hubungan antara struktur negara dan warga negara.

Ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum dari negara sebagai organisasi, yaitu:

 Bentuk Negara (Kesatuan atau Federasi)

 Bentuk Pemerintahan (Kerajaan atau Republik)

 Sistem Pemerintahan (Presidentil, Parlementer, Monarki absolute)

 Corak Pemerintahan (Diktator Praktis, Nasionalis, Liberal, Demokrasi)

 Sistem Pendelegasian Kekuasaan Negara (Desentralisasi, meliputi jumlah,

 dasar, cara dan hubungan antara pusat dan daerah)

 Garis-garis besar tentang organisasi pelaksana (peradilan, pemerintahan,

 perundangan)

(14)

 Hubungan antara rakyat dengan Negara (abdi Negara, hak dan kewajiban rakyat sebagai perorangan/golongan, cara-cara pelaksanaan hak dan menjamin hak dan sebagainya)

 Cara-cara rakyat menjalankan hak-hak ketatanegaraan (hak politik, sistem

perwakilan, Pemilihan Umum, referendum, sistem

kepartaian/penyampaian pendapat secara tertulis dan lisan)

 Dasar Negara (arti Pancasila, hubungan Pancasila dengan kaidah-kaidah hukum, hubungan Pancasila dengan cara hidup mengatur masyarakat, sosial, ekonomi, budaya dan berbagai paham yang ada dalam masyarakat)

 Ciri-ciri lahir dan kepribadian Negara (Lagu Kebangsaan, Bahasa Nasional, Lambang, Bendera, dan sebagainya)

Sumber Hukum Tata Negara

Sumber Hukum ada sumber hukum formal yang dirumuskan peraturannya dalam suatu bentuk dan sumber hukum material adalah sumber yang menentukan isi hukum itu. Berdasarkan bentuknya maka hukum itu berlaku umum, mengikat, dan ditaati. Di Indonesia, pancasila menjadi sumber hukum material yang merupakan staats fundamentalnorm. Oleh karena itu, pancasila merupakan landasan dasar filosofis yang mengandung kaidah-kaidah dasar bagi pengaturan negara yang lebih lanjut. Sehingga setiap peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan pancasila. Apabila bertentangan maka peraturan perundang-undangan tersebut tidak dapat diberlakukan.

Dalam Pasal 1 ketetapan MPR No. III/MPR/2000 ditentukan :

a. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan,

b. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis,

(15)

serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan Undang-Undang Dasar 1945.

Van Apeldoorn dan pandangan pakar hukum lainnya, seperti Sajipto Rahardjo menyatakan dua sumber hukum yaitu :

Sumber Hukum Materiil : Pengertian Sumber Hukum Materiil adalah faktor yang turut serta menentukan isi hukum. Dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama dan lainnya. Sumber hukum materiil terdiri atas tigas jenis, yaitu: (a) sumber hukum historis, (b) sumber hukum sosiologis, (c) sumber hukum filosofis. Sumber Hukum Formal : Pengertian Sumber Hukum Formal ialah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi dapat dikatakan, sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat ataupun oleh penegak hukum.

Sumber Hukum Menurut Ahmad Sanusi terdiri atas: Sumber Hukum Normal, yaitu :

1. Sumber Hukum Normal yang langsung yaitu atas pengakuan undang-undang, yaitu undang-undang-undang, kebiasaan dan perjanjian antara negara. 2. Sumber Hukum Normal yang tidak langsung didasarkan atas pengakuan

undang-undang, yaitu perjanjian doktrin dan yurisprudensi . Sumber Hukum Abnormal, yaitu:

1. Proklamasi; 2. Revolusi;

Sumber-sumber hukum fomal antara lain ialah : 1. Undang-undang (statute)

2. Kebiasaan (costum)

3. Keputusan-keputusan hakim (jurisprudensi) 4. Tratat (treaty)

5. Pendapat sarjana hukum (doktrin) 1. Undang-undang

Undang-undang adalah hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif

(16)

disebut sebagai rancangan Undang-Undang. Undang-undang berfungsi untuk digunakan sebagai otoritas, untuk mengatur, untuk menganjurkan, untuk menyediakan (dana), untuk menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan, atau untuk membatasi sesuatu.

Suatu undang-undang biasanya diusulkan oleh anggota badan legislatif (misalnya anggota DPR), eksekutif (misalnyapresiden), dan selanjutnya dibahas di antara anggota legislatif. Undang-undang sering kali diamandemen (diubah) sebelum akhirnya disahkan atau mungkin juga ditolak.

Undang-undang dipandang sebagai salah satu dari tiga fungsi utama pemerintahan yang berasal dari doktrin pemisahan kekuasaan. Kelompok yang memiliki kekuasaan formal untuk membuat legislasi disebut sebagai legislator (pembuat undang-undang), sedangkan badan yudikatif pemerintah memiliki kekuasaan formal untuk menafsirkan legislasi, dan badan eksekutif pemerintahan hanya dapat bertindak dalam batas-batas kekuasaan yang telah ditetapkan oleh hukum perundang-undangan.

2. Kebiasaan

Kebiasaan merupakan tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap, ajeg, dan normal di dalam suatu masyarakat atau komunitas hidup tertentu.

Sebagai sebuah prilaku yang tetap (ajeg) kebiasaan merupakan prilaku yang selalu berulang hingga melahirkan satu keyakinan atau kesadaran bahwa hal itu patut dilakukan dan memiliki kekuatan normatif yang mengikat.

Tidak semua kebiasaan dapat menjadi sumber hukum, kebiasaan yang dapat menjadi sumber hukum meniscayakan beberapa syarat:

1. Syarat materiil adanya perbuatan tingkah laku yang dilakukan berulang-ulang

2. Syarat intelektual adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan

3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan dilanggar. Di Indonesia kebiasaan diatur dalam beberapa Undang-Undang:

(17)

kebiasaan tidak merupakan hukum kecuali apabila UU menetapkan demikian.”

 Pasal 1339 KUH Perdata: “Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat perjanjiannya diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau Undang-Undamg.”

 Pasal 1347 KUH Perdata: “Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan, dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam persetujuan, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.”

 Pasal 1571 KUH Perdata: “Apa yang meragu-ragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan dalam negeri atau di tempat persetujuan telah dibuat.”

 Pasal 22 AB: “Hakim yang menolak untuk mengadili dengan alasan Undang-Undangnya bungkam, tidak jelas atau tidak lengkap, dapat dituntut karena menolak untuk mengadili.”

 Pasal 14 UU No 14 Tahun 1970: “Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.” Kelemahan Hukum Kebiasaan:

1. Hukum kebiasaan bersifat tidak tertulis oleh karenanya tidak dapat dirumuskan secara jelas dan sukar menggantinya.

2. Hukum kebiasaan tidak menjamin kepastian hukum dan sering menyulitkan dalam beracara karena kebiasaan sangat beraneka ragam. Hubungan Hukum kebiasaan dan hukum adat:

Adat istiadat adalah peraturan-peraturan atau kebiasaan sosial yang sejak lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Pada umumnya adat istiadat bersifat sakral serta merupakan tradisi. Artinya; hukum adat termasuk bagian hukum kebiasaan, dan tidak semua adat merupakan hukum.

3. Keputusan-keputusan hakim

(18)

“Jurisprudence” dalam bahasa Perancis, yaitu yang berarti hukum peradilan atau peradilan tetap. Dalam bahasa Inggris maka terminologi “Jurisprudence” diartikan sebagai teori ilmu hukum, sedangkan pengertian yurisprudensi dipergunakan dalam rumpun sistem “Case Law” atau “Judge-made Law”. Kemudian kata “Jurisprudenz” dalam bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti yang sempit (aliran Ajaran Hukum), misalnya Begriff-jurisprudenz, Interressen jurisprudenz dan lain sebagainya. Istilah teknis bahasa Jerman untuk pengertian yurisprudensi, adalah kata “Ueberlieferung”.

Sebagai salah satu sumber hukum formal maka yurisprudensi penting eksistensinya apabila dikorelasikan terhadap tugas hakim. Apabila dikaji dari aliran legisme maka peranan yurisprudensi relatif kurang penting karenadiasumsikan semua hukum terdapat dalam undang-undang. Oleh karena itu, hakim dalam melaksanakan tugasnya terikat apa yang ada dalam undangundang, sehingga merupakan pelaksana undang-undang. Sedangkan menurut aliran Freie Rechtsbewegung maka hakim dalam melaksanakan tugasnya bebas untuk melakukan apa yang ada menurut undang-undang ataukah tidak. Dimensi ini terjadi karena pekerjaan hakim adalah melakukan “Rechtsschepping”, yaitu melakukan penciptaan hukum.

(19)

Dikaji dari aspek teoritik dan praktik peradilan, pada hakekatnya yurisprudensi dapat dibagi menjadi 2 (dua) klasifikasi, yaitu:

1. Yurisprudensi (biasa) dimana seluruh putusan pengadilan yang telah bersifat “inkracht van gewijsde” yaitu telah berkekuatan hukum tetap, seperti misalnya putusan perdamaian, seluruh putusan yudex facti (Pengadilan Negeri/Tinggi yang telah diterima oleh para pihak), seluruh putusan Mahkamah Agung RI, dan lain sebagainya.

2. Yurisprudensi tetap (vaste jurisprudentie) yaitu putusan hakim yang selalu diikuti oleh hakim lain dalam perkara yang sejenis berlangsung secara terus menerus.

Pada asasnya yurisprudensi adalah hukum (judge made law) dan mempunyai kekuatan mengikat terhadap para pihak (Pasal 1917 KUH Perdata) serta mengikat berlandaskan asas Res Judicata Proveri ate Habetur.

4. Traktat

Apabila dua orang mengadakan kata sepakat tentang sesuatu hal, maka mereka itu lalu mengadaan perjanjian. Akibat perjanjian ini ialah bahwa pihak-pihak yag bersangutan terikat pada isi perjanjian yang mereka adakan itu.

Perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih disebut perjanjian antar negara atau perjanjian internasional ataupun traktat. Traktat juga mengikat warga negara dari negara-negara yang bersangkutan.

Jika traktat diadakan hanya oleh dua negara, maka traktat itu adalah traktat bilateral, misalnya perjanjian internasional yang diadakan antara pemerintahan Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Cna tentang dwikewarganegaraan.

5. Pendapat Sarjana Hukum (Doktrin)

(20)

Sedangkan di Indonesia, hukum tata negara memiliki sumber hukum berupa UUD 1945, UU, ketetapan MPR, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya.

KONSTITUSI SEBAGAI OBJEK KAJIAN HTN

Arti dan Pengertian Konstitusi

Konstitusi dengan istilah lain Constitution atau Verfasung dibedakan dari Undang-Undang Dasar atau Grundgesetz. Karena suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai konstitusi pada negara-negara modern, maka pengertian konstitusi itu kemudian disamakan dengan UUD.

Jika faham Herman Heller dipakai sebagai ukuran untuk mengetaui ari konstitusi, maka akan terlihatlah bahwa benar-benar konstitusi itu mempunyai arti yang lebih luas dari pada UUD. Herman Heller membagi konstitusiitu dalam tiga pengertian sebagai berikut :

a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan dan ia belum merupakan konstitusi dalam arti hukum atau dengan perkataan lain konstitusi itu masih merupakan pengertian sosiologis atau politis dan belum merupakan pengertian hukum.

b. Baru setelah orang mencari unsur-unsur hukumnya darikonstitusi yang hidup dalam masyarakat itu untuk dijadikan sebagai suatu kesatuan kaidah hukum, maka konstitusi itu disebut rechtverfassung. Tugas mencari unsur-unsur hukum dalam ilmu pengetahuan hukum disebut abstraksi.

c. Kemudian orang mulai menulisnya dalam suatu naskah sebagai UU yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.

Jadi pengertian UUDharus dihubungkan dengan penertian konstitusi. Konstitusi sebenarnya tidak hanya bersifat yuridis semata-mata tapi juga sosiologis dan politis.

(21)

namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi ,Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi.

Dewasa ini, istilah konstitusi sering di identikkan dengan suatu kodifikasi atas dokumen yang tertulis dan di Inggris memiliki konstitusi tidak dalam bentuk kodifikasi akan tetapi berdasarkan pada yurisprudensi dalam ketatanegaraan negara Inggris dan mana pula juga.

Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris yaitu “Constitution” dan berasal dari bahasa belanda “constitue” dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa prancis yaitu “constiture” dalam bahasa jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan RI diartikan sama dengan Undang – undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan peraturan dasar dan yang memuat ketentuan – ketentuan pokok dan menjadi satu sumber perundang- undangan. Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara

 Pengertian konstitusi menurut para ahli

1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

2. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

(22)

4. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak tertulis.

5. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarti bersama dengan danstatute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

6. Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:  Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu;

1. Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi yang ada di dalam negara.

2. Konstitusi sebagai bentuk negara. 3. Konstitusi sebagai faktor integrasi.

4. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam negara .

 Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitusi dapat berupa tertulis) dan konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya).

 konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.

 konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak asasi serta perlindungannya.

Nilai dan Sifat Konstitusi

Dalam praktik ketatanegaraan, adakalanya suatu konstitusi yang tidak tertulis tidak berlaku sesuai yang dikehendaki, hal ini dapat disebabkan ada salah satu atau beberapa isi dari konstitusi tidak dijalankan atau hanya untuk kepentingan sutu golongan atau pribadi.

(23)

Nilai normatif diperoleh apabila penerimaan segenap rakyat suatu negara terhadap konstitusi benar-benar secara murni dan konsekuen. Konstitusi ditaati dan dijunjung tinggi tanpa adanya penyelewengan sedikit pun. Dengan kata lain, bahwa konstitusi telah dapat dilaksanakan sesuai dengan isi dan jiwanya baik dalam produk hukum maupun dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan pemerintah. b. Nilai nominal

Nilai nominal diperoleh apabila ada kenyataan sampai dimana batas-batas berlakunya itu, yang dalam batas-batas berlakunya itulah yang dimaksudkan dengan nilai nominal konstitusi. Contoh : ketentuan pasal 1 aturan peralihan UUD 1945 sebelum amandemen dinyatakan tidak berlaku lagi karena Panitia Persiapan Kemerdeaan Indonesia (PPKI) tugasnya hanya dalam masa peralihan dan badan itu sendiri sudah tidak berlaku lagi sekarang. Meskipun ketentuan itu tidak dicabut berarti masih berlak terus secara efektif.

c. Nilai semantik

Dalam hal ini konstitusi hanya sekadar istilah saja. Meskipun secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya hanya sekadar untuk memberi bentuk dari tempat yang telah ada dan untuk melaksanakan kekuasaan politik, pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan kepentingan pihak yang berkuasa (dalam arti negatif). Contoh UUD 145 yang berlaku pada masa orde lama. UUD 1945 pada waktu itu berlaku secara hukum tetapi dalam praktik berlakunya haya untukkepentingan penguasa saja, dengan dalih untuk melaksanakan UUD 1945, sedangkan yang dilakukan hanya untuk kepentingan penguasa.

Secara umum, suatu konstitusi memiliki sifatsifat antara lain, formal da materiil, tertulis dan tidak tertulis serta flexible (luwes/supel) dan rigid (kaku). a. Formal dan materiil

Konstitusi dalam arti formal berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu ketatanegaraan suatu negara. Dalam pandangan ini suatu konstitusi baru bermakna apabila konstitusi tersebut telah berbentuk naskah tertulis dan diundangkan, misal UUD 1945.

(24)

atau pokok bagi rakyat dan negara, karena itu untuk membuat konstitusi diperlukan suatu prosedur yang khusus.

b. Flexible (flexible constitution) dan Rigid (Rigid Conctitution)

Menurut James Bryce, konstitusi dikatakan flexible apabila memiliki ciri-ciri pokok: pertama, elastis karena dapat menyesuaikan dirinya dengan mudah. Kedua, diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang.

Sedangkan menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim untuk menentukan suatu konstitusi bersifat flexible atau rigid dapat dipakai ukuran sebagai berikut : 1. Cara mengubah konstitusi , dan 2. Apakah konstitusi itu mudah atau tidak mengikuti perkembangan zaman (dinamis).

1. Cara mengubah konstitusi

Setiap konstitusi yang tertulis mencantumkan pasalnya tentang perubahan. Hal ini disebabkan karena suatu konstitusi, walaupun ia dirancangkan dalam waktu lama, selalu akan tertinggal dari perkembangan masyarakat, sehingga pada suatu saat kemungkinan perkembangan itu terjadi, maka konstitusi itu perlu diubah. Suatu konstitusi pada hakikatnya adalah suatu hukum dasar yang merupakan dasar bagi peraturan perundang-undangan lainnya. Karena tingkatannya yang lebih tinggi, dan juga menjadi dasar peraturan-peraturan hukum lainnya, maka pembuat konstitusi menetapkan cara perubahannya tidak mudah, dengan makud agar tidak udah orang mengubah hukum dasarnya. Kalau perubahan diperlukan, maka haruslah dianggap perlu oleh rakyat banyak, sedangkan konstitusi yang perubahannya dengan cara yang istimewa, umpamanya perubahan itu harus disetujui lebih dahulu oleh kedua perwakilan, konstitusi itu bersifat rigid.

Negara-negara yang memiliki konstitusi flexible antara lain, New Zealand dan Inggris ( konstitusi yang tidak tertulis). Sedangakan yang bersifat rigid antara lain, USA, Australia, Kanada, dan Swiss.

2. Dinamisasi konstitusi

(25)

Menurut Elster berpendapat bahwaada delapan situasi dimana reformasi konsttusi lebih mudah dilakukan, yaitu masa krisis ekonomi dan sosial, revolusi, kejatuhan suatu rezim, ketakutan akan jatuhnya suatu rezim, kekalahan dari suatu perang, rekonstruksi setelah perang, pembentukan negara baru dan kemerdekaan dari penjajahan.

3. Tertulis dan tidak tertulis

Membedakan secara prinsipal antara konstitusi tertulis dan tidak tertulis adalah tidak tepat, sebutan konstitusi hanya dipakai untuk dilawankan dengan konstitusi modern yang lazimnya situlis dalam suatu naskah. Timbulnya konstitusi tertulis disebabkan karena pengaruh aliran kodifikasi.

Satu-satunya negara di dunia yang mempunyai konstitusi tidak tertulis hayalah negara Inggris. Namun, prinsip-prinsip yang dicantumkan dalam konstitusi di Inggris dicantumkan undang-undang biasa, seperti Bill of Rights.

Dengan demikian, suatu konstitusi tertulis apabila dicantumkan dalam suatu naskah atau beberapa naskah, sedangkan yang tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu melainkan dalam banyak hal yang diatur dalam konvensi-konvensi atau undang-undang biasa.

Perubahan Konstitusi

Venter berpendapat bahwa konstitusi yang final itu tidak ada, karena konstitusi nasional itu sama dengan negara, yang untuknyalah konstitusi itu ada. Ide tentang sebuah konstitusi yang (keberadaannya) tak bisa diganggugugat tidak mungkin konsisten dengan dalil-dalil negara konstitusional modern.

1. Pengertian Perubahan Konstitusi

Menurut John. M. Echols, amandemen dalam arti bahasa berarti mengubah Undang-Undang Dasar.

Menurut Sri Soemantri, mengubah UUD tidak hanya mengandung arti menambah, mengurangi, atau mengubah kata-kata dan istilah maupun isi ketentuan UUD menjadi lain daripada semula, melalui penafsiran.

2. Macam-macam Perubahan Konstitusi

(26)

jarang diubah, maka konstitusi disebut rigid . Sebaliknya apabila suatu konstitusi mudah diubah dan sering diubah, dia tergolong ke dalam konstitusi yang fleksibel. Menurut C. F Strong dalam hukum tata negara dan ilmu politik perubahan konstitusi dapat dilakukan dengan cara :

a. By Ordinary Legislative, But Under Certain Restrictions

Pengubahan konstitusi menurut sistem ini dilakukan berdasarkan tiga jalan:

1) Untuk dapat mengubah konstitusi, dalam sidang harus dihadiri oleh paling sedikit dua pertiga atau empat perlima dari seluruh jumlah anggota, dan keputusan tentang perubahan baru sah apabila asal-usul pengubahan disetujui oleh suara terbanyak.

2) Sebelum pengubahan diakukan, lembaga perwakilan rakyat dibubarkan, kemudian pemilu yang baru, dan lembaga perwakilan rakyat yang baru inilah yang kemudian melakukan perubahan terhadap konstitusi.

3) Untuk mengubah konstitusi, dua lembaga perwakilan rakyat melakukan sidang gabungan sebagai satu badan. Keputusan perubahan konstitusi sah apabila disetujui dengan suara terbanyak.

b. By the people through of referendum

Cara ini terjadi apabila pengubahan konstitusi memerlukan adanya pendapat langsung dari rakyat. Pendapat rakyat dapat dilakukan melalui referendum, plesbisit, atau popular vote. Contoh referendum di Prancis, dimana de gaulle yang diberi wewenang khusus melakukan pengubahan terhadap konstitusi dengan melakukan rancangan pengubahan kemudian rancangan itu disampaikan kepada rakyat dalam suatu referendum.

c. By a Major of all units of a federal state

(27)

Cara ini terjadi apabila untuk mengubah konstitusi mengharuskan dibentuknya suatu badan khusus. Misal, untuk mengubah UUDS 1950 dibetuk suatu badan khusus yang dinamakan Majelis Perubahan UUD.

Sementara menurut K.C Wheare, cara mengubah konstitusi yang dilakukan melalui 4 cara, yaitu :

Some Primary Forces

Adalah cara pengubahan konstitusi yang dilakukan atauterjadi oleh sebagian besar rakyat suatu negara yang merupakan kekuatan-kekuatan yang berpengaruh atau dominan dalam kehidupam negara yang bersangkutan, atau oleh golongan-golongan yang kuat di dalam masyarakat.

Formal Amendment

Adalah cara pengubahan konstitusi suatu negara apabila pengubahan itu dilakukan sesuai dengan atau melalui ketentuan-ketentuan yang telah tercantum di dalam peraturan perundangan yang berlaku.

Judicial Interpretation

Adalah pengubahan konstitusi yang dilakukan atau melalui penafsiran berdasarkan hukum. Misal, tafsiran ketentuan pasal 37 UUD 1945 tentang pengubahan UUD dapat ditafsirkan bahwa perubhan UUD 1945 bukan hanya pada batang tubuh saja, melainkan dapat dilakukan baik pada batang tubuh, penjelasan maupun pembukaannya.

Usages and Custom

Menurut K. C .Wheare perubahan konstitusi dapat dilakukan berdasarkan kebiasaa (usages) dan adat istiadat (custom) ketatanegaraan. Misal pidato presiden setiap tanggal 16 agustus di depan sidang pleno DPR-MPR dan pemukulan palu oleh ketua DPR RI pada setiap pembukaan sidang dan lainnya.

3. Perubahan Konstitusi di Indonesia

(28)

ketetapan MPR No IV/MPR/1983 jo. UU No. 5 Tahun 1885 yang mengatur tentang referendum.

Kesulitan perubahan konstitusi menurut K.C Wheare memiliki motif-motif tersendiri yaitu :

1) Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara serampangan dan dengan sadar.

2) Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum perubahan dilakukan.

3) Agar ( ini berlaku di negara serikat) kekuasaan negara serikat dan kekusaan negara-negara bagian tidak dubah semata-mata oleh perbuatan-perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.

4) Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau kebudayaannya mendapat jaminan.

Secara yuridis terdapat satu pasal yang mengatur mekanisme perubahan terhadap UUD 1945 yaitu pasal 37.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, konstitusi atau UUD 1945 diberlakukan di Idonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya sejak diproklamasikannya kemerdekaan Negara Indonesia. Perubahan Konstitusi dari orde lama hingga reformasi secara terinci adalah sebagai berikut:

a. UUD 1945 [18 Agustus 1945-27 Desember 1949] b. Konstitusi RIS [27 Desember 1949-17 Agustus 1950] c. UUDS 1950 [17 Agustus 1950-17 Agustus 1950] d. UUD 1945 [5 Juli 1959-19 Oktober 1999]

e. UUD 1945 dan Perubahan Pertama [19 Oktober 1999-18 Agustus 2000] f. UUD 1945 dan Perubahan Pertama dan Kedua [18 Agustus 2000-10

November 2001]

g. UUD 1945 dan perubahan Pertama, kedua, dan ketiga [10 November 2001-10 Agustus 2002], dan

(29)

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Adapun arti dari proklamasi itu dalam garis besarnya ialah: 1. Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, setelah berjuan berpuluh-puluh tahun sejak 20 Mei 1908.

3. Titik tolak dari pelaksanaan Amanta Penderitaan Rakyat. Sejarah pemerintahan Indonesia bermula semenjak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 29 April 1945 pemerintah Jepang membentuk Badan Penyelidik usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) dan dibubarkan setelah menyusun RUUD Indonesia Merdeka. Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 disaksikan oleh PPKi. Keesokan harinya PPKI mengadakan sidang dan menetapkan:

a. UUD 1945

(30)

c. Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Dengan terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden atas dasar UUD 1945 itu maka secara formal sempurnalah Negara RI. Sejak saat itu semua syarat yang lazim diperlukan oleh setiap organisasi negara telah ada, yaitu : adanya rakyat negara tertentu, adanya wilayah negara tertentu , adanya kedaulatan, adanya pemerintahan dan tujuan tertentu yakni:

1) Rakyat negara Indonesia, yaitu bangsa Indonesia

2) Wilayah negara Indonesia , yaitu tanah air Indonesia yang terdiri dari 13.677 buah pulau besar dan kecil.

3) Kedaulatan negara Indonesia telah ada semenjak pengucapan Proklamasi Kemerdekaa Indonesia

4) Pemerintah negara Indonesia telah ada semenjak terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden atas dasar UUD 1945 sebagai pucuk pimpinan pemerintahan dalam negara.

5) Tujuan negara ialah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

6) Bentuk negara Indonesia menurut pasal 1 ayat 1 UUD 1945 ialah negara Kesatuan.

Pembukaan UUD 1945 terdiri dari empat alinea dan mengandung pokok-pokok pikiran yang terpenting di dalamnya, antara lain:

a. Negara Indonesia haruslah suatu negar yang berdasarkan aliran pengertian negara kesatuan (paham untarasisme)

b. Dasar negara Indonesia yang terkenal dengan Pancasila.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UUD negara Indonesia. UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.

Sistem pemerintahan negara yang ditegaskan dalam UUD, beserta penjelasannya adalah:

a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum

(31)

c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan Majelis Permusyawratn Rakyat (MPR).

d. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah MPR

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR

f. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas, karena kepala negara harus bertanggung jawab kepada MPR dan kecuali itu ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR

g. DPR tidak dapat dibubarkan oleh presiden.

Dinamika Sejarah Perkembangan Ketatanegaran Indonesia

1) Sejarah Perkembanngan Ketatanegaraan Indonesia Periode 17 Agustus 1945-27 Desember 1949

Dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan 1945, dilihat dari segi hukum tata negara, berarti bangsa Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tatanan hukum sebelumnya, baik tatanan Hindia Belanda maupun tatanan hukum pendudukan Jepang. Dengan perkataan lain, Bangsa Indonesia mulai saat itu telah mendirikan tatanan hukum yang baru, yaitu tatanan hukum Indonesia, yang berisikan hukum Indonesia, yang ditentukan dan dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia (Joeniarto, 2001:20)

Sehari setelah proklamasi dikumandangkan, para pemimpin bekerja keras membentuk lembaga kepemerintahan sebagaimana layaknya suatu negara merdeka. Dalam kesempatan ini, PPKI menyelenggarakan rapat pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai rapat yang pertama setelah proklamasi kemerdekaan. Atas inisiatif Soekarno dan Hatta, mereka merencanakan menambah 9 orang sebagai anggota baru yang terdiri dari para pemuda seperti Chairul Saleh dan Sukarni. Namun, karena para pemuda menganggap bahwa PPKI bentukan Jepang, akhirnya para pemuda meninggalkan tempat.

(32)

Rapat pertama PPKI dilaksanakan di Pejambon, Jakarta. Sebelumnya, Soekarno dan Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo, Mr. Teuku Mohammad Hassan, untuk mengkaji perihal rancangan pembukaan UUD sebagaimana tercantum dalam Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945, khususnya berkaitan dengan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya”. Hal ini perlu dikaji karena pemeluk agama lain merasa keberatan jika kalimat itu dimasukkan dalam UUD. Akhirnya, setelah dilakukan pembicaraan yang dipimpin oleh Hatta, dicapai kata sepakat bahwa kalimat tersebut dihilangkan dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Rapat pleno kemudian dimulai pada pukul 11.30 di bawah pimpinan Soekarno dan Hatta. Dalam membicarakan UUD ini rapat berlangsung lancar, yakni sekitar dua jam rapat telah berhasil menyepakati bersama rancangan Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Rancangan yang dimaksud adalah Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI, dan dengan sedikit perubahan disahkan menjadi UUD yang terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan disertai dengan penjelasan. Dengan demikian, Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat dalam hidup bernegara dengan menentukan arahnya sendiri.

2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Dalam rapat untuk memilih presiden dan wakil presiden, tampil Otto Iskandardinata yang mengusulkan bahwa pemilihan dilakukan secara mufakat. Ia sendiri mengajukan Soekarno dan Hatta masing-masing sebagai presiden dan wakil presiden. Tentunya hal ini sesuai dengan UUD yang baru saja disahkan. Dalam musyawarah untuk mufakat, secara aklamasi peserta sidang menyetujui dan menetapkan Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia, diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dengan demikian, secara konstitusi Negara Republik Indonesia, Soekarno resmi sebagai Presiden Republik Indonesia Pertama.

(33)

itu, maka Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat Nomor X, tanggal 16 Oktober 1945 yang mencakup dua hal, yakni: Pertama, izin pembentukan partai-partai. Negara State Party yang merupakan partai tunggal akhirnya dibatalkan.

Kedua, yang menjadi tujuan dari Maklumat Wakil Presiden itu adalah pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai pengganti MPR. Tujuannya adalah “division of power” sehingga DPR dan MPR tidak lagi dirangkap Presiden. Kemudian, mulai tanggal 1 November 1945, kabinet bertanggung jawab kepada Badan Pekeja KNIP sehingga dalam praktiknya yang terjadi adalah sistem parlementer di mana BP KNIP berperan sebagai Parlemen. (Burhan D.Magenda dalam Gloria Juris vol.7.;2007:119)

Tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis, Sutan Sjahrir dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda. Terjadinya perubahan besar dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia (dari sistem Presidensiil menjadi sistem Parlementer) memungkinkan perundingan antara pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan Inggris dan Belanda, Sutan Sjahrir dinilai sebagai seorang moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan Jepang. Sementara Pihak Republik Indonesia memiliki alasan politis untuk mengubah sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer, karena seminggu sebelum perubahan pemerintahan itu, Den Haag mengumumkan dasar rencananya, akan tetapi Ir Soekarno menolak hal ini. Sebaliknya, Sjahrir mengumumkan pada tanggal 4 Desember 1945 bahwa pemerintahnya menerima tawaran ini dengan syarat pengakuan Belanda atas Republik Indonesia. Alasan lain dengan perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil ke parlementer karena Indonesia ingin menunjukkan pada negara lain bahwa Indonesia adalah negara merdeka yang demokratis. Negara demokrasi menurut negara-negara barat pada masa itu selalu identik dengan multipartai dan sistem parlementer. Ini adalah strategi yang sengaja dimunculkan oleh tokoh-tokoh pada saat itu agar kemerdekaan Indonesia segera mendapat pengakuan dari negara-negara barat.

(34)

ditentukan oleh BP KNIP dan bukan oleh Presiden. Presiden hanyalah menjadi Kepala Negara dan bukan kepala eksekutif, yang justru dijabat oleh Perdana Menteri. Sampai saat pembentukan Republik Indonesia Serikat Desember 1949, ada tiga Perdana Menteri, yakni Sutan Sjahrir, Amir Sjarifuddin, dan Hatta. Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin masing-masing dua kali menjadi Perdana Menteri sedang Hatta memimpin kabinet Presidensial, tapi yang tetap bertanggung jawab kepada BP KNIP.

2) Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950

Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RepubIik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan dengan menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus – 2 November 1949. Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari RepubIik Indonesia, BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg, yaitu gabungan negara-negara boneka yang dibentuk Belanda), dan Belanda, serta sebuah komisi PBB untuk Indonesia. KMB tersebut menghasilkan tiga buah persetujuan pokok, yaitu: 1. Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat;

2. Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat; dan 3. Didirikan uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda.

Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat mengharuskan adanya penggantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah naskah UUD Republik Indonesia Serikat. Rancangan UUD tersebut dibuat oleh delegasi RI dan delegasi BFO pada Konferensi Meja Bundar. Setelah kedua belah pihak menyetujui rancangan tersebut, maka mulai 27 Desember 1949 diberlakukan suatu UUD yang diberi nama Konstitusi Republik Indonesia Serikat. Konstitusi tersebut terdiri atas Mukadimah yang berisi 4 alinea, Batang Tubuh yang berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran.

(35)

bagiannya. Negara-negara bagian itu adalah: Negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa Timur, Madura, Sumatera Timur, dan Sumatera Selatan.

Secara khusus isistem pemerintahan Indonesia disebutkan dalam pasal 118 ayat 2 yang menyatakan :

Tanggung jawab kebijaksanaan pemeritahan berada di tangan menteri, tetapi apabia kebijaksanaan meteri/para menteri ternyata tidak dapat dibenarkan oleh DPR, aka menteri –menteri itu harus mengundurkan diri. Atau DPR dapat membubarkan menteri-menteri (kabinet) tersebut dengan lasan mosi tidak percaya.

Berdasarkan ketentuan diatas dapat disimpulkan: pertama, yang dimaksud pemerintah adalah presiden dengan seorang atau beberapa menteri. Presiden di dalam menyelenggarakan pemerintahan negara tidak dapat diganggu gugat. Yang bertanggung jawab untuk kebijaksanaan pemerintahan di tangan menteri-menteri. Kedua, dari segi pertanggungjawaban menteri-menteri, maka sistem pemerintahan berdasarkan konstitusi RIS menganut sistem pemerintahan parlemen, yaitu menteri-menteri baik secara bersama-sama sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).

3) Sejarah Perkembangan Ketatanegaran Indonesia Periode 17 agustus 1950-5 juli 191950-59

Menurut Dasril Radjab : Sistem ketatanegaraan berdasarkan Konstitusi RIS tidak beruur panjang. Hal ini disebabkan isi konstitusi itu tidak mengakar dari kehendak rakyat dan bukan pula merupakan keputusna politik dari rayat indonesia akan tetapi merupakan rekayasa dari luar pihak baik pihak belanda maupun PBB.

(36)

pembukaan dan batang tubuhnya yang baru dengan berdasarkan prinsip-prinsip yang baru pula.

Dari ketentuan pasal 131 ayat 1 UUDS 1950 disimpulkan bahwa pada UUDS 1950 telah diatur dasar dan mekanisme dari desentralisasi daerah, yaitu dengan memberikan hak enuh (otonom) kepada daerah untuk mengatur wilayahnya sendiri.

Memerhatikan sistem pemeritahan berdasarkan UUDS 1950 terlihat bahwa sistem pemerintahan berdasarkan UUDS 1950 adalah sistem parlementer. Tugas-tugas eksekutif dipertanggungjawabkan kepada menteri-menteri baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Kepala negara sebagai pucuk pimpinan pemeriintahan tidak dapat diganggu gugat, karena kepala negara dianggap tidak pernah bersalah (the king can do no wrong).

Berkaitan dengan Dekrit Presiden 5 juli 1959, wirjono djodikoro mengatakan:

Tindakan mendekritkan kembali ke UUD 1945 (staats noodrech). Ini berarti bahwa dalam keadaan ketatanegaraan tertentu, kita dapat terpaksa mengadakan tindakan yang menyimpang dari peraturan-peraturan ketatanegaraan yang memaksa ini, dianggap oleh presiden/ panglima tertinggi angkatan perang ada dalam negara kita. Dan berdasarkan atas inilah Dekrit Presiden /Panglima Tertinggi Angkatan Perang tenang kembali ke UUD 1945 dikeluarkan.

Berdasarkan pendapat tersebut semakin jelaslah bahwa keberadaab Dekrit 5 juli 1959 sebagai hal yang menyimpang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ketatanegaraan adalah sah berdasarkan ketentuan hukum darurat negara.

4) Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia Periode 5 Juli 1959 Sampai Sekarang

a. Masa 5 Juli 1959-11 Maret 1966

(37)

Hasil amandemen konstitusi mempertegas deklarasi negara hukum, dari semula hanya ada di dalam penjelasan, menjadi bagian dari batang tubuh UUD 1945. Konsep pemisahan kekuasaan negara ditugaskan. MPR tidak lagi memegang kekuasaan membentuk UU tetapi hanya berhak mengajukan dan membahas RUU. Kekuasaan diserahkan kembali kepada lembaga yang berhak yaitu DPR.

Akuntabilitas politik melalui proses rekruitmen angota parlemen dan presiden yang langsung, diperkuat lagi dengan sistem pemberhentian mereka jika melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan konstitusi. Dalam hal perlindugan HAM, amandemen UUD 1945 memberikan jaminan yang jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan aturan sebelum amandemen.

Dengan demikian, secara umum hasil amandemen UUD 1945 lebih memberikan dasar konstitusi bagi lahir dan tumbuhnya negara hukum indonesia dalam kelangsungan sistem ketatanegaraan ke depan.

BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

Klasifikasi bentuk negara dan sistem pemerintahan negara dapat dilihat dari tabel berikut.

Bentuk Negara Susunan Pemerintahan negara Sistem

(38)

bentuk kenegaraan antara

5) Aristokrasi (oligarki) 3. Negara di bawah pengawasan, yaitu

terpimpin) 4.5. PBB (staatenbaund)Dominion

KELEMBAGAAN NEGARA

Struktur Kelembagaan Negara

Menurut Philipus M Hadjon, maka kedudukan suatu lembaga negari dapat dilihat dari dua sisi, yaitu : pertama, kedudukan diartikan sebagai suatu posisi lembaga negara dibandingkan dengan lembaga negara yang lain. Kedua, kedudukan lembaga negara diartikan sebagai posisi yang didasarkan pada fungsi utamanya. Dengan demikian, lembaga negara adalah badan yang diatur dalam UUD 1945 yang kewenangannya diberikan oleh UUD.

Berkaitan dengan alat perlengkapan negara , hasil amandemen UUD 1945 menetapkan 1 lembaga bantu Negara Bantu dengan 8 lembaga negara sebagai berikut : pertama

1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 2. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Kedua : Kekuasaan Pemerintahan Negara (Eksekutif), yaitu presideb, wakil presiden.

(39)

2. Mahkamah Konstitusi (MK)

Keempat : Kekuasaan Eksaminatif (Inspektif), Yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Kelima: Lembaga Negara Bantu, yaitu Komisi Yudisial

Lembaga Legislatif

A. Majelis Permusyawaratan Rakyat

Pasal 2 ayat 1 UUD 1945 menetapkan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu dan diatur lebih lanjut dengan UU. Ayat 2 menyatakan bahwa Majelis akan bersidang sedikut-dikitnya lima tahun sekali. Ketentuan sedikit-dikitnya itu mengandung kemungkinan mengadakan sidang lebih dari satu kali dalam lima tahun.

MPR bertugas dan berwenang unuk menetapkan garis-garis daripada haluan negara dan memberhentikan presiden dan wakil presiden untuk lima tahun berikutnya.Untuk itu mengadakan sidang setiap lima tahun. Apabila tidak ada keperluan yang istimewa, maka MPR tidak perlu bersidang lebih dari satu kali dalam lima tahun.

Menurut UUD 1945 keperluan yang istimewa adalah apabila DPR mengundang MPR untuk mengadakan persidangan istimewa dalam rangka meminta pertanggungjawaban presiden, karena DPR menganggap presiden sungguh-sungguh telah melanggar hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden /wapres berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi.

Di samping untuk meminta pertanggungjawaban presiden, manakala DPR menganggap presiden sungguh telah melanggar ketentuan, maka suatu sidang istimewaa dapat diadakan.

Pasal 3 UUD 1945 menetapkan tugas majelis adalah: 1. Mengubah dan menetapkan UUD

2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden

(40)

Selanjutnya menurut pasal 11 UU No.12 tentang Susunan dan Keduduan MPR, DPR, DPD, dan DPRD menetapkan bahwa selain keempat hal tersebut MPR memiliki tugas dan wewenang antara lain:

a. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan mahkamah konstitusi untuk memberhentikan presiden dan/atau wapres dalam masa jabatannya.

b. Melantik wapres menjadi presiden apabila mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.

c. Memilih wapres dari dua calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan wapres

d. Memilih presiden dan wapres apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya

e. Menetapkan peraturan tat tertib dan kode etik MPR.

B. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Pasal 20 UUD 1945 ayat 1-4 menerangkan bahwa : 1) DPR memegang kekuasaan membentuk UU

2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama

3) Jika rancangan UU itu tidak mendapat persetujuan bersama, RUU itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.

4) Presiden mengesahkan UU yang telah disetujui bersama untuk menjadi UU. Posisi DPR juga dipertegas dalam pasal 20 A ayat 1, 2, 3 yaitu:

1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain UUD ini, DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

(41)

Pergeseran dan peningkatan kewenangan dan kekuasaan DPR, secara langsung meningkatkan bban dan tanggung jawab DPR, yang sekaligus menunjukkan bahwa peran DPR dalam sistem ketatanegaraan menjadi semakin signifikan dalam upaya menyalurkan aspirasi masyarakat. Hal ini dilakukan oleh DPR dengan memberikan keleluasaan kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya, baik secara langsung ataupun melalui surat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Pembentukan DPD (senate atau upperhouse) dimaksudkan agar mekanisme check and balances dapat berjalan relatif seimbang, terutama yang berkaitan dengan kebijakan di pusat dan kebijakan di daerah. Menurut Ramlan Surbakti, beberapa pertimbangan Indonesia membentuk DPD : pertama, distribusi penduduk indonesia menurut wilayah sangat timpang dan terlampau besar terkonsentrasi di pulau jawa. Kedua, sejarah Indonesia menunjukkan aspirasi kedaerahan sangat nyata dan mempunyai basis materiil yang sangat kuat, yaitu adanya pluralisme daerah otonom seperti daerah istimewa dan daerah khusus.

Pasal 22 C UUD 1945 mengatur tentang :

1. Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu dan pemilu untuk memilih anggota DPD dilakukan secara individu bukan atas nama partai 2. Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh

anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR 3. Susunan dan kedudukan DPD diatur dengan UU.

Adapun proses pemberhentian anggota DPD diatur dalam pasal 22 D ayat 4 UUD 1945 yang menyatakan anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam UU.

Kewenangan pokok dari DPD diatur adalam pasal 22D UUD 1945: 1) DPD dapat menjalankan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi

(42)

2) DPD ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah serta DPD dapat memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.

3) DPD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

Lembaga Eksekutif

Presiden dan Wakil Presiden

Wewenang dan kekuasaan Presiden Republik Indonesia, dibagi dua jenis yaitu selaku kepala negara dan selaku kepala pemerintahan. Cara membedakan tugas presiden sebagai kepala negara dengan kepala pemerintahan adalah sebagai berikut :

Tugas dan tanggung jawab sebagai kepala negara meliputi hal-hal yang bersifat seremonial dan protokoler kenegaraan. Jadi mirip dengan kewenangan para kaisar dan ratu pada beberapa negaralain, tetapi tidak berkenaan dengan kewenangan penyelenggaraan roda pemerintahan.

Kekuasaan dan kewenangan kepala negara terseut,meliputi : a. Melangsungkan perjanjian dengan negara lain

b. Mengadakan perdamaian dengan negara lain c. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya d. Mengumumkan negara terhadap negara lain

e. Mengangkat, melantik, dan memberhentikan duta sertakonsul untuk negara lain.

(43)

Kekuasaan dan kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan adalah karena fungsinya sebagai penyelenggara tugas eksekutif meliputi sebagai berikut :

a. Memimpin kabinet

b. Mengangkat dan melantik menteri-menteri c. Memberhentikan menteri-menteri

d. Mengawasi operasional pembangunan e. Menerima mandat dari MPR-RI

Banyak yang menyatakan bahwa kewenangan presiden dibidang yudikatif sebagai kekuasaan kepala negara yaitu:

a. Hak pemberian grasi yaitu hak untuk memberikan pengurangan hukuman atau pengampunan dan pembebasan hukuman sama sekali. Sebagai contoh yaitu mereka yang mendapat hukuman mati dikurangi menjadi hukuman seumur hidup

b. Hak pemberian aborsi yaitu hak untuk memberikan persyaratan bahwa hukuman tuntutan pidana harus digugurkan atau suatu hukuman tuntutan pidana harus dihentikan. Sebagai contoh mereka yang dijadikan tersangka telah melakukan pemberontakan , dibatalkan sebelum diadili.

c. Hak pemberian amnesti yaitu hak untuk memberikan pernyataan bahwa hukuman tuntutan pidana yang telah dijatuhkan harus dibatalkan. Sebagai contoh yaitu merek ayang pernah dituduh melakukan tindakan subversif dibatalkan sesudah diadili.

d. Hak pemberian rehabilitasi, hak untuk memberikan pernyataan pengembalian nama baik seseorang. Sebagai contoh yaitu mereka yang pernah dihukum hingga nama baiknya tercemar akibat adanya kesalahan dalam proses hukum, direhabilitasi nama baiknya melalui suatu pernyataan.

(44)

berhalangan tetap dan Wakil Presiden tampil kedepan sebagai pengganti Presiden sampai habis masa jabatannya.

Menurut David B Rivkin dan Lee A Casey dalam analisisnya di The Washington Post (2007) mengemukakan, secara umum ada dua model tugas yang diperankan oleh Wakil Presiden dalam sistem pemerintahan. Pertama, tugas administrasi, yaitu wapres berfungsi untuk membantu Presiden dalam mengoordinasikan, menjalankan, dan mengevaluasi program kerja kabinet. Termasuk dalam fungsi ini, wapres terkadang ditunjuk sebagai kepala suatu badan administrasi pemerintahan atau suatu komisi negara. Kedua, tugas informal. Di Amerika Serikat, tugas informal biasanya berkaitan dengan relasi dengan parlemen. Wapres berfungsi sebagai liaison officer antara pemerintah dan parlemen. Menurut Harun Alrasid, tiga tugas Wakil Presiden, yakni membantu Presiden menjalankan tugas sehari-hari, menjalankan tugas Presiden kalau Presiden berhalangan, dan menggantikan presiden kalau jabatan Presiden lowong.

Kewenangan wakil presiden sebagai wakil dari presiden. Wakil presiden adalah sebagai pejabat yang dapat bertindak sebagai wakil dari presiden yaitu mewakili presiden dalam melaksanakan tugas dan kewajiban serta wewenang jabatan presiden. terlebih dahulu harus terdapat hal-hal yang menyebabkan presiden berhalangan melaksanakan tugas, kewajiban dan wewenang jabatannya dan sifat dari berhalangan tersebut adalah sementara. Secara teoritis, yang menyebabkan presiden berhalangan sementara seperti : Sakit, Berkunjung, Kedaerah, Berkunjung ke luar negeri, Cuti (istrahat), Sibuk (pada acara) Dan lain-lain

Lembaga Yudikatif

A. Mahkamah Agung

(45)

1. Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan.

2. Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan perundang-undangan dibawah UU

3. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.

Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, 2 wakil ketua, dan beberapa orang ketua muda. Wakil ketua Mahkamag Agung terdiri atas wakil ketua bidang yudisial dan wakil ketua bidang nonyudisial. Wakil ketua yudisial yang membawahi ketua muda perdata, ketua muda tata usaha negara sedangkan wakil ketua bidang nonyudisial membawahi ketua muda pengawasan.

Hakim anggota Mahkamah Agung adalah hakim agung. Pada mahkamah agung terdapat hakim agung sebanyak maksimal 60 orang. Hakim agung dapat berasal dari sistem karier atau sitem nonkarier. Calon hakim agung diusulkan oleh komisi yudisial kepada DPR, untuk kemudian mendapat persetujun dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden.

Tugas Hakim agung adalah mengadili dan memutus perkara pada tingkat kasasi.

B. Mahkamah Kostitusi

Akibat utama dari anutan sistem separation of power, lembaga-lembaga negara tidak lagi terkualifikasi ke dalam lembaga tertinggi dan tinggi negara. Lembaga-lembaga negara itu memperoleh kekuasaan berdasarkan UUD dan di saat bersamaan dibatasi juga oleh UUD. Pasca amandemen UUD 1945, kedaulatan rakyat tidak lagi diserahkan sepenuhnya kepada satu lembaga melainkan oleh UUD.

(46)

satu lembaga negara baru yang oleh konstitusi diberikan kedudukan sejajar dengan lembaga-lembaga lainnya, tanpa mempertimbangkan lagi adanya kualifikasi sebagai lembaga negara tertinggi atau tinggi. Sehingga, sangat tidak beralasan mengatakan posisi dan kedudukan MK lebih tinggi dibanding lembaga-lembaga negara lainnya, itu adalah pendapat yang keliru. Prinsip pemisahan kekuasaan yang tegas antara cabang-cabang kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif dengan mengedepankan adanya hubungan checks and balances antara satu sama lain.

Fungsi dan peran utama MK adalah adalah menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum. Demikian halnya yang melandasi negara-negara yang mengakomodir pembentukan MK dalam sistem ketatanegaraannya. Dalam rangka menjaga konstitusi, fungsi pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam ketatanegaraan Indonesia sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem bukan lagi supremasi parlemen melainkan supremasi konstitusi.

Untuk menguji apakah suatu undang-undang bertentangan atau tidak dengan konstitusi, mekanisme yang disepakati adalah judicial review yang menjadi kewenangan MK. Jika suatu undang-undang atau salah satu bagian daripadanya dinyatakan terbukti tidak selaras dengan konstitusi, maka produk hukum itu akan dibatalkan MK. Sehingga semua produk hukum harus mengacu dan tak boleh bertentangan dengan konstitusi. Melalui kewenangan judicial review ini, MK menjalankan fungsinya mengawal agar tidak lagi terdapat ketentuan hukum yang keluar dari koridor konstitusi.

Fungsi lanjutan selain judicial review, yaitu (1) memutus sengketa antarlembaga negara, (2) memutus pembubaran partai politik, dan (3) memutus sengketa hasil pemilu. Fungsi lanjutan semacam itu memungkinkan tersedianya mekanisme untuk memutuskan berbagai persengketaan (antar lembaga negara) yang tidak dapat diselesaikan melalui proses peradilan biasa, seperti sengketa hasil pemilu, dan tuntutan pembubaran sesuatu partai politik.

Empat kewenangan MK adalah:

Gambar

Gambar 1. Kriteria Kewarganegaraan

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian peneliti mencoba melihat wanita karir dalam pandangan tokoh feminis Indonesia yaitu Husein Muhammad yang pemikirannya masih kental dengan dunia pesantren dan

prestasi belajar fisika siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan model pembelajaran konvensional, didasarkan pada

Pengiriman merupakan sebuah proses bisnis yang melibatkan pergerakan fisik dari produk sayuran dataran tinggi yang berada dalam satu jalar rantai pasok. Manajemen pengiriman

Hidayah, Nurul. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe NHT,

Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi

siswi yang mengalami PMS kategori sedang sebanyak yaitu 76 responden (50,0%), dengan kata lain ada hubungan tingkat kecemasan dengan Sindroma Pramenstruasi pada siswi

c.. SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak. SPT yang ditandatangani beserta lampirannya adalah satu kesatuan yang

Rumah Sakit Usada Sidoarjoyang sekarang ini sedang dalam proses mendapatkan akreditasi Rumah sakit. Namun ada beberapa hal yang dirasa dapat mengurangi nilai