MODUL
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR PAJAK I
MODUL
Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
Oleh:
Agus Suharsono
Widyaiswara Madya
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
KUP
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR TABEL ... xx
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... xxi
PETA KONSEP MODUL ... xxii
PENDAHULUAN... 1
Deskripsi Singkat ... 1
Prasyarat Kompetensi ... 2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 2
Standar Kompetensi ... 2
Kompetensi Dasar ... 2
Relevansi Modul ... 2
KEGIATAN BELAJAR 1 ... 5
SISTEMATIKA UNDANGUNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN ... 5
Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil ... 6
Reformasi Perpajakan tahun 1983 ... 8
Self Assessment++ ... 11
CircumNavigation UndangUndang KUP ... 15
Ketentuan Umum dalam UndangUndang KUP ... 18
Latihan ... 21
Rangkuman ... 21
Tes Formatif ... 22
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 24
KEGIATAN BELAJAR 2 ... 25
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI DAN MELAPORKAN USAHA ... 25
Kewajiban Mendaftar dan Fungsi NPWP ... 27
Subyek Yang Wajib Mendaftarkan Diri untuk Memperoleh NPWP ... 28
Kewajiban Mendaftar NPWP bagi Wanita Kawin dan Anak Yang Belum Dewasa ... 31
Cara Pendaftaran NPWP dan Pelaporan PKP ... 33
Tempat Pendaftaran NPWP ... 35
Penerbitan NPWP Secara Jabatan ... 37
Jangka Waktu Pendaftaran atau Pengukuhan ... 38
Dokumen Syarat Permohonan Pendafatran NPWP ... 39
Tata Cara Ekstensifikasi Dalam Rangka Pendaftaran NPWP atau Pengukuhan PKP ... 42
Penghapusan NPWP ... 43
Proses Penghapusan NPWP Melalui eRegistration ... 46
Proses Penghapusan NPWP Tidak Melalui e-Registration ... 48
Jangka Waktu Penghapusan NPWP ... 50
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ... 51
Tempat Melaporkan Usaha untuk Dikukuhkan Sebagai PKP ... 52
Cara Melaporkan Usaha untuk Dikukuhkan Sebagai PKP ... 52
Dokumen Kelengkapan Permohonan Pengukuhan PKP ... 54
SK Pengukuhan PKP ... 55
Pengukuhan PKP Secara Jabatan ... 56
Pencabutan Pengukuhan PKP ... 58
Jangka Waktu Pencabutan Pengukuhan PKP ... 61
Perubahan Data Wajib Pajak Dan/Atau Pengusaha Kena Pajak ... 62
Latihan ... 65
Rangkuman ... 65
Test Formatif 2 ... 67
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ... 68
KEGIATAN BELAJAR 3 ... 69
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN ... 69
Pembukuan atau Pencatatan ... 70
Kewajiban Pembukuan atau Pencatatan ... 72
Prinsip Taat Asas dalam Pembukuan ... 73
Perubahan Metode Pembukuan dan/atau Tahun Buku ... 74
Informasi Minimal dalam Pembukuan atau Pencatatan ... 76
Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain Rupiah ... 76
KUP
Bentuk Pencatatan ... 89
Kewajiban Menyimpan Dokumen Dasar Pembukuan atau Pencatatan ... 94
Pembukuan Terpisah ... 95
Latihan ... 98
Rangkuman ... 98
Tes Formatif ... 100
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 101
KEGIATAN BELAJAR 4 ... 103
PEMBAYARAN PAJAK... 103
Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran... 104
Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak Untuk Masa Pajak ... 105
Batas Waktu Pembayaran Pajak dalam SPT Tahunan ... 107
Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Pembayaran Pajak ... 108
Batas Waktu Pembayaran STP, Ketetapan dan Keputusan ... 108
Mengangsur atau Menunda Pembayaran PPh Tahunan ... 109
Jika Batas Waktu Bertepanan Hari Libur ... 110
Sarana Melakukan Pembayaran Pajak ... 111
Tempat Pembayaran Pajak ... 112
Bentuk, Tata Cara Pengisian SSP ... 118
Latihan ... 122
Rangkuman ... 122
Tes Formatif ... 124
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 125
KEGIATAN BELAJAR 5 ... 127
PELAPORAN PAJAK ... 127
SPT dan Fungsinya ... 130
Kewajiban Mengisi SPT ... 131
Penandatanganan SPT ... 132
Wajib Pajak Yang Dikecualikan Menyampaikan SPT ... 132
Bentuk SPT ... 133
Pengambilan SPT ... 134
Batas Waktu Penyampaian SPT ... 135
Tempat Penyampaian SPT ... 138
WP Tertentu Yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa Pajak Dalam Satu
SPT Masa ... 140
Perpanjangan Penyampaian SPT ... 142
Jenis SPT ... 144
Isi SPT ... 145
Pembetulan SPT ... 147
Jangka Waktu Pembetulan SPT ... 148
Sanksi Karena Pembetulan SPT ... 149
Pembetulan SPT Karena Menerima Ketetapan, Keputusan atau Putusan 150 Ketentuan Pembetulan SPT Karena Menerima Ketetapan, Keputusan atau Putusan... 152
Pengungkapan Ketidakbenaran SPT ... 154
Pengungkapan Ketidakbenaran SPT Setelah Tindakan Pemeriksaan Tetapi Belum Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak ... 156
Latihan ... 158
Rangkuman ... 159
Tes Formatif ... 161
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 162
KEGIATAN BELAJAR 6 ... 163
PEMERIKSAAN PAJAK DAN VERIFIKASI ... 163
Pemeriksaan Pajak ... 164
Tujuan Pemeriksaan Pajak ... 165
Syarat sebagai Pemeriksa Pajak ... 166
Kewajiban Wajib Pajak Yang Diperiksa ... 167
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Secara Jabatan ... 169
Peniadaan Kewajiban Merahasiakan Data Pembukuan atau Pencatatan . 170 Penyegelan ... 170
Pendeleasian Pengaturan Pemeriksaan ... 171
Pemeriksaan Pajak Yang Ditindaklanjuti Pemeriksaan Bukti Permulaan... 172
KUP
Jangka Waktu Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan dalam
Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan ... 177
Pemeriksaan Ulang ... 178
Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain ... 179
Ruang Lingkup, Kriteria, dan Jenis Pemeriksaan untuk Tujuan Lain 179 Kewajiban Pemeriksa Pajak ... 180
Kewenangan Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Lapangan ... 181
Kewenangan Pemeriksa Pajak dalam Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Lain ... 182
Hak Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Tujuan Lain ... 182
Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Lapangan untuk Tujuan Lain ... 183
Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Lain ... 183
Jangka Waktu Pemeriksaan ... 184
SP2 dan Surat Yang Berisi Perubahan Tim Pemeriksa Pajak ... 184
Ketentuan LainLain ... 185
Verifikasi ... 185
Pengertian dan Ketentuan Umum Verifikasi ... 186
Tujuan Verifikasi ... 187
Verifikasi Dalam Rangka Menerbitkan NPWP Secara Jabatan Atau Berdasarkan Permohonan Wajib Pajak... 188
Verifikasi Dalam Rangka Mengaktifkan NPWP ... 189
Verifikasi Dalam Rangka Menghapuskan NPWP Secara Jabatan Atau Berdasarkan Permohonan Wajib Pajak... 190
Ketentuan Kegiatan Verifikasi Dalam Rangka Menerbitkan atau Menghapus NPWP ... 192
Verifikasi Dalam Rangka Mengukuhkan PKP Secara Jabatan Atau Berdasarkan Permohonan Wajib Pajak... 193
Verifikasi Dalam Rangka Mencabut PKP Secara Jabatan Atau Berdasarkan Permohonan Wajib Pajak... 194
Ketentuan Kegiatan Verifikasi Dalam Rangka Mengukuhkan atau Mencabut PKP ... 196
Ruang Lingkup dan Kriteria Verifikasi Dalam Rangka
Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak ... 197
Tata Cara Verifikasi Dalam RangkaMenerbitkan Surat Ketetapan Pajak ... 199
Kewajiban dan Kewenangan Petugas Verifikasi ... 202
Kewajiban dan Hak Wajib Pajak ... 202
Pemberitahuan Hasil Verifikasi dan Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi ... 203
Jika Hasil Verifikasi Tidak Terdapat Pajak Kurang Bayar ... 204
Jangka waktu penyelesaian Verifikasi ... 204
Jika Hasil Verifikasi Tidak Terdapat Kelebihan Pembayaran Pajak 205 Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Hasil Verifikasi ... 206
Latihan ... 207
Rangkuman ... 207
Tes Formatif ... 210
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 211
KEGIATAN BELAJAR 7 ... 213
SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN PAJAK ... 213
Latar Belakang Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak ... 214
Jenis Ketetapan Pajak ... 217
Penerbitan Surat Ketapan Pajak Sebelum Wajib Pajak Mempunyai NPWP 217 Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Setelah Penghapusan NPWP ... 218
Jika Ketetapan Pajak Rusak, Tidak Terbaca, Hilang, atau Tidak Dapat Ditemukan ... 219
Jika SPT Menggunakan Satuan Mata Uang Dollar Amerika Serikat ... 220
Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak .... 220
Tata Cara Penerbitan SKP ... 221
Tata Cara Penerbitan STP ... 222
Tahun Pajak 2007 dan Sebelumnya ... 222
Tahun Pajak 2008 dan Setelahnya ... 223
KUP
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ... 227
Jangka Waktu Penerbitan SKPKB ... 228
Sebab Diterbitkan SKPKB ... 230
Sebab Diterbitkan SKPKB Menurut PP 74 Tahun 2011 ... 231
SKPKB Dengan Sanksi Bunga 2% ... 233
SKPKB Dengan Sanksi Kenaikan 50% atau 100% ... 235
SKPKB Dengan Sanksi Kenaikan Setelah Mendapat Pengembalian Pendahuluan ... 236
SKPKB atas Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu Dikenakan Sanksi Kenaikan 100% atau Bunga 2% ... 236
SKPKB atas Wajib Pajak Yang Memenuhi Syarat Tertentu Dikenakan Sanksi Kenaikan 100% ... 238
SKPKB Dengan Sanksi Berupa Kenaikan 200% ... 239
SKPKB Dengan Sanksi Bunga 48% ... 240
SKPLB ... 241
Penerbitan SKPLB Setelah DJP Melakukan Pemeriksaan atau Verifikasi ... 241
Jangka Waktu Penerbitan SKPLB Setelah DJP Melakukan Pemeriksaan ... 242
Jika Jangka Waktu Penerbitan SKPLB Terlewati ... 242
Jika Wajib Pajak Sedang Dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan 243 SKPLB Setelah DJP Melakukan Penelitian ... 244
SKPPKP Setelah DJP Melakukan Penelitian ... 245
SKPPKP Setelah DJP Melakukan Penelitian Atas Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu ... 245
SKPPKP Setelah DJP Melakukan Penelitian Atas Wajib Pajak Yang Memenuhi Syarat Tertentu... 249
Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Berdasarkan Persyaratan Tertentu ... 250
Pengajuan Permohonan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak ... 251
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Dan Penerbitan SK Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak ... 252
Ketentuan Peralihan ... 255
SKPPKP Atas Penelitian Terhadap PKP Yang Berisiko Rendah... 255
Pengembalian PPN Yang Tidak Dikonsumsi Di Daerah Pabean ... 257
Jika Setelah Terbit SKPLB Terdapat Data Baru Lebih Bayar ... 257
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi) ... 257
Surat Ketetapan Pajak Nihil ... 260
SKPKBT... 261
Jangka Waktu Penerbitan SKPKBT ... 261
Sebab Diterbitkan SKPKBT ... 262
Sebab Diterbitkan SKPKBT Menurut PP 74 Tahun 2011 ... 265
SKPKBT dengan Sanksi Kenaikan Sebesar 100% ... 267
SKPKBT Tanpa Sanksi ... 267
SKPKBT dengan Sanksi Bunga Sebesar 48% ... 267
Surat Tagihan Pajak ... 268
Sebab Diterbitkan Surat Tagihan Pajak ... 268
Surat Tagihan Pajak dengan Sanksi Berupa Bunga 2% ... 270
STP dengan Sanksi Berupa Denda 2% Dari Dasar Pengenaan Pajak ... 271
Surat Tagihan Pajak Atas PKP Gagal Produksi dan Telah Mendapat Pengembalian Pajak Masukan ... 272
STP Bunga Penagihan ... 273
STP Mengangsur atau Menunda ... 275
STP Mengangsur atau Menunda PPh Pasal 29 UU PPh ... 276
STP Atas Penundaan SPT Tahunan ... 278
Latihan ... 278
Rangkuman ... 279
Tes Formatif ... 282
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 283
KEGIATAN BELAJAR 8 ... 285
PENAGIHAN PAJAK ... 285
Pengertian Penagihan Pajak ... 286
Tindakan Penagihan Pajak ... 287
Dasar penagihan pajak ... 289
KUP
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 304
KEGIATAN BELAJAR 9 ... 307
UPAYA HUKUM DI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK ... 307
Pembetulan ... 310
Pengertian Pembetulan Ketetapan dan Keputusan Pajak ... 310
Obyek Pembetulan Ketetapan dan Keputusan Pajak ... 311
Ruang Lingkup Pembetulan Ketetapan dan Keputusan Pajak ... 313
Permohonan Pembetulan Ketetapan dan Keputusan Pajak ... 315
Cara Menyampaikan Permohonan Pembetulan Ketetapan dan Keputusan Pajak ... 316
Jangka Waktu Penyelesaian Pembetulan Ketetapan dan Keputusan Pajak ... 318
Keputusan Pembetulan Ketetapan dan Keputusan Pajak ... 318
Keputusan Pembetulan Secara Jabatan ... 320
Keberatan ... 321
Objek Keberatan ... 322
Bukan Objek Keberatan ... 323
Larangan WP yang sudah Mengajuan Keberatan ... 324
Surat Permohonan Keberatan ... 324
Jangka Waktu Permohonan Keberatan dan Force Majeure ... 328
Surat Permohonan Keberatan Yang Tidak Memenuhi Syarat ... 329
Cara dan Tempat Penyampaian Surat Permohonan Keberatan ... 330
Hak Wajib Pajak Sehubungan dengan Permohonan Keberatan ... 332
Proses Penyelesaian Keberatan ... 334
Keputusan Keberatan ... 337
Jangka Waktu Pelunasan Jika Wajib Pajak Mengajuan Keberatan .. 340
Upaya Hukum Dalam Pasal 36 Ayat (1) UndangUndang KUP ... 341
Hak Mengajukan Permohonan ... 343
Penyampaian Permohonan Wajib Pajak ... 343
Bukti Penerimaan Surat Permohonan ... 344
Jangka Waktu Keputusan ... 344
Upaya Hukum Pasal 36 ayat (1) UndangUndang KUP Berdasarkan Permohonan Wajib Pajak ... 345
Pasal 36 ayat (1) Huruf a UndangUndang KUP ... 346
Hak Mengajukan Permohonan ... 346
Ketentuan Permohonan Pasal 36 Ayat (1) Huruf a UU KUP .... 347
Syarat Permohonan ... 349
Pengujian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi... 350
Tindak Lanjut Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi ... 351
SK Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi... 351
Pasal 36 ayat (1) Huruf b UndangUndang KUP ... 356
Hak Mengajukan Permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar ... 357
Ketentuan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar ... 357
Syarat Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak yang Tidak Benar ... 358
Pengujian Permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar ... 359
Tindak Lanjut Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar ... 360
SK Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar ... 361
Pasal 36 ayat (1) huruf c UndangUndang KUP ... 362
KUP
Ketentuan Pengurangan atau Pembatalan Surat Tagihan Pajak
yang Tidak Benar ... 363
Syarat Pengurangan atau Pembatalan Surat Tagihan Pajak ... 364
Pengujian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan STP Yang Tidak Benar ... 365
SK Permohonan Pengurangan atau Pembatalan STP Yang Tidak Benar ... 366
Pasal 36 ayat (1) huruf d UndangUndang KUP ... 367
Hak Mengajukan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan atau Verifikasi ... 367
Ketentuan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan atau Verifikasi ... 367
Syarat Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan atau Verifikasi ... 368
Pengujian Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan atau Verifikasi ... 369
SK Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan atau Verifikasi ... 370
Pencabutan Permohonan Pasal 36 ayat (1) UndangUndang KUP oleh Wajib Pajak ... 372
Upaya Hukum Pasal 36 ayat (1) UndangUndang KUP Secara Jabatan ... 372
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Secara Jabatan ... 373
Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak yang Tidak Benar Secara Jabatan ... 374
Pengurangan atau Pembatalan STP yang Tidak Benar Secara Jabatan ... 375
Pembatalan Surat Ketetapan Pajak dari Hasil Pemeriksaan atau Verifikasi Secara Jabatan ... 376
Latihan ... 377
Rangkuman ... 377
Tes Formatif ... 380
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 381
UPAYA HUKUM DI LUAR DJP DAN IMBALAN BUNGA ... 383
Kekuasaan Pengadilan Pajak ... 384
Kedudukan dan Pembinaan Pengadilan Pajak ... 386
Kuasa Hukum ... 387
Banding... 388
Pihak yang Mengajukan Banding ... 390
Persyaratan Pengajuan Banding ... 390
Pencabutan Pengajuan Banding ... 392
Proses Banding Dengan Acara Cepat... 393
Proses Banding Dengan Acara Biasa ... 395
Putusan Banding ... 398
Gugatan ... 399
Objek Gugatan ... 400
Gugatan Hanya Kepada Pengadilan Pajak ... 402
Ketentuan Gugatan Dalam UU Penagihan ... 402
Ketentuan Sanggahan Dalam UU Penagihan ... 404
Ketentuan Gugatan Dalam UU Pengadilan Pajak ... 405
Pihak yang Mengajukan Gugatan ... 406
Persyaratan Pengajuan Gugatan ... 407
Pencabutan Pengajuan Gugatan ... 408
Gugatan Tidak Menunda Penagihan ... 409
Proses Gugatan Dengan Acara Cepat ... 409
Proses Gugatan Dengan Acara Biasa... 412
Putusan Pengadilan Pajak ... 414
Pelaksanaan Putusan Pengadilan Pajak ... 416
Peninjauan Kembali Di Mahkamah Agung ... 418
Alasan Permohonan Peninjauan Kembali ... 419
Jangka Waktu Pengajuan Peninjauan Kembali ... 420
Jangka Waktu Putusan oleh Mahkamah Agung ... 420
Hukum Acara Dalam UU MA ... 421
Tempat Pengajuan Peninjauan Kembali ... 422
Panjar Biaya Perkara ... 422
Jawaban Pihak Lawan ... 424
KUP
Berkas Permohonan Peninjauan Kembali ... 426
Ketentuan Lainlain ... 427
Imbalan Bunga ... 428
Imbalan Bunga karena Keterlambatan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak ... 430
Imbalan Bunga Tahun Pajak 2008 dan Sesudahnya ... 432
Imbalan Bunga Tahun Pajak 2001 sampai dengan 2007 ... 436
Imbalan Bunga Tahun Pajak 1995 sampai dengan 2000 ... 438
Imbalan Bunga PBB ... 439
Imbalan Bunga karena Keberatan, Banding, atau Peninjauan Kembali ... 441
Imbalan Bunga karena Pembetulan, Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Pembatalan Ketetapan Pajak ... 448
Imbalan Bunga karena Pengurangan Sanksi Administrasi atau Penghapusan Sanksi Administrasi akibat Dikabulkannya Keberatan, Banding, atau Peninjauan Kembali ... 450
Tidak Diberikan Imbalan Bunga ... 450
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga ... 454
Ketentuan Pemberian Imbalan Bunga ... 454
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga ... 454
Imbalan Bunga Wajib Pajak yang Menggunakan Pembukuan dengan Mata Uang Dollar Amerika ... 457
Kompensasi Utang Pajak ... 457
Surat Keputusan Perhitungan Pemberian Imbalan Bunga dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga ... 458
Surat Perintah Pencairan Dana ... 460
Perubahan Besarnya Imbalan Bunga Dan Sanksi ... 462
Latihan ... 462
Rangkuman ... 463
Tes Formatif ... 466
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 468
KEGIATAN BELAJAR 11 ... 469
KETENTUAN KHUSUS DAN KETENTUAN PIDANA ... 469
Wakil Wajib Pajak ... 471
Kuasa Wajib Pajak ... 472
Rahasia Jabatan Bagi Pejabat ... 475
Keterangan yang dapat Diberitahukan oleh Pejabat ... 477
Keterangan yang dapat Diberitahukan Untuk Kepentingan Negara . 477 Keputusan Menteri Keuangan Terhadap Permintaan Keterangan ... 480
Keterangan yang dapat Diberitahukan Untuk Kepentingan Pemeriksaan Di Pengadilan ... 482
Rahasia Jabatan Bagi Pihak Ketiga ... 483
Kewajiban Pihak Lain Memberi Data dan Informasi Kepada DJP .... 486
Jenis Data Dan Informasi Yang Wajib Disampaikan Ke DJP ... 489
Pihak Yang Wajib Menyampaikan Data Dan Informasi Ke DJP ... 490
Rincian Data Dan Informasi Yang Disampaikan Ke DJP ... 492
Penangung Jawab Penyampaian Data dan Informasi Ke DJP ... 495
Ketentuan Khusus Bagi Pegawai DJP ... 495
Perubahan Besarnya Imbalan Bunga Dan Sanksi ... 496
Sunset Policy ... 496
Ketentuan Pidana ... 497
Kealpaan Setelah Pertama Kali ... 501
Kesengajaan ... 502
Residivis ... 503
Percobaan Tindak Pidana Perpajakan ... 504
Pidana Sehubungan dengan Faktur Pajak, Bukti Pemotongan, Bukti Pemungutan dan Bukti Pembayaran ... 505
Daluwarsa Penuntutan ... 506
Pidana Sehubungan dengan Rahasia Jabatan ... 506
Sanksi Pidana Sehubungan Kewajiban Permintaan Data Kepada Pihak Ketiga ... 508
Sanksi Pidana Orang yang Menghalangi Penyidikan ... 508
Sanksi Pidana Sehubungan Kewajiban Memberi Data dan Informasi Kepada DJP... 509
Penyertaan Tindak Pidana Perpajakan ... 510
Pemeriksaan Bukti Permulaan ... 512
KUP
Jenis Pemeriksaan Bukti Permulaan ... 515
Pemeriksaan bukti permulaan tertutup ... 515
Pemeriksaan bukti permulaan terbuka ... 519
Penyidikan ... 529
Wewenang Penyidik ... 530
Penghentian Penyidikan ... 531
Tata Cara Permintaan Penghentian Penyidikan Oleh Wajib Pajak ... 532
Pembuatan Jaminan Dalam Bentuk Escrow Account ... 533
Tata Cara Permintaan Penghentian Penyidikan Oleh Menteri Keuangan ... 534
Ketentuan Peralihan ... 536
Ketentuan Penutup ... 540
Latihan ... 542
Rangkuman ... 542
Tes Formatif ... 546
Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 548
PENUTUP ... 549
Kesimpulan ... 549
Implikasi ... 549
Tindak Lanjut ... 549
TES SUMATIF ... 551
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ... 573
DAFTAR ISTILAH ... 577
DAFTAR PUSTAKA ... 579
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pembagian Keseluruhan Materi KUP ... 1
Gambar 2 Self assesment++(6M+1) ... 15
Gambar 13 CircumNavigation UndangUndang KUP™ ... 17
Gambar 21 Kedudukan NPWP dan PKP dalam CircumNavigation UU KUP .. 26
Gambar 22 Skema Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP ... 26
Gambar 31 Kedudukan Pembukuan atau Pencatatan dalam CircumNavigation
UU KUP ... 69 Gambar 32 Kewajiban Pembukuan atau Pencatatan bagi Wajib Pajak ... 71
Gambar 41 Kedudukan Pembayaran Pajak dalam CircumNavigation UU KUP
... 103 Gambar 42 Skema Pembayaran Pajak ... 104
Gambar 51 Kedudukan Pelaporan Pajak dalam CircumNavigation UU KUP 127
Gambar 52 Bagan Pelaporan, Penyetoran, Pembetulan, dan
Pengungkapanketidakbenaran SPT ... 129
Gambar 61 Kedudukan Pemeriksaan Pajak dalam CircumNavigation UU KUP
... 164 Gambar 62 Jangka Waktu Pemeriksaan ... 178
Gambar 71 Kedudukan Penetapan dan Penagihan dalam CircumNavigation
UndangUndang KUP ... 213
Gambar 72 Skema Pasal 12 UndangUndang KUP ... 214 Gambar 73 Skema SKPKB ... 227 Gambar 74 Skema SKPKBT ... 261 Gambar 75 Skema STP ... 268
Gambar 81 Kedudukan Penagihan Pajak dalam CircumNavigation UU KUP
... 286 .Gambar 82 Tindakan Penagihan Pajak ... 287 Gambar 91 Kedudukan Upaya Hukum dan Imbalan Bunga dalam
CircumNavigation UndangUndang KUP ... 308
Gambar 92 CircumNavigation SKP, STP, & Upaya Hukum ... 309
KUP
Gambar 96 Proses Pasal 36 ayat (1) UndangUndang KUP ... 345 Gambar 101 Proses Banding Dengan Acara Cepat ... 393 Gambar 102 Proses Banding Dengan Acara Biasa ... 396 Gambar 103 Proses Gugatan Dengan Acara Cepat ... 409 Gambar 104 Proses Gugatan Dengan Acara Biasa ... 412 Gambar 105 Ketentuan Imbalan Bunga ... 429 Gambar 106 Proses Imbalan Bunga Karena Keterlambatan Pengembalian
Kelebihan Pajak... 431 Gambar 107 Penghitungan Jangka Waktu Pemberian Imbalan Bunga karena SK
Keberatan ... 446 Gambar 108 Penghitungan Jangka Waktu Pemberian Imbalan Bunga karena
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Jangka Waktu Pendaftaran NPWP ... 38 Tabel 41 Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak ... 105 Tabel 51 Batas Waktu Penyampaian SPT ... 136 Tabel 71 Bentuk Dan Isi Nota Penghitungan, Surat Ketetapan Pajak dan Surat
Tagihan Pajak ... 224 Tabel 72 Kode Nota Penghitungan ... 226 Tabel 81 Tindakan Penagihan ... 294 Tabel 91 Obyek Pembetulan Ketetapan atau Keputusan ... 312 Tabel 92 Syarat Pengajuan Surat Permohonan Keberatan Sebelum dan
Sesudah Tahun 2007 ... 326 Tabel 101 Persyaratan Formal Banding ... 392 Tabel 102 Imbalan Bunga karena Keberatan, Banding, atau Peninjauan Kembali
... 441 Tabel 103 Imbalan Bunga karena Pembetulan, Pengurangan Ketetapan Pajak,
KUP
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Tercapainya tujuan pembelajaran Diklat Teknis Substantif Dasar (DTSD) Pajak I sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar tidak tergantung dari Widyaiswara saja. Tetapi sangat tergantung dari partisipasi aktif Anda sebagai peserta diklat. Untuk lebih maksimal dalam mengunakan modul ini sebaiknya Anda melakukan tahapantahapan berikut:
1. Telah membaca modul ini sebelum mengikuti tatap muka;
2. Bacalah peta konsep modul untuk mendapatkan gambaran besar dari
5. Cocokkan jawaban tes formatif Anda dengan kunci jawaban yang ada di halaman belakang modul ini;
6. Ingat! Anda tidak boleh melihat kunci jawaban sebelum mecoba mengerjakan tes formatifnya;
7. Lakukan penilaian agar Anda mendapat umpan balik;
8. Jika nilai Anda 79 ke bawah maka Anda harus mengulangi kegiatan belajar tersebut;
9. Jika nilai Anda 80 ke atas maka Anda sudah bisa melanjutkan mempelajari kegiatan belajar berikutnya;
10. Jika semua kegiatan belajar sudah dipelajari silahkan Anda mengerjakan tes sumatif yang tersedia di halaman belakang modul ini dan melakukan penilaian dengan mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban agar Anda mendapat umpan balik seberapa besar Anda menguasai modul ini;
11. Untuk lebih memahami materi ini sebaiknya Anda membaca daftar peraturan yang ada di daftar pustakan;
12. Jika Anda memerlukan penjelasan lebih lanjut silahkan hubung pengajar ke alamat yang tertera di halaman modul ini.
Study Tip
KUP
PETA KONSEP MODUL
PET
A
K
O
N
SEP
MO
D
U
KUP
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Diklat Teknis Substantif Dasar (DTSD) Pajak merupakan diklat tingkat dasar yang diperuntukkan bagi semua pagawai yang baru masuk dalam organisasi Direktorat Jenderal Pajak. DTSD Pajak ada dua jenis, yaitu DTSD Pajak I untuk pegawai yang masuk pada golongan II dan DTSD Pajak II untuk pegawai baru yang masuk pada golongan III. Modul ini berada pada lingkungan DTSD Pajak I untuk pegawai yang baru lulus dari Program Diploma III Akuntasi Pemerintahan Sekolah Tinggi Akuntansi Pemerintahan.
Tujuan Diklat ini menciptakan para pegawai Direktorat Jederal Pajak yang dapat menjelaskan ketentuan hukum formal maupun hukum material. Hukum formal di bidang perpajakan adalah UndangUndang KUP. Untuk memudahkan pemahaman dan proses pembelajaran kelompok KUP dibuat menjadi lima bagian yaitu 1) Modul KUP 1: Pengantar KUP, NPWP/PKP, Pembayaran, dan Pelaporan Pajak; 2) Modul KUP 2: Pembukuan, Pemeriksaan, dan Verifikasi; 3) Modul KUP 3: SKP, STP, dan Penagihan; 4) Modul KUP 4: Upaya Hukum dan Imbalan Bungga; dan 5) Modul KUP 5: Ketentuan Khusus dan Ketentuan Pidana. Pembagian dalam keseluruhan materi diklat kelompok KUP terlihat dalam Gambar 1.
Prasyarat Kompetensi
Diklat Teknis Substantif Spesialisasi (DTSS) Pajak I spesialisasi Akuntansi Pemerintahan adalah diklat yang ditujukan untuk mendidik dan melatih Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan Calon Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak dan Lulusan Program Diploma III Keuangan spesialisasi Akuntansi Pemerintahan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta diklat melalui pengalaman belajar. Dari kurikulum diklat dan pengertian tersebut, maka standar kompetensi untuk para peserta diklat setelah mempelajari modul ini diharapkan mampu menerapkan pengetahuan tentang KUP dalam pekerjaannya nanti sebagai Account Representative.
Kompetensi Dasar
Berdasarkan standar kompetensi di atas, maka kompetensi dasar dari peserta diklat setelah mengikuti mata diklat KUP bagi Account Representative Dasar ini adalah dapat menerapkan pengetahuan tentang KUP dalam pekerjaannya.
Relevansi Modul
KUP
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak masingmasing disamping pada akhirnya dapat membantu pengamanan target penerimaan pajak secara nasional.
Study Tip
KUP
SISTEMATIKA UNDANG-UNDANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN
Indikator Keberhasilan
Menguraikan Ketentuan Umum
Menjelaskan dan Self Assestment
Merangkum CircumNavigation UU KUP
Uraian dan Contoh
Bagi kita yang mempunyai latar belakang pendidikan hukum mempelajari Undang Undang KUP beserta aturan pelaksanaannya tidak begitu sulit karena kita terbiasa membaca pasalpasal sebuah aturan dan belajar cara menafsirkan sebuah peraturan. Namun harus disadari bahwa pegawai DJP tidak semua, kalau tidak boleh disebut sebagian besar, berlatar belakang pendidikan hukum. Tidak jarang latar belakang mereka adalah akuntansi, ekonomi, manajemen, teknik, pertanian, informatika, perpustakaan, bahkan sarjana statistik. Bagi mereka yang disebut belakangan mempunyai kesulitan tersendiri dalam mempelajari maksud
peraturan, mereka biasanya menyebutnya sebagai pelajaran ‘anak IPS’ yang
sangat dihindari ketika di SMU. Tetapi setelah masuk sebagai pegawai DJP mau tidak mau merka harus bisa dan paham membaca dan memahami undangundang perpajakan, salah satunya UndangUndang KUP.
Berdasarkan pengalaman mengajar UndangUndang KUP bagi mereka yang
‘anak IPA’ akhirnya penulis menemukan metode mempelajari UndangUndang
KUP dengan sebuah peta yang akhirnya kami sebut sebagai CircumNavigation
Undang-Undang KUP. Dan, metode itu yang digunakan sebagai pendekatan dalam menyusun modul ini.
Modul KUP ini akan membahas tentang ketentuan umum, pendaftaran, pembayaran, dan pelaporan pajak. Ketentuan umum sebuah undangundang dapat dilihat dari konsiderans dan penjelasan umumnya. Kita sering mendengar
bahwa sistem perpajakan Indonesia menganut sistem self assessment, namun
tidak banyak yang paham bahwa secara gramatikal self assessment disebut dalam penjelasan umum UndangUndang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Kegiatan Belajar ini akan membahas bahwa sebenarnya
self assessment yang dianut Indonesia bukan self assessment murni tetapi ada
unsur official assessment dan with holding tax sehingga disebut sebagai Self
Assessment++™.
Sedangkan ketentuan pendaftaran, pembayaran, dan pelaporan pajak diatur dalam Bab II NPWP, Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Surat Pemberitahuan, dan Tata Cara Pembayaran Pajak yang meliputi Pasal 2, Pasal 2A, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11. Hanya saja ketentuan Pasal 11 sebenarnya lebih tepat dikategorikan sebagai ketentuan tentang pengembalian kelebihan pajak atau restitusi maka tidak dibahas dalam kegaiatan belajar ini tetapi dalam kegaitan belajar tentang SKPLB dan restitusi.
Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
Hukum dapat dibagi menjadi hukum pajak formal dan hukum material, demikian juga hukum pajak dibagi hukum pajak formal dan hukum pajak material. Hukum pajak formal adalah hukum pajak yang mengatur tentang bagaimana caranya
hukum pajak material bisa dijalankan dan menjadi nyata. Hukum pajak formal
memuat antara lain cara pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP, cara pembukuan, cara pemeriksaan, sanksi administrasi, cara penagihan, hak dan kewajiban Wajib Pajak, cara penyidikan, dan sanksi pidana. Undangundang pajak yang termasuk hukum pajak formal adalah sebagai berikut.
UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangundang No. 16 Tahun 2000.
UU No. 19 Tahun 1997 sebagaimana teah diubah dengan Undangundang
No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Undangundang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pengadilan Pajak.
KUP
merupakan ketentuan formal dan ketentuan material dalam satu undangundang, yaitu:
Undangundang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 68 Tahun 1985, Tambahan Lembaran Negara nomor 3312, yang telah berkalikali diubah terakhir dengan UU Nomor 12 Tahun 1994;
Undangundang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai diundangkan
Lembaran Negara Nomor 69 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara nomor 3313;
Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah diundangkan Lembaran Negara Nomor 41 Tahun 1998;
Undangundang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan
PPnBM diundangkan Lembaran Negara Nomor 51 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara nomor 3264, yang telah berkalikali diubah, terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009.
Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat antara lain norma norma yang menerangkan keadaankeadaan, perbuatanperbuatan dan peristiwa peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapasiapa yang harus dikenakan pajak, berapa besarnya pajak, kapan timbulnya pajak, berapa besarnya tarif dan pajak yang harus dibayar, hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Undangundang pajak yang termasuk dalam hukum pajak material ialah sebagai berikut.
Undangundang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
diundangkan Lembaran Negara Nomor 50 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara 3263, yang telah berkalikali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008.
Undangundang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan
PPnBM diundangkan Lembaran Negara Nomor 51 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara nomor 3264, yang telah berkalikali diubah, terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009.
Undangundang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Lembaran Negara nomor 3312, yang telah berkalikali diubah terakhir dengan UU Nomor 12 Tahun 1994.
Undangundang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai diundangkan
Lembaran Negara Nomor 69 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara nomor 3313.
Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah diundangkan Lembaran Negara Nomor 41 Tahun 1998.
Reformasi Perpajakan tahun 1983
Hindia Belanda, yang setelah merdeka menjadi Indonesia, dijajah Belanda selama tiga setengah abad sehingga membuat aturan hukum yang cukup banyak, juga
hukum pajak, antara lain: Aturan Bea Meterai tahun 1921, Ordonansi1 Pajak
Perseroan tahun 1925, Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932, dan Ordonansi Pajak Pendapatan tahun 1944. Hanya saja hukum pajak warisan kolonial tersebut dibuat sematamata hanya untuk menghimpun dana bagi Pemerintah Penjajah dalam rangka mempertahankan dan memperbesar kekuasaannya di tanah air kita. Pemungutan pajak saat itu dirasakan oleh rakyat sebagai beban yang berat, sebab baik penetapan jumlah pajak, jenis pajak maupun tata cara pemungutannya dilaksanakan di luar rasa keadilan tanpa menghiraukan kemampuan serta menambah beban penderitaan dan jauh dari pertimbangan dan penghargaan kepada hak asasi rakyat. Pajak hanyalah merupakan kewajiban sematamata yang harus dilaksanakan rakyat secara patuh. Ciri dan corak sistem pemungutan
pajak jaman kolonial antara lain:2
a. tanggung jawab pemungutan pajak terletak sepenuhnya pada penguasa pemerintahan seperti yang tercermin dalam sistem penetapan pajak yang keseluruhannya menjadi wewenang administrasi perpajakan; dan
b. pelaksanaan kewajiban perpajakan, dalam banyak hal sangat tergantung dari pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan oleh aparat perpajakan, hal mana mengakibatkan anggota masyarakat Wajib Pajak kurang mendapat pembinaan dan bimbingan terhadap kewajiban perpajakannya dan kurang ikut
1Ordonansi adalah peraturan pemerintah; surat pemerintah; peraturan kerajaan Jaman Hindia Belanda
KUP
berperan serta dalam memikul beban negara dalam mempertahankan kelangsungan pembangunan nasional.
Setelah merdeka Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara, karena itu menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan bagi para warganya yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Untuk itu, sejak 1983 perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan kepercayaan kepada subyek pajak untuk melaksanakan kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan, sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan serta meratakan pendapatan masyarakat. Ciri dan corak tersendiri dari sistem pemungutan pajak
tersebut adalah:3
a. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersamasama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional;
b. tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundangundangan perpajakan; dan
c. anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terhutang (self
assessment), sehingga melalui sistem ini pelaksanaan administrasi
perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak.
Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak tersebut, Wajib Pajak diwajibkan menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terhutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, sehingga penentuan penetapan besarnya pajak yang terhutang berada pada Wajib Pajak sendiri. Selain dari pada itu Wajib Pajak diwajibkan pula melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terhutang dan telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundangundangan perpajakan. Dengan sistem ini diharapkan pelaksanaan administrasi perpajakan yang berbelit belit dan birokratis akan dihilangkan. Jelaslah bahwa sistem pemungutan pajak yang ditentukan menurut undangundang ini, memberi kepercayaan lebih besar kepada anggota masyarakat Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Selain itu jaminan dan kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak lebih diperhatikan, dengan demikian dapat merangsang peningkatan kesadaran dan tanggung jawab perpajakan di masyarakat. Tugas administrasi perpajakan tidak lagi seperti yang terjadi pada waktu yang lampau, dimana administrasi perpajakan meletakkan kegiatannya pada tugas merampungkan/menetapkan semua SPT guna menentukan jumlah pajak yang terhutang dan jumlah pajak yang seharusnya dibayar, tetapi menurut ketentuan undangundang ini administrasi perpajakan, berperan aktif dalam melaksanakan pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugastugas pembinaan, penelitian, pengawasan, dan penerapan sanksi administrasi. Pembinaan masyarakat Wajib Pajak dapat dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain pemberian penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media masa maupun penerangan langsung dalam masyarakat.
Kedudukan UndangUndang KUP akan menjadi "ketentuan umum" bagi
perundang-undangan perpajakan yang lain.4 Sistem, mekanisme, dan tata cara
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan UndangUndang KUP tahun 2007 tetap menganut sistem
self assessment. Perubahan tersebut khususnya berkaitan dengan peningkatan
keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat Wajib Pajak sehingga
KUP
masyarakat Wajib Pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
dengan lebih baik.5
Self Assessment++
Sistem perpajakan yang dianut Indonesia sejak reformasi undangundang
perpajakan tahun 1983 adalah self assessment. Kebanyakan orang
mendefinisikan self assessment adalah menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Secara gramatikal self
assessment hanya disebut dalam penjelasan umum UndangUndang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Kegiatan belajar ini
akan membahas bahwa sebenarnya self assessment yang dianut Indonesia bukan
self assessment murni tetapi ada unsur official assessment dan with holding tax
sehingga disebut sebagai Self Assessment++.
Pasal 1 angka 1 UndangUndang KUP mendefinikan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Makna kontribusi wajib dalam pengertian pajak tersebut berhubungan dengan pemungutan pajak. Banyak sarjana yang berpendapat tentang pemungutan pajak.
1. R. Santoso Brotodihardjo, SH menyitir pendapat Prof. Adriani bahwa teknik pemungutan pajak dibagi dalam tiga golongan.
a. Wajib Pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undangundang perpajakan. Cara pembayaran dapat dilakukan dengan meterai atau pembayaran ke kas negara. Fiskus membatasi diri pada pengawasan, kadangkadang insidental atau secara teratur.
b. Ada kerja sama antara Wajib Pajak dan Fiskus, tetapi fiskus sebagai penentu terakhir dalam bentuk pemberitahuan sederhana dari Wajib Pajak dan pemberitahuan yang lengkap dari Wajib Pajak.
c. Fiskus menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang terhutang.
Sistem pemungutan pajak sampai dengan tahun 1967 inisiatif dan kegiatan dalam penghitungan dan pemungutan pajak sebagian besar ada pada fiskus (huruf b dan c). Cara tersebut berasal dari jaman Hindia Belanda, dan juga masih berlaku di Belanda. Sejak disadari, bahwa tatacara pemungutan pajak dengan sistem tersebut jalannya seret, timbulah gagasan untuk mengubahnya
menjadi self assessment. Sistem self assessment dilakukan antara lain di
Amerika Serikat dan Jepang. Dalam self assessment, kegiatan pemungutan
pajak diletakkan kepada aktivitas dari Wajib Pajak untuk menghitung sendiri besarnya pendapatan/kekayaan/laba, dan menghitung sendiri besarnya pajak Pendapatan/Kekayaan/Perseroan yang terutang dan menyetorkannya ke kas
negara. Self assessment dibedakan antara self assessment murni dan semi
self assessment. Self assessment murni berarti menghitung, dan menyetor
pajak sendiri, yang menjadi dasar MPS, sedangkan semi self assessment
pada dasarnya adalah pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri tetapi dihitung dan disetorkan ke kas negara oleh orang lain, yang menjadi dasar MPO (Brotodiharjo, 1987, hal. 6466).
2. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH berpendapat bahwa sejak tanggal 26 Agustus 1967 yaitu disahkannya UndangUndang Nomor 8 Tahun 1967 tentang Perubahan dalam Penyempurnaan Tata Cara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932, dan Pajak Perseroan 1925, dengan
Tata Cara MPS dan MPO. Semenjak itulah sistem self assessment
diintrodusirkan di Indonesia, tetapi hanya untuk menghitung Pajak Pendapatan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak tiap bulan yang dikenal dengan nama ‘menghitung pajak sendiri’ dan ‘menghitung pajak orang lain’ yang peranannya bukan lagi dipegang fiskus tetapi oleh Wajib Pajak
sendiri. Tahun 1984 sistem self assessment diterapkan pada Pajak
Penghasilan bukan saja Pajak Penghasilan Pasal 25 UndangUndang PPh yang harus dibayar sendiri tiap bulan (dulunya MPS), tetapi juga Pajak Penghasilan Pasal 29 UndangUndang PPh yang harus dibayar sendiri tiap akhir tahun (Sumitro, 1991, hal. 1314).
KUP
a. Official Assessment, yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak, dengan ciriciri: Wewenang menentukan besarnya pajak ada pada fiskus, Wajib Pajak bersifat pasif, Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment, yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendir besarnya pajhak yang terutang, dengan ciriciri: Wewenang menentukan besarnya pajak ada pada Wajib Pajak, Wajib Pajak bersifat aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, fiskus tidak campur tangan dan hanya mengawasi.
c. With Holding, yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan juga bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak (Mardiasmo, 2003, hal. 7 8).
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga sistem
pemungutan pajak yaitu self assessment, official assessment, dan with holding.
Penjelasan Umum UndangUndang KUP menjelaskan bahwa sistem perpajakan
yang dipakai Indonesia adalah self assessment dan karena kedudukan Undang
Undang KUP akan menjadi "ketentuan umum" bagi perundang-undangan
perpajakan yang lain maka perlu ditelisik apakah dalam perundangundangan
perpajakan lain tersebut menerapkan self assessment.
Pasal 3A ayat (1) UndangUndang PPN Tahun 1984 mengatur bahwa Pengusaha
yang melakukan penyerahansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf
a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h UndangUndang PPN Tahun 1984, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan wajib memungut,
menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang. PPN adalah pajak tidak langsung, jadi sebenarnya yang membayar pajak adalah pembeli tetapi yang wajib memungut, menyetor, dan melaporkan adalah PKP. Jadi, untuk PPN lebih
tepat jika sistem yang digunakan bukan self assessment tetapi ada unsur with
holding. Pembedaan tersebut juga bisa ditilik dari penggunaan frasa bagaimana
membayar, sedangkan menyetor digunakan untuk pembayaran uang pajak dalam kas negara oleh orang atau badan yang diberi wewenang memotong pajak dari wajib pajak yang dituju atau destinataris (Sumitro, 1991, hal. 77).
Pasal 21 ayat (1) UndangUndang PPh mengatur bahwa pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh pemberi kerja, bendahara pemerintah, dana pensiun,
badan yang membayar honorarium, dan penyelenggara kegiatan. Pasal 22 ayat
(1) huruf a UndangUndang PPh mengatur bahwa Menteri Keuangan dapat
menetapkan bendehara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang. Pasal 23 ayat (1) UndangUndang PPh
mengatur bahwa atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan.
Pasal 12 ayat (3) UndangUndang KUP mengatur bahwa apabila Dirjen Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut SPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Dirjen Pajak menetapkan jumlah pajak
yang terutang. Ketentuan ini menjadi dasar kewenangan Dirjen Pajak untuk menerbitkan ketetapan pajak, dan adanya ketetapan pajak merupakan ciri sistem
official assessment.
Pasal 9 ayat (3) UndangUndang KUP mengatur bahwa STP, SKPKB, serta SKPKBT, dan SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal
diterbitkan. Jika cara kontribusi wajib ke kas negara untuk self assessment adalah
membayar sedangkan untuk with holding adalah membayar maka untuk official
assessment adalah melunasi.
Untuk memudahkan dalam mengingat bahwa self assessment yang diterapkan di
KUP
official assessment maka penulis namakan Self assesment++(6M+1). Rangkaian
kegiatan dalam self assessment dapat disingkat dengan (6M+1) yaitu: Mendaftar
untuk mendapatkan NPWP/Melaporkan untuk dikukuhkan sebagai PKP,
Menghitung, Memperhitungkan/mengkreditkan, Memungut/memotong,
Membayar/Menyetor/ Melunasi, Menyampaikan, dan Menghapuskan
NPWP/Mencabut penggukuhan PKP. Sebenarnya memang ada tujug ‘M’ tetapi karena untuk menghapuskan NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi salah satunya
karena meninggal dunia sehingga tidak benarbenar dilakukan secara self
assessment maka tidak disingkat 7M tetapi (6M+1). Guna memudahkan
mengingat Self assesment++(6M+1) dapat disajikan sebagaimana dalam Gambar
2.
Gambar 2 Self assesment++(6M+1)
CircumNavigation Undang-Undang KUP
Pernahkah Anda mendapat surat undangan pernikahan seorang kerabat? Hampir semua dari kita pernah mendapatkannya. Biasanya pesta pernikahan dilangsungkan disebuah gedung yang belum kita ketahui. Ada dua cara agar kita
dapat menuju lokasi, pertama telepon kepada oarang yang sudah mengetahuinya.
banyak. Kedua, Anda mendatangi orang yang tahu lokasi yang dituju kemudian Anda minta dijelaskan lokasi tersebut dalam sebuah peta. Peta tersebut yang akan Anda bawa selama perjalanan menuju lokasi. Cara kedua ini lebih mudah bagi Anda untuk mencapai lokasi.
Harus disadari bahwa UndangUndang KUP bukan hanya untuk pegawai DJP tetapi semua Wajib Pajak idealnya harus memahaminya karena pajak adalah kewajiban semua warga negara. Namun, mempelajari UndangUndang KUP bukanlah sekedar membaca teks tulisannya saja karena ada penalaran dan penafsiran hukum untuk memahaminya. Jika Anda mempelajarinya dengan cara membaca pasal demi pasal secara berurutan bagaikan Anda mendapat penjelasan menuju lokasi yang belum Anda ketahui secara lisan di telepon. Ingat, dibalik setiap amplop undangan pernikanan selalu ada gambar denah yang walaupun sangat tidak presisi untuk disebut sebagai peta tapi membantu Anda mencapai lokasi yang dituju. Demikian juga dalam mempelajari UndangUndang KUP Anda juga perlu sebuah peta agar memahami gambar besarnya terlebih dahulu baru kemudian mempalari detaildetailnya. Berdasarkan pengalaman mengajar di Pusdiklat Pajak penulis menemukan metode mempelajari Undang Undang KUP dengan sebuah peta yang akhirnya kami sebut sebagai
KUP
Ketentuan Umum dalam Undang-Undang KUP
Pasal 1 Undang-Undang KUP mengatur tentang ketentuan umum6 sebagai
berikut.
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
5. PKP adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atua penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan UndangUndang PPN 1984 dan perubahannya.
6. NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam UndangUndang ini. 8. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. 9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu satu Tahun Pajak.
6 Angka 98 Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011 mengatur bahwa ketentuan umum berisi: a. Batasan
KUP
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
11. SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
12. SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak.
13. SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahunn Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
14. SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 15. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi SKPKB,
SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau SKPLB.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
20. STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahunn berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. 26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadisuatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT dan lampiranlampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan DJP yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
KUP
34. Surat Keputusan Keberatan adalah SK atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap SK Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap halhal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Dirjen Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah SK yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak Tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah SK yang menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal fasimili, atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung.
Latihan
1. Rangkumlah ciri dan corak UndangUndang KUP!
2. Terangkan self assessment yang diterapkan di Indonesia!
3. Rangkumlah UndangUndang KUP dengan CircumNavigation UU KUP!
Rangkuman
Sebagai Negara bekas jajahan Belanda masih banyak berlaku hokum tinggalan colonial yang sudah tidak sesuai lagi dengan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, termasuk hokum pajak. Untuk itulah perlu dibuat hokum pajak yang sesuai dengan ciri dan corak tersendiri yaitu pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional, tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,
Dengan sistem ini diharapkan pelaksanaan administrasi perpajakan yang berbelit belit dan birokratis akan dihilangkan. Jelaslah bahwa sistem pemungutan pajak yang ditentukan menurut undangundang ini, memberi kepercayaan lebih besar kepada anggota masyarakat Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. UndangUndang KUP akan menjadi "ketentuan umum" bagi perundangundangan perpajakan yang lain.
Self assessment yang diterapkan di Indonesia bukanlah self assessment murni
tetapi ada unsur with holding dan official assessment maka penulis namakan Self
Assesment++(5M+1)™yaitu: Mendaftar untuk mendapatkan NPWP/Melaporkan
untuk dikukuhkan sebagai PKP, Menghitung, Memperhitungkan atau
mengkreditkan, Membayar/Menyetor/Melunasi, Menyampaikan, dan
Menghapuskan NPWP/Mencabut penggukuhan PKP. Mempelajari Undang Undang KUP dengan membacapasal demi pasal beserta penjelasannya secara berurutan tidak efektif karena undangundang harus dipahami dalam sebuah kaitan yang saling berhubungan (penafsiran sistematik). Untuk mempelajari UndangUndang KUP perlu sebuah peta agar memehami gambar besarnya terlebih dahulu baru kemudian mempalari detaildetailnya, peta tersebut adalah
CircumNavigation Undang-Undang KUP™.
Tes Formatif
Isilah titiktitik dalam soal dengan pilihan jawaban yang tersedia. Ingat! Jumlah jawaban lebih banyak dari jumlah soal dan hanya ada satu jawaban yang tepat.
Soal
Jawaban
1. Pelaksanaan kewajiban perpajakan, dalam banyak hal sangat tergantung dari pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan oleh aparat perpajakan, merupakan ciri dan corak system pemungutan pajak ....
2. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersamasama melaksanakan kewajiban perpajakan yang
KUP
Soal
Jawaban
diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional, merupakan ciri dan corak pemungutan pajak ….
3. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat
melaksanakan kegotongroyongan nasional
melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terhutang disebut dengan ….
4. Kedudukan UndangUndang ini yang akan menjadi ketentuan umum bagi ….
5. Aturan Bea Meterai tahun 1921 merupakan aturan hukum produk ….
6. Pemungutan pajak pada jaman kolonial dirasakan rakyat sebagai ….
7. Pajak bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk sebesar besarnya ….
8. Jumlah pajak yang harus dibayar dalam STP, SKPKB, SKPKBT, SK Keberatan, atau Putusan
Banding harus … dalam jangka waktu satu bulan
sejak tanggal diterbitkan.
9. Jumlah kurang bayar dalam SPT Masa PPN harus … sebelum SPT disampaikan.
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Bandingkan hasil jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang ada di bagian akhir modul ini. Hitung jumlah jawaban Saudara dengan benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Saudara terhadap materi kegiatan belajar ini.
ℎ =Jumlah jawaban benarJUmlah seluruh soal × 100
KUP
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI DAN
MELAPORKAN USAHA
Indikator Keberhasilan
Merangkum pendaftaran NPWP
Menerangkan penghapusan NPWP
Menjelasakan pengukuhan PKP
Menjelasakan pencabutan PKP
Menjelasakan perubahan data Wajib Pajak/PKP
Uraian dan Contoh
Pasal 1 angka 6 UndangUndang KUP memberi pengertian NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Saat mulai menjadi WP dalam
literatur sering disebut dengan istilah taatbestand yaitu pada saat syarat subjektif
bertemu dengan syarat objektif maka ia sudah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak. Wajib Pajak yang sudah terdaftar akan mendapatkan Kartu NPWP dan SKT. Kartu NPWP adalah kartu yang diterbitkan oleh KPP atau KP2KP yang
berisikan NPWP dan identitas lainnya.1 SKT yang selanjutnya disingkat menjadi
SKT adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh KPP atau KP2KP sebagai pemberitahuan bahwa Wajib Pajak telah terdaftar pada KPP tertentu yang berisi
NPWP dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.2
Pendaftaran untuk memperoleh NPWP dan Pelaporan untuk dikukuhkan sebagai
PKP adalah tahap pertama dalam CircumNavigation UU KUP sebagaimana
dalam Gambar 21.
1Pasal 1 angka 9 PER-20/PJ/2013 2Pasal 1 angka 10 PER-20/PJ/2013
Gambar 21 Kedudukan NPWP dan PKP dalam CircumNavigation UU KUP
Pendaftaran NPWP dan pengukuhan PKP diatur dalam Pasal 2 UndangUndang KUP yang dapat dijelaskan sebagaimana Gambar 22.
KUP
Kewajiban Mendaftar dan Fungsi NPWP
Secara yuridis taatbestand diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang
Undang KUP yang mengatur bahwa bahwa setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan
wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP.
Sesuai dengan sistem self assessment setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif tersebut wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP. Adapun apa itu persyaratan sbyektif dan obyektif disebutkan dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) UndangUndang KUP, sebagai berikut.
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam UndangUndang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan UndangUndang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Perlu dipahami bahwa meskipun penjelasan Pasal 2 ayat (1) UndangUndang KUP hanya menjelaskan tentang persyaratan subjektif dan persyaratan objektif sebagaimana diatur dalam UndangUndang PPh beserta perubahannya, tetapi
ketentuan taatbestand juga berlaku untuk Undangundang PPN 1984 dan
perubahannya. Alasannya adalah karena aturan yang berisi norma dalam undang undang adalah apa yang ada dalam batang tubuh, penjelasan bukanlah norma yang mengatur tetapi lebih bersifat penafsiran otentik dari batang tubuhnya. Wajib Pajak lazimnya dipakai untuk menyebut subyek Pajak Penghasilan, sedangkan untuk subyek pajak PPN disebut dengan istilah PKP. Pengukuhan PKP akan dibahas dalam subbab tersendiri.