EVALUASI PENAGIHAN PAJAK DAN
PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA
MENGOPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA
(STUDI KASUS DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA TEBET)
Christian Winata, Fany Inasius, S.E., M.M., M.B.A., BKP.
Binus University, Jl. Flamboyan Jingga 4 blok c5 no 8 Jakarta Barat , 087887163752,ABSTRAK
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini merupakan proses penagihan perpajakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah kegiatan yang berkaitan dengan proses penagihan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk memberitahukan kepada Wajib Pajak untuk menyelesaikan kewajiban perpajakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran Surat Paksa yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Tebet dalam mengoptimalisasi penerimaan pajak. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan Penagihan Pajak dengan surat paksa yang dilakukan KPP Pratama Tebet sudah berjalan cukup optimal, akan tetapi untuk proses penindakan selanjutnya setelah diterbitkannya surat paksa masih belum berjalan dengan lancar. Masih banyak upaya yang belum dilakukan KPP untuk mensukseskan proses penagihan agar penerimaan pajak lebih optimal lagi dan mengurangi mangkirnya wajib pajak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pemeriksaan pajak pada SPT pajak Tahunan dan apa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pemeriksaan, mencari upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan atau kendala yang ada. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif. Kesimpulannya adalah untuk mengungkap pajak tersembunyi dan wajib pajak juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak di tahun mendatang karena tingkat kepatuhan pajak dan dampaknya terhadap penerimaan pajak.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dan utama bagi negara Indonesia. Dari berbagai sumber penerimaan baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), pajak memberikan kontribusi terbesar di dalam meningkatkan penerimaan negara. Peran dari pajak bagi negara Republik Indonesia sangatlah penting dikarenakan telah menjadi salah satu alasan untuk membiayai pendapatan negara. APBN itu sendiri bertujuan untuk mengatur pengeluaran dan penerimaan negara serta membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah dan untuk pembangunan nasional.
Pembangunan nasional adalah salah satu kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan secara berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk kesejahteraan rakyat indonesia secara adil, makmur, dan sejahtera. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka kita membutuhkan dana, yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Dari sektor pajak inilah yang digunakan untuk membiayai kepentingan pemerintah . dan negara akan hancur kalau tidak ada pajak serta negara akan maju kalau pajak itu ada dan dipergunakan sebaik-baiknya.
Dalam APBN tahun anggaran 2012 yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2012, pemerintah menargetkan penerimaan negara sebesar Rp.1.358,2 triliun yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak atas perdagangan internasional. Sedangkan di dalam APBN tahun anggaran 2013 yang ditetapkan dengan Undang-Undang No. 19 tahun 2012 tentang APBN 2013, pemerintah menargetkan penerimaan negara sebesar Rp. 1.529,7 triliun yang sebagian besar berasal dari sektor pajak. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan tuntutan kemandirian di dalam pembiayaan negara. Tuntutan besarnya target ini diimbangi dengan upaya di dalam pengumpulan pajak oleh fiskus harus semakin serius dan insentif. Agar target penerimaan negara tersebut bisa tercapai, maka warga negara yang memiliki peran sebagai wajib pajak harus ikut turut mendukung dengan cara memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.Selain itu juga, salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak
Untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut, Direktorat Jendral Pajak melakukan berbagai upaya supaya Wajib Pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku seperti memudahkan wajib pajak pada saat mengurus kewajiban dan masalah perpajakannya. Pemerintah juga membuat penerapan self assessment terhadap wajib pajak untuk melakukan perhitungan pajaknya sendiri, menetapkan berapa besarnya pajak yang terutang, membayar pajaknya sendiri. Namun hal ini sering ditemui kendala yaitu sering sekali terdapat utang pajak atau tunggakan pajak yang besar dan banyak sekali utang pajak yang belum dilunasi oleh wajib pajak. Terkait dengan masalah itu, maka Direktorat Jendral Pajak, perlu untuk melakukan tindakan-tindakan penagihan yang mempunyai produk hukum yang bersifat mengikat dan bersifat memaksa yaitu melakukan penagihan pajak dengan surat teguran maupun surat paksa.
Penagihan pajak merupakan salah satu serangkaian kegiatan dan tindakan yang dilakukan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, dan melaksanakan penyitaan serta melaksanakan penyanderaan. Tindakan tersebut berupa penagihan pajak pasif yaitu melalui himbauan dengan menggunakan surat tagihan atau surat ketetapan pajak. Dan selanjutnya dapat berupa penagihan pajak aktif yang meliputi penerbitan surat teguran, pemberitahuan surat paksa, melaksanakan penyitaan, serta menjual barang yang telah disita sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
Pemeriksaan pajak merupakan kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/ataubukti yang di laksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penagihan pajak dapat dilakukan oleh juru sita pajak yang nantinya akan disertai juga dengan penyitaan, pelelangan, dan bahkan penyanderaan. Pemeriksa Pajak dapat dilakukan oleh seorang Pemeriksa atau Kelompok Pemeriksa.Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan. Apabila WP tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan tertentu dan menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, maka pemeriksa pajak berwenang melakukan penyegelan. Penagihan danPemeriksaanpajak dapat dikenakan terhadap semua jenis pajak mulai dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh) , sampai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak dalam Rangka Mengoptimalisasi Penerimaan Negara”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka permasalahan yang dapat di angkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah cara penerapan dalam penagihan dan pemeriksaan pajak sudah berpengaruh dalam mengoptimalkan penerimaan Negara menurut persepsi beberapa wajib pajak di Kantor PelayananPajak (KPP) PratamaTebet ?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan terhadap penagihan pajak telah dilakukan dengan optimal 2. Untuk mengetahui apakah proses pemeriksaan pajak telah di lakukan dengan optimal
3. Untuk melihat hambatan-hambatan atau kendala-kendala yang ada pada saat melaksanakan penagihan dan pemeriksaan pajak
4. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang perlu diambil dalam rangka untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada saat melaksanakan penagihan dan pemeriksaan pajak.
METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa laporan hasil kinerja seksi penagihan, laporan penerimaan pajak serta data-data lain yang terkait dengan judul penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer, yaitu data dari instansi yang bersangkutan dan data-data yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian berasal dari literatur dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah penerimaan pajak melalui penagihan pajak dan pemeriksaan pajak yang menggunakan surat teguran dan pada KPP Pratama Tebet dengan melihat :
1. Penerimaan pajak melalui penagihan pajak dan pemeriksaan yang menggunakan surat teguran pada KPP Pratama Tebet selama periode 2011-2013.
2. Penerimaan pajak pada KPP Pratama Tebet selama periode 2011-2013.
3. Target realisasi tunggakan pajak di KPP PratamaTebet selama periode 2011-2013
Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat, maka penulis menggunakana beberapa metode, yaitu : A. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi : a. Observasi atau Pengamatan
Melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pelaksanaan penagihan dan pemeriksaan pajak melalui Surat Teguran di KPP Pratama Tebet.
b. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang tertulis yang berkaitan dengan pelaksanaan penagihan pajak mealalui Surat Teguran pada KPP Pratama Tebet. c. Wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan proses tanya-jawab dengan fiskus/orang pajak di KPP Pratama Tebet dan pihak-pihak terkait pada seksi penagihan dan pemeriksaan pajak.
B. Studi kepustakaan (library research) yaitu bentuk pengambilan data dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan penagihan pajak dan pemeriksaan pajak.
C. Metode penyajian data pada penelitian ini disajikan menggunakan tabel yang merupakan hasil dari dokumentasi yang dilakukan pada seksi penagihan dan pemeriksaan pajak di KPP Pratama Tebet.
HASIL DAN BAHASAN
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) dilakukan karena ditemui wajib pajak yang kurang patuh dalam melaksanakan kewajibannya, atau dengan kata lain adanya ditemui Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) oleh para petugas pajak karena adanya wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya sama sekali walaupun telah disampaikannya surat teguran. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta tebet banyak ditemui kasus demikian. Hal ini tampak
dari jumlah wajib pajak yang terdaftar dan wajib pajak efektif pada KPP Pratama Jakarta Tebet pada table berikut ini:
Table 4.1 Jumlah Wajib Pajak
Tahun 20011-2013
Tahun Wajib Pajak terdaftar
Wajib pajak efektif
Wajib pajak yang tidak aktif
2011 85.313 54.994 30.319
2012 90.336 60.014 30.322
2013 95.839 65.517 30.322
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebet
Berdasarkan tabel jumlah Wajib Pajak diatas, dapat digambarkan bahwa kesadaran atau loyalitas wajib pajak dalam menyampaikan kewajiban perpajakannya pada negara masih kurang, hal ini dapat terlihat dari jumlah wajib pajak tidak efektif yang ada dari tahun 20011-2013, wajib pajak tidak efektif tersebut merupakan wajib pajak yang tidak menyampaikan kewajiban perpajakannya dengan semestinya sesuai dengan ketentuan UU yang berlaku. Kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan penagihan pajak oleh petugas pajak terhadap wajib pajak yang tidak melaporkan kewajibannya dengan benar kepada negara demi meningkatkan penerimaan pajak yang optimal. Berikut ini adalah data jumlah penerimaan pajak sebelum dilakukannya kegiatan penagihan pajak oleh bagian penagihan KPP Pratama Jakarta Tebet:
Tabel 4.2
Jumlah penerimaan pajak Tahun 2011-2013
Tahun Jumlah Penerimaan Pajak Persentase Kenaikan/Penurunan
2011 Rp.1.442.414.108.419 108,39 %
2012 Rp. 1.623.756.673.987 114,08%
2013 Rp. 1.623.756.673.987 92,06% %
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tebet
Dari tabel diatas dapat digambarkan terjadinya kenaikan penerimaan pajak di wilayah KPP Pratama Jakarta Tebet. Penerimaan Pajak Tahun 2011 pesentase nya sebesar 108,39% dan terjadi peningkatan persentase penerimaan pajak pada tahun 2012 sebesar 114,08% , jumlah persentase penerimaan pajak meningkat dari tahun 2011 ke 2012 sebesar 6%, akan tetapi pada tahun 2013 terjadi penurunan yang tinggi terhadap penerimaan pajak sebesar 22%. Adapun kenaikan penerimaan pajak dari tahun 2011 ke 2012 dikarenakan semakin bertambahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Tebet.
Bagian penagihan KPP Pratama Jakarta Tebet telah melaksanakan kegiatan penagihan pajak dengan benar kepada wajib pajak yang melalaikan kewajibannya. Hal ini tampak dari jumlah surat teguran yang telah diterbitkan oleh bagian penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta tebet selama 2 (dua) tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013.
Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta menyampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat pada waktu yang telah ditentukan ke Kantor Pelayanan Pajak.
Pada KPP Pratama Jakarta Tebet tingkat kepatuhan Wajib Pajak dilihat dari ketepatan Wajib Pajak menyampaikan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang, tingkat kepatuhan juga dilihat dari isi Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak apakah telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan apakah Wajib Pajak mengisinya dengan benar, perlu dilakukan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak tersebut dan salah satu bentuk pengawasan adalah pemeriksaan. Tujuan utama dari pelaksanaan pemeriksaan pajak adalah untuk menciptakan perilaku kepatuhan terhadap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dengan penegakan hukum yang pada akhirnya nanti akan dapat meningkatkan penerimaan pajak.
Pada KPP Pratama Jakarta Tebet SPT Tahunan yang menyatakan Lebih Bayar yang disampaikan oleh Wajib Pajak akan diprioritaskan untuk diperiksa oleh petugas pemeriksa pajak. Proses pemeriksaan SPT Lebih Bayar memerlukan penanganan sendiri, hal ini untuk mencegah terjadinya penyelesaian SPT Tahunan Lebih Bayar yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan sebagaimana diatur dalam pasal 17B UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pada KPP Pratama Jakarta Tebet pemeriksaan SPT Lebih Bayar yang disampaikan oleh Wajib Pajak akan diteliti terlebih dahulu untuk mengetahui apakah SPT Lebih Bayar tersebut telah lengkap berdasarkan lampiran-lampiran yang dibutuhkan, hal ini untuk memudahkan pemeriksa pajak dalam pengadministrasian SPT, apabila Wajib Pajak belum memenuhi kelengkapan tersebut akan memudahkan pemeriksa dalam menilai dan mengevaluasi kebenaran material dari data atau angka-angka yang dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT tersebut, sebab biasanya lebih bayar telah diketahui oleh Wajib Pajak sendiri dilihat saat mereka mengisi SPT Tahunan PPh yang perhitungannya menunjukkan lebih bayar, kemudian tugas petugas pajak untuk memeriksa kembali atas kebenaran SPT yang telah disampaikan tersebut karena pada umumnya Wajib Pajak masih ada yang kelebihan potong.
Di KPP Pratama Jakarta Tebet mempunyai jangka waktu untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, maka setiap pemeriksaan SPT Lebih Bayar harus diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan 8 bulan dan waktu untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) paling lama 12 bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Apabila penyelesaian pemeriksaan SPT Lebih Bayar tersebut melewati jangka waktu 12 bulan maka telah terjadi kelalaian oleh pemeriksa pajak atau pemeriksa tidak memberi suatu keputusan maka permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKP Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama 1 bulan sejak setelah jangka waktu tersebut berakhir serta memberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan kepada Wajib Pajak dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sampai dengan saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Pelaksanaan pemeriksaan pajak atas SPT LB di KPP Pratama Jakarta Tebet sudah sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 9 UU No.36 tahun 2008 dan pemeriksaan tidak pernah melewati jangka waktu yang telah ditentukan.
Penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Tebet setiap tahun meningkat, akan tetapi tidak setiap tahun bisa melebihi target yang telah ditentukan, untuk tahun 2011-2013 penerimaan KPP selalu meningkat, hal ini dapat dilihat dari grafik 4.7. Sedangkan untuk target KPP Pratama Jakarta Tebet dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.7
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Jakarta Tebet Tahun 2011-2013
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
2011 1.330.806.355.422 1.442.414.108.419
2012 1.423.405.701.077 1.623.756.673.987
2013 1.811.333.000.000 1.667.576.314.951
Untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerimaan pajak yang berasal dari hasil pemeriksaan pajak yang dilaksanakan oleh KPP. Perbandingan antara hasil pemeriksaan dengan penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Tebet dapat dilihat pada tabel 4.2 perbandingan ini menggambarkan seberapa besar pengaruh/kontribusi laporan hasil pemeriksaan terhadap penerimaan pajak secara keseluruhan.
Tabel 4.8
Perbandingan Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Tebet
Tahun 2012-2013
Tahun Laporan Hasil Pemeriksaan (Rp) Penerimaan Pajak (Rp) Kontribusi 2012 Rp. 6.917.493.968 Rp. 1.623.756.673.978 23,4 % 2013 Rp. 15.720.502.597 Rp. 1.667.576.314.951 10,6 %
Besarnya pengaruh laporan hasil pemeriksaan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Tebet pada tahun 2012 sebesar 23,4%. Angka tersebut diperoleh dari laporan hasil pemeriksaan sebesar Rp.6.917.493.968 dengan penerimaan pajak sebesar Rp.1.623.756.673.978
Besarnya pengaruh laporan hasil pemeriksaan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Tebet pada tahun 2013 sebesar 10,6 %. Angka tersebut diperoleh dari laporan hasil pemeriksaan sebesar Rp.15.720.502.596 dengan penerimaan pajak sebesar Rp1.667.576.314.951.
Kontribusi/pengaruh hasil pemeriksaan atas SPT LB terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 4.9:
Tabel 4.9
Pengaruh Hasil Pemeriksaan atas SPT LB Terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan Tahun 2012-2013
Tahun Hasil Pemeriksaan SPT LB Laporan Hasil Pemeriksaan Kontribusi
2012 Rp.37.334.054.922 Rp.6.917.493.968 18,5 %
2013 Rp.61.699.036.600 Rp.15.720.502.597 25,4 %
Semua SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak diberi penilaian dalam bentuk skor yaitu kumpulan dari nilai keseluruhan dari SPT yang mengindikasikan kemungkinan adanya potensi pajak yang belum atau tidak dilaporkan atau menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu setiap SPT Tahunan Wajib Pajak akan memiliki skor untuk diperiksa. Makin tinggi skornya maka makin tinggi prioritas untuk dilakukan pemeriksaan. Pengertian skor tertinggi ini termasuk kriteria pemeriksaan atas SPT Lebih Bayar, yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan harus dilakukan pemeriksaan.
Dalam melakukan pemeriksaan atas SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak, KPP Pratama Jakarta Tebet membuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) tahun 2012-2013. Target seksi pemeriksaan dalam menyelesaikan pemeriksaan pajak yaitu telah menyelesaikan pemeriksaan dalam jangka waktu 8 bulan sejak tanggal SPT dimasukkan oleh Wajib Pajak dan untuk realisasi penyelesaian pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini:
Tabel 4.10
Laporan Pelaksanaan Pemeriksaan Tahun 2011-2013
No. Uraian Tahun
2011 Tahun 2012 Tahun 2013 1. Realisasi penerbitan SP2 252 240 231
2. Realisasi penyelesaian SP2 atau LHP
250 236 188
Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak merupakan landasan bagi Pemeriksa Pajak untuk melaksanakan pekerjaannya. Pada SP2 tersebut akan diuraikan tim pemeriksa pajak yang ditunjuk sebagai
Pemeriksa Pajak bagi Wajib Pajak yang menjadi obyek pemeriksaan, juga diuraikan data-data/identitas umum Wajib Pajak yang diperiksa, tahun pajak yang diperiksa, tujuan pemeriksaan, kode pemeriksaan serta kriteria pemeriksaan yang akan dilakukan. Selain itu dalam setiap SP2 akan dilampiri dengan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak yang ditujukan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
Petugas pajak yang ditugaskan dalam melakukan pemeriksaan pajak di KPP Pratama Jakarta Tebet berjumlah 10 orang, sehingga rata-rata pemeriksa pajak memeriksa SPT sekitar 10-15 SPT. Langkah-langkah yang dilakukan oleh seksi pemeriksaan agar dapat menyelesaikan pemeriksaan SPT tepat waktu yaitu:
1. Meningkatkan kerjasama dengan Wajib Pajak dalam penyediaan data pemeriksaan dengan surat himbauan kepada Wajib Pajak agar melengkapi data dan Wajib Pajak melakukan pembukaan rekening di Bank Indonesia apabila tidak mau meminjamkan dokumen atau data-data yang pemeriksa pajak perlukan.
2. Meningkatkan kerjasama dengan seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi) sehingga data yang diperlukan seperti Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) tahun sebelumnya telah tersedia sebelum surat panggilan pemeriksaan dikirim ke Wajib Pajak.
3. Menemui konsultan pajaknya apabila Wajib Pajak sulit untuk ditemui, apabila Wajib Pajak tidak koperatif maka akan di lakukan pemeriksaan sesuai dengan bukti atau kelengkapan data yang ada.
4. Menentukan ruang lingkup masalah yang bertujuan agar pemeriksa dapat menentukan luas dan arah pemeriksaan yang tepat.
5. Identifikasi masalah yang bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam berkas data dan laporan keuangan Wajib Pajak.
6. Menyediakan sarana pemeriksaan antara lain seperti Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa, SP2, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak, Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan, Surat Permintaan Peminjaman buku/catatan/dokumen dan lain-lain.
7. Melakukan Pemeriksaan Summir jika Wajib Pajak tersebut pindah alamat dan tidak diketahui alamat barunya. Pemeriksaan Summir adalah pemeriksaan yang ditutup tanpa diperiksa dan penetapan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Pembahasan
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari jurusita pajak pada KPP Pratama Jakarta Tebet, bahwa dalam rangka melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa, adanya banyak hambatan atau kendala yang ditemui, diantaranya:
1. Kendala eksternal yaitu kendala yang ditemukan dan berasal dari luar lingkungan kinerja seksi penagihan (wajib pajak) seperti kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, pengetahuan wajib pajak, likuiditas dan wajib pajak yang sudah tidak berada dialamat tedaftar.
2. Kendala internal yaitu kendala yang ditemukan dan berasal dari dalam lingkungan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tebet terutama seksi penagihan baik tata usaha piutang pajak, jurusita pajak, maupun petugas pajak lainnya seperti administrasi penagihan pajak, koordinasi, pengawasan, kualitas dan kuantitas Jurusita Pajak.
Dalam pelaksanaan penagihan pajak seringkali dijumpai permasalahan seperti wajib pajak yang berpindah dari tempat asalnya dan penanggung pajak tidak memberitahukan mengenai kepindahan alamatnya dan data wajib pajak yang tidak lengkap sehingga nama dan alamat penanggung pajak yang tercantum dalam surat paksa maupun surat perintah melaksanakan penyitaan sudah tidak dapat ditemukan lagi. Masalah ini seringkali dialami oleh jurusita pajak dalam mengindikasikan wajib pajak sehingga mempersulit pelaksanaan tugas dari Jurusita Pajak. Kurangnya akses petugas pajak untuk mengetahui jumlah kekayaan dari wajib pajak yang sebenarnya juga menjadi hambatan tersendiri bagi petugas pajak. Dalam hal ini harus adanya peningkatan kerjasama dengan pihak lain seperti instansi pemerintah dan lembaga-lembaga swasta terkait merupakan hal yang sangat penting,
karena wajib pajak dalam menjalankan usaha dan kegiatannya tentu tidak terlepas dari hubungan dengan pihak-pihak tersebut.
Jurusita juga dihadapkan pada Wajib Pajak yang tidak bersikap kooperatif dan tidak mau bekerjasama ketika akan dilakukan penyitaan harta Wajib Pajak. Misalnya seperti berusaha menghalang-halangi kegiatan penyitaan yang akan dilakukan oleh jurusita pajak karena tidak mau barang-barangnya disita, tetapi di lain pihak Wajib Pajak tidak juga melunasi tunggakan atau kewajiban pajaknya. Dalam proses penagihan pajak, jurusita pajak selain menghadirkan saksi juga dapat meminta bantuan pihak ketiga untuk memperlancar proses penagihan tersebut, namun kenyataan yang dihadapi di lapangan pihak ketiga ternyata belum mengetahui dengan baik ketentuan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berikut beberapa hambatan yang berasal dari pihak ketiga :
a. Pihak bank
Pihak bank seringkali tidak kooperatif dengan merahasiakan keterangan mengenai nasabahnya yang akan diperiksa untuk kepentingan perpajakan, salah satunya pada saat proses penyitaan.
b. Pihak aparat pemerintah daerah
Yang dimaksud aparat pemerintah daerah di sini adalah termasuk juga petugas kelurahan setempat yang bertugas di wilayah tempat berlangsungnya penyitaan. Salah satu contohnya adalah keengganan petugas kelurahan setempat untuk dimintakan bantuannya menjadi saksi dalam hal penyitaan tidak dihadiri oleh wajib pajak.
c. Pihak lain, seperti dinas perhubungan
Sebelum pelaksanaan lelang, pihak KPP diharuskan untuk meminta informasi harga atas barang terentu, misalnya harga kendaraan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan penentuan limit harga terhadap barang yang akan dilelang. Namun, seringkali permintaan tersebut diperoleh dalam waktu yang agak lama sehingga dapat menghambat pelaksanaan lelang.
Banyak wajib pajak yang beranggapan bahwa apabila tidak ada kegiatan usaha, maka Wajib Pajak tersebut tidak perlu melaporkan kewajiban perpajakannya setiap bulan ke KPP, akibatnya wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi karena tidak melaporkan kewajiban perpajakannya tersebut dan akhirnya menjadi tunggakan pajak bagi KPP.
Wajib pajak sering salah dalam mengartikan masalah pengajuan keberatan karena kurangnya pengetahuan tentang peraturan perpajakan. Pada umumnya wajib pajak beranggapan bahwa pengajuan keberatan yang sedang dilakukannya dapat menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. Hal ini tentunya akan menyebabkan terhambatnya pencairan tunggakan pajak. Padahal dalam ketentuan UU No. 19 tahun 2000 pasal 41 ayat (2) telah disebutkan dengan jelas bahwa pengajuan keberatan atau permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. Hal ini menandakan bahwa pentingnya dilakukan tindakan sosialisasi terhadap peraturan perpajakan agar masing-masing pihak mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya sehingga tidak menghambat pelaksanaan tindakan penagihan pajak.
Dalam melaksanakan penyelesaian pemeriksaan pajak kendala-kendala atau hambatan yang dihadapi pemeriksa pajak adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak
Tingkat pengetahuan Wajib Pajak yang kurang tentang pajak, masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak bisa menghitung, memperhitungkan, melaporkan dan menyetor sendiri kewajiban perpajakannya. Pembukuan Wajib Pajak yang kurang lengkap dan kurang sesuai dengan standar perpajakan yang telah ditetapkan, karena Wajib Pajak biasanya membuat laporan keuangan hanya berdasarkan standar akuntansi tanpa memperhatikan standar perpajakannya. Wajib Pajak umumnya cenderung menghindari pembayaran pajak dan upaya penghindaran pembayaran pajak ini masih tinggi, hal ini dapat diketahui dari besarnya selisih antara jumlah pajak yang dilaporkan dalam SPT Wajib Pajak dengan koreksi hasil pemeriksaan. Rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya juga merupakan kendala yang dihadapi oleh pemeriksa pajak. 2. Pemeriksa pajak
Kurangnya petugas pemeriksa pajak hal ini bisa dilihat dari sedikitnya jumlah petugas yang melaksanakan pemeriksaan dan kemampuan sumber daya manusia yang kurang memadai. Produktivitas petugas pemeriksa pajak masih tergolong rendah, rendahnya produktivitas ini juga karena pemeriksa terlalu lama menunggu respon dari Wajib Pajak yang diperiksa yang biasanya dengan sengaja mengulur-ulur waktu untuk menyerahkan buku-buku dan dokumen pendukung yang diperlukan dalam pemeriksaan. Jangka waktu dalam menyelesaikan pemeriksaan antara Wajib Pajak satu dengan yang lainnya sama tidak bergantung dari banyak sedikitnya dokumen yang akan diperiksa.
3. Pelaksanaan pemeriksaan
Hambatan utama dalam melaksanakan pemeriksaan adalah kurang data yang mendukung yang dimiliki pemeriksa pajak,yang akibatnya Wajib Pajak terkadang kurang patuh terhadap petugas dan bahkan menghalangi jalannya pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan secara umum terhadap semua pos-pos yang
dipandang harus diperiksa sehingga pemeriksa perlu meminjam data-data yang cukup banyak dan belum tentu ditemukan penyimpangannya.
Tugas pemeriksa cukup sulit untuk dapat menemukan penyimpangan-penyimpangan Wajib Pajak untuk itu diperlukan ketekunan dan pengalaman luas. Namun harus di ingat bahwa pemeriksaan tidak menjamin ditemukannya penyimpangan yang cukup banyak yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Adanya kesan Wajib Pajak terhadap pemeriksaan yang berbelit-belit dan memakan waktu yang lama sehingga persepsi Wajib Pajak terhadap pemeriksaan adalah sekedar mencari kesalahan dengan sikap dan perilaku arogan, masalah ini kadangkala terkait dengan persiapan yang dilakukan pemeriksa pajak yang kadang-kadang hanya memfokuskan pada teknik-teknik pemeriksaan. Data yang mendukung pemeriksaan sangat kurang dan bila ada hanyalah data mentah yang masih harus dianalisa dan dikembangkan untuk dapat menemukan data konkritnya sehingga persiapan pemeriksaan hanyalah sebagai persiapan standar program-program pemeriksaan, tanpa adanya data konkrit tentang penyimpangan SPT Wajib Pajak akibatnya pemeriksa sibuk mencari kesalahn Wajib Pajak dan hal ini menyebabkan pemeriksaan berlangsung lama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, ada beberapa kesimpulan yang diberikan oleh penulis untuk KPP Pratama Jakarta Tebet supaya bisa digunakan dalam meningkatkan pelaksanaan pemeriksaan dan penagihan, yaitu:
1. Fungsi pemeriksaan terhadap Wajib Pajak selain untuk mengungkap objek pajak yang disembunyikan Wajib Pajak dan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak.
2. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dilihat semakin meningkat setiap tahunnya di KPP Pratama Jakarta Tebet.
3. Jumlah lebih bayar pada SPT PPh Badan berbeda dengan jumlah koreksi fiskal. Hal ini merupakan hal logis karena laporan keuangannya Wajib Pajak dikerjakan berdasarkan standar Akuntansi Keuangan, sehingga diperlukan penyesuaian fiskal untuk menghitung besarnya nilai kelebihan pembayaran dan Pajak terhutangnya.
4. Pada saat SPT masuk harus dilengkapi dengan data pendukung, membuat surat edaran, dan jika WP mengajukan keberatan harus dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung yang lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya.
5. Seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tebet telah melakukan kegiatan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) sesuai dengan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yaitu UU no 19 tahun 1997 yang telah diganti dengan UU no 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) yang terlihat dari Surat Paksa yang telah diterbitkan.dan hasil realisasinya yang dapat mengoptimalkan penerimaan pajak dibandingkan dengan dikeluarkan nya surat teguran maupun SPMP, sehingga penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tebet terus mengalami peningkatan.
6. Dalam melaksanakan kegiatan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, banyak hambatan atau kendala yang ditemui oleh KPP Pratama Jakarta Tebet antara lain kendala internal dan kendala ekternal. Kendala internal dapat berupa sarana kerja, sumber daya manusia, dan lain sebagianya. Sedangkan kendala eksternal dapat berupa kerja sama, pengetahuan Wajib Pajak, likuiditas, Wajib Pajak yang sudah tidak berada di alamat terdaftar, objek sita, dan lain sebagainya. Berbagai upaya ditemui dalam kegiatan penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Namun tidak ada hambatan yang tidak mempunyai solusi, untuk itu juga terdapat berbagai solusi untuk mengetasi hambatan atau kendala tersebut diantaranya koordinasi yang baik antar seksi, pemblokiran rekening Penanggung pajak yang memiliki tunggakan pajak, Meningkatkan penggalangan jaringan kerja (network) atau berkoordinasi dengan lebih baik dengan perangkat pemerintah
7. Meningkatkan penyuluhan kepada Wajib Pajak mengenai hak dan kewajiban kenegaraannya, Pengadministrasian yang lebih tertib dengan cara penertiban berkas-berkas yang ada di seksi Penagihan maupun seksi-seksi terkait lainnya, Pemutahiran data Wajib Pajak dilakukan secara berkala, Peningkatan sarana dan prasarana, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan jurusita pajak mengenai perpajakan, perlu melakukan penelitian lapangan untuk mengetahui keberadaan Wajib Pajak dan lain sebagainya.
Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis
untuk KPP Pratama Jakarta Tebet supaya bisa digunakan dalam meningkatkan pelaksanaan
pemeriksaan dan penagihan, yaitu:
1.
Memaksimalkan penyuluhan-penyuluhan dengan pihak-pihak yang terkait dan tertentu
mengenai informasi tentang perpajakan terbaru, sehingga diharapkan pengertian masyarakat
atau Wajib Pajak tentang pajak semakin meningkat.
2.
Meningkatkan sumber daya manusia seperti peningkatan kualitas dan kuantitas pemeriksa
pajak dengan memberikan kompensasi dan insentif yang mencukupi agar kinerja pemeriksa
bisa lebih optimal.
3.
Pelaksanaan pemeriksaan agar dilakukan sesuai dengan prosedur pemeriksaan dimulai dengan
persiapan pengumpulan data dan informasi Wajib Pajak yang diperiksa, mempelajari berkas
dan SPT beserta lampiran-lampirannya dan laporan pemeriksaan pajak sebelumnya,
menyiapkan daftar pertanyaan yang relevan, pemeriksaan buku-buku dan dokumen yang
mendukung laporan keuangan, pembuatan kertas kerja pemeriksaan dan penyusunan laporan
pemeriksaan pajak.
4.
Pemeriksaan yang dilakukan harus selalu berlandaskan program-program yang terarah dan
berlandaskan ketentuan-ketentuan hukum yang jelas, sehingga dapat memberikan hasil yang
baik bagi penerimaan pajak dan pemeriksaan tersebut harus selalu mengutamakan mutu dan
profesionalitas untuk itu perlu ditetapkan pembakuan standar prosedur dan tata cara
pemeriksaan. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu bentuk penegakan hokum terhadap
Wajib Pajak yang ada indikasi tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan tidak
benar, hal ini berarti pemeriksaan merupakan alat untuk menguji dan meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak.
5.
Dilakukannya tindakan persuasive diperlukan terhadap Wajib Pajak khususnya mengenai
masalah peminjaman data-data konkrit perusahaan sehingga pemeriksaan yang dilakukan
dapat terfokus.
6.
Mengoptimalkan Kinerja Penagihan KPP Pratama Jakarta Tebet dalam mencairkan tunggakan
yang ada setiap tahunnya, sehingga semua tunggakan tersebut dapat ditagih dan akan
mengoptimalkan penerimaan Negara, Dengan meningkatkan koordinasi antar seksi di KPP
Pratama Jakarta Tebet dan penggalangan jaringan kerja yang lebih luas sehingga disaat
dilaksanakannya penyitaan banyak pihak yang bisa membantu proses tersebut berjalan
dengan semestinya.
7.
Pihak-pihak yang terkait seperti RT, Lurah dan sebagainya untuk mau bekerja sama dengan
jurusita pajak dalam melakukan pencairan terhadap Penanggung Pajak yang tidak ditemukan
lagi keberadaannya,dengan tindakan persuasif dari pihak KPP terhadap para saksi yang
dibutuhkan.
8.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tebet pada saat pendaftaran WP mendalami tentang
domisili WP yang bersangkutan benar, dan apabila terjadi perpindahan alamat maka WP
wajib menyampaikan perihal kepindahannya agar disaat terjadi proses penagihan pihak KPP
tidak kesulitan menemukan alamat WP bersangkutan.
9.
terhadap penelitian diharapkan untuk memilih wajib pajak yang benar-benar terdata dan
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
REFERENSI
Departemen Keuangan Republik Indonesia Sub direktorat Penagihan Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan. 2009. Pedoman Penagihan Pajak 2009. Departement keuangan:Jakarta
Kurnia Rahayu, Siti. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Graha Ilmu.Yogyakarta Mardiasmo.2011. Perpajakan Edisi Revisi.Yogyakarta :Andi offset.
Mury Kurniawan, Anang. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Priantara Diaz. 2011. KupasTuntas. Jakarta :Indeks.
Rusjdi Muhammad. 2007. PenagihanPajakdenganSuratPaksa.Jakarta :Indeks. Suandy Early. 2008. Hukum Pajak edisi 4.Salemba Empat. Jakarta
Suhartono, Rudy dan Wirawan B.Ilyas.2009. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Salemba Empat : Jakarta
Sumarsan Thomas. 2012. Perpajakan Indonesia (Edisi 2). Jakarta :Indeks.
www.ortax.org Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-03/P3/34/2009 tanggal 27 mei 2009 Tentang kebijakan Penagihan Pajak Tahun 2009 diakses tanggal 20 maret 2012.
Zuraida Ida. 2011. PenagihanPajak. Jakarta :Ghalia Indonesia.
RIWAYAT PENULIS
Nama : Christian Winata
Tempat, Tanggal lahir : Palembang, 22 September 1990