Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
ANALISA GAYA DALAM PADA RIGID ZONE PERTEMUAN
BALOK DAN KOLOM PORTAL BETON BERTULANG
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL STRUT AND TIE
TUGAS AKHIR
DANIEL PASARIBU
02 0404 033
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK :
Telah banyak metode yang dipakai untuk menganalisis gaya dalam yang terdapat dalam suatu struktur yang bekerja akibat dari beban luar. Salah satunya adalah dengan metode elemen hingga ( finite elemen method ) yang telah
dipaparkan pada Tugas Akhir sebelumnya. Dalam pembatasan Tugas Akhir
terdahulu adalah mengkaji daerah sekitar joint pertemuan balok dan kolom struktur portal. Dalam Tugas Akhir tersebut Penulis terdahulu mencoba membandingkan hasil dari gaya-gaya dalam yang didapat dengan menggunakan metode elemen garis terhadap metode elemen hingga plane stress. Hasil yang didapat pada elemen garis ternyata masih belum ada kecocokan bila dibandingkan dengan metode elemen hingga plane stress. Hasil momen yang didapat pada perhitungan elemen garis bisa mendekati dengan metode plane stress apabila dilakukan pemodifikasian modulus elastisitas pada pertemuan balok dan kolom.
Adalah salah satu metode yang jarang digunakan dan kurang memasyarakat dalam proses analisis rancang bangun yaitu metode strut and tie. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis mencoba mengkaji pembatasan masalah yang sama dengan Tugas Akhir terdahulu dan mencoba membandingkan hasilnya dengan metode elemen hingga plane stress. Didalam metode strut and tie aliran gaya
divisualisasikan ke dalam model rangka. Aliran gaya tersebut dapat
menggambarkan dengan jelas distribusi besarnya gaya. Dimana di dalam model tersebut terdiri dari komponen strut ( tekan ) yang dipikul oleh beton dan tie ( tarik ) yang mewakili tulangan
Gaya-gaya dalam ( Momen, Lintang dan Normal ) pada pertemuan balok dan kolom dapat diperoleh dari besarnya gaya rangka. Ternyata setelah
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya penyusunan Tugas Akhir yang diberikan judul “Analisa
Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut and Tie” ini dapat Penulis
selesaikan dengan baik, dimana Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi dalam menyelesaikan program sarjana (S1) di lingkungan
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan,
dukungan dan bantuan semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini Penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Ir. Nurjulisman dan Ibu Ir. Chainul Mahni, yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing Penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof.Dr.Ing Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc., selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Risna Lidya, selaku Dosen Wali Penulis yang telah memberikan
arahan selama melaksanakan perkuliahan di Lingkungan Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak / Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
6. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian administrasi.
7. Terkhusus kepada seluruh Keluarga Besar Penulis, Ayahanda P. Pasaribu dan
Ibunda T. Simatupang serta adikku Doan Pasaribu dan Lia Pasaribu, aku
persembahkan ini buat kalian semua.
Kiranya Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan Departemen
Teknik Sipil khususnya dan Ilmu Pengetahuan di Indonesia pada umumnya.
Akhir kata tidak ada gading yang tidak retak, demikian juga Tugas Akhir ini masih
jauh dari sempurna. Untuk hal ini Penulis memohon maaf karena keterbatasan
wawasan dan pengetahuan Penulis.
Terima Kasih.
Medan, Februari 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iii DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR NOTASI vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penulisan 9
1.3. Pembatasan Masalah 9
1.4. Metodologi 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Umum 11
2.2. Penentuan daerah D dan B Strut and Tie Model 12
2.3. Asumsi Perancangan Strut and Tie Model 14
2.4. Analisis Penyebaran Tegangan 15
2.5. Metode Perambahan Beban (Load-Path Method) 19
2.6. Komponen Strut and Tie Model 21
2.6.1. Strut 21
2.6.2. Tie 23
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.7. Pembuatan Model Strut and Tie 28
2.8. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Langsing 29
2.9. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Tinggi 30
2.10. Konsep design Strut and Tie 31
BAB III PERHITUNGAN 32
Model Pertama 32
Model Kedua 43
Model Ketiga 54
BAB IV ANALISA PLANE STRESS 65
4.1 Pengantar 65
4.2 Perhitungan 69
4.2.1. Model Pertama 69
4.2.2. Model Kedua 85
4.2.3. Model Ketiga 100
BAB V PEMBAHASAN 110
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 112
6.1 Kesimpulan 112
6.2 Saran 112
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
As : Luas tulangan tarik
As’ : Luas tulangan tekan
Aps : Luas tulangan baja pratekan
Ast : Luas baja tulangan biasa
Ac : Luas efektif landasan strut
A : Lebar landasan
Av : Luas tulangan geser dalam jarak s
Ash : Luas total penampang tulangan transversal
B : Lebar balok
C : Compression (batang tekan)
d : jarak titik tangkap resultante gaya tulangan tarik
S11 : tegangan normal arah sumbu local 1
S22 : tegangan normal arah sumbu local 2
S12 : tegangan geser arah sumbu local 1
M : Momen
D : Beban mati
L : Beban hidup
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
1.1 Latar Belakang
Beton sebagai bahan struktur bangunan telah dikenal sejak lama karena
mempunyai banyak keuntungan-keuntungan dibanding dengan bahan bangunan yang
lain.
Perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja dan masih
mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan
tegangan lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan-tegangan
lentur akibat terjadinya momen karena beban luar dan tegangan tersebut merupakan
factor yang menentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang
komponen struktur. Proses perencanaan atau analisis umumnya dimulai dengan
memenuhi persyaratan terhadap lentur, kemudian baru sisi lainnya seperti geser,
retak panjang penyaluran dianalisis sehingga seluruhnya memenuhi syarat.
Perencanaan struktur berdasarkan limit analysis telah banyak diselidiki melalui
berbagai penelitian selama hampir empat dasawarsa, belakangan ini berbagai
manfaat telah diperoleh melalui penyelidikan dan penelitian tersebut terutama pada
kekuatan balok dan pelat yang dibebani geser, torsi dan beban kombinasi.
Berdasarkan pertimbangan bahwa perilaku struktur beton sangat beragam, maka
penggunaan metode limit analysis belum meluas dan sebagian masih membutuhkan
penelitian yang mendalam. Walaupun demikian, pada umumnya struktur beton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
ditentukan oleh lelehnya tulangan, dan dari berbagai percobaan yang mendalam
menunjukkan bahwa pendekatan limit analysis memberikan hasil yang sangat
memuaskan termasuk beton bertulangan kuat (overreinforced). Pendekatan melalui
limit analysis dapat dinyatakan dalam dua kategori, pertama berdasarkan lower
bound (static) dan kedua berdasarkan upper bound (kinematic). Pendekatan
kinematic pada umumnya dipergunakan pada perancangan yang sudah ada (existing
design) karena keseimbangan dari model yang dipakai hanya berlaku untuk keadaan
tertentu, sedangkan pendekatan metode static dapat diterapkan langsung dalam
perencanaan dan detailing karena kekuatan beton dan tulangan yang dibutuhkan
dapat diperoleh dari system keseimbangan gaya-gaya dalam dari struktur yang
dibebani sampai beban batas.
Berbagai penelitian terus maju dan mengalami perkembangan dan muncullah
berbagai model yang rasional yang dianggap cukup sederhana dan cukup akurat
dalam aplikasinya sudah banyak diusulkan. Dan sampai saat ini model yang
dianggap konsisten dan rasional adalah pendekatan melalui “STRUT AND TIE
METHOD”
Pengembangan dari Strut and Tie Method membawa pengaruh yang besar dalam
peraturan beton di beberapa Negara Eropa, Kanada dan baru akhir-akhir ini di
Amerika. Namun peraturan beton di Indonesia belum mempergunakannya
Strut and Tie berawal dari “Truss Analogy Model” yang pertama kali diperkenalkan
oleh Ritter (1899), Morsch (1902).
Pada perencanaan bangunan bertingkat, bagian pertemuan antara balok dan kolom
adalah bagian yang sangat penting dalam suatu bangunan. Dalam 2 dasawarsa
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
perencanaan pertemuan balok dan kolom. Beberapa negara telah melakukan
penelitian yang mendalam terhadap kelakuan yang terjadi pada bagian joint ini.
Pertemuan balok dan kolom harus memiliki cukup kekuatan untuk menahan beban
dari balok dan kolom yang berdekatan dengannya.
Pada saat sekarang ini, sudah menjadi hal yang biasa bahwa dalam perencanaan
bangunan, kolom menggunakan mutu beton yang lebih tinggi daripada balok. Ini
dikarenakan kolom dapat menahan beban lebih tinggi dibandingkan dengan balok.
Pada kasus kolom external, daerah sambungan terjadi tegangan geser yang
besar yang disebabkan oleh pembebanan pada balok. Pada kasus kolom internal, juga
disebabkan oleh balok pada kedua sisi. Kegagalan geser ini dapat menyebabkan retak
diagonal pada daerah joint. Pada daerah non-seismic, struktur dirancang untuk
menahan beban gravitasi dengan sedikit pertimbangan akibat yang dihasilkan oleh
gaya lateral. Penggunaan tulangan memanjang dengan mutu yang tinggi atau dengan
Namun beton juga merupakan salah satu komponen dasar yang mempunyai prioritas
penggunaan dalam konstruksi yang perlu penanganan dan pengawasan secara
teliti.diameter yang lebar di dalam penampang yang relative lebih kecil kadang dapat
menyebabkan tegangan geser yang tinggi pada daerah pertemuan balok dan kolom.
Gaya geser external yang bekerja pada muka joint menimbulkan tegangan geser yang
tinggi dalam joint. Tegangan geser dapat menyebabkan tegangan diagonal sehingga
menyebabkan tegangan tarik melebihi tegangan tarik beton.
Dalam perencanaan struktur frame ( portal ), jenis-jenis joint dapat diidentifikasikan
sebagai joint dalam ( interior joint ), joint luar ( exterior joint ), joint sudut ( corner
joint ). Ketika 4 ( empat ) balok bertemu dengan muka vertikal sebuah joint, maka
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
bertemu dengan muka vertikal dari sebuah kolom dan 2 ( dua ) balok lain bertemu di
joint dalam arah yang tegak maka joint dapat disebut joint luar (exterior joint). Dan
ketika 2 ( dua ) balok bertemu pada 2 ( dua ) muka vertikal suatu joint yang saling
berdekatan maka disebut dengan joint sudut ( corner joint ).
Pola gaya-gaya yang bekerja pada sebuah joint bergantung pada konfigurasidari joint
itu sendiri dan jenis beban yang bekerja padanya. Efek dari beban-beban yang
bekerja pada 3 ( tiga ) jenis joint akan dibahas sesuai dengan tegangan-tegangan dan
pola retak yang timbul padanya.
Gaya-gaya pada joint dalam yang dibebani dengan beban gravitasi dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
Gambar 1.1 : Pembebanan Gravitasi
Gaya tarik dan tekan dari ujung balok dan gaya-gaya axial dari kolom dapat
disalurkan secara langsung melalui joint. Dalam pembebanan lateral, gaya-gaya
seimbang dari balok dan kolom menyebabkan munculnya tegangan-tegangan tarik
dan tegangan-tegangan tekan pada joint. Retak muncul dalam arah tegak terhadap
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
joint. Struts tekan ditunjukkan dengan garis putus-putus sementara ties tarik
ditunjukkan dengan garis padat. Beton lemah terhadap tarik, sehingga tulangan
melintang ( tranversal ) dibutuhkan untuk melewati bidang retak untuk menahan
gaya tarik diagonal.
Gaya-gaya yang bekerja pada joint luar dapat diidealisasikan pada Gambar
1.2.
Gambar 1.2 : Keseimbangan gaya pada joint luar
Gaya geser pada joint menimbulkan retak diagonal sehingga membutuhkan
penulangan pada joint. Pola-pola dari penulangan memanjang secara signifikan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 1.3 : Detail Penulangan
Gaya-gaya pada joint sudut dengan kolom yang menerus di atas joint dapat
dimengerti seperti halnya pada kolom luar dengan memperhatikan arah dari
pembebanan. Tegangan-tegangan dan retak-retak yang ditimbulkan dapat dilihat
pada Gambar 1.4a dan 1.4b
a. Tegangan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam perencanaan kolom kuat-balok lemah, balok diharapkan terbentuk
sendi plastis pada ujung-ujungnya dan membentuk kekuatan flexure yang lebih
daripada kekuatan rencana. Gaya-gaya dalam yang terbentuk pada sendi plastis
menyebabkan kondisi lekatan yang kritis pada tulangan memanjang yang melewati
joint dan juga membebankan geser yang tinggi pada inti joint. Perilaku joint
menunjukkan sebuah interaksi yang rumit antara joint dan ikatan. Perlakuan lekatan
dari tulangan yang dipasang dalam sebuah joint mempengaruhi mekanisme dalam
menahan geser ke tingkat yang lebih signifikan.
Gaya-gaya flexure dari kolom dan balok menyebabkan gaya-gaya tarik dan tekan
pada tulangan memanjang yang melalui sebuah joint. Selama formasi sendi plastis,
gaya-gaya yang relative besar disalurkan melalui ikatan. Ketika tulangan-tulangan
memanjang di muka joint berada pada tegangan melebihi leleh, retak membelah
mulai terbentuk sepanjang tulangan pada muka joint yang dapat disebut sebagai “
penetrasi leleh “. Panjang penjangkaran yang mencukupi untuk penulangan
memanjang harus dipastikan dalam joint yang mengalami penetrasi leleh sesuai
pertimbangan. Oleh karena itu, persyaratan lekatan memiliki maksud yang jelas
dalam dimensi ukuran kolom dan balok pada joint.
Gaya geser pada joint dianggap ditahan oleh 2 ( dua ) mekanisme yang prinsipil yaitu
mekanisme strut dan mekanisme rangka. Pada bagian sebelumnya, aturan dari
mekanisme strut dan rangka dalam menahan geser dengan memperhatikan kondisi
ikatan yang baik sudah dibahas. Untuk merangkum beberapa bagian, mekanisme
rangka didukung oleh transfer ikatan yang baik dan penulangan horizontal dan
vertikal yang terdistribusi secara baik dalam inti joint. Mekanisme ini cenderung
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
dalam mengatasi geser joint. Kekuatan tekan dari strut beton diagonal adalah sumber
yang dapat dipercaya dalam menahan geser joint. Kekuatan dari strut beton diagonal
pada gilirannya dipengaruhi oleh regangan tarik ( atau tegangan tarik ) di dalam
beton inti. Pada tingkat ini, penulangan lateral melengkapi pembatasan untuk
meningkatkan efisiensi beton dalam mekanisme strut.
Pada pertemuan joint terjadi keseimbangan gaya-gaya geser. Mekanisme
untuk menyalurkan gaya-gaya geser terdiri dari 2 macam yaitu yang pertama gaya
geser yang dipikul oleh strut beton dan yang kedua adalah mekanisme panel rangka
yang terdiri dari sengkang horizontal dan strut diagonal beton daerah tarik joint.
Keseimbangan gaya-gaya tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 1.5
Gambar 1.5 : Keseimbangan gaya pada joint
Gaya-gaya yang bekerja pada daerah joint tersebut dapat dijelaskan dengan strut and
tie method seperti pada contoh model yang dapat dilihat pada Gambar 1.6 di bawah
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 1.6 : Truss model pada joint
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini :
1. Untuk mencari gaya-gaya dalam (momen, geser dan normal) dengan
model strut and tie pada daerah pertemuan balok-kolom
2. Untuk membandingkan hasil momen, geser dan lintang yang didapat
pada Tugas Akhir sebelumnya ( Sisca Sinaga, Raja,Ari Endra) secara
plane stress dengan model Strut and Tie
3. Untuk mengetahui hasil analisis sederhana mengenai gaya-gaya yang
bekerja pada daerah joint dan sekitarnya
1.3 Pembatasan Masalah
2. Model yang digunakan adalah model pada Tugas Akhir Sisca (3 bentang
10 tingkat), Raja H (4 bentang 8 tingkat) dan Ari Endra
3. Beban yang bekerja adalah kombinasi beban mati dan hidup. Beban
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
4. Material yang digunakan adalah beton bertulang
1.4 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah studi
literature yang menyangkut mengenai metode Strut and Tie dalam struktur beton
bertulang. Untuk mempermudah perhitungan gaya batang maka dibantu dengan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Dalam perencanaan suatu portal beton bertulang, analisa dari suatu struktur
yang lazim digunakan adalah berdasarkan analisa elastis dengan metode slope
deflection, metode distribusi momen ( cross ), metode elemen hingga ( finite elemen
method ), dan lain sebagainya. Dari metode-metode analisa struktur inilah akan
diperoleh nilai gaya-gaya dalam dari portal yang direncanakan. Nilai-nilai gaya
inilah nantinya akan digunakan untuk mendimensi balok dan kolom serta
tulangan-tulangan yang diperlukan untuk kekuatan portal tersebut.
Metode ini dikembangkan dari truss analogy yang diperkenalkan secara
terpisah oleh Ritter [1899] dan Morch [1902]. Sebuah pendekatan yang rasional
dalam memvisualisasikan aliran gaya-gaya yang bekerja dimana gaya-gaya tersebut
dimodelkan ke dalam sebuah bentuk elemen rangka. Dan selanjutnya dari besar
gaya-gaya tersebut, dengan perhitungan yang tepat maka akan didapat pula momen,
geser dan normal (M,D,N) secara bersamaan. Konsepsi truss analogi umumnya
dipakai dalam menganalisis atau merencanakan elemen-elemen beton bertulang dan
beton prategang didaerah peralihan gaya yang dikenal sebagai daerah D-region.
Berdasarkan teori St.Venant; pola regangan didaerah peralihan ini tidak mengikuti
teori Bernoulli yang menyatakan bahwa regangan akibat pembebanan beralih secara
linier sepanjang tinggi potongan penampang yang mengalami deformasi. Pembagian
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
b b b h
b Daerah Kaku
Daerah St. Venant
Daerah Bernoulli
b : lebar kolom
h : tinggi balok
b h
b h
h
Gambar 2.1 : Pembagian Daerah St. Venant dan Bernoulli
Menggunakan Model Strut and Tie dalam menghitung tulangan geser balok
merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk merencanakan struktur
konstruksi beton bertulang. Selain cara-cara konvensional yang selama ini diketahui
luas oleh para engineer maupun mahasiswa sipil di Indonesia pada umumnya
terdapat cara lain yang mungkin masih belum terlalu memasyarakat sampai saat ini
yaitu Strut and Tie.
Pada analisis struktur, biasanya digunakan hypotese Bernoulli yaitu
penampang dianggap rata dan tegak lurus dengan garis netral sebelum dan sesudah
lentur. Dalam kenyataannya, pada daerah kerja terpusat, tumpuan dan dimana
terdapat konsentrasi tegangan yang besar asumsi kondisi penampang tetap datar pada
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
tipe daerah yaitu daerah D dan B. Daerah yang tidak datar disebut daerah D
(Disturbed atau Discontinuity), yaitu pada daerah D dapat ditentukan dengan Saint
Venant Principle yang menyatakan bahwa gaya-gaya yang bekerja pada bidang dan
dalam keseimbangan akan mempengaruhi daerah sekitarnya sejauh h dengan
tegangan f akan mengecil menjadi nol menjauhi pusat gaya-gaya tersebut. Asas Saint
Venant dari penyebaran tegangan yang terlokasikan menyatakan bahwa pengaruh
gaya atau tegangan yang bekerja pada suatu luasan yang kecil boleh diperlakukan
sebagai suatu system yang secara statis pada jarak selebar atau setebal benda yang
dibebani hingga menyebabkan distribusi tegangan dapat mengikuti hukum yang
sederhana yaitu f = N/A. Daerah dimana berlaku hukum Bernoulli, disebut daerah B
(Bending atau Bernoulli). Pada daerah B ini tegangan dapat dicari dengan
menggunakan momen lentur. Perencanaannya dapat menggunakan model rangka
batang atau juga Modified Compression Field (MFC).
2.2 Penentuan daerah D dan B Strut and Tie Model
Slaich (1982-1983) telah membangun suatu dasar filosofi perancangan yang
konsisten pada struktur yang berada di daerah B dan D yaitu perancangan dengan
Strut and Tie model. Dengan demikian keseluruhan struktur dapat dirancang
berdasarkan Strut and Tie model. Tetapi dalam praktek Strut and Tie lebih banyak
diterapkan pada daerah D, sedangkan pada daerah B lebih dikhususkan pada
perancangan terhadap pengaruh geser dan torsi. Penerapan Strut and Tie model
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.2 : Penentuan daerah B dan D pada Balok
Gambar 2.3 : Penentuan daerah D dan B pada portal
Prosedur penentuan daerah D dan B lebih dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Ganti struktur riil dengan struktur fiktif yang dibebani sedemikian rupa hingga
hukum Bernoulli berlaku dan keseimbangan dari semua gaya-gaya terpenuhi
b) Tentukan suatu sistem keseimbangan pada suatu system keseimbangan pada
suatu system struktur bila yang disuperposisikan dengan keseimbangan akan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
c) Terapkan azas Saint Venant pada system struktur sejarak d=h dari titik
keseimbangan gaya-gaya.
d) Pada daerah B tegangan sudah tidak dipengaruhi lagi oleh unsur diskontinuitas,
dari penjelasan diatas bahwa penentuan daerah B dan B dipengaruhi oleh
geometri dan jenis dari lokasi beban yang bekerja.
2.3. Asumsi Perancangan Strut and Tie Model
Dasar teori dari strut and tie model adalah teori plastis. Model ini akan
memberikan “lower bound solution”. Teori lower bound plasticity menyatakan
bahwa struktur tidak akan berada diambang keruntuhan bila terjadi keseimbangan
antara beban dan distribusi tegangan dimana pada setiap titik pada struktur tersebut
mengalami tegangan lelehnya. Dengan demikian perencana perlu meninjau beberapa
alternatif model dan paling sedikit ada dari load-path yang memadai dan memastikan
bahwa tidak ada bagian dari load path yang mengalami tegangan yang berlebihan
(overstressed). Dengan kata lain model dengan load-path yang dipilih memberikan
kapasitas struktur yang terendah (model dengan load-path yang lain akan
memberikan kapasitas struktur yang lebih besar dibandingkan dengan model
load-path yang dipilih sebelumnya), dengan demikian penggunaan metode ini dianggap
konservatif. Pemilihan bentuk arah load-path atau pola distribusi tegangan tidak
boleh berbeda jauh antara sebelum dan sesudah beton mengalami peretakan sehingga
keruntuhan lebih awal (premature) dapat dihindari. Struktur yang ditinjau
diidealisasikan sebagai suatu sistem rangka batang plastis (plastic truss analogy)
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Keseimbangan rangka batang terpenuhi jika :
a) Beban luar dan reaksi-reaksi tumpuan serta semua titik simpul berada dalam
keseimbangan .
b) Semua gaya tarik dipikul oleh baja tulangan dengan atau tanpa tendon prategang.
c) Titik simpul merupakan titik tangkap dari sumbu-sumbu batang dengan atau
tanpa garis-garis gaya luar termasuk reaksi perletakan. Semua garis-garis gaya
tersebut bertemu pada satu titik sehingga titik simpul tersebut tidak timbul
momen
d) Kehilangan keseimbangan rangka batang terjadi bila beton akan mengalami
kehancuran atau sejumlah batang tarik mengalami pelelehan yang mengakibatkan
rangka batang berada dalam mekanisme labil.
e) Strut and Tie merupakan resultante dari berbagai medan tegangan.
2.4. Analisis Penyebaran Tegangan
Konsep tekan dan tarik didasarkan atas pendekatan plastisitas untuk aliran
gaya di zona angker dengan menggunakan sejumlah batang-batang lurus tarik dan
tekan yang bertemu di titik-titik diskret yang disebut nodal. Sehingga membentuk
rangka batang. Gaya tekan dipikul oleh batang tekan (strut) dan gaya tarik dipikul
oleh penulangan non prategang dari baja lunak yang berfungsi sebagai tulangan tarik
pengekang atau oleh baja prategang. Kuat leleh tulangan pengekang angker
digunakan untuk menentukan luas penulangan total yang dibutuhkan di dalam blok
angker sesudah retak signifikan terjadi, trayektori tegangan-tegangan tekan beton
cenderung memusat menjadi garis lurus yang dapat diidealisasikan menjadi batang
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
bagian dar unit rangka batang dimana tegangan tarik utama diidealisasikan sebagai
batang tarik di unit rangka batang dengan lokasi nodal yang ditentukan oleh arah
batang tekan. Suatu benda elastis yang dibebani sebelum retak akan menghasilkan
medan tekan (compression field) dan medan tarik (tension field). Garis trayektori
tegangan utama adalah garis “tempat kedudukan” titik-titik dari suatu tegangan
utama (principal stress) yang memiliki nilai (aljabar) yang sama terdiri dari garis
trayektori tekan dan trayektori tarik. Garis-garis trayektori menunjukkan arah dari
tegangan utama pada setiap titik yang ditinjau. Jadi trayektori tegangan merupakan
suatu kumpulan garis-garis kedudukan dari titik-titik yang mempunyai tegangan
utama yang mempunyai nilai tertentu. Telah diungkapkan di depan bahwa
penggunaan Strut and Tie model perlu didukung oleh pengertian medan tegangan
utama yang kemudian diterapkan pada perancangan model struktur berdasarkan teori
plastisitas. Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa adanya hal yang kurang konsisten,
yaitu dimana awalnya berorientasi pada distribusi dan trayektori tegangan
berdasarkan teori elastis yang kemudian diterapkan pada perancangan model struktur
berdasarkan teori plastis. Selanjutnya diketahui bahwa struktur beton bukan
merupakan bahan yang elastis linear sempurna dan homogen karena struktur beton
terdiri dari beton dan berbagai baja tulangan. Pada keadaan retak terjadi redistribusi
tegangan dimana tegangan induk tarik pada beton bervariasi dari nol pada lokasi
retak dan mencapai nilai maksimum pada lokasi antar retakan, sehingga pada
struktur beton akan mengalami perubahan kekakuan struktur. Walaupun demikian
hasil dari percobaan dan penelitian menunjukkan bahwa perancangan model struktur
beton bertulang berdasarkan teori plastisitas yang berorientasikan trayektori tegangan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
dibandingkan dengan kuat tekannya. Untuk memperoleh distribusi dan trayektori
tegangan yang akurat, Cook dan Mitchell (1988) menyarankan penggunaan metode
finite-element (elemen hingga) non linear. Kotsovos dan Pavlovic (1995) cukup
banyak membahas analisis finite-element (elemen hingga) untuk perencanan struktur
beton dalam keadaan batas (limit-state design), tetapi dalam penggunaan praktis
masih banyak berorientasi pada distribusi dan trayektori tegangan utama karena
dianggap lebih praktis dan cukup konservatif disamping perangkat lunak komputer
untuk struktur beton yang non linear masih sangat terbatas untuk penggunaan praktis.
Oleh karenanya, pembahasan selanjutnya masih didasarkan pada distribusi dan
trayektori tegangan yang berorientasi pada struktur beton elastis dan diikuti dengan
perancangan pada teori plastisitas.
Beberapa karakteristik penting dari trayektori tegangan adalah :
a) Di tiap-tiap titik ada trayektori tekan dan trayektori tarik yang saling tegak lurus
b) Dalam komponen struktur yang dibebani terdapat suatu kelompok trayektori
tekan dan kelompok trayektori tarik, dan kedua kelompok trayektori adalah
orogonal. Ini disebabkan karena tegangan utama tekan dan tegangan utama tarik,
di dalam suatu titik yang arahnya saling tegak lurus sehingga kelompok
trayektori tekan dan kelompok trayektori tarik menyatakan suatu sistem yang
orthogonal.
c) Trayektori tekan dan trayektori tarik berakhir pada sisi tepi dengan sudut 90°
d) Di dalam titik-titik di garis netral arah trayektori-trayektori adalah 45°.
e) Lebih dekat jarak trayektori-trayektori, lebih besar nilai tegangan utamanya
f) Trayektori tegangan pada daerah B jauh lebih teratur (smooth) dibandingkan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.4 : Trayektori tegangan utama akibat beban merata
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.5. Metode Perambahan Beban (Load-Path Method)
Trayektori tegangan utama adalah salah satu alat bantu dalam membentuk
Strut and Tie model. Di samping pemanfaatan trayektori tegangan utama, Sclaich
(1987) memberikan alternatif lain, yaitu penggunaan perambahan beban (load-path
method). Metode ini dapat dijelaskan seperti pada gambar 2-5 dan 2-6, pada awalnya
harus ditentukan terlebih dahulu keseimbangan luar sehingga beban kerja dan
reaksi-reaksi pada D-region tersebut berada dalam keseimbangan. Kemudian diasumsikan
tegangan p berlangsung linear. Pada gambar 2-5, diagram p yang semuanya dalam
keadaan tekan dibagi dalam dua bagian sedemikian rupa, sehingga masing-masing
bagian mempunyai resultante sebesar A dan B (bekerja pada titik berat
masing-masing). Selanjutnya diasumsikan bahwa load-path rekanan A-A tidak berpotongan
dengan load-path rekanan B-B. Load-path dari masing-masing pasangan bermuara
dari titik berat masing-masing diagram tegangan dan berakhir pada titik berat
tumpuan masing-masing. Karena masing-masing pasangan melengkung dan
selanjutnya load-path A-A harus berkolerasi dengan load-path B-B, ini
dimungkinkan dengan menambah batang-batang horizontal berupa strut and tie
sehingga tercapai keseimbangan horizontal. Dengan mengidealisasikan load-path
A-A berupa polygon yang digabungkan dengan batang tarik dan batang tekan, maka
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.6 : Aliran Load-path dengan beban dua reaksi
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.6. Komponen Strut and Tie Model
Strut and Tie adalah suatu bentuk dan model truss (rangka batang) yang
mereduksi suatu struktur kompleks menjadi suatu model truss sederhana yang mudah
dimengerti. Dalam Model Strut and Tie hanya gaya axial (tarik/tekan) yang bekerja.
Adapun komponen dalam Model Strut and Tie adalah:
2.6.1 Strut
Strut atau batang tekan merupakan batang uniaxial tekan dan tegangannya
adalah tegangan tekan efektif beton pada saat beban mencapai batasnya. Strut
tersebut memiliki lebar dan tebal tertentu yang besarannya tergantung pada gaya
batang serta tingkat tegangan yang diijinkan. Strut beton dalam keadaan tekan dan tie
beton dalam keadaan tarik yang cenderung menyebar ke titik simpul penyebaran
gaya-gaya di dalam medan tekan dapat berbentuk prisma, botol dan kipas
Gambar 2.8 : Gambar dari berbagai bentuk dasar medan tekan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Kuat tekan dari batang strut tanpa tulangan longitudinal (menurut ACI
318-02M) dapat ditulis sebagai berikut :
Fns=fcuAc
Dimana : Fns = gaya tekan batas terfaktor
fcu = tegangan tekan efektif beton
Ac = luas efektif landasan strut
Dimana : fc’ = kuat specifik tekan beton
1
=
s
β untuk penyokong prismatis di daerah tekan utuh (undisturb)
75 . 0
=
s
β untuk strut berbentuk botol dengan tulangan retak
4 . 0
=
s
β untuk strut yang berada di daerah tarik
60 . 0
=
s
β untuk strut semua kasus
Penulangan tekan harus digunakan untuk menambah kekuatan dari strut, tulangan ini
biasanya diangkur paralel dengan sumbu pusat strut, kasus seperti ini adalah kuat
tekan tulangan longitudinal yang ditulis :
Fns = fcuAc+ As’fs’
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
fs’ = tegangan tulangan tekan
2.6.2 Tie
Bagian kedua dari komponen Strut and Tie Model adalah tension tie atau
batang tarik. Pada beton struktur batang tarik dapat berupa satu atau kumpulan baja
tulangan biasa atau dapat juga berupa satu atau kumpulan beton prategang yang
dijangkar dengan baik. Karena reruntuhan tarik dari baja tulangan lebih daktail
dibandingkan dengan keruntuhan tekan dari strut atau keruntuhan dari node elemen,
maka dalam perancangan struktur, keadaan batasnya lebih ditentukan oleh lelehnya
tulangan atau batang tarik (tie). Penempatan batang tarik juga harus diperhatikan
karena dapat mengakibatkan perubahan dimensi dari node element yang
membahayakan seperti ditunjukkan pada Gambar 2-8 dimana akan meningkatkan
tegangan pada strut tekan dan node element. Karena Strut And Tie Model
diberlakukan pada beton struktur dalam keadaan batas, maka pada kondisi layan
(serviceability limit state) lebar retak pada batang tarik perlu diperiksa, yaitu melalui
pembatasan lebar retak atau melalui pembatasan tegangan baja yang lebih rendah.
Gaya tarik pada batang tarik tie tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Fnt= Astfy+Aps(fse+∆fp)
Dimana : Fnt=gaya tarik batas terfaktor
Ast=luas baja tulangan biasa
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
fse=tegangan efektif yang hilang di dalam baja tendon prategang
[image:32.595.116.533.175.730.2]∆fp=penambahan gaya prategang disamping level load (fse+∆fp)
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.10 : Gambar plastic truss model dari suatu balok tinggi
2.6.3. Node
Pertemuan dari strut and tie model adalah nodal zones. Tiga atau lebih gaya
ini bertemu dalam sebuah node dan harus dalam keadaan seimbang. Titik
simpul/joint ini harus atau nodes membentuk suatu elemen yang dinamakan node –
element atau hydrostatic-element. Daerah ini merupakan titik tangkap gaya-gaya
yang bertemu pada 1 titik sehingga tegangan yang terjadi cukup rumit karena daerah
ini mengalami tegangan biaxial dan triaxial. Dalam perancangan, node element harus
mendapat perhatian yang baik, khususnya pada pertemuan dengan batang-batang
tarik yang harus dijangkar. Penjangkaran batang tarik yang tidak baik akan
mengakibatkan keruntuhan lebih awal. Penjangkaran dapat dilakukan dengan
memberikan panjang penjangkaran, panjang penyaluran dan kait yang cukup. Titik
simpul/node merupakan titik tangkap dari tiga batang atau lebih dari strut dan tie
dengan berbagai kombinasi yang secara umum dapat dibagi ke dalam empat jenis
sambungan jenis pertemuan, yaitu :
a) C-C-C node jika di dalam node terjadi pertemuan tiga gaya tekan (lihat Gambar
II-10)
b) C-C-T node yang terdiri dari satu batang tarik (lihat Gambar 2-10)
c) C-T-T node yang terdiri dari dua batang tarik (lihat Gambar 2-10)
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.11 : Jenis sambungan pertemuan (node)
Kuat tekan dari nodal zone dapat ditulis :
Fnn=fcuAn
Dimana: Fnn=gaya batas terfaktor bagian depan dari nodal zone
An=luas bagian depan dari nodal zone
Tegangan transversal menguntungkan bila transversal bekerja dalam dua arah dan
dikekang (confined concrete). Pengekangan dapat dilakukan dengan memberi
tulangan kekang tranversal tertentu di sekeliling daerah medan tekan. Tulangan
kekang dan efeknya telah dianalisis dan diuji di laboratorium, perhitungan tegangan
tekan dari nodal zone dalam Strut and Tie Model adalah :
Fcu=0,85βnfn’
Dimana : βn=1,0 pada nodal zone yang dibentuk oleh strut-strut tekan dan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
n
β =0.8 pada nodal zone yang mengandung satu batang tarik.
n
β =0.6 pada nodal zone yang mengandung satu batang tarik
[image:35.595.114.528.240.491.2](tension/tie) lebih dari satu arah.
Gambar 2.12 : Distribusi gaya pada daerah nodal zone
Pengendalian retak
i Yi sinY ρ
Σ ≥0.003 dimana ΣρYirasio tulangan lapisan ke i yang memotong
unsur penyokong yang ditinjau, dan Yi adalah sudut antara sumbu penyokong dengan
tulangan. Faktor reduksi kekuatan Φ senantiasa diambil 0.75 untuk penyokong,
penggantung dan simpul.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.7. Pembuatan Model Strut and Tie
Pada suatu struktur, umumnya hanya terdapat beberapa bentuk standar karena
itu dapat dibuat analisis yang mendetail untuk menentukan model standar yang dapat
diterapkan pada bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Standarisasi ini
dapat memudahkan pekerjaan seorang perencana dan menghindari variasi
penggunaan model oleh perencana yang berbeda. Pembuatan model Strut and Tie
pada dasarnya merupakan prosedur grafis yang bersifat iterative. Tidak ada prosedur
yang pasti dalam menentukan model Strut and Tie. Konsep dasar dalam pembuatan
model Strut and Tie adalah :
1. Model harus dalam keadaan seimbang
2. Batang tarik harus tetap lurus
3. Tulangan geser dapat dimodelkan satu persatu atau ekivalennya
4. Jarak antara batang atas dan batang bawah ditentukan oleh momen ultimate
5. Kemiringan maksimum batang tekan adalah 25°-65° dimana idealnya 45°
2.8. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Langsing
Balok beton bertulang diasumsikan runtuh akibat geser dapat dimodelkan
sebagai suatu rangka batang yang sederhana dimana batang tekan diwakili oleh
batang atas (beton dengan atau tanpa tulangan tekan), batang tarik diwakili oleh
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
sengkang sejarak jd/tanθ diwakili oleh batang tegak dari rangka batang tersebut. Pada gambar tersebut batang tekan dinyatakan oleh garis putus-putus dan batang
tarik dinyatakan oleh garis utuh.
2.9. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Tinggi
American Concrete Institute ACI-Code menjelaskan bahwa suatu balok
dinyatakan balok tinggi (deep beam) dalam perencanaan lentur bila rasio bentang
bersih balok dibandingkan dengan tinggi balok ln/d≤1.25 untuk balok atas dua
tumpuan dan ln/d≤2.5 untuk balok di atas beberapa tumpuan. Selanjutnya balok
juga dinyatakan sebagai balok tinggi dalam perencanaan geser bila ln/d≤5.0 dan
balok tersebut dibebani dari permukaan atas serta ditumpu pada sisi bawah balok.
Permasalahan muncul bila dihadapi suatu keadaan dimana suatu balok dengan
ln/d =6 yang dibebani beban terpusat sejarak d dari salah satu tumpuan. Di sini
terlihat pada sisi bentang geser yang pendek sejarak d tadi dinyatakan sebagai balok
tinggi dan pada sisi lainnya dinyatakan sebagai balok biasa (bukan sebagai deep
beam). Kedua pernyataan tersebut cukup menimbulkan kebimbangan. Untuk
menghindari permasalahan tersebut, MacGregor (1988) mendefinisikan suatu balok
dinyatakan sebagai balok tinggi apabila sebagian besar beban yang dipikul dapat
diteruskan atau dihubungkan langsung ke tumpuan-tumpuannya melalui batang tekan
(compression strut). Sebagai alternative, kadangkala balok tinggi dianalisis
berdasarkan analisa tegangan dengan menggunakan “elastic continuum finite
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
balok tinggi diidealisasikan sebagai suatu rangkaian batang tarik (tie),
batang-batang tekan (strut), beban-beban kerja dan tumpuan-tumpuan yang saling
berhubungan melalui titik-titik simpul (nodes) sehingga terbentuk suatu rangka
batang.
2.10. Konsep design Strut and Tie
Untuk mempermudah dalam perhitungan Strut and Tie Model dibutuhkan
pengertian yang mendasar dan informasi mengenai “engineering judgement” dan
ilmu ini sesungguhnya adalah suatu seni yang layak dipergunakan untuk
perencanaan. Dan Strut and Tie Model ini adalah design praktis dengan prosedur
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
STM Model Design Flow Chart
Tentukan daerah B dan Dregion
Tentukan daerah B dengan
menghitung geser, lentur dan aksial
Buat model STM untuk daerah D 1. Stress Trayektori
2. Load Path
Dimensi elemen Gaya dan
tegangan di node
Gaya dan tegangan di batang tekan
Detail batang tarik
[image:39.595.117.549.119.564.2]Analisa Struktur dengan metode biasa Tentukan reaksi deformasi dan gaya dalam Taksir Dimensi dan Ukuran lainnya
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
PERHITUNGAN MODEL STRUT AND TIE
3.1 Model Pertama :
Pada kesempatan pembuatan Tugas Akhir ini Penulis memakai model yang
dipakai pada Tugas Akhir sebelumnya (Raja Parmahanan, 2007). Struktur dengan
model portal 4 bentang – 8 tingkat. Panjang bentang 7 meter dan tinggi tingkat 4
meter dengan perletakan jepit. Penampang struktur dengan ukuran balok 40 cm X 60
cm dan kolom 100 cm X 100 cm. Beban yang dipakai pada simulasi ini adalah sama
sesuai dengan pembebanan Tugas Akhir sebelumnya yang tersebut di atas Beban
beban mati sebesar 2.151 t/m untuk atap dan 3.801 t/m untuk lantai. Beban hidup
sebesar 1.1 t/m.
Kombinasi pembebanan yang dipakai adalah kombinasi beban mati dan beban hidup
yaitu 1.2 D + 1.6 L
Maka dengan memilih metode perambahan beban (load-path method) , Penulis
mencoba untuk membuat sebuah model strut and tie
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
[image:41.595.145.453.84.647.2]USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam mencari gaya-gaya dalam pada titik yang ditinjau maka terlebih dahulu dicari
gaya-gaya batang yang bekerja dalam model. Setelah didapat gaya- gaya batang
dengan bantuan Program STAAD Pro maka kita dapat mencari gaya-gaya dalam
(Momen, Lintang dan Normal) dengan Prinsip Ritter yaitu dengan memotong titik
yang ditinjau. Prosedur atau cara untuk mencari gaya dalam tersebut dapat dilihat
melalui gambar serta penjelasan di bawah ini
Misalkan diambil sebuah daerah titik perpotongan di bawah ini
b
b x
M
F3 F2
a
N F1
a
[image:42.595.115.543.292.660.2]D
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Maka momen dapat diperoleh dari hasil perkalian gaya dan jarak :
M = F1(a)+F2(b)+F3(a)
sedangkan untuk Normal dapat diperoleh dengan mencari hasil dari resultante gaya
horizontal dari gaya-gaya batang yang dipotong
N = F2cosβ + F3 – F1
dan untuk Lintang dapat diperoleh dengan mencari resultante gaya-gaya vertikal dari
gaya-gaya batang yang dipotong
D = F2sinβ
Titik-titik yang mewakili pada model ini adalah
Untuk elemen balok : titik pertemuan balok dan kolom (50 cm dari as)
Untuk elemen kolom : titik pertemuan balok dan kolom (30 cm di atas dan di bawah
as)
Untuk titik-titik dan cara perhitungannya tidak ditampilkan, nilai momen, lintang dan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik
45.714
29.74°
36.03°
35.43
6.858 68.265
46
22.677 26.225
Momen = 68.265(0.2) + 35.43(0.2) + 45.714(0.12) = 26.225 ton-m
Normal = 45.714(cos 29.74°) + 35.43 – 68.265 = 6.858 ton
Lintang = 45.714(sin 29.74°) = 22.677 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 0.1
36.03°
29.74° 12.997 0.4
0.1
0.1 0.8
38.553 90
0.2 46.662
19.125 16.557 0.1
Momen = 46.662(0.2) + 12.997(0.2) + 38.553(0.12) = 16.557 ton-m
Normal = 38.553(cos 29.74°) + 12.997 – 46.662 = 0.2 ton
Lintang = 38.553(sin 29.74°) = 19.125 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
0.2
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 0.1
29.74°24.562 0.4
0.1
0.1 0.8
0.501 0.2
40.14
64 59.905
19.912 21.709 0.1
Momen = 59.905(0.2) + 24.562(0.2) + 40.14(0.12) = 21.709 ton-m
Lintang = 40.14(sin 29.74°) = 19.912 ton
[image:47.595.97.561.87.503.2]Normal = 40.14(cos 29.74°) + 24.562 – 59.905 = 0.501 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009 3.2 Model Kedua :
Pada kesempatan pembuatan Tugas Akhir ini Penulis memakai model yang
dipakai pada Tugas Akhir sebelumnya (Sisca Sinaga,2007). Struktur yang
dimodelkan adalah portal dengan 3 bentang – 10 tingkat. Panjang bentang 7 meter
dan tinggi tingkat 4 meter dengan perletakan jepit. Penampang struktur dengan
ukuran balok 40 cm X 60 cm dan kolom 40 cm X 120 cm . Beban yang dipakai pada
simulasi ini adalah sama sesuai dengan pembebanan Tugas Akhir sebelumnya yang
tersebut di atas yaitu beban mati sebesar 3.801 t/m untuk lantai dan 2.256 t/m untuk
atap. Beban hidup sebesar 1.1 t/m
Kombinasi pembebanan yang dipakai adalah kombinasi beban mati dan beban hidup
yaitu 1.2 D+1.6 L
Maka dengan metode perambatan beban, Penulis mencoba untuk membuat suatu
model strut and tie untuk struktur ini
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam mencari gaya-gaya dalam pada titik yang ditinjau maka terlebih dahulu dicari
gaya-gaya batang yang bekerja dalam model. Setelah didapat gaya- gaya batang
dengan bantuan Program STAAD Pro maka kita dapat mencari gaya-gaya dalam
(Momen, Lintang dan Normal) dengan Prinsip Ritter yaitu dengan memotong titik
yang ditinjau. Prosedur atau cara untuk mencari gaya dalam tersebut dapat dilihat
melalui gambar serta penjelasan di bawah ini
Misalkan diambil sebuah daerah titik perpotongan di bawah ini
b
b x
M
F3 F2
a
N F1
a
[image:50.595.115.543.292.660.2]D
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Maka momen dapat diperoleh dari hasil perkalian gaya dan jarak :
M = F1(a)+F2(b)+F3(a)
sedangkan untuk Normal dapat diperoleh dengan mencari hasil dari resultante gaya
horizontal dari gaya-gaya batang yang dipotong
N = F2cosβ + F3 – F1
dan untuk Lintang dapat diperoleh dengan mencari resultante gaya-gaya vertikal dari
gaya-gaya batang yang dipotong
D = F2sinβ
Titik-titik yang mewakili pada model ini adalah
Untuk elemen balok : titik pertemuan balok dan kolom (60 cm dari as)
Untuk elemen kolom : titik pertemuan balok dan kolom (30 cm dari as)
Untuk titik-titik dan cara perhitungannya tidak ditampilkan, nilai momen, lintang dan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik
33.7°
42.3°
34.832 22.207
6.738 61.607
45
40.377
23.728
Momen = 61.607(0.2) + 34.832(0.2) + 40.377(0.11) = 23.728 ton-m
Lintang = 40.377 (sin 33.7°) = 22.207 ton
Normal = 40.377 (cos 33.7°) + 34.832 – 61.607 = 6.738 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
33.7°
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik 1.625
0.1 42.3°
6.761 6.119
16.183
46
29.423
0.4
16.035 0.1
0.1 1 0.1
Momen = -16.035(0.2) – 29.423(0.11) + 1.625(0.2) = 6.119 ton-m
Lintang = 29.423 (sin 33.7°) = 16.183 ton
Normal = 29.423 (cos 33.7°) – 16.035 – 1.625 = 6.761 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
33.7° 18.51
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik 0.1
0.4 0.1
0.1 1 0.1
0.141 75
34.9
19.195 47.618
17.065
Momen = 47.618(0.2) + 18.51(0.2) + 34.9(0.11) = 17.065 ton-m
Normal = 34.9 (cos 33.7°) + 18.51 – 47.618 = 0.141 ton
Lintang = 34.9 (sin 33.7°) = 19.195 ton
[image:55.595.99.566.88.501.2]
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009 3.3 Model Ketiga :
Pada kesempatan pembuatan Tugas Akhir ini Penulis memakai model yang
dipakai pada Tugas Akhir sebelumnya (Ari Endra, 2005). Struktur dengan model
portal dengan 3 bentang – 3 tingkat. Panjang bentang 7 meter dan tinggi tingkat 4
meter dengan perletakan jepit. Penampang struktur dengan ukuran balok 40 cm X 60
cm dan kolom 80 cm X 80 cm. Beban yang dipakai pada simulasi ini adalah sama
sesuai dengan pembebanan Tugas Akhir sebelumnya yang tersebut di atas yaitu
beban mati sebesar 4.35 ton/m untuk lantai dan beban hidup sebesar 1.1 t/m
Kombinasi pembebanan adalah beban mati dan beban hidup yaitu 1.2D + 1.6 L
Maka dengan metode perambatan beban, Penulis mencoba untuk membuat suatu
model strut and tie untuk struktur ini
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
[image:57.595.128.527.93.559.2]USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 17.053
1.379
20.548
7.808
0.1
44.669 0.4
0.1 46.184
18 0.075
30.6°
27.3°
0.65 0.075
Momen = -46.184(0.2) - 7.808(0.2) – 44.669(0.14) = 17.053 ton-m
Normal = 44.669(cos 27.3°) + 7.808 – 46.184 = 1.379 ton
[image:59.595.96.572.86.487.2]Lintang = 44.669(sin 27.3°) =20.548 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 0.1
0.4 0.1
0.075
6.166
27.3°
30.6°
24.39 46.608 59.705
23
21.439
23.344
0.65 0.075
Momen = -59.705(0.2) – 24.39(0.2) – 46.608(0.14) = 23.344 ton-m
Normal = 46.608(cos 27.3°) + 24.39 – 59.705 = 6.166 ton
[image:60.595.96.565.85.484.2]Lintang = 46.608(sin 27.3°) = 21.439 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
0.1
62.855 0.4
0.1
Tekan
Titik pertemuan balok-kolom 0.075 Tarik
6.076
146.32
72.652 12.574
52
30.6°
27.3°
0.65 0.075
Momen = 62.855(0.325) – 72.652(0.325) – 12.574(0.23) = 6.076 ton-m
[image:61.595.94.572.99.483.2]Normal = 12.574(cos 30.6°) + 72.652 + 62.855 = 146.32 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
PEMODELAN DAN SIMULASI STRUKTUR BERDASARKAN FINITE ELEMEN METHOD ( TUGAS AKHIR TERDAHULU )
4.1 Pemodelan Struktur 4.1.1 Pemodelan elemen frame
Pemodelan dengan elemen frame ini mengusahakan agar model yang dibuat
dapat dilakukan modifikasi elastis pada daerah pertemuan balok dan kolom
agar nantinya ketika menganalisa portal tersebut, modulus elastis bahan dapat
dibedakan antara daerah pertemuan balok dan kolom dengan daerah lainnya
pada portal tersebut. Untuk dapat melakukan hal tersebut, maka
bagian-bagian portal dibagi berdasarkan titik-titik yang telah ditentukan. Titik-titik
tersebut diambil berdasarkan pembagian zona atau daerah-daerah yaitu
daerah St. Venant dan daerah Bernoulli di bentang balok dan kolom pada
portal tersebut
4.1.2 Pemodelan Plane Stress
Struktur yang dimodelkan dengan plane stress diambil dengan membagi
penampang struktur dengan elemen-elemen yang lebih kecil, dimana struktur
yang dimodelkan kondisinya sama dengan kondisi pada elemen frame yang
kemudian dibagi atas elemen-elemen dengan ukuran 10 cm X 10 cm dan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
4.2 Pemodelan Finite Element Method 4.2.1 Pemodelan FEM Plane Stress
Matrik kekakuan global
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Yang akhirnya memberikan :
( )
( )
( )
− − − − − − + = xy y x xy y x E γ ε ε υ υ υ υ υ υ υ υ υ υ τ σ σ 1 2 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1( )( )
( )
− − + = xy y x xy y x E γ ε ε υ υ υ υ υ τ σ σ 2 1 0 0 0 1 0 1 1 1[ ]
( )
− + = 2 1 0 0 0 1 0 1 1 2 υ υ υ υ E D{ }
σ =[ ]
D{ }
ε{ }
ε =[ ]
B{ }
d[ ]
= m m j j i i m j i m i i A B β γ β γ β γ γ γ γ β β β 0 0 0 0 0 0 2 1 m ji =y − y
β
i m
j=y −y
β
j i
m=y −y
β
j m
i=x −x
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
m i j =x −x
γ
i j
m=x −x
γ
Jadi,
{ }
σ =[ ]
D{ }
ε =[ ][ ]
D B{ }
d4.2.2 Pemodelan Plane Frame
Pemodelan portal menurut FEM (Finite Element Method) bentuk plane frame
elemen yaitu dapat memikul gaya arah vertical, horizontal dan perputaran (rotasi).
Matriks kekakuan global dengan transformasi system koordinat sesuai dengan
koordinat setiap batang adalah seperti berikut :
[ ]
− − − + − − − − + − − + + − − − − − − − + − + − − + − − − − − + = 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 6 6 2 6 6 6 12 ) 12 ( 6 12 ) 12 ( 6 ) 12 ( 12 6 ) 12 ( 12 2 6 6 4 6 6 6 12 ) 12 ( 4 ) 12 ( ) 12 ( 6 ) 12 ( 12 6 ) 12 ( 12 l lC lS l lS lS lC C KS CS K lC C KS CS K lS CS K S KC lS CS K S KC l lC lS l lC lS lC C KS CS K l C KS CS K lS CS K S KC lS CS K S KC l EI K zDimana : E = Modulus Elastisitas
Iz = Inersia Tampang
L = Panjang bentang
C = Cosinus sudut
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk mencari mencari besarnya gaya-gaya batang yang terjadi maka
digunakan persamaan :
[ ] [ ][ ]
f = k d dengan[ ]
f adalah gaya-gaya batang,[ ]
k adalahkekakuan batang dan
[ ]
d adalah displacement yang terjadi pada batang tersebut.Pada plane frame, gaya-gaya batang yang terjadi adalah gaya arah vertical (V),
horizontal(H), dan rotasi (M).
Boundary condition yang terjadi antara lain adalah pada tumpuan jepit
besarnya displacement yang terjadi adalah nol (u = v = x = 0). Sedangkan untuk
batang yang runtuh dan pada perletakan sendi dilepaskan sehingga perletakan bebas
berputar maka pada ujung batang yang dilepas tersebut besarnya M = 0, sedangkan
untuk H dan V memiliki suatu besaran. Hal ini dapat dimodelkan pada saat akan
mencari besarnya gaya dalam batang dimana matriks kekakuan individu untuk
batang yang dilepas akan berubah dengan salah satu ujungnya menjadi sendi.
Sebagai contoh untuk portal sederhana seperti pada Gambar 3.6 maka akan diperoleh
matriks
[ ] [ ][ ]
f = k d adalah :Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
= 4 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 4 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 x v u x v u x v u x v u M V H M V H M V H M V H
Sehingga didapat displacement sebagai berikut :
− − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − − = 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 M V H M V H x v u x v u
Untuk mencari gaya dalam batang digunakan persamaan [f] = [k] [d]
Dimana : [f] = gaya dalam batang
[k] = matriks kekakuan local
[d] = displacement local
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dimana : [T] =
− − 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 C S S C C S S C
Maka diperoleh masing-masing gaya dalam batang [f] = [k] [d]. Sebagai contoh
untuk batang 2-3 dapat diperoleh dengan matriks berikut :