• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Status Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Partisipasi Politik Pada Pemilu Presiden 2009 (Studi deskriptif: Kelurahan Sitirejo I, Medan, Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Status Sosial Ekonomi Masyarakat Terhadap Partisipasi Politik Pada Pemilu Presiden 2009 (Studi deskriptif: Kelurahan Sitirejo I, Medan, Sumatera Utara)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

“PENGARUH TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PADA PEMILU PRESIDEN 2009”

(Study Deskriptif: Kelurahan Sitirejo I, Medan, Sumatera Utara) D

I S U S U N OLEH

Nama : Maria Simaremare

Dosen Pembimbing : Indra Fauzan SHI, M. Soc. Sc Dosen Pembaca : Muryanto Amin, Sos. Msi

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKIULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sekalipun pohon ara tidak berbunga,

pohon anggur tidak berbuah,

hasil pohon zaitun mengecewakan,

sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,

kambing domba terhalau dari kurungan,

dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,

namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN,

beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

ALLAH Tuhanku itu kekuatanku:

Ia membuat kakiku seperti kaki rusa,

Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.

Habakuk 3:17-19

Kudedikasikan tugas akhir ini kepada

Kedua orang tua ku:

Bapak M. Simaremare dan N. Siburian

juga kepada saudara-saudaraku:

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Perumusan Masalah ... 5

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

3.1. Tujuan Penelitian ... 5

3.2.Manfaat Penelitian ... 6

4. Kerangka Teori ... 6

5. Hipotesis ...16

6. Defenisi Konsep ...16

7. Defenisi Operasional ...17

8. Metodologi Penelitian ...18

8.1. Jenis Penelitian ...18

8.2. Lokasi Penelitian ...19

8.3.Teknik Pengumpulan Data ...19

8.4.Populasi dan Sampel Penelitian...19

8.4.1. Populasi ...19

8.4.2. Sampel ...19

(4)

8.6. Teknik Pengolahan Data ...22

9. Sistematika Penulisan ...22

BAB II DESKRIPSI LOKASI 1. Sejarah terbentuknya Kelurahan Sitirejo I ...24

2. Keadaan Geografis ...24

3. Keadaan Penduduk ...25

4. Sarana dan Prasarana ...29

5. Struktur Pemerintahan Kelurahan Sitirejo I ...36

6. Sistem Politik ...38

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA 1. Penyajian Data...41

2. Analisis Data ...64

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan ...75

2. Saran-Saran ...77

DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan ...

Tabel 1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ...25

Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ...26

Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...28

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ...29

Tabel 5 Keadaan Sarana Pendidikan ...30

Tabel 6 Prasarana Kesehatan ...31

Tabel 7 Lembaga Kemasyarakatan ...33

Tabel 8 Kelembagaan Politik ...33

Tabel 9 Angkatan Kerja ...34

Tabel 10 Penguasaan Aset Ekonomi oleh Masyarakat ...35

Tabel 11 Tingkat Taraf Hidup ...35

Tabel 12 Data Pemilih dan Penggunaan Hak Pilih ...39

Tabel 13 Rekapitulasi Lampiran Model C1-PPWP Penghitungan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Wilayah Desa/ Kelurahan Sitirejo I ...40

Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...41

Tabel 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...42

(6)

Tabel 17 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama ...43

Tabel 18 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...44

Tabel 19 Klasifikasi Responden yang Mendapat Pendidikan di Luar Sekolah ...45

Tabel 20 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Pendapatan tetap saudara/i dalam sebulan ...46

Tabel 21 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Adakah saudara/i mendapatkan pendapatan tambahan dari

kegiatan di luar pekerjaan pokok? ...47

Tabel 22 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Apakah saudara/i memiliki tabungan? ...48

Tabel 23 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Adakah Saudara/i memiliki tanggungan dan berapa jumlahnya? ...49

Tabel 24 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Jumlah pengeluaran saudara/i per bulan?...50

Tabel 25 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Apakah kebutuhan pokok saudara/i sudah terpenuhi setiap bulannya...51

Tabel 26 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Apakah rumah tempat tinggal saudara/i merupakan milik sendiri? ...51

(7)

Apakah saudara/i memiliki pekerjaan sampingan? ...52

Tabel 28 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Jumlah pendapatan saudara/i dikurangi pengeluaran setiap bulan ...53

Tabel 29 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Dalam kegiatan Pemilihan Umum yang diselenggarakan,

apakah saudara/i selalu mengikutinya dan memberikan suara? ...56

Tabel 30 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan: Selama Pemilu

diselenggarakan, sudah berapa kali saudara/i mengikutinya? ...57

Tabel 31 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Kegiatan yang saudara/i ikuti dalam rangka mendukung pasangan

calon Presiden dan wakil Presiden 2009 ...58

Tabel 32 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Ketika PemiluPresiden dan wakil Presiden 2009, apakah anda datang

ke TPS dan memberikan suara? ...59

Tabel 33 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan: Apakah saudara/i

masuk dalam keanggotaan partai politik? Bila iya, apakah anda

mengikuti kegiatan tersebut secara aktif ...61

Tabel 34 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan: Bila saudara/i sedang

(8)

lebih sering dibahas? ...62

Tabel 35 Klasifikasi Jawaban Responden atas Pertanyaan:

Ketika Pemilu Presiden/ wakil Presiden 2009, apakah anda memilih

calon anda karena kemauan anda sendiri atau karena

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PADA PEMILU PRESIDEN 2009 (Studi deskriptif: Kelurahan Sitirejo I, Medan, Sumatera Utara)”

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis mengikuti pendidikan telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak termasuk dalam mengikuti pendidikan pada Program Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik –USU Medan, khususnya pada penyusunan skripsi ini, penulis sudah tentu mendapatkan berbagai kesulitan, namun berkat bantuan dan motivasi dari segala pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua Bapak M. Simaremare dan N. Siburian yang telah banyak memberikan perhatian serta dukungan materill, morill serta doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(10)

3. Bang Indra Fauzan SHI M. Soc. Sc, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan perhatiannya dalam membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Muryanto Amin, Msi, sebagai dosen pembaca. 5. Bapak Warjio S. S, M.A, sebagai ketua penguji.

6. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU. 7. Drs. Humaizi, M. A, selaku Pembantu Dekan I.

8. Bapak Heri Kusmanto, M. A, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU. 9. Seluruh dosen-dosen yang mengajar saya selama mengikuti perkuliahan di

Departemen Ilmu Politik.

10. Bang Rusdy dan Bang Didi yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus segala surat-surat serta memberikan banyak informasi selama masa perkuliahan di Departemen Ilmu Politik.

11. Bapak Robert. A. Napitupulu. A. P. Msi, selaku Lurah di Kelurahan Sitirejo dimana penulis melakukan penelitian.

12. Bapak Dony beserta seluruh rekan-rekan dari bagian PPK Kecamatan Medan Kota yang telah turut serta membantu dalam memberikan data-data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

13. Masyarakat Kelurahan Gedung Johor, yang telah bersedia untuk menjadi responden dan turut serta memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan selama mengadakan penelitian di lapangan.

(11)

perhatian....semuanya yang tidak dapat saya ungkapkan dan tidak dapat saya balas tapi akan selalu saya ingat.

15. Special thax buat sobat qu Novaliana, “makasih banyak buat semua support nya yah. Suatu berkat buatku bisa punya teman kayak nope, yang bisa trima aku walaupun aku rada judes tapi baik hati, malas tapi tetep pinter, jontik itu karna aku cantik, hhhahhhaa...thax ya buat doa n’ dukungannya selama ini. Jadi ingat masa2 awal kita di SMA, bimbingan belajar (tapi ngantuk2), les tambahan di sekolah (mau cabut ketauan), maen musuh2an ama Melep, Pak Dapot n’ Ivan Tungkir... hhhahha...ntah ap permainannya itu. Banyak bangat moment2 tak terlupakan di masa itu, ntar kLo reuni qt bahas lagi yah. Smoga segera lulus S2 nya, ok ....Tuhan Yesus Memberkati.

16. Terima kasih juga buat sobat2 qu terkasih lainnya yang tergabung dalam Eteng2 group (Nope, Melep, Vyo,Tam2 gopek, n’ Resi)....thax buat doanya, untuk itu aq cuman bisa ngasih sumbangan lagu “mere jane, resi andre, nope parade, resi erwine...(gtw lagi aq lagunya...hhhehe kLen sambung aj sendiri).

17. Buat de jandas (Bella, Stella n’ Erlen)...hhhahhaa...gimana ya awal qt ketemu??? Yang jelas qt selalu bersama menjalani perkuliahan, makan, menggosiipp, hang out, curhat2an, less komputer am Stella yang akhirnya jadi malas masuk kuliah tapi untungnya ada Bella yang ud baek hati menTA kan absensi...aaghh...pokoknya banyak kenangan yang uda qt ukir di masa2 kuliah...puji syukur aq punya teman2 sesama janda kayak kLen. Akhir kata “tetaplah menjadi janda yang eksis selalu...hhhehhhe..:-p”

18. Buat teman2 kelompok PKL (b’ Saprie, k’ Nadya, n’ b’ BeteL)

(12)

20. Buat senior-senior qu di ilmu politik (K’ Pebri, k’ Maria, k’ Hanna, b’ Robby, b’ Fernando Sihotang, n’ b’ Kybo)

21. Buat junior-junior qu (Widya, Utari, Meliska, Rahayu, Ika n’ Maria 07) thax ya buat sgala bantuan dan informasi-informasinya, smoga kalian bisa menjalani perkuliahan dengan lancar dan nilai yang baik.

22. Buat adik ku (Ria Natalista Gultom), lopH U dek.

23. Buat yang hampir aq lupa...hhhhahhha (Tun91R) yang dulu selalu mengisi hari ku dan memberi semangad qu belajar. Thax...I’ll always remember our memori.

24. Buat teman2 lama yang tak lekang oleh waktu dan tempat (Mas Anto, bang Hengky, bang Dadang, bang Yatnan) akhirnya aq kelar wooiiii...!!! aq kangen moment-moment qt tiap malam dulu nyanyi sambil main gitar + tuak. Hhhahhahha...miss u all guys.

25. Buat bang Erick Sirait, Lusi Simbolon, Ross, serta kawan2 qu yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan yang Maha Pengasih selalu memberikan berkat-Nya yang melimpah-limpah kepada kita semua tanpa terkecuali. Dan akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak agar kiranya penulis bisa menjadi lebih baik lagi dalam membuat suatu karya tulis yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Medan, 21 Juni 2010 Penulis

(13)

PENGARUH TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PADA PEMILU PRESIDEN 2009

Study pada Masyarakat Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara.

Maria Simaremare 060906056

Departemen Ilmu Politik

ABSTRAK

Partisipasi politik merupakan bentuk nyata dari konsep kedaulatan rakyat. Melalui partisipasi politik, rakyat ikut menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan dan menetapkan tujuan-tujuan dan masa depan masyarakat itu sendiri. Partisipasi politik tersebut merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Masing-masing individu memiliki tingkat partisipasi politik yang berbeda-beda, hal tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya karena perbedaan tingkat status sosial ekonomi masyarakat tersebut. Di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, partisipasi politiknya masih rendah (apatis) karena masyarakat mayoritas masih memiliki status sosial ekonomi yang rendah sehingga mereka lebih terpusat pada usaha perbaikan taraf hidup. Di Negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi politik masyarakat yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum berlangsung. Dimana dalam kegiatan tersebut seluruh masyarakat yang telah memiliki hak secara Undang-Undang terlibat langsung untuk memilih pemimpinnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik pada kegiatan Pemilihan Umum Presiden tahun 2009, mengetahui masalah-masalah partisipasi politik masyarakat serta sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah mengenai besarnya pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik pada Pemilu Presiden tahun 2009. Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sitirejo I yang terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu Presiden 2009. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan angket serta melakukan wawancara. Yang menjadi hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa “Tingkat Status Sosial Ekonomi Masyarakat Berpengaruh Terhadap Partisipasi Politik Pada Pemilu Presiden 2009”. Setelah melakukan analisis, hipotesa tersebut telah terbukti benar bahwa ada pengaruh tingkat status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik pada Pemilu Presiden 2009. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi politik pada Pemilu Presiden 2009.

(14)

PENGARUH TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PADA PEMILU PRESIDEN 2009

Study pada Masyarakat Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara.

Maria Simaremare 060906056

Departemen Ilmu Politik

ABSTRAK

Partisipasi politik merupakan bentuk nyata dari konsep kedaulatan rakyat. Melalui partisipasi politik, rakyat ikut menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan dan menetapkan tujuan-tujuan dan masa depan masyarakat itu sendiri. Partisipasi politik tersebut merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Masing-masing individu memiliki tingkat partisipasi politik yang berbeda-beda, hal tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya karena perbedaan tingkat status sosial ekonomi masyarakat tersebut. Di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, partisipasi politiknya masih rendah (apatis) karena masyarakat mayoritas masih memiliki status sosial ekonomi yang rendah sehingga mereka lebih terpusat pada usaha perbaikan taraf hidup. Di Negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi politik masyarakat yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum berlangsung. Dimana dalam kegiatan tersebut seluruh masyarakat yang telah memiliki hak secara Undang-Undang terlibat langsung untuk memilih pemimpinnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik pada kegiatan Pemilihan Umum Presiden tahun 2009, mengetahui masalah-masalah partisipasi politik masyarakat serta sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah mengenai besarnya pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik pada Pemilu Presiden tahun 2009. Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sitirejo I yang terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu Presiden 2009. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan angket serta melakukan wawancara. Yang menjadi hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa “Tingkat Status Sosial Ekonomi Masyarakat Berpengaruh Terhadap Partisipasi Politik Pada Pemilu Presiden 2009”. Setelah melakukan analisis, hipotesa tersebut telah terbukti benar bahwa ada pengaruh tingkat status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik pada Pemilu Presiden 2009. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi politik pada Pemilu Presiden 2009.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Partisipasi pada dasarnya merupakan kegiatan warga negara dalam rangka ikut serta menentukan berbagai macam kepentingan hidupnya dalam ruang lingkup dan konteks masyarakat atau negara itu sendiri. Dalam sistem negara demokratis, partisipasi politik merupakan elemen yang penting. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan kolektif. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurangnya diperhatikan dan sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan yang berwenang yang diwujudkan dalan sebuah keputusan. Masyarakat percaya bahwa kegiatan yang mereka lakukan mempunyai efek (political efficacy). Partisipasi politik merupakan aspek yang sangat penting dan merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.1

1. Partisipasi Aktif

Masing-masing masyarakat memiliki tingkat partisipasi politik yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini terdapat empat kategori tingkat partisipasi politik masyarakat, yakni:

Partisipasi politik dapat dikatakan aktif apabila tingkat kesadaran dan kepercayaan politiknya tinggi. Tanda paling khas adalah pelaksanaan Pemilu yang lancar

2. Partisipasi Pasif

Partisipasi politik cenderung pasif jika kesadaran politik rendah, tetapi kepercayaan politik tinggi. Pola ini terjadi dalam stabilitas politik yang tinggi. Masyarakat percaya

1

(16)

dengan sistem yang ada sehingga tidak terlalu antusias mengadakan perubahan politik yang lebih baik.

3. Partisipasi Militan- Radikal

Partisipasi politik cenderung militan-radikal apabila kesadaran politik tinggi, tetapi kepercayaan politik rendah.

4. Partisipasi Apatis

Partisipasi politik terlihat apatis jika tingkat kesadaran dan kepercayaan politik rendah. Ini adalah kontras dengan pertama. Apatisme biasanya terbentuk dari tingkat melek politik masyarakat yang rendah karena kurangnya sosialisasi dan komunikasi politik yang dilakukan partai politik maupun birokrasi. Pada saat yang sama, masyarakat tidak percaya dengan sistem yang ada atau kepemimpinan yang ada melalui pemilihan umum dapat memberikan peningkatan kualitas hidup.

(17)

Masyarakat modern memiliki tingkat-tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat tradisional, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan dalam struktur status sosial dari masyarakat tersebut. Adanya pembangunan sosio-ekonomi suatu masyarakat akan mengakibatkan kenaikan yang cukup linear dalam tingkat status masyarakat itu dan suatu perubahan yang curvilinear dalam pemerataan statusnya.2

Adapun susunan masyarakat pada umumnya dibagi dalam tiga kelompok yaitu: tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah. Adanya pembagian susunan kelompok tersebut dinilai dari status sosial masyarakat tersebut. Adapun status sosial itu pada umumnya dinilai dari tingkat pendidikan, besarnya jumlah pendapatan dan jenis pekerjaan seseorang dalam ruang lingkup masyarakat tersebut. Frank Linderfeld menemukan bahwa faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Dalam studinya ia juga mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa teralienasi dari kehidupan politik, dan orang yang bersangkutan pun akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi dengan orang yang memiliki kemapanan ekonomi.

Di Negara berkembang dengan rata-rata pendapatan ekonomi yang rendah, seperti Indonesia, partispasi politiknya cenderung apatis, sikap apatis ini disebabkan karena faktor status sosial ekonomi yang rendah tersebut. Minat politik dan kesadaran politik mereka rendah karena mereka masih sibuk dalam usaha perbaikan taraf hidupnya.

3

2

Samuel P. Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 108.

3

Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 156.

(18)

Tabel: Tingkat Partisipasi Politik

Kategori Partisipasi Tinggi Partisipasi Rendah

Pendapatan Tinggi Rendah

Pendidikan Tinggi Rendah

Pekerjaan

Bisnis Buruh Kasar

Karyawan Kantor Pembantu Rumah Tangga Pegawai Pemerintah Karyawan Dinas

Petani besar Pelayan

Pedangan Petani Kecil

Buruh tambang

Ras Kulit Putih Kulit Hitam

Jenis Kelamin Pria Wanita

Umur Umur (35-55) dan (55

keatas)

Umur dibawah 55 Situasi Situasi krisis Situasi Normal

Status Orang Kawin Belum Menikah

Organisasi Anggota Tidak anggota

Sumber: ...4

Dengan demikian judul penelitian ini adalah “PENGARUH TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PADA Dari uraian Frank Linderfeld dan penelitian yang telah dilakukan oleh Lipset tersebut, maka tampaklah bahwa memang terdapat suatu korelasi antara tingkat status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat. Untuk itu penulis juga akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal itu dan akan melihat apakah hal tersebut juga akan ditemui di Kelurahan Sitirejo I?. Maka dengan demikian penulis akan melihat partisipasi politik masyarakat pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009. Hal ini disebabkan bahwasanya untuk mengukur tingkat partisipasi politik masyarakat paling mudah adalah ketika Pemilihan Umum dilaksanakan dengan melihat pola perilaku politik masyarakat yang mencakup: kegiatan pemberian suara, kegiatan kampanye untuk mendukung calon atau partai politik hingga kegiatan mecari dukungan bagi calon yang diharapkan akan menang.

4

(19)

PEMILU PRESIDEN 2009” (Study Deskriptif: Kelurahan Sitirejo I, Medan, Sumatera Utara)

Adapaun alasan penulis memilih lokasi penelitian di Kelurahan Sitirejo I karena didasari penduduk Sitirejo I tersebut yang beraneka ragam suku, agama, dan pekerjaan sehingga memungkinkan perbedaan status sosial ekonomi yang beraneka ragam pula. Selain itu juga ada pertimbangan subjektif yakni; penelitian sesuai dengan minat peneliti, penguasaan teori seputar masalah, sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari, berdasarkan pertimbangan waktu, pertimbangan biaya, dan situasional masyarakat yang menyambut baik masalah penelitian tersebut.

2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Sejauh manakah tingkat ekonomi berpengaruh terhadap partisipasi

politik dalam kehidupan masyarakat Kelurahan Sitirejo I, Medan.”

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah tingkat status sosial ekonomi masyarakat itu berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat pada Pemilu 2009

b. Untuk mengetahui masalah partisipasi politik masyarakat di Kelurahan Sitirejo I, Medan.

(20)

3.2 Manfaat

Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana latihan dalam menuangkan gagasan dan pikiran yang diperoleh selama mengikuti studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

b. Dalam rangka peningkatan partisipasi seluruh masyarakat Kelurahan Sitirejo I terhadap politik, dapat diberikan saran mengenai pentingnya partisipasi seluruh masyarakat tersebut demi terciptanya Negara yang benar-benar demokratis.

c. Dapat disumbangkan kepada Universitas Sumatera Utara yang berupa hasil penelitian di bidang partisipasi politik sehingga memperkaya bahan penelitian di bidang ilmu politik.

4. Kerangka Teori

Sebelum memasuki defenisi konsep maka terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa teori yang relevan dalam penelitian ini.

4.1. Perilaku Politik

Perilaku politik atau (Politic Behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah:

(21)

• Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat

• Ikut serta dalam pesta politik

• Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas • Berhak untuk menjadi pimpinan politik

• Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.

Keputusan politik yang dibuat oleh pemerintah tentunya menyangkut dan akan mempengaruhi kehidupan warga negara, dengan demikian masyarakat tentu berhak ikut serta mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Dalam kehidupan politik pada dasarnya kegiatan pemerintah adalah membuat aturan dan kemudian warganegara mempengaruhi isi kebijakan umum dan ikut serta menentukan pembuatr dan pelaksana keputusan politik tersebut. Kondisi perilaku politik masyarakat tersebut akan mempengaruhi partisipasi politiknya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa partisipasi politik merupakan perilaku politik, tetapi perilaku politik tidaklah selalu berupa partisipasi politik.5

Perilaku politik warga negara dalam bentuk partisipasi politik oleh Milbrath dielaskan dalam kaitannya dengan empat faktor utama, Pertama: sejauh mana orang menerima perangsang politik. Kedua: Karakteristik pribadi seseorang. Ketiga: karakteristik sosial

5

(22)

seseorang. Dan keempat: keadaan politik atau lingkungan politik tempat seseorang dapat menemukan dirinya sendiri.6

“Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut serta menentukan pemimpin pemerintahan”.

4.2. Partisipasi Politik

Secara umum definisi Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Berikut beberapa definisi Partisipasi politik dari beberapa ahli:

Adapun pengertian partisipasi politik menurut Michael Rush dan Philip Althoft yakni:

7

“Kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi – pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, karena Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif”.

Segala kegiatan warga negara yang mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan kebijakan umum termasuk dalam memilih pemimpin pemerintahan dapat digolongkan sebagai kegiatan partisipasi politik. Dalam hubungan dengan Negara – Negara baru Samuel P. Hunington dan Joan Nelson dalam bukunya yang berjudul pembangunan politik di negara-negar berkembang memberi tafsiran yang lebih luas dengan memasukan secara eksplisit tindakan illegal dan kekerasan. Menurut mereka partisipasi politik adalah:

8

6

Ibid., hal.15. 7

Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003), hal.

121.

8

Samuel P. Huntington dan Nelson, Op. Cit., hal. 16-18.

(23)

“Partisipasi politik sebagai kegiatan warganegara biasa dalam mempengaruhi proses pembuata dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut serta menentukan pemimpin pemerintahan”.9

“Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan negara. Kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara pada pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi salah satu anggota partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya”.

Partisipasi politik tersebut didefinisikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik yang dilakukan oleh warga negara biasa. Lalu kemudian Miriam Budiardjo mendefinisikan partisipasi politik tersebut sebagai berikut:

10

Berdasarkan beberapa defenisi konseptual partisipasi politik yang dikemukakan oleh beberapa sarjana ilmu politik tersebut, secara substansial menyatakan bahwa setiap partisipasi politik yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan sukarela yang nyata dilakukan, atau tidak menekankan pada sikap-sikap. Kegiatan partisipasi politik dilakukan oleh warga negara preman atau masyarakat biasa, sehingga seolah-olah menutup kemungkinan bagi tindakan-tindakan serupa yang dilakukan oeh warga negara asing yang tinggal di negara yang dimaksud. Selain itu dalam partisipasi politik berarti dimungkinkan terdapat hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya. Kita ketahui bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan.

Dalam hal ini, Miriam Budiardjo mendefenisikan partisipasi politik tersebut sebagai kegiatan individu atau kelompok yang bertujuan agar masyarakat tersebut ikut aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau mempengaruhi kebijakan publik.

9

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hal.118. 10

(24)

Dalam sistem pemerintahan, yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah, akan tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses pembuatan serta pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut.11

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membedakan partisipasi menjadi dua yakni: partisipasi otonom (dilakukan pribadi secara sadar) dan partisipasi yang dimobilisasi (digerakkan).12

Kemudian adapun fungsi dari partisipasi politik di antaranya dikemukakan oleh Robert Lane, yakni sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ekonomis, penyesuaian diri, mengejar nilai-nilai khusus, dan pemenuhan kebutuhan psikologis.

Apabila kegiatan partisipasi itu dilakukan oleh pelakunya sendiri, maka partisipasi tersebut dapat digolongkan kedalam partisipasi otonom, sedangkan jika kegiatan tersebut digerakkan oleh orang lain maka dapat dimasukkan kedalam partisipasi mobilisasi. Masyarakat Indonesia yang memiliki karakteristik, seperti pendidikan rendah, ekonomi kurang baik dan kurang memiliki akses informasi membuat pola partisipasinya cenderung dimobilisasi. Karakteristik tersebut belum mendorong masyarakat untuk membangun suatu pola partisipasi yang mandiri. Sejak merdeka, elite-elite partai cenderung menggunakan cara-cara mobilisasi ataupun penetrasi ke masyarakat untuk mendukung partai politik tertentu. Demokrasi parlementer yang dinilai memiliki ruang publik dan kebebasan politik yang memadai juga ditandai dengan intervensi elite lokal maupun pusat untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.

13

11

Sudijono, Sastroatmodjo, Perilaku Politik, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), hal. 5-6. 12

Samuel P. Huntington dan Nelson, Op. Cit., hal. 9-12. 13

Michael Rush dan Philip Althoff, Op. Cit., hal. 181-182.

(25)

menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Ketiga: sebagai sarana untuk memberikan masukan , saran, dan kritik terhadap pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) dan organisasi sosial politik (orsospol) merupakan contoh dari fungsi politik ini.14

a. Keikutsertaan seseorang dalam kampanye oleh salah satu partai

Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Sehubungan dengan itu penelitian yang dilakukan penulis adalah menyangkut partisipasi politik atau keikutsertaan masyarakat pemilih, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi di Kelurahan Sitirejo I Pada Pemilu 2009, maka disini yang akan dilihat adalah menyangkut:

b. Keanggotaan seseorang dalam salah satu organisasi peserta pemilu c. Pemberian suara kepada kekuatan politik tersebut

4.2.1. Bentuk Partisipasi Politik

Karena begitu luasnya cakupan tindakan warga negara biasa dalam menyuarakan aspirasinya, maka tak heran bila bentuk-bentuk partisipasi politik ini sangat beragam. Secara sederhana, Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik menjadi dua, yakni: Pertama, partisipasi secara konvensional di mana prosedur dan waktu partisipasinya diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, serta komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif. Kedua, partisipasi secara non-konvensional. Artinya, prosedur dan waktu partisipasi ditentukan sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri. Dapat dilihat dari

14

(26)

tindakan pengajuan petissi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan), serta perang gerilya dan revolusi.15

• Menduduki jabatan politik atau administratif,

Dalam buku Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Phillip Althoff juga mengidentifikasikan bentuk-bentuk partisipasi politik yang mungkin, yakni sebagai berikut:

• Mencari jabatan politik / administratif,

• Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik, • Menjadi anggota pasif organisasi politik,

• Menjadi anggota aktif organisasi semi-politik ( quasi-political ), • Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik,

• Menjadi partisipan dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya, • Menjadi partisipan dalam diskusi politik informal,

• Menjadi partisipan dalam pemungutan suara ( voting )16

Sedangkan Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut menjadi:

1. Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;

2. Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;

15

Budi Suryadi, Sosiologi Politik, Sejarah, Definisi, dan Perkembangan Konsep, (Yogyakarta: IRCISOD, 2007), hal. 133-134.

16

(27)

3. Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;

4. Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan

5. Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan pemberontakan. 17

Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik. Keduanya tidak membedakan apakah tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal. Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalah masuk ke dalam kajian ini.

Di Negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi politik masyarakat yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum berlangsung. Perilaku warga Negara yang dapat dihitung itensitasnya adalah melalui perhitungan persentase orang yang menggunakan hak pilihnya ( voter turnout ) dibanding dengan warga Negara yang berhak memilih seluruhnya.

4.3. Status Sosial Ekonomi

Pembangunan ekonomi seiring perkembangan kapitalis membuat adanya perbedaan tingkat status sosial. Status sosial dapat didefinisikan sebagai kedudukan seseorang dalam

17

(28)

kelompoknya yang disebabkan baik oleh perbedaan tingkat pendidikan, pendapatan, maupun pekerjaan18

Status sosial ekonomi akan mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat, hal ini sesuai dengan pendapat Samuel P. Huntington yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara pembangunan sosial dengan partisipasi politik, tingkat status sosial cenderung

. Secara sederhana, perbedaan status sosial bisa terjadi dan dilihat dari perbedaan besar penghasilan rata-rata seseorang setiap hari atau setiap bulannya. Status sosial ekonomi masyarakat tersebut terbagi kedalam tiga tingkatan yaitu status sosial ekonomi tingkat atas, tingkat menengah, dan tingkat bawah. Masyarakat kelas atas, misalnya, dalam banyak hal memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat bawah, bukan hanya dalam penampilan fisik mereka, seperti cara berpakaian dan sarana transportasi yang dipergunakan, atau bahkan merek transportasinya, tetapi antar mereka biasanya juga berbeda ideologi politik, nilai yang dianut, sikap, dan perilaku sehari-harinya.

Tingkat status sosial yang tinggi memungkinkan perilaku politik yang lebih berkualitas daripada seseorang yang berada dalam status sosial di bawahnya. Dengan status sosial ekonomi yang tinggi diperkirakan seseorang akan memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada pemerintah.

Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya. Orang-orang dari lapisan rendah lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun — klub, organisasi sosial, lembaga formal, atau bahkan lembaga keagamaan– daripada orang-orang yang berasal dari strata atau kelas menengah dan atas.

4.4. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Partisipasi Politik

18

(29)

bervariasi dengan status sosial ekonomi. Mereka yang berpendikan lebih tinggi, berpenghasilan lebih besar, dan mempunyai status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya lebih partisipatif daripada mereka yang miskin dan tidak berpendidikan19

19

Samuel P. Huntington dan Nelson, Op. Cit., hal. 60-66.

. Dalam hal ini status sosial ekonomi itu dapat dilihat dari tiga indikator yakni pendidikan, pendapatan dan pekerjaan.

Pendidikan: semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat

pengetahuannya akan pentingnya sistem pemerintahan dan dengan demikian akan memuntunnya untuk aktif berpartisipasi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pembangunan Negara.;

Pendapatan: semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin loyal seseorang

tersebut dalam mengikuti atau berpartisipasi di bidang politik.

Pekerjaan: pekerjaan yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi kesibukan yang

dialami oleh masing-masing masyarakat. Semakin sibuk seorang anggota masyarakat terhadap pekerjaannya, maka semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk ikut berpartisipasi di bidang politik

Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.

(30)

5. Hipotesa

Hipotesa merupakan asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak.20

20

Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), hal. 219.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah bahwa: “Tingkat Status Sosial Ekonomi

Masyarakat Berpengaruh Terhadap Partisipasi Politik Pada Pemilu Presiden 2009”.

Dalam penelitian ini, hipotesis tersebut dapat diterima ataupun ditolak setelah melakukan pengujian hipotesis pada Bab selanjutnya yaitu Bab III Analisis Data.

6. Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena alami. Agar tidak menimbulkan kekaburan dan kesalahan di dalam pengertian konsep yang dipergunakan, maka perlu ditegaskan batasan-batasan yang dipergunakan dalam tulisan ini. Adapun defenisi konsep yang dikemukakan disini adalah sebagai berikut:

6.1. Status Sosial Ekonomi

(31)

6.2. Partisipasi Politik

Keikutsertaan ataupun keterlibatan individu dalam politik yang menyangkut keanggotaan dalam partai secara aktif, kampanye, dan pemberian suara kepada salah satu calon presiden dan wakil presiden.

6.3. Pemilu

Pemilu merupakan suatu pencerminan dari sistem demokrasi, dengan dilakukannya pemilu dianggap dapat menyuarakan suara rakyat yang sesungguhnya. Di negara-negara yang demokratis, pemilihan umum merupakan alat untuk memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikut serta mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah dan sistem politik yang berlaku, oleh sebab pemberian suara pada saat pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik rakyat.21

Definisi operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Proses pengubahan defenisi konseptualyang lebih menekankan kriteria hipotik menjadi defenisi operasional disebut dengan operasionalisasi variabel penelitian

7. Defenisi Operasional

22

21

Sudjono, Sastroatmodjo, Op. Cit., hal. 79. 22

Saifuddin Azwar, Metode Pnelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 74.

. Dengan demikian defenisi operasional didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

(32)

1. (Y) Variabel Bebas atau variabel pengaruh (independent variable) adalah variabel penyebab yang diduga, terjadi lebih dahulu

 Tingkat status sosial ekonomi masyarakat (individu) yang diukur dari indikator berikut:

a. Tingkat pendidikan b. Pekerjaan

c. Kekayaan/ Pendapatan

2. (X) Variabel Terikat atau variabel terpengaruh (dependent variable) adalah variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian.

 Partisipasi Politik yang mereka lakukan: a. Keanggotaan dalam salah satu partai politik b. Keikutsertaan dalam kampanye

c. Keikutsertaan dalam kegiatan pemberian suara dalam pilpres 2009

8. Metodologi Penelitian 8.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian analisis determinasi dan analisis korelasi. Analisis determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh tingkat status sosial ekonomi terhadap Partisipasi politik pada masyarakat di Kelurahan Sitirejo.23

23

Sudjana, Op. Cit., hal. 367.

(33)

8.2. Lokasi Penelitian

Dalam menganalisis persoalan dalam tulisan ini, maka peneliti melakukan penelitian di tempat yang berlokasi di Kelurahan Sitirejo I, Medan, Sumatera Utara.

8.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara:

Mengadakan angket (kuisoner); yakni cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat.24

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

8.4. Populasi dan Sampel Penelitian 8.4.1. Populasi

25

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Pemilih yang terdaftar dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang berdomisili di Kelurahan Sitirejo I, Kecamatan Medan Kota.

8.4.2. Sampel

Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, (Bandung: Alfabeta, 2006) hal. 55.

26 Ibid.,

(34)

1

d2= Presisi (tingkat kesalahan penarikan sample ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Di Kelurahan Sitirejo I dimana peneliti melakukan penelitian jumlah populasi Pemilih yang terdaftar dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 berjumlah 8019 orang.

Dari rumus diatas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah: n=

Dari persamaan rumus diatas, maka dihasilkan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian in adalah sejumlah 99 orang.

8.5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, seluruh data ataupun informasi yang sudah terkumpul akan disusun sedemikian rupa secara sederhana dan sistematis yang lalu kemudian diuraikan

27

(35)

dengan cara menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses pengumpulan data tersebut.

Setelah data-data dan informasi tersebut terkumpul dan disusun dengan teratur, maka akan dilakukan analisis data.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat status sosial ekonomi masyarakat terhadap Partisipasi politik di Kelurahan Sitirejo I yang dibahas dalam penelitian ini Analisis Regresi yang mencakup:

 Analisis Determinasi:

 Analisis Korelasi:

 Analisis Korelasi Parsial

Keterangan:

r2 = Koefisien determinasi r = Koefisien Korelasi

X1 = Variabel bebas tingkat pendidikan X2 = Variabel bebas pendapatan

(36)

8.6. Teknik Pegolahan Data

Dari setiap alternatif jawaban (a, b, c) akan diberikan skor nilai yang berbeda-beda, yaitu:

Untuk jawaban alternatif a diberi nilai 3 Untuk jawaban alternatif b diberi nilai 2 Untuk jawaban alternatif c diberi nilai 1

Khusus untuk variable tingkat pendidikan maka skor yang diberikan adalah: Untuk jawaban alternatif a diberi nilai 15

Untuk jawaban alternatif b diberi nilai 12 Untuk jawaban alternatif c diberi nilai 9 Untuk jawaban alternatif d diberi nilai 6 Untuk jawaban alternatif e diberi nilai 3

9. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab dimana masing-masing bab mempunyai kaitan antara bab satu dengan bab yang lainnya dengan perincian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, metodologi penelitian, teknik pengolahan data serta sistematika penulisan.

(37)

Bab II ini memberikan gambaran umum dari lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.

BAB III: PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Bab III ini memberikan penyajian data dan analisis data dari penelitian tersebut.

BAB IV: PENUTUP

(38)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

1. Sejarah Terbentuknya Kelurahan Sitirejo I

Kelurahan Sitirejo I merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Medan Kota. Kelurahan Sitirejo I pada awalnya merupakan sebuah wilayah dengan nama Kampung Sitirejo I yang kemudian dibentuk menjadi sebuah Kelurahan karena adanya perluasan Kota Medan yang disebabkan adanya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi serta adanya perkembangan industri, perdagangan dan sebagainya sehingga dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973, Kampung Sitirejo I dirubah statusnya menjadi sebuah Kelurahan. Dan sejak itu hingga kini telah banyak perubahan dari struktur pembangunan jalan dan pembangunan sarana dan prasarana di Kelurahan Sitirejo I tersebut sehingga menjadi lebih baik seperti sekarang.

2. Keadaan Geografi

Batas-batas Kelurahan Sitirejo I

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo II, Kecamatan Medan Amplas.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sudirejo I, Kecamatan Medan Kota. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan

(39)

Di Kelurahan Sitirejo I terdapat sebuah sungai yang bernama “Sungai Batuan” yang membelah Kelurahan Sitirejo I dari Selatan ke Utara hingga menembus Kelurahan Sitirejo II. Dan adapun Luas Kelurahan Sitirejo adalah 0,45 km2 dengan perincian sebagai berikut:

Luas Pemukiman : 0, 39 km2

Luas pekarangan : 0. 2 km2

Luas perkantoran : 0, 2 km2 Luas prasarana umum lainnya : 0, 2 km2

3. Keadaan Penduduk

Adapun komposisi penduduk dan distribusi penduduk di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, dan agama yang masing-masing disajikan dalam tabel.

3.1.Umur

Klasifikasi masyarakat di Kelurahan Sitirejo I berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1:

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 0-5 1536 13, 62

2. 6-11 1290 11, 44

3. 12-17 1194 10, 59

(40)

5. 24-29 1024 9, 083

6. 30-35 1050 9, 31

7. 36-41 1050 9, 31

8. 42-47 967 8, 58

9. 48-53 999 8, 86

10. 54 keatas 946 8, 39

Jumlah 11274 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

Dari tabel diatas diketahui total dari penduduk di Kelurahan Sitirejo I yaitu 11. 274 orang, yang terdiri dari 5377 jiwa penduduk laki-laki dan 5897 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 17 lingkungan yang ada di Kelurahan Sitirejo I.

3.2. Pekerjaan

Penduduk di Kelurahan Sitirejo I memiliki jenis pekerjaan yang beragam, adapun klasifikasi jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2:

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Buruh/ Swasta 465 18, 06

2. Pegawai Negeri 350 13, 59

(41)

4. Penjahit 45 1, 75

5. Tukang Batu 21 0, 82

6. Tukang Kayu 25 0, 97

7. Montir 19 0, 74

8. Dokter 8 0, 31

9. Sopir 45 1, 75

10. Pengemudi Becak 85 3, 30

11. TNI/ Polri 27 1, 05

12. Pengusaha 910 35, 34

Jumlah 2575 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

Dari tabel 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang paling mendominasi di Kelurahan Sitirejo I tersebut adalah sebagai pengusaha, yang mencapai persentase hingga 35, 33% dari total keseluruhan. Kemudian diikuti oleh pedagang dan buruh/ pegawai swasta. Namun demikian perbedaan persentase penduduk dari jenis pekerjaannya tidak terlalu jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penduduk di Kelurahan Sitirejo I tersebut tergolong memiliki jenis pekerjaan yang beragam.

3.3. Pendidikan

(42)

Tabel 3:

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1. Belum Sekolah 1516 13, 45

2. Usia 7-45 thn. Tidak Pernah Sekolah

3055 27, 09

3. Pernah Sekolah SD tetapi tidak tamat

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

(43)

3.4.Agama

Penduduk di Kelurahan Sitirejo I menganut agama yang berbeda-beda diantara enam agama yang diakui di Indonesia. Untuk melihat komposisi penduduk di Kelurahan Sitirejo I berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4:

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Islam 6858 60, 83

2. Kristen 4071 36, 11

3. Katholik 290 2, 57

4. Hindu 25 0, 22

5. Budha 30 0, 27

Jumlah 11274 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Sitirejo I memeluk agama Islam dengan jumlah persentase hingga 60, 83 % dari total populasi yang ada. Sedangkan pada urutan yang kedua yaitu agama Kristen berjumlah sebanyak 36, 10 %, dan sisanya menganut agama Katholik, Hindu dan Budha.

4. Sarana dan Prasaran

(44)

mudah dalam memenuhi segala tujuan dan rencana-rencananya. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada masing-masing tabel yang terdiri dari sarana pendidikan dan prasarana kesehatan.

4.1. Sarana Pendidikan

Dari komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang telah disajikan pada tabel 3, tampak bahwasanya tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Sitirejo I termasuk kedalam kategori tinggi dimana terdapat persentase penduduk yang telah mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang S2. Tentunya hal ini disebabkan karena masyarakat di Kelurahan Sitirejo I menyadari akan pentingnya pendidikan. Dari tingkat ekonomi masyarakat di Kelurahan Sitirejo I termasuk kedalam golongan ekonomi menengah. Sehingga dengan demikian, usaha-usaha untuk meningkatkan taraf pendidikan di Kelurahan Sitirejo I terus diupayakan dalam penyediaan sarana ataupun prasarana pendidikan.

Untuk melihat gambaran lebih jelas mengenai pemenuhan sarana pendidikan di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5:

Keadaan Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah Persentase

1. TPA 1 14, 29

2. TK 2 28, 57

3. SD/ Sederajat 1 14, 29

4. .SLTP/ Sederajat 1 14, 29

(45)

6. Perguruan Tinggi 1 14, 29

Total 7 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di Kelurahan Sitirejo I tampak adanya keseragaman sarana Pendidikan, dimana masing-masing jenjang pendidikan memiliki sarananya masing-masing mulai dari TPA, SD/ Sederajat, SLTP/ Sederajat, SLTA/ Sederajat, hingga jenjang Perguruan Tinggi. Hal tersebut cukup baik, karena masyarakat dapat lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan karena terdapat sarana pendidikan di sekitar tempat tinggalnya.

4.2. Prasarana Kesehatan

Masyarakat yang sehat merupakan sebuah indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Untuk itu terpenuhinya fasilitas prasarana kesehatan akan mendukung bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat seberapa besar Kelurahan Sitirejo I dalam memenuhi prasarana kesehatan masyarakat, dapat dilihat dari prasarana-prasarana yang tersedia serta jumlahnya yang akan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 6:

Prasarana Kesehatan

No. Prasarana Kesehatan Jumlah Persentase

1. Rumah Sakit Umum - -

(46)

3. Puskesmas Pembantu - -

4. Poliklinik/ Balai Pengobatan 1 6, 25

5. Apotik 4 25

6. Posyandu 6 37, 5

7. Toko Obat - -

8. Tempat Dokter Praktek 5 31, 25

Jumlah 16 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

Dari tabel tersebut dapat dilihat adanya jumlah prasarana kesehatan sebanyak 16 prasarana yang terdiri dari 1 Poliklinik/ Balai Pengobatan, 4 Apotik, 6 Posyandu, 5 Tempat Dokter Praktek. Hal ini cukup baik karena Kelurahan dengan luas 0, 45 km2 memiliki hingga 16 prasarana kesehatan yang tentunya sangat membantu masyarakat dalam memenuhi tingkat kesehatannya menjadi lebih baik, dan dengan jumlah tempat praktek dokter hingga 5 dapat memudahkan masyarakat dalam menjangkau tempat sehingga tidak membuang-buang waktu untuk mencari tenaga dokter di tempat lain.

5. Potensi Kelembagaan

(47)

Tabel 7:

Lembaga Kemasyarakatan

No. Lembaga Kemasyarakatan Keterangan Jumlah anggota

1. Organisasi Perempuan - -

2. PKK Ada 40 orang

3. Organisasi Pemuda IPK, FKPPI, PP,

R. Masjid

250 orang

4. Organisasi Karang Taruna - -

5. Organisasi Profesi - -

6. Majelis Taklim Ada 3 300 orang

7. Organisasi Bapak-Bapak Ada 3 250 orang

8. LPM atau sebutan lain LPM 25 pengurus

9. Kelompok Gotong Royong Ada 170 orang

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

Tabel 8:

Kelembagaan Politik

No. Nama Partai Politik Jumlah

1. PKS 1

2. PDS 1

3. GOLKAR 1

4. P. BURUH 1

5. PDIP 1

(48)

6. Tingkat Perkembangan Ekonomi Mayarakat

Adapun tingkat perkembangan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari status masyarakat itu bekerja atau tidak, penguasaan aset ekonomi (yang dapat berupa status kepemilikan atas rumah, bentuk usaha, mobil, motor, barang-barang elektronik dan lain sebagainya), serta dari status tingkat taraf hidupnya.

Tingkat perkembangan ekonomi masyarakat di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut:

Tabel 9:

Angkatan Kerja

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

No. Keterangan Jumlah (orang)

1. Jumlah angkatan kerja (usia 15-55 tahun) 6800

2. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang masih sekolah 2040 3. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang menjadi ibu

rumah tangga

3810

4. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang bekerja penuh 1525 5. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang bekerja tidak

tentu

(49)

Tabel 10:

Penguasaan Aset Ekonomi oleh Masyarakat

No. Aset

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

Tabel 11:

Tingkat Taraf Hidup

No. Keterangan Jumlah (keluarga) Persentase (%)

1. Keluarga Prasejahtera 3 0, 13

2. Keluarga Sejahtera I 435 18, 89

3. Keluarga Sejahtera II 110 4, 78

4. Keluarga Sejahtera III 1725 74, 90

5. Keluarga Sejahtera III plus 30 1, 30

Jumlah Kepala Keluarga 2303 100

Sumber: Profil Kelurahan Sitirejo I, Tahun 2009

(50)

7. Struktur Pemerintahan Kelurahan Sitirejo I

Struktur pemerintahan Kelurahan Sitirejo I adalah sebagai berikut:

• Lurah : Robert. A. Napitupulu. A. P. Msi

• Wakil : Sudirman Batubara

• Sekertaris Kelurahan : E. Mariani

• Bendahara : Ida Mahyuni

Sepuluh (10) seksi terdiri dari:

o Seksi Agama

o Pembudayaan

o Keamana, Ketertiban, dan Ketentraman

o Pendidikan dan Penerangan

o Pemb. Perekonomian dan Koperasi

o Kesehatan Kependudukan

o Pemuda Olahraga dan Kesenian

o Kesejahteraan sosial

(51)

STRUKTUR LPM KELURAHAN SITIREJO-I

Robert. A. Napitupulu. A. P. MSi

Ketua II

M. Syafii. Nst. SM. Hk

(52)

8. Sistem Politik

Dengan melakukan perbincangan dengan para masyarakat di Kelurahan Sitirejo dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki minat terhadap politik yang tinggi terutama bagi kaum laki-laki, dapat dilihat dari lembaga kemasyarakatan dimana masyarakat cukup aktif dalam mengikuti organisasi-organisasi seperti yang dapat dilihat pada tabel 7 yakni, PKK, Organisasi Pemuda (IPK, FKPPI, PP, R. Masjid), Majelis Taklim, Organisasi Bapak-Bapak, LPM atau sebutan lain, dan Kelompok Gotong Royong. Selain itu juga terdapat lembaga-lembaga politik yaitu: PKS, PDS, GOLKAR, P. BURUH, dan PDIP.

(53)

Rekapitulasi Sertifikat Model PPWP Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Dari Wilayah/ Kelurahan Sitirejo I

Tabel 12:

Data Pemilih dan Penggunaan Hak Pilih

No. Uraian

Jumlah Pemilih Jumlah (Orang)

Persentase (%) Laki-laki Perempuan

1. Jumlah Pemilih dalam daftar Pemilih Tetap (1a +1b)

3890 4129 8019 99, 52%

a.) Jumlah pemilih dalam DPT yang menggunakan hak Pilih

1839 2190 4029 50%

b.) Jumlah pemilih dalam DPT yang tidak menggunakan hak pilih

2051 1939 3990 49, 52

2. Jumlah pemilih dari TPS lain (dicatat Daftar Pemilih Tambahan)

18 21 39 0, 48

Jumlah point 1+ point 2 3908 4150 8058 100

Sumber: PPK Kecamatan Medan Kota

(54)

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2009, dan 0, 48% pemilih tambahan (Pemilih dari TPS lain), kemudian 49, 52% dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) tersebut tidak menggunakan hak pilihnya atau dapat dikatakan Golput (Golongan Putih). Angka golput tersebut tentunya sangat tinggi sekali, sehingga dapat dikatakan tingkat partisipasi politik di Kelurahan Sitirejo I masih rendah.

Kemudian adapun perolehan suara dari masing-masing pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Kelurahan Sitirejo I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13:

Rekapitulasi Lampiran Model C1-PPWP Penghitungan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Wilayah Desa/ Kelurahan Sitirejo I

No. Nama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden

Suara Sah Suara Tidak Sah

1. Hj. Megawati soekarnoputri dan Prabowo Subianto

809

56 2. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

dan Prof. DR. Boediono

3007

3. H. M. Jusuf Kalla dan H. Wiranto 196

Jumlah 4012 56

(55)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

1. Penyajian Data

1.1.Karakteristik Responden

Adapun karakteristik dari responden akan disajikan berdasarkan: umur, jenis kelamin, agama. Etnis, dan pekerjaan utama pada masing-masing tabel di tabel berikut:

Tabel 14:

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 17 s.d 22 14 14, 14

2. 23 s.d 28 32 32, 33

3. 29 s.d 34 20 20, 20

4. 35 s.d 40 14 14, 14

5. 41 s.d 46 5 5, 05

6. 47 s.d 52 6 6, 06

7. 53 ke atas 8 8, 08

Jumlah 99 100

Sumber: Kuisoner

(56)

Tabel 15:

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Perempuan 45 45, 45

2. Laki-laki 54 54, 55

Jumlah 99 100

Sumber: Kuisoner

Dari tabel dapat dilihat jumlah responden yang paling banyak adalah laki-laki, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk Kelurahan Sitirejo I mayoritas adalah laki-laki. Selain dari faktor jumlah kependudukan tersebut, juga ada alasan lain yang ditemukan peneliti dalam lapangan yakni bahwa laki-laki lebih mudah diminta untuk mengisi kuisoner sedangkan beberapa kaum perempuan lebih banyak yang menolak dengan alasan tidak mengerti.

Tabel 16:

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Islam 47 47, 47

2. Kristen 45 45, 46

3. Katolik 5 5, 05

4. Hindu 1 1, 01

Jumlah 99 100

(57)

Adapun karakteristik responden di Kelurahan Sitirejo I hampir seragam antara responden yang beragama Islam dengan beragama Kristen, dimana responden yang beragama Islam mencapai 47, 47% dan yang beragama Kristen sebanyak 45, 46%. Kemudian responden yang beragama Katolik terdapat 5, 05% dan yang beragama Hindu sebanyak 1, 01%.

Tabel 17:

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama

No. Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Buruh/ Swasta 45 45, 45

2. Pegawai Negeri 5 5, 05

3. Pengajar 3 3, 03

4. Pedagang 11 11, 11

5. Pengusaha 6 6, 06

6. Dokter 1 1, 01

7. TNI/ Polri 2 2, 02

8. Seni 1 1, 01

9. Satpam 5 5, 05

10. Sopir 3 3, 03

11. T. Becak 4 4, 04

12. Penjahit 2 2, 02

13. Pengangguran 11 11, 11

Jumlah 99 100

(58)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan responden adalah buruh/ karyawan swasta, yaitu hingga mencapai 45, 45% dari total responden. Lalu kemudian responden yang lainnya memiliki profesi/ pekerjaan yang cukup beragam, diantaranya sebagai PNS, pengajar, pedagang, pengusaha, dokter, TNI/ Polri, dibidang seni, satpam, sopir, penarik becak, dan penjahit. Selain itu ada juga dari beberapa responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau dapat dikatakan pengangguran, dalam hal ini penulis merasa perlu mengikutsertakan responden yang tidak memiliki pekerjaan agar lebih mudah melihat bagaimana pengaruh tingkat status sosial ekonomi masyarakat tersebut terhadap partisipasinya dalam politik terutama dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

1.2. Variabel Bebas

1.2.1. Tingkat Pendidikan (X1)

Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat status sosial masyarakat, hal ini didasari bahwa dengan pendidikan seseorang yang tinggi akan memungkinkan sikap dan pengetahuan yang luas dengan demikian akan mempengaruhi kesadaran politiknya menjadi lebih tinggi pula. Adapun klasifikasi pendidikan dari responden di Kelurahan Sitirejo I disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 18:

Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden

No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD 2 2, 02

2. SMP/Sederajat 8 8, 08

(59)

4. DIPLOMA 9 9, 09

5. SARJANA 12 12, 12

Jumlah 99 100

Sumber: Kuisoner

Lebih dari setengah jumlah responden di Kelurahan Sitirejo I berpendidikan SMA/ Sederajat yaitu hingga mencapai 68, 68 % dari total responden, kemudian ada beberapa responden yang berpendidikan hingga jenjang diploma dan sarjana. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu yang berpendidikan SD hingga SMP hanya ada beberapa %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Sitirejo I berada pada tingkat sedang, yang berarti pula bahwa masyarakat di Kelurahan tersebut sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa terciptanya kualitas sumber daya manusia yang baik.

Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Sitirejo yang masuk dalam tingkat sedang atau dapat dikatakan baik tersebut itu juga telah memberikan kesadaran politik bagi masyarakat penduduk Kelurahan Sitirejo sehingga turut aktif dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

Tabel 19:

Klasifikasi Responden yang Mendapat Pendidikan di Luar Sekolah

No. Pendidikan di Luar Sekolah Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Pernah, dan tamat 35 35, 35

2. Pernah, tetapi tidak tamat 12 12, 12

(60)

Jumlah 99 100 Sumber: Kuisoner

Pendidikan luar sekolah (penndidikan informal) juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia, pengetahuan-pengetahuan ataupun skill (keterampilan) yang diperoleh di luar bangku sekolah tersebut juga akan mempengaruhi pola berfikir seseorang menjadi lebih baik dan berkualitas.

Responden di Kelurahan Sitirejo I selain mendapatakan pendidikan formal di bangku sekolah, juga banyak yang mendapatkan pendidikan informal di luar sekolah, misalnya mengambil sekolah keterampilan/ keahlian yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti kursus menjahit, kursus saloon, komputer, dan lain sebagainya.

Responden yang mendapatkan pendidikan luar sekolah hingga tamat mencapai 35%, namun ada pula dari beberapa responden yang mengikuti pendidikan luar sekolah namun tidak sampai selesai (tidak sampai tamat) yaitu sebanyak 12%.

1.2.2. Pendapatan (X2)

Tabel 20:

Klasifikasi Jawaban Responden atas pertanyaan: Pendapatan tetap saudara/i dalam sebulan

No. Pedapatan Tetap Jumlah (orang) Persentase (%) 1. > Rp. 1.500. 000, 00 (lebih besar

dari Rp. 1. 500.000, 00)

26 26, 26

Gambar

Tabel 1:
Tabel 2:
Tabel 3: Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4:
+7

Referensi

Dokumen terkait

hipertensi dengan tekanan darah rata-rata pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat

Allah Subhanahu Wata’ ala, yang telah melimpahkan, rahmat, karunia, dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Simulasi

Dalam telur kodok bahan ini tidak tersebar merata, tetapi meningkat ari kutub ke kutub.Bagian gelap dari telur ini, disebut kutub animal mengandung kuning telur,

Hasil penelitian tentang sikap, dipe- roleh bahwa sebagian besar responden mahasiswa kedokteran umum tahap profesi dan mahasiswa program studi keperawatan sudah memiliki sikap yang

Activity diagram menggambar kan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing- masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi,

Penelitian keanekaragaman kumbang lembing herbivora (subfamili EpiJachninae) dan tumbuhan inangnya di ekosistem tropis basah dataran rendah dilakukan di kawasan Taman Nasional

Kelompok tani Budidaya adalah salah satu kelompok tani yang berkeinginan kuat untuk melakukan upaya pengolahan tersebut, akan tetapi upaya tersebut tidak didukung dengan

Tämän tutkielman tavoitteena on ollut tuottaa tuoretta tietoa suomalaisten ja ruotsalaisten verkkokauppakulutuksesta. Erityisen kiinnostuneita oltiin siitä, vaihteleeko