• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

GAMBARAN SIKAP ORANG TUA

TERHADAP SEKOLAH ALAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

NANI HARTATI

051301072

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: download contoh surat panggilan orang tua dari sekolah

(2)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

SKRIPSI

GAMBARAN SIKAP ORANG TUA

TERHADAP SEKOLAH ALAM

Dipersiapkan dan disusun oleh:

NANI HARTATI

051301072

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) NIP. 140 080 762

Tim Penguji

1. Rr. Lita Hadiati W. S.Psi, psikolog Penguji I/Pembimbing

NIP. 132 283 765 ______________

2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd Penguji II

NIP. 132 255 302 ______________

3. Lili Garliah, M.Si Penguji III

(3)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Gambaran Sikap Orang Tua

terhadap Sekolah Alam

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2009

(4)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

Gambaran sikap orang tua terhadap sekolah alam

Nani Hartati dan Rr. Lita Hadiati Wulandari

ABSTRAK

Sekolah alam merupakan sekolah alternatif yang berbasis lingkungan yang sedang berkembang di Indonesia. Sekolah alam bertujuan untuk mendidik siswa agar siswa tumbuh menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan, namun juga dapat mencintai dan memelihara alam. Orang tua memiliki tugas penting dalam pendidikan anak, salah satunya adalah menentukan sekolah sebagai tempat anak menuntut ilmu. Di samping sekolah umum, saat ini sekolah alam dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan sekolah untuk anak selain sekolah umum. Sikap orang tua terhadap sekolah alam akan menggambarkan bagaimana pemikiran, perasaan, dan kecenderungan berperilaku orang tua terhadap sekolah alam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap orang tua terhadap sekolah alam. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap terhadap sekolah alam yang disusun berdasarkan teori tiga komponen sikap (kognitif, afketif, dan konatif) yang diungkapkan oleh Azwar (2003) terhadap empat komponen sekolah alam yang diungkapkan oleh Mogensen dan Mayer (2005), yaitu pendidikan dan paedagogi, hubungan internal, hubungan eksternal, dan lingkungan fisik sekolah alam. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Sampel berjumlah 100 orang tua yang bekerja di Universitas Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap orang tua terhadap sekolah alam mayoritas berada pada kategori positif yaitu 66 orang (66%), kategori netral 34 orang (34%) dan tidak ada yang bersikap negatif. Sedangkan pada komponen pendidikan dan paedagogi sekolah alam, 67 orang (67%) berada pada kategori positif, 33 orang (33%) netral, dan tidak subjek yang bersikap negatif. Pada komponen hubungan internal, 62 orang (62%) berada pada kategori positif, 38 orang (38%) netral, dan tidak ada subjek bersikap negatif. Pada komponen hubungan eksternal, 66 orang (66%) berada pada kategori positif, 34 orang (34%) netral, dan tidak ada yang bersikap negatif. Pada komponen lingkungan fisik, sebanyak 70 orang (70%) berada pada kategori positif, 30 orang (30%) netral, dan tidak ada subjek yang bersikap negatif.

(5)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul gambaran sikap

orang tua terhadap sekolah alam. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas

Psikologi USU Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari

banyak pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi. Untuk

itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Hj. Rr. Lita Hadiati W., S.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing atas

bimbingan, saran, arahan, dan waktu yang diluangkan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan Lili Garliah, M.Si, psikolog atas

kesediaannya menjadi dosen penguji skripsi penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Psikologi USU. Desvi Yanti Mukhtar,

M.Si.,psikolog., Ibu Sri Supriantini, M.Si.,psikolog., Etti Rahmawati, M.Si.,

Tarmidi, M.Psi.,psikolog., dan Fasti Rola, M.Psi.,psikolog atas bimbingan, saran,

dan diskusi mengenai skripsi ini.

5. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, saran, dan doa

(6)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

6. Pihak dekan fakultas di USU yang telah memberikan izin penyebaran skala

kepada penulis. Para dosen dan pegawai USU yang telah bersedia menjadi

subjek penelitian dan telah membantu menyebarkan skala.

7. Sekolah Alam Bina Madania Medan. Laila Sari, S.Psi dan Ir. Henry Ridho

selaku pengurus. Siti, Evi, dan Isam selaku guru SA Bina Madania,

adik-adik di sekolah alam, Hera di SA Bogor. Terima kasih atas dukungan dan

bantuan yang telah diberikan.

8. Teman-teman Psikologi USU. Kiki, Mega, Yessy, Diny, Afni, Paskah, Nita,

Icha, Jenny, Dewi, Ira, Lenny, Ita, Citra, Kak Nisa, Novi, Maria, Nova, Ezra,

Elsa, Yulinda, Shavreni, Nisa, Rosya. Teman-teman SMA: Ika, Elsha,

Lorong, Hani, Rini. Terima kasih atas dukungan dan saran yang diberikan.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, penulis

mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skrispi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2009

(7)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Sekolah Alam ... 13

1. Pengertian sekolah alam ... 13

2. Komponen sekolah alam ... 14

3. Jenis-jenis kegiatan sekolah alam ... 15

4. Latar belakang berdirinya sekolah alam di Indonesia ... 17

5. Manfaat sekolah alam ... 19

B. Sikap ... 21

1. Pengertian sikap ... 21

2. Struktur sikap ... 22

(8)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

4. Fungsi sikap ... 27

5. Karakteristik (dimensi) sikap ... 27

6. Pengukuran sikap ... 28

C. Orang Tua ... 29

1. Pengertian orang tua ... 29

2. Peranan orang tua dalam pendidikan anak ... 30

D. Gambaran Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam ... 32

BAB III METODE PENULISAN A. Identifikasi Variabel ... 37

B. Definisi Operasional Variabel ... 37

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Metode pengambilan sampel ... 40

D. Alat Ukur yang Digunakan ... 41

1. Validitas alat ukur ... 42

2. Daya beda aitem ... 42

3. Reliabilitas alat ukur ... 43

4. Hasil uji coba alat ukur ... 43

E. Prosedur Pelaksanaan Penulisan ... 46

1. Persiapan penulisan ... 46

2.Pelaksanaan penulisan ... 47

3. Pengolahan data ... 48

F. Metode Analisa Data ... 48

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ... 50

1. Gambaran umum subjek penulisan ... 50

2. Hasil penulisan ... 53

(9)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70

(10)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah

Alam Sebelum Uji Coba ……….. 44

Tabel 2 Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah

Alam Setelah Uji Coba ……… 45

Tabel 3 Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah

Alam yang Digunakan dalam Penulisan ……….. 45 Tabel 4 Pengkategorisasian Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam … 54 Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Skala Sikap Orang Tua terhadap Sekolah

Alam dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov ……… 54 Tabel 6 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Sikap Orang Tua terhadap

Sekolah Alam ……… 55

Tabel 7 Kriteria Kategorisasi Skor Sikap Orang Tua terhadap Sekolah

Alam ……… 55

Tabel 8 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Komponen Pendidikan dan

Paedagogi ………. 56

Tabel 9 Kriteria Kategorisasi Skor Komponen Pendidikan dan

Paedagogi……….. 57

Tabel 10 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Komponen Hubungan

Internal... 57 Tabel 11 Kriteria Kategorisasi Skor Komponen Hubungan Internal ……. 58 Tabel 12 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Komponen Hubungan

Eksternal…….……….. 59

(11)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1 Penyebaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 51 Grafik 2 Penyebaran Subjek berdasarkan Latar Belakang Pendidikan….. 51

Grafik 3 Penyebaran Subjek berdasarkan Pekerjaan ………. 52

Grafik 4 Penyebaran Subjek berdasarkan Usia ……….. 53

Grafik 5 Kesimpulan Sikap Orang Tua berdasarkan Komponen Sekolah

(12)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Mentah Skala Uji Coba ………. 73

Lampiran 2 Analisa Reliabilitas Skala Uji Coba …...……… 81

Lampiran 3 Analisa Reliabilitas Skala Penulisan ……...…………... 92

Lampiran 4 Data Mentah Skala Penulisan ……… 97

Lampiran 5 Analisa Distribusi Normal Kolmogorov-Smirnov…….. 108

Lampiran 6 Analisa Deskriptif Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam dan Komponen Sekolah Alam………...

109

Lampiran 7 Analisa Frekuensi Subjek Penulisan ………. 110

(13)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah memegang peranan penting dalam mengembangkan kemampuan

kognitif, afektif, dan konatif siswa. Namun, pada umumnya sekolah yang ada

pada saat ini lebih memprioritaskan untuk mengembangkan aspek kognitif siswa

saja dalam proses belajar-mengajarnya. Hal ini senada dengan pendapat

Koesoema (2007) yang mengatakan bahwa sekolah lebih memprioritaskan

evaluasinya pada kemampuan akademis semata karena telah terdapat pedoman

penilaian yang jelas dan dapat dipahami orang tua. Padahal menurut Megawangi,

Latifah, dan Dina (2005), dalam dunia yang cepat berubah ini, kemampuan

menghapal bukanlah kemampuan yang dianggap penting. Hal yang lebih penting

adalah bagaimana siswa dapat memperoleh informasi atau data, memahaminya,

mengolahnya, dan memanfaatkannya agar dapat menjawab tantangan dan

memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata.

Eisler (dalam Megawangi, dkk, 2005) mengungkapkan bahwa di abad ke-21,

manusia akan menghadapi permasalahan yang luar biasa, seperti lingkungan

hidup yang semakin tercemar, konflik dan peperangan, sehingga sekolah-sekolah

perlu mengajarkan kepada para siswa tentang beberapa keterampilan hidup seperti

kerjasama, saling menghormati, dan memahami permasalahan global agar tercipta

manusia yang seluruh dimensinya berkembang, termasuk kesadaran individu

(14)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

dan komunitas global, serta mempunyai kepedulian dan kasih sayang kepada

lingkungan sekitarnya.

Salah satu sekolah alternatif yang berorientasi holistik bahkan spiritual adalah

sekolah alam (Milojevic dalam Bussey, 2006). Sekolah alam merupakan salah

satu pendidikan alternatif berbasis lingkungan yang sedang berkembang di

Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Mogensen dan Mayer (2005) yang

mengungkapkan bahwa sekolah alam adalah sekolah yang menekankan pada

pendidikan lingkungan dalam menjalankan aktivitas siswa di sekolah. Menurut

Perdana dan Wahyudi (2005), sekolah alam atau yang dalam istilah bahasa Inggris

disebut dengan eco-school atau green-school merupakan sekolah dengan konsep

pendidikan berbasis alam semesta untuk membantu siswa tumbuh menjadi

manusia yang berkarakter, menjadi manusia yang tidak saja mampu

memanfaatkan, mencintai dan memelihara alam.

Sekolah alam merancang suatu pendidikan yang melibatkan seluruh sektor

masyarakat yang bertujuan membuat perubahan untuk masa depan yang lebih

baik. Menurut Perdana & Wahyudi (2005), di sekolah alam, tidak hanya siswa

yang belajar. Guru dan orang tua pun belajar dari siswa-siswanya. Pengaruh

positif partisipasi aktif dari orang tua siswa telah dibuktikan melalui penelitian

Cavanagh dan Romanoski (2005) yang menyatakan bahwa keterlibatan orang tua

terhadap pendidikan anaknya merupakan aspek yang penting dalam kebudayaan

sekolah dan sekolah perlu melakukan usaha-usaha agar orang tua siswa memiliki

peran yang semakin besar di sekolah. Selain itu, Cavarretta, Kellaghan, Sloane,

(15)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

yang baik antara orang tua siswa dan guru dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa. Hal ini sesuai dengan konsep hubungan internal yang ada di sekolah alam

menurut Mogensen dan Mayer (2005) yang menyatakan bahwa di sekolah alam,

ada keseimbangan partisipasi siswa, guru, dan anggota lain dalam komunitas

sekolah, termasuk orang tua.

Siswa di sekolah alam tidak hanya belajar di dalam kelas atau dari buku saja,

tetapi juga dari apa saja yang ada di sekelilingnya secara aktif dan mandiri.

Menurut Mogensen dan Mayer (2005), sekolah alam selalu berhubungan langsung

dengan masyarakat dan membangun kerjasama dengan lembaga pendidikan dan

organisasi lain, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kegiatan

belajar-mengajar sekolah alam di Indonesia yang didasarkan pada lingkungan, di

antaranya adalah OTFA (Out Tracking Fun Adventure) dan outing, yakni kegiatan

di luar sekolah dengan mengunjungi tempat umum dan berkemah di alam untuk

membangun kemandirian, keberanian, serta lebih mendekatkan siswa dengan

lingkungan masyarakat dan alam. Selain itu, sekolah alam juga membangun

Green Lab, yaitu laboratorium tanam-tanaman dalam rumah plastik dan kaca yang

ditanami tanaman organik dan hidroponik, serta terdapat kandang beberapa jenis

hewan ternak sebagai tempat siswa memuaskan rasa ingin tahunya serta

menumbuhkan kecintaan pada alam dan makhluk ciptaan-Nya.

Penanggungjawab kelangsungan proses pendidikan bukan hanya berada di

tangan pemerintah. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tidak

kalah besarnya (Khumas, 2003). Bahkan menurut Ahmadi (1999), tugas

(16)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

senada juga diungkapkan oleh Patterson dan Loeber (dalam Syah, 2002) yang

mengemukakan bahwa lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi

kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Penelitian yang

dilakukan oleh Akhter (2007) membuktikan bahwa sikap orang tua berpengaruh

terhadap kesuksesan pendidikan anak. Menurut Deri (2003), kesuksesan

pendidikan merupakan suatu keadaan yang tergantung pada proses belajar agar

anak dapat merasakan kebahagiaan di dalam masyarakat.

Sewaktu individu berada dalam lingkungan dan situasi sosial, yakni ketika

terlibat dalam interaksi sosial, selalu ada saja mekanisme mental yang

mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnani perasaan, dan ikut menentukan

kecenderungan perilaku terhadap sesuatu yang dihadapi. Itulah fenomena sikap

yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi

tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi

di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan individu untuk masa yang akan datang

(Azwar, 2003).

Sikap merupakan keteraturan dalam hal pemikiran (kognisi), perasaan

(afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek

lingkungan sekitarnya (Secord & Backman, dalam Azwar, 2003). Hal tersebut

senada dengan tiga komponen sikap yang diungkapkan oleh Mann (dalam Azwar,

2003), yaitu: komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan

stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen afektif merupakan

(17)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk

bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Sikap orang tua terhadap perkembangan dunia pendidikan anak, khususnya

perkembangan sekolah alternatif sebagai objek sikapnya dipengaruhi oleh

pengalaman-pengalaman pribadi orang tua ketika bersekolah. Menurut Pora

(2004), orang tua dan masyarakat sudah begitu terikat dengan paradigma lama

sekolah, yaitu sebuah tempat berupa gedung untuk memperoleh informasi dan

pengetahuan, tempat berkumpulnya guru yang mengajar dan siswa yang diajar,

serta tempat siswa dibandingkan, diukur, ditakar, dan dinilai. Persepsi ini sudah

mendarah daging dan sudah menjadi tradisi sehingga sulit sekali untuk diubah.

Saidi (dalam Perdana & Wahyudi, 2005) menambahkan bahwa jelas tidak mudah

untuk membangun suatu sekolah yang lain dari umumnya di tengah lingkungan

sistem pendidikan mapan yang dalam pandangan mayoritas merupakan sistem

pendidikan yang sudah baik dan benar. Bukan saja karena tidak ada contoh

sebelumnya, melainkan juga tidak ada jaminan bahwa sekolah yang coba

dibangun ini, dengan cara berbeda dari sistem yang ada akan sukses. Dengan kata

lain, ada risiko yang harus dipertaruhkan. Risiko itu bukan suatu hal yang kecil

karena menyangkut masa depan anak didik.

Sekolah alam didirikan dengan keinginan untuk mengubah paradigma bahwa

sekolah yang berkualitas selalu mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat bawah

(Perdana & Wahyudi, 2005). Perubahan paradigma tersebut juga berusaha

dilakukan oleh Sekolah Alam Bina Madania Medan. Sekolah Alam Bina Madania

(18)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

(tidak mampu) di sekitar Kecamatan Tanjung Anom Deli Serdang. Sebagian besar

siswa mendapatkan pembebasan biaya pendidikan melalui penyeleksian tingkat

ekonomi orang tua calon siswa sekolah alam, yaitu dengan lebih mengutamakan

orang tua yang berasal dari keluarga dhu’afa. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan dengan beberapa orang tua siswa sekolah alam, dapat diketahui

berbagai alasan yang melatarbelakangi orang tua untuk menyekolahkan anaknya

di sekolah alam. Salah satunya adalah ibu rumah tangga berinisial IS, yang

memiliki satu putri yang bersekolah di Sekolah Alam Bina Madania Medan.

Berikut ini alasan IS memasukkan anaknya ke sekolah alam:

“Saya memilih sekolah alam untuk anak saya karena lokasinya dekat dengan rumah. Selama ini, saya sudah melihat perubahan pada diri anak saya setelah bersekolah di sekolah alam. Anak saya jadi lebih mengerti tentang alam, tumbuh-tumbuhan, makin mandiri, dan percaya diri.”

(IS, komunikasi personal, 26 Desember 2008)

Alasan lain diungkapkan oleh TR, ibu rumah tangga yang memiliki dua orang

anak, yang salah satu anaknya bersekolah di sekolah alam. Berikut pernyataan

TR:

“Alasan saya memilih sekolah alam sebagai tempat anak saya bersekolah karena biayanya yang terjangkau dan kualitas sekolah alam yang baik. Kakaknya kan udah sekolah di SD Negeri, jadi lumayan terbantu kalo anak saya sekolah di sekolah alam, biayanya jadi lebih ringan. Setelah anak saya sekolah di sekolah alam, dia jadi pandai baca iqro’. Perilakunya juga berubah. Anak saya yang tadinya bandel, sekarang udah jadi anak yang penurut.” (TR, komunikasi personal, 26 Desember 2008).

Menurut Azwar (2003), nilai dan opini sangat erat berkaitan dengan sikap.

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Apa

yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk dan

(19)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

wawancara kepada beberapa orang tua yang telah menyekolahkan anaknya di

sekolah alam dapat diketahui bahwa para orang tua tersebut memiliki pandangan

positif terhadap sekolah alam karena biaya pendidikan di sekolah alam yang

terjangkau, lokasi dekat dengan rumah, dan kualitas sekolah alam yang baik.

Selain itu, pendapat positif orang tua terhadap sekolah alam juga terbentuk dari

manfaat yang telah dilihat dan dirasakan orang tua terhadap perubahan perilaku

anaknya yang semakin baik setelah bersekolah di sekolah alam.

Proses perkembangan sekolah alam di Medan sebagai salah satu sekolah

alternatif di samping sekolah formal tidak luput dari beberapa pandangan negatif

dari berbagai sektor masyarakat, termasuk orang tua. Hal ini dapat diketahui

berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Laila selaku pengurus

Sekolah Alam Bina Madania Medan, yaitu:

“Ada beberapa orang tua yang enggan memasukkan anaknya ke sekolah alam dengan alasan sekolah alam hanya akan menjadikan siswa menjadi petani karena salah satu kegiatan di sekolah alam adalah berkebun. Ada juga yang keberatan menghadiri pertemuan dan pembinaan orang tua yang dilaksanakan setiap bulannya di sekolah alam.

(Laila, komunikasi personal, 22 Oktober 2008)

Pandangan negatif lain yang muncul dari kalangan orang tua diungkapkan

oleh NR, orang tua yang bekerja sebagai dosen, memiliki dua anak usia sekolah,

namun enggan memasukkan anaknya ke sekolah alam. Berikut ini pandangan NR

tentang sekolah alam:

“Sekolah alam itu belajarnya pakai tema-tema gitu ya. Sebenarnya Sekolah alam itu bagus sih, tapi saya enggak mau memasukkan anak saya ke sana karena nanti susah masalah ijazahnya. Selain itu, saya takut waktu ujian nasional nanti, anak saya kesulitan untuk menjawab pertanyaannya karena saya ragu apakah materi yang sudah diajarkan di sekolah alam sudah mencakup semua materi yang diajarkan di sekolah umum.”

(20)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

Menurut Middlebrook (dalam Azwar, 2003), tidak adanya pengalaman sama

sekali dengan suatu objek akan cenderung membentuk sikap negatif terhadap

objek tersebut. Hal ini sesuai dengan beberapa sikap negatif dari orang tua yang

tidak menyekolahkan anaknya di sekolah alam. Para orang tua tersebut cenderung

memiliki pandangan negatif terhadap metode belajar-mengajar sekolah alam yang

berbeda dengan sekolah biasa sehingga memunculkan pemikiran bahwa

perbedaan metode tersebut akan membawa dampak negatif pada anaknya. Selain

itu, kebijakan sekolah alam yang mewajibkan orang tua untuk berperan aktif

dalam mendiskusikan masalah pendidikan anaknya di sekolah alam akan

memunculkan pandangan negatif bagi orang tua yang selama ini merasa bahwa

orang tua hanya bertugas untuk menyediakan biaya pendidikan anak tanpa harus

berpartisipasi aktif dalam menghadiri pertemuan dengan pihak sekolah dalam

membahas pendidikan anaknya.

Sekolah alam pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1998, yaitu Sekolah

Alam Ciganjur. Setelah itu, muncul beberapa sekolah alam lain yang tersebar di

berbagai daerah di Indonesia, antara lain Sekolah Alam Bandung, Sekolah

Peradaban Cilegon, School of Universe di Bogor, SDIT Alam Nurul Islam

Yogyakarta, Sekolah Alam Jurank Doank, dan sekolah alam lainnya di pulau

Sumatera. Sekolah Alam Bina Madania sebagai sekolah alam pertama dan

satu-satunya di Sumatera Utara baru berdiri pada tahun 2007. Perkembangan sekolah

alam di Sumatera Utara, khususnya kota Medan ini tidak sama pesatnya seperti

perkembangan sekolah alam yang ada di luar kota Medan. Padahal sekolah alam

(21)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

tua, praktisi pendidikan, maupun tokoh-tokoh masyarakat yang peduli dengan

keadaan pendidikan di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap

perlu untuk mengadakan penelitian tentang gambaran sikap orang tua terhadap

sekolah alam.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deksriptif. Alat ukur yang

digunakan untuk menggambarkan sikap orang tua terhadap sekolah alam adalah

skala sikap dengan model Likert yang disusun berdasarkan ketiga komponen

sikap (kognitif, afektif, dan konatif), sehingga dapat digambarkan sikap terhadap

komponen-komponen sekolah alam, baik terhadap pendidikan dan paedagogi,

hubungan internal, hubungan eksternal, maupun lingkungan fisik sekolah alam.

Adapun populasi penelitian ini adalah orang tua yang bekerja di Universitas

Sumatera Utara (USU) yang telah memiliki anak yang masih berusia sekolah.

Adapun alasan melakukan penelitian di USU mengingat Universitas Sumatera

Utara (USU) merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di luar Pulau Jawa

yang memiliki salah satu visi, yaitu memperluas partisipasi dalam pembelajaran,

memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan memodernisasi cara

pembelajaran. Untuk mendapatkan skor sikap digunakan teknik analisa statistik

deskriptif dengan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 14.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran

(22)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap orang tua

terhadap sekolah alam.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat mengenai gambaran

sikap orang tua terhadap sekolah alam, baik manfaat secara teoritis maupun

manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam

pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi pendidikan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana

sikap orang tua terhadap sekolah alam. Hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat menambah wacana dalam ilmu psikologi sendiri mengenai sekolah alam.

2. Manfaat praktis

a) Memberikan informasi bagi orang tua dan masyarakat mengenai sikap orang

tua terhadap sekolah alam. Dari hasil penelitian ini, diharapkan orang tua

dan masyarakat mendapatkan informasi mengenai sekolah alam. Hal

tersebut berguna bagi orang tua dan masyarakat agar dapat memberikan

penilaian secara objektif terhadap sekolah alam sebagai salah satu alternatif

pendidikan selain sekolah formal.

b) Memberikan informasi bagi praktisi sekolah alam untuk mengetahui

(23)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi praktisi sekolah alam untuk lebih

mengkaji aspek-aspek dari program kegiatan belajar sekolah alam agar

dapat diterima dengan baik oleh orang tua dan masyarakat di kota Medan.

c) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya,

khususnya yang berkaitan dengan sekolah alam.

d) Bagi pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Nasional, dapat memonitor

perkembangan sekolah-sekolah alternatif yang ada di Indonesia, salah

satunya sekolah alam.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi pembahasan secara teoritis tentang sekolah alam, sikap,

orang tua, dan peranan orang tua dalam pendidikan anak.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, defenisi operasional variabel

penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang

(24)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian,

interpretasi data dan pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

(25)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sekolah Alam

1. Pengertian sekolah alam

Sekolah alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam

semesta. Sekolah alam membantu siswa tumbuh menjadi manusia yang

berkarakter, yaitu menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa

yang tersedia di alam, tetapi juga mampu mencintai dan memelihara alam

(Perdana & Wahyudi, 2005). Ahli lain dalam dunia pendidikan, Mogensen dan

Mayer (2005) mengungkapkan bahwa sekolah alam adalah sekolah yang

menekankan pada pendidikan lingkungan dalam menjalankan aktivitas siswa di

sekolah.

Hal senada diungkapkan oleh Bussey (2006) yang menyatakan bahwa sekolah

alam merupakan sekolah masa depan yang menjalankan proses belajar yang

dihubungkan dengan konsep realitas dan memiliki komitmen yang terus-menerus

untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial. Selain itu, Ward (2003)

mendefinisikan sekolah alam sebagai sekolah yang memiliki komitmen aktif

untuk mengembangkan rencana belajar yang fokus terhadap lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian sekolah alam adalah

bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan konsep berbasis alam semesta

(26)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

alam melalui metode belajar mengajar yang menggunakan konsep realitas dan

berpartisipasi aktif di lingkungan sosial.

2. Komponen sekolah alam

Menurut Mogensen dan Mayer (2005), ada empat komponen yang ada di

sekolah alam, yaitu:

a) Pendidikan dan paedagogi

Sekolah alam memiliki cara yang berbeda untuk mengorganisasikan dan

melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Dalam belajar, siswa sekolah alam

belajar melalui pengalaman alamiah, melakukan proyek-proyek kerja, dan

berbagai aktivitas lain yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Siswa

juga diajarkan untuk memahami masalah-masalah lingkungan, seperti

penghijauan dan lain sebagainya. Semua hal tersebut bertujuan agar siswa

sekolah alam memiliki kecintaan dan kepedulian terhadap alam.

b) Hubungan internal

Sekolah merupakan suatu kesatuan, bukan terpisah antara satu kelas dengan

kelas lainnya. Di sekolah alam, siswa diberikan kesempatan untuk

bekerjasama dan berdiskusi dengan guru dalam merencanakan kegiatan

belajar-mengajar. Ada keseimbangan partisipasi siswa, guru, dan anggota lain

dalam komunitas sekolah, termasuk orang tua. Pengawasan terhadap

peningkatan kualitas sekolah alam dilakukan oleh pihak sekolah alam sendiri

(27)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

c) Hubungan eksternal

Sekolah alam selalu berhubungan langsung dengan masyarakat. Sebagai

contoh, masyarakat dapat mendukung kegiatan sekolah alam secara finansial,

siswa sekolah alam menggunakan lingkungan di luar sekolah alam sebagai

arena belajar, dan berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk

memperoleh informasi berkaitan dengan tema pelajaran yang sedang

dipelajari. Selain itu, sekolah alam juga membangun kerjasama dengan

lembaga pendidikan dan organisasi lain, baik di tingkat nasional maupun

internasional.

d) Lingkungan fisik

Sekolah alam dirancang agar siswa bersama dengan guru dapat

mempraktekkan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi masalah lingkungan,

misalnya: menghemat energi, manajemen pembuangan sampah, daur ulang,

dan lain-lain.

3. Jenis-jenis kegiatan sekolah alam

Ada beberapa jenis kegiatan yang ada di sekolah alam di Indonesia, yaitu :

a) Outbound

Kegiatan outbound memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan oleh para pecinta alam, seperti:

flying fox (melayang turun dengan seutas tali dari ketinggian hampir 15 meter)

(28)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

untuk melatih keberanian, kesabaran, keuletan, kerjasama tim, dan

kepemimpinan siswa (Matta dalam Perdana & Wahyudi, 2005).

b) Berkebun dan berternak

Kegiatan berkebun dilaksanakan di Green Lab, yaitu laboratorium

tanam-tanaman dalam rumah plastik dan kaca, lengkap dengan saung kebun yang

berpadu dengan petak-petak kebun yang ditanamai aneka tanaman organik dan

hidroponik. Pada saat-saat panen, para siswa yang memetik hasil dan

kemudian menjualnya kepada orang tua atau siapa saja yang berkunjung ke

sekolah alam. Sedangkan kegiatan berternak diisi dengan kegiatan memelihara

beberapa hewan ternak, seperti kambing, ayam, kelinci, dan lele. Semua ini

merupakan laboratorium alam tempat anak-anak memuaskan rasa ingin

tahunya serta menumbuhkan kecintaan mereka pada alam dan makhluk

ciptaan-Nya (Perdana & Wahyudi, 2005).

c) Outing

Outing yakni kegiatan luar sekolah yang lebih dari sekedar dharmawisata atau

rekreasi. Kegiatan outing bertujuan untuk mengenalkan dan mendekatkan

anak-anak pada proses dan bukan terpaku pada hasil (Perdana & Wahyudi,

2005).

d) Market day

Market day merupakan hari saat seorang anak diajarkan untuk melakukan

(29)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

e) Audiensi

Kegiatan audiensi bertujuan agar siswa dapat menumpahkan ide-ide kreatif

yang dimiliki (Perdana & Wahyudi, 2005).

f) OTFA (Out Tracking Fun Adventure)

OTFA adalah kegiatan tahunan sekolah alam berupa camping bersama dan

berbagai aktivitas outbound di alam terbuka. Kegiatan ini bertujuan untuk

melatih ketangguhan, kekuatan, kemandirian, tanggung jawab, dan kecekatan

siswa (Arifianti dalam Perdana & Wahyudi, 2005).

g) Open house

Open house merupakan suatu kegiatan tahunan saat setiap siswa mendapat

peran untuk menjadi tuan rumah bagi tamu undangan yang hadir untuk

melihat kemajuan sekolah alam (Perdana & Wahyudi, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah alam

memiliki kegiatan yang sangat beragam dan tidak hanya terpaku di dalam kelas

saja, tetapi siswa juga melakukan kegiatan belajar di luar kelas, bahkan di luar

lingkungan sekolah.

4. Latar belakang berdirinya Sekolah Alam di Indonesia

Ada banyak tokoh yang mengungkapkan faktor yang menjadi latar belakang

munculnya sekolah-sekolah alternatif di Indonesia. Salah satunya diungkapkan

oleh Mulyadi (dalam Azhari, 2007) bahwa sistem pendidikan di Indonesia belum

membebaskan. Peserta didik menjalani proses belajar bagaikan dalam penjara

(30)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

Indratno, 2007) pendidikan yang ada di sekolah sekarang adalah bentuk-bentuk

pendidikan yang dibuat sedemikian rupa sehingga lembaga pendidikan itu sekedar

menarik minat masyarakat untuk dijadikan sebagai pilihannya, tanpa mengetahui

isinya dan perubahan apa yang terjadi di dalamnya. Sekolah sebagai lembaga

pendidikan belum bisa berbuat apa-apa dalam upaya memperbaiki pendidikan,

kecuali menekan siswa, memaksa siswa, siswa harus hapal sesuatu, harus disiplin,

dan lain sebagainya. Kelemahan sistem pendidikan Indonesia saat ini dapat

dikategorikan menjadi beberapa kelompok besar, antara lain lingkungan belum

mendidik, pendidikan belum memperhatikan ciri anak, siswa dibebani dengan

biaya pendidikan, pendidikan belum menyenangkan siswa, belum memerdekakan

bahkan terasa membelenggu, belum terjadi proses pembelajaran yang bermakna,

pendidikan didominasi oleh kegiatan mengajar, dan lain-lain.

Selain itu, manusia akan menghadapi permasalahan yang luar biasa di abad

ke-21, seperti lingkungan hidup yang semakin tercemar, konflik dan peperangan,

sehingga sekolah-sekolah perlu mengajarkan kepada para siswa tentang beberapa

keterampilan hidup seperti kerjasama, saling menghormati, dan memahami

permasalahan global, agar nantinya anak-anak memiliki bekal keterampilan hidup

dan pengetahuan untuk dapat mengisi kehidupan masa depan yang lebih damai

dan sejahtera. Untuk itu, diperlukan transformasi pendidikan dari yang

terkotak-kotak menjadi konsep yang lebih holistik agar tercipta manusia yang seluruh

dimensinya berkembang, termasuk kesadaran individu bahwa ia adalah bagian

dari anggota keluarga, sekolah, lingkungan, masyarakat, dan komunitas global

(31)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

Kelemahan yang dimiliki oleh sistem pendidikan Indonesia tersebut

memerlukan cara untuk memperbaikinya, yaitu dengan membangun suatu sistem

pendidikan alternatif. Salah satu strategi untuk membangun pendidikan alternatif

adalah dengan menyelenggarakan proses pembelajaran yang faktual dan

konseptual, menyelenggarakan pendidikan dengan kondisi lingkungan yang

mendidik, menyelenggarakan proses pembelajaran berbasis lingkungan,

menyelenggarakan pembelajaran yang membangun kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik, menumbuhkan kreativitas, dan lain-lain (Djohar dalam

Indratno, 2007).

Salah satu bentuk sistem pendidikan alternatif yang sedang berkembang di

Indonesia saat ini adalah pendidikan sekolah alam. Menurut Mogensen dan

Mayer (2005), di sekolah alam siswa diberikan kesempatan untuk bekerjasama

dan berdiskusi dengan guru dalam merencanakan kegiatan belajar-mengajar. Ada

keseimbangan partisipasi siswa, guru, dan anggota lain dalam komunitas sekolah.

Selain itu, menurut salah satu praktisi sekolah alam, Novo (dalam Perdana &

Wahyudi, 2005), paradigma yang sekarang berkembang bahwa sekolah

berkualitas selalu mahal. Paradigma tersebut harus diubah dengan mulai dari

meminimalisir biaya pembangunan fisik sekolah sebagai tempat berlangsungnya

kegiatan sekolah, seperti: kelas, kantor, laboratorium, lapangan olahraga. Semua

itu harus diubah dengan suatu tempat belajar yang lebih optimal kontribusinya

dengan menggantikannya dengan alam semesta sebagai laboratorium terbaik di

(32)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

inilah yang diterapkan oleh sekolah alam dalam merancang lingkungan fisik

sekolah.

5. Manfaat sekolah alam

Menurut Perdana dan Wahyudi (2005), kegiatan belajar mengajar di sekolah

alam dapat menumbuhkan kesadaran pada anak bahwa belajar merupakan

kegiatan yang menyenangkan. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan

menimbulkan suasana menyenangkan, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan.

Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa belajar itu

merupakan kegiatan yang mengasyikkan dan sekolah pun menjadi identik dengan

kegembiraan. Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat

integratif, komprehensif, dan aplikatif. Pembelajaran di sekolah alam

menggunakan metode spider web, yaitu suatu tema diintegrasikan dalam semua

mata pelajaran. Dengan metode spider web, siswa tidak hanya belajar dengan

mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan,

dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran.

Manfaat sekolah alam juga diungkapkan oleh Matta (dalam Perdana &

Wahyudi, 2005) bahwa proses belajar-mengajar di sekolah alam berubah menjadi

aktivitas kehidupan nyata yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Itu

membantu anak-anak menikmati masa-masa awal pertumbuhan, dan membangun

gambaran positif tentang kehidupan dan bumi yang dihuni. Selain itu, gabungan

antara pelajaran kelas, latihan outbound, penelitian lapangan (outing), market day,

(33)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

tentang kehidupan, membentuk struktur emosi dan mentalitas yang lebih stabil,

serta membangun sikap-sikap keseharian yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Deri (2003) menambahkan bahwa siswa yang bersekolah di sekolah yang

memiliki kurikulum yang terintegrasi dengan keadaan masyarakat, seperti siswa

di sekolah alam, memiliki prestasi akademis yang tinggi, membuat siswa menjadi

lebih bahagia, dan juga memiliki keinginan yang lebih besar untuk berpartisipasi

dalam merawat lingkungannya. Selain itu, Cleaver (2007) mengungkapkan bahwa

siswa sekolah alam yang lebih banyak melakukan aktivitas di luar ruangan akan

menjadi lebih sehat, lebih senang, lebih cerdas, serta memiliki antusiasme dan

rasa ingin tahu yang lebih besar tentang alam.

B. Sikap

1. Pengertian sikap

Sikap diartikan oleh Secord dan Backman (dalam Azwar, 2003) sebagai

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan

predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan di

sekitarnya. Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Azwar (2003) yang

menyatakan bahwa sikap adalah konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif,

dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan

berperilaku terhadap suatu objek. Sikap merupakan respon evaluatif yang hanya

akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang

(34)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai

baik-buruk, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai

potensi reaksi terhadap objek sikap.

Tokoh lainnya yang mengungkapkan tentang pengertian sikap adalah Fishbein

(dalam Shaw & Costanzo, 1982) yang mengungkapkan sikap sebagai respon

implisit yang dipelajari, yang intensitas dan kecenderungannya mengarahkan

respon overt individu terhadap suatu objek dapat bervariasi. Menurutnya, individu

memiliki sikap terhadap semua objek, yang dapat bersikap positif, negatif, atau

netral. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1996), seseorang yang

mempunyai posisi sikap ekstrim (pro dan kontra) tampaknya akan memiliki

perasaaan yang lebih kuat dan lebih yakin mengenai suatu masalah dibandingkan

dengan seseorang yang mempunyai posisi yang tidak terlalu ekstrim. Dalam hal

ini, posisi sikap yang tidak terlalu ekstrim adalah netral. Selain itu, ada

kecenderungan bahwa ketika sikap yang dimiliki oleh individu terhadap

komponen-komponen objek sikap tidak stabil atau tidak konsisten, maka sikap

individu tersebut dapat lebih mudah berubah ke arah konsistensi yang lebih

meningkat, yaitu sikap positif atau sikap negatif.

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang sikap di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa sikap adalah suatu keteraturan dalam merespon suatu objek di

lingkungan yang memiliki komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling

berinteraksi untuk merespon objek tersebut sehingga individu tersebut dapat

(35)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

2. Struktur sikap

Menurut Azwar (2003), struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang, yaitu:

a) Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan dapat terus berkembang.

Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan

emosional individu merupakan determinan utama dalam terbentuknya

kepercayaan. Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu

akurat. Terkadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau

tidak adanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.

b) Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan

komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang

dipercayai sebagai benar bagi objek yang dimaksud.

c) Komponen konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku menunjukkan bagaimana

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya. Bagaimana orang berperilaku dalam situasi

tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh

(36)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap terdiri dari

tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu komponen kognitif

(kepercayaan), komponen afektif (perasaan), dan komponen konatif

(kecenderungan berperilaku) yang berhubungan dengan objek sikap.

3. Faktor-faktor pembentukan sikap

Menurut Azwar (2003), sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial

yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu

dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam

interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap

berbagai objek sikap psikologis yang dihadapinya. Ada berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:

a) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai

tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan objek psikologi. Penghayatan itu kemudian akan membentuk

sikap positif ataupun sikap negatif dan hal tersebut tergantung pada berbagai

faktor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebrook (dalam Azwar, 2003)

mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek

psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

(37)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

akan cenderung bersikap positif, sebaliknya jika tidak berguna cenderung

bersikap negatif.

b) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain di berada di sekitar individu merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu tersebut. Pada

umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Di antara orang yang

biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status

sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau

suami, dan lain-lain. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

c) Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.

Skinner (dalam Azwar, 2003) sangat menekankan pengaruh lingkungan

(termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Menurutnya,

kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang

menggambarkan sejarah penguatan yang dialami. Pola sikap dan perilaku

tertentu yang dimiliki seseorang dibentuk dari penguatan yang diberikan oleh

masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku

yang lain. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat

(38)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

d) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lainnya mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi

sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi

tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu

hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Walaupun pengaruh media

massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun

dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak

kecil artinya.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh

dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta

ajaran-ajarannya.

f) Faktor emosi dalam diri individu

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

(39)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah

hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih bertahan lama.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya sikap

individu terhadap suatu objek sikap dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

internal (dari dalam individu) seperti pengalaman pribadi dan faktor emosi,

maupun eksternal (dari lingkungan) seperti orang lain yang dianggap penting,

kebudayaan, media massa, dan lembaga pendidikan dan lembaga agama.

4. Fungsi Sikap

Katz (dalam Azwar, 2003) merumuskan empat fungsi sikap bagi manusia,

yaitu :

a) Fungsi instrumen, yaitu fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang

menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan

hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Dengan demikian, individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal

yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap

negatif terhadap hal-hal yang dirasakan merugikan dirinya.

b) Fungsi pertahanan ego yang bekerja ketika individu mengalami hal yang tidak

menyenangkan dan mengancam egonya atau ketika mengetahui fakta dan

kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya sehingga akan

(40)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

c) Fungsi pernyataan nilai yang menunjukkan keinginan individu untuk

mempeeroleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya yang sesuai

dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.

d) Fungsi pengetahuan yang menunjukkan adanya dorongan dalam diri individu

untuk ingin tahu, mencari penalaran, dan mengorganisasikan pengalamannya.

5. Karakteristik (dimensi) sikap

Sax (dalam Azwar, 2003) menungkapkan karakteristik (dimensi) sikap, yaitu :

a) Arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan apakah setuju atau tidak

setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek sikap.

b) Intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum

tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Misalnya, sikap positif

terhadap suatu objek dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai

dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.

c) Keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek

sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi

dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.

d) Konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang

dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. Untuk dapat

konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif

panjang.

e) Spontanitas, yaitu tingkat kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya

(41)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

dapar dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau

desakan lebih dulu agar individu mengemukakannya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah sikap yang dimiliki

oleh seseorang memiliki beberapa karakteristik, yaitu arah (setuju atau tidak

setuju), intensitas (kekuatan sikap), keluasan (kesetujuan atau ketidaksetujuan

terhadap komponen objek sikap), konsistensi, dan spontanitas.

6. Pengukuran sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia adalah

masalah pengukuran sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report

hingga kini dianggap sebagai metode yang paling dapat diandalkan adalah dengan

menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu

yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap merupakan kumpulan

pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respons subjek pada setiap

pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap

seseorang. Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat berupa

pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya akan tetapi dapat pula berupa

pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi

responden. Respon individu terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap

yang berupa jawaban setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap

(42)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

C. Orang Tua

1. Pengertian orang tua

Orang tua biasanya terdiri dari ayah dan ibu atau siapa saja yang berperan dan

bertanggung jawab dalam suatu keluarga. Orang tua adalah orang yang telah

dewasa lahir dan batin, yang telah memiliki kematangan secara fisik dan

non-fisik, kematangan/keseimbangan emosi/perasaan dan rasio/pemikiran dan adanya

kemandirian dalam bidang ekonomi, sosial dan mental serta berperan sesuai

dengan fungsinya masing-masing sebagai orang tua dalam mengelola dan

membina/mengasuh peserta didik/orang-orang yang belum dewasa dalam

keluarganya, seperti anaknya. Orang tua yang ideal adalah mereka yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang relatif cukup dalam mengelola berbagai aspek

dalam kehidupan dan pendidikan keluarganya (Yacub, 2005).

Peran orang tua dimulai dari masa dewasa dini. Di antara sekian banyak tugas

perkembangan orang dewasa dini, tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan

dan hidup keluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan

sangat sulit diatasi. Hal ini disebabkan kurangnya dasar-dasar yang harus

dibangun dalam menyesuaikan diri dengan peran baru yang terjadi di dewasa dini.

Masa sebagai orang tua dipandang sebagai ”masa krisis” dalam kehidupan

seseorang karena masa tersebut menuntut perubahan dalam sikap, nilai dan peran

(Hurlock, 1999).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah

ayah dan/atau ibu yang berperan dan bertanggung jawab dalam suatu keluarga,

(43)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

2. Peranan orang tua dalam pendidikan anak

Menurut Verkuyl (dalam Ahmadi, 1999) ada tiga tugas untuk orang tua dalam

merawat anaknya. Tugas yang pertama adalah mengurus keperluan materil anak,

yaitu harus memberi makan, tempat perlindungan dan pakaian kepada anak. Anak

sepenuhnya masih tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu

mencukupi kebutuhannya sendiri. Kedua, menciptakan suatu “home” bagi anak,

yang berarti bahwa di dalam keluarga itu anak dapat berkembang dengan subur,

merasakan kemesraan, kasih sayang, keramahtamahan, merasa aman, terlindungi,

dan lain-lain. Di rumah anak merasa tentram, tidak pernah kesepian dan selalu

gembira. Tugas ketiga adalah tugas pendidikan dan tugas inilah yang merupakan

tugas terpenting dari orang tua terhadap anaknya.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Hamalik (dalam Khumas, 2003)

mengatakan bahwa orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan belajar

anak- anaknya. Pemenuhan kebutuhan anak tidak cukup hanya dari segi materi

melainkan orang tua juga diharapkan memenuhi kebutuhan belajar anak secara

psikis, seperti memuji, menegur, memberi hadiah, mengawasi, serta turut serta

pada program kegiatan belajar anak. Haditono (dalam Khumas, 2003)

menyebutkan bahwa semakin tinggi keikutsertaan orang tua dalam kegiatan

belajar anak maka semakin baik pula pengawasan yang diberikan terhadap

anaknya, dalam hal ini membantu anak mencapai prestasi belajar yang baik.

kondisi yang demikian memberi sumbangan terhadap kemauan dan ketekunan

(44)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

Cavanagh dan Romanoski (2005) menyatakan bahwa keterlibatan orang tua

terhadap pendidikan anaknya merupakan aspek yang penting dalam kebudayaan

sekolah dan sekolah perlu melakukan usaha-usaha agar orang tua siswa memiliki

peran yang semakin besar di sekolah. Menurut Bascia dan Hargreaves (dalam

Cavanagh & Romanoski, 2005), sejak awal tahun 1990 telah berkembang kritik

terhadap kebudayaan di sekolah, baik pada sisi organisasi dan sistem mengajar

yang dilakukan oleh guru. Sejak kritik tersebut muncul, maka sekolah mulai

melakukan perbaikan dan mengkonsep kembali kebudayaan sekolah dengan

meningkatkan keterlibatan seluruh anggota komunitas sekolah, tidak hanya guru

dan siswa, namun juga orang tua siswa. Selain itu, menurut Cavarretta, dkk

(dalam Cavanagh & Romanoski, 2005), terjalinnya kerjasama yang baik antara

orang tua siswa dan guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki peran

yang sangat penting dalam perkembangan anaknya, terutama dalam masalah

pendidikan anak.

D. Gambaran Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam

Sikap merupakan gabungan antara komponen-komponen kognitif, afektif, dan

konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku

terhadap suatu objek. Menurut Azwar (2003), sikap sosial terbentuk dari adanya

interaksi sosial yang dialami oleh individu. Pembentukan sikap individu terhadap

(45)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

pribadi. Apa yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial.

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak,

salah satunya dalam hal perkembangan pendidikan anak. Orang tua memiliki

peran dalam menentukan sekolah sebagai tempat anak menuntut ilmu. Pora (2004)

mengungkapkan bahwa orang tua dan masyarakat sudah begitu terikat dengan

paradigma lama sekolah. Sekolah dalam benak orang tua dan masyarakat adalah

sebuah tempat berupa gedung untuk memperoleh informasi dan pengetahuan.

Persepsi ini sudah mendarah daging dan sudah menjadi tradisi sehingga sulit

sekali untuk diubah. Penentuan sekolah oleh orang tua ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah keunggulan-keunggulan sekolah yang dapat

memberikan manfaat kepada anak. Di samping sekolah umum, pada saat ini

sekolah-sekolah alternatif, salah satunya sekolah alam, juga dapat dijadikan

sebagai salah satu pilihan sekolah yang menawarkan berbagai keunggulan yang

tidak kalah jika dibandingkan dengan sekolah umum.

Sikap orang tua terhadap sekolah alam kini masih sangat beragam, baik yang

bersikap positif, netral, maupun negatif. Sikap positif orang tua terhadap sekolah

alternatif, seperti sekolah alam dapat terbentuk berdasarkan ketidakpuasan orang

tua terhadap sistem pendidikan di Indonesia, di antaranya adalah sekolah yang ada

pada saat ini terlalu terpaku pada perkembangan kemampuan kognitif siswa,

pelajaran yang diberikan kepada tidak relevan dengan kenyataan, materi

pendidikannya tidak menyeimbangkan antara faktor praktik dan teori, pelaksanaan

(46)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

lain-lain. Dengan adanya sekolah alam, ketidakpuasan orang tua terhadap sistem

pendidikan yang ada di Indonesia dapat diatasi dengan menciptakan inovasi pada

proses kegiatan belajar-mengajar yang menyeimbangkan antara perkembangan

kognitif, afektif, dan konatif siswa, dan lain-lain.

Orang tua yang telah memasukkan anaknya ke sekolah alam dapat melihat dan

merasakan manfaat nyata dari kegiatan belajar di sekolah alam, di antaranya anak

memiliki kesadaran bahwa belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan, anak

menjadi lebih mencintai dan memiliki keinginan yang lebih besar untuk

berpartisipasi dalam merawat lingkungannya, anak memiliki sikap yang semakin

baik dari hari ke hari, dan lain-lain. Manfaat-manfaat nyata tersebut akan semakin

mempengaruhi kepercayaan orang tua untuk tetap menyekolahkan anaknya di

sekolah alam dan akan turut membentuk sikap positif orang tua terhadap sekolah

alam.

Sikap netral terhadap sekolah alam terbentuk ketika penilaian orang tua

terhadap sekolah alam seimbang dalam menyikapi keunggulan dan kelemahan

yang dimiliki sekolah alam, baik dari pemikiran, perasaan dan kecenderungan

berperilaku. Sikap netral yang dimiliki oleh orang tua dapat berubah menjadi

sikap yang positif maupun negatif karena posisi sikap netral ini tidak sama

ekstrimnya ketika orang tua memiliki sikap positif atau negatif. Perubahan ini

tergantung dari seberapa kuat faktor-faktor yang mempengaruhi sikap orang tua

terhadap sekolah alam itu muncul, misalnya informasi yang diterima oleh orang

tua tentang sekolah alam, baik dari media massa maupun orang lain. Ketika

(47)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

terhadap sekolah alam, maka akan terbentuk sikap yang mengarah pada sikap

negatif, dan sebaliknya ketika informasi tersebut mendukung dengan pemikiran

dan perasaan orang tua yang positif tentang sekolah alam, maka akan terbentuk

sikap positif.

Sikap negatif terhadap sekolah alam yang dimiliki orang tua terbentuk

ketidaksesuaian antara cara berpikir, merasa, dan perilaku orang tua terhadap

masalah pendidikan anaknya dengan kegiatan yang ada di sekolah alam, baik dari

segi proses pendidikan, hubungan internal dan eksternal sekolah alam, maupun

lingkungan fisik sekolah alam. Orang tua yang memiliki sikap negatif terhadap

sekolah alam akan menganggap masalah-masalah yang dihadapi sekolah alam,

seperti izin sekolah dari Dinas Pendidikan Nasional, perbedaan materi dan metode

belajar yang berbeda antara sekolah alam dengan sekolah pada umumnya sebagai

kekurangan yang dimiliki sekolah alam sehingga hal tersebut dapat menimbulkan

keraguan apakah anak mampu untuk mengikuti ujian kesetaraan di masa yang

akan datang jika tetap bersekolah di sekolah alam, dan lain-lain. Selain itu, orang

tua yang memiliki pemikiran bahwa sekolah seharusnya lebih memfokuskan

pengajaran pada kemampuan kognitif daripada kemampuan afektif dan konatif

siswa dan/atau orang tua yang memiliki pandangan bahwa tugas orang tua hanya

sebatas untuk menyediakan biaya pendidikan tanpa harus berpartisipasi dalam

pembuatan kebijakan sekolah akan memiliki sikap yang negatif terhadap sekolah

alam. Pemikiran dan perasaan tersebut akan membentuk kecenderungan

berperilaku untuk tidak memasukkan anaknya ke sekolah alam sehingga orang tua

(48)

Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut

cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data dan pengambilan

kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan

untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai

populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang

dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari

penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi

(Hadi, 2000). Sejalan dengan yang diutarakan Hasan (2003) menyatakan bahwa

jenis penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan

tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi

mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata

atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori disuatu variabel. Dalam pengolahan

dan analisa data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif.

Punch (dalam Hasan 2003) menyatakan bahwa ada dua kegunaan dilakukan

penelitian deskriptif. Pertama, untuk pengembangan teori dan area penelitian yang

baru, dimana sebelum merencanakan/melakukan penelitian yang lebih mendalam

(exploratory studies) adalah lebih baik untuk terlebih dahulu memusatkan

Gambar

Grafik 5 Kesimpulan Sikap Orang Tua berdasarkan Komponen Sekolah
Tabel 1. Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah Alam Sebelum Uji Coba Komponen Sikap
Tabel 2. Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah Alam Setelah Uji Coba Komponen Sikap
Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah Alam yang Digunakan dalam Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Samsuddin :Gambaran Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di..., 2005 USU Repository © 2009... GAMBARAN DISTRIBUSI FREKUENSI PENYAKIT

Pendapatan orang tua secara parsial berkontribusi negatif terhadap motivasi bekerja di luar negeri.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontrbusi negatif yang

GAMBARAN PERAN ORANG TUA DALAM KEGIATAN ORAL HYGIENE PADA ANAK PRASEKOLAH BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DI RA AT-TAQWA.

Keunikan yang muncul dalam penelitian ini adalah orang tua dengan pendidikan tinggi yang memiliki anak menjadi korban kekerasan bersikap negatif terhadap kekerasan anak

Hasil penenlitian menunjukkan bahwa sebanyak 101 mahasiswa Batak Toba memiliki sikap yang positif terhadap Dalihan na tolu, dan 99 berada dalam kategori yang netral..

Hasil penelitian berdasarkan pendi- dikan orang tua menunjukkan, dari 83 responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini sebagian besar memiliki orang tua dengan

Diagram Pola Asuh Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai pola asuh orang tua masih terdapat 61,3% orang tua siswa yang berada pada kategori

GAMBARAN KEMAMPUAN ORANG TUA DALAM STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DENGAN METODE FINGER PAINTING PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK DHARMA BAKTI KOTA MALANG Karya tulis ilmiah