Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
GAMBARAN SIKAP ORANG TUA
TERHADAP SEKOLAH ALAM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
NANI HARTATI
051301072
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
▸ Baca selengkapnya: download contoh surat panggilan orang tua dari sekolah
(2)Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
SKRIPSI
GAMBARAN SIKAP ORANG TUA
TERHADAP SEKOLAH ALAM
Dipersiapkan dan disusun oleh:
NANI HARTATI
051301072
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi
Prof. dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) NIP. 140 080 762
Tim Penguji
1. Rr. Lita Hadiati W. S.Psi, psikolog Penguji I/Pembimbing
NIP. 132 283 765 ______________
2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd Penguji II
NIP. 132 255 302 ______________
3. Lili Garliah, M.Si Penguji III
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:
Gambaran Sikap Orang Tua
terhadap Sekolah Alam
adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2009
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
Gambaran sikap orang tua terhadap sekolah alam
Nani Hartati dan Rr. Lita Hadiati Wulandari
ABSTRAK
Sekolah alam merupakan sekolah alternatif yang berbasis lingkungan yang sedang berkembang di Indonesia. Sekolah alam bertujuan untuk mendidik siswa agar siswa tumbuh menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan, namun juga dapat mencintai dan memelihara alam. Orang tua memiliki tugas penting dalam pendidikan anak, salah satunya adalah menentukan sekolah sebagai tempat anak menuntut ilmu. Di samping sekolah umum, saat ini sekolah alam dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan sekolah untuk anak selain sekolah umum. Sikap orang tua terhadap sekolah alam akan menggambarkan bagaimana pemikiran, perasaan, dan kecenderungan berperilaku orang tua terhadap sekolah alam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap orang tua terhadap sekolah alam. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap terhadap sekolah alam yang disusun berdasarkan teori tiga komponen sikap (kognitif, afketif, dan konatif) yang diungkapkan oleh Azwar (2003) terhadap empat komponen sekolah alam yang diungkapkan oleh Mogensen dan Mayer (2005), yaitu pendidikan dan paedagogi, hubungan internal, hubungan eksternal, dan lingkungan fisik sekolah alam. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Sampel berjumlah 100 orang tua yang bekerja di Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap orang tua terhadap sekolah alam mayoritas berada pada kategori positif yaitu 66 orang (66%), kategori netral 34 orang (34%) dan tidak ada yang bersikap negatif. Sedangkan pada komponen pendidikan dan paedagogi sekolah alam, 67 orang (67%) berada pada kategori positif, 33 orang (33%) netral, dan tidak subjek yang bersikap negatif. Pada komponen hubungan internal, 62 orang (62%) berada pada kategori positif, 38 orang (38%) netral, dan tidak ada subjek bersikap negatif. Pada komponen hubungan eksternal, 66 orang (66%) berada pada kategori positif, 34 orang (34%) netral, dan tidak ada yang bersikap negatif. Pada komponen lingkungan fisik, sebanyak 70 orang (70%) berada pada kategori positif, 30 orang (30%) netral, dan tidak ada subjek yang bersikap negatif.
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul gambaran sikap
orang tua terhadap sekolah alam. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas
Psikologi USU Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari
banyak pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku dekan Fakultas Psikologi USU.
2. Hj. Rr. Lita Hadiati W., S.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, saran, arahan, dan waktu yang diluangkan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan Lili Garliah, M.Si, psikolog atas
kesediaannya menjadi dosen penguji skripsi penulis.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Psikologi USU. Desvi Yanti Mukhtar,
M.Si.,psikolog., Ibu Sri Supriantini, M.Si.,psikolog., Etti Rahmawati, M.Si.,
Tarmidi, M.Psi.,psikolog., dan Fasti Rola, M.Psi.,psikolog atas bimbingan, saran,
dan diskusi mengenai skripsi ini.
5. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, saran, dan doa
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
6. Pihak dekan fakultas di USU yang telah memberikan izin penyebaran skala
kepada penulis. Para dosen dan pegawai USU yang telah bersedia menjadi
subjek penelitian dan telah membantu menyebarkan skala.
7. Sekolah Alam Bina Madania Medan. Laila Sari, S.Psi dan Ir. Henry Ridho
selaku pengurus. Siti, Evi, dan Isam selaku guru SA Bina Madania,
adik-adik di sekolah alam, Hera di SA Bogor. Terima kasih atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan.
8. Teman-teman Psikologi USU. Kiki, Mega, Yessy, Diny, Afni, Paskah, Nita,
Icha, Jenny, Dewi, Ira, Lenny, Ita, Citra, Kak Nisa, Novi, Maria, Nova, Ezra,
Elsa, Yulinda, Shavreni, Nisa, Rosya. Teman-teman SMA: Ika, Elsha,
Lorong, Hani, Rini. Terima kasih atas dukungan dan saran yang diberikan.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skrispi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, April 2009
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penulisan ... 10
D. Manfaat Penulisan ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Sekolah Alam ... 13
1. Pengertian sekolah alam ... 13
2. Komponen sekolah alam ... 14
3. Jenis-jenis kegiatan sekolah alam ... 15
4. Latar belakang berdirinya sekolah alam di Indonesia ... 17
5. Manfaat sekolah alam ... 19
B. Sikap ... 21
1. Pengertian sikap ... 21
2. Struktur sikap ... 22
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
4. Fungsi sikap ... 27
5. Karakteristik (dimensi) sikap ... 27
6. Pengukuran sikap ... 28
C. Orang Tua ... 29
1. Pengertian orang tua ... 29
2. Peranan orang tua dalam pendidikan anak ... 30
D. Gambaran Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam ... 32
BAB III METODE PENULISAN A. Identifikasi Variabel ... 37
B. Definisi Operasional Variabel ... 37
C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 38
1. Populasi ... 38
2. Metode pengambilan sampel ... 40
D. Alat Ukur yang Digunakan ... 41
1. Validitas alat ukur ... 42
2. Daya beda aitem ... 42
3. Reliabilitas alat ukur ... 43
4. Hasil uji coba alat ukur ... 43
E. Prosedur Pelaksanaan Penulisan ... 46
1. Persiapan penulisan ... 46
2.Pelaksanaan penulisan ... 47
3. Pengolahan data ... 48
F. Metode Analisa Data ... 48
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ... 50
1. Gambaran umum subjek penulisan ... 50
2. Hasil penulisan ... 53
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah
Alam Sebelum Uji Coba ……….. 44
Tabel 2 Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah
Alam Setelah Uji Coba ……… 45
Tabel 3 Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Sekolah
Alam yang Digunakan dalam Penulisan ……….. 45 Tabel 4 Pengkategorisasian Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam … 54 Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Skala Sikap Orang Tua terhadap Sekolah
Alam dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov ……… 54 Tabel 6 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Sikap Orang Tua terhadap
Sekolah Alam ……… 55
Tabel 7 Kriteria Kategorisasi Skor Sikap Orang Tua terhadap Sekolah
Alam ……… 55
Tabel 8 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Komponen Pendidikan dan
Paedagogi ………. 56
Tabel 9 Kriteria Kategorisasi Skor Komponen Pendidikan dan
Paedagogi……….. 57
Tabel 10 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Komponen Hubungan
Internal... 57 Tabel 11 Kriteria Kategorisasi Skor Komponen Hubungan Internal ……. 58 Tabel 12 Skor Empirik dan Skor Hipotetik Komponen Hubungan
Eksternal…….……….. 59
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1 Penyebaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 51 Grafik 2 Penyebaran Subjek berdasarkan Latar Belakang Pendidikan….. 51
Grafik 3 Penyebaran Subjek berdasarkan Pekerjaan ………. 52
Grafik 4 Penyebaran Subjek berdasarkan Usia ……….. 53
Grafik 5 Kesimpulan Sikap Orang Tua berdasarkan Komponen Sekolah
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Mentah Skala Uji Coba ………. 73
Lampiran 2 Analisa Reliabilitas Skala Uji Coba …...……… 81
Lampiran 3 Analisa Reliabilitas Skala Penulisan ……...…………... 92
Lampiran 4 Data Mentah Skala Penulisan ……… 97
Lampiran 5 Analisa Distribusi Normal Kolmogorov-Smirnov…….. 108
Lampiran 6 Analisa Deskriptif Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam dan Komponen Sekolah Alam………...
109
Lampiran 7 Analisa Frekuensi Subjek Penulisan ………. 110
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah memegang peranan penting dalam mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan konatif siswa. Namun, pada umumnya sekolah yang ada
pada saat ini lebih memprioritaskan untuk mengembangkan aspek kognitif siswa
saja dalam proses belajar-mengajarnya. Hal ini senada dengan pendapat
Koesoema (2007) yang mengatakan bahwa sekolah lebih memprioritaskan
evaluasinya pada kemampuan akademis semata karena telah terdapat pedoman
penilaian yang jelas dan dapat dipahami orang tua. Padahal menurut Megawangi,
Latifah, dan Dina (2005), dalam dunia yang cepat berubah ini, kemampuan
menghapal bukanlah kemampuan yang dianggap penting. Hal yang lebih penting
adalah bagaimana siswa dapat memperoleh informasi atau data, memahaminya,
mengolahnya, dan memanfaatkannya agar dapat menjawab tantangan dan
memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata.
Eisler (dalam Megawangi, dkk, 2005) mengungkapkan bahwa di abad ke-21,
manusia akan menghadapi permasalahan yang luar biasa, seperti lingkungan
hidup yang semakin tercemar, konflik dan peperangan, sehingga sekolah-sekolah
perlu mengajarkan kepada para siswa tentang beberapa keterampilan hidup seperti
kerjasama, saling menghormati, dan memahami permasalahan global agar tercipta
manusia yang seluruh dimensinya berkembang, termasuk kesadaran individu
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
dan komunitas global, serta mempunyai kepedulian dan kasih sayang kepada
lingkungan sekitarnya.
Salah satu sekolah alternatif yang berorientasi holistik bahkan spiritual adalah
sekolah alam (Milojevic dalam Bussey, 2006). Sekolah alam merupakan salah
satu pendidikan alternatif berbasis lingkungan yang sedang berkembang di
Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Mogensen dan Mayer (2005) yang
mengungkapkan bahwa sekolah alam adalah sekolah yang menekankan pada
pendidikan lingkungan dalam menjalankan aktivitas siswa di sekolah. Menurut
Perdana dan Wahyudi (2005), sekolah alam atau yang dalam istilah bahasa Inggris
disebut dengan eco-school atau green-school merupakan sekolah dengan konsep
pendidikan berbasis alam semesta untuk membantu siswa tumbuh menjadi
manusia yang berkarakter, menjadi manusia yang tidak saja mampu
memanfaatkan, mencintai dan memelihara alam.
Sekolah alam merancang suatu pendidikan yang melibatkan seluruh sektor
masyarakat yang bertujuan membuat perubahan untuk masa depan yang lebih
baik. Menurut Perdana & Wahyudi (2005), di sekolah alam, tidak hanya siswa
yang belajar. Guru dan orang tua pun belajar dari siswa-siswanya. Pengaruh
positif partisipasi aktif dari orang tua siswa telah dibuktikan melalui penelitian
Cavanagh dan Romanoski (2005) yang menyatakan bahwa keterlibatan orang tua
terhadap pendidikan anaknya merupakan aspek yang penting dalam kebudayaan
sekolah dan sekolah perlu melakukan usaha-usaha agar orang tua siswa memiliki
peran yang semakin besar di sekolah. Selain itu, Cavarretta, Kellaghan, Sloane,
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
yang baik antara orang tua siswa dan guru dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini sesuai dengan konsep hubungan internal yang ada di sekolah alam
menurut Mogensen dan Mayer (2005) yang menyatakan bahwa di sekolah alam,
ada keseimbangan partisipasi siswa, guru, dan anggota lain dalam komunitas
sekolah, termasuk orang tua.
Siswa di sekolah alam tidak hanya belajar di dalam kelas atau dari buku saja,
tetapi juga dari apa saja yang ada di sekelilingnya secara aktif dan mandiri.
Menurut Mogensen dan Mayer (2005), sekolah alam selalu berhubungan langsung
dengan masyarakat dan membangun kerjasama dengan lembaga pendidikan dan
organisasi lain, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kegiatan
belajar-mengajar sekolah alam di Indonesia yang didasarkan pada lingkungan, di
antaranya adalah OTFA (Out Tracking Fun Adventure) dan outing, yakni kegiatan
di luar sekolah dengan mengunjungi tempat umum dan berkemah di alam untuk
membangun kemandirian, keberanian, serta lebih mendekatkan siswa dengan
lingkungan masyarakat dan alam. Selain itu, sekolah alam juga membangun
Green Lab, yaitu laboratorium tanam-tanaman dalam rumah plastik dan kaca yang
ditanami tanaman organik dan hidroponik, serta terdapat kandang beberapa jenis
hewan ternak sebagai tempat siswa memuaskan rasa ingin tahunya serta
menumbuhkan kecintaan pada alam dan makhluk ciptaan-Nya.
Penanggungjawab kelangsungan proses pendidikan bukan hanya berada di
tangan pemerintah. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak tidak
kalah besarnya (Khumas, 2003). Bahkan menurut Ahmadi (1999), tugas
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
senada juga diungkapkan oleh Patterson dan Loeber (dalam Syah, 2002) yang
mengemukakan bahwa lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi
kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Penelitian yang
dilakukan oleh Akhter (2007) membuktikan bahwa sikap orang tua berpengaruh
terhadap kesuksesan pendidikan anak. Menurut Deri (2003), kesuksesan
pendidikan merupakan suatu keadaan yang tergantung pada proses belajar agar
anak dapat merasakan kebahagiaan di dalam masyarakat.
Sewaktu individu berada dalam lingkungan dan situasi sosial, yakni ketika
terlibat dalam interaksi sosial, selalu ada saja mekanisme mental yang
mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnani perasaan, dan ikut menentukan
kecenderungan perilaku terhadap sesuatu yang dihadapi. Itulah fenomena sikap
yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi
tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi
di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan individu untuk masa yang akan datang
(Azwar, 2003).
Sikap merupakan keteraturan dalam hal pemikiran (kognisi), perasaan
(afeksi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek
lingkungan sekitarnya (Secord & Backman, dalam Azwar, 2003). Hal tersebut
senada dengan tiga komponen sikap yang diungkapkan oleh Mann (dalam Azwar,
2003), yaitu: komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan
stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen afektif merupakan
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Sikap orang tua terhadap perkembangan dunia pendidikan anak, khususnya
perkembangan sekolah alternatif sebagai objek sikapnya dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman pribadi orang tua ketika bersekolah. Menurut Pora
(2004), orang tua dan masyarakat sudah begitu terikat dengan paradigma lama
sekolah, yaitu sebuah tempat berupa gedung untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan, tempat berkumpulnya guru yang mengajar dan siswa yang diajar,
serta tempat siswa dibandingkan, diukur, ditakar, dan dinilai. Persepsi ini sudah
mendarah daging dan sudah menjadi tradisi sehingga sulit sekali untuk diubah.
Saidi (dalam Perdana & Wahyudi, 2005) menambahkan bahwa jelas tidak mudah
untuk membangun suatu sekolah yang lain dari umumnya di tengah lingkungan
sistem pendidikan mapan yang dalam pandangan mayoritas merupakan sistem
pendidikan yang sudah baik dan benar. Bukan saja karena tidak ada contoh
sebelumnya, melainkan juga tidak ada jaminan bahwa sekolah yang coba
dibangun ini, dengan cara berbeda dari sistem yang ada akan sukses. Dengan kata
lain, ada risiko yang harus dipertaruhkan. Risiko itu bukan suatu hal yang kecil
karena menyangkut masa depan anak didik.
Sekolah alam didirikan dengan keinginan untuk mengubah paradigma bahwa
sekolah yang berkualitas selalu mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat bawah
(Perdana & Wahyudi, 2005). Perubahan paradigma tersebut juga berusaha
dilakukan oleh Sekolah Alam Bina Madania Medan. Sekolah Alam Bina Madania
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
(tidak mampu) di sekitar Kecamatan Tanjung Anom Deli Serdang. Sebagian besar
siswa mendapatkan pembebasan biaya pendidikan melalui penyeleksian tingkat
ekonomi orang tua calon siswa sekolah alam, yaitu dengan lebih mengutamakan
orang tua yang berasal dari keluarga dhu’afa. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan beberapa orang tua siswa sekolah alam, dapat diketahui
berbagai alasan yang melatarbelakangi orang tua untuk menyekolahkan anaknya
di sekolah alam. Salah satunya adalah ibu rumah tangga berinisial IS, yang
memiliki satu putri yang bersekolah di Sekolah Alam Bina Madania Medan.
Berikut ini alasan IS memasukkan anaknya ke sekolah alam:
“Saya memilih sekolah alam untuk anak saya karena lokasinya dekat dengan rumah. Selama ini, saya sudah melihat perubahan pada diri anak saya setelah bersekolah di sekolah alam. Anak saya jadi lebih mengerti tentang alam, tumbuh-tumbuhan, makin mandiri, dan percaya diri.”
(IS, komunikasi personal, 26 Desember 2008)
Alasan lain diungkapkan oleh TR, ibu rumah tangga yang memiliki dua orang
anak, yang salah satu anaknya bersekolah di sekolah alam. Berikut pernyataan
TR:
“Alasan saya memilih sekolah alam sebagai tempat anak saya bersekolah karena biayanya yang terjangkau dan kualitas sekolah alam yang baik. Kakaknya kan udah sekolah di SD Negeri, jadi lumayan terbantu kalo anak saya sekolah di sekolah alam, biayanya jadi lebih ringan. Setelah anak saya sekolah di sekolah alam, dia jadi pandai baca iqro’. Perilakunya juga berubah. Anak saya yang tadinya bandel, sekarang udah jadi anak yang penurut.” (TR, komunikasi personal, 26 Desember 2008).
Menurut Azwar (2003), nilai dan opini sangat erat berkaitan dengan sikap.
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Apa
yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk dan
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
wawancara kepada beberapa orang tua yang telah menyekolahkan anaknya di
sekolah alam dapat diketahui bahwa para orang tua tersebut memiliki pandangan
positif terhadap sekolah alam karena biaya pendidikan di sekolah alam yang
terjangkau, lokasi dekat dengan rumah, dan kualitas sekolah alam yang baik.
Selain itu, pendapat positif orang tua terhadap sekolah alam juga terbentuk dari
manfaat yang telah dilihat dan dirasakan orang tua terhadap perubahan perilaku
anaknya yang semakin baik setelah bersekolah di sekolah alam.
Proses perkembangan sekolah alam di Medan sebagai salah satu sekolah
alternatif di samping sekolah formal tidak luput dari beberapa pandangan negatif
dari berbagai sektor masyarakat, termasuk orang tua. Hal ini dapat diketahui
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Laila selaku pengurus
Sekolah Alam Bina Madania Medan, yaitu:
“Ada beberapa orang tua yang enggan memasukkan anaknya ke sekolah alam dengan alasan sekolah alam hanya akan menjadikan siswa menjadi petani karena salah satu kegiatan di sekolah alam adalah berkebun. Ada juga yang keberatan menghadiri pertemuan dan pembinaan orang tua yang dilaksanakan setiap bulannya di sekolah alam.
(Laila, komunikasi personal, 22 Oktober 2008)
Pandangan negatif lain yang muncul dari kalangan orang tua diungkapkan
oleh NR, orang tua yang bekerja sebagai dosen, memiliki dua anak usia sekolah,
namun enggan memasukkan anaknya ke sekolah alam. Berikut ini pandangan NR
tentang sekolah alam:
“Sekolah alam itu belajarnya pakai tema-tema gitu ya. Sebenarnya Sekolah alam itu bagus sih, tapi saya enggak mau memasukkan anak saya ke sana karena nanti susah masalah ijazahnya. Selain itu, saya takut waktu ujian nasional nanti, anak saya kesulitan untuk menjawab pertanyaannya karena saya ragu apakah materi yang sudah diajarkan di sekolah alam sudah mencakup semua materi yang diajarkan di sekolah umum.”
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Middlebrook (dalam Azwar, 2003), tidak adanya pengalaman sama
sekali dengan suatu objek akan cenderung membentuk sikap negatif terhadap
objek tersebut. Hal ini sesuai dengan beberapa sikap negatif dari orang tua yang
tidak menyekolahkan anaknya di sekolah alam. Para orang tua tersebut cenderung
memiliki pandangan negatif terhadap metode belajar-mengajar sekolah alam yang
berbeda dengan sekolah biasa sehingga memunculkan pemikiran bahwa
perbedaan metode tersebut akan membawa dampak negatif pada anaknya. Selain
itu, kebijakan sekolah alam yang mewajibkan orang tua untuk berperan aktif
dalam mendiskusikan masalah pendidikan anaknya di sekolah alam akan
memunculkan pandangan negatif bagi orang tua yang selama ini merasa bahwa
orang tua hanya bertugas untuk menyediakan biaya pendidikan anak tanpa harus
berpartisipasi aktif dalam menghadiri pertemuan dengan pihak sekolah dalam
membahas pendidikan anaknya.
Sekolah alam pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1998, yaitu Sekolah
Alam Ciganjur. Setelah itu, muncul beberapa sekolah alam lain yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia, antara lain Sekolah Alam Bandung, Sekolah
Peradaban Cilegon, School of Universe di Bogor, SDIT Alam Nurul Islam
Yogyakarta, Sekolah Alam Jurank Doank, dan sekolah alam lainnya di pulau
Sumatera. Sekolah Alam Bina Madania sebagai sekolah alam pertama dan
satu-satunya di Sumatera Utara baru berdiri pada tahun 2007. Perkembangan sekolah
alam di Sumatera Utara, khususnya kota Medan ini tidak sama pesatnya seperti
perkembangan sekolah alam yang ada di luar kota Medan. Padahal sekolah alam
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
tua, praktisi pendidikan, maupun tokoh-tokoh masyarakat yang peduli dengan
keadaan pendidikan di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap
perlu untuk mengadakan penelitian tentang gambaran sikap orang tua terhadap
sekolah alam.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deksriptif. Alat ukur yang
digunakan untuk menggambarkan sikap orang tua terhadap sekolah alam adalah
skala sikap dengan model Likert yang disusun berdasarkan ketiga komponen
sikap (kognitif, afektif, dan konatif), sehingga dapat digambarkan sikap terhadap
komponen-komponen sekolah alam, baik terhadap pendidikan dan paedagogi,
hubungan internal, hubungan eksternal, maupun lingkungan fisik sekolah alam.
Adapun populasi penelitian ini adalah orang tua yang bekerja di Universitas
Sumatera Utara (USU) yang telah memiliki anak yang masih berusia sekolah.
Adapun alasan melakukan penelitian di USU mengingat Universitas Sumatera
Utara (USU) merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di luar Pulau Jawa
yang memiliki salah satu visi, yaitu memperluas partisipasi dalam pembelajaran,
memenuhi kebutuhan nasional dalam pembelajaran, dan memodernisasi cara
pembelajaran. Untuk mendapatkan skor sikap digunakan teknik analisa statistik
deskriptif dengan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 14.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap orang tua
terhadap sekolah alam.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat mengenai gambaran
sikap orang tua terhadap sekolah alam, baik manfaat secara teoritis maupun
manfaat secara praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam
pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi pendidikan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana
sikap orang tua terhadap sekolah alam. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat menambah wacana dalam ilmu psikologi sendiri mengenai sekolah alam.
2. Manfaat praktis
a) Memberikan informasi bagi orang tua dan masyarakat mengenai sikap orang
tua terhadap sekolah alam. Dari hasil penelitian ini, diharapkan orang tua
dan masyarakat mendapatkan informasi mengenai sekolah alam. Hal
tersebut berguna bagi orang tua dan masyarakat agar dapat memberikan
penilaian secara objektif terhadap sekolah alam sebagai salah satu alternatif
pendidikan selain sekolah formal.
b) Memberikan informasi bagi praktisi sekolah alam untuk mengetahui
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi praktisi sekolah alam untuk lebih
mengkaji aspek-aspek dari program kegiatan belajar sekolah alam agar
dapat diterima dengan baik oleh orang tua dan masyarakat di kota Medan.
c) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya,
khususnya yang berkaitan dengan sekolah alam.
d) Bagi pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Nasional, dapat memonitor
perkembangan sekolah-sekolah alternatif yang ada di Indonesia, salah
satunya sekolah alam.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi pembahasan secara teoritis tentang sekolah alam, sikap,
orang tua, dan peranan orang tua dalam pendidikan anak.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, defenisi operasional variabel
penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian,
interpretasi data dan pembahasan.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sekolah Alam
1. Pengertian sekolah alam
Sekolah alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam
semesta. Sekolah alam membantu siswa tumbuh menjadi manusia yang
berkarakter, yaitu menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa
yang tersedia di alam, tetapi juga mampu mencintai dan memelihara alam
(Perdana & Wahyudi, 2005). Ahli lain dalam dunia pendidikan, Mogensen dan
Mayer (2005) mengungkapkan bahwa sekolah alam adalah sekolah yang
menekankan pada pendidikan lingkungan dalam menjalankan aktivitas siswa di
sekolah.
Hal senada diungkapkan oleh Bussey (2006) yang menyatakan bahwa sekolah
alam merupakan sekolah masa depan yang menjalankan proses belajar yang
dihubungkan dengan konsep realitas dan memiliki komitmen yang terus-menerus
untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial. Selain itu, Ward (2003)
mendefinisikan sekolah alam sebagai sekolah yang memiliki komitmen aktif
untuk mengembangkan rencana belajar yang fokus terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian sekolah alam adalah
bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan konsep berbasis alam semesta
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
alam melalui metode belajar mengajar yang menggunakan konsep realitas dan
berpartisipasi aktif di lingkungan sosial.
2. Komponen sekolah alam
Menurut Mogensen dan Mayer (2005), ada empat komponen yang ada di
sekolah alam, yaitu:
a) Pendidikan dan paedagogi
Sekolah alam memiliki cara yang berbeda untuk mengorganisasikan dan
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Dalam belajar, siswa sekolah alam
belajar melalui pengalaman alamiah, melakukan proyek-proyek kerja, dan
berbagai aktivitas lain yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Siswa
juga diajarkan untuk memahami masalah-masalah lingkungan, seperti
penghijauan dan lain sebagainya. Semua hal tersebut bertujuan agar siswa
sekolah alam memiliki kecintaan dan kepedulian terhadap alam.
b) Hubungan internal
Sekolah merupakan suatu kesatuan, bukan terpisah antara satu kelas dengan
kelas lainnya. Di sekolah alam, siswa diberikan kesempatan untuk
bekerjasama dan berdiskusi dengan guru dalam merencanakan kegiatan
belajar-mengajar. Ada keseimbangan partisipasi siswa, guru, dan anggota lain
dalam komunitas sekolah, termasuk orang tua. Pengawasan terhadap
peningkatan kualitas sekolah alam dilakukan oleh pihak sekolah alam sendiri
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
c) Hubungan eksternal
Sekolah alam selalu berhubungan langsung dengan masyarakat. Sebagai
contoh, masyarakat dapat mendukung kegiatan sekolah alam secara finansial,
siswa sekolah alam menggunakan lingkungan di luar sekolah alam sebagai
arena belajar, dan berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk
memperoleh informasi berkaitan dengan tema pelajaran yang sedang
dipelajari. Selain itu, sekolah alam juga membangun kerjasama dengan
lembaga pendidikan dan organisasi lain, baik di tingkat nasional maupun
internasional.
d) Lingkungan fisik
Sekolah alam dirancang agar siswa bersama dengan guru dapat
mempraktekkan kegiatan-kegiatan untuk mengatasi masalah lingkungan,
misalnya: menghemat energi, manajemen pembuangan sampah, daur ulang,
dan lain-lain.
3. Jenis-jenis kegiatan sekolah alam
Ada beberapa jenis kegiatan yang ada di sekolah alam di Indonesia, yaitu :
a) Outbound
Kegiatan outbound memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan oleh para pecinta alam, seperti:
flying fox (melayang turun dengan seutas tali dari ketinggian hampir 15 meter)
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
untuk melatih keberanian, kesabaran, keuletan, kerjasama tim, dan
kepemimpinan siswa (Matta dalam Perdana & Wahyudi, 2005).
b) Berkebun dan berternak
Kegiatan berkebun dilaksanakan di Green Lab, yaitu laboratorium
tanam-tanaman dalam rumah plastik dan kaca, lengkap dengan saung kebun yang
berpadu dengan petak-petak kebun yang ditanamai aneka tanaman organik dan
hidroponik. Pada saat-saat panen, para siswa yang memetik hasil dan
kemudian menjualnya kepada orang tua atau siapa saja yang berkunjung ke
sekolah alam. Sedangkan kegiatan berternak diisi dengan kegiatan memelihara
beberapa hewan ternak, seperti kambing, ayam, kelinci, dan lele. Semua ini
merupakan laboratorium alam tempat anak-anak memuaskan rasa ingin
tahunya serta menumbuhkan kecintaan mereka pada alam dan makhluk
ciptaan-Nya (Perdana & Wahyudi, 2005).
c) Outing
Outing yakni kegiatan luar sekolah yang lebih dari sekedar dharmawisata atau
rekreasi. Kegiatan outing bertujuan untuk mengenalkan dan mendekatkan
anak-anak pada proses dan bukan terpaku pada hasil (Perdana & Wahyudi,
2005).
d) Market day
Market day merupakan hari saat seorang anak diajarkan untuk melakukan
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
e) Audiensi
Kegiatan audiensi bertujuan agar siswa dapat menumpahkan ide-ide kreatif
yang dimiliki (Perdana & Wahyudi, 2005).
f) OTFA (Out Tracking Fun Adventure)
OTFA adalah kegiatan tahunan sekolah alam berupa camping bersama dan
berbagai aktivitas outbound di alam terbuka. Kegiatan ini bertujuan untuk
melatih ketangguhan, kekuatan, kemandirian, tanggung jawab, dan kecekatan
siswa (Arifianti dalam Perdana & Wahyudi, 2005).
g) Open house
Open house merupakan suatu kegiatan tahunan saat setiap siswa mendapat
peran untuk menjadi tuan rumah bagi tamu undangan yang hadir untuk
melihat kemajuan sekolah alam (Perdana & Wahyudi, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah alam
memiliki kegiatan yang sangat beragam dan tidak hanya terpaku di dalam kelas
saja, tetapi siswa juga melakukan kegiatan belajar di luar kelas, bahkan di luar
lingkungan sekolah.
4. Latar belakang berdirinya Sekolah Alam di Indonesia
Ada banyak tokoh yang mengungkapkan faktor yang menjadi latar belakang
munculnya sekolah-sekolah alternatif di Indonesia. Salah satunya diungkapkan
oleh Mulyadi (dalam Azhari, 2007) bahwa sistem pendidikan di Indonesia belum
membebaskan. Peserta didik menjalani proses belajar bagaikan dalam penjara
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
Indratno, 2007) pendidikan yang ada di sekolah sekarang adalah bentuk-bentuk
pendidikan yang dibuat sedemikian rupa sehingga lembaga pendidikan itu sekedar
menarik minat masyarakat untuk dijadikan sebagai pilihannya, tanpa mengetahui
isinya dan perubahan apa yang terjadi di dalamnya. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan belum bisa berbuat apa-apa dalam upaya memperbaiki pendidikan,
kecuali menekan siswa, memaksa siswa, siswa harus hapal sesuatu, harus disiplin,
dan lain sebagainya. Kelemahan sistem pendidikan Indonesia saat ini dapat
dikategorikan menjadi beberapa kelompok besar, antara lain lingkungan belum
mendidik, pendidikan belum memperhatikan ciri anak, siswa dibebani dengan
biaya pendidikan, pendidikan belum menyenangkan siswa, belum memerdekakan
bahkan terasa membelenggu, belum terjadi proses pembelajaran yang bermakna,
pendidikan didominasi oleh kegiatan mengajar, dan lain-lain.
Selain itu, manusia akan menghadapi permasalahan yang luar biasa di abad
ke-21, seperti lingkungan hidup yang semakin tercemar, konflik dan peperangan,
sehingga sekolah-sekolah perlu mengajarkan kepada para siswa tentang beberapa
keterampilan hidup seperti kerjasama, saling menghormati, dan memahami
permasalahan global, agar nantinya anak-anak memiliki bekal keterampilan hidup
dan pengetahuan untuk dapat mengisi kehidupan masa depan yang lebih damai
dan sejahtera. Untuk itu, diperlukan transformasi pendidikan dari yang
terkotak-kotak menjadi konsep yang lebih holistik agar tercipta manusia yang seluruh
dimensinya berkembang, termasuk kesadaran individu bahwa ia adalah bagian
dari anggota keluarga, sekolah, lingkungan, masyarakat, dan komunitas global
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
Kelemahan yang dimiliki oleh sistem pendidikan Indonesia tersebut
memerlukan cara untuk memperbaikinya, yaitu dengan membangun suatu sistem
pendidikan alternatif. Salah satu strategi untuk membangun pendidikan alternatif
adalah dengan menyelenggarakan proses pembelajaran yang faktual dan
konseptual, menyelenggarakan pendidikan dengan kondisi lingkungan yang
mendidik, menyelenggarakan proses pembelajaran berbasis lingkungan,
menyelenggarakan pembelajaran yang membangun kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik, menumbuhkan kreativitas, dan lain-lain (Djohar dalam
Indratno, 2007).
Salah satu bentuk sistem pendidikan alternatif yang sedang berkembang di
Indonesia saat ini adalah pendidikan sekolah alam. Menurut Mogensen dan
Mayer (2005), di sekolah alam siswa diberikan kesempatan untuk bekerjasama
dan berdiskusi dengan guru dalam merencanakan kegiatan belajar-mengajar. Ada
keseimbangan partisipasi siswa, guru, dan anggota lain dalam komunitas sekolah.
Selain itu, menurut salah satu praktisi sekolah alam, Novo (dalam Perdana &
Wahyudi, 2005), paradigma yang sekarang berkembang bahwa sekolah
berkualitas selalu mahal. Paradigma tersebut harus diubah dengan mulai dari
meminimalisir biaya pembangunan fisik sekolah sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan sekolah, seperti: kelas, kantor, laboratorium, lapangan olahraga. Semua
itu harus diubah dengan suatu tempat belajar yang lebih optimal kontribusinya
dengan menggantikannya dengan alam semesta sebagai laboratorium terbaik di
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
inilah yang diterapkan oleh sekolah alam dalam merancang lingkungan fisik
sekolah.
5. Manfaat sekolah alam
Menurut Perdana dan Wahyudi (2005), kegiatan belajar mengajar di sekolah
alam dapat menumbuhkan kesadaran pada anak bahwa belajar merupakan
kegiatan yang menyenangkan. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan
menimbulkan suasana menyenangkan, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan.
Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa belajar itu
merupakan kegiatan yang mengasyikkan dan sekolah pun menjadi identik dengan
kegembiraan. Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat
integratif, komprehensif, dan aplikatif. Pembelajaran di sekolah alam
menggunakan metode spider web, yaitu suatu tema diintegrasikan dalam semua
mata pelajaran. Dengan metode spider web, siswa tidak hanya belajar dengan
mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan,
dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran.
Manfaat sekolah alam juga diungkapkan oleh Matta (dalam Perdana &
Wahyudi, 2005) bahwa proses belajar-mengajar di sekolah alam berubah menjadi
aktivitas kehidupan nyata yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Itu
membantu anak-anak menikmati masa-masa awal pertumbuhan, dan membangun
gambaran positif tentang kehidupan dan bumi yang dihuni. Selain itu, gabungan
antara pelajaran kelas, latihan outbound, penelitian lapangan (outing), market day,
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
tentang kehidupan, membentuk struktur emosi dan mentalitas yang lebih stabil,
serta membangun sikap-sikap keseharian yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Deri (2003) menambahkan bahwa siswa yang bersekolah di sekolah yang
memiliki kurikulum yang terintegrasi dengan keadaan masyarakat, seperti siswa
di sekolah alam, memiliki prestasi akademis yang tinggi, membuat siswa menjadi
lebih bahagia, dan juga memiliki keinginan yang lebih besar untuk berpartisipasi
dalam merawat lingkungannya. Selain itu, Cleaver (2007) mengungkapkan bahwa
siswa sekolah alam yang lebih banyak melakukan aktivitas di luar ruangan akan
menjadi lebih sehat, lebih senang, lebih cerdas, serta memiliki antusiasme dan
rasa ingin tahu yang lebih besar tentang alam.
B. Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap diartikan oleh Secord dan Backman (dalam Azwar, 2003) sebagai
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan di
sekitarnya. Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Azwar (2003) yang
menyatakan bahwa sikap adalah konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif,
dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek. Sikap merupakan respon evaluatif yang hanya
akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai
baik-buruk, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai
potensi reaksi terhadap objek sikap.
Tokoh lainnya yang mengungkapkan tentang pengertian sikap adalah Fishbein
(dalam Shaw & Costanzo, 1982) yang mengungkapkan sikap sebagai respon
implisit yang dipelajari, yang intensitas dan kecenderungannya mengarahkan
respon overt individu terhadap suatu objek dapat bervariasi. Menurutnya, individu
memiliki sikap terhadap semua objek, yang dapat bersikap positif, negatif, atau
netral. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1996), seseorang yang
mempunyai posisi sikap ekstrim (pro dan kontra) tampaknya akan memiliki
perasaaan yang lebih kuat dan lebih yakin mengenai suatu masalah dibandingkan
dengan seseorang yang mempunyai posisi yang tidak terlalu ekstrim. Dalam hal
ini, posisi sikap yang tidak terlalu ekstrim adalah netral. Selain itu, ada
kecenderungan bahwa ketika sikap yang dimiliki oleh individu terhadap
komponen-komponen objek sikap tidak stabil atau tidak konsisten, maka sikap
individu tersebut dapat lebih mudah berubah ke arah konsistensi yang lebih
meningkat, yaitu sikap positif atau sikap negatif.
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang sikap di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah suatu keteraturan dalam merespon suatu objek di
lingkungan yang memiliki komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling
berinteraksi untuk merespon objek tersebut sehingga individu tersebut dapat
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
2. Struktur sikap
Menurut Azwar (2003), struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang, yaitu:
a) Komponen kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan dapat terus berkembang.
Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan
emosional individu merupakan determinan utama dalam terbentuknya
kepercayaan. Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu
akurat. Terkadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau
tidak adanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.
b) Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan
komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang
dipercayai sebagai benar bagi objek yang dimaksud.
c) Komponen konatif
Komponen konatif atau komponen perilaku menunjukkan bagaimana
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya. Bagaimana orang berperilaku dalam situasi
tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap terdiri dari
tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu komponen kognitif
(kepercayaan), komponen afektif (perasaan), dan komponen konatif
(kecenderungan berperilaku) yang berhubungan dengan objek sikap.
3. Faktor-faktor pembentukan sikap
Menurut Azwar (2003), sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam
interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek sikap psikologis yang dihadapinya. Ada berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:
a) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan objek psikologi. Penghayatan itu kemudian akan membentuk
sikap positif ataupun sikap negatif dan hal tersebut tergantung pada berbagai
faktor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebrook (dalam Azwar, 2003)
mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek
psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
akan cenderung bersikap positif, sebaliknya jika tidak berguna cenderung
bersikap negatif.
b) Orang lain yang dianggap penting
Orang lain di berada di sekitar individu merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu tersebut. Pada
umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Di antara orang yang
biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status
sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau
suami, dan lain-lain. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c) Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.
Skinner (dalam Azwar, 2003) sangat menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Menurutnya,
kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah penguatan yang dialami. Pola sikap dan perilaku
tertentu yang dimiliki seseorang dibentuk dari penguatan yang diberikan oleh
masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku
yang lain. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
d) Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lainnya mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu
hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Walaupun pengaruh media
massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun
dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak
kecil artinya.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya.
f) Faktor emosi dalam diri individu
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih bertahan lama.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya sikap
individu terhadap suatu objek sikap dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
internal (dari dalam individu) seperti pengalaman pribadi dan faktor emosi,
maupun eksternal (dari lingkungan) seperti orang lain yang dianggap penting,
kebudayaan, media massa, dan lembaga pendidikan dan lembaga agama.
4. Fungsi Sikap
Katz (dalam Azwar, 2003) merumuskan empat fungsi sikap bagi manusia,
yaitu :
a) Fungsi instrumen, yaitu fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang
menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan
hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan demikian, individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal
yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap
negatif terhadap hal-hal yang dirasakan merugikan dirinya.
b) Fungsi pertahanan ego yang bekerja ketika individu mengalami hal yang tidak
menyenangkan dan mengancam egonya atau ketika mengetahui fakta dan
kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya sehingga akan
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
c) Fungsi pernyataan nilai yang menunjukkan keinginan individu untuk
mempeeroleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya yang sesuai
dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.
d) Fungsi pengetahuan yang menunjukkan adanya dorongan dalam diri individu
untuk ingin tahu, mencari penalaran, dan mengorganisasikan pengalamannya.
5. Karakteristik (dimensi) sikap
Sax (dalam Azwar, 2003) menungkapkan karakteristik (dimensi) sikap, yaitu :
a) Arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan apakah setuju atau tidak
setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek sikap.
b) Intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum
tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Misalnya, sikap positif
terhadap suatu objek dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai
dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.
c) Keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek
sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi
dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
d) Konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. Untuk dapat
konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif
panjang.
e) Spontanitas, yaitu tingkat kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
dapar dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau
desakan lebih dulu agar individu mengemukakannya.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah sikap yang dimiliki
oleh seseorang memiliki beberapa karakteristik, yaitu arah (setuju atau tidak
setuju), intensitas (kekuatan sikap), keluasan (kesetujuan atau ketidaksetujuan
terhadap komponen objek sikap), konsistensi, dan spontanitas.
6. Pengukuran sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia adalah
masalah pengukuran sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report
hingga kini dianggap sebagai metode yang paling dapat diandalkan adalah dengan
menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu
yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap merupakan kumpulan
pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respons subjek pada setiap
pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap
seseorang. Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat berupa
pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya akan tetapi dapat pula berupa
pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi
responden. Respon individu terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap
yang berupa jawaban setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
C. Orang Tua
1. Pengertian orang tua
Orang tua biasanya terdiri dari ayah dan ibu atau siapa saja yang berperan dan
bertanggung jawab dalam suatu keluarga. Orang tua adalah orang yang telah
dewasa lahir dan batin, yang telah memiliki kematangan secara fisik dan
non-fisik, kematangan/keseimbangan emosi/perasaan dan rasio/pemikiran dan adanya
kemandirian dalam bidang ekonomi, sosial dan mental serta berperan sesuai
dengan fungsinya masing-masing sebagai orang tua dalam mengelola dan
membina/mengasuh peserta didik/orang-orang yang belum dewasa dalam
keluarganya, seperti anaknya. Orang tua yang ideal adalah mereka yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang relatif cukup dalam mengelola berbagai aspek
dalam kehidupan dan pendidikan keluarganya (Yacub, 2005).
Peran orang tua dimulai dari masa dewasa dini. Di antara sekian banyak tugas
perkembangan orang dewasa dini, tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan
dan hidup keluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan
sangat sulit diatasi. Hal ini disebabkan kurangnya dasar-dasar yang harus
dibangun dalam menyesuaikan diri dengan peran baru yang terjadi di dewasa dini.
Masa sebagai orang tua dipandang sebagai ”masa krisis” dalam kehidupan
seseorang karena masa tersebut menuntut perubahan dalam sikap, nilai dan peran
(Hurlock, 1999).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah
ayah dan/atau ibu yang berperan dan bertanggung jawab dalam suatu keluarga,
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
2. Peranan orang tua dalam pendidikan anak
Menurut Verkuyl (dalam Ahmadi, 1999) ada tiga tugas untuk orang tua dalam
merawat anaknya. Tugas yang pertama adalah mengurus keperluan materil anak,
yaitu harus memberi makan, tempat perlindungan dan pakaian kepada anak. Anak
sepenuhnya masih tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu
mencukupi kebutuhannya sendiri. Kedua, menciptakan suatu “home” bagi anak,
yang berarti bahwa di dalam keluarga itu anak dapat berkembang dengan subur,
merasakan kemesraan, kasih sayang, keramahtamahan, merasa aman, terlindungi,
dan lain-lain. Di rumah anak merasa tentram, tidak pernah kesepian dan selalu
gembira. Tugas ketiga adalah tugas pendidikan dan tugas inilah yang merupakan
tugas terpenting dari orang tua terhadap anaknya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Hamalik (dalam Khumas, 2003)
mengatakan bahwa orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan belajar
anak- anaknya. Pemenuhan kebutuhan anak tidak cukup hanya dari segi materi
melainkan orang tua juga diharapkan memenuhi kebutuhan belajar anak secara
psikis, seperti memuji, menegur, memberi hadiah, mengawasi, serta turut serta
pada program kegiatan belajar anak. Haditono (dalam Khumas, 2003)
menyebutkan bahwa semakin tinggi keikutsertaan orang tua dalam kegiatan
belajar anak maka semakin baik pula pengawasan yang diberikan terhadap
anaknya, dalam hal ini membantu anak mencapai prestasi belajar yang baik.
kondisi yang demikian memberi sumbangan terhadap kemauan dan ketekunan
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
Cavanagh dan Romanoski (2005) menyatakan bahwa keterlibatan orang tua
terhadap pendidikan anaknya merupakan aspek yang penting dalam kebudayaan
sekolah dan sekolah perlu melakukan usaha-usaha agar orang tua siswa memiliki
peran yang semakin besar di sekolah. Menurut Bascia dan Hargreaves (dalam
Cavanagh & Romanoski, 2005), sejak awal tahun 1990 telah berkembang kritik
terhadap kebudayaan di sekolah, baik pada sisi organisasi dan sistem mengajar
yang dilakukan oleh guru. Sejak kritik tersebut muncul, maka sekolah mulai
melakukan perbaikan dan mengkonsep kembali kebudayaan sekolah dengan
meningkatkan keterlibatan seluruh anggota komunitas sekolah, tidak hanya guru
dan siswa, namun juga orang tua siswa. Selain itu, menurut Cavarretta, dkk
(dalam Cavanagh & Romanoski, 2005), terjalinnya kerjasama yang baik antara
orang tua siswa dan guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki peran
yang sangat penting dalam perkembangan anaknya, terutama dalam masalah
pendidikan anak.
D. Gambaran Sikap Orang Tua terhadap Sekolah Alam
Sikap merupakan gabungan antara komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku
terhadap suatu objek. Menurut Azwar (2003), sikap sosial terbentuk dari adanya
interaksi sosial yang dialami oleh individu. Pembentukan sikap individu terhadap
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
pribadi. Apa yang telah dan sedang dialami oleh individu akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial.
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak,
salah satunya dalam hal perkembangan pendidikan anak. Orang tua memiliki
peran dalam menentukan sekolah sebagai tempat anak menuntut ilmu. Pora (2004)
mengungkapkan bahwa orang tua dan masyarakat sudah begitu terikat dengan
paradigma lama sekolah. Sekolah dalam benak orang tua dan masyarakat adalah
sebuah tempat berupa gedung untuk memperoleh informasi dan pengetahuan.
Persepsi ini sudah mendarah daging dan sudah menjadi tradisi sehingga sulit
sekali untuk diubah. Penentuan sekolah oleh orang tua ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah keunggulan-keunggulan sekolah yang dapat
memberikan manfaat kepada anak. Di samping sekolah umum, pada saat ini
sekolah-sekolah alternatif, salah satunya sekolah alam, juga dapat dijadikan
sebagai salah satu pilihan sekolah yang menawarkan berbagai keunggulan yang
tidak kalah jika dibandingkan dengan sekolah umum.
Sikap orang tua terhadap sekolah alam kini masih sangat beragam, baik yang
bersikap positif, netral, maupun negatif. Sikap positif orang tua terhadap sekolah
alternatif, seperti sekolah alam dapat terbentuk berdasarkan ketidakpuasan orang
tua terhadap sistem pendidikan di Indonesia, di antaranya adalah sekolah yang ada
pada saat ini terlalu terpaku pada perkembangan kemampuan kognitif siswa,
pelajaran yang diberikan kepada tidak relevan dengan kenyataan, materi
pendidikannya tidak menyeimbangkan antara faktor praktik dan teori, pelaksanaan
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
lain-lain. Dengan adanya sekolah alam, ketidakpuasan orang tua terhadap sistem
pendidikan yang ada di Indonesia dapat diatasi dengan menciptakan inovasi pada
proses kegiatan belajar-mengajar yang menyeimbangkan antara perkembangan
kognitif, afektif, dan konatif siswa, dan lain-lain.
Orang tua yang telah memasukkan anaknya ke sekolah alam dapat melihat dan
merasakan manfaat nyata dari kegiatan belajar di sekolah alam, di antaranya anak
memiliki kesadaran bahwa belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan, anak
menjadi lebih mencintai dan memiliki keinginan yang lebih besar untuk
berpartisipasi dalam merawat lingkungannya, anak memiliki sikap yang semakin
baik dari hari ke hari, dan lain-lain. Manfaat-manfaat nyata tersebut akan semakin
mempengaruhi kepercayaan orang tua untuk tetap menyekolahkan anaknya di
sekolah alam dan akan turut membentuk sikap positif orang tua terhadap sekolah
alam.
Sikap netral terhadap sekolah alam terbentuk ketika penilaian orang tua
terhadap sekolah alam seimbang dalam menyikapi keunggulan dan kelemahan
yang dimiliki sekolah alam, baik dari pemikiran, perasaan dan kecenderungan
berperilaku. Sikap netral yang dimiliki oleh orang tua dapat berubah menjadi
sikap yang positif maupun negatif karena posisi sikap netral ini tidak sama
ekstrimnya ketika orang tua memiliki sikap positif atau negatif. Perubahan ini
tergantung dari seberapa kuat faktor-faktor yang mempengaruhi sikap orang tua
terhadap sekolah alam itu muncul, misalnya informasi yang diterima oleh orang
tua tentang sekolah alam, baik dari media massa maupun orang lain. Ketika
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
terhadap sekolah alam, maka akan terbentuk sikap yang mengarah pada sikap
negatif, dan sebaliknya ketika informasi tersebut mendukung dengan pemikiran
dan perasaan orang tua yang positif tentang sekolah alam, maka akan terbentuk
sikap positif.
Sikap negatif terhadap sekolah alam yang dimiliki orang tua terbentuk
ketidaksesuaian antara cara berpikir, merasa, dan perilaku orang tua terhadap
masalah pendidikan anaknya dengan kegiatan yang ada di sekolah alam, baik dari
segi proses pendidikan, hubungan internal dan eksternal sekolah alam, maupun
lingkungan fisik sekolah alam. Orang tua yang memiliki sikap negatif terhadap
sekolah alam akan menganggap masalah-masalah yang dihadapi sekolah alam,
seperti izin sekolah dari Dinas Pendidikan Nasional, perbedaan materi dan metode
belajar yang berbeda antara sekolah alam dengan sekolah pada umumnya sebagai
kekurangan yang dimiliki sekolah alam sehingga hal tersebut dapat menimbulkan
keraguan apakah anak mampu untuk mengikuti ujian kesetaraan di masa yang
akan datang jika tetap bersekolah di sekolah alam, dan lain-lain. Selain itu, orang
tua yang memiliki pemikiran bahwa sekolah seharusnya lebih memfokuskan
pengajaran pada kemampuan kognitif daripada kemampuan afektif dan konatif
siswa dan/atau orang tua yang memiliki pandangan bahwa tugas orang tua hanya
sebatas untuk menyediakan biaya pendidikan tanpa harus berpartisipasi dalam
pembuatan kebijakan sekolah akan memiliki sikap yang negatif terhadap sekolah
alam. Pemikiran dan perasaan tersebut akan membentuk kecenderungan
berperilaku untuk tidak memasukkan anaknya ke sekolah alam sehingga orang tua
Nani Hartati : Gambaran Sikap Orang Tua Terhadap Sekolah Alam, 2009. USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut
cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data dan pengambilan
kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan
untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai
populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang
dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari
penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi
(Hadi, 2000). Sejalan dengan yang diutarakan Hasan (2003) menyatakan bahwa
jenis penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan
tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi
mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata
atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori disuatu variabel. Dalam pengolahan
dan analisa data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif.
Punch (dalam Hasan 2003) menyatakan bahwa ada dua kegunaan dilakukan
penelitian deskriptif. Pertama, untuk pengembangan teori dan area penelitian yang
baru, dimana sebelum merencanakan/melakukan penelitian yang lebih mendalam
(exploratory studies) adalah lebih baik untuk terlebih dahulu memusatkan