• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN

PADA BALITA DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA

MEDAN TAHUN 2007

TESIS

Oleh

FAUZI ROMELI

037023007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN MEDAN DENAI

KOTA MEDAN TAHUN 2007 Oleh : Fauzi Romeli

ABSTRAK

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh multifaktor. Anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi diantaranya adalah masalah kurang energi protein yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan faktor determinan (persediaan pangan keluarga, pola asuh anak balita, pengetahuan gizi ibu , tingkat pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan) dengan kejadian kurang energi protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus kelola (Case Control

Study) dengan cara membandingkan 120 orang anak balita kurang energi protein dengan

120 orang anak balita tidak kurang energi protein dengan penyepadanan umur dan jenis kelamin di wilayah Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Hasil analisis bivariat dan multivariat regresi logistik ditemukan keluarga yang persediaan pangannya kurang secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (82,5% vs 48,2%, ² =29,468, p = 0,000; OR Adjusted = 4,748 ; CI 95% : 2,520 – 8,943), anak balita yang pola asuhnya tidak baik secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (15,8% vs 4,2%, ² = 7,824, p = 0,005;OR Adjusted = 4,896;CI 95%:1,592 – 15,059), hasil analisis bivariat pengetahuan gizi ibu yang kurang secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (13,3% vs 4,2%, ² = 5,219, p = 0,022) namun pada analisis multivariat didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna pengetahuan gizi ibu dengan kejadian kurang energi protein (p = 0,077), keluarga dengan tingkat pendapatan tidak cukup secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (35,8% vs 15%, ² = 12,661, p = 0,000; OR Adjusted : 2,762; CI 95% : 1,397 – 5,461), anak balita dengan pelayanan kesehatan tidak baik secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (20% vs 6,7%, ² = 8,113 p = 0,004; OR Adjusted : 4,218; CI 95% : 1,669 – 10,665).

Faktor determinan yang paling dominan mempengaruhi kejadian kurang energi protein pada anak balita adalah pola asuh anak balita dengan OR adjusted 4,896.

Perlu ditekankan agar memberikan pengasuhan anak balita yang lebih baik kepada ibu yang mempunyai anak balita di Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

(3)

ANALYSIS OF THE DETERMINANT OF LESS PROTEIN ENERGY IN THE CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN

THE SUBDISTRICT OF MEDAN DENAI THE CITY OF MEDAN IN 2007

Fauzi Romeli

ABSTRACT

The problem of nutrient is the problem of community health caused by multifactor. Children under five years old are at risk to the problem of health and nutrient such as less protein energy which is one of the nutrient problems in Indonesia.

This study aims at examining the relationship between the determinant factor (supply of family food), pattern of nursing children under five years old, mother’s knowledge on nutrient, family income, health service) and the occurrence of less protein energy in the children under five years old in the subdistrict of Medan Denai in the city of Medan. The design of this study was case control by comparing 120 children under five years old who have less protein energy to 120 children under five years old who have adequate protein energy based on their age and sex in the subdistrict of Medan Denai, the city of Medan.

The result of bivariate and multivariate logistic regression analysis reveals that family with less food supply have a significantly higher proportion in the case-group that that of control-group (82.5% vs. 48.2%, ² = 29.468, p = 0.000; OR Adjusted = 4.748; CI 95%; 2.520 – 8.943), children under five years old with poor nursing pattern had a significantly higher proportion in the case-group that that of control-group (15.8% vs 4.2%, ² = 7.824, p = 0.005; OR Adjusted = 4.896; CI 95%; 1.592 – 15.059), the result of bivariate analysis, mother’s less knowledge has a significantly higher proportion in the case-group that of control-group (13.3% vs 4.2%, ² = 5.219, p = 0.022), but in the multivariate it was found out that there was no significant relationship between mother’s knowledge on nutrient and the occurrence of less protein energy (p = 0.077), family with inadequate income has a significantly higher proportion in the case-group that of control-group (35.8% vs 15%, ² = 12.661, p = 0.000; OR Adjusted = 2.762; CI 95%; 1.397 – 5.461), children under five years old with poor health service had a significantly higher proportion in the case-group that that of control-group (20% vs 6.7 %, ² = 8.113, p = 0.004; OR Adjusted = 4.218; CI 95%; 1.669 – 10.665).

The most dominant factor of determinant influences the occurrence of less protein energy in the children under five years old was nursing pattern with OR Adjusted = 4.896.

It suggested that mothers with children under five years old in the subdistrict of Medan Denai, Medan give a better nursing.

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. vi

KATA PENGANTAR ……… vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… ix

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN.………. xv

DAFTAR SINGKATAN ………... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Perumusan Masalah……….. 4

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 5

1.4. Hipotesa Penelitian .………. 5

1.5. Manfaat Penelitian ……….. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 6

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 6

2.2. Teori- Teori Yang Berkaitan Dengan Penelitian…………. 7

2.2.1. Pengertian Masalah Gizi ……… 7

2.2.2. Penilaian Status Gizi Anak Balita ………. 7

2.2.3. Kurang Energi Protein ……….……. 13

2.2.4. Faktor-Faktor Penyebab Kurang Energi Protein ….. 14

(6)

2.3. Landasan Teori ………. 18

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ……… 19

BAB 3 METODE PENELITIAN ………….………. 21

3.1. Jenis Penelitian ……….. 21

3.2. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ……… 22

3.3. Populasi Dan Sampel ………. 22

3.4. Metode Pengumpulan Data ……… 26

3.5. Variabel Dan Defenisi Operasional ………... 27

3.6. Metode Pengukuran ……….. 29

3.7. Metode Analisis Data ………... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN ……… 32

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 32

4.2. Hasil Analisis ……… 36

BAB 5 PEMBAHASAN ………. 61

5.1. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 61

5.2. Keterbatasan Penelitian ……… 66

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 68

6.1. Kesimpulan ………. 68

6.7. Saran ……… 69

DAFTAR PUSTAKA

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan KaruniaNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam membuat tesis, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Ibu Prof.dr. Nerseri Barus,MPH, Bapak A.M. Marpaung,MPS dan Bapak Dr. Saib Suwilo,MSc selaku komisi pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyusunan tennis ini dengan meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran.

2. Bapak Prof.dr. Chairuddin P. Lubis,DTM&H,DSAK selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Magister Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan

5. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Medan

6. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MS dan Ibu Dra Jumirah,Apt, MKes sebagai Penguji

(8)

7. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis hingga selesai Akhirnya penulis menghaturkan kasih dan sayang kepada istri tercinta Halimah Harahap,SE dan ananda tersayang Najla Halizi, M. Naufal Rajby Halizi yang telah memberikan dorongan moril dalam mengikuti pendidikan sampai menyelesaikan tesis ini, semoga Allah S.W.T selalu memberikan rahmat dan hidayah kepada kita.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Desember 2007

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fauzi Romeli Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 28 April 1967 Agama : Islam

Alamat : Jl. STM/Suka Cerdas III No. 20 Medan Telp : (061) 7883899

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. Tahun 1973 – 1979 : SDN Tegal Parang 02 Jakarta 2. Tahun 1979 – 1982 : SMPN 141 Jakarta

3. Tahun 1982 – 1985 : SMAN 26 Jakarta 4. Tahun 1985 – 1988 : Akademi Gizi Jakarta

5. Tahun 1995 – 1997 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 6. Tahun 2003 – 2007 : Program Studi AKK/Epidemiologi

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara RIWAYAT PEKERJAAN :

1. Tahun 1989 – 1992 : Staf Dinas Kesehatan Labuhan Batu

2. Tahun 1992 - 2002 : Staf Pengajar Akademi Gizi Depkes R.I Lubuk Pakam 3. Tahun 2002 – 2004 : Staf Pengajar/Urusan Akademik Politeknik

Kesehatan Medan

4. Tahun 2004 – 2006 : Staf Pengajar/Plt. Ka.Subbag Adak Politeknik Kesehatan Medan

(10)
(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan dan dijabarkan melalui visi pembangunan nasional yaitu Indonesia Sehat 2010 (Pemerintah R.I, 2000).

Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes R.I, 1999).

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh multifaktor. Di Indonesia masalah gizi yang dihadapi adalah masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah gizi baru berupa masalah gizi lebih.

(12)

Anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi diantaranya adalah masalah kurang energi protein yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia (Depkes R.I, 2000).

Kurang energi protein (KEP) disebabkan karena kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, kurang energi protein dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2002).

Anak yang menderita kurang energi protein mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita infeksi yang menyebabkan terjadinya diare dan campak. Gizi dan penyakit infeksi merupakan lingkaran setan yang menjadi penyebab kematian sebagian besar bayi dan anak balita (Moehji,1985).

Pada anak yang berstatus gizi kurang belum terlihat tanda-tanda yang khas kecuali badan yang kelihatan lebih kurus tetapi pada anak balita penderita gizi buruk tanda-tanda klinis sudah jelas yang dapat dibedakan menjadi tiga macam gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor (Sihadi,2005).

Anak yang mengalami kurang energi protein (KEP) mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak menderita kurang energi protein (KEP) (Baliwati, 2004).

(13)

keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan (Supariasa, 2002).

Menurut Unicef (1998), kurang gizi disebabkan karena faktor langsung yaitu karena makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung adalah tidak cukupnya persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar tidak memadai. Hal ini disebabkan karena kurang pendidikan, pola asuh anak tidak memadai dan keterampilan (Baliwati, 2004).

Dari hasil analisis data Direktorat Bina Gizi Masyarakat tahun 1999, di Indonesia terdapat 18,25% balita berstatus gizi kurang dan 8,11 % balita berstatus gizi buruk.

Di Indonesia dari sekitar 5 juta anak balita (27,5 %) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2 %) berstatus gizi kurang, dan 1,5 juta anak (8,3%) berstatus gizi buruk (Soekirman, 2005).

(14)

Hasil pemantauan status gizi balita di Kota Medan tahun 2003 didapatkan bahwa balita yang berstatus gizi kurang yaitu 12,89% dan 2,48% balita menderita gizi buruk. Dari 21 Kecamatan yang ada diwilayah Kota Medan, Kecamatan Medan Denai merupakan Kecamatan yang tertinggi prevalensi gizi buruknya yaitu 8,99%.

Berdasarkan profil kesehatan Kota Medan (2005), Kecamatan Medan Denai ditemukan 405 orang balita yang berat badannya dibawah garis titik-titik (BGT) dan 43 orang balita berat badannya dibawah garis merah (BGM), hal ini jauh lebih tinggi prevalensinya jika dibandingkan Kecamatan Medan Baru yang balitanya dengan berat badan dibawah garis titik-titik (BGT) sebanyak 27 orang dan berat badan dibawah garis merah (BGM) berjumlah 2 orang.

Berdasarkan hal diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor determinan kurang energi protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai tahun 2007

1.2 Perumusan masalah

(15)

1.3 .Tujuan Penelitian

Mengetahui keeratan hubungan faktor determinan (persediaan pangan, pola asuh, pengetahuan gizi, tingkat pendapatan, pelayanan kesehatan) dengan kejadian kurang energi protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai tahun 2007

1.4. Hipotesa Penelitian

Tingkat pendapatan keluarga yang tidak cukup merupakan faktor determinan yang paling erat hubungannya dengan kejadian kurang energi protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai tahun 2007

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi pengelola program gizi dalam memahami faktor determinan kurang energi protein di Kecamatan Medan Denai

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Keadaan gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Gejala awal kurang energi protein dimulai dengan anak yang tidak mengalami pertambahan tinggi maupun berat badan, bila keadaan lebih lanjut maka anak akan menjadi kurus dan berat badan terus menurun serta mudah terserang penyakit infeksi.

Masalah gizi sangat terkait dengan kemiskinan dan pola hidup yang tidak sesuai dengan standard kesehatan. Kasus-kasus gizi buruk yang ditemukan di provinsi Jawa Barat tidak saja ditemukan di kantong-kantong kemiskinan tetapi juga ditemukan pada keluarga yang kaya. Di Jawa Barat diperkirakan 70% kasus gizi buruk terjadi pada keluarga miskin dan 30% terjadi pada keluarga tidak miskin (Elly, 2002)

Hasil penelitian Kartini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak balita dan tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita.

(17)

2.2. Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan penelitian

2.2.1. Pengertian Masalah Gizi

Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Zat gizi merupakan zat kimia yang terdapat dalam bahan makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan tubuhnya dimana zat gizi dapat dikelompokkan menjadi zat gizi makro ( karbohidrat, lemak dan protein) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) (Soekirman, 2002).

Masalah gizi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu masalah gizi makro dan masalah gizi mikro.Masalah gizi makro yang ada di Indonesia adalah kurang energi protein sedangkan masalah gizi mikro adalah kurang vitamin A, kurang zat besi dan kurang zat yodium (Soekirman, 2002).

2.2.2. Penilaian Status Gizi Anak balita

Penilaian status gizi anak balita dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung penilaian status gizi anak balita dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : Antropometri, Klinis, Biokimia dan Biofisik (Supariasa, 2002).

a. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

(18)

terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).

b. Penilaian Status Gizi Secara Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata dan rambut. Penggunaan metode klinis biasanya untuk survey klinis secara cepat dimana dapat mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi yang dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

c. Pemeriksaan Status Gizi Secara Biokimia

(19)

d. Penilaian Status Gizi Secara Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik yaitu dengan melihat kemampuan fungsi dan perubahan struktur dari jaringan tubuh misalnya tes adaptasi gelap untuk melihat kejadian buta senja.

Dari ke 4 cara penilaian status gizi secara langsung, antropometri merupakan cara yang sering digunakan untuk menilai status gizi anak balita karena pengukuran antropometrik merupakan relatif paling sederhana. Dalam pengukuran antropometrik dilakukan beberapa pengukuran yang menjadi indikator antropometri yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas kemudian indikator tersebut dibandingkan dengan umur.

Indeks berat badan terhadap umur (BB/U) menunjukaan secara sensitif status gizi saat ini karena mudah berubah, indeks TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lalu dan indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Soekirman, 2002).

a. Kelebihan dan kelemahan Indeks BB/U a.1. Kelebihan Indeks BB/U

(20)

a.2. Kelemahan Indeks BB/U

Kelemahan Indeks BB/U yaitu Interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat oedeem, data umur yang akurat sering sulit diperoleh, .kesalahan pada saat pengukuran dan masalah sosial budaya karena anak balita tidak mau ditimbang.

b. Kelebihan dan kelemahan Indeks TB/U b.1. Kelebihan Indeks TB/U

Kelebihan Indeks TB/U yaitu dapat memberikan gambaran keadaan gizi masa lampau, dan dapat dijadikan indikator sosial ekonomi penduduk.

b.2. Kelemahan Indeks TB/U

Kelemahan Indeks TB/U yaitu tidak dapat menggambarkan status gizi saat ini, memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit diperoleh, dan kesalahan pada pembacaan skala ukur.

c. Kelebihan dan Kelemahan Indeks BB/TB c.1. Kelebihan Indeks BB/TB

kelebihan Indeks BB/TB yaitu independen terhadap umur dan ras dan dapat menilai status kurus dan gemuk.

c.2. Kelemahan Indeks BB/TB

(21)

kesulitan dalam mengukur tinggi badan dan kesalahan dalam membaca skala ukur.

Status gizi yang diukur dengan BB/U, TB/U dan BB/TB dapat dikatakan normal apabila angka atau nilainya terletak antara minus dua (-2) SD sampai dengan plus dua (+2) SD dari nilai median standard WHO.

Status gizi dapat dikatakan kurang apabila angka atau nilainya kurang dari minus dua (-2) SD dan jika dibawah minus tiga (-3) SD dikategorikan status gizi buruk.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Survey konsumsi makanan adalah metode penilaian status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Metode yang dapat dilakukan untuk pengumpulan data pada survey konsumsi makanan adalah (Baliwati,2004).

a. Recall Method

(22)

b. Food records

Dengan metode ini responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi selama seminggu dan pencatatan dilakukan oleh responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga atau menimbang langsung berat makanan yang dimakan.

c. Weighing method

Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis makanan yang dimakan oleh seseorang pada hari wawancara.

d. Food frequensi questionnaire

Metode ini dikenal metode frekwensimakanan dimana untuk memperoleh infomasi pola konsumsi makanan seseorang. Oleh karena itu diperlukan kuesioner yang terdiri dari daftar jenis makanan dan frekwensi konsumsi makanan.

e. Dietary history

(23)

2.2.3. Kurang Energi Protein

Kurang energi protein merupakan suatu bentuk masalah gizi yang disebabkan oleh berbagai faktor terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan protein serta kerena penyakit infeksi yang berdampak pada penurunan status gizi anak dari berstatus gizi baik menjadi berstatus gizi kurang atau gizi buruk.

Dua gejala kurang energi protein pada bayi yang terkenal adalah marasmus dan kwashiorkor. Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat sehingga badan menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang, hal ini disebabkan karena makanan yang dikonsumsi tidak dapat menyediakan kalori untuk mempertahankan hidupnya dan memaksa metabolisme terus berlangsung dengan cara menggunakan bahan makanan dari tubuhnya sendiri.

Bayi yang menderita marasmus biasanya kecil, kurus, kurang berat badan, wajah seperti orang tua, kepala nampak membesar, malas, apatis dan sangat peka.

(24)

2.2.4. Faktor-Faktor Penyebab Kurang Energi Protein

Menurut Soekirman (2002), Kurang energi protein dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor langsung penyebab terjadinya kurang energi protein yaitu konsumsi makanan dan penyakit infeksi yang diderita oleh anak balita. Timbulnya kurang energi protein tidak hanya karena makan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak balita yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam akan dapat menderita kurang energi protein. Sebaliknya anak balita yang mengkonsumsi makanan yang tidak cukup baik dapat mengakibatkan daya tahan tubuhnya melemah yang akan mudah diserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat menderita kurang energi protein.

Faktor tidak langsung penyebab terjadinya kurang energi protein yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Ketahanan pangan di keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

(25)

Pelayanan kesehatan dan air bersih merupakan faktor tidak langsung penyebab terjadinya kurang energi protein, dimana pelayanan kesehatan yang perlu diperhatikan adalah imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan seperti posyandu, puskesmas, praktek bidan, dokter dan rumah sakit. Tersedianya air bersih yang cukup untuk keluarga dan mudahnya jangkauan pelayanan kesehatan serta pemahaman ibu terhadap kesehatan dapat memperkecil resiko anak balita terkena penyakit kurang energi protein.

Ketiga faktor tidak langsung penyebab kurang energi protein tersebut saling berkaitan dan bersumber pada akar masalah yaitu pendidikan dan ekonomi keluarga.

2.2.5. Akibat Yang Ditimbulkan Dari Kurang Energi Protein

Anak balita yang menderita kurang energi protein akan mengalami akibat sebagai berikut :

a. Frekwensi kemungkinan terserang penyakit bertambah tinggi dan penyakit yang dideritanya bertambah berat

b. Pertumbuhan badan anak balita tidak sempurna c. Dapat menyebabkan kematian

(26)

menderita KEP ringan dan sedang dan 47 orang anak berstatus gizi baik didapatkan hasil bahwa anak-anak yang sebelumnya menderita kurang energi protein, tinggi badannya lebih rendah dari anak yang berstatus gizi baik rata-rata IQ anak yang sebelumnya menderita KEP berat adalah 102.5, KEP ringan dan sedang adalah 105.95 dan anak berstatus gizi baik adalah 111.68. (Muchtar, 1999).

Anak balita yang berstatus gizi kurang akan menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah dan menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Akibat dari gizi kurang pada anak balita dapat menyebabkan tingginya angka kematian pada anak balita yang sebenarnya dapat dicegah apabila keadaan gizi anak balitanya baik. (Pemerintah R.I, 2000).

Dari penelitian di 5 negara berkembang (Bangladesh, India, Malawi, Tanzania dan Papua New Guinea) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kurang energi protein dan kematian. Resiko kematian anak yang menderita kurang energi protein ringan, sedang dan berat yaitu 2,5; 4,6; dan 8,4 kali dari anak yang tidak menderita kurang energi protein. (Soekirman, 2002).

2.2.6. Program Perbaikan Gizi

Dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 telah dibuat pokok program upaya kesehatan yang salah satunya adalah program perbaikan gizi.

(27)

Sasaran program perbaikan gizi ;

1. Turunnya prevalensi KEP Total menjadi setinggi-tingginya 16%.

2. Prevalensi GAKY berdasarkan prevalensi gondok total menurun dari 18,0% menjadi 13%.

3. Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil turun menjadi 20%, pada anak balita menjadi 16% dan pada wanita pekerja menjadi 13%.

4. Terbebasnya masyarakat dari masalah kekurangan vitamin A.

5. Sekurang-kurangnya 80% ibu menyusui memberikan ASI secara ekslusif. 6. 80% remaja di perkotaan dan 70% ramaja di pedesaan mempunyai tinggi

badan normal.

7. Meningkatnya penduduk yang mengkonsumsi gizi seimbang dan menurunnya jumlah penduduk yang mengalami gizi kurang atau gizi lebih.

8. Meningkatnya penganekaragaman pangan menuju swasembada pangan.

Kegiatan Program Perbaikan Gizi :

1. Penyuluhan gizi masyarakat, penanggulangan kurang energi protein. 2. Penanggulangan anemia gizi besi dan kekurangan vitamin A.

3. Penanggulangan gizi mikro. 4. Penanggulangan gizi lebih.

5. Pembinaan dan peningkatan status gizi.

(28)

2.3. Landasan Teori

Status gizi anak balita dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Unicef (1998), penyebab kurang gizi pada anak balita sebagaimana terlihat pada bagan 1.

Bagan 1. Penyebab kurang energi protein pada anak balita (UNICEF,1998)

Dampak Kurang Gizi

Penyebab Makanan tidak seimbang Penyakit Infeksi langsung

Penyebab Tidak cukup Pola asuh anak Sanitasi danair bersih/yankes Tidak persediaan pangan tidak memadai dasar tidak memadai Langsung

Kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan

Pokok masalah Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, Di Masyarakat Kurang pemanfaatan SDM

Pengangguran, inflasi,kurang pangan dan kemiskinan

Akar masalah Krisis ekonomi,politik dan sosial Nasional

(29)

karena penyakit. Penyebab tidak langsung kurang gizi adalah tidak cukupnya persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar tidak memadai. Hal ini disebabkan karena kurang pendidikan, pola asuh anak tidak memadai dan keterampilan. Pokok masalah yang terjadi di masyarakat adalah kurangnya pemberdayaan wanita, keluarga dan pemanfaatan SDM dan pokok masalah nasional adalah kriris ekonomi, politik dan sosial yang mengakibatkan pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan (Baliwati, 2004).

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Persediaan Pangan Keluarga

Konsumsi Makanan

Pengetahuan Gizi Ibu

Tingkat Pendapatan Keluarga Status Gizi

Anak Balita Pola Asuh Anak Balita Penyakit

Infeksi Pelayanan Kesehatan

Keterangan :

__________ : Variabel yang diteliti --- : Variabel yang tidak diteliti

(30)
(31)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi analitik observasional dengan disain studi kasus kelola (Case Control Study) dengan memilih kasus (Anak balita yang menderita kurang energi protein) dan kontrol (Anak balita yang tidak menderita kurang energi protein). Peneliti kemudian mengukur paparan yang dialami subyek pada waktu yang lalu (retrospektif) dengan cara mengkaji data yang dikumpulkan melalui responden.

Dalam penelitian studi kasus kelola dibuat rancangan penelitian sebagaimana terlihat pada bagan 3

KASUS Persediaan Pangan Keluarga

(Anak Balita KEP)

Pola Asuh Anak Balita

Pengetahuan Gizi Ibu

KONTROL Tingkat Pendapatan Keluarga (Anak Balita Tidak KEP)

Pelayanan Kesehatan

(32)

Rancangan penelitian pada bagan 3. terlihat bahwa Kurang Energi Protein pada anak balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persediaan pangan, pola asuh, pengetahuan gizi, tingkat pendapatan, pelayanan kesehatan dan diketahui faktor determinan yang dominan penyebab terjadinya kurang energi protein pada anak balita.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan selama 6 (enam) bulan dari Bulan Pebruari sampai Juli 2007.

3.3. Populasi, Sampel dan Responden

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang datang ke posyandu dan bertempat tinggal di Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri kasus dan kontrol. Untuk mengurangi kemungkinan adanya bias, maka kasus dan kontrol diambil dalam satu populasi dengan kriteria :

a. Kasus adalah anak balita usia 12 – 59 bulan yang menderita kurang energi protein yang telah diukur status gizinya dengan menggunakan metode

(33)

b. Kontrol adalah anak balita yang tidak menderita kurang energi protein dengan karakteristik yang sama dengan kasus.

Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1

3.3.3. Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus Stanley Lemeshow,dkk (1991) yaitu :

n = ⎨Z1-α/2√[ 2P2*(1-P2*) ] + Z1-β√[ P1*( 1 – P1*) + P2*(1-P2*) ] }2 (P1* - P2*)2

P1* = (OR) P2*

___________________ (OR) P2* + (1-P2*) Diketahui :

OR = 2,1 (Hasil dari penelitian Ukur Tarigan dengan variabel penyakit infeksi)

P = 28% ( Proporsi keadaan gizi kurang pada anak balita di Kecamatan Medan Denai Tahun 2003)

P1* = 2,1 x 0,28 (2,1 x 0,28) + (0,72)

= 0,59/ 1,31 = 0,45

n = { 1,96 √ 2 x 0,28 x 0,72 + 0,842 √ (0,45 x 0,55 + 0,28 x 0,72) }2 ( 0,45 – 0,28) 2

(34)

n = ( 1,239 + 0,564) 2 0,029

= 3,251 / 0,029 = 112,1 digenapkan menjadi 120 orang

3.3.4. Metode Pengambilan Sampel

Kecamatan Medan Denai terdapat 4 (empat) Puskesmas yaitu : Puskesmas Medan Denai, Puskesmas Desa Binjei, Puskesmas Tegal Sari dan Puskesmas Bromo. Sampel diambil dari anak balita yang menderita kurang energi protein (kasus) dan anak balita yang tidak menderita kurang energi protein (kontrol) yang mempunyai karakteristik yang sama dalam hal umur dan jenis kelamin yang didapat dari hasil pengukuran BB/TB atau BB/PB yang berkunjung ke posyandu pada saat pengumpulan data di wilayah kerja Puskesmas di Kecamatan Medan Denai.

Besar sampel pada setiap Puskesmas dihitung secara proporsional dengan rumus : n

nx = NX (Ariawan, 1998) N

Keterangan :

N = besar total populasi

nx = besar sampel setiap stratum

NX = besar populasi (kasus di stratum X) n = besar sampel keseluruhan (120 orang)

(35)

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel di Puskesmas Wilayah Kecamatan Medan Denai Kota Medan Yang Akan Diteliti Tahun 2007

No Puskesmas Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Desa Binjei 62 21

2 Tegal Sari 74 25

3 Medan Denai 163 55

4 Bromo 59 20

J u m l a h 358 120

Pengambilan sample yang terdiri kasus dan kontrol di setiap Puskesmas ditetapkan dengan cara systematic random sampling.

Kasus diambil dengan membuat daftar dari anak penderita kurang energi protein dan diberikan penomoran, lalu dibagi jumlah sampel yang akan diambil. Angka yang diperoleh merupakan interval dan ditetapkan kasusnya adalah setiap kelipatan interval (Notoatmojo,2002) untuk masing-masing puskesmas dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Interval kasus terpilih di Puskesmas Wilayah Kecamatan Medan Denai Kota Medan Yang Akan Diteliti Tahun 2007

No Puskesmas Kelipatan

1 Desa Binjei 3

2 Tegal Sari 3

3 Medan Denai 3

4 Bromo 3

(36)

jenis kelamin kemudian diambil berpadanan secara individual dengan masing-masing kasus.

3.3.5. Responden

Pada penelitian ini yang dijadikan responden adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang dijadikan sampel penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dengan ibu yang mempunyai anak balita yang dijadikan responden dan berpedoman pada instrument yang telah dipersiapkan. Data berat badan anak balita diperoleh dengan melakukan pengukuran berat badan menggunakan timbangan dacin, tinggi badan anak balita diukur dengan menggunakan microtoice dan panjang badan anak balita diukur dengan menggunakan alat ukur panjang badan.Data persediaan pangan keluarga dikumpulkan dengan menggunakan formulir

food account. Data pengetahuan gizi ibu, tingkat pendapatan keluarga, pola

asuh anak balita dan pelayanan kesehatan diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Posyandu, Puskesmas dan Kecamatan.

(37)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel

Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah persediaan pangan, pola asuh, pengetahuan gizi, tingkat pendapatan, dan pelayanan kesehatan. Variabel dependent (terikat) adalah status gizi anak balita yaitu anak balita yang menderita kurang energi protein (kasus) dan anak balita yang tidak menderita kurang energi protein (kontrol).

3.5.2. Definisi Operasional

Variabel bebas :

1. Persediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga yang memiliki anak balita untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh keluarganya dalam jumlah yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu gizinya yang dikategorikan :

1. Cukup : Jika persediaan pangan ≥ 2500 kalori perkapita perhari 2. Kurang : Jika persediaan pangan < 2500 kalori perkapita perhari 2. Pola asuh anak balita adalah sikap dan tindakan ibu atau pengasuh lain

(38)

1. Baik : Jika jumlah nilai jawaban ≥ 70 2. Tidak baik : Jika jumlah nilai jawaban < 70

3. Pengetahuan gizi ibu adalah pengetahuan gizi ibu yang mempunyai anak balita yang dijadikan sample yang diukur dengan menanyakan seperangkat pertanyaan dan diberi nilai dari setiap pertanyaan dan diketegorikan :

1. Baik : Jika jumlah nilai jawaban ≥ 40 2. Kurang : Jika jumlah nilai jawaban < 40

4. Tingkat pendapatan keluarga adalah penghasilan keluarga yang diukur dengan tingkat pengeluaran keluarga perkapita pertahun yang dikategorikan :

1. Cukup : Jika pengeluaran ≥ 480 kg beras/perkapita/tahun 2. Tidak cukup : Jika pengeluaran < 480kg beras/perkapita/tahun 5. Pelayanan kesehatan adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dasar

yang terjangkau oleh setiap keluarga yang memiliki anak balita yang diukur dengan menanyakan seperangkat pertanyaan dan diberi nilai dari setiap pertanyaan dan dikategorikan :

1. Baik : Jika jumlah nilai jawaban ≥ 24 2. Tidak Baik : Jika jumlah nilai jawaban < 24

(39)

1. Status Gizi adalah Keadaan gizi anak balita yang diukur secara antropometri berdasarkan BB/TB atau BB/PB dengan menggunakan standar Z Score yang dikategorikan :

1. Gizi Baik : Z Score : -2 SD s-d + 2 SD 2. Gizi Kurang : Z Score : < - 2 SD s-d ≥ - 3 SD

2. Anak balita kurang energi protein adalah anak balita yang memiliki status gizi kurang dan gizi buruk (KEP Total) yang diukur secara antropometri menurut BB/TB atau BB/PB yang dikategorikan :

1. KEP : < - 2 SD 2. Tidak KEP : ≥ - 2 SD

3.6. Metode Pengukuran

(40)

3.7. Metode Analisa Data

3.7.1. Analisa Univariat

Analisa Univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekwensi atau besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang diteliti, baik untuk variabel bebas maupun variabel terikat.

3.7.2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, yang dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95%. (α = 0,05).

3.7.3. Analisa Multivariat

Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi gizi kurang pada anak balita dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan menggunakan rumus :

p

logit (p) = ln _____ = o + 1X1 + ……… + iXi 1 - p

Perkiraan probabilitas jadi kasus :

p = 1 ___________ 1 + e – ( o + 1X1 + 2X2 + …. + iXi ) Proses analisa multivariate :

(41)

b. Semua variabel bebas yang masuk dalam pemodelan dianalisa dengan cara mengeluarkan variabel bebas dengan nilai p terbesar sehingga didapatkan model awal dengan variabel faktor penentu yang memiliki nilai p ≤ 0,05

(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografi

Kecamatan Medan Denai terletak 8 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah 8,85 km ² . Batas wilayah Kecamatan Medan Denai sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Amplas Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area Sebelah Timur : Kecamatan Percut Sei Tuan

Kecamatan Medan Denai memiliki 4 (empat) buah Puskesmas yaitu Puskesmas Medan Denai, Puskesmas Tegal Sari, Puskesmas Desa Binjai dan Puskesmas Bromo dengan keadaan geografis sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Keadaan Geografis Wilayah Kerja Empat Puskesmas Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2005

No Puskesmas Luas Wilayah (Km²) Jumlah Kelurahan

1 Medan Denai 2,3 2

2 Tegal Sari 1,63 2

3 Desa Binjai 3,96 1

4 Bromo 0,96 1

(43)

Puskesmas Medan Denai mempunyai wilayah kerja seluas 2,3 Km yang terdiri dari 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Denai dan Kelurahan Medan Tenggara. Puskesmas Tegal Sari mempunyai wilayah kerja seluas 1,63 Km² yang terdiri dari 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala I dan Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Puskesmas Desa Binjei terdiri dari 1 Kelurahan yaitu Kelurahan Binjei yang mempuyai luas 3,96 Km². Puskesmas Bromo mempunyai luas wilayah kerja 0,96 Km² yang terdiri dari 1 kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala II

4.1.2. Kependudukan

Distribusi penduduk berdasarkan jumlah keluarga dan jenis kelamin di wilayah kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Keluarga dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2005

(44)

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai pada tahun 2005 sebanyak 135.527 jiwa yang terdiri dari 68.164 laki-laki (50,30%) dan 67.363 perempuan (49,70%).

4.1.3. Mata Pencaharian

Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian diwilayah kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah Kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2005

Pegawai

Negeri Swasta ABRI

Petani Pedagang Pensiunan Jumlah

Total

Jumlah 2453 8,94 17879 65,14 377 1,37 157 0,57 5740 20,91 841 3,06 27447 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2006

Penduduk Kecamatan Medan Denai sebagian besar bermata pencaharian pegawai swasta yaitu 65,14%, pedagang 20,91%, pegawai negeri 8,98%, pensiunan 3,06%, ABRI 1,37% dan petani 0,57%.

4.1.4. Tingkat Pendidikan Responden

(45)

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Tingkat Pendidikan

n % n % 1 Sekolah Dasar (SD) 26 21,67 13 10,83 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 48 40,00 27 22,50 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 42 35,00 71 59,17 4 Perguruan Tinggi (PT) 4 3,33 9 7,50 J u m l a h 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.4. sebagian besar responden pada kasus (ibu yang memiliki anak balita kurang energi protein) memiliki tingkat pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) 40%, sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) 35%, sekolah dasar (SD) 21,67% dan perguruan tinggi (PT) 3,3%. Responden pada kontrol (ibu yang memiliki anak balita tidak kurang energi protein) sebagian besar berpendidikan sekolah lanjutan atas (SLTA) yaitu 59,17%, sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) 22,50%, sekolah dasar (SD) 10,83% dan perguruan tinggi (PT) 7,5%.

4.1.5. Karakteristik Sampel

(46)

Tebel 4.5 Distribusi Proporsi Sampel Berdasarkan Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Berdasarkan Tabel 4.5. sampel sebagian besar berumur 12 – 23 bulan yaitu 45%, 31,67% berumur 24 – 35 bulan, 14,17% berumur 36 - 47 bulan dan 9,16% berumur 48 – 59 bulan. Jenis kelamin sampel sebagian besar adalah perempuan yaitu 62,50% dan laki-laki 37,50%.

4.2. Hasil Analisis

(47)

4.2.1. Analisis Univariat

Pada penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, diedit dan diolah menggunakan piranti lunak komputer diperoleh gambaran responden dalam bentuk distribusi frekwensi atau besarnya proporsi menurut karakteristik variabel yang diteliti.

4.2.1.1. Persediaan Pangan Keluarga Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran persediaan pangan keluarga dan kejadian kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Persediaan Pangan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Persediaan Pangan Keluarga

n % n %

Cukup 21 17,5 62 51,7

Kurang 99 82,5 58 48,3

Jumlah 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.6. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 21 keluarga (17,5%) persediaan pangannya cukup dan 99 keluarga (82,5%) persediaan pangannya kurang. Pada kontrol terdapat 62 keluarga (51,7%) persediaan pangannya cukup dan 58 keluarga (48,3%) persediaan pangannya kurang.

4.2.1.2. Pola Asuh Anak Balita Dan Kejadian Kurang Energi Protein

(48)

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pola Asuh Anak Balita dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 4.7. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 101 keluarga (84,2%) pola asuh anak balitanya baik dan 19 keluarga (15,8%) pola asuh anak balitanya tidak baik. Pada kontrol terdapat 115 keluarga (95,8%) pola asuh anak balitanya baik dan 5 keluarga (4,2%) pola asuh anak balitanya tidak baik.

Adapun distribusi pola asuh anak balita berdasarkan jawaban dari responden dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah setiap bulan anak ibu dibawa ke

(49)

Lanjutan Tabel 4.8 Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah anak ibu sudah diimunisasi

lengkap sesuai dengan umurnya n % n % No Bila anak ibu tidak mau makan, apa yang

dilakukan No Siapakah yang paling sering memberikan/

menyuapi anak makan No Siapakah yang memasak makanan untuk

anak No Apakah anak diberikan ASI pertama kali

(50)

Lanjutan Tabel 4.8 Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah anak diberikan ASI Ekslusif (ASI

saja sampai umur 6 bulan) n % n % No Apakah pemberian makan kepada anak

balita dihentikan,jika sudah kenyang tetapi makannya belum habis

n % n %

1 Dihentikan sebentar, lalu diberikan lagi 35 29,17 42 35,00 2 Kadang-kadang diberikan kembali 45 37,50 40 33,33

3 Dihentikan 40 33,33 38 31,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah makanan anak balita lebih

diutamakan dari anggota lain

n % n %

1 Diutamakan 78 65,00 92 76,66

2 Kadang-kadang 24 20,00 14 11,67 3 Sama saja dengan anggota keluarga lain 18 15,00 14 11,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah makanan anak diberikan bervariasi

antara pagi hingga sore

n % n %

1 Bervariasi 22 18,33 42 35,00

2 Kadang-kadang 73 60,84 67 55,83 3 Tidak bervariasi 25 20,83 11 9,17

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak tidak suka makanan tertentu,

apakah ibu mengganti dengan makanan lain

(51)

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Sejak umur berapa anak diberikan makanan

selingan n % n %

1 Anak berumur 1 tahun 56 46,67 75 62,50 2 Anak berumur 6 bulan 58 48,33 42 35,00

3 Sejak lahir 6 5,00 3 2,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Sejak umur berapa anak diberikan susu

formula No Siapakah yang mengurus, jika anak

BAB/BAK No Apabila anak BAB/BAK, bagaimakah

tindakan ibu

n % n % 1 Segera dibersihkan 103 85,83 105 87,50 2 Dibiarkan sementara 17 14,17 15 12,50

3 Tidak dibersihkan 0 0 0 0

(52)

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Jika anak ibu sakit, apa tindakan ibu

n % n % 1 Dibawa ke dokter 92 76,67 99 82,50 2 Diobati sendiri 28 23,33 21 17,50

3 Dibiarkan saja 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Berapa lama ibu mengasuh anak dalam

sehari No Apakah ibu selalu menemani anak pada saat

makan

n % n %

1 Selalu 82 68,33 92 76,67

2 Kadang-kadang 38 31,67 28 23,33

3 Tidak 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah ibu selalu menemani anak pada saat

tidur

n % n %

1 Selalu 79 65,83 95 79,17

2 Kadang-kadang 38 31,67 20 16,67

3 Tidak 3 2,50 5 4,16

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah ibu selalu memberikan contoh

bermain/melakukan sesuatu dalam memberikan pengajaran kepada nak

n % n %

1 Selalu 50 41,67 60 50,00

2 Kadang-kadang 65 54,17 58 48,33

3 Tidak 5 4,17 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah ibu menyediakan alat-alat bermain

anak di rumah

n % n %

1 Tersedia 34 28,33 49 40,83

2 Kadang-kadang 58 48,33 62 51,67 3 Tidak tersedia 28 23,34 9 7,50

(53)

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah anak biasa dibersihkan mulutnya/

menggosok gigi n % n %

1 Selalu dibersihkan 40 3,33 51 42,50 2 Kadang-kadang 54 45,00 57 47,50

3 Tidak 26 21,67 12 10,00

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak main diluar rumah, apakah anak

menggunakan alas kaki

n % n % 1 Selalu menggunakan alas kaki 75 62,50 74 61,67 2 Kadang-kadang beralas kaki 45 37,50 43 35,83 3 Tidak beralas kaki 0 0 3 2,50 No Jika anak mau tidur, apakah selalu

dibersihkan kakinya sebelum tidur

n % n % 1 Selalu dibersihkan 64 53,33 85 70.83 2 Kadang-kadang 56 46,67 35 29,17

3 Tidak dibersihkan 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak menangis Karena lapar atau haus,

apa yang ibu lakukan

n % n % 1 Segera memberikan makan atau minum 116 96,66 114 95,00 2 Dimarahi, baru diberikan makan atau

minum

2 1,67 5 4,17 3 Dibiarkan saja 2 1,67 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah tindakan ibu, jika anak bermain

ditanah

n % n % 1 Segera dibersihkan 69 57,50 77 64,17 2 Dibiarkan sementara 51 42,50 43 35,83

3 Dibiarkan saja 0 0 0 0

(54)

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Siapa yang banyak waktu mengasuh anak

n % n % 1 Ibu sendiri 94 78,33 102 85,00

2 Keluarga 26 21,67 17 14,17

3 Pembantu 0 0 1 0,83

(55)

sedang sakit.85% anak balita tidak KEP (kontro) diasuh oleh ibunya sendiri dan 21,67% anak balita KEP (kasus) diasuh oleh keluarga.

4.2.1.3. Pengetahuan Gizi Ibu Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran pengetahuan gizi ibu dan kejadian kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi subyek Berdasarkan Pengetahuan Gizi ibu dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 4.9. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 104 keluarga (86,7%) pengetahuan gizi ibunya baik dan 16 keluarga (13,3%) pengetahuan gizi ibunya kurang. Pada kontrol terdapat 115 keluarga (95,8%) pengetahun gizi ibunya baik dan 5 keluarga (4,2%) pengetahuan gizi ibunya kurang.

Adapun distribusi pengetahuan gizi ibu berdasarkan jawaban dari responden dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah kegunaan makanan untuk tubuh

n % n % 1 Menjaga kesehatan tubuh 106 88,33 112 93,33 2 Menghilangkan rasa lapar 14 11,67 8 6,67 3 Menimbulkan rasa puas 0 0 0 0

(56)

Lanjutan Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah kegunaan nasi atau bahan makanan

pengganti bagi tubuh n % n %

1 Mendapatkan tenaga, bekerja atau berjalan 62 51,67 88 73,33 2 Pertumbuhan tubuh 47 39,16 29 24,17 3 Menghilangkan rasa lapar 11 9,17 3 2,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah kegunaan lauk pauk (ikan,telur) bagi

tubuh seseorang No Apakah kegunaan sayur dan buah bagi tubuh

seseorang No Bila ibu sedang menyusui, sebaiknya ibu

(57)

Lanjutan Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Bahan makanan yang mengdung sumber

Vitamin A n % n %

1 Anak pada waktu maghrib tidak dapat melihat jelas

82 68,33 100 83,33 2 Anak kurang sehat 27 22,50 19 15,84 3 Anak kurus 11 9,17 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah bahaya anak menderita buta senja

bila tidak diobati No Ibu hamil sering kekurangan zat gizi besi

yang menyebabkan merasa lelah, muka pecat. Hal ini disebabkan karena

n % n %

1 Anemia 29 24,17 50 41,67

2 Kurang darah 83 69,17 66 55,00

3 Kurang makan 8 6,66 4 3,33

J u m l a h 120 100 120 100 No Sampai umur berapakah sebaiknya anak ibu

disusui

1 Memakan makanan yang tidak dicuci atau basi

68 56,67 63 52,50 2 Memakan makanan yang tidak dimasak 47 39,17 57 47,50 3 Minum air susu ibu 5 4,16 0 0

(58)

Lanjutan Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Menurut ibu, apakah bahaya jika anak diare/

mencret terus menerus n % n %

1 Anak menjadi lesu akibat kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kematian

88 73,33 105 87,50 2 Anak menjadi kurus 24 20,00 13 10,83 3 Anak tidak naik berat badannya 8 6,67 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Bila anak ibu diare/mencret, tindakan apa

sebaiknya pertama kali dilakukan 2 Untuk pengobatan penyakit 22 18,33 19 15,83 3 Kurang bermanfaat 4 3,34 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah guna penimbangan di posyandu n % n %

1 Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkemba ngan anak

58 48,33 95 79,17 2 Untuk mengetahui berat badan anak 60 50,00 24 20,00 3 Untuk mengetahui penyakit anak 2 1,67 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah artinya jika berat badan anak berada

dibawah garis merah

n % n % 1 Pertumbuhan anak terganggu dan anak

dalam keadaan kurang sehat

80 66,67 84 70,00 2 Berat badan anak turun 37 30,83 31 25,83 3 Berat badan anak naik 3 2,50 5 4,17

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah artinya jika berat badan anak berada

(59)

Lanjutan Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah artinya jika berat badan anak berada

dibawah garis titik pada KMS n % n % 1 Pertumbuhan dan perkembangan anak

kurang baik

73 60,83 77 64,17 2 Anak tidak sehat 30 25,00 37 30,83 3 Berat badan anak naik 17 14,17 6 5,00

J u m l a h 120 100 120 100

(60)

36% responden anak balita KEP (kasus) belum mengetahui batas umur anak untuk disusui. 87,5 % responden anak balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui bahaya diare bagi anak balita dan responden anak balita KEP (kasus) yang sudah mengetahui bahaya diare bagi anak balita sebesar 73,33%. 85% responden anak balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui tindakan pertama sekali untuk menanggulangi anak diare dan responden anak balita KEP (kasus) yang sudah mengetahui tindakan pertama sekali dalam menanggulangi anak diare sebesar 81,67%. 79,17% responden anak balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui kegunaan penimbangan anak balita di posyandu dan responden anak balita KEP (kasus) yang sudah mengetahui kegunaan penimbangan anak balita di posyandu hanya 48,33%.

4.2.1.4.Tingkat Pendapatan Keluarga Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran tingkat pendapatan keluarga dan kejadian kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Tingkat Pendapatan

Keluarga n % n %

Cukup 77 64,2 102 85

Tidak Cukup 43 35,8 18 15

(61)

Berdasarkan Tabel 4.11. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 77 keluarga (64,2%) tingkat pendapatan keluarganya cukup dan 43 keluarga (35,8%) tingkat pendapatan keluarganya tidak cukup. Pada kontrol terdapat 102 keluarga (85%) tingkat pendapatn keluarganya cukup dan 18 keluarga (15%) tingkat pendapatan keluarganya tidak cukup.

4.2.1.5. Pelayanan Kesehatan Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran pelayanan kesehatan dan kejadian kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pelayanan Kesehatan dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pelayanan Kesehatan

n % n %

Baik 96 80 112 93,3

Tidak Baik 24 20 8 6,7

Jumlah 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.12. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 96 keluarga (80%) pelayan kesehatannya baik dan 24 keluarga (20%) pelayanan kesehatannya tidak baik. Pada kontrol terdapat 112 keluarga (93,3%) pelayan kesehatannya baik dan 8 keluarga (6,7%) pelayanan kesehatannya tidak baik.

4.2.2. Analisis Bivariat Faktor Determinan dengan Kurang Energi Protein

(62)

95%. Apabila hasil perhitungan statistik mempunyai nilai p < 0,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

4.2.2.1. Hubungan Persediaan Pangan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk mengetahui hubungan persediaan pangan keluarga dengan kejadian kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Persediaan Pangan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein, ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol

(63)

4.2.2.2. Hubungan Pola Asuh Anak Balita Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk mengetahui hubungan pola asuh anak balita dengan kejadian kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pola Asuh Anak Balita dan Kejadian Kurang Energi Protein , ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pola Asuh

Anak Balita n % n %

² p value

OR CI 95%

Baik 101 84,2 115 95,8 Tidak Baik 19 15,8 5 4,2

Jumlah 120 100 120 100

7,824 0,005 4,327 1,559 – 12,008

(64)

4.2.2.3. Hubungan Pengetahuan Gizi ibu Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu dengan kejadian kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pengetahuan Gizi ibu dan Kejadian Kurang Energi Protein, ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.15, hasil uji statistik ² didapatkan nilai p = 0,022 berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian kurang energi protein yaitu ibu yang pengetahuan gizinya kurang secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 3,538 , (CI 95% : 1,252 – 9,997) menunjukkan bahwa anak balita kurang energi protein kemungkinan pengetahuan gizi ibunya kurang 3,538 kali lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat kepercayaan 95%, diyakini nilai OR berada pada interval 1,252 – 9,997.

4.2.2.4. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

(65)

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein, ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.16. hasil uji statistik ² didapatkan nilai p = 0,000 berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian kurang energi protein yaitu keluarga yang tingkat pendapatannya tidak cukup secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 3,165 , (CI 95% : 1,694 – 5,911) menunjukkan bahwa anak balita kurang energi protein kemungkinan tingkat pendapatan keluarganya tidak cukup 3,165 kali lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat kepercayaan 95%, diyakini nilai OR berada pada interval 1,694 – 5,911.

4.2.2.5. Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

(66)

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pelayanan Kesehatan dan Kejadian Kurang Energi Protein, ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.18. hasil uji statistik ² didapatkan nilai p = 0,004 berarti ada hubungan yang bermakna antara pelayanan kesehatan dengan kejadian kurang energi protein yaitu anak balita yang pelayan kesehatannya tidak baik secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol . Nilai OR 3,500 (CI 95% : 1,503 – 8,150) menunjukkan bahwa anak balita kurang energi protein kemungkinan pelayanan kesehatannya tidak baik 3,500 kali lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat kepercayaan 95%, diyakini nilai OR berada pada interval 1,503 – 8,150.

4.2.6. Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk menguji beberapa variabel yang dilakukan secara bersama-sama berpengaruh dalam hubungannya dengan kejadian kurang energi protein

(67)

persediaan pangan keluarga, pola asuh anak balita, pengetahuan gizi ibu, tingkat pendapatan keluarga dan pelayanan kesehatan diikutkan dalam analisa multivariate

Selain untuk melihat hubungan beberapa variabel independen (bebas) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat), analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dan juga untuk menentukan variabel yang paling dominan yang mempengaruhi kejadian kurang energi protein. Dalam pemodelan ini seluruh variabel dicobakan bersama-sama, kemudian variabel yang memiliki nilai p ≥ 0,05 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari p value terbesar.

Tabel 4.19 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Lima Variabel Yang Berhubungan Bermakna Dengan Kejadian Kurang Energi Protein Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2007

Variabel Independen B P OR (Adjusted)

CI 95%

Persediaan Pangan Keluarga 1,550 0,000 4,713 2,491-8,916 Pola Asuh Anak Balita 1,523 0,008 4,585 1,484-14,165 Pengetahuan Gizi Ibu 1,509 0,077 2,884 0,890-9,346 Tingkat Pendapatan Keluarga 1,037 0,003 2,822 1,418-5,616 Pelayanan Kesehatan 1,380 0,004 3,974 1,556-10,145

(68)

Setelah variabel pengetahuan gizi dikeluarkan dari pemodelan, proses selanjutnya adalah analisis multivariat variabel persediaan pangan keluarga, pola asuh anak balita, tingkat pendapatan ibu dan pelayanan kesehatan dengan kejadian kurang energi protein sebagaimana terlihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Empat Variabel Yang Berhubungan Bermakna Dengan Kejadian Kurang Energi Protein Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2007

Variabel Independen B P OR (Adjusted)

CI 95%

Persediaan Pangan Keluarga 1,558 0,000 4,748 2,520-8,943 Pola Asuh Anak Balita 1,588 0,006 4,896 1,592-15,059 Tingkat Pendapatan Keluarga 1,016 0,003 2,762 1,397-5,461 Pelayanan Kesehatan 1,439 0,002 4,218 1,669-10,665

Constant -3,990 0,000 0,019

Overall Percentage : 69,6%

Hasil analisis multivariat diatas didapatkan bahwa semua variable : persediaan pangan keluarga, pola asuh anak balita, tingkat pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian kurang energi protein pada anak balita.

(69)

besar dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein setelah tiga variable lainnya dikontrol.Variabel persediaan pangan, setelah tiga variabel lainnya dikontrol, didapat odds ratio adjusted : 4,748. Ini menunjukkan anak balita kurang energi protein kemungkinan persediaan pangan keluargnya kurang 4,748 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang tidak kurang energi protein. Variabel tingkat pendapatan , setelah tiga variabel lainnya dikontrol didapat odds ratio adjusted : 2,762. Ini menunjukkan anak balita kurang energi protein kemungkinan tingkat pendapatan keluarganya tidak cukup 2,762 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang tidak kurang energi protein. Varibel pelayanan kesehatan setelah tiga variabel lainnya dikontrol didapat odds ratio adjusted : 4,218 berarti anak balita kurang energi protein kemungkinan pelayanan kesehatannya tidak baik 4,218 kali lebih besar dibandingkan anak balita yang tidak kurang energi protein

Dengan demikian dapat dihasilkan model regresi logistik dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Logit (p) = -3,99 + 1,588 (pola asuh anak balita) +1,558 (persediaan pangan keluarga) + 1,439 (pelayanan kesehatan) + 1,016 (tingkat pendapatan keluarga)

Dari model diatas didapatkan suatu turunan perhitungan matematik tentang probabilitas anak balita untuk menderita kurang energi protein adalah :

p = 1_____________________________________ 1 + e – (-3,99+1,588 pola asuh anak balita+1,558 persediaan pangan keluarga+1,439 pelayanan kesehatan+1,016 tingakt pendapatn keluarga)

(70)
(71)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Persediaan Pangan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Ketahanan pangan ditingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi baik,oleh karena itu perlu adanya persediaan pangan di tingkat keluarga.

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel persediaan pangan keluarga kurang pada kelompok kasus sebesar 82,5%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 48,3% perbedaan ini signifikan dengan p = 0,000 dan OR : 5,039.

Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen didapatkan hasil p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara persediaan pangan keluarga dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah menjadi 4,713 (OR Adjusted). Hasil akhir analisis multivariat terhadap 4 variabel didapatkan hasil p = 0,000 dan OR berubah menjadi 4,748 (OR Adjusted). Dengan demikian dalam penelitian ini persediaan pangan keluarga mempengaruhi kejadian kurang energi protein. Hal ini sesuai dengan penelitian Andra Fikar di Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2003 dengan hasilnya ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan pangan dengan terjadinya kurang energi protein dengan nilai odds

(72)

5.2. Hubungan Pola Asuh Anak Balita Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Pola asuh orang tua yang salah terhadap anak balita dapat mengakibatkan anak menderita kurang energi protein. Seorang anak balita mengalami kurang energi protein yang diakibatkan kurang makan biasanya terjadi pada keluarga miskin, sedangkan untuk pola asuh yang salah terjadi pada keluarga mampu yang kurang memperhatikan keseimbangan gizi makanan anaknya.

Anak balita kurang energi protein di Kecamatan Medan Denai masih banyak ditemukan imunisasinya kurang lengkap sesuai dengan umur yaitu 60,83%, 41,67% diberikan menu makanan yang tidak seimbang, 37,5% tidak diberikan air susu ibu pertama kali keluar, makanan anak balita yang kurang bervariasi (81,67%) sehingga makanan yang dimakan tidak habis. Penyakit infeksi yang ditemukan pada anak balita kurang energi protein yaitu diare, campak dan cacar air.

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel pola asuh anak balita tidak baik pada kelompok kasus sebesar 15,8%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 4,2% perbedaan ini signifikan dengan p = 0,005 dan OR : 4,327.

(73)

dalam penelitian ini pola asuh anak balita mempengaruhi kejadian kurang energi protein. Hal ini sesuai dengan penelitian Zul Amri di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2003 yang didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara pola asuh anak dengan status gizi dengan odds ratio 1,30.

5.3 Hubungan Pengetahuan Gizi ibu Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Pada umumnya ibu yang mempunyai anak balita kurang energi protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan sudah mengetahui kegunaan makanan untuk menjaga kesehatan tubuh (88,33%; ), kegunaan lauk pauk (78,33%), kegunaan sayur dan buah (69,17%), tanda-tanda kurang vitamin A (68,33%), umur anak untuk mendapatkan air susu ibu (64,17%), bahaya akibat terjadinya diare pada anak balita (73,33%), tindakan pertama dalam menanggulangi diare (81,67%), manfaat imunisasi (78,33%), sedangkan pengetahuan yang belum dipahami yaitu kegunaan penimbangan anak di posyandu (51,67%), bahan makanan sumber vitamin A (72,50%) dan anemia (75,83%)

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel pengetahuan gizi ibu kurang pada kelompok kasus sebesar 13,3%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 4,2% perbedaan ini signifikan dengan p = 0,022 dan OR : 3,538.

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah  Populasi dan Sampel di Puskesmas Wilayah Kecamatan Medan Denai Kota Medan Yang Akan Diteliti Tahun 2007
Tabel 4.1  Keadaan Geografis Wilayah Kerja Empat Puskesmas Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2005
Tabel 4.2  Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Keluarga  dan  Jenis Kelamin di Wilayah Kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2005
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah Kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menakses website ini, pengunjung dapat menghemat waktu dan biaya jika dibandingkan dengan datang dan berkunjung langsung ke SMA Taman Harapan Bekasi, pihak sekolah pun

2 Konsep Dasar Sistem: Pengertian Sistem, Ciri-ciri Sistem, Klasifikasi Sistem, Model dan Modeling Sistem, Bahasa Sistem, Pendekatan Sistem, Penerapan Pendekatan Sistem, Sistem

Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, disingkat Hakteknas merupakan salah satu hari bersejarah nasional yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus Hakteknas merupakan tonggak

Orang-orang berkelompok dan kekerja sama dalam suatu organisasi untuk mencapai satu tujuan organisasi berbekal pengetahuan, tujuan, problem dan keyakinan berbeda yang

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

cross sectional yaitu suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada suatu saat

Telah dirancang sebuah prototype ruang penyimpanan benih padi berdasarkan pengontrolan temperatur dan kelembaban. Berdasarkan data referensi yang dikumpulkan, diperoleh

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELET Alamat Kantor : Jl. Raya Kelet –