• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Lemak Cokelat Mentah Dari Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi Dengan Kapasitas Produksi 20.000 Ton/Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Lemak Cokelat Mentah Dari Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi Dengan Kapasitas Produksi 20.000 Ton/Tahun"

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN

LEMAK COKELAT MENTAH DARI

BIJI COKELAT KERING HASIL FERMENTASI

DENGAN KAPASITAS PRODUKSI

20.000 TON/TAHUN

KARYA AKHIR

DISUSUN OLEH:

NIM : 025201047

DIYAN ANDHOSTORA NST.

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2.Tujuan ... I-3

1.3.Batasan Masalah ... I-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1

2.1. Pendahuluan ... II-1

2.2. Biji Cokelat ... II-1

2.3. Sifat-sifat Minyak dan Lemak ... II-4

2.4. Pelarut Leaching ... II-8

2.5. Proses Pembuatan Lemak Cokelat Mentah . ... II-9

2.6. Deskripsi Proses Pembuatan Lemak Cokelat dari

Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi ... II-10

2.7. Penetuan Kapasitas ... II-12

BAB III NERACA MASSA DAN ENERGI ... III-1

3.1. Neraca Massa ... III-1

3.2. Neraca Energi ... III-4

BAB IV SPESIFIKASI ALAT ... IV-1

BAB V INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... V-1

5.1. Instrumentasi ... V-1

5.2. Keselamatan Kerja ... V-7

BAB VI UTILITAS ... VI-1

6.1. Kebutuhan Uap (Steam) ... VI-1

6.2. Kebutuhan Air ... VI-1

(3)

6.3. Kebutuhan Bahan Kimia ... VI-10

6.4. Kebutuhan Listrik... VI-11

6.5. Kebutuhan Bahan Bakar ... VI-11

6.6. Spesifikasi Peralatan Utilitas... VI-13

BAB VII MANAJEMEN ORGANISASI PERUSAHAAN ... VII-1

7.1. Pengertian Organisasi dan Manajemen ... VII-1

7.2. Bentuk Badan Usaha ... VII-1

7.3. Struktur Organisasi ... VII-2

7.4. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... VII-2

7.5. Sistem Kerja dan Jam Kerja ... VII-5

7.6. Sistem Upah ... VII-6

7.7. Kesejahteraan Karyawan ... VII-6

7.8. Analisa Jabatan ... VII-7

7.9. Jumlah dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja ... VII-7

BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1

8.1. Lokasi Pabrik ... VIII-1

8.2. Tata Letak Pabrik ... VIII-3

8.3. Perincian Luas Tanah ... VIII-4

BAB IX ANALISA EKONOMI ... IX-1

9.1. Modal Investasi ... IX-1

9.2. Biaya Produksi Total ... IX-4

9.3. Total Penjualan... IX-5

9.4. Perkiraan Rugi/Laba Perusahaan ... IX-5

9.5. Analisa Asek Ekonomi ... IX-5

BAB X KESIMPULAN ... XI-1

DAFTAR PUSTAKA ... x

LAMPIRAN A. PERHITUNGAN NERACA MASSA & ENERGI ... LA-1

LAMPIRAN B. PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN ... LB-1

LAMPIRAN C. PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN

UTILITAS ... LC-1

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

memberi ampunan dan karunia, kemudian shalawat kepada Rasulullah

Muhammad SAW yang tak berujung suri tauladannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Pra Rancangan Pabrik

Pembuatan Lemak Cokelat Mentah Dari Biji Cokelat Kering Hasil

Fermentasi”.

Penyusunan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat yang harus

dilaksanakan untuk dapat mengikuti sidang sarjana pada Program Studi Teknologi

Kmia Industri D-IV, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Salam takzim tak terhingga kepada Kedua orang tua tercinta, yang terus

membimbing dan memberikan yang terbaik kepada penulis demi bekal di masa

depan sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang perkuliahan ini. Salam

takzim juga penulis ucapkan pada saudara perempuan dan saudara laki-laki

penulis, yang telah memberikan banyak bantuan baik moriil ataupun finansial dan

nasihat-nasihat serta semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih dan kata sayang kepada seorang wanita yang

selama ini t’lah memberikan penulis semangat dan dukungan yang sangat

dibutuhkann oleh penulis saat menghadapi suka maupun duka dalam penyelesain

Karya akhir ini.

Dalam kesempatan ini, saya juga menyampaikan salam dan rasa terima

kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung

(6)

1. Dr.Ir. Renita, MT, Ketua Program Studi Teknologi Kimia Industri

D-IV, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Irvan, Koordinator Tugas Akhir Program Studi Teknologi

Kimia Industri D-IV, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Fahmi, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.

4. Dr.Ir. Mhd.Turmuzi, MS, selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

5. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Teknologi Kimia Industri

D-IV, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Pegawai Administrasi Program Studi Teknologi Kimia

Industri D-IV, Fakultas Teknik Universitas Sumatera.

7. Teman-teman yang tidak dapat ditulis namanya satu persatu yang

telah turut membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.

demikian juga kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan seluruhnya

atas dukungan, bantuan dan kebaikannya kepada penulis. Hanya kepada Allah

sajalah penulis tumpukan balasan atas segala hal karena Ia Maha Adil dan

sebaik-baik pemberi ganjaran.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna karena

hakikat ilmu pengetahuan senantiasa berkembang. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan mutu Tugas Akhir di masa yang

akan datang. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Jan 2007

Penulis,

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Tangki Penyimpanan berserta Instrumentasinya ... V-4

Gambar 5.2. Tangki Berpengaduk berserta Instrumentasinya ... V-4

Gambar 5.3. Reaktor Tangki Berpengaduk beserta instrumentasinya ... V-5

Gambar 5.4. Evaporator berserta Instrumentasinya ... V-5

Gambar 5.5. Pompa berserta Instrumentasinya ... V-5

Gambar 5.6. Kondensor berserta Instrumentasinya ... V-6

Gambar 5.7. Heat Exchanger berserta Instrumentasinya ... V-6

Gambar 5.8. Spray Dryer berserta Instrumentasinya ... V-7

Gambar 6.1. Proses Pengolahan limbah ... VI-14

Gambar 7.1. Struktur Organisasi ... VII-9

Gambar 8.1. Tata Letak Pabrik Pembuatan Olein dan Stearin ... VIII-5

Gambar LA.1Diagram Alir Pembuatan Lemak Cokelat ... LA-1

Gambar LB.1Ukuran Tangki ... LC-2

Gambar LB.2Ukuran Tutup Tangki ... LC-4

Gambar LC.1Grafik Entalpi dan Temperatur Cairan pada

Cooling Tower (CT) ... LD-39

Gambar LC.2Kurva Hy terhadap 1/(Hy*-Hy) ... LD-40

Gambar LC.3Siklus Refrigerasi ... LD-21

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Keping Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi ... II-2

Tabel 2.2. Sifat-sifat Lemak Cokelat ... II-8

Tabel 2.3. Sifat-sifat n-Pentana ... II-9

Tabel 2.4. Konsumsi cokelat olahan dunia (dalam ribu ton/tahun) ... II-12

Tabel 2.5. Produksi Perkebunan Cokelat Sumatera Utara & NAD ... II-12

Tabel 3.1.1. Neraca Massa pada Hammer Mill – 101 ... III-1

Tabel 3.1.2. Neraca Massa pada Mixing Tank – 101 ... III-1

Tabel 3.1.3. Neraca Massa pada Mixing Tank – 102 ... III-2

Tabel 3.1.4. Neraca Massa pada Filter Press – 101 ... III-2

Tabel 3.1.5. Neraca Massa pada Tank – 103 ... III-2

Tabel 3.1.6. Neraca Massa pada Heat Exchanger – 101 ... III-3

Tabel 3.1.7. Neraca Massa pada Evaporator – 101 ... III-3

Tabel 3.1.8. Neraca Massa pada Spray Dryer – 101 ... III-3

Tabel 3.1.9. Neraca Massa pada Cyclon – 101 ... III-4

Tabel 3.2.1. Neraca Energi pada Mixing Tank – 101 ... III-4

Tabel 3.2.2. Neraca Energi pada Mxing Tank – 102 ... III-4

Tabel 3.2.3. Neraca Energi pada Evaporator – 101 ... III-5

Tabel 3.2.4. Neraca Energi pada Heat Exchanger – 101 ... III-5

Tabel 3.2.5. Neraca Energi pada Spray Dryer – 101 & Cyclon – 101 ... III-5

Tabel 3.2.6. Neraca Energi pada Condensor – 101 ... III-6

Tabel 3.2.7. Neraca Energi pada Condensor – 102 ... III-6

Tabel 6.1. Mutu Air Sumur Bor Besitang ... VII-4

Tabel 8.1. Perincian Luas Tanah Pabrik ... VIII-4

Tabel 9.1. Jumlah Tenaga Kerja Beserta Tingkat Pendidikannya ... IX-9

Tabel LA-1. Neraca Massa pada Hammer Mill – 101 ... LA-2

Tabel LA-2. Neraca Massa pada Mixing Tank – 101 ... LA-3

Tabel LA-3. Neraca Massa pada Mixing Tank – 102... LA-5

Tabel LA-4. Neraca Massa pada Filter Press – 101 ... LA-6

Tabel LA-5. Neraca Massa pada Tank – 103 ... LA-7

(9)

Tabel LA-7. Neraca Massa pada Cyclon – 101 ... LA-11

Tabel LA-8. Harga cp Setiap Gugusan... LA-12

Tabel LA-9. Neraca Energi Masuk pada Mixing Tank – 101 ... LA-15

Tabel LA-10 Neraca Energi Keluar pada Mixing Tank – 101 ... LA-15

Tabel LA-11 Neraca Energi Masuk pada Mxing Tank – 102 ... LA-16

Tabel LA-12 Neraca Energi Keluar pada Mxing Tank – 102 ... LA-17

Tabel LA-13 Neraca Energi Masuk pada Evaporator – 101 ... LA-18

Tabel LA-14 Neraca Energi Keluar pada Evaporator – 101 ... LA-18

Tabel LA-15 Neraca Energi Masuk pada Heat Exchanger – 101 ... LA-19

Tabel LA-16 Neraca Energi Keluar pada Heat Exchanger – 101 ... LA-19

Tabel LA-17 Neraca Energi Masuk pada Condensor – 101 ... LA-20

Tabel LA-18 Neraca Energi Keluar pada Condensor – 101 ... LA-20

Tabel LA-19 Neraca Energi Masuk Spray Dryer – 101 & Cyclon – 101 ... LA-23

Tabel LA-20 Neraca Energi Keluar Spray Dryer – 101 & Cyclon – 101 ... LA-23

Tabel LA-21 Neraca Energi Masuk pada Condensor – 102 ... LA-24

Tabel LA-22 Neraca Energi Keluar pada Condensor – 102 ... LA-24

Tabel LB-1 Komposisi n-Pentana Dalam Produk Lemak Cokelat ... LB-2

Tabel LB-2 Komposisi Cokelat Pasta Dalam Tangki ... LB-6

Tabel LB-3 Tabel LA-3 Komposisi Cokelat Pasta Dalam Tangki ... LB-11

Tabel LB-4 Tabel LA-4 Komposisi Cokelat Pasta Dalam Tangki ... LB-17

Tabel LB-5 Data Temperatur Pada HE-101 ... LB-20

Tabel LB-6 Data Temperatur Pada CD-101 ... LB-27

Tabel LB-7 Data Temperatur Pada CD-102 ... LB-49

Tabel LD.1 Perincian harga bangunan ... LE-2

Tabel LD.2 Data Indeks Harga Chemical Engeneering (CE) ... LE-3

Tabel LD.3 Perkiraan Harga Peralatan Proses ... LE-6

Tabel LD.4 Perkiraan Harga Peralatan Utilitas... LE-7

Tabel LD.5 Biaya Sarana Transportasi ... LE-10

Tabel LD.6 Perincian Gaji Pegawai ... LE-14

Tabel LD.7 Perincian Biaya Kas ... LE-16

Tabel LD.8 Perincian Modal Kerja ... LE-17

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cokelat merupakan tanaman perkebunan / industri berupa pohon yang

dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, namun baru menjadi komoditi yang penting

sejak tahun 1951. Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung

industri cokelat pada tahun 1975, setelah PTP VI berhasil menaikan produksi cokelat

per hektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid, yang

merupakan hasil persilangan antar klon dan sabah. Biji cokelat dapat diproses dan

menghasilkan beberapa produk, produk olahan yang dihasilkan adalah : Bubuk

cokelat (Cocoa powder), pasta cokelat (Cocoa liqour) dan lemak cokelat (Cocoa

butter) (Anonim, warintek 2007).

Lemak cokelat dapat digunakan pada produk pangan, farmasi dan kosmetik.

Bubuk cokelat dapat digunakan pada produk pangan dan kosmetik, sedangkan kulit

biji dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Cokelat olahan digunakan dalam bidang farmasi karena banyak mengandung

zat-zat antara lain : karbohidrat yang dibentuk oleh senyawa kimia dalam cokelat

menghasilkan serotonin, yang membantu stimulasi otak. Lemak cokelat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan

meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit

jantung koroner dan kanker. Cokelat juga mengandung theobromine, flavanol dan caffein yang memberikan energi bagi tubuh, dapat mencegah batuk dan sebagai anti pembekuan darah yang dapat melacak dan menghancurkan kimia berbahaya dalam

tubuh sehingga dapat terhindar dari penyakit stroke. (Anonim, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2007).

Cokelat olahan digunakan dalam bidang kosmetik antara lain : Proses

pengangkatan sel-sel kulit mati dengan cara peeling dimana tepung cokelat

digunakan sebagai scruber. Lemak cokelat dipakai sebagai salah satu bahan

campuran untuk kosmetik seperti, lipstik, eyelash cream, sabun, pemerah pipi, dan

(11)

Untuk cokelat olahan, produk yang paling strategis untuk dikembangkan

adalah lemak cokelat (cocoa butter). Pemilihan lemak cokelat sebagai produk olahan

yang paling strategis untuk dikembangkan didasarkan pada beberapa pertimbangan

seperti aspek lapangan kerja, peluang pasar dan nilai tambah.

Jika dilakukan fermentasi dengan baik, kualitas cokelat Indonesia tidak kalah

dengan kualitas cokelat dunia. Selain itu cokelat Indonesia memiliki kelebihan yaitu

tidak mudah meleleh sehingga sangat cocok digunakan untuk bahan campuran

(blending). Dilihat dari kelebihan dan keunggulan tersebut, Indonesia memiliki

peluang besar untuk meningkatkan industri cokelat olahan sebagai salah satu

pendorong pertumbuhan dan pendapatan devisa Negara (Anonim, Departemen

Pertanian 2005).

Lemak cokelat mempunyai warna putih-kekuningan dan mempunai bau khas

cokelat. Lemak ini mempunyai sifat rapuh (brittle) pada suhu 25 oC, tidak larut

dalam air dan mencair pada 27 – 33 o

Harga bahan baku biji cokelat kering hasil fermentasi berkisar US$ 1.845 per

ton. Bahan baku merupakan komponen terbesar dari biaya produksi, yakni ±

mencapai 80 %, sedangkan bahan bakar dan lainya berkontribusi 20 %. Harga jual

lemak cokelat (cocoa butter) dipasar internasional saat ini berkisar US$ 5.200 per ton

dan untuk bubuk cokelat (cocoa powder) US$ 700 per ton. Diperkirakan dimasa

yang akan datang harga cokelat olahan akan semakin meningkat, ini dipacu oleh

hasil penelitian yang menyatakan mengkonsumsi cokelat sangat baik bagi kesehatan

(Anonim, Harian Bisnis 2007).

C.

1.2 Tujuan

Tujuan utama pra rancangan pabrik pembuatan lemak cokelat (cocoa butetr)

mentah dari biji cokelat kering hasil fermentasi adalah untuk menerapkan disiplin

ilmu teknik kimia, khususnya dibidang pra rancangan dan operasi teknik kimia

sehingga akan memberikan gambaran kelayakan Pra Rancangan Pabrik Pembuatan

(12)

1.3Batasan Masalah

Sehubungan dengan meningkatknya produksi cokelat serta tingginya

kebutuhan akan cokelat olahan, maka diperlukan suatu usaha untuk mengolah biji

cokelat tersebut dengan mendirikan pabrik lemak cokelat mentah. Tugas akhir ini

memaparkan bagaimana pra rancangan Pabrik Pembuatan Lemak Cokelat Mentah

dari Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi berdasarkan : Perhitungan neraca massa

dan neraca energi, Penentuan spesifikasi peralatan yang diperlukan untuk proses

produksi maupun proses pendukung produksi, Penentuan instrumentasi dan

keselamatan kerja yang dibutuhkan, Penentuan utilitas, Penentuan manajemen

organisasi perusahaan yang diperlukan demi kelancaran proses produksi, Penentuan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Rasa cokelat masih sulit didefinisikan. Dalam bukunya

cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang jelas-jelas

dominan. Sebagian dari zat itu rasanya sangat tidak enak kalau berdiri sendiri.

Karenanya, sampai kini belum ada rasa cokelat tiruan.

Di antara zat-zat penghasil rasa cokelat terdapat lem

cokelat ini hanya sedikit di bawah suhu normal tubuh manusia. Kalau sepotong

cokelat batangan dimakan, maka lemak akan mencair di dalam mulut. Mencairnya

lemak cokelat menimbulkan rasa lembut. Lemak cokelat tidak langsung diserap

tubuh karena bukan dari jenis yang dapat menggemukkan tubuh. Meskipun tak

tergantikan, pemalsuan rasa sering terjadi. Cokelat adalah bahan yang relatif mahal,

bila dibandingkan dengan gula ata

minyak lebih murah, seperti

).

2.2 Biji Cokelat

Biji cokelat berasal dari tanaman marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae

yang banyak diusahakan oleh perkebunan, perkebunan swasta dan Negara.

Sistematika tanaman cokelat menurut Tjitrosoepomo adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Anak Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

(14)

Jenis cokelat yang terbanyak dibudidayakan adalah jenis:

1. Criollo : termasuk cokelat yang bermutu tinggi atau cokelat mulia / edel cacao atau fine flavour cacao. Criollo terdiri atas dua jenis cokelat, yaitu : Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan.

2. Forastero : umumnya termasuk cokelat bermutu rendah atau disebut juga cokelat curah / Bulk cokelat. Ada dua jenis cokelat yang termasuk tipe forastero, yaitu :

forastero amazona dan trinitario.

3. Trinitario yang merupakan hibrida alami dari Criollo dan Forastero sehingga menghasilkan biji cokelat yang dapat termasuk fine flavour cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang banyak ditanam di Indonesia adalah Hibrid Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybrida (Cokelat lindak) (Susanto, FX. Ir, 1994 ).

Untuk memproduksi lemak cokelat, bahan baku tidak harus difermentasi

karena untuk produk lemak cokelat citarasa bukan merupakan penentu utama dari

mutu, akan tetapi kandungan lemaknya. Produk samping dari proses pembuatan

lemak cokelat adalah bubuk cokelat (cocoa powder), dimana ini memiliki nilai

ekonomis bila memiliki citarasa cokelat yang tinggi. Untuk itu biji cokelat terlebih

dahulu difermentasi, kandungan lemak tidak lebih dari 2 % dan pelarut tidak lebih 5

ppm. Komposisi biji cokelat kering hasil fermentasi terdiri dari 6 % kulit dan 94 %

keping biji. Keping biji mengandung 2,5 % air dan sisanya mengandung 54 % lemak,

46 % padatan (US Patent references 6361814, 2002).

Berikut komposisi keping biji cokelat kering hasil fermentasi pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Komposisi Keping Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi

Persenyawaan Persentase

Air 2,5 – 3

Komposisi lemak:

Terdiri : Palmitic acid

Stearic acid

Oleic acid

Linoliec acis

52 - 54

25

35

38

(15)

Fasa padat :

Terdiri : Karbohidrat

Protein

Theobromine

Nitrogen

P2O

NaCl 5

Stracth

44 - 46

22

19

4

32

3,5

3

14

(Sumber : anonym, )

Fermentasi dimaksudkan untuk menumbuhkan cita rasa, aroma dan warna

yang baik, karena selama proses fermentasi berlangsung beberapa perubahan fisika,

kimia dan biologi pada biji. Selama fermentasi terjadi penguraian senyawa polifenol,

protein dan gula oleh enzim yang menghasilkan senyawa calon aroma, perbaikan

rasa dan perubahan warna. Perubahan biokimia yang terjadi tergantung pada lama

fermentasi yang dialami oleh biji dan jenis buah kakao. Faktor yang berpengaruh

terhadap fermentasi meliputi waktu, aerasi atau pembalikan dan aktivitas mikroba.

Kelebihan fermentasi (over fermentation) harus dihindari karena selain merusak cita

rasa, reaksi pembentukan warna (browning) dapat terganggu. Proses pembalikan atau

aerasi menyebabkan terbuangnya panas, sehingga untuk mencapai temperatur yang

sesuai dibutuhkan waktu yang lebih lama. Suhu yang ideal untuk proses fermentasi

adalah 45°C. Dalam fermentasi, mikroba berperan untuk memecah gula menjadi

alkohol dan selanjutnya terjadi pemecahan alkohol menjadi asam asetat (Sarmidi,

1994).

Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik pada suhu yang ideal yaitu

45°C maka bobot minimum biji kakao basah yang difermentasi sebaiknya 50 kg,

tetapi proses fermentasi di dalam peti dengan nisbah luas permukaan dan volume

kotak fermentasi yang kecil diperoleh suhu fermentasi 45°C meskipun jumlah biji

basah yang difermentasikan hanya 20 kg. Persyaratan mutu biji kakao menyangkut

tiga hal pokok, yaitu mutu fisik yang berhubungan dengan rendemen biji seperti

kadar air dan kadar lemak. Mutu organoleptik yang berhubungan dengan cita rasa

(16)

yaitu bahan tanam dan cara pengolahannya. Aspek mutu yang sangat ditentukan oleh cara pengolahan di antaranya adalah warna keping biji dan potensi cita rasa (Wood cit. Yusianto et al., 1997).

2.3Sifat-sifat Minyak dan Lemak

A. Sifat Fisika (Ketaren, 1986).

1. Warna

Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan, yaitu: zat warna alamiah dan

warna dari hasil degradasi zat warna alamiah.

2. Kelarutan

Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil).

3. Titik cair dan polymerphism

Asam lemak tidak memperlihatkan kenaikan titik cair yang linier dengan

bertambahnya panjang rantai atom karbon. Asam lemak dengan ikatan trans

mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada isomer asam lemak yang

berikatan cis.

Polymerphism pada minyak dan lemak adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal. Polymerphism sering dijumpai pada beberapa

komponen yang mempunyai rantai karbon panjang dan pemisahan

kristal-kristal tersebut sangat sukar. Namun demikian untuk beberapa komponen,

bentuk dari kristal-kristal sudah dapat diketahui.

Polymerphism penting untuk mempelajari titik cair minyak atau lemak dan asam-asam lemak beserta ester-ester. Polymerphism mempunyai peranan penting dalam berbagai proses untuk mendapatkan minyak atau lemak.

4. Titik didih

Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin bertambah besar dengan

bertambahnya rantai karbon dari beberapa asam lemak tersebut.

5. Bobot jenis

Bobot jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25 0

C, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada

(17)

penentuan bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran

temperatur yang pendek.

6. Indeks bias

Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada

suatu medium yang cerah. Indeks bias pada minyak dan lemak dipakai untuk

pengenalan unsur kimia dan pengujian kemurnian minyak/lemak.

Abbe refractometer mempergunakan alat temperatur yang dipertahankan pada 25 0C. Untuk pengukuran indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi,

dilakukan pada temperatur 400C atau 600

7. Titik lunak

C, selama pengukuran temperatur

harus dikontrol dan dicatat. Indeks bias ini akan meningkat pada minyak atau

lemak dengan rantai karbon yang panjang dan juga dengan terdapatnya

sejumlah ikatan rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan

bertambah dengan meningkatnya bobot molekul, selain dengan naiknya

ketidakjenuhan dari asam-asam lemak tersebut.

Titik lunak dari minyak lemak ditetapkan dengan maksud untuk

mengidentifikasi minyak atau lemak tersebut, dimana titik tersebut adalah

temperatur pada saat permukaan dari minyak atau lemak dalam tabung

kapiler mulai naik setelah didinginkan.

8. Titik lebur (melting point)

Titik lebur pada minyak dan lemak akan semakin tinggi dengan semakin

panjangnya rantai atom C.

9. Titik kekeruhan

Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik

kekeruhan (Turbidity Point)

10.Titik asap, titik nyala dan titik api

Pada minyak atau lemak dapat dilakukan penetapan titik asap, titik nyala dan

titik api. Titik asap adalah temperatur pada saat lemak atau minyak

menghasilkan asap tipis yang kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala

adalah temperatur pada saat campuran uap dan minyak dengan udara mulai

terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan

(18)

11. Shot melting point

Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak. Pada umumnya lemak atau minyak mengandung

komponen-komponen yang berpengaruh terhadap titik cairnya.

B. Sifat Kimia (

Ketaren. 1986

).

1. Kelarutan Minyak dalam air rendah, ini menunjukkan bahwsanya minyak

tidak larut dalam air.

2. Minyak bila bereaksi dengan air, maka minyak akan berubah menjadi

asam-asam lemak bebas, dan akan mengakibatkan aroma dan rasa tengik pada

minyak dan lemak.

Reaksinya :

O

CH2 – O – C – R CH2

O O OH

CH

O

– O – C – R + 3H – OH CHO + 3RCOOH

CH2 – O – C – R CH2

Trigliserida Air Gliserol Asam lemak bebas

OH

3. Odor dan flavor pada lemak/minyak selain terdapat secara alami, juga terjadi

karena pembentukan asam-asam berantai pendek sebagai hasil dari

penguraian pada kerusakan lemak/minyak. Akan tetapi pada umumnya odor

dan flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak.

4. Terdiri dari asam lemak jenuh dan tidak jenuh

5. Merupakan asam karboksilat yang berasal dari minyak nabati (tumbuhan).

6. Tersusun dari rantai kelompok alkil dari 4 – 22 atom karbon yang bergugus

fungsi –COOH

2.3.1 Lemak Cokelat Mentah

Lemak coklat merupakan lemak nabati alami. Lemak coklat mempunyai

warna putih-kekuningan dan mempunyai bau khas cokelat. Lemak ini mempunyai

(19)

larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin. Lemak coklat larut sempurna

dalam alkohol murni panas dan sangat mudah larut dalam khloroform, benzena, dan

petroleum eter.

Lemak coklat mempunyai tingkat kekerasan (pada suhu kamar) yang

berbeda, bergantung asal dan tempat tumbuh tanamannya. Lemak coklat dari

Indonesia, mempunyai tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan lemak

coklat asal Afrika Barat. Sifat ini sangat disukai oleh pabrik makanan cokelat karena

produknya tidak mudah meleleh saat didistribusikan ke konsumen (Anonim, Warta

Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007).

Lemak coklat memiliki beberapa sifat yang khas, ditunjukkan dalam tabel 2.2

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Sifat – Sifat Fisika Lemak Coklat

Bilangan asam

Bilangan penyabunan

Bilangan iod

Bilangan reichert – meissi

Bilangan polenske

Bilangan hidroksil

Indeks bias pada suhu 35 0

Titik cair

C

1 – 4

190 – 198

33 – 44

1

0,2 – 0,5

2 – 7

1,456 – 1,458

32 – 350C

(Sumber : S. ketaren, 1986)

2.4Pelarut Leaching

Untuk mendapatkan lemak coklat di sarankan melakukan leaching dengan

menggunakan suatu pelarut organik yang memiliki berat molekul yang relatif rendah

yaitu tidak lebih dari 75 gr/mol. Sebagai contoh, propana, butana dan pentana atau

campuracampuran daripadanya, dalam hal ini pelarut yang digunakan adalah

n-pentana. Bahan pelarut organik dapat melarutkan lemak coklat ± 20 % (dalam %

berat).

Penggunaan pelarut yang memiliki berat molekul lebih rendah dari 75 gr/mol

disebabkan karena pelarut nonpolar alkana dapat mengekstrak lemak tanpa

(20)

dari lemak coklat. Pelarut yang digunakan mudah dipisahkan dari lemak coklat dan

padatan coklat sehingga dihasilkan tepung coklat (cocoa powder) yang berkualitas

(US Patent 6361814, 2002).

Beberapa sifat – sifat pelarut n-pentana akan ditunjukkan pada tabel 2.3

sebagai berikut :

Tabel 2.3 Sifat – Sifat Fisik n-Pentana

Warna

Kestabilan

Titik beku

Titik didih

Tekanan uap

Kelarutan di air

Densitas

jernih

stabil

- 130 0

37 C 0

8,28 psi pada 20 C

0

tidak larut C

0,626 gr/ml

(Sumber : Perry,1999)

2.5 Proses Pembuatan Lemak Coklat Mentah

Secara umum lemak coklat dapat dihasilkan dari biji cokelat kering hasil

fermentasi dengan 2 metode sebagai berikut:

1. Tekanan hidrolik (kempa) : lemak dikeluarkan dari keping biji dengan cara

dikempa. Keping biji coklat yang masih panas dimasukkan ke dalam alat

kempa hidrolis dengan dinding silinder diberi lubang- lubang sebagai

penyaring. Cairan lemak akan keluar melewati lubang-lubang tersebut,

sedangkan bungkil biji akan tertahan di dalam silinder. Rendemen lemak

yang diperoleh dari pengempaan antara lain dipengaruhi oleh suhu biji,

ukuran partikel biji, kadar protein biji, tekanan kempa, dan waktu

pengempaan. Dengan cara ini sebanyak 90 % lemak dapat diekstrak dari

bahan dan yang tertinggal pada mesin sekitar 10 % (Iccri, Pusat Penelitian

Cokelat dan Kopi 2007).

2. Leaching pelarut : keping biji dihancurkan hingga dihasilkan cokelat pasta (cocoa liquor), kemudian dicampurkan dengan pelarut. Lemak coklat larut

sempurna dalam alkohol murni panas dan sangat mudah larut dalam

(21)

penambahan pelarut organik menghasilkan 99 % lemak dapat dipisahkan dari

keping biji coklat. Lemak coklat yang dihasilkan mengandung tidak lebih 5

ppm pelarut organik. (Ketaren, 1986)

Dari dua metode tersebut pada pabrik pembuatan lemak cokelat ini

dipilih metode dengan menggunakan pelarut, alasannya adalah dengan

menggunakan bantuan pelarut, 99% lemak dapat diekstrak.dari biji cokelat.

2.6 Deskripsi Pembuatan Lemak Coklat Mentah dari Biji Cokelat Kering Hasil

Fermentasi

Pembuatan lemak cokelat mentah dari biji cokelat kering hasil fermentasi

dilakukan dengan beberapa tahap, adapun tahap – tahap tersebut adalah :

1. Tahap penghalusan biji cokelat.

Biji cokelat kering hasil fermentasi terdiri dari 6 % kulit biji dan 94 % keping

biji, ditempatkan dalam penyimpanan tertutup berupa gudang (G-101).

Melalui alur 1 menggunakan bucket elevator (BE-101) biji cokelat kering diangkut dari gudang ke pengilingan hammer mill (HM-01) untuk

dihancurkan. Kulit biji dan keping biji telah terpisah, menggunakan kipas

(F-101) kulit biji dipisahkan beserta kotoran yang tidak dinginkan terpisah dari

produk dan ditampung di bak penampung (BP-01). Keping biji diangkut

bucket elevator (BE-102) ke hammer mill (HM-102), menghasilkan cairan cokelat kental (pasta cokelat). Hammer mill memiliki sebuah rotor yang dilengkapi dengan palu ayun, rotor berputar dengan kecepatan tinggi dalam

sebuah rumah (chasing) berbentuk silinder. Biji cokelat masuk pada bagian

puncak chasing, lalu dihancurkan dan keluar melalui bukaan pada dasar chasing. Ukuran partikel dari pasta cokelat adalah 150 mikron.

2. Tahap Leaching.

Pasta cokelat mengandung 54 % lemak dan 46 % padatan. Pasta cokelat

masuk ke mixing tank (MT-101) melalui alur 3 dengan bantuan gravitasi,

MT-101 dilengkapi jeket pemanas steam. Pasta cokelat dipanaskan pada

temperatur 60 0C dengan tujuan agar seluruh lemak yang terdapat di dalam

(22)

Cokelat pasta keluar dari MT-101 melalui alur 4 dengan bantuan gravitasi,

mengalirkan ke mixing tank (MT-102) pada temperatur 60 oC. Pada saat yang

bersamaan di alur 5, pelarut dari tangki (T-101) masuk melalui pompa

(P-104) pada temperatur 28 o

Campuran pasta cokelat dan pelarut dikeluarkan dari mixing tank (MT-102)

menuju filter press (FP-101) dialur 6 menggunakan pompa (P-101), sehingga

fasa cair dan fasa padat terpisah. Fasa cair berupa lemak dan pelarut keluar

dari dialur 7, masuk ke dalam separator (S-101). S-101 dapat menampung volume campuran selama 0,5 jam operasi, air dikeluarkan dialur 19. Padatan

keluar pada bagian bawah filter press, masuk ke screw conveyor kemudian

diangkut mengunakan bucket elevator (BE-103) dialur 14.

C. Pada MT-102 lama pengadukkan 8-10 menit,

diharapkan seluruh lemak melarut ke dalam pelarut, kelarutan lemak dalam

n-pentana adalah 20 %.

3. Tahap pemisahan pelarut dari lemak cokelat.

Fasa cair (campuran pelarut dan lemak) pada alur 8 melalui pompa (P-102)

dialirkan ke heat exchanger (HE-101) kemudian ke menara evaporator

(EV-101) dialur 9. Pelarut diuapkan dari lemak pada tekanan 1 atm dan temperatur

105 oC. Lemak keluar melalui pompa (P-103) menuju tank lemak cokelat

(T-102) di alur 10, dimana kandungan pelarut yang tertinggal pada lemak tidak

lebih dari 5 ppm. Pada menara Evaporator uap pelarut keluar pada alur 11,

dialirkan ke heat exchanger (HE-101). Temperatur n-pentana turun tetapi

masih dalam fasa uap. Lalu masuk ke condensor dialur 12, n-pentana menjadi

cair pada temperatur 28 0

4. Tahap pemisahan pelarut dari tepung cokelat

C dialur 13 Cairan pelarut mengalir ke T-101

dengan bantuan gravitasi.

Padatan dibawa melalui bucket elevator (BE-103) pada alur 14 ke unit spray

dryer (SD-101). Udara panas masuk pada temperatur 150 0C. Padatan kemudian masukkan ke unit cyclone (101) dialur 15, Uap keluar dari

C-101 pada alur 17, lalu dialirkan melalui condenser (CD-02) untuk merubah

n-pentana ke fasa cair. Mengalirkan cairan n-n-pentana dialur 18 menuju tank

pelarut (T-101) dengan bantuan gravitasi. Padatan berupa bubuk cokelat

(23)

cokelat (cocoa powder) mengandung lemak tidak lebih dari 2 % dan 5 ppm

pelarut (dalam % berat bubuk cokelat).

2.6 Penentuan Kapasitas

Data konsumsi dunia untuk produk coklat olahan selama tahun 2000 sampai

2005 (dalam ribu ton) dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini :

Tabel 2.4 Konsumsi cokelat olahan dunia (dalam ribu ton/tahun)

Tahun Konsumsi cokelat

olahan dunia

Produksi coklat olahan dari

Negara-negara penghasil biji cokelat

2000/01

2001/02

2002/03

2003/04

2004/05

3053

2881

3053

3203

3298

991

965

1062

1156

1178

(sumber : ICCO, 2006)

Sejak tahun 1999 Indonesia memproduksi biji cokelat tidak kurang dari

400.000 ton/tahun, khusus Provinsi Sumatera Utara & NAD memiliki potensi yang

besar untuk mengembangkan industri pembuatan lemak cokelat, karena ketersedian

bahan baku yang banyak. Produksi biji cokelat di Sumatera Utara & NAD dapat

dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.5 Produksi Perkebunan Cokelat Sumatea Utara & NAD

Tahun Sumut (ton/tahun) NAD (ton/tahun)

2002

2003

2004

2005

17.847,00

21.215,00

23.923,15

28.001,02

12079,00

12948,00

12859,00

13785,00

(Sumber : Badan Pusat Statistik 2006)

Untuk memproduksi lemak cokelat berkapasitas 20.000 ton/tahun dibutuhkan

5,5154 ton/tahun biji cokelat. Diperkirakan pada waktu yang akan datang produksi

biji cokelat terus mengalami peningkatan, disebabkan program regenerasi

(24)

BAB III

NERACA MASSA & ENERGI

Hasil perhitungan neraca massa dan energi pada Pra Rancangan Pabrik

Pembuatan Lemak Cokelat dari Biji Cokelat Kering Hasil Fermentasi adalah sebagai

berikut :

Kapasitas = 20000 ton/tahun

Operasi = 24 jam/hari

Basis perhitungan = 1 jam operasi

Satuan panas = kilojoule (kj)

Suhu referensi = 25 o

No

C

3.1. Neraca Massa

3.1.1. Hammer mill - 101

Tabel 3.1 Neraca Massa pada Hammer Mill - 101

Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)

Alur 1 Alur 2 Alur 3

1 Kulit 309,24 309,24 -

2 Keping biji 4844,74 - 4844,74

Jumlah 5153,98 309,24 4844,74

Jumlah 5153,98 5153,98

3.1.2. Mixing Tank - 101

Tabel 3.2 Neraca Massa Pada Mixing Tank – 101 Komponen Masuk (kg/jam)

Alur 3

Keluar (kg/jam)

Alur 4

Lemak 2550,75 2550,75

Padatan 2172,86 2172,86

Air 121,13 121,13

(25)

3.1.3. Mixing Tank – 102

Tabel 3.3 Neraca Massa pada Mixing Tank - 102

No Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)

Alur 6 Alur 4 Alur 5

1 Lemak 2550,75 - 2550,75

2 Padatan 2172,86 - 2172,86

3 n-Pentana - 10203 10203

4 Air 121,13 - 121,13

Jumlah 4844,74 10203 15047,74

Jumlah 15047,74 15047,74

3.1.4. Filter Press 101

Tabel 3.4 Neraca Massa pada Fillter press - 101

No Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)

Alur 6 Alur 7 Alur 14

1 Lemak 2550,75 2525,25 25,5075

2 Padatan 2172,86 - 2172,86

3 n-Pentana 10203 10100,97 102,03

4 Air 121,13 121,13 -

Jumlah 15047,74 12747,35 2300,39

Jumlah 15047,74 15047,74

3.1.5. Tank – 103

Tabel 3.5 Neraca Massa Pada Tank – 103 Komponen Masuk (kg/jam)

Alur 7

Keluar (kg/jam)

Alur 8

Keluar (kg/jam)

Alur 19

Lemak 2525,25 2525,25 -

n-pentana 10100,97 10100,97 -

Air 121,13 - 121,13

Jumlah 12747,35 12626,22 121,13

(26)

3.1.6. Heat Exchanger 101

Tabel 3.6 Neraca Massa Pada Heat Exchanger – 101 Komponen Masuk (kg/jam)

Alur 8

Keluar (Kg/jam)

Alur 9

Lemak 2525,25 2525,25

n-pentana 10100,97 10100,97

Total 12626,22 12626,22

3.1.7. Evaporator – 101

Tabel 3.7 Neraca Massa pada Evaporator - 101 No Komponen Masuk (kg/jam)

Alur 9

Keluar (kg/jam)

Alur 10 Alur 11

1 Lemak 2525,25 2525,25 -

2 n-Pentana 10100,97 0,0126 10100,97

Jumlah 12626,22 2525,262 10100,97

Jumlah 12626,22 12626,22

3.1.8. Spray Dryer - 101

Tabel 3.8 Neraca Massa pada Spray Dryer – 101 Komponen Masuk (kg/jam)

Alur 14

Keluar (Kg/jam)

Alur 15

Lemak 25,5075 25,5075

Padatan 2172,86 2172,86

n-pentana 102,03 102,03

(27)

3.1.9. Cyclon - 101

Tabel 3.9 Neraca Massa pada Cyclon - 101

No Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)

Alur 15 Alur 16 Alur 17

1 Lemak 25,5075 25,5075 -

2 Padatan 2172,86 2172,86 -

3 n-Pentana 102,03 0,0109 102,011

Jumlah 2300,39 2198,378 102,011

Jumlah 2300,39 2300,39

3.2. Neraca Energi

3.2.1. Mixing Tank - 101

Tabel 3.10 Neraca Energi pada Mixing Tank – 101

Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)

Cokelat pasta 68916.427 482414.99

Total 68916.427 482414.99

3.2.2. Mixing Tank – 102

Tabel 3.11 Neraca Energi pada Mixing Tank – 102

Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)

Alur 4 Alur 5 Alur 6

Cokelat pasta 482414.99 - -

n-pentana - 146494.67 -

Coklat pasta &

n-pentana

- - 628909,66

(28)

3.2.3 Evaporator – 101

Tabel 3.12 Neraca Energi pada Evaporator – 101

Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)

Alur 9 Alur 10 Alur 11

Lemak cokelat &

n-pentana

2410219,1 417577,82 -

n-pentana - - 2529282,9

Total 2410219,1 2946860.7

3.2.4. Heat Exchanger – 101

Tabel 3.13 Neraca Energi pada Heat Exchanger – 101

Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)

Alur 8 Alur 11 Alur 9 Alur 12

Lemak cokelat &

n-pentana

535604,252 - 2410219,136 -

n-pentana - 2529282,9 - 654451,947

Total 3064887,152 3064671,083

3.2.5 Spray Dryer – 101 & Cyclon – 101

Tabel 3.15 Neraca Energi pada Spray Dryer – 101 & Cyclon - 101 Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)

Alur 14 Alur 16 Alur 16

Padatan cokelat 77179.987 289426,195 -

n-pentana 4883.1558 1,962 8382,328

Lemak cokelat 527.24003 1977,189 -

(29)

3.2.6 Condensor – 101

Tabel 3.14 Neraca Energi Masuk Pada Condenser - 101

Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)

n-pentana 654451,947 94848,108

Total 654451,947 94848,108

3.2.7 Condensor – 102

Tabel 3.16 Neraca Energi Masuk Pada Condenser - 102

Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)

n-pentana 11187.903 1598.2719

Total 11187.903 1598.2719

Total kebutuhan steam = 171,509 + 722,727 = 894,236 kg/jam

Total kebutuhan air pendingin = 6367,456 + 109,116 = 6476,571 kg/jam

(30)

BAB IV

SPESIFIKASI ALAT

1. Gudang Bahan Baku (G – 101 )

Fungsi : Menyimpan bahan baku Biji Cokelat kering hasil Fermentasi.

Bentuk bangunan : Gedung berbentuk Prisma Segi Empat Beraturan ditutup atap

berbentuk datar

Bahan konstruksi : Dinding : batu-bata

Lantai : aspal

Atap : seng

Jumlah : 1 unit

Kondisi ruangan : Temperatur : 30o

Tekanan : 1 atm C

Kebutuhan : 30 hari

Kondisi fisik : Panjang = 24.44 m

Lebar = 24,44 m

Tinggi = 6,1 m

2. Tangki Penyimpanan n – Pentana (T–101)

Fungsi : Penyimpanan n-pentana untuk kebutuhan selama 2 jam

operasi dan make up selama 30 hari.

Bentuk : Silinder tegak, alas dan tutup ellipsoidal

Bahan Konstruksi : Carbon steel, SA-283 Grade C

Jumlah : 1 Unit

Suhu : 280

Volume : 39,253 m

C

Diameter : 2,91 m

3

Tinggi : 5,092 m

Tebal plat : 1 3/8 in

(31)

3. Tangki Penampungan Sementara Cokelat Pasta (MT–101)

Fungsi : Menampung cokelat pasta untuk kebutuhan 1 jam

operasi dan menaikkan temperatur dari 30 0C menjadi

60 0

Bentuk : Tangki berpengaduk, silinder tegak, alas dan tutup

ellipsoidal C

Bahan Konstruksi : Carbon steel, SA-283 Grade C

Jumlah : 2 Unit

Suhu : 600

Volume : 5,932 m

C

Diameter : 1,6 m 3

Tinggi : 3,2 m

Tebal plat : 5/8 in

Kec. Putar Pengaduk : 180 rpm

Jumlah lilitan : 77 lilitan

4. Tangki Pencampuran Cokelat Pasta Dengan n – Pentana (MT–102)

Fungsi : Mencampur cokelat pasta dengan n-pentana, sehingga

lemak cokelat melarut kedalam n-pentana.

Bentuk : Tangki berpengaduk, silinder tegak, alas dan tutup

ellipsoidal

Bahan Konstruksi : Carbon steel, SA-283 Grade C

Jumlah : 2 Unit

Suhu : 350

Volume : 25,49 m

C

Diameter : 2,572 m 3

Tinggi : 5,144 m

Tebal plat : 1 3/8 in

Kec. Putar Pengaduk : 180 rpm

(32)

5. Filter Press (FP-101)

Fungsi : Memisahkan campuran lemak, n-pentana dan air

dengan cake.

Bentuk : Plate and Frame

Jumlah : 1 unit

Suhu : 350

Volume filtrat : 19,069 m C

Tebal cake : 0,0635 m 3

Luas frame : 2,9 m

Jumlah plate : 86 buah 2

6. Tangki Penampungan Filtrat (T–103)

Fungsi : Menampung filtrat yang dihasilkan filter press,

memisahkan air dari campuran n-pentana dan lemak

berdasarkan gaya gravitasi.

Bentuk : Silinder tegak, alas dan tutup ellipsoidal

Bahan Konstruksi : Stainless steel, SA-283 Grade C

Jumlah : 1 Unit

Suhu : 350

Volume : 23,359 m

C

Diameter : 2,532 m 3

Tinggi : 5,064 m

Tebal plat : 1 3/8 in

7. Heat Exchanger (HE-101)

Fungsi :Menaikkan suhu campuran lemak dan n-pentana dari

35 0C menjadi 700C, menurunkan suhu uap n-pentana

dari 105 0C menjadi 45,7 0

Jenis : 1-2 Shell and Tube

C.

Bahan Konstruksi : Carbon Steel

(33)

Laju alir uap n-pentana : 10100,97 kg/jam

Laju alir minyak : 12626,22 kg/jam

Panas yang dipindahkan : 3.319.683,71 kj/jam

Suhu steam masuk : 105 0

Jumlah tube : 260 buah C

Diameter shell : 27 in

Diameter tube : 1 in

Panjang tube : 20 ft

8. Evaporator (EV–101)

Fungsi : Memekatkan lemak cokelat, sehingga kandungan

n-pentana dalam lemak cokelat tidak lebih dari 5 ppm

Jenis : Single Evaporator, falling film

Bahan : Stainless stell type 316

Jumlah : 1 Unit

Suhu operasi : 1050

Massa steam (m

C

s

Luas permukaan pemanasan : 48,98 ft ) : 1593,324 lb/jam

Jumlah tube : 21 buah 2

9. Condensor (CD–101)

Fungsi : Menurunkan suhu n-pentana dari 45,70C menjadi 280

Jenis : 1-2 Shell and tube

C

dan mengubah dari fasa uap ke fasa cair, dengan

menggunakan air pendingin

Jumlah : 1 Unit

Laju alir uap n-pentana : 10100,97 kg/jam

Panas yang dilepas : 559603,838 kj/jam

Luas area pemanasan : 1039,985 ft

Jumlah tube : 265 buah 2

(34)

10. Tangki Produk (T–102)

Fungsi : Menampung produk lemak cokelat selama 24 jam

produksi

Jenis : Tangki silinder tegak, alas datar dan tutup elipsolida

Bahan konstruksi : Stainless steel, SA-240 tipe 304

Jumlah : 1 Unit

Suhu : 1050

Volume tangki : 80,974 m C

Diameter : 3,832 m

3

Tinggi :7,343 m

Tebal : 5/8 in

11. Screw Conveyor (SC–101)

Fungsi : Memindahkan coklat cake dari filter press ke bucket

elevator.

Jenis : a-solid continuous.

Jumlah : 1 Unit

Kapasitas : 2300,39 kg/jam

Panjang dengan β (50

Diameter screw : 0,247 m ) : 10 m

Daya motor : 0,1036 hp

12. Spray Dryer (SD–101)

Fungsi : Menguapkan n-pentana dari padatan cokelat dengan

mengunakan udara panas.

Jenis : Spray dryer

Jumlah : 1 Unit

Laju alir udara : 2768,377 kg/jam

Laju volumetric udara : 38,72 ft3

Tinggi menara pengering : 25,5 ft /s

(35)

13. Cyclon (C-101)

Fungsi : Memisahkan uap n-pentana dari padatan cokelat.

Bahan konstruksi : Stainless steel

Jumlah : 1 buah

Untuk ukuran standar (www.

Spesifikasi :

AJDesign.co.org)

Lc = 12 ft = 3,65 m

DB = Lc / 2 = 1,82 m

Sc = DB / 4 = 0,455 m

Hc = Lc / 2 = 1,82 m

Do = DB / 4 = 0,91 m

B = DB / 8 = 0,23 m

A = DB / 6 = 0,3 m

14. Bak Penampung 01 (BP-101)

Fungsi : Menampung kulit biji cokelat yang telah dipisahkan

dari hammer mill.

Bentuk : Bidang Kubus

Bahan konstruksi : Beton

Jumlah : 1 buah

Volume : 9,9 m

Tinggi : 1,353 m

3

Panjang : 2,7 m

Lebar : 2,7 m

15. Bak Penampungan 02 (BP–102)

Fungsi : Menampung produk padatan cokelat (bubuk cokelat)

Bentuk : Bidang Kubus

Bahan konstruksi : Stainless stell

Jumlah : 1 buah

(36)

Tinggi : 2,608 m

Panjang : 10,43 m

Lebar : 10,43 m

16. Pompa 01 (P-101)

Fungsi : Memompakan campuran n-pentana dan cokelat

pasta ke filter press

Jenis : Sentrifugal Pump

Bahan konstruksi : Commercial Steel

Jumlah : 1 buah

Laju volumetrik : 0,156 ft3

Diameter optimum : 2,766 in /s

Diameter dalam : 3,068 in

Luas penampang : 0,0513 ft

Tinggi pemompaan : 20 ft

Daya : 0,5 hp

17. Pompa 02 (P-101)

Fungsi : Memompakan campuran n-pentana dan lemak

cokelat ke heat exchanger

Jenis : Sentrifugal Pump

Bahan konstruksi : Commercial Steel

Jumlah : 1 buah

Suhu : 350

Laju volumetrik : 0,142 ft C

3

Diameter optimum : 2,624 in /s

Diameter dalam : 3,068 in

Luas penampang : 0,0513 ft

Tinggi pemompaan : 50 ft

(37)

18. Pompa 03 (P-103)

Fungsi : Memompakan lemak cokelat dari evaporator ke

tangki timbun produk

Jenis : Sentrifugal Pump

Bahan konstruksi : Commercial Steel

Jumlah : 1 buah

Suhu : 1050

Laju volumetrik : 0,0207 ft C

3

Diameter optimum : 1,152 in /s

Diameter dalam : 1,38 in

Luas penampang : 0,0104 ft

Tinggi pemompaan : 20 ft

Daya : 0,5 hp

19. Pompa 04 (P-104)

Fungsi : Memompakan n-pentana ke tangki pencampuran

Jenis : Sentrifugal Pump

Bahan konstruksi : Commercial Steel

Jumlah : 1 buah

Suhu : 280

Laju volumetrik : 0,12 ft C

3

Diameter optimum : 0,916 in /s

Diameter dalam : 1,49 in

Luas penampang : 0,006 ft

Tinggi pemompaan : 20 ft

Daya : 0,5 hp

20. Fan (F–101)

Fungsi : Membuang kulit biji cokelat

Jenis : Straight blade fan

(38)

Jumlah : 1 buah

Suhu masuk : 300

Laju volumetrik : 28,32 m C

3

Laju alir udara keluar : 45,7 m

/min 3

Tenaga kipas : 3,48 hp /s

21.Condensor (CD-102)

Fungsi : Menurunkan suhu n-pentana dari 60 0C menjadi

28 0

Jenis : Double Pipe Heat Exchanger

C dan mengubah dari fasa uap ke fasa cair,

dengan mengunakan air pendingin.

Jumlah : 1 Unit

Laju alir n-pentan : 76,515 kg/jam

Panas yang dilepas : 7564,85 kj/jam

Diameter dalam : 0,115 ft

Diameter annulus : 0,138

Luas permukaan : 22,13 ft

22. Bucket Elevator 01 (BE–101)

Fungsi : Menaikkan biji cokelat dari gudang ke hammer

mill 01.

Jenis : Deep bucket

Bahan konstruksi : Commercial Steel

Jumlah : 1 buah

Kapasitas angkut : 4 ton/jam

Tinggi angkut : 10 m

Kapasitas bucket : 0,75 liter

Tinggi bucket : 120 mm

Kecepatan : 1,2 m/s

(39)

23. Bucket Elevator 02 (BE–101)

Fungsi : Menaikkan biji cokelat dari hammer mill 01.

ke hammer mill 02.

Jenis : Deep bucket

Bahan konstruksi : Commercial Steel

Jumlah : 1 buah

Kapasitas angkut : 4 ton/jam

Tinggi angkut : 10 m

Kapasitas bucket : 0,75 liter

Tinggi bucket : 120 mm

Kecepatan : 1,2 m/s

Daya : 0,5 hp

24. Bucket Elevator 03 (BE–103)

Fungsi : Menaikkan cokelat cake dari screw conveyor ke

menara pengering (spray dryer)

Jenis : Deep bucket

Bahan konstruksi : Commercial Steel

Jumlah : 1 buah

Kapasitas angkut : 2 ton/jam

Tinggi angkut : 15 m

Kapasitas bucket : 1,1 liter

Tinggi bucket : 64 mm

Kecepatan : 1,2 m/s

Daya : 0,5 hp

25. Hammer mill (HM – 101)

Fungsi : Menghancurkan biji cokelat sehingga kulit dan

keping biji terpisah.

Bahan konstruksi : Commercial steel

(40)

Kapasitas : 4,638 ton/jam

Diameter : 30 in

Panjang : 30 in

Kecepatan putar : 1200 rpm

Daya : 2,3 hp

26. Hammer mill (HM – 101)

Fungsi : Menghancurkan keping biji cokelat.

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 buah

Kapasitas : 4,638 ton/jam

Diameter : 30 in

Panjang : 30 in

Kecepatan putar : 1200 rpm

(41)

BAB V

INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

5. 1 Instrumentasi

Instrumentasi merupakan sistem dan susunan yang dipakai di dalam suatu

proses kontrol untuk mengatur jalannya proses agar diperoleh hasil sesuai dengan

yang diharapkan. Di dalam suatu pabrik kimia, pemakaian instrumen merupakan

suatu hal yang penting karena dengan adanya rangkaian instrumen tersebut maka

operasi semua peralatan yang ada di dalam pabrik dapat dimonitor dan dikontrol

dengan cermat, mudah dan efisien. Dengan demikian, kondisi operasi selalu berada

dalam kondisi yang diharapkan (Ulrich, 1984).

Secara garis besar, alat –alat kontrol dapat diklasifikasikan atas :

1. Penunjuk (Indicator)

2. Pengirim (Transmitter)

3. Pencatat (Recorder)

4. Pengatur (Controller)

5. Katup pengatur (Control valves)

Indicator adalah suatu alat yang (biasanya terletak pada tempat dimana pengukuran untuk proses tersebut dilakukan) memberikan harga dari besaran (variabel) yang

diukur. Besaran ini merupakan besaran sesaat.

Transmitter adalah alat yang mengukur harga dari suatu besaran seperti suhu, tinggi permukaan dan mengirimkan sinyal yang diperolehnya keperalatan lain misal

recorder, indicator atau alarm.

Recorder (biasanya terletak jauh dari tempat dimana besaran proses diukur), bekerja untuk mencatat harga – harga yang diproleh dari pengukuran secara kontinu atau

secara periodik. Biasanya hasil pencatatan recorder ini terlukis dalam bentuk kurva

diatas kertas.

Controller adalah suatu alat yang membandingkan harga besaran yang diukur dengan harga sebenarnya yang diinginkan bagi besaran itu dan memberikan sinyal untuk

pengkoreksian kesalahan, jika terjadi perbedaan antara harga besaran yang diukur

(42)

Sinyal koreksi yang dihasilkan oleh controller berfungsi untuk mengoperasikan

Control valve untuk memperbaiki atau meniadakan kesalahan tersebut. Biasanya controller ditempatkan jauh dari tempat pengukuran. Controller juga dapat berfungsi (dilengkapi) untuk dapat mencatat atau mengukur.

Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga mekanis atau tenaga

listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual ataupun otomatis

(menggunakan komputer). Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses

tergantung pada pertimbangan ekonomis dan sistem peralatan sendiri. Pada

pemakaian alat-alat instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan

di dalam suatu ruang kontrol pusat (control room) yang dihubungkan dengan bangsal

peralatan (kontrol otomatis).

Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol / diukur oleh instrumen

adalah (Stephoulus, 1984) :

1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir dan level cairan.

2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, konduktivitas, pH,

humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan

variabel lainnya.

Faktor–faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen–instrumen adalah

(Peters et.al., 2004) :

1. Range yang diperlukan untuk pengukuran. 2. Level instrumentasi.

3. Ketelitian yang dibutuhkan.

4. Bahan konstruksinya.

5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses.

Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah (Considine, 1985) :

1. Untuk variabel temperatur.

Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati temperatur dari suatu alat. Dengan menggunakan

Temperature Controller, para engineer juga dapat melakukan pengendalian terhadap peralatan sehingga temperatur peralatan tetap

(43)

kadang juga dapat mencatat temperatur dari suatu peralatan secara

berkala Temperature Recorder (TR).

Temperature Indicator (TI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati temperatur suatu alat.

2. Untuk variabel ketinggian permukaan cairan.

Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk mengamati ketinggian cairan di dalam suatu alat. Dengan menggunakan

Level Controller, para engineer juga dapat melakukan pengendalian ketinggian cairan di dalam peralatan tersebut.

Level Indicator (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati ketinggian cairan di dalam suatu alat.

3. Untuk variabel tekanan.

Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati tekanan operasi dari suatu alat. Para engineer juga dapat

melakukan perubahan tekanan dari peralatan operasi. Pressure

Controller dapat juga dilengkapi pencatat tekanan dari suatu peralatan secara berkala Pressure Recorder (PR).

Pressure Indicator (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati tekanan operasi dari suatu alat.

4. Untuk variabel aliran cairan.

Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila

terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.

(44)

Pada pra rancangan pabrik pembuatan lemak cokelat dari biji cokelat hasil

fermentasi ini, jenis-jenis instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tangki (T-101, T-102, T-103)

Instrumen yang digunakan pada tangki adalah Level Indicator (LI) yang

berfungsi untuk mengamati ketinggian fluida di dalam tangki. Apabila

ketinggian fluida di dalam tangki menurun, maka supply bahan harus segara

[image:44.595.200.467.222.310.2]

ditambahkan.

Gambar 5.1 Tangki penyimpanan beserta instrumennya

2. Mixer (MT-102)

Instrumen yang digunakan pada tangki berpengaduk adalah kaca intip. Dengan

memasang kaca pada dinding bejana (berdasarkan alasan keselamatan kaca

dibuat ganda), tinggi permukaan dapat dilihat langsung secara visual.

Bahan masuk

Bahan keluar

Gambar 5.2 Tangki berpengaduk beserta instrumennya

3. Mixer Berkoil (MT-101).

Instrumen yang digunakan pada reaktor adalah Temperature Controller (TC)

yang berfungsi untuk mengamati dan mengontrol temperatur fluida di dalam

mixer. Pengeluaran bahan dari dalam mixer dikontrol sesuai dengan pemasukan bahan ke dalam mixer melalui Flow Controller (FC).

LI Bahan Masuk

[image:44.595.255.410.443.557.2]
(45)
[image:45.595.167.493.93.221.2]

Gambar 5.3 Reaktor tangki berpengaduk beserta instrumennya.

4. Evaporator (EV-101)

Instrumen yang digunakan pada evaporator adalah Temperature Control (TC)

yang berfungsi untuk mengatur temperatur steam yang masuk ke dalam

[image:45.595.180.463.362.511.2]

evaporator.

Gambar 5.4 Evaporator beserta instrumennya.

5. Pompa (P-101, P-102, P-103).

Instrumen yang digunakan pada pompa adalah Flow Controller (FC) yang

berfungsi untuk memperkecil laju alir fluida yang masuk apabila laju alir fluida

di dalam pompa berada di atas batas yang ditentukan.

Gambar 5.5 Pompa beserta instrumennya. Fluida Keluar

Fluida Keluar TC

Umpan Fluida

Fluida

Fluida FC

FC

Bahan Masuk

(46)

6. Kondensor (CD-101, CD-102).

Instrumen yang digunakan pada kondensor adalah Temperature Controller

(TC) yang berfungsi untuk mengamati dan mengontrol temperatur fluida di

dalam kondensor. Apabila fluida yang keluar berada di atas temperatur yang

[image:46.595.215.390.239.384.2]

diinginkan dalam kondensor, maka Temperature Controller (TC) akan menggerakkan Flow Controller (FC) untuk membuka valve sehingga laju alir air pendingin yang masuk menjadi lebih besar.

Gambar 5.6 Kondensor beserta instrumennya.

7. Heat Exchanger (HE-101).

Instrumen yang digunakan pada heat exchanger adalah Temperature Controller (TC) yang berfungsi untuk mengamati dan mengontrol temperatur fluida di dalamnya. Apabila fluida yang keluar berada di bawah temperatur

yang diinginkan, maka Temperature Controller (TC) akan menggerakkan Flow

Controller (FC) untuk membuka valve sehingga laju alir steam yang masuk menjadi lebih besar.

Gambar 5.7 Heat exchanger beserta instrumennya. LI

FI FI

TI

Fluida Masuk Fluida Keluar

FC TC

Uap

[image:46.595.159.494.569.708.2]
(47)

8. Spray Dryer

Instrumen yang digunakan pada Spray Dryer adalah Temperature Controller (TC) yang berfungsi untuk mengamati dan mengontrol temperatur gas di

dalamnya. Apabila gas yang masuk berada di bawah temperatur yang

diinginkan, maka Temperature Controller (TC) akan menggerakkan Flow Controller (FC) untuk membuka valve sehingga laju alir udara panas yang masuk menjadi lebih besar.

TC FC Udara panas

[image:47.595.258.408.233.376.2]

Bahan keluar Bahan masuk

Gambar 5.8 Spray Dryer beserta instrumennya

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya

kecelakaan, cacat, ataupun pada saat bekerja di suatu perusahaan/pabrik. Kecelakaan

dapat disebabkan oleh mesin, bahan baku, produk, serta keadaan tempat kerja,

sehingga harus mendapat perhatian yang serius dan dikendalikan dengan baik oleh

pihak perusahaan. Keselamatan kerja merupakan jaminan perlindungan bagi

keselamatan karyawan dari bahaya cacat jasmani dan kematian. Selain itu, dengan

adanya usaha-usaha pencegahan yang baik dapat meningkatkan semangat karyawan,

untuk bekerja lebih baik, tenang, dan efisien.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pabrik untuk menjamin keselamatan

kerja, antara lain:

1. Menanamkan kesadaran akan keselamatan kerja bagi seluruh karyawan.

2. Memasang papan peringatan pada daerah proses yang rawan kecelakaan.

3. Memasang penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara/ventilasi yang

(48)

4. Menempatkan peralatan keselamatan dan pencegahan kebakaran di daerah yang

rawan akan kecelakaan atau kebakaran.

5. Memasang alarm (tanda bahaya), sehingga bila terjadi bahaya dapat segera

diketahui.

6. Menyediakan poliklinik dengan sarana yang memadai untuk pertolongan

sementara.

5.2.1. Keselamatan Kerja pada Pabrik Pembuatan Lemak Cokelat

Usaha untuk mencegah kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dalam pabrik

pembuatan lemak cokelat ini mencakup:

1. Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis

Upaya pencegahan kecelakaan terhadap bahaya mekanis adalah :

1. Melengkapi sistem yang menangani fluida bertekanan tinggi (steam) dengan

katup-katup pengaman seperti pada boiler dan heat exchanger.

2. Menggunakan dasar lantai yang terbuat dari plat baja dengan permukaan

yang agak sedikit kasar untuk mengurangi tergelincir.

3. Memasang alat–alat dengan penahan yang cukup kuat untuk mencegah

kemungkinan terguling atau terjatuh.

4. Membersihkan area produksi khususnya lantai secara periodik untuk

menghilangkan kotoran seperti tumpahan minyak yang mengganggu.

5. Membuat sistem ruang gerak karyawan cukup lebar dan tidak menghambat

kegiatan karyawan.

6. Meletakkan jalur perpipaan berada di atas permukaan tanah atau pada atap

lantai pertama kalau di dalam gedung atau setinggi 4,5 meter bila di luar

gedung agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat.

7. Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja

dengan tenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau

pembongkaran.

8. Memberikan tutup pelindung pada alat–alat yang bergerak atau berputar

untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

9. Menyediakan peralatan pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan

(49)

10.Memasang sprinkler, yaitu sistem yang bekerja secara otomatis dengan memancarkan air bertekanan kesegala arah untuk memadamkan kebakaran

atau setidak-tidaknya mencegah meluasnya kebakaran, khususnya di ruang

kantor.

2. Keselamatan Kerja Terhadap Listrik

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga keselamatan kerja terhadap

listrik, antara lain:

1. Memasang sekring pemutus arus listrik otomatis pada setiap instalasi dan

peralatan listrik dan merancang secara terpadu dengan tata letak pabrik untuk

menjaga keselamatan kerja dan kemudahan jika harus dilakukan perbaikan.

2. Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan

tinggi.

3. Menempatkan motor-motor listrik pada tempat yang tidak mengganggu lalu

lintas pekerja.

4. Mengisolasi kawat hantaran listrik yang sesuai dengan keperluan. Khususnya

kabel listrik yang berdekatan dengan alat-alat yang bekerja pada suhu tinggi.

5. Memasang penangkal petir yang dibumikan pada setiap peralatan atau

bangunan yang menjulang tinggi.

3. Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan

1. Mewajibkan setiap karyawan untuk memakai pakaian kerja selama berada di

dalam lokasi pabrik.

2. Mewajibkan karyawan memakai sarung tangan karet serta penutup hidung

dan mulut saat menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya termasuk

penanganan padatan cokelat.

3. Mewajibkan karyawan memakai pelindung telinga pada saat bekerja di

tempat alat yang bersuara tinggi seperti boiler dan generator.

(50)

4. Peralatan Perlindungan Diri

Selama berada di dalam lokasi pabrik disediakan peralatan dan

perlengkapan perlindungan diri yang wajib dipakai oleh karyawan dan setiap

orang yang memasuki pabrik. Adapun peralatan perlindungan diri ini meliputi:

1. Pakaian kerja, masker, sarung tangan, dan sepatu pengaman khusus bagi

karyawan yang bekerja berhubungan dengan bahan kimia dan padatan

cokelat, misalnya pekerja di laboratorium, gudang.

2. Helm, sepatu pengaman khusus, dan pelindung mata, bagi karyawan yang

bekerja di bagian alat-alat berat, seperti penutup telinga bagi karyawan bagian

boiler, kamar listrik (generator). Masker bagi karyawan bagian gudang dan

produk tepung cokelat.

5. Kesadaran dan Pengetahuan yang Memadai bagi Karyawan

Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja

adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan

pentingnya usaha menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan.

2. Membuat peraturan tata cara dengan pengawasan yang baik dan memberi

sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin.

3. Membekali karyawan dengan keterampilan menggunakan peralatan secara

benar dan cara-cara mengatasi kecelakaan kerja.

Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka ditambahkan nilai–nilai

disiplin bagi para karyawan yaitu:

1. Mengikuti pedoman–pedoman yang sesuai dalam bertugas.

2. Mematuhi setiap peraturan dan ketentuan yang ada.

3. Memiliki keterampilan untuk mengatasi kecelakaan dengan menggunakan

peralatan yang ada.

4. Melaporkan dengan segera setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan

(51)

5. Mengingatkan antara karyawan akan perbuatan yang dapat menimbulkan

bahaya.

6. Mengontrol secara periodik terhadap alat instalasi pabrik oleh petugas

maintenance.

5.2.2. Penanganan Kebocoran dan Tumpahan

Ketika kebocoran atau tumpahan n-pentana terjadi, pekerja yang tidak

memakai peralatan pengaman dijauhkan dari area. Langkah-langkah yang harus

dilakukan ketika terjadi kebocoran dan tumpahan adalah (OSHA US Department of

Labor, 2006) :

1. Memberitahukan kepada pekerja-pekerja yang lain mengenai kebocoran

atau tumpahan yang terjadi.

2. Jauhkan semua sumber panas atau sumber api dari kebocoran atau

tumpahan.

3. Apabila n-pentana dalam bentuk gas, hentikan laju gas yang keluar di

tempat. Lubang ventilasi dibuka untuk membiarkan gas n-pentana yang

bocor keluar ke udara lepas.

4. Apabila n-pentana dalam bentuk cairan, gunak

Gambar

Gambar 5.1  Tangki penyimpanan beserta instrumennya
Gambar 5.4 Evaporator beserta instrumennya.
Gambar 5.6  Kondensor beserta instrumennya.
Gambar 5.8  Spray Dryer beserta instrumennya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seringkali variabel yang ingin dikendalikan tidak dapat diukur secara langsung, sebagai solusinya digunakan sistem pengendalian di mana variabel yang terukur digunakan

Dengan adanya kemajuan IPTEK, maka lemak cokelat juga dapat diperoleh dari minyak kelapa atau coconut oil (CNO) yang mana dikenal dengan pengganti lemak cokelat ( Cocoa

Oleh karena itu molase menjadi salah satu bahan baku alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembuatan etanol karena lebih ekonomis jika ditinjau dari segi harga