• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Dalam Penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Dalam Penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PEMBINAAN KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Oleh :

ELIAS SB CIBRO 097005004 / ILMU HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

SISTEM PEMBINAAN KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

dalam Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ELIAS SB CIBRO 097005004 / ILMU HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Tesis : SISTEM PEMBINAAN KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL DI

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Nama Mahasiswa : Elias SB Cibro

Nomor Pokok : 097005004

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Muhammad Abduh, SH) K e t u a

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum) A n g g o t a

(Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS) A n g g o t a

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)

Dekan

(Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 28 September 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Muhammad Abduh, SH

Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum

2. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS

3. Dr. Mirza Nasution, SH, M.Hum

(5)

ABSTRAK

SISTEM PEMBINAAN KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu unsur aparatur negara yang bertujuan sebagai abdi negara yang menyelenggarakan pelayanan publik secara adil dan merata sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, adil dan bertanggung jawab. Selain itu, Pegawai Negeri Sipil haruslah dikelola dalam suatu sistem pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999.

Sistem pembinaan karier PNS adalah suatu upaya sistematik, terencana yang mencakup struktur dan proses yang menghasilkan keselarasan antar potensi pegawai dengan kebutuhan organisasi.

Sebagai kabupaten yang baru terbentuk, Kabupaten Pakpak Bharat dihadapkan pada kondisi kurangnya jumlah Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat untuk dapat diangkat ke dalam jabatan struktural. Padahal Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat haruslah tetap memenuhi fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk itu, dalam pengisian jabatan struktural tidaklah selalu memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.

Penelitian ini bersifat normatif empiris, metode yang digunakan dengan mempelajari perundang-undangan, menelaah literatur buku dari perpustakaan, membaca jurnal dan makalah serta dilengkapi dengan data primer diperoleh melalui penelitian di Kabupaten Pakpak Bharat.

(6)

ABSTRACT

CAREER GUIDANCE SYSTEM OF CIVILIAN EMPLOYEES FOR STATE PLACEMENT IN STRUCTURAL TITLE FROM

THE PAKPAK BHARAT DISTRICT

Civil Servants is one element of the state apparatus aimed at the civil servants who hold public services fairly and equitably in accordance with the mandate of the Constitution of 1945. To achieve these objectives, it required the Civil Servants who are professional, fair and responsible. In addition, the Civil Service should be managed in a system of career coaching for Civil Servants, as mandated by Law of Republic Indonesian Number 43 of 1999.

The system to build Governement employeer career is systematic effort, plan with standard and process that make harmony among employeer potential with organization needed.

As a newly formed district, Pakpak Bharat faced with conditions of insufficient numbers of civil servants which are eligible to be appointed to the structural position, whereas the Government of Pakpak Bharat must do its function as a public servant. For that, in filling the positions, they don’t always comply with laws and regulations that govern them.

This research have characteristic like empiris norm, the method was used with study of legislation, cheked many books from library, read jurnal and paper along with primer data by means of research in Pakpak Bharat.

In a way, the Government of Pakpak Bharat strives to improve the condition. Either through the recruitment of candidates for Civil Servants who have the competencies and skills that can later be placed in a structural position nor coach and

develop the structural capacity through education and training. In the future, the Government of Pakpak Bharat can implement a Civil Service Career Coaching

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya,

sehingga Tesis ni dapat diselesaikan dengan baik.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Magister Hukum pada Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Medan. Adapun judul tesis ini adalah “Sistem Pembinaan Karier

Pegawai Negeri Sipil Dalam Penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten Pakpak

Bharat”.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik

berupa pengajaran, bimbingan maupun semangat dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan dengan segala kerendahan

hati dan ketulusan hati, rasa terima kasih yang sebesar-besarnya secara

khusus penulis sampaikan kepada yang terhomat Komisi Pembimbing yaitu

Prof. Muhammad Abduh, SH, Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum dan

Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS yang telah berkenan meluangkan waktu dan

perhatian untuk memberikan bimbingan, dorongan semangat, masukan dan arahan

serta koreksi untuk penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

MSc (CTM), SpA(K) yang berkenan memberikan kesempatan bagi penulis untuk

mengikuti pendidikan di Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

(8)

2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Medan.

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH., selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Dr. Mirza Nasution, SH, M.Hum., selaku Penguji yang telah berkenan

memberikan arahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Dr. Idha Apriliyana, SH, M.Hum., selaku Penguji yang telah berkenan meluangkan

waktunya untuk memberikan arahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Dosen di lingkungan Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan atas pengajaran dan bimbingannya.

8. Seluruh rekan-rekan seangkatan tahun 2009 di Program Magister Ilmu Hukum

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan,

motivasi dan semangat serta kebersamaan yang indah selama ini.

9. Kepada seluruh Pegawai Sekretariat Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara dan Program Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya

selama ini.

10.Remigo Yolando Berutu, MBA., selaku Bupati Pakpak Bharat yang telah

(9)

11.Drs. Holler Sinamo, MM., selaku Sekretaris Daerah Pakpak Bharat yang telah

berkenan memberikan izin tugas belajar kepada penulis.

12.Makmur Berasa, SH., selaku Mantan Bupati Pakpak Bharat yang telah

memberikan izin tugas belajar kepada penulis.

13.Drs. Gandi Wartha Manik, SE, ME., selaku Mantan Sekretaris Daerah Pakpak

Bharat yang telah memberikan kesempatan izin tugas belajar kepada penulis.

14.Jalil Angkat, SH., selaku Kepala Kantor Kepegawaian Daerah Pakpak Bharat

yang juga telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada penulis.

15.Tiurma Berutu., selaku Kepala Seksi Pengembangan Pemberhentian dan

Pensiunan Kabupaten Pakpak Bharat.

16.Seluruh rekan-rekan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kantor Kepegawaian

Daerah Pakpak Bharat

Penulis juga menyampakan terima kasih yang tak terhingga kepada

Ayahanda Alm. J. Cibro dan Ibunda S. Br Boangmanalu, juga kepada abang

dan kakak-kakakku : Dine Cibro & Keluarga, Tiawan Cibro & Keluarga,

Sihar Cibro & Keluarga, Herbin Cibro & Keluarga, Kartini Cibro & Keluarga,

Elbiner Cibro & Keluarga, Murni Cibro & Keluarga, Tiurlan Cibro & Keluarga serta

kepada keponakan-keponakanku atas semua dukungan, semangat dan doa selama ini.

Serta spesial buat istriku Hartati Tumanggor, S.Pd dan anak-anakku tercinta Lita

Valentine Cibro, Ruth Yeanne Yosefa Cibro, Andrew Thimoty Cibro, yang telah

memberikan dukungan, doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada

(10)

Penulis berharap bahwa tesis ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi

semua pihak yang berkepentingan, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih

jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan masukan yang sifatnya

membangun guna menyempurnakan tulisan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah, karunia dan kekuatan

lahir dan bathin kepada kita semua.

Medan, September 2011

Penulis,

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elias S.B. Cibro

Tempat/Tgl. Lahir : Dairi / 17 Maret 1967

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pintu Air IV Gg. Pantai Medan

Pendidikan : SD Negeri 030429 Jambu Buah Rea Lulus Tahun 1980

SMP Negeri Salak Lulus Tahun 1983

SMA Negeri Sidikalang Lulus Tahun 1986

S1 (Strata Satu) Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Panca Budi Medan Lulus Tahun 1992

S2 (Strata Dua) Program Studi Magister

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Lulus Tahun 2011

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 14

G. Metode Penelitian ... 32

1. Sifat dan Pendekatan Penelitian ... 32

2. Jenis dan Sumber Data ... 33

3. Teknik Pengumpulan Data ... 36

(13)

BAB II : IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

A. Pengertian Kepegawaian di Indonesia... 39

B. Implementasi Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dalam

Penempatan Jabatan Struktural... 45

1. Sistem Pengangkatan Pegawai ... 46

2. Faktor Yuridis... 47

BAB III : KELEMAHAN-KELEMAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG

POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

A. Jabatan dalam Pegawai Negeri Sipil ... 51

B. Kelemahan-kelemahan dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dalam Pengaturan Sistem Karier Pegawai

Negeri Sipil... 53

1. Pengaturan Sistem Karier ... 53

2. Kelemahan-kelemahan Dalam Aturan Formal

Kepegawaian ... 61

C. Implementasi Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 dalam Penempatan Jabatan Struktural di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Pakpak Bharat ... 64

BAB IV : KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

A. Gambaran dan Objek Lokasi Penelitian ... 71

1. Sejarah Kabupaten Pakpak Bharat ... 71

(14)

3. Gambaran Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ... 78

4. Kantor Kepegawaian Daerah Kabupaten Pakpak Bharat . 79

5. Gambaran Umum Kepegawaian Kabupaten Pakpak

Bharat ... 85

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penempatan Jabatan

Struktural di Kabupaten Pakpak Bharat ... 90

C. Kebijakan Penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten

Pakpak Bharat... 97

1. Pengertian Kebijakan... 97

2. Kebijakan Penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten

Pakpak Bharat... 99

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 123

B. Saran ... 124

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Nama Para Pejabat yang Telah Mengikuti Diklat PIM

Tingkat II ... 52

Tabel 2.2 Daftar Nama Para Pejabat yang Telah Mengikuti Diklat PIM Tingkat III... 53

Tabel 4.1 Luas dan Pembagian Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ... 79

Tabel 4.2 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 85

Tabel 4.3 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Golongan Ruang... 86

Tabel 4.4 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Kelompok Jabatan ... 86

Tabel 4.5 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Eselon... 87

Tabel 4.6 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional ... 87

Tabel 4.7 Jumlah Pejabat Struktural yang telah mengikuti Diklat PIM sampai dengan tahun 2010 ... 104

Tabel 4.8 Riwayat Jabatan JB, S.Pd ... 107

Tabel 4.9 Riwayat Jabatan Drs. PS... 108

Tabel 4.10 Riwayat Jabatan Drs. MS ... 110

Tabel 4.11 Riwayat Jabatan SLS ... 112

Tabel 4.12 Riwayat Jabatan AT SP, M.Si ... 113

Tabel 4.13 Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural Eselon II ... 114

Tabel 4.14 Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural Eselon II ... 115

Tabel 4.15 Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural Eselon II ... 116

(16)

ABSTRAK

SISTEM PEMBINAAN KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu unsur aparatur negara yang bertujuan sebagai abdi negara yang menyelenggarakan pelayanan publik secara adil dan merata sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, adil dan bertanggung jawab. Selain itu, Pegawai Negeri Sipil haruslah dikelola dalam suatu sistem pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999.

Sistem pembinaan karier PNS adalah suatu upaya sistematik, terencana yang mencakup struktur dan proses yang menghasilkan keselarasan antar potensi pegawai dengan kebutuhan organisasi.

Sebagai kabupaten yang baru terbentuk, Kabupaten Pakpak Bharat dihadapkan pada kondisi kurangnya jumlah Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat untuk dapat diangkat ke dalam jabatan struktural. Padahal Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat haruslah tetap memenuhi fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk itu, dalam pengisian jabatan struktural tidaklah selalu memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.

Penelitian ini bersifat normatif empiris, metode yang digunakan dengan mempelajari perundang-undangan, menelaah literatur buku dari perpustakaan, membaca jurnal dan makalah serta dilengkapi dengan data primer diperoleh melalui penelitian di Kabupaten Pakpak Bharat.

(17)

ABSTRACT

CAREER GUIDANCE SYSTEM OF CIVILIAN EMPLOYEES FOR STATE PLACEMENT IN STRUCTURAL TITLE FROM

THE PAKPAK BHARAT DISTRICT

Civil Servants is one element of the state apparatus aimed at the civil servants who hold public services fairly and equitably in accordance with the mandate of the Constitution of 1945. To achieve these objectives, it required the Civil Servants who are professional, fair and responsible. In addition, the Civil Service should be managed in a system of career coaching for Civil Servants, as mandated by Law of Republic Indonesian Number 43 of 1999.

The system to build Governement employeer career is systematic effort, plan with standard and process that make harmony among employeer potential with organization needed.

As a newly formed district, Pakpak Bharat faced with conditions of insufficient numbers of civil servants which are eligible to be appointed to the structural position, whereas the Government of Pakpak Bharat must do its function as a public servant. For that, in filling the positions, they don’t always comply with laws and regulations that govern them.

This research have characteristic like empiris norm, the method was used with study of legislation, cheked many books from library, read jurnal and paper along with primer data by means of research in Pakpak Bharat.

In a way, the Government of Pakpak Bharat strives to improve the condition. Either through the recruitment of candidates for Civil Servants who have the competencies and skills that can later be placed in a structural position nor coach and

develop the structural capacity through education and training. In the future, the Government of Pakpak Bharat can implement a Civil Service Career Coaching

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah negara harus memiliki tujuan untuk memberikan arah bagaimana

kehidupan negara dan masyarakat yang ingin dicapai. Pembukaan Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan negara

Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan negara tersebut dapat dicapai melalui

pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah serta dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh.

Dalam usaha mencapai tujuan negara tersebut, tentu dibutuhkan berbagai

sarana yang dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu sarana yang bersifat mutlak

dan sarana yang bersifat relatif. Sarana yang bersifat mutlak dibagi ke dalam tiga

subsarana, yaitu sarana yang berbentuk sumber daya manusia (manpower/human

resources), sarana yang berbentuk benda/alam (nature) dan sarana yang berbentuk

modal/uang (capital). Sedangkan sarana yang bersifat relatif dapat dibagi tiga bagian,

yakni penduduk (population), lingkungan (environment) dan tertib hukum

(19)

Berdasarkan dua bagian sarana di atas, dapat dipahami bahwa sumber daya

manusia (human resources) menjadi salah satu komponen yang sangat penting.

Dengan arti lain bahwa tercapainya tujuan nasional tak lepas dari ada atau tidaknya

dan berkualitas atau tidak berkualitasnya sumber daya manusia. Dengan adanya

sumber daya manusia yang berkualitas, diharapkan akan terwujud masyarakat madani

yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral

tinggi. Oleh karena itu, jika negara ingin mencapai tujuannya, maka peningkatan

kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan berlandaskan kemampuan

nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

memperhatikan perkembangan sosial mutlak dilakukan.

Pegawai Negeri Sipil adalah salah satu bagian dari sumber daya manusia

yang mutlak harus dimiliki oleh suatu negara untuk dapat menjalankan roda

pemerintahan demi tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara. Pegawai Negeri

Sipil merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang

menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.1

Oleh karena itu, sejalan dengan tujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas

pemerintah dan pembangunan, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional,

bertanggungjawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan

sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

1

(20)

Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang bagi Pegawai Negeri Sipil yang

berprestasi tinggi untuk meningkatkan kemampuan secara profesional dan

berkompetisi secara sehat.

Penyusunan aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna

sangat bergantung pada kualitas Pegawai Negeri Sipil dan mutu kerapian organisasi

aparatur itu sendiri. Disamping itu, Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk

mampu melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas

dari korupsi, kolusi dan nepotisme.2

Pentingnya sarana kepegawaian tersebut oleh Utrecht dikaitkan dengan

pengisian jabatan pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil. Jabatan

merupakan personifikasi hak dan kewajiban dalam struktur organisasi Pemerintahan.

Agar dapat berjalan (menjadi konkrit, menjadi bermanfaat bagi negara), maka jabatan

(sebagai personifikasi hak dan kewajiban) memerlukan suatu perwakilan

(Vertegenwoordiging). Yang menjalankan perwakilan itu ialah suatu pejabat, yaitu

manusia atau badan hukum. Utrecht sebagaimana dikutip Riawan Tjandra3

menyatakan : oleh karena diwakili penjabat, maka jabatan itu berjalan.

Yang menjalankan hak dan kewajiban yang didukung oleh jabatan ialah penjabat.

Jabatan bertindak dengan perantaraan penjabatnya.

2

Lihat Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

3

(21)

Untuk mencapai sosok Pegawai Negeri Sipil yang memiliki karakter seperti

diuraikan di atas, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun

1999 memerintahkan penerapan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang diatur secara

menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dalam

penerapan formasi, pengadaan, pengembangan, pendapatan gaji, dan program

kesejahteraan serta pemberhentian bagi Pegawai Negeri Sipil. Dengan adanya

keseragaman tersebut, di samping memudahkan penyelenggaraan manajemen

kepegawaian, akan dapat menciptakan kualitas Pegawai Negeri Sipil yang merata

(seragam) serta mewujudkan keseragaman perlakuan dan jaminan hukum bagi

seluruh Pegawai Negeri Sipil di seluruh Indonesia.

Selanjutnya, untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan

pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu adanya sistem

pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, akuntabel, jujur dan adil serta

memberikan peluang bagi Pegawai Negeri Sipil untuk berprestasi tinggi dan

meningkatkan kemampuan serta berkompetisi secara sehat.

Pada hakekatnya, sistem pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil4 adalah suatu

upaya sistemik, terencana yang mencakup struktur dan proses yang menghasilkan

keselarasan antara potensi pegawai dengan kebutuhan organisasi. Pegawai dituntut

untuk lebih meningkatkan kemampuannya sesuai dengan kompetensinya melalui

4

(22)

jalur pendidikan formal, sedangkan di sisi lain, organisasi harus dapat mendorong

peningkatan prestasi kerja untuk mendayagunakan kemampuan profesionalnya sesuai

dengan kebutuhan organisasi. Untuk menciptakan sistem pembinaan karier pegawai,

perlu disusun suatu pola karier pegawai yang sesuai dengan kebutuhan dan misi

organisasi dalam mendukung karier pegawai sesuai dengan pengembangan

manajemen kepegawaian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam teori hukum Kepegawaian, untuk menentukan status seorang

Pegawai Negeri dipergunakan 2 (dua) macam kriteria, yaitu :

1. Berdasarkan adanya hubungan dinas publik, yaitu manakala seorang mengikatkan

diri untuk tunduk pada pemerintah dan melakukan jabatan atau tugas tertentu.

2. Berdasarkan pengangkatan (aanstelling), yaitu diangkat melalui suatu surat

keputusan (beschiking) guna ditetapkan secara sah sebagai Pegawai Negeri.

Jika dikaitkan dengan teori tersebut, Undang-undang Kepegawaian terlihat

cenderung menggunakan ke-2 kriteria tersebut sekaligus dalam menentukan status

kedudukan seseorang sebagai pegawai negeri.5

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam rangka mewujudkan pola sistem

pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil yang jelas diperlukan adanya kebijakan

hukum di bidang kepegawaian terutama dalam mengimplementasikan terhadap

peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian. Kebijakan tersebut harus

dikonsentrasikan pada dua arah, yakni :

5

(23)

1. Kebijakan aplikatif yaitu kebijakan bagaimana mengoperasionalkan

perundang-undangan hukum kepegawaian yang berlaku saat ini dalam

menangani permasalahan yang terjadi saat ini.

2. Kebijakan yang mengarah pada sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Dimensi penting dari upaya pendayagunaan aparatur negara adalah

peningkatan semangat kerja Pegawai Negeri dan penyempurnaan struktur organisasi.

Di antara kedua dimensi ini, dimensi pertama selama ini diberi penekanan yang

lebih besar. Asumsinya adalah dengan semangat kerja yang meningkat, diharapkan

produktivitas Pegawai Negeri akan meningkat pula sehingga pelayanan yang mereka

berikan kepada anggota masyarakat maupun sesama organisasi Pemerintah akan

semakin baik.

Pegawai Negeri mempunyai peranan yang amat penting sebab Pegawai

Negeri merupakan unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintah

dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara. Kelancaran pelaksanaan

pemerintah dan pembangunan nasional terutama sekali tergantung pada

kesempurnaan aparatur negara yang pada pokoknya tergantung juga dari

kesempurnaan Pegawai Negeri (sebagai bagian dari aparatur negara).6

Dalam upaya mendukung terwujudnya tata pemerintahan yang baik,

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) telah mengkoordinasikan

penyusunan dan pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi. Program tersebut

6

(24)

bertujuan untuk meningkatkan daya guna, hasil guna, transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan tersebut akan dicapai antara lain melalui

kegiatan, salah satu di antaranya adalah penataan Pegawai Negeri Sipil (PNS).7

B. Perumusan Masalah

Berdasar pada uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka terdapat

tiga permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana implementasi Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian dalam pengaturan sistem pembinaan Pegawai Negeri Sipil?

2. Kelemahan-kelemahan apa sajakah yang terdapat dalam Undang-undang Nomor

43 Tahun 1999 dalam pengaturan sistem pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam menetapkan dan menempatkan pejabat

struktural di lingkungan pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan tersebut di atas,

maka tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah :

7

(25)

1. Untuk mengetahui implementasi Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian dalam pengaturan sistem pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam Undang-undang

Nomor 43 Tahun 1999 dalam pengaturan sistem pembinaan karier Pegawai

Negeri Sipil.

3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam menetapkan dan menempatkan

pejabat struktural di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis, yakni :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan mempunyai arti

penting dalam mengetahui bagaimana pengaturan sistem pembinaan karier

Pegawai Negeri Sipil dalam kebijakan penempatan jabatan struktural menurut

UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 dan

diharapkan dapat memberi manfaat bagi pendalaman bidang ilmu hukum secara

(26)

2. Secara praktis

a. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam

pengadaan sistem pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil dalam kebijakan

penempatan jabatan struktural di Kabupaten Pakpak Bharat.

b. Sebagai bahan hukum administrasi negara, khususnya mengenai sistem

pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil dalam penempatan jabatan

struktural.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengamatan serta penelusuran kepustakaan yang dilakukan di

perpustakaan Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai Sistem Pembinaan

Karier Pegawai Negeri Sipil dalam Penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten

Pakpak Bharat ini belum pernah dilakukan, baik dalam judul maupun permasalahan

yang sama. Sehingga penelitian ini dapat dikategorikan penelitian yang baru dan

keasliannya dapat dipertanggungjawabkan, karena dilakukan dengan nuansa

keilmuan, kejujuran, rasional, objektif dan terbuka serta dapat

(27)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

1) Teori Keadilan

Hakekat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan atau

tindakan dengan mengkajinya pada suatu norma yang menurut pandangan

subyektif (subyektif untuk kepentingan golongannya dan sebagainya)

melebihi norma-norma lain. Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat,

yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan:

orang tua dan anaknya, majikan dan buruh, hakim dan yustisiabel,

pemerintah dengan warganya serta kreditur dengan debitur.8

Pada umumnya keadilan merupakan penilaian yang hanya dapat

dilihat dari pihak yang menerima perlakuan saja : para yustisiabel

(pada umumnya pihak yang dikalahkan dalam perkara perdata)

menilai putusan hakim tidak adil, buruh yang diputuskan hubungan

kerjanya merasa diperlakukan tidak adil oleh majikannya, dalam hal

pencabutan hak atas tanah atau pemungutan pajak warga negara yang

bersangkutan merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintahnya.

Jadi penilaian tentang keadilan itu pada umumnya hanya ditinjau dari satu

pihak saja, yaitu pihak yang menerima perlakuan.9

8

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, Penerbit Liberty Yogyakarta, 2005, hal. 77-78

9

(28)

Keadilan selalu mengandung unsur penghargaan, penilaian atau

pertimbangan dan karena itu ia lazim dilambangkan dengan keadaan

suatu neraca keadilan. Dikatakan bahwa keadilan itu menuntut bahwa

dalam keadaan tiap orang harus menerima bagian yang sama pula.

Keadilan menurut Subekti, berasal dari Tuhan Yang Maha Esa,

tetapi seorang manusia diberi kecakapan atau kemampuan untuk meraba

atau merasakan keadaan yang dinamakan adil itu10

Di dalam perjalanan sejarah, isi keadilan itu ditentukan secara

historis dan selalu berubah menurut tempat dan waktu, maka tidak mudah

menentukan isi keadilan. Tentang isi keadilan sukar untuk memberikan

batasannya. Dalam tulisannya “Rhetorica”, Aristoteles membagi keadilan

ke dalam dua jenis, yaitu: keadilan distributif (justitia distributiva),

yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut

jasanya. Artinya keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang

mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya,

melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.

Keadilan komutatif (justitia commutativa), yaitu keadilan yang

memberikan kepada setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat

jasa-jasa perseorangan. Artinya, hukum menuntut adanya suatu persamaan

dalam memperoleh prestasi atau suatu hal tanpa memperhitungkan jasa

perseorangan.11

10

Sudarsono, 2004, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Rineka Cipta, hal. 50.

11

(29)

Kalau keadilan distributif (justitia distributiva) merupakan urusan

pembentukan undang-undang, maka keadilan komutatif (justitia commutativa)

terutama merupakan urusan hakim. Hakim memperhatikan hubungan

perorangan yang mempunyai kedudukan prosesuil yang sama tanpa

membedakan orang (equality before the law). Kalau justitia distributiva

itu sifatnya proporsional, maka justitia commutativa karena memperhatikan

kesamaan, sifatnya mutlak.12

2) Teori Efektivitas

Menurut Subagyo, efektivitas adalah kesesuaian antara output

dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas adalah suatu keadaan yang

terjadi karena dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan

dengan maksud tertentu dan memang dikehendaki, maka pekerjaan orang

itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud

sebagaimana yang dikehendaki sebelumnya.13 Menurut Richard Steers

dalam buku Efektivitas Organisasi, efektivitas harus dinilai atas dasar

tujuan yang bisa dilaksanakan, bukan atas dasar konsep tujuan yang

maksimum.14

12

Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Penerbit Liberty Yogyakarta, hal. 79

13

Ahmad Wito Subagyo. Efektivitas Program Penanggulangan Kemiskinan dalam

Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Yogyakarta: UGM, 2000, hal 5.

14

(30)

Efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda, bagi seorang

ilmuwan bidang riset, efektivitas dijabarkan dengan jumlah paten,

penemuan atau produk suatu organisasi. Bagi sejumlah sarjana ilmu sosial,

efektivitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan pekerja.

Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap

orang, bergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Efektivitas

dipandang sebagai tujuan akhir oleh sebagian besar organisasi.15

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu

hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan yang

dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan

pencapaian tujuan dilakukannya tindakan-tindakan untuk mencapai hal

tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat

dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai

tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi

maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam

melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan

fungsi instansi tersebut.

15

(31)

2. Konsepsi

Konsep merupakan defenisi operasional dari berbagai istilah yang

dipergunakan dalam tulisan ini. Sebagaimana dikemukakan M. Solly Lubis,

bahwa kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal

pada pembaca yang mendapat stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan

dan tinjauan pustaka.16

1) Sistem Pembinaan Karier Pegawai

Mengenai pembinaan Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana

diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang

menyatakan bahwa manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk

menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan

secara berdayaguna dan berhasil guna. Untuk mewujudkan hal

tersebut, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional,

bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan yang

dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier

yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

Sistem pembinaan karier pegawai harus disusun sedemikian

rupa, sehingga menjamin terciptanya kondisi objektif yang dapat

mendorong peningkatan prestasi pegawai. Hal tersebut dapat

16

(32)

dimungkinkan apabila penempatan Pegawai Negeri Sipil didasarkan

atas tingkat keserasian antara persyaratan jabatan dengan kinerja

pegawai yang bersangkutan.

Menurut Hardianto, dalam mendefenisikan sistem pembinaan

karier pegawai sebagai berikut : “Sistem pembinaan karier pegawai

pada hakekatnya adalah suatu upaya sistematik, terencana yang

mencakup struktur dan proses yang menghasilkan keselarasan

kompetensi pegawai dengan kebutuhan organisasi.”

Komponen yang terkait dengan sistem pembinaan karier

pegawai meliputi :

a) Misi, Sasaran dan Prosedur Organisasi, yang merupakan indikator

umum kinerja, kebutuhan prasarana dan sarana termasuk kebutuhan

kualitatif dan kuantitatif sumber daya manusia.

b) Peta jabatan, yang merupakan refleksi komposisi jabatan,

yang secara vertikal menggambarkan struktur kewenangan tugas

dan tanggung jawab jabatan dan secara horizontal menggambarkan

pengelompokkan jenis dan spesifikasi tugas dalam organisasi.

c) Standar kompetensi, yaitu tingkat kebolehan, lingkup tugas dan

syarat jabatan yang harus dipenuhi untuk menduduki suatu jabatan

agar dapat tercapai sasaran organisasi yang menjadi tugas, hak,

(33)

d) Alur karier, yaitu pola alternatif lintasan perkembangan dan

kemajuan pegawai negeri sepanjang pengabdiannya dalam

organisasi. Sesuai dengan filosofi bahwa perkembangan karier

pegawai harus mendorong peningkatan prestasi pegawai.

Untuk dapat menciptakan sistem pembinaan karier pegawai,

perlu dirancang suatu pola karier pegawai yang sesuai dengan misi

organisasi, budaya organisasi dan kondisi perangkat pendukung sistem

kepegawaian yang berlaku bagi organisasi, sesuai dengan peraturan

perundangan pegawai negeri sipil yang berlaku.17

Sistem karier adalah suatu sistem kepegawaian, dimana

untuk pengangkatan pertamanya didasarkan atas kecakapan yang

bersangkutan, sedangkan dalam pengembangan lebih lanjut, masa kerja,

pengalaman, kesetiaan, pengabdian, dan syarat-syarat obyektif lainnya

juga turut menentukan.

Sistem karier dapat dibagi dua yaitu sistem karier terbuka dan

tertutup. Sistem karier terbuka adalah bahwa untuk menduduki suatu

jabatan yang lowong dalam suatu unit organisasi, terbuka bagi setiap

warga negara, asalkan ia mempunyai kecakapan dan pengalaman

yang diperlukan untuk jabatan tersebut. Sistem karier tertutup adalah

bahwa suatu jabatan yang lowong dalam suatu organisasi hanya

17

Hardianto, Makalah yang dikutip dari Internet dengan judul, Pembinaan Karier Pegawai

(34)

dapat diduduki oleh pegawai yang telah ada dalam organisasi tersebut.

Ada beberapa arti sistem karier tertutup yaitu sistem karier tertutup

dalam arti departemen, sistem karier tertutup dalam provinsi, sistem

karier tertutup dalam arti negara.

Sistem prestasi kerja adalah suatu sistem kepegawaian dimana

untuk mengangkat seseorang dalam suatu jabatan didasarkan atas

kecakapan dan prestasi yang telah dicapainya. Kecakapan tersebut

dibuktikan dengan lulus ujian, dan prestasi dibuktikan secara nyata.

Penyelenggaraan ujian, bukan saja pengangkatan dalam jabatan,

tetapi juga untuk kenaikan pangkat dan gaji harus lulus ujian.

Kedua sistem tersebut masing-masing mempunyai keuntungan

dan kerugian, seperti :

a) Keuntungan sistem karier adalah bahwa masa kerja, kesetiaan dan

pengabdian, dihargai secara wajar, sehingga pegawai yang

berpengalaman, setia dan mengabdi kepada Negara, Pemerintah

dan tugas kewajibannya, mendapatkan penghargaan yang

selayaknya. Selain dari itu dalam sistem karier seseorang dapat

naik pangkat dan jabatan berdasarkan masa kerja, sudah tentu

dengan memperhatikan kecakapan, prestasi kerja dan kesetiaan.

b) Daftar Urut Kepangkatan (DUK) mempunyai pengaruh yang besar

(35)

c) Kerugian sistem karier adalah sukarnya diadakan ukuran yang tegas

untuk kenaikan pangkat dan jabatan. Biasanya masa kerja adalah

menentukan. Apabila pembinaan kurang baik, kenaikan pangkat

dan jabatan dapat dianggap seakan-akan hak, sehingga kurang

mendorong orang untuk meningkatkan prestasinya.

d) Keuntungan sistem prestasi kerja adalah adanya ukuran yang tegas

yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kenaikan pangkat

dan jabatan seseorang, karena kenaikan pangkat dan jabatan

hanya didasarkan atas kecakapan yang dibuktikan dengan lulus

ujian dan prestasi terbukti dengan nyata. Sistem prestasi kerja

dapat mendorong pegawai untuk mempertinggi kecakapan dan

memperbesar prestasi kerjanya.

e) Kerugian sistem prestasi kerja adalah bahwa kesetiaan,

pengabdian dan masa kerja tidak dapat penghargaan yang

selayaknya, sehingga menimbulkan rasa tidak puas bagi pegawai

yang telah mempunyai masa kerja yang lama serta menunjukan

kesetiaan dan pengabdian terhadap Negara dan Pemerintah.

Pegawai yang trampil dalam praktek tetapi kurang pengetahuan

dibidang teori ada kemungkinan ketinggalan dibidang kepangkatan

dan jabatan karena tidak lulus ujian dinas, yang pada umumnya

(36)

f) Mempertimbangkan keuntungan dan kerugian tersebut di atas,

maka Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 jo Undang-undang

Nomor 43 Tahun 1999, menganut sistem perpaduan yaitu

perpaduan antara unsur-unsur yang baik dalam sistem karier dan

sistem prestasi kerja. Sehingga untuk melaksanakan pembinaan

Pegawai Negeri Sipil, perlu adanya pengaturan : Formasi,

Pengadaan, Pengujian Kesehatan, Penggajian, Kepangkatan,

Jabatan, Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, Daftar Urut

Kepangkatan, Cuti, Perawatan, Pendidikan dan Latihan, Penghargaan,

Peraturan Disiplin, Pemberhentian dan Pensiun.18

Dalam pembinaan di bidang Pegawai Negeri Sipil, diperlukan

adanya kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana

yang tercantum dalam pasal 13 Undang-undang Nomor 43 Tahun

1999, yaitu mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi,

pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri

Sipil, Pemindahan, Gaji, Tunjangan, Kesejahteraan, Pemberhentian,

Hak, Kewajiban dan Kedudukan Hukum. Dalam hal kepangkatan dan

jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka dilaksanakan

berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi,

18

(37)

prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu

serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku,

agama, ras atau golongan.

2) Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Istilah hukum kepegawaian merupakan terjemahan dari istilah

“Ambtenaren recht”19 dalam bahasa Belanda atau “civil service law”

dalam bahasa Inggris. Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 43

Tahun 1999 Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

menyebutkan : Pegawai Negeri adalah warga negara Republik

Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,

atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadinata,

kata pegawai berarti: “orang yang bekerja pada Pemerintah

(perusahaan dan sebagainya).” Sedangkan “negeri” berarti “negara”

atau “pemerintah.” Jadi pegawai negeri adalah orang yang bekerja

pada pemerintah atau negara.20

19

Utrecth/Moh. Saleh Djindang., Pengantar Hukum Administrasi Negara Jakarta, PT. Ictiar Baru 1985, hal. 141.

20

(38)

Di dalam ketentuan perundangan yang pernah berlaku

pengertian Pegawai Negeri tidak dibuat dalam suatu rumusan yang

berlaku umum, tetapi hanya merupakan suatu rumusan yang khusus

berlaku dalam hubungan dengan peraturan yang bersangkutan.

Di dalam KUHP, pengertian Pegawai Negeri ini dijelaskan

dalam Pasal 92 yang berbunyi :

a) Sekalian orang yang dipilih dalam pemilihan yang didasarkan

atas aturan-aturan umum, juga orang-orang yang bukan karena

pemilihan menjadi anggota badan pembentukan Undang-undang,

Badan Pemerintah atau Badan Perwakilan Rakyat yang dibentuk

pemerintah atau atas nama pemerintah, juga Dewan Daerah serta

semua Kepala Rakyat Indonesia asli dan kepala golongan

Timur Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.

b) Yang disebut pejabat dan hakim termasuk juga ahli pemutus

perselisihan, yang disebut hakim termasuk orang yang menjalankan

peradilan administrasi, serta anggota dan ketua peradilan Agama

c) Semua anggota Angkatan Perang juga termasuk pegawai

(pejabat).

Sedangkan di dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi (Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971) pengertian

(39)

“Pegawai Negeri yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi

juga orang-orang yang menerima gaji atau upah dari suatu

badan/badan hukum yang menerima bantuan dari keuangan negara

atau daerah atau badan hukum lain yang menggunakan modal dan

kelonggaran-kelonggaran dari negara atau masyarakat”.

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi memperluas cakupan pengertian Pegawai

Negeri, yaitu meliputi (1) Pegawai Negeri Berdasarkan Undang-undang

Kepegawaian; (2) Pegawai Negeri berdasarkan KUHP; (3) Orang

yang menerima gaji/upah dari uang Negara/Daerah. (4) Orang yang

menerima gaji/upah dari suatu Korporasi yang menerima bantuan

dari uang Negara/Daerah; (5) orang yang menerima gaji/upah

dari Korporasi lain yang menggunakan modal/fasilitas dari

Negara/Masyarakat.21

3) Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara

yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan

tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam kedudukan dan

tugas, Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan,

21

(40)

partai politik dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-undang

Nomor 43 Tahun 1999.

Dalam kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil, ada

kewajiban dan hak-hak yang melekat sebagaimana diatur dalam

Pasal 5, 6 dan 7 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yaitu

berdasarkan Pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap Pegawai Negeri

wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan melaksanakan tugas keilmuan yang dipercayakan kepadanya

dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.

Sedangkan Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa setiap Pegawai

Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan dan di ayat (2) dikatakan

bahwa Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan

kepada dan atas nama pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang.

Adapun Pasal 7 menetapkan bahwa setiap Pegawai Negeri wajib setia

dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945, negara dan pemerintah serta

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan

(41)

Jika diperinci, ada pun yang dimaksud dengan kewajiban

Pegawai Negeri adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau tidak

dilakukan oleh seorang Pegawai Negeri berdasar suatu peraturan

perundang-undangan. Perlu diketahui, peraturan-peraturan yang

memuat kewajiban-kewajiban tersebut sangat banyak. Ada yang sudah

diketahui sebagian atau banyak Pegawai Negeri dan ada yang belum

diketahui. Tetapi pada saat sekarang, sudah banyak kursus-kursus,

latihan-latihan jabatan, penataran dan sebagainya, maka lebih banyak

peraturan-peraturan yang diketahui oleh lebih banyak Pegawai Negeri.

Oleh karena banyaknya kewajiban-kewajiban itu, maka kewajiban

dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan sesuai dengan Keputusan

Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Tugas-tugas dan Fungsi

Pokok Pegawai Negeri, yaitu :

a. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungannya dengan tugas dan

jabatan.

b. Kewajiban-kewajiban yang tidak berhubungan langsung dengan

tugas dan jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai

Pegawai Negeri pada umumnya.

c. Kewajiban-kewajiban lain.

Kewajiban-kewajiban yang dimaksud pada a dan b ditetapkan dalam

peraturan-peraturan, sedang kewajiban yang dimaksud pada c tidak

(42)

- Kewajiban-kewajiban yang ada hubungannya dengan tugas dan

jabatan

Dalam Keputusan Presiden Nomor 44 tahun 1974 tentang

Tugas dan Fungsi Pokok Pegawai Negeri, ditetapkan tugas

pokok dan fungsi dari kesatuan-kesatuan dan organisasi dari

departemen-departemen, seperti Sekretaris Jenderal, Inspektorat

Jenderal Badan atau Pusat dan satuan organisasi lain. Tugas pokok

dan fungsi-fungsi kesatuan-kesatuan organisasi sudah barang tentu

merupakan kewajiban dari para pemimpin kesatuan-kesatuan itu.

Perumusan tugas pokok dan susunan organisasi Departemen

sampai dengan tingkat Biro, Inspektur, Direktorat dan Pusat

diatur dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1984 tentang

Susunan Organisasi Pegawai Negeri, sedang perumusan tugas dan

fungsi Biro, Inspektorat, Direktorat, Pusat, Sekretariat, Inspektorat

Jenderal, dan Sekretariat Badan ditetapkan oleh masing-masing

menteri setelah mendapat persetujuan dari Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara.

Tugas pokok dan fungsi-fungsi dimaksud di atas peraturan

yang sekarang sudah ditetapkan secara terperinci oleh menteri

masing-masing, merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan

(43)

- Kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan Pegawai

Negeri pada umumnya

Kewajiban-kewajiban ini tidak berhubungan langsung

dengan tugas dan jabatan, tetapi lebih banyak berhubungan dengan

kedudukan Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara abdi

negara dan abdi masyarakat.

Sadar akan pentingnya peranan Pegawai Negeri sebagai

unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat, maka

dibutuhkan adanya Pegawai Negeri yang penuh kesetiaan ketaatan

kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Negara dan

Pemerintah.

Atas dasar-dasar pokok pikiran sebagaimana di atas,

maka dengan tegas ditetapkan dalam Pasal 4 dan 6 Undang-undang

Nomor 43 Tahun 1999 kewajiban-kewajiban yang erat hubungannya

dengan kedudukan Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara,

abdi negara dan abdi masyarakat, tetapi selain kewajiban-kewajiban

yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 43 tahun 1999

ada pula kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dengan peraturan

(44)

- Kewajiban-kewajiban lain

Adapun yang dimaksud dengan kewajiban-kewajiban lain

adalah kewajiban yang tidak ditetapkan dalam sesuatu peraturan

dan yang berdasar adat kebiasaan dalam hal sikap dan tingkah laku

yang baik harus dilakukan, sikap dan tingkah laku yang jelek

tidak boleh dilakukan, baik dalam jabatan negeri maupun jabatan

masyarakat umum.

Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 hanya

ditetapkan ketentuan-ketentuan yang pokoknya mengenai sikap

tingkah laku yang baik. Misalnya dalam Pasal 5 ditetapkan

bahwa setiap Pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas

kedinasan yang dipercayakan padanya dengan penuh pengabdian,

kesadaran dan tanggung jawab itu. Perbuatan-perbuatan, sikap dan

tingkah laku inilah harus berdasarkan adat kebiasaan yang baik.

Misalnya saja, kalau seorang Pegawai Negeri berangkat ke kantor

harus berpakaian rapi dan wajar, tidak mewah tetapi tidak

compang-camping. Perbuatan-perbuatan, sikap dan tingkah laku

seperti ini tidak ditetapkan dalam sesuatu peraturan dan sangat

mungkin juga tidak akan ditetapkan dalam kode etik dan peraturan

(45)

Selanjutnya, untuk meningkatkan profesionalisme dan

kesejahteraan Pegawai Negeri, setiap pegawai negeri berhak

mendapat gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan

dan tanggung jawabnya. Yang dimaksud dengan gaji yang adil

dan layak adalah gaji yang mampu memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya sehingga pegawai tersebut dapat memusatkan pikiran

dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan

kepadanya. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 7

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yaitu bahwa gaji yang

diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas

dan menjamin kesejahteraan.

Pada umunya, sistem penggajian dapat digolongkan dalam

2 (dua) sistem yaitu sistem skala tunggal dan sistem skala ganda.

Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan

gaji yang sama kepada Pegawai Negeri yang memiliki pangkat

yang sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan

yang dilakukan dengan beratnya tanggung jawab pekerjaannya.

Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan

besarnya gaji bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga

didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang

(46)

Selain kedua sistem penggajian tersebut, dikenal juga sistem

penggajian ketiga yang disebut dengan sistem skala gabungan,

yang merupakan perpaduan antara sistem skala tunggal dan sistem

skala ganda. Dalam sistem skala gabungan, gaji pokok ditentukan

sama bagi Pegawai Negeri yang berpangkat sama, di samping itu

diberikan tunjangan kepada Pegawai negeri yang memikul

tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang tinggi atau

melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan

perhatian dan pengerahan tenaga secara terus-menerus.

4) Penempatan Jabatan Struktural

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, tentang Perubahan

Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 17 ayat 2

menyebutkan sebagai berikut :

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan

berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi,

prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu

serta syarat objektif tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama,

ras, atau golongan.

Dari bunyi Pasal 17 ayat 2 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang

(47)

Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya

jabatan dalam kesekretariatan lembaga Tertinggi atau tinggi Negara,

dan kepaniteraan pengadilan.

Jabatan adalah kedudukan tugas, tanggung jawab, wewenang

dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi

negara. Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan adalah

jabatan karier, yaitu jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan

yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai

Negeri yang telah beralih status sebagai PNS.

Dalam praktek di birokrasi pemerintahan pengangkatan jabatan

struktural belum sepenuhnya dilaksanakan sebagaimana ketentuan

yang berlaku di atas dimana terjadi penyimpangan-penyimpangan

atau ada kepentingan pribadi yang mendominasi Seperti, hubungan

kedekatan (kekeluargaan) dan kepentingan partai politik. Hal-hal

inilah yang menjadi kesenjangan dalam menerapkan undang-undang

yang berlaku dalam birokrasi pemerintahan.

Praktek-praktek ini dilaksanakan terselubung dan sangat sulit

untuk dihilangkan seolah-olah telah menjadi tradisi dalam lingkungan

birokrasi pemerintahan saat ini, sehingga perlu adanya satu komitmen

(48)

Agar dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam

menjalankan tugas dan fungsinya, maka karier Pegawai Negeri Sipil

perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuannya. Pada tahap

pertama Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat

tertentu. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukan tugas,

tanggungjawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil

dalam suatu satuan organisasi negara. Pangkat adalah kedudukan

yang menunjukkan seorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan

jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan

sebagai dasar penggajian.

Undang-undang Kepegawaian menganut prinsip bahwa dalam

rangka pelaksanaan sistem karier dan sistem prestasi kerja, maka harus

ada pengaitan yang erat antara kepangkatan dan jabatan atau dengan

perkataan lain, perlu adanya pengaturan tentang jenjang kepangkatan

pada setiap jabatan.

Pembentukan lembaga pemerintah dalam menyelenggarakan

administrasi kepegawaian menunjukan sentralisasi pembinaan dalam

prakteknya dilakukan melalui desentralisasi fungsional pada

beberapa lembaga pemerintahan. Lembaga administrasi negara

diserahi tanggungjawab di bidang administrasi negara tertentu sesuai

(49)

lembaga administrasi negara di bidang kepegawaian bertugas

membina dan menyelenggarakan pendidikan dan latihan pegawai

negeri Sipil dan sebagai pembina dalam pengaturan dan penyelenggaraan

pendidikan dan aparatur negara.22

Hukum administrasi negara juga memiliki fungsi jaminan

dan fungsi perlindungan hukum, yang sudah barang tentu langsung

berkaitan dengan warga negara. Di samping itu hukum administrasi

negara juga mengakomodir partisipasi warga negara, terutama dalam

rangka keterbukaan pemerintahan.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat normatif-empiris

yaitu penelitian hukum yang mengkaji pemberlakuan atau implementasi

ketentuan hukum positif. Metodologi penelitian normatif-empiris ini

bertujuan memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum

in concreto itu sesuai atau tidak dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang ada.23

22

Riawan Tjandra, Ibid, hal. 156, 157

23

(50)

2. Jenis dan Sumber Data

1) Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer

dan juga didukung dengan data sekunder. Data primer adalah data

yang diperoleh dari penelitian secara empiris untuk menjawab

permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini. Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan,

berupa peraturan perundang-undangan, buku, jurnal dan kamus-kamus

hukum.

2) Sumber Data

Penelitian ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan penelitian

lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data

sekunder di bidang hukum. Sedangkan penelitian lapangan

dilakukan untuk mendapatkan data primer sebagai penunjang data

kepustakaan. Selengkapnya, penelitian dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

a. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara mengkaji bahan pustaka yang terkait dengan penelitian ini,

(51)

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang di

dalamnya mencakup peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Bahan hukum yang

sifatnya mengikat tersebut berupa :

- Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian.

- Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian.

- Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah.

- Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang

Formasi Pegawai Negeri Sipil.

- Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang

Pengadaan Pegawai Negeri Sipill.

- Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang

Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri sipil.

- Peraturan Pemerintah. No. 100 Tahun 2000 tentang

Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural

- Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

Nomor 6 Tahun 2000

(52)

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang di

dalamnya memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai bahan

hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

- Buku-buku yang terkait dengan penelitian

- Artikel-artikel yang terkait dengan penelitian

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang di

dalamnya memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum

tersier meliputi Kamus Umum Bahasa Indonesia.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan

dengan cara meneliti secara langsung ke lapangan untuk

memperoleh data primer yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Data primer diperoleh dari penelitian empiris di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat. Sarana utama

yang akan digunakan untuk memperoleh data primer ini

adalah dengan melakukan serangkaian wawancara kepada :

Sekretaris Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, Kepala Kantor

Kepegawaian, Kepala Seksi Mutasi dan Pengadaan serta beberapa

(53)

3. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai penelitian ini bertitik tolak pada data sekunder,

maka langkah pertama dalam pengumpulan data yaitu dilakukan dengan

cara mengadakan telaah bahan pustaka dan studi dokumen. Bahan pustaka

dan dokumen yang diteliti berkaitan dengan permasalahan, baik yang

berkaitan penanganan masalah penempatan jabatan struktural, terhadap

pengaturan sistem pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil maupun yang

berkaitan dengan Implementasi Peraturan di bidang Kepegawaian

tersebut.

Di samping itu, juga dilakukan studi lapangan melalui serangkaian

wawancara di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.

Wawancara dilakukan setelah melakukan inventarisasi permasalahan

secara lebih konkrit, yang berkaitan dengan pendapat para sarjana

mengenai hukum administrasi, literatur-literatur yang berkaitan dengan

Sistem Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil Dalam Penempatan

Jabatan Struktural di Kabupaten Pakpak Bharat, dan dokumen yang

bersifat publik untuk selanjutnya memperoleh data sebanyak-banyaknya

mengenai sumber maupun bahan informasi, yang relevan dengan pokok

(54)

4. Analisis Data

Data yang ada sebagai hasil penelitian akan dianalisis secara

kualitatif dengan penguraian secara deskriptif dan preskriptif, agar

penelitian ini tidak hanya menggambarkan data-data semata, tetapi juga

mengungkapkan realitas mengenai Sistem Pembinaan Karier menurut

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian dalam penempatan Jabatan Struktural di Kabupaten Pakpak

Bharat sebagai suatu analisis.

Terdapat 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan.

Agar data yang diperoleh di lapangan dapat dibaca dengan baik,

maka hasil reduksi data tersebut disajikan dalam berbagai bentuk, seperti :

bagan maupun dalam bentuk teks naratif. Dari rangkaian kegiatan

seperti itu, kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan yang juga sekaligus

diverifikasi, baik selama penelitian berlangsung maupun setelah

(55)

Analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif dan preskriptif ini,

merupakan suatu kegiatan analisis yang bertumpu dari analisis yuridis

normatif dan selanjutnya secara sistematis dihubungkan dengan data

empiris. Penggunaan analisis yuridis normatif ditujukan untuk mengkaji

berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Sistem

Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil menurut Undang-undang Nomor

43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun

1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dalam penempatan jabatan

Struktural Di Kabupaten Pakpak Bharat. Kemudian melalui analisis

yuridis empiris, diharapkan dapat mengungkapkan kebijakan penempatan

(56)

BAB II

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DALAM PENEMPATAN JABATAN STRUKTURAL

A. Pengaturan Kepegawaian di Indonesia

Keberadaan Pegawai Negeri Sipil di Indonesia dirasakan semakin penting

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Terselenggaranya

pemerintahan dan pembangunan yang sedang dilaksanakan tidak terlepas dari

keikutsertaan Pegawai Negeri khususnya Pegawai Negeri Sipil.24 Oleh karena itu,

sangat perlu adanya rumusan-rumusan kebijakan untuk mengatur Pegawai Negeri

Sipil. Perumusan kebijakan tertuang dalam suatu undang-undang, sebagaimana yang

telah diwujudkan sekarang ini yaitu dalam Undang-undang Republik Indonesia

No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 8 Tahun 1974

tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Lahirnya undang-undang tersebut merupakan

suatu kemajuan pengaturan di bidang kepegawaian dan tidak terlepas dari perjalanan

panjang untuk mewujudkan suatu kebijakan di bidang kepegawaian dalam sebuah

undang-undang.

Dalam waktu yang relatif cukup lama sejak Indonesia merdeka, landasan

hukum yang dipakai sebagai dasar yang kuat dalam pembinaan di bidang

kepegawaian, khususnya Pegawai Negeri Sipil, belum dimiliki oleh bangsa

24

(57)

Indonesia. Baru setelah diundangkannya Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian, pada tanggal 6 November 1974 tersebut, pengaturan

hukum kepegawaian di Indonesia bisa terwujud. Sebelumnya, hukum kepegawaian

Indonesia masih diatur dalam peraturan-peraturan “incidenteel”, peraturan-peraturan

hukum administrasi negara kebiasaan (administratief gewoonterechtsregels) dan

surat-surat edaran (rondschrijven) beberapa departemen (kementerian) dan dari

Kepala Kantor Urusan Kepegawaian.25

Lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah yang memberikan kewenangan besar terutama di bidang kepegawaian

kepada daerah terutama kabupaten/kota telah menyebabkan pengaturan pelaksanaan

yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, peraturan pemerintah

termasuk juga petunjuk teknisnya harus diganti dan/atau diubah, karena ada tarik ulur

kewenangan di bidang kepegawaian. Oleh karena itu, lahirlah Undang-undang

Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Besarnya kewenangan daerah dalam mengatur masalah kepegawaian,

maka Pasal 34 A Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 mengaturkan bahwa,

“Untuk kelancaran pelaksanaan menajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dibentuk

Badan Kepegawaian Daerah.“ Selanjutnya, oleh karena terlalu terkonsentrasinya

kewenangan kepegawaian di daerah, dirasakan perlu adanya koordinasi antara

kabupaten/kota dengan provinsi dan provinsi dengan pusat. Maka lahirlah

25

Gambar

Tabel 4.1 Luas dan Pembagian Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat
Tabel 4.2 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Golongan Ruang
Tabel 4.5 Jumlah PNS Kabupaten Pakpak Bharat Berdasarkan Eselon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari hasil yang telah diperoleh seperti dalam tabel diatas , simulasi evakuasi dengan posisi lifejacket 1 (dekat dengan pintu keluar setiap ruangan)

Tatap muka I dan II dengan RPP tentang pembelajaran Kimia khususnya Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPA-2 Materi Sifat Koligatif Larutan

Dari penelitian yang telah dilakukan, secara umum diperoleh hasil bahwa terdapat variasi dalam hal aspek sanitasi pemotongan sapi kurban di Kota Banda Aceh tahun 2015.. Hal

bahwa berdasarkan pertimangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi

[r]

dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi Pajak Penghasilan yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap dikurangi

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.