• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA

INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04

BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

S K R I P S I

Oleh :

R O Y A N I

NIM: X.5108517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA

INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04

BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :

R O Y A N I

NIM: X.5108517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Maryadi, M.Ag. Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd.

NIP. 19520601 198103 1003 NIP. 19760730 200604 2 001

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 5 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. ………..

Sekretaris : Sugini, S.Pd. ………..

Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag. .………..

Anggota II : Dewi Sri Rejeki, S.Pd., M.Pd. ………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Royani. PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia menggunakan media kartu huruf pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 5 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya membandingkan data nilai kemampuan membaca permulaan sebelum perbaikan dengan siklus 1 dan siklus 2.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Royani. THE USING OF LETTER CARD MEDIA TO INCREASE THE

READING ABILITY OF STUDENTS WHO ARE DIFFICULT TO STUDY INDONESIAN ON CLASS II STUDENTS SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KARANGANYAR REGENCY IN THE SCHOOL YEAR 2009/2010”. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, October 2010.

The aim of this research is to increase the reading ability of students who are difficult of study Indonesian by using the media of letter card on class II students semester I SD Negeri 04 Bejen Karanganyar Regency in the school year 2010/2011.

The research used is Class Action Research (CAR) namely the study that is carried out by a teacher in my classroom, by stressing on the perfectness or increasing practice and process in teaching reading for students who ore difficult to study Indonesian. The subject of this study is the class II students SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar in the school year 2010/2011 that consists of 5 students. To analysis the data this research uses comparative analysis technique. It means that comparing the data of the early reading ability value before improvement to the cycle 1 and the cycle 2.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka

meninggalkan keturunan yang lemah ...

( Terjemah Q.S. An-Nissa: 9)

Wahai generasi muda

Masa depan akan menantangmu

Kuatkan iman !

Perbanyak ilmu !

Kebahagiaan yang kau damba

Kan menyertai langkahmu.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

- Istri tercinta.

- Anak-anak tersayang.

- Rekan-rekan di PLB FKIP UNS.

- Murid-murid yang kusayangi.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala

bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan petunjuk kepada penulis dalam menulisan skripsi.

3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa

yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Dewi Sri Rejeki, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan

petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Sutardi, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar yang telah

memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

tindakan kelas ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,

(10)

commit to user

x

kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan

menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Oktober 2010

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar ... 6

2. Tinjauan Tentang Kartu Huruf ... 14

3. Peranan Guru bagi Anak Berkesulitan Belajar ... 22

4. Tinjauan Tentang Belajar Membaca ... 23

B. Kerangka Pemikiran ... 32

C. Perumusan Hipotesis ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

(12)

commit to user

xii

Halaman

B. Subyek Penelitian ... 34

C. Data dan Sumber Data ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Validitas Data ... 40

F. Analisis Data... 41

G. Indikator Kinerja... 42

H. Prosedur Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahaan Hasil Penelitian ... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 34

Tabel 3.2. Prosedur Penelitian ... 43

Tabel 4.1. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada

Kondisi Awal ... 45

Tabel 4.2. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada

Siklus I ... 49

Tabel 4.3. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada

Siklus II ... 54

Tabel 4.4. Kemampuan Membaca Setiap Siklus Melalui Media Kartu ... 59

Tabel 4.5. Peningkatan Nilai Rata-rata Kemampuan Membaca Setiap

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir... 33

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Peningkatan Kemampuan Membaca Setiap Siswa Melalui

Media Kartu Huruf ... 59

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Siswa Berkesulitan Belajar Bahasa Indonesia Kelas

II SDN 04 Bejen Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011... 65

Lampiran 2. Program Pembelajaran Individual (PPI) Siklus I ... 66

Lampiran 3. Program Pembelajaran Individual (PPI) Siklus II ... 70

Lampiran 4. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Pre Test .... 74

Lampiran 5. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Siklus I ... 75

Lampiran 6. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Siklus II ... 76

Lampiran 7. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen (Nilai Awal ) ... 77

Lampiran 8. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen (Siklus I) ... 78

Lampiran 9. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen (Siklus II) ... 79

Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ... 80

Lampiran 11. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ... 81

Lampiran 12. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ... 82

Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) ... 83

Lampiran 14. Media Pembelajaran Kartu Huruf dan Kartu Kata ... 84

Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 85

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar1945 khususnya alenia keempat (4) antara lain sebagai berikut ”... untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ...” sebagai upaya untuk mencapai tujuan negara tersebut di atas maka pemerintah menyelenggarakan suatu bentuk pembangunan yang komprehensif dalam berbagai aspek kehidupan baik yang menyangkut bidang fisik maupun non fisik, termasuk pembangunan bidang pendidikan. Perwujudan pembangunan bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam menciptakan masyarakat yang maju, makmur, serta memberi kesempatan kepada warganya untuk mengembangkan diri yang sejajar dengan bangsa lain di dunia. Demi terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang sejajar dengan bangsa lain di dunia, maka pembangunan nasional di bidang pendidikan harus mendapatkan prioritas, serta mengadakan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional dari waktu ke waktu.

Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran. Makna yang terkandung pada pasal 31 UUD 1945 di atas sesuai dengan

pernyataan UNESCO tentang pendidikan untuk semua (Education for all).

Pernyataan tersebut dideklarasikan oleh UNESCO di Jantion Thailand tahun 1990. Diperkuat dengan deklarasi Salamanca (1994) dan Dakkar (2000). Hal inilah yang kemudian memunculkan konsep pendidikan Inklusi.

Dewasa ini pendidikan inklusi menjadi paradigma baru dalam dunia pendidikan. Konsep ini dimaksudkan untuk memberi akses seluas mungkin bagi semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk belajar. Sistem layanan ini mensyaratkan di sekolah terdekat di kelas biasa bersama-sama dengan teman seusianya.

(18)

commit to user

2

Sekolah Dasar Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar telah dipercaya oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi sejak tahun 2004. Saat ini memiliki siswa keseluruhan 235 siswa, 42 di antaranya adalah anak berkebutuhan khusus, 5 di antara 42 anak berkebutuhan khusus adalah siswa kelas II. Mereka rata-rata belum bisa membaca, padahal kita tahu bahwa membaca merupakan kunci daripada ilmu.

Anak berkesulitan belajar membaca adalah anak-anak yang dalam mengenal tulisan serta menyuarakan tulisan kata atau kalimat yang bermakna mengalami kesulitan, sehingga dampak dari kesulitan membaca ini sangat luas, antara lain rendah diri, diolok-olok oleh teman dan sudah pasti adalah rendahnya prestasi belajar, yang sangat berpotensi untuk tinggal kelas bahkan drop out.

Padahal menurut berbagai penelitian para ahli prevalensi anak-anak berkesulitan membaca populasinya cukup signifikan sekitar 71,8% dari jumlah sekitar 100% populasi siswa yang mengalami kesulitan belajar (Berit H. Johnsen, 2004: 4).

Bahasa, bagi sebagian orang, diperlakukan sekedar alat komunikasi. Implikasinya adalah adanya kecenderungan yang lebih menekankan aspek komunikasi daripada aspek lain yang sebenarnya juga penting dalam kaitannya dengan bahasa. Harus diakui, manusia di mana pun, lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan. Jadilah kemudian komunikasi lisan dianggap jauh lebih penting dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan (Maman S. Mahayana, 2008: 1). Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

(19)

commit to user

3

dengan maksud penulis”. Lebih lanjut Smith mendefinisikan ”membaca sebagai proses komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh pembaca” (Darmiyati Zuhdi, 2007:21).

Sudah banyak usaha-usaha yang telah dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan dasar. Namun sedikit sekali usaha-usaha ini yang dapat menyentuh anak-anak berkesulitan belajar. Mungkin karena itulah maka usaha untuk meningkatkan kualitas lulusan itu belum banyak berhasil. Hal ini ditandai dengan masih sangat rendahnya kualitas lulusan Sekolah Dasar, sehingga anak berkesulitan belajar perlu mendapatkan cara pelayanan yang lebih intensif dan pemilihan pendekatan dan metode yang menarik minat belajar anak.

Kualitas lulusan Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh kemampuan 3R yaitu Reading, Writing, dan Arimatics (membaca, menulis, dan berhitung). Siswa akan mampu berkembang dan mempelajari topik lain atau mempelajari mata pelajaran lain maka kemampuan dasarnya harus mampu membaca, menulis, dan berhitung dengan baik. Kalau kemampuan dasar ini baik maka kemungkinan berkembang dan berprestasi baik, tetapi jika kemampuan awal ini tidak baik maka kemungkinan prestasinya juga tidak baik. Sehingga jelas sekali bahwa kemampuan membaca merupakan syarat mutlak bagi setiap manusia untuk menyerap informasi yang pada umumnya tersaji dalam bentuk tulisan. Demikian pula bagi siswa Sekolah Dasar tanpa menguasai kemampuan membaca yang baik maka tidak akan bisa berkembang, menyerap informasi dan komunikasi dengan lingkungannya.

Keberhasilan pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) sangat tergantung pada banyak hal antara lain: kesiapan siswa, sarana, metode pembelajaran dan sebagainya. Berbagai metode pembelajaran telah diterapkan oleh guru-guru Sekolah Dasar untuk sarana pembelajaran membaca.

(20)

commit to user

4

maknanya; 2) ia mungkin mengetahui artinya secara lisan, tetapi tidak mengenal kata tersebut secara tertulis; dan 3) ia mungkin tidak mengenalnya dan sekaligus juga tidak memperdulikan artinya.” (Darmiyati Zuhdi, 2007: 35). Jika anak mengalami kesulitan jenis pertama, ia haraus mengembangkan kosakata bermakna. Jika kesulitannya adalah jenis kedua, ia memerlukan latihan pengenalan kata. Jika kelemahannya pada pengenalan kata maupun kosakata bermakna, kedua macam itu perlu diberikan secara serentak.

Media kartu huruf adalah media kartu yang di dalamnya terdapat huruf yang secara teoritis sangat menarik bagi anak didik untuk belajar membaca huruf, kata atau kalimat. Karena itu untuk membuktikan kebenaran asumsi tersebut penulis mengangkat judul penelitian yaitu PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah mengenai penggunaan kartu huruf untuk meningkatkan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan belajar bahasa Indonesia maka dapat dirumuskah permasalahan sebagai berikut:

Apakah penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 ?

C. Tujuan Penelitian

(21)

commit to user

5

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis

Mengetahui peranan penggunaan media kartu huruf untuk meningkatkan kemampuan membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

2. Manfaat praktis

a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca pada

siswa yang mengalami kesulitan belajar Bahasa Indonesia.

b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa yang mengalami

(22)

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang Anak Berkesulitan Belajar a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

Dewasa ini pendidikan inklusif makin digalakkan. Program ini bertujuan untuk memberi akses yang seluas mungkin untuk semua anak, termasuk untuk anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Diharapkan ABK mampu belajar bersama dengan anak-anak normal pada satu kelas yang sama, dengan hak dan kewajiban yang sama pula.

Salah satu yang disebut anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Anak berkesulitan belajar atau learning

disabilities sering dijadikan sebutan untuk anak yang mempunyai prestasi

rendah, entah prestasi dalam bidang bahasa, pengetahuan umum maupun logika atau penalaran.

Batasan tentang anak berkesulitan belajar menurut Kirk (dalam Sunaryo Kartadinata, 2002: 71) adalah:

Murid yang tidak digolongkan kepada kategori normal (keluarbiasaan), namun mereka mengalami kelemahan dalam berbicara perseptual motorik (berbahasa) persepsi visual dan auditory. Anak dengan kondisi saat mulai mempelajari mata pelajaran dasar, cenderung mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, dan berhitung.

The Nationt Joint Commite for Learning Disabilities (NJCLD)

mengemukakan definisi yang dikutip oleh Hammill, Leigh, Mc.Nutt dan Larsen (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 7-8) sebagai berikut:

Kesulitan belajar adalah suatu batasan generik yang menunjuk pada suatu kelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata (significant) dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi berbarengan

(23)

commit to user

7

dengan adanya kondisi gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, retardasi mental, hambatan sosial, dan emosional) atau pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik). Hambatan-hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.

Pendapat Cannadian Association for Children and Adult with Learning

Disabilities adalah mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah

meskipun kecerdasannya termasuk normal, sedikit di atas normal atau sedikit di bawah normal (Mulyono Abdurrahman, 2003: 8). Menurut batasan ini anak yang mempunyai kecerdasan berkisar antara 90, dan mempunyai prestasi belajar yang rendah sering dikategorikan dengan anak yang berkesulitan belajar.

Keadaan ini terjadi sebagai akibat Disfungsi Minimal Otak (DMO) yang terjadi karena penyimpangan perkembangan otak yang dapat berwujud dalam berbagai kombinasi gejala gangguan seperti gangguan persepsi, membentuk konsep bahasa ingatan, kontrol perhatian atau gangguan motorik. Keadaan ini tidak disebabkan oleh gangguan primer pada penglihatan, pendengaran, cacat motorik atau gangguan emosional.

“Anak berkesulitan belajar adalah anak secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah, dan anak tersebut beresiko tinggal kelas” (Munawir Yusuf, 1997: 7).

Learning disorder or learning difficulty, is a classification several disorders in which a person has difficulty learning in a typical manner, usually caused by an unknown factors. The unknown factor is the disorder that affects the brain’s ability to receive and process information. This disorder can make it problematic for a person to learn as quickly or in the same way as someone whto ins’t affected by a learning disability. Learning disability is not indicative of intelligence level. Rather, pepole with a learning disability have trouble performing specific types of skills or completing tasks if left to figure things out by

themselves or if taught in conventional ways. (Berit H. Johnsen, 2004:

(24)

commit to user

8

(Kesulitan belajar atau kesulitan belajar, adalah termasuk dari beberapa klasifikasi gangguan di mana seseorang mengalami kesulitan belajar dengan ciri-ciri khusus, biasanya disebabkan oleh faktor yang diketahui atau faktor-faktor lain. Faktor yang tidak diketahui adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan otak untuk menerima dan memproses informasi, gangguan ini dapat membuat masalah bagi seseorang untuk belajar dengan cepat atau dengan cara yang sama sebagai seseorang yang tidak terpengaruh oleh ketidakmampuan belajar. Kesulitan belajar tidak menunjukkan tingkat kecerdasan. Sebaliknya, orang dengan ketidakmampuan belajar mengalami hal-hal yang oleh mereka sendiri atau jika diajarkan dengan cara konvensional.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar

(learning disabilities) merupakan istilah generik yang merujuk kepada

keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesilitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar. Umumnya masalah ini tampak ketika murid mulai mempelajari mata pelajaran dasar seperti menulis, membaca, berhitung, dan mengeja.

b. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar

Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(developmental learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik

(academic learning disabilities) (Mulyono Abdurrahman, 2003: 11).

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motirik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika.

(25)

commit to user

9

meliputi: (1) gangguan perkembangan motorik dan persepsi, (2) kesulitan belajar kognitif, (3) gangguan perkembangan bahasa, dan (4) kesulitan menyesuaikan sosial. Kedua, kesulitan belajar akademik, meliputi: (1) kesulitan belajar membaca, (2) kesulitan belajar menulis, dan (3) kesulitan belajar berhitung dan matematika.

Kesulitan belajar secara umum maupun kesulitan belajar secara khusus pada umumnya mempunyai gangguan penyerta/penyebab yang dikelompokkan sebagai berikut (Munawir Yusuf, 1997:16-17):

1) Gangguan intelegensi rendah

Anak yang ber IQ antara 70-90, mereka termasuk dikategorikan

under line (garis batas) yang secara pendidikan disebut sebagai slow learner

(lambat belajar). Gejala yang nampak antara lain prestasi belajar sebagian besar atau seluruh mata pelajaran umumnya rendah, sering tidak naik kelas, sulit menangkap pelajaran, dan sebagainya akibat lebih jauh dari kondisi ini adalah putus sekolah.

2) Anak berprestasi di bawah potensi (under achiever)

Anak-anak yang berpotensi unggul secara intelektual atau yang sering disebut memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak selalu menunjukkan hasil belajar yang tinggi. Apabila prestasi belajar yang mereka capai berada dibawah potensinya mereka disebut under achiever.

3) Gangguan emosi dan perilaku

Tidak ada definisi yang baku mengenai gangguan emosi dan perilaku tetapi ciri-ciri umum mengambarkan adanya 4 definisi (Hallahan dan Kauffman), sebagai berikut:

a) Anak yang mengalami gangguan perilaku, contoh adalah: suka

(26)

commit to user

10

b) Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri, contoh: rasa takut, bersalah, cemas, pemalu, mengasingkan diri, tidak punya teman, perasaan tertekan, sedih, sensitif, mudah merasa disakiti hatinya, merasa rendah diri, merasa tidak berharga, mudah frustasi, kurang keyakinan, pendiam.

c) Anak yang agresif sosial memiliki perkumpulan yang tidak baik, contoh: berani mencuri, loyal terhadap teman yang suka melanggar hukum, suka begadang sampai larut malam, melarikan diri dari sekolah, melarikan diri dari rumah.

d) Individu yang tidak pernah dewasa perhatiannya terbatas kurang konsentrasi, contoh: melamun, kaku, canggung, pasif, kurang inisiatif, mudah digerakkan, lamban, ceroboh, mudah bosan, kurang tabah, tidak rapi (Munawir Yusuf, 1997:17).

Emosi merupakan faktor dalam struktur pribadi. Pernyataan emosi tersebut dapat berbentuk senang dan tidak senang, dan perasaan yang tidak senang ini yang akan menggangu proses belajar. Reaksi emosi terhadap jasmani adalah bermacam-macam, misalnya denyut jantung terlalu cepat, pencernaan terganggu, sukar tidur, gugup dan sebagainya. Perkembangan emosi itu dimulai sejak lahir, pada masa bagi pernyataan emosi cukup pada tangis dan artinya bisa bermacam-macam, misalnya takut, marah, sakit, lapar, haus, pedih. Pada dasarnya emosi dibagi menjadi dua bagian, yaitu emosi yang tidak menyenangkan biasanya merugikan, antara lain : marah, takut, iri, susah dan sebagainya. Berhasil atau gagalnya anak dalam belajar sebagian besar tergantung pada sikap emosi, anak yang selalu dimarahi akan menjadi rendah diri, takut, dan menjadi tenang-tenang. Jadi jelaslah bahwa kemunduran atau kesulitan suatu kegagalan belajar itu bukan faktor intelegensinya juga bukan karena bakat, tetapi karena emosinya yang mengalami kegagalan.

4) Gangguan komunikasi

(27)

commit to user

11

(1)gangguan wicara, dan (2) gangguan bahasa. Gangguan wicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suatu artikulasi dari bunyi dan atau kelancaran wicara. Jadi gangguan wicara terdiri dari tiga macam yaitu: gangguan suara, gangguan artikulasi dan gangguan kelancaran bicara. (Munawir Yusuf, 1997:18).

Gangguan dari pemahaman atau penggunaan bahasa ujaran, bahasa tulis atau sistem simbol, kerusakan tersebut mungkin meliputi bentuk bahasa (fonologi, morfologi dan sintaksis), isi bahasa atau semantik, dan fungsi bahasa atau pragmatik.. Anak yang mengalami gangguan komunikasi biasanya menunjukkan gejala tidak lancar berbicara, pembicaraanya sulit ditangkap, suaranya tidak normal, gagap dan sebagainya, penyebabnya dapat bersifat organik dan dapat pula psikologik.

5) Gangguan gizi dan kesehatan

Anak-anak yang mempunyai penyakit kronis dan bergizi kurang, cenderung mengalami kesulitan belajar. Jenis penyakit kronis dimaksud antara lain: epilepsi, diabetes, cytic fibrosis, hemofilia dan luka bakar. Sedangkan gangguan gizi terutama bagi mereka yang kekurangan kalori dan protein serta kekurangan zat iodium.

6) Gangguan gerakan/anggota tubuh

Ada dua kategori cacat tubuh, ialah cacat anggota karena penyakit polio, dan cacat tubuh karena kerusakan otak sehingga mengakibatkan ketidakmampuan gerak (disebut cerebral palsy) pada dasarnya cerebral

palsy merupakan koordinasi otot, ototnya sendiri sebenarnya normal, tetapi

otak mengalami gangguan dalam mengirimkan sinyal-sinyal yang penting untuk memerintahkan otot-otot untuk memendek atau memanjang atau harus merengang.

(28)

commit to user

12

7) Gangguan penglihatan ringan

Untuk mengenal anak apakah mereka mengalami gangguan penglihatan, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik, perilaku maupun keluhan.

a) Contoh ciri fisik: seperti mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak beraturan (goyang), mata yang selalu berair.

b) Contoh ciri perilaku; membaca terlalu dekat, membaca banyak terlewati, cepat lelah ketika membaca, mengerutkan mata ketika melihat papan tulis, sering mengupas mata, mendongokkan kepala saat melihat benda jarak jauh, cenderung melihat dengan memiringkan kepala, berjalan sering manabrak benda di depannya, salah menyalin dalam jarak dekat. c) Contoh ciri keluhan: seperti merasa sakit kepala, sulit melihat dengan

jelas dari jarak jauh, pengelihatan terasa kabur ketika membaca, menulis, benda terlihat seperti dua buah, mata sering terasa gatal.

8) Gangguan pendengaran ringan

Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan fungsi dari sebagian atau seluruh alat atau organ-organ pendengaran, dapat diketahui dengan menggunakan (Andiometer).

Dengan menggunakan ciri-ciri fisik dan perilaku anak, seseorang dapat dideteksi sebagai mengalami gangguan pendengaran atau tidak. Ciri-ciri tersebut, antara lain sering keluar cairan dari liang telinga, bentuk daun telinga tidak normal, sering mengeluh gatal atau sakit di liang telinga, kalau berbicara selalu melihat gerakan bibir lawan bicara, sering tidak bereaksi jika diajak bicara kurang keras, selalu minta diulang dalam pembicaraan, dan sebagainya.

Dampak anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.

c. Penyebab Kesulitan Belajar

(29)

commit to user

13

Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Mulyono Abdurrahman, 2003: 13).

Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga menyebabkan tunagrahita atau emosional. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesultian belajar (Mulyono Abdurrahman, 2003: 13) antara lain: 1) Faktor genetik

2) Luka pada otak karena trauma fisik atau kekurangan oksigen.

3) Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk

memfungsikan sistem syaraf pusat).

4) Biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna pada makanan). 5) Pencemaran lingkungan (misalnya mencemaran timah hitam).

6) Gizi yang tidak memadai.

7) Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak (deprevasi lingkungan).

Sebagaimana dapat dilihat di atas, kesulitan belajar dapat terdiri dari banyak bentuk. Di masa lalu, pendekatan-pendekatan pengajaran anak yang berkelainan ditentukan oleh diagnosis medis yang diberikan kepada mereka. Dengan pendekatan tersebut, anak-anak dengan diagnosis yang serupa harus diajar dengan cara yang sama.

Sekarang disadari bahwa walaupun pembelajaran akan dipengaruhi oleh kecacatan, tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih penting. Faktor-faktor tersebut dapat terletak dalam pengalaman tergantung pada:

1) Lingkungan, termasuk sikap terhadap anak-anak pada umumnya dan terhadap anak tertentu karena:

a) Lingkungan yang tidak responsif dan kurang stimulasi

b) Pemahaman atau kesalahpahaman guru akan proses

pembelajaran.

c) Isi, pendekatan pengajaran dan materi pembelajaran

(30)

commit to user

14

2) Faktor-faktor dalam diri anak termasuk: a) Keingintahuan

b) Motivasi

c) Inisiatif, interaksi dan komunikasi d) Kompetensi sosial

e) Kreatifitas

f) Temperamen

g) Dorongan untuk belajar dan gaya belajar

h) Kemampuan

3) Hakikat dan tingkat kecacatan kecacatan, jika ini merupakan bagian dari gambaran tentang anak itu. (Miriam Donath Skjorten, 2004: 23).

Dari poin-poin di atas dapat dilihat bahwa kesulitan belajar dapat terjadi juga ketika tidak ada kecacatan terlibat di sana. Juga dapat dilihat kompleksitas dan multiplisitas kondisi pembelajaran. Diharapkan dengan mempertimbangkan semua faktor ini akan meningkatkan pemahaman tentang keunikan setiap individu. Apa yang harus diingat adalah bahwa menghadapi keunikan dapat menjadi tantangan yang besar dalam sebuah kelas dan khususnya dalam kelas yang besar.

Konsep kesulitan belajar menarik perhatian pada kesulitan dan tantangan yang dapat muncul di setiap kelas, kesulitan-kesulitan yang dapat dihadapi oleh semua anak. Namun, konsep ini juga membantu menyadarkan besarnya implikasi dari kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor sensori, motorik, kognitif, emosional dan lingkungan.

2. Tinjauan tentang Kartu Huruf

a. Pengertian Media Pembelajaran

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media pembelajaran. Dari berbagai literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:

(31)

commit to user

15

Educational Communications Technology (AECT) di Amerika yang dikutip

oleh Azhar Arsyad (2002: 3) media pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Sementara itu Gagne (dalam Arief S. Sadiman, dkk, 2009: 6): “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.”

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien.

Media merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan atau pembelajaran. Komponen sistem pembelajaran ini, dan media pembelajaran memegang peran penting. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Media bukan sekedar alat bantu, tetapi lebih merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media pembelajaran ini merupakan suatu keharusan dan menuntut para guru untuk merancang sistem instruksional yang terpadu. Guru dan media secara bersama-sama membagi tanggung jawab dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru tetap sebagai pengelola, motivator dan tutor; sedangkan media sebagai penyaji materi (bahan) ajar. Dengan demikian guru dapat menggunakan waktunya secara lebih efisien dan beban tugas dapat dikurangi, produktivitas pengajaran lebih tinggi.

(32)

commit to user

16

b. Fungsi Media Pendidikan

Pembelajaran adalah proses komunikasi interaksi antara guru dan murid. Proses komunikasi terdapat tiga bagian yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain yaitu pembawa pesan, penyampai pesan dan penerima pesan. Arief S. Sadiman, dkk. (2009: 16-17) mengemukakan, secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti

misalnya:

a) Obyek terlalu besar – bisa digantikan dengan realitas gambar, film bingkai, film dan model.

b) Obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film dan gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high speed photography atau low speed photography.

3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media berguna untuk:

a) Menimbulkan kegairahan belajar.

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan.

c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum, dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana latar belakang guru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.

Dari uraian di atas media dapat membantu untuk mengatasi berbagai macam hambatan diantaranya mengurangi sifat verbalisme mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan tipe belajar murid karena kelemahan di salah satu indra, mengatasi sifat anak pasif menjadi aktif, membantu mengatasi kesulitan guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada murid serta memperingan beban guru.

(33)

commit to user

17

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik, artinya hanya berbentuk kata-kata tertulis atau lisan.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang besar diganti gambar, objek yang terlalu kecil bisa diganti dengan proyektor mikro, film bingkai, gambar, sedang gerak yang lambat atau cepat bisa dibantu dengan time-lapse atau

high-speed photography, tentang kejadian masa lalu dapat ditampilkan

kembali lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, kemudian objek yang terlalu kompleks bisa dibantu dengan modul, diagram, terakhir konsep yang sangat luas seperti gunung berapi, gempa bumi, iklim dan divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain sebagianya.

3) Menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi akan dapat diatasi sikap pasif anak didik atau siswa. Dalam situasi demikian media pembelajaran dapat menimbulkan kegairahan belajar dan memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung antara anak didik dengan lingkungannya serta memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2001: 2-3) media dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Ada beberapa alasan di antaranya yang berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan dan sebagainya.

Dari kenyataan yang demikian maka penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat membantu memecahkan masalah-masalah yang ada, sehubungan media pembelajaran memiliki kemampuan memberi perangsang yang sama, pengalaman yang sama, kemudian terakhir memberi persepsi yang sama pula.

(34)

commit to user

18

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (hafalan, dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengetahui keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.

3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik sehingga siswa lebih bergairah.

4) Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh

karena itu membuat belajar lebih mantap. Dengan media penanaman pengertian lebih jelas.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa media pendidikan sangat besar manfaatnya dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.

c. Pengertian Kartu Huruf

Kartu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995: 448) adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. “Kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang untuk berbagai macam keperluan” (Peter Salim dan Yenni Salim (1991: 425). Dari pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kartu adalah jenis kertas yang berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang dan dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan.

Huruf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995: 362) adalah “tanda aksara atau tata tulis yang merupakan abjad yang melambangkan bunyi bahasa atau aksara”. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS. Poerwadarminta, 1996: 527), huruf adalah unsur abjad yang melambangkan bunyi. Jadi dapat penulis simpulkan huruf adalah tanda aksara atau abjad yang melambangkan bunyi bahasa tertentu menurut model dan bentuknya.

(35)

commit to user

19

berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai dengan unsur abjad atau huruf tertentu yang melambangkan bunyi bahasa tertentu. Kartu huruf merupakan suatu alat peraga yang praktis dan menarik bagi kalangan anak– anak khususnya anak tunagrahita yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memicu kemampuan belajar khususnya kemampuan membaca permulaan.

d. Jenis-jenis Kartu

Kartu yang digunakan dalam pembelajaran terdiri dari berbagai jenis. Penulis mencoba menggunakan alat peraga kartu kata dan kartu bergambar untuk pengembangan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan belajar. Dengan kartu huruf merupakan suatu alat peraga yang praktis dan menarik bagi anak-anak khususnya anak yang berkesulitan belajar yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memacu kemampuan belajar anak khususnya kemampuan membaca.

Menurut Thachir A. Malik (1995: 2) “Di dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis kartu kata yang digunakan sebagai alat peraga dalam membantu siswa membaca antara lain berupa kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu gambar”.

Berikut jenis-jenis kartu yang digunakan sebagai alat peraga dalam membantu siswa dalam bukunya Pandai Membaca dan Menulis oleh Thachir A. Malik (1995: 3) sebagai berikut:

1) kartu huruf 2) kartu suku kata 3) kartu kata

4) kartu tembus pandang 5) karton.

(36)

commit to user

20

abjad yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan cara penggunaannya bisa dengan diadakan permainan antara anak didik dengan guru. Selain itu bisa juga bisa digunakan permainan antar sesama anak didik. Dengan kartu huruf ada kemungkinan anak-anak tertarik oleh adanya huruf-huruf yang berwarna-warni sehingga merespon anak untuk bisa menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf tertentu.

e. Hubungan Pengguna Kartu Huruf dengan Anak Berkesulitan Belajar

Membaca

Kartu huruf merupakan suatu alat peraga praktis dan menarik bagi kalangan anak-anak khususnya anak yang berkesulitan belajar membaca yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memicu kemampuan membaca. Glenn Doman (1991: 154) menyatakan bahwa dalam mengajari anak membaca semua metode mempunyai tiga persamaan penting yang perlu diperhatikan adalah:

1) Setiap metode yang digunakan untuk mengajar anak kecil membaca

selalu berhasil.

2) Setiap metode menggunakan huruf dengan ukuran besar.

3) Setiap metode menekankan perlunya merasakan dan memperhatikan

kegembiraan dalam proses membaca.

Huruf yang digunakan dalam pelajaran membaca permulaan terdiri atas 26 huruf yang terbagi 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan.

(37)

commit to user

21 Huruf Nama Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz Aa Be Ce De Ee Ef Ge Ha Ii Je Ka El Em En Oo Pe Qi Er Es Te Uu Ve We Ex Ye Zet
(38)

commit to user

22

stimulus dalam belajar membaca permulaan. Dengan alat peraga kartu huruf ini anak yang berkesulitan belajar membaca yang mengalami hambatan dalam aspek kognitif akan dapat memahami apa yang ada dalam setiap kartu huruf sehingga anak berkesulitan belajar membaca lebih mudah mencerna huruf maupun kosa kata yang ada pada setiap huruf-huruf itu.

3. Peranan Guru Anak Berkesulitan Belajar

Guru memiliki peranan yang sangat penting untuk mencerdaskan generasi yang akan datang untuk kemajuan bangsa. Dalam mengajar guru diwajibkan memiliki kritreria tertentu sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Menurut Munawir Yusuf (2002 : 12):

Guru khusus untuk anak dengan berproblema belajar sebaiknya memperoleh pendidikan khusus dalam bidang tersebut pada jurusan atau program studi pendidikan luar biasa di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (FKIP). Guru-guru di sekolah reguler seyogyanya mendapatkan pelatihan khusus untuk dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di kelas dan membantu anak dengan problema belajar. Kerja sama antara guru PLB dan guru kelas reguler sangat penting.

Terkait dengan peranan guru anak berkebutuhan khusus di sekolah menurut Munawir Yusuf (2002: 13) menyebutkan ada sembilan peranan, yaitu: a. Menyusun rancangan program identifikasi, asesmen dan pembelajaran anak

berkesulitan belajar.

b. Berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen dan evaluasi anak berkesulitan belajar.

c. Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait (psikolog, dokter) dan

menginterpretasikan laporan para ahli tersebut.

d. Menyelenggarakan tes, baik tes formal maupun tes informal. e. Berpartisipasi dalam penyusunan program pendidikan individual. f. Melaksanakan program pendidikan individual.

g. Menyelengarakan pertemuan dan wawancara dengan orang tua.

h. Bekerja sama dengan guru reguler atau guru kelas untuk memahami anak dan menyediakan pembelajaran yang efektif, dan

i. Membantu anak dalam mengembangkan pemahaman diri dan memperoleh

(39)

commit to user

23

Ada dua kompetensi yang harus di kuasai oleh guru bagi anak berkesulitan belajar, ialah: (l) kompetensi teknis dan (2) kompetensi konsultasi kolaboratif.

Kompetensi teknis mencakup:

1. Memahami berbagai teori tentang kesulitan belajar.

2. Memahami berbagai tes yang terkait dengan kesulitan belajar. 3. Terampil dalam melaksanakan asesmen dan evaluasi,dan

4. Terampil dalam mengajarkan bahasa ujaran (lisan), bahasa tulis, membaca, berhitung, mengelola perilaku, dan terampil dalam memberikan pelajaran prevoksional dan vokasional.

Kompetensi konsultasi koluboratif mencakup :

Kemampuan untuk menjamin hubungan kerja sama dengan semua orang yang terkait dengan upaya memberikan bantuan kepada anak berkesulitan belajar. Orang-orang yang terkait dengan upaya memberikan bantuan kepada anak tersebut adalah guru kelas, kepala sekolah, tim ahli (dokter psikolog, konselor dan sebagainya), dan orang tua.

Guru kelas sering tidak memperoleh latihan dibidang ini dan tidak dipersiapkan untuk mengajar anak berkesulitan belajar, mereka sering takut terhadap tanggung jawab dan enggan menerima tugas tambahan untuk membantu anak berkesulitan belajar. Padahal, tujuan pembelajaran yang dirancang untuk anak hanya dapat dicapai jika semua orang yang terlibat dalam memberikan bantuan kepada anak berfungsi secara terpadu. Oleh karena itu, diperlukan adanya konsultasi kolaboratif yang dapat meningkatkan kerja sama antar orang-orang yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada anak dengan problema belajar disekolah-sekolah reguler khususnya di sekolah dasar.

4. Tinjauan Kesulitan Belajar Membaca

a. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki banyak makna dan terdapat penjelasan darti beberapa literatur mengenai arti bahasa Indonesia.

(40)

commit to user

24

yang disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol sembarang (arbitrary sysmbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan.” Menurut Maman S. Mahayana (2008: 2), ”bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk berkomunikasi, mengidentifikasikan diri, bekerja sama, dan melakukan kontrol sosiol.”

Dari beberapa pengertian bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah kode atau sistem kovensional yang disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol sembarang (arbitrary sysmbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (rasional).

b. Pengertian Membaca

Membaca memiliki beberapa pengertian menurut beberapa literatur. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan yang berkaitan dengan membaca.

Menurut Dechant yang dikutip Darmiyati Zuhdi (2007:21), ”membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis”. Lebih lanjut Smith mendefinisikan ”membaca sebagai proses komunikasi yang berupa pemperolehan informasi dari penulis oleh pembaca” (Darmiyati Zuhdi, 2007:21). Menutur Farida Rahim (2007:2), “membaca adalah proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan”.

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses komunikasi menerjemahkan simbol tulisan (huruf) dalam pemberian makna terhadap tulisan untuk memperoleh informasi, sesuai dengan maksud penulis ke dalam kata-kata lisan.

c. Materi Membaca

(41)

commit to user

25

1) Membaca Teknis

Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi atau yang sejenisnya. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata. Dalam proses membaca teknis, ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan.

Keterampilan pertama disebut konfigurasi, yaitu pengenalan secara grobal bentuk huruf atau kata. Misalnya, kata buku lebih panjang dari kata aku. Kata Ani bermula dengan huruf besar. Tinggi huruf l adalah dua kali tinggi huruf u.

Keterampilan kedua disebut analisis konteks, yaitu memanfaatkan kata-kata petunjuk lain di sekitarnya untuk menerka makna suatu kata. Analisis konteks ini bersifat struktual, artinya memanfaatkan pengetahuan tata bahasa atau bersifat semantik. Misalnya, pada waktu anak membaca kalimat Ani pergi ke sekolah naik kodo. Kata kodo sebenarnya tidak ada. Tetapi dengan memasukkan dalam konek, anak dapat menerka bahwa kodo adalah sejenis kendaraan. Konteks yang diberikan kepada anak untuk membantunya membaca dapat dilakukan melalui gambar kendaraan.

Keterampilan ketiga adalah penguasaan kosakata pandang (sight

vocabulary), yaitu kata-kata yang dapat dibaca dengan mudah oleh anak

tanpa dipikir lagi. Kosakata pandang adalah kata-kata yang sangat sering dibaca atau ditemui oleh anak sehingga tanpa berpikir pun mereka dapat membacanya. Untuk membantu anak yang berkesulitan membaca, guru dapat menyusun daftar kosakata pandang. Misalnya, daftar100 kosakata pandang, diurutkan berdasarkan frekuensi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini dapat ditulis pada kertas besar dan digantung di dinding kelas, sehingga anak akan membacanya setiap saat.

Keterampilan keempat disebut analisis fonik, yaitu memahami

(42)

commit to user

26

huruf a melambangkan bunyi /a/, huruf ng menghasilkan bunyi eng, suara /b/ pada kata bapak diucapkan berbeda dengan huruf /b/ pada kata sabtu, huruf o pada kata toko dan tolong diucapkan berbeda, dan sebagainya.

Keterampilan kelima disebut analisis struktural, yaitu pemahaman atas struktur bahasa. Termasuk di sini misalnya pengertian bahwa suku kata terdiri dari vokal dan konsonan, berbagai imbuhan kata dan maknanya, tanda baca, jenis kata, kata majemuk, dan sebagainya. Misalnya pada waktu membaca pada kata membaca, anak harus memahami bahwa kata ini berasal dari kata baca mendapat awalan me- yang menunjukkan kegiatan aktif.

Secara lebih operasional, proses membaca teknis atau pengenalan kata menuntut kemampuan sebagai berikut.

b)Mengenal huruf kecil dan besar pada alfabet

c)Mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, terdiri dari 1) konsonan tunggal (b, d, h, k, ...)

2) vokal (a, i, u, e, ...)

3) konsonan ganda (kr, gr, tr, ...) 4) diftong (ai, au, oi, ...)

d)Menggabungkan bunyi membentuk kata ( s a y a, i b u) e)Variasi bunyi (/u/ pada kata pukulp, /o/ pada toko dan pohon) f) Menerka kata menggunakan konteks

g)Menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata (kata ulang, kata majemuk, imbuhan)

2) Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman meliputi beberapa komponen juga.

Komponen pertama adalah pengembangan kosakata. Penguasaan

(43)

commit to user

27

Komponen kedua disebut pemahaman literal, yaitu memahami dan mengingat informasi secara tersurat pada wacana. Keterampilan yang diperlukan pada pemahaman literal meliputi mencari pokok pikiran bacaan, beberapa informasi rinci yang penting, urutan kejadian, dan menjawab pertanyaan bacaan. Misalnya, dari kalimat, ”Ani murid kelas I. Ia anak rajin. Setiap hari ia membantu ibu”, anak harus mengerti murid kelas berapa Ani, apa yang dikerjakan setiap hari, dan pokok pikiran bahwa Ani anak yang baik.

Komponen ketiga disebut pemahaman inferensial, menarik kesimpulan dari informasi yang tersurat berdasarkan intuisi dan pengalamannya. Istilah yang juga dikenal adalah pemahaman tersirat. Beberapa aktivitas membaca misalnya mencari hubungan sebab akibat, mengantisipasi lanjutan cerita. Dari tiga kalimat di atas, anak seharusnya mampu menerka kegiatan Ani setiap pagi, apa yang dilakukannya jika suatu hari sakit dan tidak masuk sekolah.

Komponen keempat adalah membaca kritis atau evaluatif, yaitu memberikan penilaian materi wacana berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan kriterianya sendiri. Penilaian yang dimaksudkan meliputi kecermatan, akseptebilitas (dapat diterima), harga, dan kemungkinan terjadi, apakah fantasi atau kenyataan, apakah fakta atau opini, dan apakah kemampuan menulis pertanyaan seperti, ”Bagaimana pendapatmu tentang wacana yang kau baca?” dapat diberikan kepada anak.

Komponen terakhir adalah apresiasi, menyangkut kepekaan emosi dan estetik (seni) anak atas materi wacana. Untuk dapat mengapresiasi isi wacana, anak harus dilatih menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam kejadian yang ditulis pada wacana secara verbal mengekspresikan emosi dan perasaannya.

Secara lebih operasional, membaca pemahaman menuntut kemampuan berikut.

(44)

commit to user

28

c)Menjari jawaban atas pertanyaan rinci isi wacana tertulis d)Mengikuti petunjuk tertulis

e)Mencari hubungan sebab akibat

f) Mencari kesimpulan berdasarkan wacana tertulis g)Mengetahui kejanggalan isi wacana

h)Mengenal materi faktual dan fiktif i) Memanfaatkan daftar isi dan indeks buku j) Membaca tabel, diagram, peta

k)Memanfaatkan berbagai makna dari suatu kata. d. Pengertian tentang Kesulitan Belajar Membaca

Kesulitan belajar membaca yang terjadi pada anak biasanya bersamaan dengan kesulitan belajar pada materi yang lain. Menurut The National Joint

Committee For Learning Desability (NJCLD) yang dikutip Munawir Yusuf

(1997:6):

Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.

Kesulitan belajar membaca sering disebut juga diseksi (dyslexia). Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti ”kesulitan membaca” (Mulyono Abdurrahman, 2003: 204). Menurut Mercer yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003: 204), bahwa disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.

Ada dua tipe disleksia, ialah disleksia auditoris dan disleksia visual (Munawir Yusuf, 1997: 14) dengan gejala-gejala sebagai berikut:

Gejala disleksia auditoris adalah :

1)Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan presepsi sehingga mengalami kesulitan dalam analisis fonetik.

(45)

commit to user

29

3)Kesulitan re-auditoris bunyi atau kata. Bila diberi huruf tidak dapat mengingat bunyi huruf atau kata tersebut, atau kalau melihat kata tidak dapat mengungkapkannya walaupun mengerti arti kata tersebut.

4)Membaca dalam hati lebih baik dari membaca lisan. 5)Kadang-kadang disertai dengan gangguan auditoris. 6)Anak cenderung melakukan aktivitas visual.

Gejala diseleksia visual adalah: 1) Tendensi terbalik

2) Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf atau kata yang mirip

3) Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Bila diberi huruf cetak atau menyusun kata mengalami kesulitan. Misal kata ibu menjadi ubi atau iub

4) Memori visual terganggu 5) Kecepatan persepsi lambat

6) Kesulitan analisis dan sintesis visual 7) Hasil tes membaca buruk

8) Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditorik.

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 206), anak-anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam membaca sebagai berikut:

1) Penghilangan kata atau huruf 2) Penyelipan kata

3) Penggantian kata

4) Pengucapan kata salah dan makna berbeda 5) Pengucapan kata salah tetapi makna sama 6) Pengucapan makna salah dan tidak bermakna 7) Pengucapan kata dengan bantuan guru 8) Pengulangan

9) Pembalikan kata 10) Pembalikan huruf

(46)

commit to user

30

12) Pembetulan sendiri 13) Ragu-ragu dan 14) Tersendat-sendat.

Berdasarkan pengertian kesulitan belajar dan membaca di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar membaca adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa dalam aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata atau melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melesankan atau hanya dalam hati) siswa mengalami kesulitan. Sebagai akibatnya adalah siswa kesulitan mencapai hasil belajar membaca atau tujuan pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

e. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca

Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering kali tidak menciptakan motivasi dan meningkatkan minat baca, walaupun sedikit, kehadirannya sangat berarti.

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnson dan Pearson dalam Darmiyati Zuhdi, 2007:23-24).”

Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.

(47)

commit to user

31

Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan.

Menurut Zaenal Alimin (2008: 44), kemampuan membaca dapat dipengaruh oleh beberapa faktor sebagai berikut:

Membaca permulaan merupakan keterampilan memahami symbol bahasa atau tanda-tanda baca. Cepat lambatnya pemahaman terhadap symbol atau tanda-tanda baca tadi akan banyak bergantung pada metode yang digunakan. Namun demikian keterampilan itu biasanya mencakup sekurang-kurangnya pada empat aspek yaitu; a) mengenal huruf (Latter

indintification), b) peleburan bunyi ( Sound blanding), c) membaca kata

(Word Attack), dan d) membaca kalimat (Understanding). Membaca

permulaan pada dasarnya merupakan suatu proses di dalam membunyikan simbol bahasa, apakah itu huruf, suku-kata, kata atau kalimat. Kesadaran akan lambang bahasa tadi dengan bunyi dari lambang yang dibaca memiliki kaitan yang sangat erat dalam membaca permulaan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik itu faktor instrinsik maupun faktor ekstrinsik. Bagi anak tunagrahita faktor instrinsik berupa kemampuan psikologis antara lain tingkat intelegensi yang rendah, kemampuan koordinasi motorik lambat, bicara lambat dan daya ingat yang rendah perlu diperhatikan dengan merangsang kemampuannya berupa stimulus dari luar.

f. Asesmen kesulitan membaca

Menurut Sunardi (1997: 11) ”Asesmen informal yang dapat digunakan mengukur kemampuan prestasi belajar membaca ada lima, yaitu: observasi guru, daftar kata bergradasi, inventori membaca informal, prosedur Cloze dan tes berdasarkan kurikulum.”

(48)

commit to user

32

1) Observasi guru

Observasi pengumpulan informasi harian secara teliti yang dilakukan oleh guru terhadap siswa berkesulitan belajar membaca baik dalam pembelajaran membaca, membaca bersuara, mengerjakan tugas di kelas, mengerjakan ulangan harian, dan kegiatan rekreatif.

2) Daftar kata bergradasi

Daftar kata bergradasi adalah susunan kata secara teratur mulai dari yang mudah dibaca sampai ke yang sulit dibaca.

3) Inventori Membaca Informal

Infentori membaca informal adalah beberapa bacaan informal yang masing-masing terdiri dari 50 kata sampai 200 kata yang diurutkan dari materi yang paling rendah (mudah) ke materi yang lebih tinggi (sulit). Materi tersebut belum pernah dibaca siswa.

4) Prosedur Cloze

Prosedur cloze adalah bacaan informal yang terdiri dari lebih kurang 250 kata. Kalimat pertama dan terakhir dibiarkan utuh. Mulai kalimat kedua, ada beberapa kata yang dihilangkan. Siswa diminta untuk melengkapi kata yang hilang tersebut.

5) Tes berdasarkan kurikulum

Tes berdasarkan kurikulum adalah suatu ulangan yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran khusus setiap pokok bahasan.

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(49)

commit to user

33

Sehubungan dengan hal tersebut diduga pembelajaran dengan menggunakan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada SDN 04 Bejen Karanganyar.

Secara sederhana bagan kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

uru

Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Melalui penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi akhir

Kemampuan membaca ABK SDN 04 Bejen sebelum menggunakan media kartu huruf rendah

Guru menggunakan media kartu huruf

kemampuan membaca anak yang berkesulitan

(50)

commit to user

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Waktu Penelitian

Penelitian ini memilih setting di kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan setting ini dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. SD Negeri 04 Bejen Karanganyar merupakan sekolah yang melayani

pendidikan untuk inklusi.

2. Sekolah ini mengharapkan adanya upaya memaksimalkan kemampuan

kognitif peningkatan prestasi belajar ABK.

3. Penelitian mengenai penggunaan media kartu huruf untuk meningkatkan

kemampuan membaca belum banyak dilakukan.

[image:50.612.132.512.214.671.2]

Perlakuan dilaksanakan di ruang khusus tapi masih di lingkungan sekolah untuk menjaga situasi pembelajaran tetap alami seperti pelajaran sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.

Bulan – Minggu

Juni Juli Agustus September Oktober

No. U r a i a n

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan Proposal

2 Perijinan penulisan sripsi dan penulisan Bab I-III

3 Persetujuan Bab I-III

4 Perijinan Penelitian

5 Pelaksanaan Penelitian

6 Penulisan Bab IV-V

(51)

commit to user

35

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan subyek penelitian yang menjadi sumber data yang diamati oleh peneliti. Subyek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 89) adalah ”keadaan atau orang, variabel melekat yang dipermasalahkan.” Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu, subyek dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan juga dengan tujuan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penentuan subyek adalah sebagai berikut:

1. Subyek adalah anak berkebutuhan khusus dengan kondisi kesulitan dalam

belajar di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar kelas II. 2. Subyek masih dalam tahap awal belajar.

3. Subyek mengalami kesulitan dalam bidang membaca-menulis.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperoleh 5 orang anak sebagai subyek penelitian yang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.

C. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang berupa data kesulitan belajar membaca. Sumber data kesuitan belajar siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 pada penelitian ini dari informan, arsip atau dokumen dan tempat dan peristiwa. Informan yang dimaksud adalah dari wali kelas tentang anak berkebutuhan khusus. Baik itu tentang data diri anak maupun tentang prestasi mereka. Arsip dan dokumen digunakan untuk mengetahui daftar anak dan progres atau kemajuan anak. Tempat dan peristiwa berupa kegiatan belajar dan bermain anak.

D. Teknik Pengumpulan Data

(52)

commit to user

36

Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.

Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara

terencana dan sistematis untuk pemecahan masalah.

Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.

1. Observasi

a. Pengertian Observasi

Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi” (Suharsimi Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), “observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.”

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambil

Gambar

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ...........................................................
Grafik 4.2. Peningkatan Kemampuan Membaca Setiap Siklus ......................       60
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.
Tabel 3.2. Prosedur Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melaksanakan praktek mengajar, praktikan membuat RPP sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Praktikan mendapat kesempatan untuk mengajar

Beberapa penelitian mengenai ujian esai berbahasa Indonesia adalah Penilaian Esai Jawaban Bahasa Indonesia Menggunakan Metode SVM-LSA dengan Fitur Generik yang menghasilkan

Kedua lease tersebut merupakan capital lease karena kedua telah memenuhi salah satu syarat capital lease yaitu masa lease sama dengan atau melebihi 75%

menggunakan angkot dengan alasan secara keseluruhan yaitu akses angkutan kota untuk ke tempat tujuan cukup mudah, fasilitas yang ada di angkutan kota seperti tempat duduk

Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti besarnya loss dengan asumsi- asumsi tertentu , faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya loss dan solusi yang

[r]

Kawasan ini memiliki iklim Am dengan curah hujan kurang sehingga jenis vegetasi yang biasa terdapat di daerah ini dan menjadi ciri khas adalah jenis tumbuhan yang meranggas pada waktu

Dukungan stakeholders, guru mata pelajaran lain dan komponen sekolah lainnya dalam menunjang program penerapan habituasi melalui pendidikan kewarganegaraan untuk