• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Masyarakat Tentang Implementasi Program Corporate Social Responsibility (Csr) Rehabilitasi Mangrove Dan Perubahan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Masyarakat Tentang Implementasi Program Corporate Social Responsibility (Csr) Rehabilitasi Mangrove Dan Perubahan Lingkungan"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

REHABILITASI MANGROVE

DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN

FITRI RABBANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Masyarakat tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR) Rehabilitasi Mangrove dan Perubahan Lingkungan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Fitri Rabbani

(3)

Responsibility (CSR) Rehabilitasi Mangrove dan Perubahan Lingkungan. DJUARA P LUBIS

Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan upaya yang dilakukan perusahaan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Dalam program rehabilitasi mangrove yang dilakukan PT Pertamina di Desa Muara, Kecamatan teluk Naga, tangerang, bertujuan untuk mengembalikan kelestarian lingkungan akibat abrasi, berbasis pemberdayaan masyarakat dan ekowisata. Keberhasilan program ini bisa dinilai melalui perspektif masyarakat sebagai pelaksana dan penerima manfaat dari program. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penilaian masyarakat tentang implementasi program dan perubahan lingkungan, serta menganalisis faktor dan berbagai hubungan didalamnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang dilengkapi menggunakan data kualitatif. Sumber data berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara responden dan informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian buku, jurnal penelitian, profil desa, dan laporan tahunan perusahaan. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat Desa Muara. Unit analisis berupa individu yang menjadi anggota kelompok tani. Responden yang dibutuhkan mencangkup dua jenis, yakni responden penerima program dan responden kontrol.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, implementasi program, rehabilitasi, penilaian perubahan lingkungan

ABSTRACT

FITRI RABBANI. Community Assessment of the Implementation of CSR Program Mangrove Rehabilitation and Environmental Change Assessment. DJUARA P LUBIS

Corporate Social Responsibility (CSR) is an effort by the company to provide a positive impact on society and the environment. In the mangrove rehabilitation program conducted by PT Pertamina in the village of Muara, Teluk Naga, Tangerang, aims to restore the environment as a result of abrasion, community-based and ecotourism. The success of this program can be assessed through the perspective of society as implementers and beneficiaries of the program. Therefore, the purpose of this study was to identify the public assessment of the program implementation and environtment changes, and to analyze the factors and the relationships. The research used aquantitative approach suppurted by qualitative data. Sources of data consist of primary and secondary data. Primary data obtained from interviews of respondents and informants, while the secondary data obtained through the study of books, research journals, village profile, and annual reports. The study population was a whole community Muara. The unit of analysis in the form of individuals who are members of farmer groups. Respondents were required covers two types, spesifically recipients program respondent and control respondent.

(4)

REHABILITASI MANGROVE

DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN

FITRI RABBANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(5)
(6)

melimpahkan rahmah, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi berjudul ”Penilaian Masyarakat tentang Implementasi Program Corporate Social Responsiblity (CSR) Rehabilitasi Mangrove dan Perubahan Lingkungan” ini dengan baik tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Laporan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen pembimbing laporan skripsi yang telah memberikan kritik dan saran membangun, telah meluangkan waktu untuk berkonsultasi, juga telah menjadi pembimbing yang sangat inspiratif. Hormat bakti penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Yoga Supriatman dan ibunda Yanti Sugiarti, yang telah menjadi pembimbing kehidupan, memberikan limpahan kasih sayang dan doa-doa bermakna bagi penulis. Kedua adik tersayang, Zulfa Fauzia dan Nayla Agnia Revanti, yang menjadi sumber semangat dan kerinduan penulis. Teristimewa untuk sahabat luar biasa, Nanda Karlita, Siska Erma Lia, Radha Santunnia, Dwi Setyaningsih, Afiefah Muthahharah, Soraya Feruzia, Triana Winni Astuti, Mufida Banni, Faizal Ainul, Zaky Luthfillah, dan Rivky Fachrezal, terimakasih telah memberikan kebersamaan yang berharga. Tidak lupa untuk keceriaan teman-teman SKPM 48, kebahagiaan dari kawan-kawan Jejak Sepatu, dan tempaan pembelajaran dari Sajogyo Institut. Teruntuk kalian semua bahkan yang tak sanggup penulis catat disini, terimakasih telah menjadi bagian kehidupan penulis.

Semoga memberi manfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran senantiasa penulis harapkan.

Bogor, Juli 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Masalah penelitian 4

Tujuan penelitian 4

Kegunaan penelitian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan pustaka 7

Kerangka pemikiran 25

Hipotesis 26

Definisi operasional 26

PENDEKATAN LAPANGAN 29

Metode penelitian 29

Lokasi dan waktu penelitian 29

Teknik penetapan responden dan informan 29

Teknik pengumpulan data 30

Teknik pengolahan dan analisis data 31

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, PROGRAM

REHABILITASI MANGROVE, DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 33

Deskripsi lokasi penelitian 33

Deskripsi program rehabilitasi mangrove 35

Deskripsi karakteristik responden 44

PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM DAN HUBUNGANNYA

DENGAN FAKTOR FUNGSIONAL DAN FAKTOR STRUKTURAL 49

Deskripsi implementasi program 49

Relevansi program 51

Efektivitas program 53

Efisiensi program 56

Keberlanjutan program 59

Hubungan faktor fungsional dengan implementasi program 63 Hubungan faktor struktural dengan implementasi program 65

Ikhtisar 67

PENILAIAN PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA

DENGAN FAKTOR FUNGSIONAL DAN FAKTOR STRUKTURAL 69

Perbandingan penilaian perubahan lingkungan 69

(8)

Penilaian perubahan kondisi air 77

Penilaian perubahan kondisi tanah 80

Penilaian perubahan frekuensi bencana 84

Penilaian perubahan jumlah hewan 87

Penilaian perubahan jumlah sampah 89

Hubungan implementasi program dengan penilaian perubahan

lingkungan 92

Hubungan faktor fungsional dengan penilaian perubahan lingkungan 92

Ikhtisar 93

PENUTUP 95

Kesimpulan 95

Saran 96

DAFTAR PUSTAKA 97

LAMPIRAN 101

(9)

DAFTAR TABEL

1 Ringkasan analisis pustaka 12

2 Metode pengumpulan data 31

3 Jumlah dan presentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Muara tahun 2014 34

4 Jumlah dan presentase responden penerima program dan bukan penerima program berdasarkan golongan umur di Desa Muara Tahun

2015 45

5 Jumlah dan presentase responden penerima program dan bukan

penerima program berdasarkan jenis kelamin Desa Muara Tahun 2015 45 6 Jumlah dan presentase responden penerima program dan bukan

penerima program berdasarkan tingkat pendidikan Desa Muara Tahun

2015 46

7 Jumlah dan presentase responden penerima program dan bukan penerima program berdasarkan mata pencaharian Desa Muara Tahun

2015 47

8 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

implementasi program rehabilitasi mangrove di Desa Muara tahun 2015 49 9 Jumlah dan presentase responden menurut indikator penilaian

implementasi program rehabilitasi mangrove di Desa Muara tahun 2015 50 10 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

relevansi program rehabilitasi mangrove di Desa Muara tahun 2015 51 11 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

efektifitas program rehabilitasi mangrove di Desa Muara tahun 2015 54 12 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

efisiensi program rehabilitasi mangrove di Desa Muara tahun 2015 57 13 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

keberlanjutan program rehabilitasi mangrove di Desa Muara tahun 2015 60 14 Jumlah dan presentase responden menurut faktor fungsional dan

penilaiannya terhadap implementasi program rehabilitasi mangrove di

Desa Muara tahun 2015 63

15 Hubungan indikator faktor fungsional dengan penilaian implementasi program rehabilitasi mangrove dengan melakukan uji korelasi Rank

Spearman 64

16 Jumlah dan presentase responden menurut faktor struktural dan penilaiannya terhadap implementasi program rehabilitasi mangrove di

Desa Muara tahun 2015 65

17 Hubungan indikator faktor struktural dengan penilaian implementasi program rehabilitasi mangrove dengan melakukan uji korelasi Rank

Spearman 66

(10)

19 Selisih penilaian responden penerima program menurut perubahan

lingkungan di Desa Muara tahun 2015 70

20 Selisih penilaian responden bukan penerima program menurut

perubahan lingkungan di Desa Muara tahun 2015 71 21 Jumlah dan presentase responden penerima program menurut

penilaianya terhadap perubahan lingkungan di Desa Muara tahun 2015 72 22 Jumlah dan presentase responden penerima program menurut

penilaiannya terhadap indikator perubahan lingkungan di Desa Muara

tahun 2015 72

23 Jumlah dan presentase responden bukan penerima program menurut penilaiannya terhadap perubahan lingkungan di Desa Muara tahun 2015 75 24 Jumlah dan presentase responden bukan penerima program menurut

penilaiannya terhadap indikator perubahan lingkungan di Desa Muara

tahun 2015 75

25 Jumlah dan presentase responden penerima program menurut penilaiannya terhadap indikator perubahan kondisi air di Desa Muara

tahun 2015 77

26 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap indikator perubahan kondisi tanah di Desa Muara tahun 2015 81 27 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

indikator perubahan frekuensi bencana di Desa Muara tahun 2015 85 28 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

indikator perubahan jumlah hewan di Desa Muara tahun 2015 87 29 Jumlah dan presentase responden menurut penilaiannya terhadap

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 26

2 Penanaman yang telah dilakukan pada tahun 2012 40 3 Penilaian perubahan lingkungan menurut responden penerima

program dalam persen 74

4 Penilaian perubahan lingkungan menurut responden bukan

penerima program dalam persen 76

5 Penilaian perubahan kondisi air oleh penerima program dan bukan

penerima program dalam persen 79

6 Penilaian perubahan kondisi tanah oleh penerima program dan

bukan penerima program dalam persen 82

7 Penilaian perubahan frekuensi bencana oleh penerima program dan

bukan penerima program dalam persen 86

8 Penilaian perubahan jumlah hewan oleh penerima program dan

bukan penerima program dalam persen 88

9 Penilaian perubahan jumlah sampah responden penerima program

dan bukan penerima program dalam persen 90

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian 103

2 Jadwal kegiatan penelitian 104

3 Daftar nama responden penerima program dan responden

bukan penerima program 105

4 Hasil uji korelasi Rank Spearman, Pearson, dan Independent T 107

5 Dokumentasi 118

6 Tulisan tematik 120

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi lingkungan alam, khususnya pertambangan mempunyai potensi yang sangat besar untuk memberikan dampak negatif pada lingkungannya. Industri pertambangan selain mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap pengerusakan lingkungan. Banyak kegiatan penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan, apalagi penambangan tanpa izin yang selain merusak lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan si penambang dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait (Yudhistira et al. 2011).

Mengurangi dampak tersebut, perusahaan berusaha menanggulanginya dengan mewujudkan tanggung jawab perusahaan ke dalam bentuk program-program kemasyarakatan, terutama bidang lingkungan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Peraturan tersebut mengatakan bahwa perusahaan yang menjalankan usahanya di bidang sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan anggarannya diperhitungkan sebagai biaya perseroan, bagi perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tercantum di dalam peraturan akan dikenai sanksi dengan ketentuan perundang-undangan1. Regulasi pemerintah lainnya dikuatkan melalui UU no 32 Th 2009, mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sebenarnya korporasi atau perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung, seharusnya menjadikan Undang-Undang ini acuan dan pedoman dalam pengelolaan lingkungan hidup sebagai bagian dari CSR (Sudarwanto 2011).

Peran korporasi atau perusahaan ditengah komunitas bangsa adalah tidak hanya sebagai institusi ekonomi yang mengejar tujuan ekonomi semata, tapi juga sebagai institusi sosial, dimana harus berperan aktif sebagai moral agen untuk melakukan pembaharuan sosial dan mendonasikan sumber daya ekonominya untuk membantu mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan dimanapun perusahaan itu berada (Lako 2009). Corporate Social Responsibility (CSR) dalam hal ini merupakan suatu sarana yang diharapkan mampu menjembatani kebutuhan masyarakat dan lingkungannya untuk mendapatkan pencapaian yang lebih baik. Pengakuan bahwa operasi perusahaan menimbulkan dampak negatif dan positif merupakan dasar pelaksanaan CSR. Dampak negatif dikurangi dengan mengetahui seluruh detailnya, kemudian merancang dan melaksanakan tindakan minimalisir hingga batas akhir paling mungkin. Sementara dampak positif juga menuntut untuk diketahui agar bisa dimaksimalkan. Dengan demikian CSR berarti manajemen dampak, sosial, dan lingkungan yang secara total bernilai positif, dengan dampak negatif serendah mungkin terhadap perusahaan (Sukada et al.2006). Pada giliranya kontribusi persahaan tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan peningkatan kesejahteraan para

1

(13)

pemangku kepentingan yang relevan. Upaya penerapan CSR bidang lingkungan tersebut akan membuat perusahaan menjadi lebih seimbang dalam hal profit,

people, dan planet (Kemen LH 2012).

Upaya-upaya perusahaan dalam mengelola dampak dan mewujudkan tanggung jawabnya tersebut tertuang dalam berbagai program bagi masyarakat. Program tersebut ditujukan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di lingkungan perusahaan, baik itu secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Dampak sosial dari adanya program CSR perusahaan berkenaan dengan bagaimana kekuatan modal sosial yang terbangun dalam masyarakat. Dampak ekonomi dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat tabungan, dan juga taraf hidup masyarakat. Dampak lingkungan dapat dukur dengan melihat sejauh mana perubahan kualitas lingkungan hidup pasca berjalanya program di suatu lokasi. Dari berbagai penelitian, dampak sosial dan ekonomi merupakan aspek yang seringkali ditemui, hal ini dikarenakan kedua aspek tersebut sangat erat hubungannya dengan keberlangsungan kehidupan manusia. Namun disisi lain, penelitian mengenai dampak program perusahaan terhadap aspek lingkungan ekologis yang ditinjau dari paradigma sosial nampaknya masih jarang ditemui, padahal aspek lingkungan juga merupakan hal yang tidak boleh terlupakan (Kemen LH 2012).

Program CSR bidang lingkungan juga sudah banyak diimplementasikan di berbagai perusahaan. Hanya saja, beberapa perusahaan yang sudah melaksanakan CSR di bidang lingkungan ini nampaknya belum melakukanya secara holistik. Beberapa kegiatan CSR ada yg dilakukan sesaat dan tidak berkelanjutan sehingga target yang hendak dicapai tidak terpenuhi. Dalam konteks ini, CSR hanya sekedar berfungsi sebaga strategi public relation, peningkatan citra atau reputasi perusahaan, ataupun kepentingan perusahaan dari sisi bisnis semata (Kemen LH 2012). Seperti halnya hasil analisis yang studi pustaka pada jurnal mengenai program CSR dari PT Perkebunan Nusantara IV di Medan. Dalam hal ini, perusahaan mendapatkan desakan dan tuntutan dari masyarakat sekitar yang sifatnya mengancam, barulah perusahaan mulai merancang program CSR yang menyentuh ranah kemasyarakatan dan lingkungan, yang bersandar pada regulasi pemerintah yang berlaku. Dengan adanya program di masyarakat, kian lama citra perusahaan semakin baik di masyarakat (Manurung 2012). Makna sesungguhnya dari CSR bidang lingkungan yang menjadi alasan penting bagi kalangan bisnis untuk merespons dan mengembangkan isu CSR belum tercapai sepenuhnya. Kegiatan CSR memang tidak memberikan hasil nyata dalam jangka pendek, namun CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung di masa mendatang.

(14)

dipandang kurang efektif, yakni program peduli bencana alam, kesehatan, pembangunan, dan kelestarian lingkungan (Yulianti2012).

Berbagai kegiatan manusia terus mengancam kelestarian hutan mangrove. Seperti konversi untuk pemukiman, dibuka untuk tambak, ataupun berbagai kegiatan perusahaan hutan yang tidak bertanggung jawab. Untuk mempertahankan stabilitas lingkungan ekosistem pesisir dan laut, diperlukan restorasi mangrove secara besar-besaran, yang diprioritaskan di daerah jawa. Dampak restorasi ataupun penghijauan dan reboisasi mangrove sangat positif bagi pertumbuhan sosial dan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dapat terus ditingkatkan, karena memiliki peran yang sangat besar bagi kelestarian hutan mangrove. Salah satu upaya yang bisa dilakukan perusahaan dalam menjaga lingkungan alam, salah satunya dengan mencanangkan program CSR yang bergerak di bidang konservasi dan rehabilitasi energi dan sumber daya alam. Melakukan upaya terkait keanekaragaman hayati sehingga dapat mempertahankan dan atau meningkatkan keanekaragaman hayati, seperti kajian tentang keanekaragaman hayati, pelestarian flora dan fauna endemik, langka dan dilindungi, penangkaran fauna, perlindungan flora, dan melakukan rehabilitasi mangrove, terumbu karang, dan padang lamun (Kemen LH 2012).

Dalam rangka memperbaki kondisi wilayah pesisir dan laut, diperlukan percepatan restorasi hutan mangrove, yang dilaksanakan atas dasar program prioritas. Program prioritas ini mencangkup: 1) Penanaman hutan mangrove yang rusak di kawasan lindung, baik taman nasional, suaka marga satwa, ataupun cagar alam; 2) Membangun kawasan lindung mangrove di sempadan sungai dan sempadan pantai, termasuk muara sungai dan tanah timbl yang kondisi lahanya cocok bagi habitat mangrove, dan 3) Mengembangkan pola silvofishery (Alikodra 2012).

Desa Muara Kecamatan Teluk Naga telah terjadi abrasi hebat pada tahun 2002, sehingga terjadi perubahan ekologis dan keseimbangan ekosistem. Berimbas pada penurunan jumlah serta kualitas sumberdaya alam di sekitarnya, baik mangrove, air, tanah, dan lain sebagainya. Abrasi bukan satu-satunya alasan, meningkatnya populasi dan semakin beragamnya aktivitas manusia turut menjadi pemicu perubahan ekologis tersebut. Rehabilitasi mangrove bisa dijadikan salah satu cara untuk memperbaiki perubahan yang telah terjadi.

Sama halnya program lingkungan yang dilaksanakan PT Pertamina sebagai perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi sumberdaya alam, program rehabilitasi hutan mangrove dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kerusakan hutan yang ada. Melalui program rehabilitasi mangrove yang telah dilaksanakan perusahaan, dengan melakukan penanaman 375.000 pohon

(15)

Demikian menjadi menarik untuk diketahui bagaimana implementasi program CSR berlangsung sehingga bisa memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan tersebut tidak luput dari penilaian masyarakat sebagai pelaksana dan penerima manfaat program. Untuk itu, dampak program tersebut dapat dilihat dari sudut pandang penilaian masyarakat, khususnya dampak lingkungan dari program tersebut.

Masalah penelitian

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahan perlu dipantau implementasinya dilapangan. Hal ini juga diperlukan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian program serta apakah terdapat penyimpangan yang membutuhkan tindakan koreksi untuk keberlanjutan program tersebut.

Program rehabilitasi mangrove merupakan bentuk implementasi program

Corporate Social Responsibility PT. Pertamina perlu untuk diketahui bagaimana implementasinya sehingga selanjutntya bisa mengetahui bagaimana dampak yang dihasilkan dari program tersebut. Dampak lingkungan merupakan hal yang penting untuk dikaji dan sama sekali tidak boleh luput dari perhatian, oleh karena itu dianggap penting untuk mengetahui bagaimana hubungan antara implementasi program terhadap penilaian masyarakat mengenai dampak lingkungan sebagai akibat dari program rehabilitasi mangrove PT Pertamina.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan masalah secara khusus dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penilaian masyarakat tentang implementasi program rehabilitasi mangrove PT Pertamina?

2. Bagaimana hubungan faktor fungsional dan faktor struktural dengan implementasi program rehabilitasi mangrove PT Pertamina?

3. Bagaimana hubungan antara implementasi program dengan penilaian masyarakat mengenai dampak lingkungan dari program rehabilitasi mangrove PT Pertamina?

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penilaian masyarakat tentang implementasi program rehabilitasi mangrove PT Pertamina

2. Menganalisis hubungan faktor fungsional dan faktor struktural dengan implementasi program rehabilitasi mangrove PT Pertamina

(16)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi: penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai penilaian masyarakat mengenai dampak perubahan lingkungan.

(17)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

CSR dan Implementasinya

Menurut The commission for Europan Comminities (1993) dalam buku Kartini (2009), mendefinisikan CSR sebagai ‘essetially a concespt whereby companies decide voluntarily to contribute to a better society and a cleaner

environment’. Perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, bukanlah perusahaan yang semata-mata memenuhi kewajiban yang dibebankan kepadanya menurut aturan hukum. Melainkan perusahaan yang melaksanakan kepatuhan melampaui ketentuan hukum serta melakukan investasi lebih di bidang human capital, lingkungan hidup, dan hubungan antar stakeholder (Yudhistira et al.

2011).

CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan berdasarkan prinsip sukarela dan kemitraan. CSR juga merupakan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap suatu isu tertentu di masyarakat atau lingkungan guna menciptakan lingkungan yang lebih baik (Ranggi 2010).

Berbagai definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan atas dampak yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan, terhadap masyarakat dan lingkungan dengan tetap memperhatikan batasan hukum, dan diwujudkan dalam bentuk program sukareladan kemitraan. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat pasti membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta budaya. Dalam perjalanannya, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya, salah satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat timbal balik dengan

stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat. Hubungan baik ini dapat dibentuk dari adanya stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan CSR (Rosyida dan Nasdian 2011).

CSR membutuhkan strategi ekstra agar imlementasinya sanggup berjalan sesuai dengan ide dan konsep dasarnya. Strategi ekstra tersebut sebaiknya meliputi empat agenda utama, yakni: 1) pedoman dan tata etika, 2) sistem dan kebijakan manajemen korporat, 3) strategi kepemimpinan korporat dalam CSR, 4) komitmen dan kemitraan antar stakeholder. UN Global Compact merupakan salah satu institusi institusi global yang telah menetapkan pedoman dan tata etika CSR dengan efektif dan menjadi acuan, diantaranya mencangkup bidang hak azasi manusia, aturan perburuan, lingkungan, dan anti korupsi (Kartini 2009).

(18)

persetujuan dan dukungan dari pihak yang terlibat, termasuk dari masyarakat sebagai pelaksana program. Adanya hubungan (relationship) diantara pihak-pihak yang terlibat dengan jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR sehingga program tersebut bisa menjadi program yang

sustainable (berlanjut). Jika tidak, maka besar kemungkinan pelaksanaan program CSR tidak akan berjalan dengan optimal, dan yang terakhir, adanya pengelolaan program yang baik. Hal ini bisa terwujud hanya bila terdapat kejelasan tujuan program dimana terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan program. Indikator kunci yang diperlukan sebagai acuan dan implementasi CSR agar lebih efektif dapat dilihat dari indikator: leadership, proporsi bantuan, transparansi dan akuntabilitas, cakupan wilayah, perencanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi, pelibatan stakeholder, keberlanjutan, dan hasil nyata (Kartini 2009).

Kementrian Lingkungan Hidup menyatakan indikator dalam menilai suatu kinerja dari program CSR di bidang lingkungan, yakni meliputi (1) Relevansi; apakah sistem yang telah dibentuk sesuai dengan persyaratan sistem manajemen terintegrasi CSR bidang lingkungan? apakah pemangku kepentingan dan penerima manfaat telah sesuai? Kesesuaian dengan visi, misi, dan kebijakan (2) Efektivitas; Apakah tujuan, sasaran, dan program CSR bidang lingkungan telah tercapai? Apakah kesemua pencapaian tersebut bersesuaian dengan kebijakan yag telah ditetapkan? (3) Efisiensi; berapa besarnya sumber daya yang dikerahkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan program? Apakah sumber daya tersebut berlebihan? (4) Dampak; Perubahan positif atau negatif apa yang diakibatkan oleh penerapan CSR bidang lingkungan, terutama terhadap pemangku kepentingan dan penerima manfaat? (5) Keberlanjutan; Apakah program dapat berlanjut secara mandiri? Apakah program CSR bidang lingkungan mampu memandirikan pemangku kepentingan dan/atau penerima manfaat? Cara-cara yang lebih baik apa saja yang perlu dilakukan agar kinerja sistem menjadi lebih baik? (Kemen LH 2012).

Konsep piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol memberi justifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat. Dalam pandangan Carol, CSR adalah puncak piramid yang erat terkait, dan bahkan terkait dengan tanggungjawab filantropis. Tanggung jawab Ekonomis. Tanggung jawab legal, Tanggungjawab Etis, dan Tanggung jawab Filantropis. Tanggungjawab yang terakhir merupakan tuntutan bagi perusahaan, bahwa selain memperoleh laba, taat hukum, dan berperilaku etis, perusahaan juga harus dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Tujuannya untuk menigkatkan kualitas kehidupan semua (Suharto 2006).

(19)

dampak positif terhadap kehidupan komunitas sekitar perusahaan (Nasdian dan Rosyidan 2011). CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, dimana dalam melakukan kegiatannya, sebuah perusahaan tidak berorientasi pada keuntungan bisnis semata, melainkan harus juga berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan, untuk saat ini maupun jangka panjang (Sulistyo 2013).

Membahas mengenai program CSR dan implementasinya, pada tahap penulisan sebelumnya, telah dilakukan ringkasan sejumlah jurnal yang menganalisis berbagai program CSR dan implementasinya, juga dampak program terhadap kehidupan masyarakat di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ringkasan ini dimuat sebagai acuan studi kasus dan berbagai teori dalam mendalami dan mengembangkan laporan penulisan ini.

Hasil dari analisis berbagai pustaka tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar dampak yang dihasilkan dari program hanya menyentuh bidang sosial dan ekonomi saja. Pada bidang lingkungan, meskipun banyak penelitian yang mengungkapkan dampaknya, apalagi dampak yang merujuk pada nilai positif, hanya saja penilaian tersebut diutarakan oleh pelaksana program. Perusahaan membuat program berbasis lingkungan dengan berbagai pencapaian yang hendak direalisasikan, selanjutnya evaluasi penyelenggaraan program masih dilakukan oleh perusahaan. Sebagian besar penilaian yang terungkap ke permukaan merupakan penilaian yang menurutnya baik. Penilaian terssebut tidak mengikutsertakan masyarakat sebagai subjek sudut pandang. Masyarakat sebagai pelaksana dan penerima masnfaat dari program seharusnya memiliki andil dalam manilai lingkungannya sendiri.

Salah satu kasus pustaka yang dianalisis adalah program CSR pada PTPN IV Medan yang diteliti oleh Manurung (2011), dimana masyarakat merasa apa yang diberikan perusahaan belum cukup untuk menutupi kerugian yang dialami, mengingat perusahaan telah menggali kekayaan alam sehingga lingkungannya terganggu, tapi masyarakat kurang mendapat perhatian yang layak dari perusahaan. Pada akhirnya masyarakat menghimpun kekuatan untuk menuntut perusahaan agar kegiatan operasional dihentikan. Untuk menanggulanginya barulah perusahaan mencanangkan berbagai program kemasyarakatan dan lingkungan dengan baik, sehingga bisa berdampak pada perbaikan berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Dapat dilihat, bahwa perusahaan menerapkan program CSR selain karena adanya regulasi pemerintah yang mengatur, ditambah desakan dan tuntutan warga yang bersifat mengancam, sehingga perusahaan mendapatkan nilai tambah yakni citra perusahaan yang kian membaik dimata masyarakat. Program yang dilakukan berupa program bina lingkungan dan usaha kecil dalam bentuk pembiayaan modal kerja dan investasi, pinjaman khusus, hibah, pendidkan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, pameran, dan lain-lain. Dampak yang didapatkan masyarakat dari program-program tersebut adalah adanya perbaikan bidang pendidikan, kesehatan, maupun kepada korban bencana alam, pengurangan jumlah penduduk miskin, peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan meminimalisir dampak keberadaan pabrik kelapa sawit karna memakai teknologi akrab lingkungan.

(20)

dan hubungannya dengan dampak sosial ekonomi. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian, yakni, menganalisis tingkat partisipasi stakeholder (pemerintah, masyarakat, swasta) dalam penyelenggaraan program CSR, menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak sosial komunitas pedesaan, menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak ekonomi komunitas pedesaan.

Penelitian dilakukan di Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, sebagai salah satu penerima dan partisipan dalam Program

Corporate Social Responsibility atau dalam hal ini disebut sebagai program

Community Engagement. Program Community Based Micro Finance melalui pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini menjadi fokus dalam penelitian ini yang mencakup seluruh Desa di Kecamatan Kabandungan, namun dalam penelitian ini hanya difokuskan ke Desa Cihamerang saja. Hal tersebut dikarenakan Desa Cihamerang memiliki jumlah tertinggi masyarakat yang menjadi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan anggota kelompok simpan pinjam di Desa Cihamerang tergolong aktif dan beberapa kelompok telah memperoleh pinjaman lebih dari satu putaran. Penelitian ini difokuskan untuk melihat sejauhmana partisipasi anggota kelompok simpan pinjam, berikut stakeholder terkait lain dalam penyelenggaraan program, dan hubungannya dengan dampak sosial ekonomi yang diperoleh oleh anggota tersebut. Juga melihat sejauhmana implementasi dari program pengembangan masyarakat (Community Development) dalam kaitannya dengan partisipasi seluruh stakeholder yang pada akhirnya membawa dampak bagi komunitas pedesaan.

Penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal secara langsung dan langsung membawa dampak pada kondisi sosial ekonomi anggota kelompok simpan pinjam pada khususnya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh sejauhmana anggota kelompok simpan pinjam turut berpartisipasi dalam penyelenggaraannya.

Program CSR yang dijadikan penelitian oleh Sulistyo (2013) di PT Aqua Danone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi CSR dengan mengacu pada UU lingkungan hidup, diantaranya UU No.32/2009, UU N0.18/2009 tentang pengelolaan sampah, dan UU No.82/2010 tentang pengelolaan pencemaran udara.

Perusahaan telah menyadari bahwa aktivitas perusahaanya bisa menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan sosial. Sehingga perusahaan menetapkan praktek bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi lingkungan. Upaya tersebut tertuang dalam upaya penanggulangan melalui berbagai program CSR, diantaranya, program konservasi, pertanian berkelanjutan, Pengelolaan Sampah, Akses Air Bersih, Penyehatan Lingkungan, dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, program mengenai isu perubahan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

(21)

Penelitian lain tentang program CSR dan lingkungan dibahas juga oleh Rajagukguk (2009) mengenai perencanaan pelaksanaan program CSR bidang lingkungan di PT Pertamina. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan perencanaan program CSR bidang lingkungan untuk mendapatkan penerimaan publik, mengidentifikasi dan mendeskripsikan strategi pengembangan investasi sosial, dan mendeskripsikan program sebagai proses untuk legitimasi. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Oleh karna itu data penelitian didapatkan melalui proses wawancara mendalam (in depth interview). Lebih lanjut data yang didapatkan akan dianalisis menggunakan triangulasi sebagai teknik mengecek keabsahan data.

Program-program CSR di PT Pertamina sudah mempertimbangkan keberlanjutan program untuk kelangsungan hidup masyarakat. Disamping itu, perusahaan juga sudah menerapkan kriteria yang baik dan memperhatikan berbagai aspek, seperti nilai-nilai kebermanfaatan, lingkungan sekitar seperti kelestarian alam, kebudayaan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat, mempunyai sistem sosialisasi dan publikasi kegiatan, prioritas penerima program adalah penerima dampak perusahaan, serta program yang berkelanjutan dan berkembang di masyarakat. Disamping itu, ada pula investasi sosial yang menjadi orientasi perusahaan, ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan dan penerimaanya ditengah masyarakat.

(22)

Tabel 1. Ringkasan Analisis Pustaka

Judul Penelitian Tujuan Metode Program CSR Pengaruh

Sosial Ekonomi Lingkungan

(23)

2009 tentang

dalam penelitian ini

yang mencakup

seluruh desa di Kecamatan

Kabandungan,

namun dalam

(24)

penyelenggaraan kembali lahan kritis

dengan tanaman

produktif di sekitar pemikiman,

pembuatan sentra hortikultura,

(25)

Devi Yulianti

mengalami krisis air

(26)
(27)
(28)
(29)

Penilaian Masyarakat

Teori penilaian masyarakat mempelajari proses psikologik yang mendasari penyataan sikap dan perubahan sikap melalui komunikasi. Anggapan dasarnya adalah bahwa dalam menilai, manusia membuat deskriminasi dan kategorisasi stimulus-stimulus. Dalam deskriminasi dan kategorisasi tersebut manusia melakukan perbandingan-perbandingan antara berbagai alternatif dan salah satu alternatif adalah referensi internal atau standar yang disusun individu untuk menilai stimulus yang datang dari luar (Sarwono 2003).

Penilaian individu haruslah membandingkan stimulus yang diterimanya dengan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa stimulus lain, kerangka acuan atau suatu skala penilaian (Sarwono 2003). Dalam penelitian ini, stimlus yang diartikan sebagai keadaan masa kini akan dibandingkan dengan ‘sesuatu’ yang dimaksudkan pada keadaan di masa lalu.

Manusia akan menilai lingkungannya dengan memberikan makna tertentu. Jika ditinjau secara umum, persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor fungsional dan faktor struktural (Rakhmat 2012). Sama halnya dengan persepsi, dalam pembentukan penilaian, mencangkup dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencangkup sikap, emosi, motif, pengaruh pengalaman masa lampau, dan sebagainya. Faktor eksternal mencangkup objek, orang-orang dan lingkungn fisik (Sarwono 2003). Dalam penelitian ini, penilaian yang dimaksud merupakan sebuah jalan yang dipakai untuk dapat menilai implementasi program CSR, dengan demikian indikator yang terdapat didalamnya juga berkaitan erat dengan program CSR. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain:

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional merupakan faktor psikologis yang akan memberikan arti, dimana dalam hal ini antara lain berfungsi pula seperti misalnya emosi, suasana hati, kecerdasan, pengalaman masa lalu, dan sebagainya. Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lan yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 2012). Selain itu, tanggapan lain mengenai faktor fungsional adalah ciri-ciri yang terdapat dalam diri individu yang berkaitan dengan cara pandang individu terhadap suatu objek (Rahmanita 2009). Biasanya merupakan karakteristik personal individu maupun pengalaman dan pengetahuan masa lalunya, meliputi:

a. Umur

Selisih antara tahun responden dilahirkan dengan tahun pada saat penelitian dilaksanakan.

b. Jenis kelamin

Sifat fisik responden sebagaimana yang tercatat dalam kartu identitas yang memiliki responden, dinyatakan dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.

c. Tingkat pendidikan

(30)

d. Pengetahuan

Untuk menjamin keberhasilan program CSR, diperlikan pengalaman dan pengetahan khusus, baik dari perusahaan maupun dari masyarakat selaku subjek program. Pengetahuan juga merupakan salah satu ukuran bagi penilaian yang dimiliki responden (Rahmanita 2009). Dalam program CSR, pengetahuan yang dimaksud adalah mengenai perusahaan itu sendiri sampai kepada program-program yang dilaksanakanya.

e. Keterdedahan Informasi

Kemudahan yang diterima masyarakat dalam memperoleh informasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam suatu program, sehingga dapat melakukan suatu penilaian terhadap program perusahaan (Rahmanita 2009). Menurut Hadi (2001) dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmanita (2009) mengemukakan bahwa suatu komunikasi publik akan berhasil apabila publik sasaran terdedah oleh aktivitas komuniasi yang dilakukan oleh perusahaan. Keterdedahan Informasi perusahaan adalah kegiatan pencarian informasi dan penerimaan pesan yang dialami anggota komunitas terhadap kegiatan komunikasi perusahaan.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural terdiri dari objek distal yang membentuk objek proximal dan kemudian mendistribusikan sinyal di syaraf penginderaan ke sistem jaringan syaraf pusat (Rakhmat 2012). Faktor struktural merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan penilaian seseorang yang berasal dari stimulus lain selain dari dalam individu sendiri, atau dengan kata lain faktor yang berasal dari luar individu. Faktor tersebut diantaranya:

a. Partisipasi dalam program

Partisipasi stakeholder yang dalam hal ini masyarakat, dapat turut mempengaruhi penyelenggaraan suatu program. Keanggotaan responden terhadap suatu kelompok tertentu yang dapat mempengaruhi pendapat atau pemikiranya mengenai suatu objek, dalam hal ini mengenai penilaiannya terhadap program perusahaan. Tingkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1979) dalam penelitian Rosyida dan Nasdian (2011) terdiri dari empat kategori, yakni tingkat pengambilan keputusan (perencanaan), tingkat pelaksanaan, tingkat evaluasi, dan tingkat pemanfaatan hasil.

b. Jarak tempat tinggal dengan lokasi program

Merupakan jarak tempat tinggal responden dari daerah program perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi responden dalam membuat penilaian terhadap program perusahaan tersebut (Rahmanita 2009).

c. Peran Pemimpin

(31)

memfokuskan bakat pada hasil, bukan pada metode, lalu menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta (Poerwanto 2010).

Lingkungan Hidup dan Perubahannya

Ada dua jenis lingkungan dalam kaitannya antara manusia dengan kondisi fisik lingkungannya (Sarwono 1990 dalam Boedojo 1986). Pertama adalah lingkungan yang telah akrab dengan manusia yang bersangkutan. Lingkungan jenis ini cenderung dipertahankan. Kedua adalah lingkungan yang masih asing, dimana manusia terpaksa melakukan penyesuaian diri atau sama sekali menghindarinya. Setelah manusia menginderakan objek di lingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya dan timbul makna tentang objek pada diri manusia yang bersangkutan yang dinamakan penilaian yang selanjutnya menimbulkan reaksi (Umar 2009).

Menurut Shelton dan Kiss (2005) dalam penelitian buku Ruray (2012) mengemukakan bahwa batasan lingkungan hidup mencangkup kompleksitas dari faktor alam dan antropogenik serta elemen yang saling terkait dan memengaruhi keseimbangan ekologi dan kualitas hidup, kesehatan manusia, warisan budaya, dan lansekap (Ruray 2012). Soemartono (1996) berpendapat bahwa lingkungan hidup adalah ruang tempat baik makhluk hisup maupun tidak hidup berada dalam kesatuan, dalam non fisik, sehingga memengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hisup tersebut, khususnya manusia (Ruray 2012). Dalam pasal 1 butir 1 UUNo 32 Tahun 2009 tentang lingkungan hidup yang menegaskan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya, aktivitasnya memengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, manusia juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia sebagai individu atau kelompok atau masyarakat dan lingkungan alamnya (Ruray 2012). Menurut Hardjasoemantri (2001) dalam buku Ruray (2012), untuk mangaktualisasikan hak atas lingkungan yang baik dan sehat, masyarakat atau setiap orang berhak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Informasi lingkungan hidup ini dapat berupa data, keterangan, atau informasi lain yang berkenaan dengan pengelolaaan lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

(32)

1. Kualitas Udara

Kualitas udara merupakan salah satu komponen penting yang memengaruhi kesehatan dan keberlanjutan suatu aktivitas usaha. Penilaian kualitas udara di suatu kawasan dapat menggunakan beberapa parameter baku mutu yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu parameter fisik dan kimia. Parameter fisik adalah debu, suhu, kelembapan, serta arah dan kecepatan angin. Sementara parameter kimia udara antara lain sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (Nox), Ozon (O3), timah hitam (Pb), dan H2S.

Kegiatan pembangunan yang memanfaatkan smberdaya alam mempengaruhi berbagai komponen termasuk mepengaruhi komponen udara. Komponen udara terdiri atas gas, debu, dan kebisingan. dalam lingkungan, pengaruh sebaran debu dan kebisingan terbatas, namun tidak demikian dengan gas. Cemaran gas mempengaruhi lingkungan yang luas bahkan secara global (Fandeli et al. 2008)

2. Kualitas Air

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi lautan, banyak masyarakatnya mencari mata pencaharian di sungai ataupun di laut. Seiring dengan pertambahan penduduk, peningkatan kegiatan pertanian, industri, penambangan dan lain-lain mengakibatkan kebutuhan air terus meningkat, sedangkan persediaan air tetap bahkan berkurang. Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Namun, air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut masih bisa digunakan secara normal untuk berbagai keperluan.

Untuk mengetahui kualitas air, ada beberapa cara yang harus dilakukan, seperti menggunakan analisa dan menggunakan beberapa parameter berikut:

 Perubahan bau, rasa, dan warna

Air dalam keadaan normal memiliki karakteristik yang jernih dan tidak berwarna. Apabila bahan buangan limbah industri tersebut dapat larut kedalam air, maka akan terjadi perubahan warnaair, yang biasanya disebabkan karena adanya macam-macamwarna bahan buangan dari suatu industri. Bau yang keluar dari air berasal dari buangan atau limbah kegiatan industri atau hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup di air. Perubahan rasa dikarenakan adanya perubahan asam dan basa atau adanya garam-garam yang terlarut dalam jumlah yang banyak.

 Perubahan suhu

Disebabkan karena adanya limbah panas. Air panas hasil buangan suatu industri akan menyebabkan penurunan oksigen terlarut.

 Kekeruhan

(33)

 Perubahan pH

Air normal memiliki pH 6,5-7,5. Perubahan ini dikarenakan adanya buangan asam/basa dari suatu industri, adanya akibat mikroorganisme. Biasanya pengukuran menggunakan pH meter atau kertas lakmus.

 Adanya radioaktivitas pada air

Dikarenakan adanya bahan sisa radioaktif dari suatu industri dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif.

 Adanya mikroorganisme

Pada air yang tercemar akan muncul berbagai mikroorganisme berbahaya yang akan menyebabkan penyakit dan pembusukan.

3. Kualitas Tanah

Menurut Doran dan Parkin (1994) dalam buku Partoyo (2005), kualitas tanah adalah kapasitas suatu tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem untuk melestarikan produktivitas biologi, memelihara kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas tanaman dan hewan.

Karlen et al. (1996) dalam Partoyo (2005) mengusulkan bahwa pemilihan indikator kualitas tanah harus mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan fungsinya yaitu:

1. Melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis 2. Mengatur dan mengarahkan aliran air dan zat terlarutnya

3. Menyaring, menyangga, merombak, mendetoksifikasi bahan-bahan anorganik dan organik, meliputi limbah industri dan rumah tangga serta curahan dari atmosfer.

4. Menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur lain dalam biosfer.

5. Mendukung struktur sosial ekonomi dan melindungi peninggalan arkeologis terkait dengan permukiman manusia.

Kualitas tanah dapat berubah karena adanya pengelolaan manusia. Perubahan yang terjadi dapat meningkatkan kualitas tanah atau justru menurunkan kualitas tanah sehingga terjadilah degradasi tanah. Kualitas tanah tersebut menunjukkan kepada kemampuan spesifik dari berbagai jenis tanah untuk dapat menjalankan fungsi tertentu yang diharapkan. Penggunaan fungsi tanah tersebut dapat dilakukan secara alami atau dengan mengatur dan mengelola ekosistem didalamnya dengan berbagai tujuan. Dari sudut pandang lingkungan, maka tanah yang berkualitas baik adalah tanah yang mampu melakukan fungsinya sebagai bagian dari ekosistem, sehingga secara potensial mampu mempertahankan kondisi biodiversifikasi, mempertahankan kualitas air dengan baik, terjadinya siklus unsur hara, serta mampu menghasilkan biomassa (Simanjuntak 2006).

Menurut Simanjuntak (2006), sebagai bagian dari lahan, maka tanah mempunyai fungsi yang sangat beragam, yaitu:

a. Mengatur tata air dalam siklus hidrologi

b. Sebagai media tumbuh, dimana produktivitas tanaman dan hewan yang berkelanjutan sangat tergantung pada tanah

c. Mempunyai kemampuan untuk memfilter berbagai jenis polutan d. Mengatur terjadinya siklus nutrien dalam tanah.

(34)

tanah adalah sebagai penyimpan air dan peneka laju erosi. fungsi lainnya yakni sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya pekarangan, penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur hara), penyedia kebutuhan sekunder tanaman dan habitat biota tanah. Penggunaan tanah yang tidak bertanggung jawab dapat mengakibatkan tanah tercemar. Tidak jauh berbeda dengan pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan ulah kegiatan manusia. Pencemaran tanah disebabkan oleh limbah domestik, limbah industri, limbah pertania dan sebagainya.

4. Spesies Hewan Khusus

Berdasar pada skala kualitas lingkungan, kondisi dari spesies hewan khusus yang berada pada suatu kawasan juga menjadi salah satu indikator dari kualitas lingkungan. Pengukuran kualitas lingkungan tersebut dididapatkan dengan melihat (1) keragaman jenis fauna, (2) Jumlah jenis fauna yang bermanfaat, dan (3) jumlah jenis fauna yang dilindungi (Soerjani 1989 dalam Fandeli et al. 2008).

5. Sampah

Banyaknya jumlah sampah yang ada di lingkungan juga turut menentukan bagaimana kualitas lingkungan itu terbentuk. Lingkungan yang banyak dicemari sampah, baik itu sampah rumah tangga maupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan operasional suatu perusahaan dapat mengganggu organisme sekitarnya, terutama masyarakat.

Hutan Mangrove

Du (1962) mendefinisikan mangrove dengan dua konsep, pertama sebagai grup ekologi tumbuhan yang selalu hijau, terdiri dari beberapa famili. Vegetasi ini memiliki kesamaan dari segi karakteristik fisiologi dan struktur adaptasi terhadap habitatnya, kedua merupakan komunitas tumbuhan yang kompleks, berperan sebagai shelter di pantai tropis. Fisiologis mangrove sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer dan hidrologi seperti sinar matahari, kelembaba, pasang surut, gelombang, dan kadar garam (Madza et al. 2007 dalam Alikodra 2012).

Hutan Mangrove di Indonesia sekitar 8,6 juta hektar, terdiri atas 3,8 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar di luar kawasan hutan. Kerusakan hutan mangrove di dalam kawasan hutan sekitar 1,7 juta hektar atau 44,73 persen dan kerusakan di luar kawasan hutan 4,2 juta hektar atau 87,50 persen, antara tahun 1982-1992 telah terjadi pengurangan hutan mangrove seluas 513.670 ha atau 46.697 ha per tahunnya (Gunawan dan Anwar 2005 dalam

(35)

Fungsi mangrove terhadap suplai energi ke perairan pantai dapat dilihat dari perannya dalam proses penguraiannya melepaskan unsur-unsur mineral seperti nitrogen, dan unsur esensial zat hara lainnya. Unsur mineral ini merupakan kunci kesuburan dalam transfer dan rantai makanan. Detritus organik tersebut merupakan sumber bahan makanan bagi organisme di atasnya, seperti berbagai jenis zooplankton, udang, ikan, kepiting, moluska, nematoda, dan amphibia (Bismark et al. 2010). Apabila mangrove tersebut hilang maka akan berdampak pada : abrasi pantai, dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan, dapat mengakibatkan banjir, perikanan laut menurun, dan sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang (Kurniawati et al. 2011).

Mangrove dan Rehabilitasinya

Kegiatan rehabilitasi mangrove membutuhkan pengawasan dan pemeliharaan yang berkelanjutan. Kemungkinan keberhasilan rehabilitasi sangat kecil tanpa adanya pengawasan. Keberhasilan rehabilitasi mangrove juga ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peran serta atau partisipasi penduduk kawasan itu sendiri (penduduk lokal), karena penduduk lokal merupakan penduduk yang mempunyai kepentingan langsung, baik sebagai sumberdaya maupun sebaga ekosistem dengan fungsi-fungsi ekologisnya dengan wilayah rehabilitasi dan konservasi (Rusdianti 2012). Salah satu bentuk rehabilitasi pesisir pantai adalah pembudidayaan hutan mangrove dan menghindari pengrusakan wilayah pesisir oleh masyarakatnya sendiri.

Menurut Asian Wetland Bureau luas hutan mangrove di Indonesia diperlukan rehabilitasi atau restorasi. Kecenderungan penurunan luas hutan hutan dan kesulitan rehabilitasi mengindikasikan kerusakan ekosisem dan degradasi ekosistem mangrove. Kerusakan tersebut disebabkan oleh kegiatan konversi hutan menjadi lahan tambak, eksploitasi hutan dan penebangan liar.

(36)

Kerangka Pemikiran

Masyarakat sebagai pelaksana dan penerima manfaat dari program, tentunya memiliki peran besar dalam keberlangsungan program. Masyarakat juga perlu diikutsertakan dalam berbagai tahap keberlangsungan program, tak luput didalamnya penilaian masyarakat akan program itu sendiri. Program CSR bidang lingkungan tentunya memiliki ekspektasi untuk mengubah lingkungannya menjadi lebih baik, dalam penelitian ini, PT Pertamina memiliki ekspektasi untuk bisa membantu masyarakat dalam memperbaiki ekosistem hutan mangrove yang pernah rusak karna abrasi.

(37)

Hipotesis

1. Diduga adanya hubungan antara faktor fungsional dengan implementasi program

2. Diduga adanya hubungan antarafaktor struktural dengan implementasi program

3. Diduga adanya hubungan antara implementasi program dengan penilaian tentang perubahan lingkungan

Definisi Operasional

A. Faktor Fungsional

a. Umur: lama waktu hidup responden sejak dilahirkan sampai pada saat diwawancarai. Variabel diukur dengan menghitung selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun.

b. Jenis kelamin: sifat fisik responden sebagaimana yang tercatat dalam kartu identitas yang memiliki responden, dinyatakan dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.

Faktor Struktural (X2)

Partisipasi dalam Program (X2.1)

Jarak Tempat Tinggal Dengan Lokasi Program (X2.2)

Peran pemimpin (X2.3)

Implementasi Program (Y1)

Relevansi Program (Y1.1)

Efektivitas (Y1.2)

Efisiensi (Y1.3)

Keberlanjutan (Y1.4) Faktor Fungsional

(X1)

Umur (X1.1)

Jenis Kelamin (X1.2)

Pendidikan (X1.3)

Pengetahuan (X1.4)

Keterdedahan Informasi (X1.5)

Penilaian Dampak Lingkungan (Y2)

Kualitas air (Y2.1)

Kualitas tanah(Y2.2)

Frekuensi Bencana (Y2.3)

Spesies hewan (Y2.3)

Sampah (Y 2.4)

(38)

c. Tingkat pendidikan: jenjang pendidikan formal paling akhir yang telah diselesaikan oleh responden. Variabel ini diukur dengan mengetahui jenjang pendidikan formal tertinggi paling akhir yang telah diselesaikan responden, yaitu:

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

d. Status Anggota: posisi keaktifan anggota pada suatu kelompok. Ada 4 mavam jenis keanggotaan pada kelompok ini, yaitu:

1. Sudah Keluar 2. Anggota Non-Aktif 3. Anggota Lepas 4. Anggota Aktif

e. Tingkat Pengetahuan : seberapa besar pengetahuan responden terhadap program rehabilitasi mangrove beserta aspek-aspek yang terkait. Responden akan diberikan pertanyaan seputar program yang kemudian dilihat seberapa banyak skor yang didapatkan.

f. Keterdedahan Informasi: aktivitas responden terhadap komunikasi yang dilakukan perusahaan yang meliputi kegiatan penerimaan pesan, pencarian informasi, dan penyampaian umpan-balik pesan kepada perusahaan. Variabel ini diukur dengan mengatahui aktivitas penerimaan, pencarian, dan penyampaian umpan-balik informasi oleh responden.

B. Faktor Struktural

a. Partisipasi dalam program: ukuran keberhasilan partisipasi masyarakat dapat diukur melalui empat dimensi, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengambilan manfaat, dan pemantauan.

b. Jarak tempat tinggal dengan lokasi program: Merupakan jarak tempat tinggal responden dari daerah program perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi responden dalam membuat penilaian terhadap program perusahaan tersebut. Variabel ini diukur dengan mengetahui jarak tempat tinggal responden dari kawasan program ke tempat tinggal yang dinyatakan dalam kilometer.

c. Peran pemimpin: merupakan seberapa besar pemimpin mampu berperan terhadap keikutsertaan masyarakat dalam program sehingga berimbas pada implementasi program. Variabel ini diukur dengan mengetahui peran-peran pemimpin dalam masyarakat, dimana peran tersebut diantaranya sebagai panutan, perintis, penyelaras, dan pemberdaya. Pemimpin yang dimaksud dalam penelitian ini mencangkup ketua kelompok tani, ketua fasilitator, maupun kepala Desa.

(39)

a. Relevansi Program: kesesuaian pelaksanaan program dengan berbagai komponen, seperti sistem manajemen dan pemangku kepentingan maupun penerima manfaat. Variabel ini diukur dengan mengetahui penilaian masyarakat mengenai kesesuaian sistem dengan sistem manajemen terintegrasi dan kesesuaian pemangku kepentingan dan/atau penerima manfaat.

b. Efektivitas: pencapaian tujuan, sasaran, dan program CSR dan juga kesesuaian pencapaan dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Variabel ini diukur dengan mengetahui penilaian masyarakat mengenai pencapaian tujuan, sasaran, dan program CSR, dan penilaian mengenai kesesuaian pencapaian dengan kebijakan.

c. Efisiensi: penilaian mengenai sejauh mana sumber daya bisa diminimalisir demi tercapainya tujuan, selain itu, efisiensi juga menilai ketepatan jadwal program dalam pelaksanaanya. Variabel ini diukur dengan mengetahui penilaian masyarakat mengenai pemanfaatan sumber daya, berlebihan, pas, atau bahkan kurang termanfaatkan. d. Keberlanjutan: terjadi alih-peran dari korporat ke masyarakat,

tumbuhnya rasa memiliki program dan hasil program pada diri masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam menjaga dan memelihara program dengan baik, dan adanya pilihan partner program yang bisa menjamin bahwa tanpa keikutsertaan perusahaan, program bisa tetap dijalankan sampai selesai dengan partner tersebut. Variabel ini diukur melalui penilaian masyarakat mengenai keberlanjutan program secara mandiri, kemampuan program untuk dapat memandirikan penerima manfaat, dan adanya perencaan baru untuk kinerja yang lebih baik.

D. Penilaian Masyarakat terhadap Perubahan Lingkungan

a. Penilaian masyarakat terhadap air: merupakan cara pandang masyarakat sekitar terhadap kualitas dan kondisi air yang ada di kawasan rehabilitasi lahan basah tersebut. Dari sekian banyak indikator kualitas air yang ada, dalam penelitian ini hanya mengikutsertakan empat indikator saja, hal ini dikarenakan indikator yang berkaitan tersebut harus bisa dinilai oleh masyarakat tanpa harus mengukur secara fisik maupun kimia unsur yang terdapat didalamnya.Variabel ini diukur melalui tiga indikator, diantaranya kekeruhan air, perubahan rasa, perubahan bau.

(40)

c. Penilaian masyarakat terhadap jumlah hewan: merupakan cara pandang masyarakat sekitar terhadap jumlah hewan khusus yang ada di kawasan rehabilitasi lahan basah tersebut.

d. Penilaian Masyarakat terhadap bencana: merupakan cara pandang masyarakat mengenai perbuhan frekuensi bencana yang dialami dari masa lalu hingga masa kini. Variabel yang digunakan dalam mengukur indikator ini adalah mengenai perubahan frekuensi banjir dan abrasi. e. Penilaian masyarakat terhadap sampah: merupakan cara pandang

(41)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner kepada responden penelitian. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab perntayataan mengenai implementasi program rehabilitasi mangrove beserta faktor-faktor yang memengaruhinya, dan penilaian masyarakat mengenai perubahan lingkungannya. Data kualitatif diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan, dan digunakan sebagai data pendukung atau mendeskripsikan data kuantitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Desa binaan CSR PT. Pertamina yaitu di Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang (Lampiran 1). Wilayah kampung nelayan ini letaknya 10 kilometer di sebelah utara Bandara Soekarno-Hatta dan berada di sebelah barat dan selatan dari Kepulauan Seribu. Peneliti menetapkan lokasi tujuan tersebut berdasarkan:

(1) PT Pertamina merupakan perusahaan minyak dan gas yang memiliki program CSR di bidang lingkungan, yakni rehabilitasi mangrove berbagai pulau sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan.

(2) Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga merupakan salah satu daerah yang memiliki kerawanan ekologis tinggi, dimana telah terjadi abrasi dan sedimentasi, menjadi rawan banjir, sehingga perlu untuk direstorasi agar kembali mendapatkan keseimbangan, dengan cara penanaman mangrove. (3) Masih kurangnya penelitian yang mengkaji dampak program perusahaan terhadap lingkungan sekitar mangrove, dengan mengikutsertakan penilaian masyarakat sekitar sebagai pengambil manfaat dari sumber daya yang tersedia. Peneliti melakukan observasi melalui studi penjajagan ke lokasi penelitian dan penelusuran literatur yang terkait dengan lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan penelitian skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Rincian jadwal penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Teknik Penetapan Responden dan Informan

(42)

dibutuhkan mencangkup dua jenis, yaitu responden penerima program dan responden kontrol. Responden penerima program merupakan individu yang tergabung kedalam anggota kelompok tani mangrove di RW 8, sebagai aktor yang menjalankan program. Ada sejumlah 36 anggota dalam kelompok tani yang kesemuanya menjadi responden. Responden kontrol merupakan individu yang tidak termasuk anggota kelompok tani mangrove, atau individu yang tidak menerima manfaat secara langsung dari program, dan merupakan warga RW 8 Desa Muara yang tinggal di sekitar kawasan penananaman mangrove.

Responden kontrol merupakan individu yang dipilih secara acak (simple random sampling) sebanyak 20 orang. Pemilihan responden kontrol dilakukan dengan mengambil seluruh data populasi RW 8 Desa Muara, dengan total 508 jiwa penduduk. Kemudian dari total tersebut, disaring kembali dengan kategori bukan merupakan anggota kelompok tani mangrove dan individu yang berumur lebih dari 17 tahun. Didapatlah sejumlah 318 jiwa, baru kemudian dilakukan

random sampling sebanyak 20 orang. Keseluruhan responden baik responden utama maupun kontrol berjumlah 56 orang (Lampiran 3).

Penentuan informan dilakukan secara purposive, kemudian informan dipilih dengan menggunakan teknik snowball kepada stakehorder-stakeholder. Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dan dianggap memiliki informasi yang relevan dengan penelitian ini. Informan tersebut yaitu, penyelenggara program, ketua kelompok rehabilitasi mangrove, anggota, dan masyarakat Desa Muara yang memiliki informasi relevan.

Teknik Pengumpulan Data

(43)

Tabel 2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan Teknik

Pengumpulan Data Jenis Data

 Data profil Desa Muara, Kec Teluk

Naga

Mengkaji

Dokumen Sekunder

 Data profil program rehabilitasi

mangrove

 Data profil PT Pertamina

 Data karakteristik responden

Wawancara terstruktur dengan

kuesioner

Primer

 Data penilaian responden terhadap

implementasi program

 Data penilaian responden terhadap

perubahan lingkungan

 Sejarah terjadinya abrasi

Wawancara mendalam dengan panduan kuesioner

Primer

 Sejarah masuknya program

rehabilitasi

 Kendala dalam menjalankan program

rehabilitasi

 Kondisi lingkungan Observasi lapang Primer

Teknik pengolahan dan Analisis Data

Data primer diperoleh secara kuantitatif di lapangan melalui proses pengololahan data. Proses pengolahan data ini meliputi pembuatan kode, pemberian skor, dan kemudian diolah menggunakan SPSS Statistic 22.0 dan

(44)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, PROGRAM

REHABILITASI MANGROVE, DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN

Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum dari lokasi penelitian yang terbagi dalam beberapa subbab, pertama terkait kondisi geografis Desa, kedua mengenai kondisi sosial ekonomi, dan kondisi ekologis yang ada di Desa Muara. Selanjutnya bab ini juga akan mendeskripsikan program Rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan oleh PT Pertamina di Desa Muara dan karakteristik responden secara umum.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Kondisi Geografis

Desa Muara terletak di bagian utara Kecamatan Teluk Naga dengan jarak tempuh kurang lebih 10 km dari kantor Kecamatan. Terdiri dari 8 Dusun yang tersusun atas 8 Rukun Warga (RW) dan 22 rukun Tetangga (RT). Memiliki luas daerah sebesar 505 Ha dengan ketinggian 40 m dari permukaan laut dan termasuk daerah daratan rendah. Suhu udara mencapai 27oC–33oC. Desa Muara berada di pesisir laut Jawa dan bersebrangan dengan Kepulauan Seribu.

Batas wilayah Desa Muara berbatasan dengan:

 Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

 Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa/Desa lemo

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lemo

 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir

Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Desa Muara sampai dengan bulan Maret 2015 tercatat sebanyak 3.494 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 1.796 jiwa, perempuan sebanyak 1.698 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 979 kepala keluarga.

Dilihat dari berbagai aspek, Desa Muara mempunyai fungsi sebagai penyangga aspek lain, dengan jumlah penduduk 3.494 jiwa, mempunyai potensi wilayah sebagai daerah wisata, Desa Muara mempunyai pantai yang baik untuk kegiatan pariwisata, yang sekarang sudah mulai diminati oleh para pengunjung, meski belum adanya penataan dan pengelolaan yang cukup baik. Untuk kedepannya, tidak menutup kemungkinan bagi Desa Muara untuk menjadi daerah wisata yang diminati wisatawan. Selain pantai yang baik, jaraknya yang dekat dengan Jakarta dan Bandara Internasional Soekarno Hatta. Impian ini tentu harus dibarengi dengan kerja keras berbagai pihak, mulai pemerintah yang lebih memperhatikan pantai, masyarakat yang mulai menjaga lingkungan, juga para wisatawan yang mulai menjadikan kawasan ini sebagai sasaran objek wisata.

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Analisis Pustaka
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2  Penanaman yang telah dilakukan pada tahun 2012
Tabel 4  Jumlah dan persentase responden berdasarkan golongan umur di Desa Muara Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis statistic dapat diketahui bahwa hasil dari Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk adalah (P<0,05) berbeda nyata dengan

[r]

[r]

Hasil penelitian tentang pengaruh self tapping terhadap intensitas nyeri dysmenorrhea primer pada mahasiswi PSIK FK UGM dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi

ukuran perusahaan yang besar, dianggap sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut, karena

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. RANI

Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Pada Siswa yang memiliki Kemampuan Awal Sedang di Kelas Eksperimen ... Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Pada Siswa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) kontribusi pemanfaatan perpustakaaan terhadap hasil belajar auditing,2) kontribusi intensitas belajar terhadap