UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
DAMPAK KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI 3 KG TERHADAP PENDAPATAN USAHA PEDAGANG BAKSO
DI KECAMATAN MEDAN KOTA
Diajukan Oleh:
RAKHMAWANI T. HARAHAP 060523004
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
Rakhmawani T Harahap (060523004) with thesis title is Conversion Impact of Petroleum to Elpiji 3 Kg to Bakso Sellers’ Income in Medan Kota Subdistrict. This research is led by Kasyful Mahalli,SE,M.Si with aims (1) to know the different income of bakso seller before and after conversion and (2) to know economic impact from petroleum conversion to LPG 3 kg that happened to bakso seller in Medan Kota Subdistrict.
This research’s done at March - April 2011 in Medan Kota Subdistrict that chosen purposively. Sample total of bakso seller is 145 samples where decided by using Taro Yamane pattern and t test difference of two average prices is used to analyze data.
The results are there is the different income of bakso seller in Medan Kota Subdistrict after using elpiji 3 kg and there is a profit enhancement Rp 82.071,- or 41% after using elpiji 3 kg.
ABSTRAK
Rakhmawani T Harahap (060523004) dengan judul skripsi Dampak Konversi Minyak Tanah Ke Elpiji 3 Kg Terhadap Pendapatan Usaha Pedagang Bakso Di Kecamatan Medan Kota. Penelitian ini dibimbing oleh Kasyful Mahalli,SE,M.Si yang bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata terhadap pendapatan pedagang bakso sebelum dan sesudah terjadinya konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg di Kecamatan Medan Kota dan (2) untuk mengetahui dampak ekonomi dari konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg yang dialami pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April 2011 di Kecamatan Medan Kota yang dipilih secara sengaja. Jumlah sampel pedagang bakso sebanyak 145 sampel dimana jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Sedangkan untuk menganalisis data digunakan uji t perbedaan dua harga rata-rata.
Diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan pendapatan usaha pedagang bakso di kecamatan medan kota setelah menggunakan elpiji 3 Kg dan terdapat peningkatan keuntungan sebesar Rp. 82.701,- atau 41% setelah menggunakan elpiji 3 Kg.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
hidayah-Nya serta karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan dan kekuatan
lahir batin sehingga penulis dapat menjalani dan menyelesaikan studi di jurusan
Ekonomi Pembangunan-Ekstension Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara Medan. Atas karunia-Nya pula akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Dampak Konversi Minyak Tanah Ke Elpiji 3 Kg
Terhadap Pendapatan Usaha Pedagang Bakso Di Kecamatan Medan Kota”. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orangtuaku tercinta,
H.Andriansyah Harahap dan Hj.Kusmaini Siregar yang selalu akan menjadi orang
terpenting dalam hidup penulis atas semua cinta, kasih sayang dan motivasinya.
Juga kepada suamiku Ade Hasannudin, kakakku Rini Syahrani Harahap, dan
adikku Nova Mariani Harahap atas segala dukungannya.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Drs.Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Kasyful Mahalli,SE,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya mulai dari awal sampai selesainya skripsi ini.
4. Irsyad Lubis,SE,M.Soc.Sc,Ph.D selaku Dosen Penguji I yang telah
5. Walad Altsani H.R,SE,M.Ec selaku Dosen Penguji II yang juga telah
memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah
mendidik penulis selama menjalani perkuliahan.
7. Teman-teman seperjuangan jurusan Ekonomi Pembangunan Ekstension
2006.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun dengan segala kerendahan harti, penulis mengharapkan semoga skripsi ini
dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, September 2011
DAFTAR ISI
ABSTRACT... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 4
1.3 Hipotesis... 4
1.4 Tujuan Penelitian... 4
1.5 Manfaat Penelitian... 5
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Usaha Mikro... 6
2.2 Kontribusi Usaha Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Nasional……... 10
2.3 Biaya Produksi…... 10
2.4 Pengertian Pendapatan... 12
2.5 Kebijakan Pengalihan Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 16
3.2 Waktu Penelitian... 16
3.3 Jenis Penelitian………... 16
3.4 Jenis Data & Sumber Data... 16
3.5 Populasi & Sampel……... 17
3.6 Metode Pengumpulan Data... 18
3.7 Metode Analisa Data………... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian... 22
4.2 Karakteristik Responden... 23
4.3 Pengujian Kualitas Data... 25
4.4 Perbedaan Jumlah Pendapatan Usaha Pedagang
Bakso Sebelum dan Sesudah Konversi Minyak
Tanah ke Elpiji 3 Kg.…... 26
4.5 Dampak Ekonomi dari Konversi Minyak Tanah
ke Elpiji 3 Kg yang Dialami Pedagang Bakso di
Kecamatan Medan Kota... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 39
5.2 Saran... 39
DAFTAR PUSTAKA... 41
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1 Jumlah Usaha Mikro dan Pedagang Bakso yang
Mendapat Paket Konversi Minyak Tanah
ke Elpiji 3 Kg di Kota Medan……….. 2
2 Karakteristik Pedagang Bakso Pengguna Elpiji 3 Kg
Di Kecamatan Medan Kota……….. 24
3 Hasil Uji Validitas……… 25
4 Unsur Pertanyaan yang Dianggap Valid………. 26
5 Jumlah Pendapatan Usaha Pedagang Bakso
Sebelum dan Sesudah Konversi Minyak Tanah
ke Elpiji 3 Kg di Kecamatan Medan Kota……….. 27
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 Kurva Biaya Tetap…………..……….. 11
2 Kurva Biaya Tidak Tetap……….. 11
3 Kurva Biaya Tetap, Biaya Tidak tetap dan
Biaya Keseluruhan……….…… 12
4 Peta Kecamatan Medan Kota…………...………. 22
5 Pendapatan Rata-rata Pedagang Bakso di
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1 Kuisioner Penelitian……….. 42
2 Rekapitulasi Data untuk Uji Validasi……….. 45
3 Hasil Uji Validasi dengan SPSS versi 14.00……… 46
4 Tabel r ………. 47
5 Rekapitulasi Data untuk Uji Reliabilitas……….. 48
ABSTRACT
Rakhmawani T Harahap (060523004) with thesis title is Conversion Impact of Petroleum to Elpiji 3 Kg to Bakso Sellers’ Income in Medan Kota Subdistrict. This research is led by Kasyful Mahalli,SE,M.Si with aims (1) to know the different income of bakso seller before and after conversion and (2) to know economic impact from petroleum conversion to LPG 3 kg that happened to bakso seller in Medan Kota Subdistrict.
This research’s done at March - April 2011 in Medan Kota Subdistrict that chosen purposively. Sample total of bakso seller is 145 samples where decided by using Taro Yamane pattern and t test difference of two average prices is used to analyze data.
The results are there is the different income of bakso seller in Medan Kota Subdistrict after using elpiji 3 kg and there is a profit enhancement Rp 82.071,- or 41% after using elpiji 3 kg.
ABSTRAK
Rakhmawani T Harahap (060523004) dengan judul skripsi Dampak Konversi Minyak Tanah Ke Elpiji 3 Kg Terhadap Pendapatan Usaha Pedagang Bakso Di Kecamatan Medan Kota. Penelitian ini dibimbing oleh Kasyful Mahalli,SE,M.Si yang bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata terhadap pendapatan pedagang bakso sebelum dan sesudah terjadinya konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg di Kecamatan Medan Kota dan (2) untuk mengetahui dampak ekonomi dari konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg yang dialami pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April 2011 di Kecamatan Medan Kota yang dipilih secara sengaja. Jumlah sampel pedagang bakso sebanyak 145 sampel dimana jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Sedangkan untuk menganalisis data digunakan uji t perbedaan dua harga rata-rata.
Diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan pendapatan usaha pedagang bakso di kecamatan medan kota setelah menggunakan elpiji 3 Kg dan terdapat peningkatan keuntungan sebesar Rp. 82.701,- atau 41% setelah menggunakan elpiji 3 Kg.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg merupakan program kebijakan pemerintah
untuk pengalihan penggunaan minyak tanah bersubsidi oleh masyarakat ke elpiji 3
Kg melalui pembagian paket elpiji 3 Kg beserta isi, kompor, regulator dan selang
secara gratis kepada masyarakat yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.
Beratnya beban subsidi pemerintah terutama disebabkan kecenderungan kenaikan
harga minyak dunia menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pemerintah
untuk terus mendukung suksesnya program ini.
Pelaksanaan program konversi ini berdasarkan Kebijakan Energi Nasional
(Perpres No 5 Tahun 2006) antara lain melalui diversifikasi energi yaitu
penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi dalam
rangka optimasi penyediaan energi. Dalam hal ini untuk mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar minyak tanah dapat dialihkan ke elpiji.
Pemerintah menunjuk Kementerian Negara Koperasi dan UKM bersama dengan
PT. Pertamina dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan sebagai
pelaksana.
Pada awalnya di Kota Medan terjadi penolakan oleh ratusan masyarakat yang
tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pemakai Minyak Tanah Subsidi di Sumatera
Utara. Mereka menilai pembagian gas yang disalurkan kepada masyarakat tidak
eceran, selain itu adanya wacana bahwa tabung elpiji 3 Kg mudah meledak
sehingga dapat terjadi kebakaran yang akhirnya akan menelan korban jiwa.
Namun demikian, berkat kerjasama Pemerintah Kota Medan dan PT. Pertamina
(Persero) sebagai pelaksana, pendistribusian paket konversi mulai terlaksana di
bulan Agustus 2009.
Terdapat 7.360 paket konversi yang diberikan kepada usaha mikro di Kota Medan
diantaranya terdiri dari 3.004 pedagang bakso. Usaha mikro yang dikenakan
program konversi ini adalah usaha mikro yang menggunakan minyak tanah
sebagai bahan produksinya.
Tabel 1. Jumlah Usaha Mikro dan Pedagang Bakso yang Mendapat Paket Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg di Kota Medan
No Kecamatan Usaha Mikro Pedagang Bakso
Seiring berjalannya pembagian paket perdana elpiji 3 Kg maka penarikan minyak
tanah bersubsidi juga mulai dilaksanakan, akibatnya keluh kesah timbul dari
seluruh pengguna minyak tanah bersubsidi, minyak tanah dinyatakan langka dan
harganya melambung tinggi. Seperti yang dirasakan oleh usaha mikro yang
biasanya menggunakan minyak tanah tidak berjualan karena mahal dan langkanya
minyak tanah di pasaran sehingga mereka tidak berjualan sebagaimana
waktu-waktu sebelumnya, padahal jika mereka berjualan sudah pasti dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. “Aduh sudahlah susah mendapatkannya, harga minah
(minyak tanah,red) semakin mahal atau Rp8.000 per liter, terpaksa hanya beli satu
liter aja, siapa tahu besok dapat yang murah.” kata seorang pedagang makanan,
Atik di kawasan Jalan Raden Saleh, Medan.
Menurut Koordinator Persatuan Pedagang Bakso Sumatera Utara (PPBSU)
Kecamatan Medan Kota, “Konversi minyak tanah ke gas, membuat ratusan
pedagang bakso sorong tidak lagi berjualan dan sebagian para pedagang bakso
sorong akhirnya memilih mudik, karena umumnya mereka adalah perantau dari
pulau Jawa. Jumlah pedagang bakso di Kecamatan Medan kota berkisar 700
orang, dan sekarang tinggal beberapa ratus orang lagi berjualan. Mungkin dalam
waktu dekat akan terus bertambah yang tidak berjualan, jika konvensi migas terus
berlangsung.”
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi yang
berjudul : “Dampak Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg Terhadap
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarakan uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan yang nyata terhadap pendapatan usaha pedagang
bakso sebelum dan sesudah terjadinya konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg
di Kecamatan Medan Kota.
2. Bagaimana dampak konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg terhadap
pendapatan pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota.
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji
secara empiris. Mengacu pada perumusan masalah dan tujuan penelitian ini maka
dapat ditarik hipotesa sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pendapatan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan
Kota sebelum dan sesudah konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg.
2. Konversi minyak tanaha ke elpiji 3 Kg berdampak positif terhadap pendapatan
usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata terhadap pendapatan
pedagang bakso sebelum dan sesudah terjadinya konversi minyak tanah ke
elpiji 3 Kg di Kecamatan Medan Kota.
2. Untuk mengetahui dampak ekonomi dari konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg
yang dialami pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian sebagai masukan untuk Pemerintah Kota Medan yang dapat
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan program konversi
minyak tanah ke elpiji 3 Kg untuk Usaha Mikro di kota Medan khususnya
pedagang bakso.
2. Penelitian dapat dijadikan acuan keberhasilan Pertamina sebagai pelaksana
pendistribusian paket perdana konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg untuk
Usaha Mikro di Kota Medan khususnya pedagang bakso.
3. Penelitian sebagai wahana penerapan ilmu yang telah diperoleh penulis di
bangku kuliah.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur bagi kalangan
akademis dan peneliti untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Usaha Mikro
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Kriteria usaha mikro yang dimaksud adalah sebagai berikut:
b. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
c. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah).
Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang pendanaan kredit
usaha mikro dan kecil, usaha mikro adalah :
a. Usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga Negara Indonesia;
b. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun.
Menurut Badan Pusat Statistik, definisi usaha mikro dibagi menjadi dua kategori
a. Berdasarkan omset, usaha mikro adalah usaha yang memiliki asset tetap
kurang dari Rp 200 juta dan omset per tahun kurang dari Rp 1 milyar.
b. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, usaha mikro adalah usaha yang memiliki
tenaga kerja sebanyak lima sampai sembilan orang.
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM) bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK),
termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah :
a. Entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
b. Dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 7/39/PBI/2005 tentang Pemberian bantuan
Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, usaha
mikro adalah:
a. Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia,
secara individu atau tergabung dalam koperasi
b. Dan memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) per tahun.
Menurut Peraturan Presiden RI No.104/2007 tanggal 28 Nopember 2007 perihal
penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga Elpiji 3 Kg, usaha mikro adalah:
a. Konsumen dengan usaha produktif milik perorangan yang mempunyai
b. Menggunakan rninyak tanah untuk mernasak dalarn lingkup usaha mikro dan
tidak mempunyai kompor gas untuk dialihkan menggunakan Elpiji Tabung 3
Kg termasuk tabung, kompor gas beserta peralatan lainnya.
Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagi berikut:
Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti.
Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai.
Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro
Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
Industri makanan dan minuman, industri meubel, pengolahan kayu dan
rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat.
Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.
Peternakan ayam, itik dan perikanan.
Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang
cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi
intermediasi-nya karena usaha mikro mempuintermediasi-nyai karakteristik positif dan unik yang tidak
selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :
Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana
yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap
berjalan bahkan terus berkembang.
Tidak sensitive terhadap suku bunga.
Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter.
Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Industri adalah usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk memperoleh
pendapatan. Sedangkan pengertian industri dalam Undang-Undang No 5 tahun
1984 tentang perindustrian adalah “kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
dan perekayasaan industri”. Di sisi lain pengertian industri yang digunakan
sebagai acuan oleh Departemen Perindustrian yaitu “industri adalah rangkaian
kegiatan ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, perubahan, perbaikan,
bahan baku atau barang setengah jadi menjadi barang yang berguna dan lebih
bermanfaat untuk pemakaian dan usaha jasa yang menunjang kegiatan itu”.
2.2Kontribusi Usaha Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Nasional
Kontribusi usaha mikro sangat besar dalam perekonomian. Usaha mikro
merupakan kelompok usaha terbesar (96%) di Indonesia dengan karakteristik
berpenghasilan rendah, bergerak di sektor informal dan sebahagian besar
termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Bahkan dalam sebahagian besar
kasus, kelompok usaha mikro belum dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup, seperti : gizi, pendidikan, kesehatan dan lainnya namun demikian usaha
mikro memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia
yang dapat dilihat dari kedudukan usaha mikro sebagai pemain utama dalam
kegiatan ekonomi yaitu meningkatkan PDB, penyedia lapangan pekerjaan dan
pencipta pasar baru.
2.3Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran atau pembiayaan yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam suatu proses produksi, biaya
dapat digolongkan menjadi :
Biaya tetap adalah suatu biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
jumlah produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya
yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi yang
dihasilkan. Kurva biaya tetap dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Kurva Biaya Tetap
Biaya (Rp)
Biaya tetap (TFC)
Sumber : Sadono Sukirno (2000) Output (unit)
Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa berapa pun besarnya hasil produksi
(output) yang dicapai tidak terpengaruh pada besar kecilnya biaya
2.2.2 Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
peubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas produksi
Biaya (Rp)
Biaya tidak tetap
(TVC)
Out put (unit)
Sumber : Sadono Sukirno (2000)
Gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa tinggi rendahnya biaya tidak tetap
tergantung pada besar kecilnya output yang dihasilkan. Semakin tinggi output
yang dihasilkan semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Dari penjumlahan
biaya tetap dan biaya tidak tetap tersebut selanjutnya akan didapatkan biaya
keseluruhan yang dikeluarkan untuk pembuatan setiap output tertentu, seperti
terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3. Kurva Biaya Tetap, Biaya Tidak tetap dan Biaya Keseluruhan
Biaya (Rp)
Biaya keseluruhan
(TC)
Biaya tidak tetap
(TVC)
Biaya tetap (TFC)
Out put (unit)
Menurut Wikipedia, pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh
perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan atau jasa
kepada pelanggan dimana pendapatan merupakan indikator penting dari
penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut.
Pendapatan diartikan sebagai penghasilan, usaha perolehan dan sebagainya (WJS
Poerwadharminto 1998 : 16). Pendapatan yang diukur adalah merupakan
penerimaan bersih seseorang yang berbentuk uang ataupun barang dalam bentuk
laba. Menurut Safudin Yusuf dan Yuni Maresa (1984 :24), pendapatan diukur
dengan :
b. Gaji atau upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan
pekerjaan untuk orang lain.
c. Pendapatan dari usaha sendiri, merupakan total dari produksi dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Pendapatan kotor (Gross Income) : adalah total penerimaan dari pemakaian
sumber daya dalam proses produksi atau dengan kata lain pendapatan kotor
merupakan nilai semua produksi.
2. Pendapatan bersih (Net Income) : merupakan selisih antara pendapatan kotor
dengan total biaya pendapatan bersih berarti juga sebagai keuntungan dari
usaha sendiri (Tukaji A, 1992).
Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya dalam
2.5 Kebijakan Pengalihan Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg
2.5.1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2005 Tentang Kebijakan Energi Nasional.
Dalam Pasal 2 menyatakan bahwa kebijakan energi nasional bertujuan untuk
mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam
negeri. Salah satunya melalui diversifikasi energi yaitu penganekaragaman
penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi dalam rangka optimasi
penyediaan energi.
2.5.2 Surat Wakil Presiden Republik Indonesia Nomor 20/WP/9/2006 tanggal 1 September 2006 Perihal Konversi Peralihan Minyak Tanah ke Elpiji.
Kebijakan pengalihan minyak tanah ke elpiji bertujuan untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi yaiutu mengatasi keterbatasan stok minyak bumi serta
pengurangan subsidi minyak tanah yang semakin menguras pengeluaran
pemerintah melebihi anggaran penting lainnya. Selain itu program konversi
minyak tanah ke elpiji sangat berguna untuk menghemat subsidi minyak tanah
hingga triliunan rupiah sehingga APBN bisa dialokasikan ke sektor lain.
2.5.3 Surat Menteri Ekonomi Sumber Daya Manusia Nomor 1971/26/MEM.M/2007 tanggal 22 Mei 2007 Perihal Penugasan Pelaksanaan Program Pengalihan Minyak Tanah ke Elpiji.
Pertamina sebagai badan usaha yang ditunjuk sebagai penyedia dan pendistribusi
paket perdana secara gratis yang terdiri dari tabung 3 Kg, kompor gas beserta
peralatan lainnya kepada rumah tangga dan usaha mikro.
Penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 Kg hanya diperuntukkan bagi rumah
tangga dan usaha mikro. Penyediaan dan pendistribusian elpiji 3Kg dilaksanakan
secara bertahap pada daerah tertentu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ketentuan mengenai penetapan daerah tertentu diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 Kg diawali dengan
memberikan secara gratis tabung 3 Kg dan kompor gas beserta peralatan lainnya
kepada rumah tangga dan usaha mikro. Pemberian hanya 1 (satu) kali.
Dalarn rangka penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 Kg, Menteri rnenetapkan
harga patokan dan harga jual eceran elpiji 3 Kg untuk rumah tangga dan usaha
rnikro. Menteri menetapkan harga patokan elpiji 3 Kg setelah rnendapatkan
pertirnbangan Menteri Keuangan. Menteri menetapkan harga jual eceran elpiji 3
Kg didasarkan pada hasil kesepakatan instansi terkait yang dikoordinasikan oleh
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Medan Kota. Pemilihan lokasi ini
didasarkan dengan pertimbangan, bahwa di lokasi tersebut terdapat Persatuan
Pedagang Bakso Sumatera Utara (PPBSU).
3.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Maret - April 2011 di
Kecamatan Medan Kota.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan penelitian
bersifat kuantitatif dan kualitatif. Disamping itu peneliti juga melakukan survey
langsung ke lapangan.
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informasi melalui
wawancara dan hasil-hasil yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh
pemilik usaha mikro (pedagang bakso) di kota Medan. Data yang diperoleh
berupa data: Pendapatan, Produksi, Jumlah Pekerja dan Pemasaran.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak langsung. Data ini diperoleh
dari instansi–instansi yang berkaiatan dengan penelitian ini : Kantor
Persatuan Pedagang Bakso Sumatera Utara (PPBSU), Kantor Kecamatan
Medan Kota, Pertamina.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Jumlah usaha mikro pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota
sebelum dan sesudah konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg.
b. Data Jumlah usaha mikro pedagang bakso terkonversi di Kecamatan Medan
Kota.
3.5 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009: 118). Populasi dalam
penelitian ini adalah usaha pedagang bakso yang beralih dari minyak tanah ke
elpiji 3 Kg.
2. Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro,
Dimana:
Dengan demikian jumlah sampel yang akan diambil sebanyak:
145
3. Tekhnik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
accidental sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kebetulan (Sugiono,1999) dalam arti pedagang bakso yang dijadikan
sampel adalah pedagang bakso yang beralih dari pengguna minyak tanah menjadi
pengguna elpiji 3 Kg yang ditemui secara kebetulan di Kecamatan Medan Kota.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data melalui Metode Observasi yaitu pengumpulan data dengan
obyek penelitian melalui kuisioner dan wawancara serta melalui study literatur
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Agar kuisioner yang disebarkan kepada responden benar-benar dapat mengukur
apa yang ingin diukur maka kuisioner haruslah valid dan andal maka dilakukan uji
validitas dan realibilitas terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuisioner agar data
yang diperoleh dari pengukuran jika diolah tidak memberikan hasil yang
menyesatkan.
Pengujian terhadap hasil kuisioner digunakan analisa-analisa sebagai berikut:
a. Validitas
Validitas data merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrument. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti secara tepat, tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana
data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
(Suharsimi A, 1997 L:145).
Teknik yang digunakan untuk uji validitas adalah tehnik korelasi product moment dari
pearson. Pengujian menggunakan program SPSS versi 14.00 dilakukan dengan cara
mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dalam skor total. Nilai korelasi r
dibandingkan dengan angka kritis dalam table korelasi, untuk menguji koefisien korelasi
ini digunakan taraf signifikan 5%, dan jika r hitung > r table maka pertanyaan tersebut
valid.
Reliabilitas menunjukkan pada suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik
(Suharsimi A, 1997 :154). Uji Realiabilitas ini hanya dilakukan terhadap
butir-butir yang valid diperoleh melalui uji validitas.
Teknik yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah tehnik Alpha-Cronbach.
Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang
diperoleh > 0,60 (Imam Ghozali, 2002, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Semarang:
BadanPenerbit Universitas Dipenogoro, hlm. 133). Uji reliabilitas instrumen menggunakan
pengujian dengan taraf signifikan 5%, jika r alpha > 0,60 maka instrumen tersebut
dinyatakan reliabel. Perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 14.00.
3.7 Metode Analisis Data
Untuk mengetahui perbedaan pendapatan usaha pedagang bakso sebelum dan
sesudah menggunakan elpiji 3 Kg digunakan uji t beda rata-rata dengan rumus
Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami pembahasan dalam
penelitian ini, maka diberikan defenisi sebagai berikut :
1. Konversi berarti perubahan penggunaan bahan bakar dari minyak tanah ke
elpiji 3 Kg oleh pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota.
2. Dampak adalah akibat yang terjadi kepada pedagang bakso pengguna
minyak tanah yang beralih menggunakan elpiji 3 Kg di Kecamatan Medan
Kota.
3. Minyak tanah adalah bahan bakar yang digantikan dengan Elpiji 3 Kg.
4. Elpiji 3 Kg adalah bahan bakar pengganti minyak tanah.
5. Pendapatan usaha adalah keuntungan pedagang bakso di Kecamatan
Medan Kota.
6 Usaha Mikro adalah pedagang bakso pengguna minyak tanah yang beralih
3.8.2 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian pada objek yang akan diteliti, dan agar tidak
mengaburkan topik permasalahan yang akan dibahas nantinya, maka penulis
memberikan batasan ruang lingkup penelitian, pada penelitian ini menetapkan
ruang lingkup penelitian di Kecamatan Medan Kota. Dengan didasarkan pada
konteks pengertian tentang usaha mikro pedagang bakso pengguna minyak tanah
yang beralih ke elpiji 3 Kg (usaha mikro terkonversi).
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan Kota adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,
Sumatera Utara. Kecamatan Medan Kota berbatasan dengan Kecamatan Medan
Maimun di sebelah barat, Kecamatan Medan Denai di timur, Kecamatan Medan
Amplas di selatan, dan Kecamatan Medan Area di utara.
Luasnya adalah 5,27 km² dan kepadatan penduduknya adalah 16.039,85 jiwa/km²
(2001).
Terdiri dari 12 kelurahan yaitu Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Pusat Pasar,
Kelurahan Sei Rengas I, Kelurahan Mesjid, Kelurahan Pandau Hulu I, Kelurahan
Kelurahan Teladan Barat, Kelurahan Sitirejo I, Kelurahan Sudirejo I dan
Kelurahan Sudirejo II.
Gambar 4. Peta Kecamatan Medan Kota
Kec. Medan Area
Kec. Medan
Kota
Kec. Medan
Maimun Kec. Medan Denai
Kec. Medan Amplas
4.1.2 Sektor Ekonomi di Kecamatan Medan Kota
Kegiatan perekonomian di Kecamatan Medan Kota meliputi perdagangan, hotel,
dan restoran yang disusul oleh pengangkutan dan jasa komunikasi, persewaan dan jasa
serta sektor ekonomi lainnya.
Di Kecamatan ini terdapat pusat perdagangan yang terdiri dari 4 pasar tradisional
dan 1 plaza/mall. Pusat pasar yang juga dikenal sebagai pajak central merupakan
pusat perdagangan terbesar di Kecamatan Medan Kota.
Pelayanan umum terdiri dari 21 persil lapangan olah raga, termasuk stadion
teladan yang terkenal sebagai kandang klub sepak bola Indonesia PSMS Medan.
Rumah ibadah sebanyak 155 unit, termasuk Mesjid Raya Medan yang merupakan
mesjid peninggalan Sultan Deli serta 3 unit rumah sakit dan 3 unit Puskesmas
untuk layanan kesehatan.
4.2 Karakteristik Responden atau Pedagang Bakso Pengguna LPG 3 Kg di Kecamatan Medan Kota
Penggunaan LPG 3 Kg oleh pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota dimulai
sejak bulan Agustus tahun 2009. Disini penulis akan membuat karakteristik
pedagang bakso pengguna LPG 3 Kg di Kecamatan Medan Kota berdasarkan data
yang diperoleh dari kuisioner.
Hasil Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa responden atau pedagang Bakso
Pengguna LPG 3 Kg memiliki tingkat pendidikan diantara Sekolah Dasar (SD)
hingga Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan persentase 41% pada Sekolah
Dasar (SD), 37% pada Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) dan 32% pada
Sekolah Menengah Umum (SMU).
Dari segi waktu lamanya usaha berdiri, 48% untuk kecil dari 5 tahun, 15% yang
berada diantara 5 dan 10 tahun, 30% diantara 11 sampai 20 tahun dan 7% untuk
diatas 20 tahun.
Berdasarkan modal awal usaha, jika diurutkan, pedagang bakso mengeluarkan
modal sebesar 1 juta hingga 5 juta rupiah yaitu sebanyak 59%, 5 juta rupiah
sebanyak 30%, antara 250 ribu hingga 1 juta rupiah sebanyak 7% dan dibawah
250 ribu sebanyak 4%.
Tabel 2. Karakteristik Pedagang Bakso Pengguna Elpiji 3 Kg Di Kecamatan Medan Kota
No Karakteristik Frekuensi Persentase
1 Tingkat Pendidikan
a. SD 59 41%
c. SMU 32 22%
d. Diploma/ Sarjana - -
2 Lamanya Usaha Berdiri
a. < 5 Tahun 70 48%
b. 5 s/d 10 Tahun 21 15%
c. 11 sd 20 Tahun 43 30%
d. > 20 Tahun 11 7%
3 Modal Usaha
a. < 5 Rp. 250.000,- 5 4%
b. Rp. 250.000,- s/d Rp. 1.000.000,- 11 7%
c. Rp. 1.000.000,- s/d Rp.5.000.000,- 86 59%
d. > Rp. 5.000.000,- 43 30%
4.3 Pengujian Kualitas Data
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah setiap item pertanyaan pada
kuesioner yang diajukan kepada responden adalah valid, sedangkan uji reliabilitas
digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan instrument kuesioner untuk
menjadi alat pengumpul data. Rangkuman hasil uji validitas dan reliabilitas
sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Uji Validitas
Nomor
Pertanyaan r hitung
Nilai r tabel
( n = 30, α = 5% ) Keterangan Kesimpulan
1 0,681 0,361 r Positif, r hitung > r tabel Valid
2 0,884 0,361 r Positif, r hitung > r tabel Valid
3 0,890 0,361 r Positif, r hitung > r tabel Valid
4 0,883 0,361 r Positif, r hitung > r tabel Valid
5 0,408 0,361 r Positif, r hitung > r tabel Valid
8 0,827 0,361 r Positif, r hitung > r tabel Valid
9 0,244 0,361 r Positif, r hitung < r tabel Tidak Valid
10 0,075 0,361 r Positif, r hitung < r tabel Tidak Valid
Hasil uji validitas seperti yang disajikan pada tabel 3 menunjukkan bahwa tidak
semua item pertanyaan berkolerasi secara signifikan dengan skor totalnya pada
taraf signifikan 0.05 yaitu r hitung > r tabel. Dari 10 item pertanyaan hanya terdapat 7
item pertanyaan yang dapat diikutsertakan dalam uji reliabilitas seperti yang
terlihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Unsur Pertanyaan yang Dianggap Valid
No Klasifikasi Unsur Variabel yang Diamati
Penerimaan
1 Harga bakso mengalami kenaikan setelah menggunakan elpiji 3 Kg
2 Produksi bakso meningkat setelah menggunakan elpiji 3 kg
3 Jumlah bakso terjual lebih banyak sesudah menggunakan elpiji 3 Kg
Biaya
4 Bahan baku yang digunakan lebih banyak jika saat memasak menggunakan kompor gas
5 Elpiji 3 Kg lebih banyak digunakan daripada minyak tanah
6 Biaya perawatan kompor gas lebih mahal daripada kompor minyak tanah
7 Biaya perawatan gerobak sorong dengan kompor gas lebih mahal daripada dengan minyak tanah
Setelah ke 7 unsur tersebut dinyatakan valid, maka dilakukan uji reliabilitas. Hasil
uji reliabilitas terhadap 7 pertanyaan tersebut memperoleh koefisien reliabilitas
demikian dapat disimpulkan bahwa 7 unsur pertanyaan tersebut dinyatakan
reliabel yang artinya 7 unsur pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk
melakukan analisis selanjutnya.
4.4 Perbedaan Jumlah Pendapatan Usaha Pedagang Bakso Sebelum dan Sesudah Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg
Untuk mengetahui perbedaan jumlah pendapatan usaha pedagang bakso sebelum
dan sesudah konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Jumlah Pendapatan Usaha Pedagang Bakso Sebelum dan Sesudah Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg di Kecamatan Medan Kota
Tabel 6. Perhitungan Uji t Perbedaan Dua Rata-Rata
Data X : Pendapatan Sebelum Konversi
X : Pendapatan Sesudah Konversi
No XΌ X XΌ² X² (XΌ - XΌ)² (X - X)²
No XΌ X XΌ² X² (XΌ - XΌ)² (X - X)² 71 121.100 148.517 14.665.210.000 22.057.200.278 6.417.932.544 18.332.167.080 72 66.333 193.500 4.400.111.111 37.442.250.000 18.192.254.722 8.174.510.569 73 76.283 138.283 5.819.146.944 19.122.280.278 15.607.171.755 21.207.999.813 74 76.150 98.400 5.798.822.500 9.682.560.000 15.640.503.844 34.415.073.169 75 83.833 754.333 7.028.027.778 569.018.777.778 13.777.751.388 221.295.290.013 76 724.583 894.583 525.021.006.944 800.279.340.278 273.917.552.555 372.918.256.013 77 477.833 775.667 228.324.694.444 601.658.777.778 76.519.362.055 241.821.668.680 78 225.667 256.167 50.925.444.444 65.621.361.111 598.030.722 769.859.013 79 192.367 196.733 37.004.934.444 38.704.004.444 78.239.922 7.600.294.280 80 242.233 396.733 58.676.987.778 157.397.337.778 1.682.749.788 12.728.427.613 81 21.183 23.733 448.733.611 563.271.111 32.410.320.822 67.693.458.947 82 121.250 168.500 14.701.562.500 28.392.250.000 6.393.921.444 13.320.160.569 83 105.000 149.500 11.025.000.000 22.350.250.000 9.256.748.944 18.066.854.569 84 21.083 48.500 444.506.944 2.352.250.000 32.446.336.555 55.419.280.569 85 76.250 78.500 5.814.062.500 6.162.250.000 15.615.501.444 42.194.500.569 86 421.983 427.483 178.069.933.611 182.742.000.278 48.739.981.622 20.612.440.613 87 83.667 754.167 7.000.111.111 568.767.361.111 13.816.905.388 221.138.511.013 88 724.917 894.652 525.504.173.611 800.402.735.839 274.266.577.888 373.002.491.160 89 477.500 683.167 228.006.250.000 466.716.694.444 76.335.058.944 159.403.490.347 90 225.667 201.167 50.925.444.444 40.468.027.778 598.030.722 6.846.955.680 91 847.300 853.086 717.917.290.000 727.755.235.918 417.429.703.744 323.957.578.687 92 121.333 123.333 14.721.777.778 15.211.111.111 6.380.601.388 25.785.829.347 93 96.050 158.350 9.225.602.500 25.074.722.500 11.059.046.244 15.766.066.969 94 88.750 108.333 7.876.562.500 11.736.111.111 12.647.701.444 30.828.219.347 95 14.900 43.700 222.010.000 1.909.690.000 34.712.161.344 57.702.285.369
Dari perhitungan tabel diatas diperoleh angka sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t perbedaan dua rata-rata
diperoleh nilai thitung sebesar -2,7478 dan nilai ttabel sebesar – 1,968 dengan
tingkat keyakinan 95% dan dengan derajat kebebasan 288. Karena nilai
yang berarti diterima, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan pendapatan usaha pedagang bakso di kecamatan medan kota
setelah menggunakan Elpiji 3 Kg.
tabel hitung t t
4.5 Dampak Ekonomi dari Konversi Minyak ke Elpiji 3 Kg yang Dialami oleh Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Kota.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa terdapat
peningkatan pendapatan pedagang bakso setelah menggunakan Elpiji 3 Kg.
Pendapatan rata-rata yang diperoleh dari 145 sampel pedagang bakso sebelum
menggunakan Elpiji 3 Kg adalah Rp. 201.212,- dan setelah menggunakan Elpiji 3
Kg adalah Rp. 283.913,- maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
peningkatan pendapatan sebesar Rp. 82.701,- atau peningkatan peningkatan
sebesar 41%.
Gambar 5. Pendapatan Rata-rata Pedagang Bakso di Kecamatan Medan Kota
+ 41%
Dengan peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 41%, hal ini menggambarkan
bahwa program konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg memberikan dampak positif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap responden atau usaha
pedagang bakso di Kecamatan Medan Kota yang telah menggunakan elpiji
3 Kg dan setelah dilakukan analisa serta evaluasi, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pendapatan usaha pedagang bakso di Kecamatan
Medan Kota setelah menggunakan elpiji 3 Kg.
2. Terdapat peningkatan pendapatan rata-rata usaha pedagang bakso
sebesar Rp. 82.701,- atau 41% setelah menggunakan elpiji 3 Kg yang
berarti program konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg memberikan
dampak positif terhadap pendapatan pedagang bakso di Kecamatan
Medan Kota.
5.2 Saran
Berdasarkan evaluasi analisis dan hasil penelitian serta kesimpulan yang
telah dirumuskan diatas maka ada perlunya untuk mengajukan saran-saran
yang relevan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang
ditemukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna dan menjadi
masukan atau bahan pertimbangan bagi pihak-pikah terkait. Adapun
1. Untuk usaha pedagang bakso terkonversi disarankan agar tetap
menggunakan elpiji 3 Kg dan tetap mendukung program konversi
yang dilakukan pemerintah.
2. Untuk usaha pedagang bakso terkonversi, dengan adanya peningkatan
pendapatan, diharapkan tetap bertahan dan konsisten pada usahanya
serta dapat memperluas jaringan usaha.
3. Untuk Pertamina sebagai penyedia pasokan elpiji 3 Kg dipasaran, agar
selalu menyediakan dan menjamin ketersediaan pasokan elpiji 3 Kg di
pasaran.
4. Untuk Pemerintah Kota Medan diharapkan tetap memberikan
perhatiannya dan dukungan terhadap pedagang bakso agar tetap
menggunakan elpiji 3 Kg sehingga berujung pada peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Maskur, 2005. Lilitan Masalah Usaha Mikro, Kecil, Menengah
(UMKM) & Kontroversi Kebijakan (Studi Kasus Sumatera Utara). Medan :
BITRA Indonesia
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rieka Cipta
Aroef, Matthias. 1990. Ekonometrika Terapan. Bandung : Tarsito
Azwar, Saifuddin,1997. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Djarwanto, 1997. Statistik Sosial Ekonomi. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Andi. 2007. Pengolahan data statistik dengan SPSS 15.0. Semarang : Wahana Komputer.
Sukirno, Sadono. 1988. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : LPFE-UI.
Sugiyono. 2004. Statistik Nonparametris. Bandung : Alfabeta
Harga Minyak Tanah Nonsubsidi di Medan Rp.8000/Liter. Diakses pada tanggal
17 April 2010 dari http://beritasore.com
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional I GARASI, 2005. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Surabaya
Ketika Masyarakat Beralih dari Minyak Tanah ke Gas. Diakses pada tanggal 12
Pebruari 2010 dari http://analisadaily.com
Peranan Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG. Diakses pada tanggal 30 Maret
Kuisioner Penelitian
Pengantar
Sebelumnya, peneliti mengucapkan terimakasih atas ketersediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi
kuisioner penelitian ini.
Kuisioner ini bertujuan untuk mendapatkan informasi langsung tentang “Dampak Konversi
Minyak Tanah Ke Elpiji 3 Kg Terhadap Pendapatan Usaha Pedagang Bakso di Kota Medan”.
Jawaban Bapak/Ibu/Sdr/i akan digunakan bagi kepentingan penelitian dan kerahasiaannya sangat
terjaga.
1. Petunjuk Pengisian Kuisioner
a. Mohon kuisioner ini diisi oleh Bapak/Ibu/Sdr/I untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada
guna memperlancar penelitian ini.
b. Pada halaman ini, anda cukup memberikan tanda check list ( √ ) pada kolom lembar yang
tersedia, yaitu dengan memilih alternative jawaban yang tersedia.
c. Dengan jawaban yang akan anda isi, artinya anda setuju dengan pernyataan tersebut, sesuai
dengan kenyataan yang ada. Dalam menjawab pertanyaan ini, tidak ada jawaban yang salah. Oleh
sebab itu, usahakanlah agar tidak ada jawaban yang dikosongkan.
2. Karakteristik Responden
Nama Usaha : ………
Lokasi Usaha : ………
Nama Pemilik : ………
Satuan Sebelum Konversi Sesudah Konversi
a. Harga bakso/ porsi Rp.
b. Jumlah bakso diproduksi Porsi
c. Jumlah bakso terjual Porsi
a. Pembelian bahan baku makanan Rp.
a. Bahan bakar memasak (Mitan/ Elpiji) Liter/ Tabung
b. Perawatan kompor Rp.
e. Pembayaran upah pekerja/ orang Rp.
f. Perawatan gerobak/ tempat jualan Rp.
a. Jumlah tenaga kerja Orang
b. Jumlah kompor Unit
DAMPAK PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI 3 KG
Analisa terhadap biaya produksi untuk 1 kali produksi
TERIMAKASIH ATAS BANTUAN DAN KERJASAMANYA Lain-lain
TERHADAP PENDAPATAN USAHA PEDAGANG BAKSO DI KECAMATAN MEDAN KOTA
Uraian Pendapatan:
1 2 3 4 5
SS S TB TS STS
1 Harga bakso mengalami kenaikan setelah menggunakan elpiji 3 Kg 2 Produksi bakso meningkat setelah menggunakan elpiji 3 kg
3 Jumlah bakso terjual lebih banyak sesudah menggunakan elpiji 3 Kg
4 Bahan baku yang digunakan lebih banyak jika saat memasak menggunakan kompor gas 5 Elpiji 3 Kg lebih banyak digunakan daripada minyak tanah
6 Biaya perawatan kompor gas lebih mahal daripada kompor minyak tanah
7 Upah pekerja pengguna kompor gas lebih mahal daripada pengguna minyak tanah
8 Biaya perawatan gerobak sorong dengan kompor gas lebih mahal daripada dengan minyak tanah
9 Jumlah tenaga kerja yg dibutuhkan lebih banyak jika menggunakan elpiji 3 Kg 10 Jumlah kompor yang digunakan lebih banyak jika menggunakan elpiji 3 Kg
Ket:
SS = Sangat Setuju S = Setuju
TB = Tidak Berpendapat TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju Penerimaan
Biaya
Lain‐lain
Hasil Obervasi DAMPAK KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI 3 KG TERHADAP PENDAPATAN USAHA PEDAGANG BAKSO
DI KECAMATAN MEDAN KOTA
REKAPITULASI DATA UNTUK UJI VALIDITAS ( 30 SAMPEL PEDAGANG BAKSO DI KOTA MEDAN)