RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI
KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
MEILISYA DWI ARGA 070301042
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI
KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
SKRIPSI
Oleh:
MEILISYA DWI ARGA 070301042
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR
(Ipomoea batatas L.) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI
KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
SKRIPSI
Oleh:
MEILISYA DWI ARGA 070301042/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Respons pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik
Nama : Meilisya Dwi Arga
NIM : 070301042
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS Ir. Irsal, MP
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ir. T. Sabrina, MAgr. Sc. Ph.D Ketua Departemen Agroekoteknologi
ABSTRAK
MEILISYA DWI ARGA: Respons Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk Organik dan Anorganik, dibimbing oleh HAPSOH dan IRSAL.
Penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) dalam jangka panjang menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak, dan pencemaran lingkungan. Untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah diperlukan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomea batatas L.) terhadap pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik. Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Advokat Raya Dusun I Desa Marendal Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang (+ 25 m dpl), pada bulan Februari- Mei 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu Pupuk Organik 100% (kascing); Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%; Pupuk Organik 50% + Pupuk Anorganik 50%; Pupuk Organik 25% + Pupuk
Anorganik 75%; Pupuk Anorganik 100% dan Pupuk Organik 100% (kascing + 5% Rock Phospat dari kascing). Parameter yang diamati adalah
panjang tanaman, jumlah cabang, diameter batang, jumlah umbi, bobot segar per sampel dan bobot segar per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman 4, 6 dan 8 MST, jumlah cabang 4,6, dan 8 MST, bobot segar per sampel, bobot segar per plot dan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang dan jumlah umbi.
ABSTRACT
MEILISYA DWI ARGA: The Response of Growth and Production of Sweet Potatoes as a Result of Provision Various Dose Combination Organic and Inorganic Fertilizers, guided by HAPSOH and IRSAL.
The usage of inorganic fertilizers (chemical fertilizers) in the long run lead to decreased soil organic matter content, soil structure is damaged, and environmental pollution. To maintain and enhance soil productivity necessary combination of inorganic fertilizers with organic fertilizers precisely. This study aims to determine the growth and production of sweet potato (Ipomea batatas L.) as a result of various doses of organic and inorganic fertilizers. The research was conducted at Jalan Raya Advocates Hamlet I Marendal Village Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang (+ 25 m asl), in February-May 2011 using Random Design Group (RDG) non-factorial is Organic Fertilizer 100% (kascing); Organic fertilizer 75% + Inorganic fertilizers 25%; Organic Fertilisers 50% + Inorganic Fertilizer 50%; Organic fertilizer 25% + Inorganic fertilizers 75%; Inorganic Fertilizer 100% and 100% Organic Fertilizer (kascing + 5% Rock phosphate from kascing). The parameters observed were plant length, number of branches, stem diameter, number of tubers, fresh weight per sample and the fresh weight per plot. The results showed that administration of various doses of organic and inorganic fertilizer significantly influence the length of plants 4, 6 and 8 MST, the number of branches 4,6, and 8 MST, fresh weight per sample, fresh weight per plot and no real effect on stem diameter and number of tubers.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 5 Mei 1989 dari ayah Ali Hasan
Husin dan ibu Nurhayati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Medan dan pada tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi,
Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota HIMADITA
(Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian), sebagai anggota BKM Al-Mukhlisin
dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Bakrie Sumatera
Plantation Tbk. Kisaran Kabupaten Asahan dari bulan Juni sampai Juli 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar Terhadap
Pemberian Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk Organik dan Anorganik”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis (Ali Hasan Husin, SH. dan
Nurhayati Yusuf) yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis
selama ini serta kakak dan adikku tersayang (Nur Shadrina dan Ilham Sara Toga)
atas motivasi dan dukungannya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS. dan Ir. Irsal, MP. selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian,
sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Progran Studi Agronomi Departemen Budidaya
Pertanian dan sahabat-sahabatku (Andi, Fazaria, Roza, Rizki Aulia, Mila, Novi,
Nurul, Dedi Irawan, Anto, Fadli, Nana, Icha Ari, Wulan, Lili, dan Fiqoh), serta
semua rekan mahasiswa stambuk 2007 yang tak dapat disebutkan satu per satu di
sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Anorganik ... 11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian ... 13
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 17
Penaburan Kompos ... 17
Persiapan Bahan Tanam ... 17
Penanaman ... 17
Aplikasi Pupuk Anorganik ... 18
Pemeliharaan ... 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19
Panen ... 19
Pengamatan Parameter ... 19
Panjang Tanaman ... 19
Diameter Batang ... 19
Jumlah Umbi per Sampel ... 19
Bobot Umbi Segar per Sampel... 20
Bobot Umbi Segar per Plot ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21
Pembahasan ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
LAMPIRAN ... 34
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan panjang tanaman ubi jalar (cm) umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 MST pada pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik
dan anorganik……….. 21
2. Rataan jumlah cabang ubi jalar (buah) umur 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 MST pada pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik
dan anorganik……….. 23
3. Rataan diameter batang ubi jalar (cm) pada pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik………... 24
4. Rataan jumlah umbi per sampel ubi jalar (buah) pada pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik……… 25
5. Rataan bobot umbi segar per sampel ubi jalar (g) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik……….. 26
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Histogram rataan panjang tanaman ubi jalar (cm) umur 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik……... 22
2. Histogram rataan jumlah cabang ubi jalar (buah) umur 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik……... 23
3. Histogram rataan diameter batang ubi jalar (cm) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik ………... 24
4. Histogram rataan jumlah umbi per sampel ubi jalar (buah) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik …………... 25
5. Histogram rataan bobot segar per sampel ubi jalar (g) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik………….... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan penelitian……….. 34
2. Deskripsi ubi jalar varietas MSU 03028-10……….... 35
3. Perhitungan dosis pupuk………... 36
4. Analisis tanah………... 38
5. Analisis kascing……….. 39
6. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 2 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 40
7. Sidik ragam panjang tanaman umur 2 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 40
8. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 4 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 40
9. Sidik ragam panjang tanaman umur 4 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 41
10. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 6 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 41
11. Sidik ragam panjang tanaman umur 6 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 41
12. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 8 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 42
13. Sidik ragam panjang tanaman umur 8 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 42
14. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 10 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 42
15. Sidik ragam panjang tanaman umur 10 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 43
16. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 12 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 43
18. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 14 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 44
19. Sidik ragam panjang tanaman umur 14 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 44
20. Data pengamatan jumlah cabang (buah) umur 2 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 44
21.
Sidik ragam jumlah cabang umur 2 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 45
22. Data pengamatan jumlah cabang (buah) umur 4 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 45
23. Sidik ragam jumlah cabang umur 4 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 45
24. Data pengamatan jumlah cabang (buah) umur 6 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 46
25. Sidik ragam jumlah cabang umur 6 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 46
26. Data pengamatan jumlah cabang (buah) umur 8 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 46
27. Sidik ragam jumlah cabang umur 8 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 47
28. Data pengamatan jumlah cabang (buah) umur 10 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 47
29. Sidik ragam jumlah cabang umur 10 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 47
30. Data pengamatan jumlah cabang (buah) umur 12 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 48
31. Sidik ragam jumlah cabang umur 12 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…... 48
32. Data pengamatan jumlah cabang (buah) umur 14 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 48
34. Data pengamatan diameter batang (cm) terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…………... 49
35. Sidik ragam diameter batang terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…………... 49
36. Data pengamatan jumlah umbi per sampel (buah) terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 50
37. Sidik ragam jumlah umbi per sampel terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik………... 50
38. Data pengamatan bobot umbi segar per sampel (g) terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.. 50
39. Sidik ragam bobot umbi segar per sampel terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…………... 51
40. Data pengamatan bobot umbi segar per plot (g) terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik……… 51
41. Sidik ragam bobot umbi segar per plot terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik…………... 51
42. Rangkuman data panjang tanaman (cm), jumlah cabang (buah), diameter batang (cm), jumlah umbi per sampel (buah), bobot umbi segar per sampel (g), bobot umbi segar per sampel (g)……….. 52
ABSTRAK
MEILISYA DWI ARGA: Respons Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk Organik dan Anorganik, dibimbing oleh HAPSOH dan IRSAL.
Penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) dalam jangka panjang menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak, dan pencemaran lingkungan. Untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah diperlukan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi ubi jalar (Ipomea batatas L.) terhadap pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik. Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Advokat Raya Dusun I Desa Marendal Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang (+ 25 m dpl), pada bulan Februari- Mei 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu Pupuk Organik 100% (kascing); Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%; Pupuk Organik 50% + Pupuk Anorganik 50%; Pupuk Organik 25% + Pupuk
Anorganik 75%; Pupuk Anorganik 100% dan Pupuk Organik 100% (kascing + 5% Rock Phospat dari kascing). Parameter yang diamati adalah
panjang tanaman, jumlah cabang, diameter batang, jumlah umbi, bobot segar per sampel dan bobot segar per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman 4, 6 dan 8 MST, jumlah cabang 4,6, dan 8 MST, bobot segar per sampel, bobot segar per plot dan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang dan jumlah umbi.
ABSTRACT
MEILISYA DWI ARGA: The Response of Growth and Production of Sweet Potatoes as a Result of Provision Various Dose Combination Organic and Inorganic Fertilizers, guided by HAPSOH and IRSAL.
The usage of inorganic fertilizers (chemical fertilizers) in the long run lead to decreased soil organic matter content, soil structure is damaged, and environmental pollution. To maintain and enhance soil productivity necessary combination of inorganic fertilizers with organic fertilizers precisely. This study aims to determine the growth and production of sweet potato (Ipomea batatas L.) as a result of various doses of organic and inorganic fertilizers. The research was conducted at Jalan Raya Advocates Hamlet I Marendal Village Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang (+ 25 m asl), in February-May 2011 using Random Design Group (RDG) non-factorial is Organic Fertilizer 100% (kascing); Organic fertilizer 75% + Inorganic fertilizers 25%; Organic Fertilisers 50% + Inorganic Fertilizer 50%; Organic fertilizer 25% + Inorganic fertilizers 75%; Inorganic Fertilizer 100% and 100% Organic Fertilizer (kascing + 5% Rock phosphate from kascing). The parameters observed were plant length, number of branches, stem diameter, number of tubers, fresh weight per sample and the fresh weight per plot. The results showed that administration of various doses of organic and inorganic fertilizer significantly influence the length of plants 4, 6 and 8 MST, the number of branches 4,6, and 8 MST, fresh weight per sample, fresh weight per plot and no real effect on stem diameter and number of tubers.
PENDAHULUAN
Latar BelakangDi Indonesia, status ubi jalar sebagai komoditas pangan belum sebanding
dengan padi atau jagung. Penggunaan ubi jalar sebagai ‘makanan pokok’
sepanjang tahun terbatas dikonsumsi oleh penduduk di Irian Jaya dan Maluku.
Selama ini masyarakat menganggap bahwa ubi jalar merupakan bahan pangan
dalam situasi darurat. Padahal potensi ekonomi dan sosial dari tanaman ubi jalar
cukup tinggi, antar lain sebagai bahan pangan yang efisien pada masa mendatang
dan bahan baku industri. Sentral-sentral produksi tanaman ubi jalar yang paling
luas adalah propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Irian Jaya dan
Nusa Tenggara Timur (Rukmana, 1997).
Produktivitas ubi jalar di Sumatera Utara pada Tahun 2007 rata-rata
sebesar 9,662 ton/ha dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 11,069 ton/ha
(BPS Sumut, 2009), tetapi ini masih lebih rendah dari potensi hasil yang didapat
di Jawa Barat (20 ton/ha), sedangkan ditingkat penelitian, bisa memberikan hasil
25-40 ton/ha (Pusat penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1996). Hal
ini mengindikasikan masih besarnya peluang peningkatan produktivitas ubi jalar
di Sumatera Utara. Beberapa penyebab rendahnya hasil adalah belum
menyebarnya varietas unggul dan belum tepatnya teknologi budidaya seperti
pemupukan.
Kelebihan dari ubi jalar adalah dapat bertahan hidup dalam kondisi yang
kurang baik dan tidak memilih tipe tanah dan memiliki nilai ekonomi yang
penting untuk masa depan. Ubi jalar penting untuk diversifikasi makanan
dari beras 680 kal, gula 219 kal, lemak dan minyak 354 kal, sayuran dan buah
serta biji-bijian 313 kal, ditambah umbi-umbian 210 kal (Simanjuntak, 2006).
Pertanian organik tidak semata-mata pertanian bebas dari pemakaian
bahan kimia tetapi sebuah cara pandang, sikap, dan keyakinan hidup dalam
melihat kesatuan manusia dengan alam. Pertanian organik didefinisikan sebagai
sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu dengan cara mengoptimalkan
kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami (Barus dan Syukri, 2008).
Penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) dalam jangka panjang
menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak, dan
pencemaran lingkungan. Hal ini jika terus berlanjut akan menurunkan kualitas
tanah dan kesehatan lingkungan. Untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas
tanah diperlukan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang tepat
(Isnaini, 2006).
Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan
lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan produktivitas
tanah dan efisiensi penyerapan pupuk. Data Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan (1996) menyatakan bahwa salah satu limbah pertanian yang
jumlahnya cukup besar dan tersebar di Indonesia adalah limbah jerami padi yang
melebihi hasil gabah. Perbandingan antara bobot gabah yang dipanen dengan
jerami pada saat panen padi umumnya 2 : 3. Disamping itu, Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah pertanian lain dari sub sektor
perkebunan yang jumlahnya juga cukup banyak. TKKS ini merupakan limbah dari
buah segar kelapa sawit sebesar 27 % yang rata-rata per tahun nilainya 2,7 juta ton
Banyak varietas ubi jalar, sepeti ubi jalar putih, kuning dan ungu.
Komposisisi zat gizinya hampir sama namun varietas ubi jalar ungu lebih kaya
akan kandungan vitamin A yang mencapai 7.700 mg per 100 g. Ratusan kali lipat
dari kandungan vitamin A bit dan 3 kali lipat dari tomat. Setiap 100 g ubi jalar
ungu mengandung energi 123 kkal, protein 1.8 g, lemak 0.7 g, karbohidrat 27.9 g,
kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, besi 0.7 mg, vitamin A 7.700 SI, vitamin C 22 mg
dan vitamin B1 0.09 mg. Kandungan betakaroten, vitamin E dan vitamin C
bermanfaat sebagai antioksidan pencegah kanker dan beragam penyakit
kardiovaskuler. Ubi juga kaya akan karbohidrat dan energi yang mampu
mengembalikan tenaga. Kandungan serat dan pektin di dalam ubi jalar sangat baik
untuk mencegah ganguan pencernaan seperti wasir, sembelit hingga kanker kolon.
(Sutomo, 2007).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk:
membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar yang diberi kombinasi
pupuk organik dan anorganik dan mendapatkan kombinasi dosis pupuk organik
dan pupuk anorganik yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi
jalar.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan
dan produksi ubi jalar terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk
organik dan anorganik.
Hipotesa Penelitian
Diduga ada perbedaan yang nyata pada pertumbuhan dan produksi ubi
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini juga diharapkan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani TanamanPara ahli taksonomi menggolongkan tanaman ubi jalar sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Species : Ipomea batatas L.
(Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar adalah tanaman dikotil termasuk keluarga
convolvulaceae yang memiliki dua tipe akar, yaitu akar penyerap hara disebut
akar sejati dan akar penyimpan energi hasil fotosintesis yang disebut umbi. Akar
serabut dapat tumbuh di kedua sisi tiap ruas pada bagian batang yang
bersinggungan dengan tanah (Sarwono, 2005).
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di hara dalam tanah dan
akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) Akar penyerap hara berfungsi
untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung
berfungsi sebagai tempat untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan
terbentuk umbi. Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar
15 persen dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar
lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih
Ubi jalar berbatang lunak, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah
bergabus, batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang ruas antara 1-3 cm dan setiap
ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam
tergantung varietasnya, yakni berkisar 2-3 meter untuk varietas ubi jalar merambat
dan 1-2 meter untuk varietas ubi jalar tidak merambat (Juanda dan Cahyono,
2000).
Daun ubi jalar berbentuk bulat, menyerupai jantung (hati) atau seperti jari
tangan, tertopang tangkai yang tegak. Tipe daun bervariasi antara rata, berlekuk
dangkal dan menjari, ujung daun runcing atau tumpul. Warna daun bervariasi dari
hijau tua sampai hijau kekuningan, warna tangkai daun dan tulang daun antara
hijau sampai ungu, sesuai warna batangnya (Sarwono, 2005).
Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kira-kira 3 minggu setelah tanam
biasanya sudah membentuk umbi. Bentuk umbi biasanya bulat sampai lonjong
dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit umbi berwarna putih, kuning,
ungu atau ungu kemerah-merahan tergantung jenisnya. Struktur kulit umbi
bervariasi antara tipis sampai dengan tebal, dan biasanya bergetah, daging umbi
berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu (Rukmana, 1997).
Buah pada tanaman ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah
terjadi penyerbukan. Satu bulan setelah terjadi penyerbukan, buah ubi jalar sudah
masak. Di dalam buah banyak berisi biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki
kulit yang keras. Biji-biji tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman
secara generatif untuk menghasilkan varietas ubi jalar yang baru
Mahkota bunga menyatu berbentuk terompet, berdiameter 3-4 cm,
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
ungu, menyerupai warna bunga ‘mekar pagi’. Biji terbentuk dalam kapsul,
sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras,
dan biasanya membutuhkan pengausan (skarifikasi) untuk membantu
perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1996).
Waktu yang diperlukan mulai dari bibit ubi jalar ditanam sampai dipanen
adalah sekitar 100-150 hari tergantung jenis ubi jalar dan keadaan lingkungan
tumbuhnya (Suparman, 2007).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman ubi jalar cocok dibudidayakan di daerah yang memiliki suhu
yang tinggi pada siang maupun malam hari, umumnya intensitas cahaya tinggi
dan hari panjang yang mendukung pertumbuhan tajuk (Rubatzky dan Yamaguchi,
1996).
Daerah yang paling ideal untuk mengembangkan ubi jalar adalah daerah
bersuhu antara 21o-27oC, yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari,
berkelembaban udara (RH) 50%-60%, dengan curah hujan 750 mm-1500 mm
pertahun. Pertumbuhan dan produksi optimal untuk usaha ubi jalar pada musim
kering (kemarau) (Rukmana, 1997).
Tanah
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek
atau berdrainase buruk akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun
tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yamg optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7.
Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono,
2005).
Sifat fisik tanah yang baik mempengaruh peningkatan peredaran oksigen,
oksigen yang tersedia di dalam tanah mendukung aktivitas mikroorganisme
didalam tanah. Sifat fisika tanah yang gembur memudahkan perakaran tanaman
berkembang dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman pun menjadi baik pula.
Tanaman ubi jalar yang tumbuh dengan baik akan menghasilkan umbi yang
banyak, bentuknya bagus dan permukaan umbi yang rata
(Juanda dan Cahyono, 2000).
Ubi jalar menyukai tanah liat berpasir remah yang berdrainase baik,
dengan aerase yang memadai. Pemadatan tanah berpengaruh buruk terhadap
bentuk dan ukuran umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1996).
Ubi jalar dapat ditanam ditegalan atau sawah. Penyiapan lahan ditujukan
untuk menciptakan media tumbuh yang gembur dan subur. Tanah diolah dan
dibuat guludan dengan lebar 40-60 cm dan tinggi 25-30 cm. Jarak antar guludan
80-100 cm. Pada tanah berat(berlempung) untuk membuat guludan yang gembur
perlu ditambah 10 ton bahan organik/ha (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sulawesi Selatan, 2010).
Pupuk Organik
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,
sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), dan
limbah industri yang menggunakan bahan pertanian. Kompos merupakan produk
aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau
maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah
bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh
pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman kacang-kacangan (Legum), dan tanaman
paku air Azolla. Pupuk hijau memiliki kemampuan mengikat N udara dengan
bantuan bakteri penambat N menyebabkan kadar N dalam tanaman relatif tinggi
sehingga dapat kibatnya pupuk hijau dapat diberikan dekat waktu penanaman
tanpa harus mengalami proses pengomposan lebih dulu sebagaimana sisa-sisa
tanaman pada umumnya. (Maimun, 2009).
Hasil panen sebanyak 5 ton padi (gabah) akan menyerap dari dalam tanah
sebanyak 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S. Hampir semua unsur K dan sepertiga
N,P dan S tinggal dalam jerami padi. Dengan demikian jerami padi merupakan
sumber hara makro yang baik. Di samping itu, 5 ton padi mengandung 2 ton
karbon, dan di tanah sawah secara tidak langsung merupakan sumber N. faktor
lain yang menguntungkan dari penggunaan jerami sebagai sumber pupuk organik
adalah tersedia langsung di lahan usaha tani, yang bervariasi dari
2-10 ton/ha/musim, dan sekaligus mengurangi masalah limbah (Sutanto, 2002).
Secara tidak langsung jerami juga mengandung senyawa N dan C yang
berfungsi sebagai substrat metabolism mikrobia tanah, termasuk gula, pati,
selulose, hemiselulose, pectin, lignin, lemak dan protein. Senyawa tersebut
menduduki 40% (sebagai C) berat kering jerami. Pembenaman jerami ke dalam
lapisan olah tanah sawah akan mendorongatan bakteri pengikat N yang
heterotropik dan fototropik (Matsuguchi, 1979).
bahan organik (seperti sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah), air hujan
atau air irigasi. Tetapi suplay tanah tersebut umumnya tidak cukup untuk
menghasilkan produksi yang tinggi. Karena itu, penggunaan pupuk mutlak
diperlukan untuk menambah unsur hara yang kurang didalam tanah agar
kebutuhan tanaman terpenuhi. Setiap jenis tanah memiliki dinamika hara yang
khas. Misalnya kandungan haranya berbeda-beda sehingga jumlah pupuk yang
diperlukan juga berbeda (Idaryani dan Muhammad, 2003).
Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer
menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan
ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi
tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau
sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding
dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan
organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro
(N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe,
meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik (1) dapat
mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah
diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2)
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk
senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan
Mn (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Keunggulan dari penggunaan pupuk organik dan anorganik secara
seimbang sudah lama dipahami dan telah dilaksanakan dalam praktek pertanian.
a) menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama
periode pertumbuhan tanaman; b) menyediakan semua unsur hara dalam jumlah
yang seimbang dengan demikian akan memperbaiki persentase penyerapan hara
oleh tanaman yang ditambahkan dalam bentuk pupuk; c) mencegah kehilangan
hara karena bahan organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi;
d) membantu dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah pada aras
tertentu sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah dan
status kesuburan tanah; e) residu bahan organik akan berpengaruh baik pada
pertanaman berikutnya maupun dalam mempertahankan produktivitas tanah;
f) lebih ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang lebih jauh karena setiap unit
volume banyak mengandung nitrogen, fosfat dan kalium serta mengandung hara
tanaman yang lebih banyak; g) membantu dalam mempertahankan keseimbangan
ekologi tanah sehingga kesehatan tanah dan kesehatan tanaman dapat lebih baik
(Sutanto, 2002).
Pupuk organis mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk
menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad
renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat
meningkatkan kesuburan tanah pula. Kadar mineralnya memang rendah dan
masih memerlukan pelapukan terlebih dahulu sebelum dapat diserap oleh
tanaman. 1 hektar tanah pertanian diberi pupuk organik (kotoran ternak ayam)
sebanyak 1.000 kg, ini berarti telah terkandnung 40 kg N, 32 kg P2O5 dan 19 kg
K2O. Kadar unsur hara mana sama dengan nilai 2 kuintal ZA, ± 2/3 kuintal
Tripelfosfat dan 1/3 kuintal ZA (Sutejo, 2002).
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk NH+4 dan NO-3. Sumber N
berasal dari pelapukan bahan organis, dan udara melalui fiksasi N oleh
mikroorganisme sumber lain dari Nitrogen di dalam tanah melalui penambahan
pupuk buatan seperti urea dan ZA (Hasibuan, 2004).
Nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk
pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
Nitrogen, ditinjau dari berbagai sudut, mempunyai pengaruh positif sebagai
berikut:
a. Besar pengaruhnya dalam menaikkan potensi pada pembentukan
daun-daunan ranting
b. Mempunyai pengaruh positif terhadap kadar protein pada rumput dan
tanaman makanan ternak lainnya.
c. Pada berbagai tanaman gandum menaikkan kadar protein pada butir
gandum untuk hal ini berarti kenaikkan nilai volume.
(Rinsema, 1993).
Kalium merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
penghasil karbohidrat terutama tanaman ubi jalar. Sumber hara kalium dalam
bentuk pupuk antara lain yaitu pupuk KCl dan ZK; dalam bentuk sisa pembakaran
tanaman, misalnya abu jerami. Dan hasil penelitian diketahui untuk pemupukan
tanaman ubi jalar pada umumnya pupuk KCl yang digunakan sebagai sumber hara
kalium, sedangkan pemakaian abu jerami padi belum diketemukan. Abu jerami
padi merupakan pupuk organik yang secara alamiah mudah mendapatkannya
usaha membakar jerami padi yang telah kering (selesai panen) unsur hara kalium
yang diperlukan oleh tanaman ubi jalar sudah dapat disediakan. Hasil penelitian
yang dilakukan di Lab. Tanah Fakultas Pertanian Unand, ternyata abu jerami padi
mengandung unsur hara kalium dengan kadar 1,85%; di samping itu juga terdapat
unsur hara lainnya yang diperlukan tanaman seperti N dan P (Djalil, dkk, 2004).
Unsur K diserap dalam bentuk hampir pada semua proses metabolisme
tanaman, mulai dari proses penyerapan air, transpirasi, fotosintesis, respirasi,
sintesa enzim dan aktifitas enzim. Esensi unsur K adalah sebagai berikut:
1. K merupakan elemen yang higrokopis (mudah menyerap air) ini menyebabkan
air banyak diserap didalam stomata, tekanan osmotik naik, stomata membuka
sehingga gas CO2 dapat masuk untuk proses fotosintesis.
2. K berperan sebagai aktifitas untuk semua kerja enzim terutama pada sintesa
protein.
(http://www.tanindo.com, 2009).
Sebagai tanaman penghasil pati, ubi jalar membutuhkan tanah dengan BO
yang tinggi dan K dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan
tanaman lain pada umumnya karena unsur K sangat berperan dalam pembesaran
umbi. Kalium sangat penting untuk produksi dan translokasi karbohidrat serta
protein. Unsur ini erat kaitannya dengan pembentukan gula, pati, selulosa dan
protein dalam tanaman, namun K tidak terdapat dalam bahan tersebut. Jumlah K
yang diserap tanaman tergantung pada jenis dan besarnya produksi tanaman.
Tanaman berumbi membutuhkan unsur K lebih banyak dibandingkan unsur lain
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan di Jalan Advokat Raya Dusun I Desa Marendal
Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang dengan ketinggian + 25 meter di atas
permukaan laut. Penelitian di mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei
2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek pucuk ubi jalar
varietas MSU 03028-10, pupuk organik kascing (yang terdiri dari jerami padi,
tandan kosong kelapa sawit, dan rumput), pupuk anorganik Urea dan KCl, serbuk
biji mimba (SBM) (Azadirachta indica), Rock Phospat dan air.
Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, timbangan, pacak sampel,
plang penelitian, meteran, plastik, amplop coklat, kalkulator, spidol, gunting, dan
alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial
dengan 1 faktor perlakuan, yaitu:
Faktor : Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik dengan 6 taraf, yaitu:
P1 : Pupuk Organik 100% (kascing)
P2 : Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%
P3 : Pupuk Organik 50% + Pupuk Anorganik 50%
P4 : Pupuk Organik 25% + Pupuk Anorganik 75%
P5 : Pupuk Anorganik 100%
Pupuk Organik 100%)
Sehingga diperoleh perlakuan sebagai berikut:
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jumlah Ulangan : 4 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Ukuran guludan : 250 cm x 70 cm x 40 cm
Jarak antar guludan : 30 cm
Jarak tanam : 100 cm x 25 cm
Jumlah tanaman/guludan : 10 tanaman
Jumlah sampel/plot : 3 tanaman
Jumlah total tanaman sampel : 72 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 240 tanaman
Model Analisis
Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model
linier sebagai berikut:
Yij = µ + ρi + τj + Eij
i=1,2,3,4 j= 1,2,3,4,5,6
Yij = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi perlakuan pupuk organic
dan anorganik pada taraf ke-j
µ = Rataan atau nilai tengah ρi = Pengaruh blok ke-i
τj = Pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik pada taraf ke-j
Eij = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk organik
Uji lanjutan yang digunakan dalam menentukan notasi bagi perlakuan
yang berpengaruh nyata terhadap parameter yang diambil adalah uji Jarak
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan di Jalan Advokat Raya Dusun I Desa Marendal
Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang dengan ketinggian + 25 meter di atas
permukaan laut. Penelitian di mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei
2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek pucuk ubi jalar
varietas MSU 03028-10, pupuk organik kascing (yang terdiri dari jerami padi,
tandan kosong kelapa sawit, dan rumput), pupuk anorganik Urea dan KCl, serbuk
biji mimba (SBM) (Azadirachta indica), Rock Phospat dan air.
Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, timbangan, pacak sampel,
plang penelitian, meteran, plastik, amplop coklat, kalkulator, spidol, gunting, dan
alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial
dengan 1 faktor perlakuan, yaitu:
Faktor : Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik dengan 6 taraf, yaitu:
P1 : Pupuk Organik 100% (kascing)
P2 : Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%
P3 : Pupuk Organik 50% + Pupuk Anorganik 50%
P4 : Pupuk Organik 25% + Pupuk Anorganik 75%
P5 : Pupuk Anorganik 100%
Pupuk Organik 100%)
Sehingga diperoleh perlakuan sebagai berikut:
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Jumlah Ulangan : 4 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Ukuran guludan : 250 cm x 70 cm x 40 cm
Jarak antar guludan : 30 cm
Jarak tanam : 100 cm x 25 cm
Jumlah tanaman/guludan : 10 tanaman
Jumlah sampel/plot : 3 tanaman
Jumlah total tanaman sampel : 72 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 240 tanaman
Model Analisis
Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model
linier sebagai berikut:
Yij = µ + ρi + τj + Eij
i=1,2,3,4 j= 1,2,3,4,5,6
Yij = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi perlakuan pupuk organic
dan anorganik pada taraf ke-j
µ = Rataan atau nilai tengah ρi = Pengaruh blok ke-i
τj = Pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik pada taraf ke-j
Eij = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk organik
Uji lanjutan yang digunakan dalam menentukan notasi bagi perlakuan
yang berpengaruh nyata terhadap parameter yang diambil adalah uji Jarak
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan LahanLahan dibersihkan dari rumput-rumputan liar (gulma), kemudian tanah
diolah dengan cangkul dan bajak hingga gembur sambil membenamkan
rumput-rumput liar. Tanah dibiarkan kering angin selama 1 minggu. Selanjutnya tanah
yang sudah gembur dibuat guludan-guludan dengan panjang 250 cm, lebar 70 cm,
tinggi 40 cm dan jarak antar guludan 100 cm sebanyak 24 plot percobaan
(Lampiran 1).
Penaburan Kompos
Seminggu sebelum tanam, kompos ditaburkan dan dicampur pada petakan
penelitian sesuai dengan perlakuan. Masa inkubasi kompos selama 1 minggu
dimaksudkan agar kandungan hara pada kompos telah tersedia pada tanah.
Persiapan Bahan Tanam
Pengambilan stek dilakukan pada pagi hari yaitu pada kandungan air
maksimum agar tidak layu saat disimpan sebelum penanaman. Panjang stek
batang adalah 20-25 cm dengan sekitar 4-6 buku.
Penanaman
Guludan yang sudah disiapkan untuk penanaman dibuat lubang sedalam
10 cm dengan jarak tanam dalam barisan 25 cm dan jarak tanam antar barisan
100 cm. Jumlah bibit satu stek per lubang. Bibit ditanam ½ bagian dari stek pucuk
yang telah disediakan kemudian tanah dipadatkan dekat dengan pangkal stek.
Penanaman dianjurkan pada sore hari atau setelah matahari condong ke barat
Aplikasi pupuk anorganik
Aplikasi pupuk anorganik Urea dan KCl dilakukan pada saat tanaman
berumur 45 hst dengan dosis sesuai perlakuan (lampiran 3). Pupuk anorganik
diberikan pada lubang yang letaknya 7 cm dari tanaman.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 hari sekali sampai tanaman berumur 2 bulan,
setelah lebih dari 2 bulan, dilakukan penyiraman seminggu sekali. Penyiraman
dilakukan pagi hari. Apabila hari hujan, tidak dilakukan penyiraman sampai
permukaan tanah nampak kering.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam
(HST).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang ada di
pertanaman, dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam (BST).
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dua kali yaitu pada umur 3 dan 9 minggu setelah
tanam (MST).
Pembalikan batang
Pembalikan batang dilakukan mulai pada umur 1 BST. Pembalikan batang
dilakukan dua minggu sekali bersamaan dengan penyiangan gulma. Pembalikan
batang atau pengangkatan batang ini bertujuan untuk menghindari pembentukan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk pengendalian hama dan penyakit digunakan serbuk biji mimba
(SBM) (Azadirachta indica) dengan dosis 15 g SBM/L air yang direndam selama
24 jam. Aplikasi SBM disesuaikan dengan kondisi di lahan pertanaman.
Panen
Pemanenan dilakukan ketika tanaman berumur 4 bulan setelah tanam dan
ubi-binya sudah tua (matang fisiologis). Pemanenan dilakukan dengan cara
menggali guludan dengan cangkul, lalu umbi ubi jalar dibersihkan dari tanah yang
menempel.
Pengamatan Parameter Panjang tanaman
Tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh terpanjang
dalam kondisi tanaman diluruskan. Pengukuran panjang batang ini dilakukan pada
umur 2 MST sampai dengan 14 MST dengan interval 2 minggu.
Jumlah Cabang
Dihitung sebagai cabang bila telah keluar sedikitnya dua helai daun
membuka sempurna. Jumlah cabang dihitung pada 2 MST sampai dengan 14
MST dengan interval 2 minggu.
Diameter Batang
Diukur di ruas pertama yang dekat dengan pangkal batang dengan
menggunakan jangka sorong pada saat panen.
Jumlah Umbi Per Sampel
Jumlah umbi dihitung dengan cara mengamati berapa banyak umbi yang
yang terbentuk pada akar batang utama (setiap akar yang sudah membentuk umbi)
dan umbi yang terbentuk pada batang yang menjalar.
Bobot umbi segar per sampel
Dihitung sekali saat panen berdasarkan bobot segar umbi tiap sampel.
Bobot umbi segar per plot
HASIL DAN PEMBAHASAN
HasilHasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk
organik dan anorganik menghasilkan pengaruh nyata pada parameter panjang
tanaman 4, 6 dan 8 MST, jumlah cabang 4, 6 dan 8 MST, bobot umbi per sampel,
bobot umbi per plot. Tetapi tidak berpengaruh nyata pada parameter diameter
tanaman dan jumlah umbi per sampel.
Panjang Tanaman
Data hasil pengamatan dan analisis sidik ragam rataan panjang tanaman
dapat dilihat pada Lampiran 6-19, memperlihatkan bahwa pemberian berbagai
dosis pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata pada parameter panjang
tanaman 4, 6, dan 8 MST tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 10,12, dan
14 MST dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan panjang tanaman ubi jalar (cm) umur 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Panjang Tanaman (cm)
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 14 MST P1 29,833 88,667abc 136,917abcd 153,667abc 164,250 174,167 181,250 P2 30,167 112,333a 164,083a 188,500a 200,750 212,250 216,667 P3 27,250 69,083d 108,750e 124,583c 143,750 153,333 156,667 P4 29,750 96,917abc 149,750abc 163,083abc 175,917 189,000 192,167 P5 29,667 99,167abc 119,583cd 138,833bc 153,000 163,333 165,667 P6 29,917 110,833ab 162,750ab 179,167ab 189,750 199,667 201,833
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada rataan panjang tanaman 14 MST,
menghasilkan tanaman terpanjang pada perlakuan P2 (Pupuk Organik 75%
+ Pupuk Anorganik 25%) yaitu 216,667 cm dan terpendek pada P3 (Pupuk
Gambar 1. Histogram rataan panjang tanaman ubi jalar (cm) umur 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Jumlah Cabang
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam rataan jumlah cabang dapat
dilihat pada Lampiran 20-33, memperlihatkan bahwa pemberian berbagai dosis
pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang 4,
6, dan 8 MST tetapi berpengaruh tidak nyata 10, 12 dan 14 MST dapat di lihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah cabang ubi jalar (buah) umur 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Jumlah Cabang (buah)
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST 14 MST P1 1,083 1,583abc 1,750abc 1,917b 2,250 2,417 2,667
P2 1,417 1,750a 2,000a 2,333a 2,417 2,667 2,917
P3 0,917 1,083bc 1,250d 1,917b 2,167 2,333 2,750
P4 1,000 1,167c 1,667abcd 1,833b 1,917 2,167 2,500
P5 1,250 1,417abc 1,583abcd 1,750b 2,000 2,250 2,583
P6 1,167 1,667ab 1,833a 2,083ab 2,250 2,500 2,833
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada rataan jumlah cabang 14 MST,
Anorganik 25%) yaitu 2,917 buah dan terpendek pada P4 (Pupuk Organik 25% +
Pupuk Anorganik 75%) yaitu 2,500 buah.
Gambar 2. Histogram rataan jumlah cabang ubi jalar (buah) umur 14 MST pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Diameter Batang
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam rataan diameter batang dapat
dilihat pada Lampiran 34-35, memperlihatkan bahwa pemberian berbagai dosis
pupuk organik dan anorganik menghasilkan tidak berpengaruh nyata pada
parameter diameter batang dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan diameter batang ubi jalar (cm) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Rataan
P1 (Pupuk Organik 100% (kascing)) 1,100
P2 (P. Organik 75% + P. Anorganik 25%) 1,017
P3 (P. Organik 50% + P. Anorganik 50%) 0,958
P4 (P. Organik 25% + P. Anorganik 75%) 1,033
P5 (P. Anorganik 100 %) 0,983
P6 (P. Organik 100% (kascing + 5% Rock Phospat dari kascing)) 0,950
Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada rataan diameter batang, P1 (Pupuk
Organik 100% (kascing)) menghasilkan batang terbesar yaitu 1,100 cm dan
terkecil pada P6 (Pupuk Organik 100% (kascing + 5% Rock Phospat dari
Gambar 3. Histogram rataan diameter batang ubi jalar (cm) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Jumlah Umbi per Sampel
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam rataan jumlah umbi per sampel
dapat dilihat pada Lampiran 36-37, memperlihatkan bahwa pemberian berbagai
dosis pupuk organik dan anorganik menghasilkan tidak berpengaruh nyata pada
parameter jumlah umbi per sampel dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah umbi ubi jalar per sampel (buah) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Rataan
P1 (Pupuk Organik 100% (kascing)) 6,333
P2 (P. Organik 75% + P. Anorganik 25%) 5,667
P3 (P. Organik 50% + P. Anorganik 50%) 6,000
P4 (P. Organik 25% + P. Anorganik 75%) 5,750
P5 (P. Anorganik 100 %) 6,167
P6 (P. Organik 100% (kascing + 5% Rock Phospat dari kascing)) 6,083
Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada rataan jumlah umbi per sampel, P1
(Pupuk Organik 100% (kascing)) menghasilkan umbi terbanyak yaitu 6,333 buah
Gambar 4. Histogram rataan jumlah umbi per sampel ubi jalar (buah) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Bobot Umbi Segar per Sampel
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam rataan bobot umbi segar per
sampel dapat dilihat pada Lampiran 38-39, memperlihatkan bahwa pemberian
berbagai dosis pupuk organik dan anorganik menghasilkan pengaruh nyata pada
parameter bobot umbi segar per sampel dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot umbi segar ubi jalar per sampel (g) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Rataan
P1 (Pupuk Organik 100% (kascing)) 618,333bc
P2 (P. Organik 75% + P. Anorganik 25%) 833,333a P3 (P. Organik 50% + P. Anorganik 50%) 663,333b P4 (P. Organik 25% + P. Anorganik 75%) 749,167ab
P5 (P. Anorganik 100 %) 672,500bc
P6 (P. Organik 100% (kascing + 5% Rock Phospat dari kascing)) 535,833bc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf = 0,05
Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada rataan bobot umbi segar per sampel, P2
(P. Organik 75% + P. Anorganik 25%) menghasilkan bobot umbi segar terbanyak
yaitu 833,333 g dan terkecil pada P6 (P. Organik 100% (kascing + 5% Rock
Gambar 5. Histogram rataan bobot umbi segar per sampel ubi jalar (g) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Bobot Umbi Segar per Plot
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam rataan bobot umbi segar per
plot dapat dilihat pada Lampiran 40-41, memperlihatkan bahwa pemberian
berbagai dosis pupuk organik dan anorganik menghasilkan pengaruh nyata pada
parameter bobot umbi segar per plot dapat di lihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot umbi segar ubi jalar per plot (g) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Perlakuan Rataan
P1 (Pupuk Organik 100% (kascing)) 4855,000 a
P2 (P. Organik 75% + P. Anorganik 25%) 5180,000 a P3 (P. Organik 50% + P. Anorganik 50%) 3950,000 b P4 (P. Organik 25% + P. Anorganik 75%) 4492,500 a
P5 (P. Anorganik 100 %) 4867,500 a
P6 (P. Organik 100% (kascing + 5% Rock Phospat dari kascing)) 4952,500 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf = 0,05
Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada rataan bobot umbi segar per sampel,
P2 (P. Organik 75% + P. Anorganik 25%) menghasilkan bobot umbi segar
terbanyak yaitu 5180,000 g dan terkecil pada P5 (P. Anorganik 100% yaitu
Gambar 6. Histogram rataan bobot umbi segar per plot ubi jalar (g) pada pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik
Pembahasan
Pembahasan
Analisis secara statistik menunjukkan bahwa aplikasi pemberian berbagai
dosis pupuk organik dan anorganik menunjukkan pengaruh nyata terhadap
panjang tanaman 4, 6, dan 8 MST, jumlah cabang 4, 6 dan 8 MST, bobot umbi
segar per sampel dan bobot umbi segar per plot. Tetapi tidak berpengaruh nyata
pada parameter panjang tanaman 10, 12, dan 14 MST, jumlah cabang 10, 12,
dan 14 MST, diameter tanaman dan jumlah umbi per sampel.
Dari analisis sidik ragam (Lampiran 6-13) dapat dilihat bahwa pemberian
berbagai dosis pupuk organik dan anorganik pada perlakuan P2 (Pupuk Organik
75% + Pupuk Anorganik 25%) menunjukkan panjang tanaman pada 4, 6, dan 8
MST yang paling panjang (112,333; 164,083 dan 188,500 cm, Tabel 1)
dibandingkan panjang tanaman pada perlakuan lainnya. Ini menunjukkan bahwa
tanaman pada perlakuan P2 (Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%) pada
umur 4, 6, dan 8 MST dapat menyerap unsur hara yang telah disediakan di dalam
pupuk organik dan anorganik tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Sutanto
anorganik adalah menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang
dengan demikian akan memperbaiki persentase penyerapan hara oleh tanaman
yang ditambahkan dalam bentuk pupuk.
Pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik pada perlakuan
P2 (Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%) menunjukkan jumlah cabang
pada 4, 6 dan 8 MST yang paling banyak (1,750; 2,000 dan 2,333 buah, Tabel 2).
Ini dikarenakan tanaman mampu menyerap unsur yang sangat penting pada fase
pertumbuhan, yaitu Nitrogen dari tanah (Lampiran 5) maupun dari pupuk yang
diaplikasikan dengan baik, walaupun jumlah pupuk anorganik lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah pupuk organik (Lampiran 4 dan 6). Rinsema (2003)
menyatakan bahwa nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat
penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai persenyawaan
organik lainnya.
Pada tanaman perlakuan P2 (Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik
25%) yang berumur 10, 12, dan 14 MST tidak berpengaruh nyata pada parameter
panjang tanaman dan jumlah cabang. Ini dikarenakan pada umur tersebut tanaman
memasuki fase generatif dimana pertumbuhan tanaman (panjang tanaman dan
jumlah cabang) menjadi berkurang/menurun, sehingga bahan organik yang tinggi
dan unsur K yang terdapat pada pupuk diserap tanaman dan ditranslokasikan ke
umbi untuk pembesaran umbi. Fitter dan Hay (1991) menyatakan Sebagai
tanaman penghasil pati, ubi jalar membutuhkan tanah dengan BO yang tinggi dan
K dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan tanaman lain pada
Pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik pada perlakuan
P2 (Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%) menunjukkan bobot umbi per
sampel yang paling banyak (787,500 g, Tabel 5) dibandingkan bobot umbi per
sampel tanaman lainnya. Hal ini dikarenakan dosis pupuk organik dan anorganik
tersebut seimbang sehingga tanaman dapat menggunakan unsur K dari tanah
(Lampiran 5) maupun dari pupuk yang diaplikasikan dengan baik, walaupun
jumlah pupuk anorganik lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pupuk organik
(Lampiran 4 dan 6) dalam masa pengisian umbi. Djalil, dkk (2004) menyatakan
bahwa kalium merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
penghasil karbohidrat terutama tanaman ubi jalar.
Pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik pada perlakuan
P2 (Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%) menunjukkan bobot umbi per
plot yang paling banyak (5180,000 g, Tabel 6) pada jarak tanam 250 cm x 70 cm,
jika dikonversikan ke Ha, maka di dapat 29,6 ton/ha. Perlakuan ini memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pada deskripsi (27,0 ton/ha,
Lampiran 2). Hal ini dikarenakan kombinasi pupuk tersebut tepat dan seimbang
sehingga tanaman dapat menghasilkan produksi umbi lebih banyak dibandingkan
dengan produksi umbi di deskripsi. Sutanto (2002) menyatakan
keunggulan-keunggulan penggunaan pupuk organik dan anorganik secara seimbang, yaitu:
menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama
periode pertumbuhan tanaman; menyediakan semua unsur hara dalam jumlah
yang seimbang dengan demikian akan memperbaiki persentase penyerapan hara
oleh tanaman yang ditambahkan dalam bentuk pupuk; membantu dalam
mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah dan status kesuburan
tanah.
Pemberian berbagai dosis pupuk organik dan anorganik pada perlakuan
P2 (Pupuk Organik 75% + Pupuk Anorganik 25%) menunjukkan pertumbuhan
dan produksi yang selaras. Dari penelitian diperoleh pertumbuhan (meliputi
panjang tanaman, jumlah cabang, diameter batang, dan jumlah umbi) pada
perlakuan tersebut paling tinggi (Tabel 1, 2, 3 dan 4) dibandingkan dengan
tanaman pada perlakuan lainnya, begitu juga dengan produksi umbi yang di
peroleh (meliputi bobot umbi/tanaman sampel dan bobot umbi/plot) menghasilkan
produksi umbi paling banyak (Tabel 5 dan 6) dibandingkan dengan tanaman pada
perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan bahan organik yang terdapat dalam pupuk
organik dapat menambah kandungan hara yang tersedia dan dapat langsung
digunakan tanaman selama periode pertumbuhan sehingga akan berpengaruh pada
produktivitas tanaman. Sutanto (2002) menyatakan menyatakan
keunggulan-keunggulan penggunaan pupuk organik dan anorganik secara seimbang, yaitu:
menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama
periode pertumbuhan tanaman dan residu bahan organik akan berpengaruh baik
pada pertanaman berikutnya.
Pupuk anorganik dapat diganti dengan pupuk organik karena pupuk
organik mempunyai fungsi penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah
permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya
serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan
tanah pula. Sehingga dalam pemakaiannya, pupuk anorganik dapat diminimalkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan1. Pertumbuhan tanaman ubi jalar yang diberi pupuk organik dan anorganik yang
terbaik terdapat pada perlakuan pupuk organik 75% + pupuk anorganik 25%
yaitu pada panjang tanaman 14 MST sebesar 216,667 cm dan jumlah cabang
14 MST sebesar 156,667 buah.
2. Produksi tanaman ubi jalar yang diberi dosis pupuk organik dan anorganik
yang terbaik terdapat pada perlakuan pupuk organik 75% + pupuk anorganik
25% dengan hasil bobot umbi per tanaman 787,500 g dan bobot umbi per 1,75
m2 5180,000 g.
Saran
Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan bahan kompos dari limbah
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2001. http://balitkabi.litbang.deptan.go.id. 4 hal. [23 Juli 2010].
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan, 2010. Teknologi Budidaya Ubi Jalar. http://sulsel.litbang.deptan.go.id. [14 Agustus 2010].
Barus, A dan Syukri.2008. Agroteknologi Tanaman Buah-Buahan. USU Press. Medan.
BPS Sumatera Utara. 2009. Berita Resmi Statistik. http://www.sumut.bps.go.id. [19 Desember 2009].
Djalil, M., D. Jahja, dan Pardiansyah, 2004. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Pada Pemberian Takaran Abu Jerami Padi. Stigma Volume XII No. 2 April-Juni 2004. Akreditasi Dikti No.52/DIKTI/KEP/1999 tgl. 12 Nopember 2002.
Fitter. A. H., dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan S. Andani dan E. D. Purla Yanti. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Hasibuan, B. E. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. FP USU. Medan
http://www.tanindo.com, 2009. Pengaruh Unsur Esensial Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. [18 Februari 2009].
Idaryani dan Muhammad, H. 2003. Kiat Memupuk yang Menguntungkan. http://sulsel.litbang.deptan.go.id. [2 Januari 2011].
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik, Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Bumi. Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Juanda D dan B. Cahyono., 2000. Ubi Jalar Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Maimun, MS. 2009. Pupuk Organik Sebagai Jembatan Menuju Pertanian Berkelanjutan. Bogor Agricultural University - http://www.ipb.ac.id.
Matsuguchi, T. 1979. Factors Affecting Heterotrophic Nitrogen Fixation in Submerged Soils, In: Nitrogen and Rice. Pp. 2007-221. IRRI, Los Banos, Philippines.
Rinsema, W. T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhiantara. Jakarta
Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi., 1996. Sayuran Dunia 2. Prinsip, Produksi dan gizi. ITB Press. Bandung.
Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca panen. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Simanjuntak, D. 2006. Pemanfaatan Komoditas Non Beras Dalam Diversifikasi Pangan Sumber Kalori. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Volume 4. FP Unika St. Thomas. Medan.
Sonhaji,A, 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing. Bandung
Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. http//balittanah.litbang.deptan.go.id. [29 Desember 2010].
Suparman, 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Azka Mulia Media. Jakarta.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Jakarta.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Lampiran 2. Deskripsi ubi jalar varietas MSU 03028-10
Bentuk kerangka daun : Segitiga samasisi
Kedalam cuping daun : Tepi daun berlekuk dangkal Jumlah cuping daun : Bercuping lima
Bentuk cuping pusat : Lancelatus Ukuran daun dewasa : Besar
Warna tulang daun : Hijau (bagian bawah)
Warna daun dewasa : Hijau dengan ungu melingkari tepi daun Warna daun muda : Ungu
Panjang tangkai daun : Sangat pendek
Bentuk umbi : Bulat telur melebar pada ujung umbi
Kandungan antosianin : 590,8 mg/100 g
Lampiran 3. Perhitungan dosis pupuk
Dosis Anjuran untuk:
Pupuk organik yaitu kompos 10 ton/ha
Pupuk anorganik yaitu Urea 100 kg/ha dan KCl 75 kg/ha (Sumber : Balittan Pangan Malang)
Jarak tanam = 100 cm x 25 cm = 2500cm2 = 0,25m2
Jumlah populasi/ha = = 40.000 populasi
Untuk Pupuk Organik ;
Kebutuhan kompos/tanaman = = 0,25 kg/tanaman = 250 g/tanaman
= pupuk organik 100 %
Untuk Pupuk Anorganik
Kebutuhan Pupuk Urea/tan = = 0,0025 kg/tan = 2,5 g/tanaman
= pupuk anorganik 100 %
Kebutuhan Pupuk KCl/tan = = 0,00188 kg/tan = 1,88 g/tanaman
= pupuk anorganik 100 %
Perlakuan Penelitian adalah sebagai berikut:
P1 = Pupuk Organik 100 % = 250 g/tanaman
P2 = Pupuk Organik 75 % + Pupuk Anorganik 25 %
= 187,5 g kompos/tanaman+0,625 g urea/tanaman+0,47 g KCl/tanaman
Pupuk Organik 75 % = x 250 g/tanaman = 187,5 g/tanaman
Pupuk Anorganik 25 % ; Pupuk urea = x 2,5 g/tanaman = 0,625
g/tanaman; Pupuk KCl = x 1,88 g/tanaman = 0,47g/tanaman
P3 = Pupuk Organik 50 % + Pupuk Anorganik 50 %
= 125 g kompos/tanaman+1,25 g urea/tanaman+0,94 g KCl/tanaman
Pupuk Organik 50 % = x 250 g/tanaman = 125 g/tanaman
Pupuk Anorganik 50 % ; Pupuk urea = x 2,5 g/tanaman = 1,25
g/tanaman; Pupuk KCl = x 1,88 g/tanaman = 0.94 g/tanaman
P4 : Pupuk Organik 25 % + Pupuk Anorganik 75 %
= 62,5 g kompos/tanaman+1,875 g urea/tanaman+1,41 g KCl/tanaman
Pupuk Anorganik 75 % ; Pupuk urea = x 2,5 g/tanaman = 1,875
gr/tanaman; Pupuk KCl = x 1,88 g/tanaman = 1.41 g/tanaman
P5 : Pupuk Anorganik 100 % = 2,5 g urea/tanaman + 1,88 g KCl/tanaman P6 : Pupuk Pembanding (Pupuk Organik 100% + 5% Rock Phospat dari
Lampiran 5. Hasil Analisis Kascing
No. Seri : 1137/0.1/Sert/VIII/2010
Jenis Sampel : Kascing
Tanggal Penerimaan : 18 Agustus 2010 Tanggal Pengujian : 19-30 Agustus 2010
Hasil Uji
Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji
Nitrogen (N)* % 1.84 SNI 02.2803.2000
P2O5 total* % <LoD SNI 02.2803.2000
K2O* % 3.74 SNI 02.2803.2000
C. Organik* % 19.72 Walkey & Black
pH - 9.71 -
Kadar Air % 44.99 SNI 02.2804.2005
*Atas dasar berat kering
Lampiran 6. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 2 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III IV
Total 162.00 178.67 182.00 183.67 706.33
Rataan 27.000 29.778 30.333 30.611 29.431
Keterangan: FK = 20787.78
Lampiran 7. Sidik ragam panjang tanaman umur 2 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.
SK db JK KT Nilai F
Lampiran 8. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 4 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III IV
P1 71.67 82.33 85.00 115.67 354.67 88.667
P2 123.00 116.67 106.33 103.33 449.33 112.333
P3 68.33 64.33 72.67 71.00 276.33 69.083 P4 74.67 80.00 103.33 129.67 387.67 96.917 P5 96.67 93.33 115.67 91.00 396.67 99.167
P6 121.00 111.00 100.33 111.00 443.33 110.833
Total 555.33 547.67 583.33 621.67 2308.00
Lampiran 9. Sidik ragam panjang tanaman umur 4 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.
SK Db JK KT Nilai F
Lampiran 10. Data pengamatan panjang tanaman (cm) umur 6 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III IV
P1 119.67 129.67 131.00 167.33 547.67 136.917
P2 192.67 197.33 126.00 140.33 656.33 164.083
P3 111.33 104.67 108.67 110.33 435.00 108.750
P4 143.33 116.33 148.67 190.67 599.00 149.750
P5 113.00 99.67 133.00 132.67 478.33 119.583
P6 191.33 150.67 155.00 154.00 651.00 162.750
Total 871.33 798.33 802.33 895.33 3367.33
Rataan 145.222 133.056 133.722 149.222 140.306
Keterangan: FK = 472455.6
Lampiran 11. Sidik ragam panjang tanaman umur 6 MST terhadap pemberian berbagai kombinasi dosis pupuk organik dan anorganik.