• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan Berkomunikasi Antarpribadi Dan Cara Mengatasinya (Studi Deskriptif Mengenai Kecemasan Pelamar Kerja Dalam Tes Wawancara Kerja dan Cara Mengatasinya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kecemasan Berkomunikasi Antarpribadi Dan Cara Mengatasinya (Studi Deskriptif Mengenai Kecemasan Pelamar Kerja Dalam Tes Wawancara Kerja dan Cara Mengatasinya)"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KECEMASAN BERKOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN

CARA MENGATASINYA

(Studi Deskriptif Mengenai Kecemasan Pelamar Kerja

Dalam Tes Wawancara Kerja dan Cara Mengatasinya)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

HERY BAJORA NASUTION

100922018

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: kendala magang dan cara mengatasinya

(2)

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha

Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Saya menyadari bahwa, skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan doa, bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mama, Terimakasih atas doa, dukungan dan segala apa yang diberikan dalam

memotivasi saya untuk dapat menyelesaikan skripsi dan menjadi seorang

sarjana. Alm.Papa, walaupun kita sudah tidak bersama dengan ini harapanmu

sudah terpenuhi, do’aku selalu untuk keselamatan dan kebahagiaan kita.

2. Bapak Prof. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya.

3. Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, M. A, selaku Ketua Departemen Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu, Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Program Studi Imu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

5. Dr. Iskandar Zulkarnain. M.Si, selaku dosen pembimbing , terima kasih atas

saran, kritik, bimbingan, wawasan, pengetahuan, waktu, tenaga, dan pikiran

yang telah diberikan dengan sabar untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai

dari semester awal hingga saya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ilmu

(4)

bang Haris Terimakasih atas saran yang diberikan dalam pengerjaan skripsi

ini.

7. Seluruh karyawan Tata Usaha Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

dalam membanatu penulis mengurus administrasi sidang.

8. Para narasumber yang kompeten dimana telah memberikan penjelasan dan

data yang saya butuhkan untuk penelitian ini.

9. Untuk sahabat Yogi, Steven, Riska, Taufik, Deddy, Daniel, Fio, Tika, Gita,

Ditta, Cya, Aprini, Hansen, Dian, Rotua, Band Blockir, Vierever Band

terimakasih untuk doanya, masukan, pinjaman bukunya dan kesediaannya

mendengarkan keluh kesah saya.

10.Kepada teman-teman seperjuangan di Departemen Ilmu Komunikasi Program

Ekstensi angkatan 2010 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara terima kasih sudah mau menemani di saat saya membutuhkan,

untuk semua jenis dukungan dan bantuannya dalam membagi ilmu dan

informasi.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta

karunia-Nya atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Saya menyadari

bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati saya sangat mengharapkan segala

masukan, imbauan, maupun kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

akan diterima dengan terbuka guna menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan

pemikiran bagi para pembaca untuk lebih memahami mengenai kecemasannya

dalam tes wawancara, aamiin.

Medan, 26 Juli 2012

Penulis

(5)

ABSTRAK

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah

mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki

kemampuan dan pengetahuan standar, tetapi sangat gampang memperoleh

pekerjaan, bahkan beberapa kali pindah tempat kerja. Sementara, beberapa orang

lainnya yang memiliki kemampuan hebat dan IPK yang tinggi, tak jarang

usahanya kandas sampai ditahap tes wawancara kerja.

Tahap seleksi wawancara merupakan tahapan yang harus dilewati pencari

kerja sebelum mendapatkan pekerjaan, hal ini sangat penting karena interviewer

akan menilai dan mengambil segala informasi yang dibutuhkan tentang calon

karyawan secara langsung. Tahap wawancara tidak akan melihat seberapa bagus

IPK dan pengetahuan calon karyawan, tetapi lebih memperhatikan kesiapan calon

karyawan dalam hal menjual kekuatan diri dan meyakinkan para interviewer. Tujuan wawancara kerja adalah untuk menilai sisi psikologis, perilaku,

kepemimpinan, komitmen, kejujuran, tanggung jawab, dan segudang nilai

kebaikan yang masuk dalam penilaian perusahaan (Dirgantoro dan Pratono,

2012:iii). Fase ini merupakan tahapan yang sangat menentukan. Jadi, jangan

pernah meremehkan tes wawancara kerja.

Seorang calon karyawan akan dipanggil sebuah perusahaan untuk

menjalani sesi wawancara kerja, itu menunjukkan bahwa calon karyawan untuk

(7)

calon karyawan dianggap memiliki kualitas diri yang baik dimata perusahaan. Itu

berarti, calon karyawan tersebut juga telah menyisihkan puluhan bahkan ratusan

pesaing yang merebutkan sebuah pekerjaan. Selangkah lagi, calon karyawan akan

mendapatkan pekerjaan, dan umumnya tes wawancara kerja merupakan tahapan

terakhir yang harus dihadapi oleh para pencari kerja.

Banyak peserta yang gagal dalam tahap wawancara. Lalu, apa susahnya

menjalani tahap wawancara? Terkadang ada pertanyaan yang menjebak yang

membuat peserta tes kehilangan poin dan harus pulang dengan tangan hampa.

Jadi, langkah terbaik adalah menyiapkan diri kita dengan berlatih menjawab

segala kemungkinan pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Perlu diingat,

setiap jawaban yang kita berikan konsekuensinya akan melahirkan sebuah

pertanyaan lanjutan. Jadi, usahakan menjawab dengan jawaban berani, tepat dan

jujur. Pewawancara sangat cermat dan akan segera tahu bila jawaban kita

dibuat-buat dan bohong agar penilaian kita baik. Jika kita lakukan dan mereka

menyadarinya, otomatis kita akan kehilangan poin dan usaha kita memperoleh

sebuah pekerjaan akan kandas begitu saja.

Wawancara kerja adalah bagian terpenting ketika seseorang akan

memasuki dunia kerja. Pewawancara merupakan sarana dari perusahaan untuk

menggali informasi sebanyak-banyaknya dari calon karyawan, yaitu kepribadian

calon karyawan, latarbelakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Bagi calon

karyawan, wawancara berarti kesempatan untuk mempromosikan diri. Berkas

lamaran dan persyaratan yang diajukan oleh pelamar kerja akan diproses lebih

lanjut dalam wawancara kerja. Proses ini tentu saja dapat berlangsung lama atau

(8)

apakah anda akan diangkat sebagai karyawan atau tidak. Namun, bukan soal

waktu yang menentukan berhasil atau tidaknya wawancara tersebut, melainkan

pemahaman calon karyawan akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

pewawancara sehingga bisa memberi jawaban yang tepat.

Bagi beberapa orang, wawancara kerja mungkin adalah momok yang

menakutkan. Kecemasan atau ketakutan yang muncul sebelum atau pada saat

wawancara itu memang wajar. Apalagi jika seseorang belum memiliki

pengalaman kerja atau baru pertama kali melamar pekerjaan. Sebenarnya orang

yang berulang kali melamar pekerjaan pun bisa mengalami hal yang sama.

Mungkin perbedaannya adalah ia bisa mengelola emosi sehingga pengendalian

dirinya lebih terjaga. Hal itu dikarenakan ia sudah terlatih menjawab berbagai

pertanyaan yang diajukan pewawancara. Pengendalian diri dan pengelolaan emosi

memang sangat penting dalam mengikuti wawancara kerja. Oleh karena itu,

masalah utama yang selalu dihadapi oleh sebagian besar calon karyawan atau

pegawai dalam wawancara kerja adalah kepercayaan diri.

Philips (Apollo, 2007:17) menyebut kecemasan komunikasi dengan istilah

reticence , yaitu ketidakmampuan individu untuk mengikuti diskusi secara aktif, mengembangkan percakapan, menjawab pertanyaan yang diajukan di kelas, yang

bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya

ketidakmampuan dalam menyusun kata-kata dan ketidakmampuan menyampaikan

pesan secara sempurna, meskipun sudah dipersiapkan sebelumnya

Siapapun tidak menyangkal kalau

kepercayaan diri itu penting, apalagi ketika bertatatap muka dengan orang yang

(9)

kegugupan sehingga seseorang tidak fokus menjawab pertanyaan yang diajukan

atau mendengarkan instruksi yang diberikan. Akibatnya adalah calon karyawan

mengalami kegagalan. Namun, apakah kepercayaan diri saja sudah cukup untuk

berhasil melewati tes wawancara? Tidak. Masih ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu pengetahuan umum dan kejadian masa kini, wawasan,

keterampilan, pengetahuan tentang perusahaan yang dituju, bentuk usaha

perusahaan tersebut, serta pengetahuan tentang pekerjaan yang dilamar.

Selain kepercayaan diri dan pengetahuan mengenai perusahaan dan

pekerjaan yang dilamar, sebaiknya calon karyawan juga memiliki sikap mental

positif. Sikap mental ini erat kaitannya dengan pembentukan kepercayaan diri.

Namun, Harus diingat bahwa rasa percaya diri yang berlebihan akan

menimbulkan persepsi negatif dari pewawancara, Karena ia akan menganggap

calon karyawan adalah orang yang arogan dan sulit diatur. Oleh karena itu, sikap

mental ini tidak hanya berkisar pada rasa percaya diri, tetapi juga hubungan

dengan orang lain.

Kecemasan dan ketidakpastian yang dialami calon karyawan berpengaruh

terhadap interaksi komunikasi antarpribadi calon karyawan dan pewawancara.

Dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (2001:80), De Vito mengungkapkan bahwa kecemasan berkomunikasi merujuk pada rasa malu,

keengganan berkomunikasi, ketakutan berbicara didepan umum, dan sikap

(10)

Kecemasan ini jika tidak dapat diatasi, maka akan mengalami

peningkatan. Menurut Spilberger (Triantoro & Nofrans 2009:53) bentuk

kecemasan berkomunikasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang ( trait anxiety). Yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarya tidak bahaya.

Kecemasan dalam kategori ini lebih disebabkan karena kepribadian

individu tersebut memang mempunyai potensi cemas dibandingkan

individu lain. Keadaan cemas ini muncul tanpa memperhatikan situasi

khusus.

2. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan

seseorang tidak

mampu menyampaikan pesannya secara jelas (state anxiety). Yaitu keadaan dan kondisi emosional sementara pada diri seseorang yanaga

ditandai dengan perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan dengan

sadar serta bersifat subjektif. Keadaan takut akan terlihat jelas, khusus

untuk situasi komunikasi tertentu.

Devito mencontohkan individu yang merasa takut saat berbicara di depan

umum tetapi tidak saat komunikasi diadik, atau individu yang merasakan

kecemasan berkomunikasi saat proses wawancara namun tidak ada kecemasan

saat berbicara di depan umum, Kecemasan yang timbul karena situasi sosial ini

sangatlah umum keadaan ini dialami banyak orang saat berada dalam situasi

tertentu. Kecemasan yang semakin meningkat dapat menghambat komunikasi

(11)

mengurangi poin kita atau malah mereka salah paham dikarenakan sikap dan

ucapan kita yang semakin kaku atau mengawur. Hal inilah yang menjadi latar

belakang untuk melakukan penelitian tentang “Kecemasan Berkomunikasi

Antarpribadi Dalam Menjalani Tes Wawancara Kerja”.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengalaman mereka dalam tes wawancara, apakah calon

karyawan merasa antusias, cemas dalam tahap perkenalan, maupun

tahapan untuk mengetahui personal calon karyawan, dan apakah tingkat

kecemasan mereka meningkat atau menurun selama proses wawancara?

2. Bagaimanakah komunikasi antarpribadi pewawancara dan calon

karyawan dalam tes wawancara kerja?

3. Faktor-faktor apakah yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya

kecemasan calon karyawan dalam pengalaman mereka menghadapi tes

(12)

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga

dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan

diteliti. Adapun pembatasan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi deskriptif sebagai metode

riset peneliti.

2. Yang menjadi perhatian peneliti adalah kecemasan berkomunikasi dan

cara mengatasinya selama menjalani tes wawancara.

3. Penelitian terbatas pada calon karyawan yang pernah mengikuti lowongan

pekerjaan melalui PJK USU dan sudah menjalani tes wawancara kerja

minimal 2 kali di Kota Medan.

4. Penelitian berlangsung sejak Maret hingga selesai.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan

dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kecemasan calon karyawan

dalam pengalaman interaksi komunikasi mereka dengan pewawancara

dalam tes wawancara kerja.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interaksi komunikasi

(13)

3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang berpotensi

menjadi penyebab kecemasan mereka dalam pengalaman tes wawancara

kerja dan bagaimana mereka mengatasinya.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan

memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan

memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antarpribadi sebagai

bagian dari ilmu komunikasi.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam

memahami konteks komunikasi antarpribadi dalam tes wawancara kerja.

1.5 KERANGKA TEORI

1.5.1. Komunikasi Antarpribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam

keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial, dan

lain sebagainya. Semua ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan di

dalam lingkungan, komunikasi, frekuensi pertemuan, jenis relasi mutu dari

interaksi-interaksi di antara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh

keterlibatan diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.

(14)

in Society”. Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect (Rakhmat, 2002:2 ).

Ciri khas komunikasi interpersonal ini ialah sifatnya dua arah atau timbal

balik (two ways traffic communications). Di dalam komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan saling berganti fungsi. Menurut Joseph A. Devito,

ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan, (openness), empati

(emphaty), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan

(equality). (Liliweri,1991:13).

1.5.2 Communication Apprehension

Tingkat kecemasan ataupun ketakutan individu yang berkaitan dengan

komunikasi yang sedang atau yang akan dilakukan dengan orang lain dinamakan

dengan Communication apprehension (Devito, 2001:80). Communication apprhension merupakan perilaku yang biasa dan normal karena setiap individu mengalaminya, namun tidak semua individu dapat mengatasi hal ini sehingga

dapat menggangu komunikasi individu tersebut dengan orang lain.

Petterson dan Ritts dalam penelitiannya mengemukakan beberapa

parameter yang menunjukkan komunikator mengalami kecemasan sosial dan

komunikasi. Menurut mereka kecemasan sosial dan komunikasi, memiliki aspek

(15)

Joseph A. Devito (Devito:81-82) menuliskan faktor-faktor yang

meningkatkan kecemasan berkomunikasi, antara lain:

1. Degree of Evaluation 2. Subordinate Status 3. Degree of Consciousness 4. Degree of unpredictability 5. Degree of dissimiliarty 6. Prior success and failures

7. Lack of communication skill and experience

Terkait dengan pemikiran negatif, Patterson dan Rits mengemukakan: Negative thinking can lead to anxious self-perceptions that keeps a person from considering all of the information and cues in the environment.” (Pemikiran negatif menyebabkan seseorang menjadi terlalu khawatir dengan dirinya sendiri

sehinnga ia harus memperhitungkan segala informasi dan gejala yang muncul dari

lingkungan sekitarnya). Hal ini menyebabkan proses dan pengolahan informasi

yang normal terganggu yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk menarik

diri dari lingkungannya. (Morissan, 2010:9)

1.5.3. Teori Pengurangan Ketidakpastian ( Uncertainly Reduction Theory)

Teori ini pertama sekali dekembangkan oleh Berger dan Calabrese pada

tahun 1975. Tujuan Berger dan Calabrese dalam membangun teori ini adalah

untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi

ketidakpastian antara orang-orang yang baru saling mengenal yang terlibat dalam

(16)

kita memperoleh pengetahun mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi,

dalam (Morissan, 2010:86)

Berger dan Calabrese menuliskan tujuh aksioma ketidak pastian, yakni:

1. Ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal

2. Pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi

3. Ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah

4. Ketidakpastian tinggi, keakraban komunikasi rendah

5. Ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi

6. Kesamaan mengurangi ketidakpastian

7. Ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah (Morrisan, 2010:93)

1.6 KERANGKA KONSEP

Burhan Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok

fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang

sama. ( Bungin 2001:73 )

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta

perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan

kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan

(17)

Maka model teoritis dari kerangka konsep yang akan deteliti adalah:

Gambar .1.1: Model teoritis

Sumber: Peneliti, 2012

1.7. Operasionalisasi Konsep

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka konsep

operasional tersebut dijadikan acuan untuk memecahkan masalah. Agar konsep

operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian,

maka dioperasionalkan sebagai berikut:

Tabel 1.1: Operasional konsep

Konsep Operasional Operasionalisasi Konsep

Komunikasi Antarpribadi calon

karyawan dan pewawancara

1.Komunikasi antarpribadi yang efektif

a. Keterbukaan (Openness)

b. Empati (Empathy)

- Turut merasakan perasaan orang Menghimpun data

mengenai pengalaman informan pada saat wawancara

kerja

Mendeskripsikan interaksi yang

terjadi saat wawancara kerja

Menganalisis kecemasan informan pada saat wawancara

(18)

lain

- Terlibat aktif melalui ekspresi wajah

dan gerak

c. Dukungan (Supportiveness)

- Situasi yang terbuka untuk

mendukung berlangsungnya

komunikasi efektif.

d. Rasa positif (Positiveness)

- Penilaian positif komunikator pada

komunikan

- Sikap positif karena suasana yang

menyenangkan

e. Kesamaan (Equality)

- Memperlakukan orang lain secara

horizontal dan demokrasi

- Mengkomunikasikan penghargaan

dan rasa hormat pada perbedaan

(19)

Faktor Pengaruh dan Eksplorasi

Komunikasi Antarpribadi

1. Uncertainty Reduction Theory

a. ketidakpastian tinggi, mendorong

komunikasi verbal

b. pernyataan nonverbal rendah,

ketidakpastian tinggi

c. ketidakpastian tinggi mendorong

pencarian informasi rendah

d. ketidakpastian tinggi, keakraban

komunikasi rendah

e. ketidakpastian tinggi, resiprositas

tinggi

f. kesamaan mengurangi ketidakpastian

g.ketidakpastian tinggi, kesukaan

rendah

2. Communication Apprehension

a. Parameter kecemasan berkomunikasi

(20)

- Aspek tingkah laku

- Aspek kognitif

b. Faktor - faktor yang meningkatkan

kecemasan berkomunikasi

- Degree of Evaluation

- Subordinate status

- Degree of conspicuousness

- Degree of unpredictability

- Degree of dissimilarity

- Prior success and failures

- Lack of communication skills and

experience

(21)

1.8 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep

yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah

suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara mengukur variabel-variabel.

Definisi operasional juga merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat

membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama.

(Singarimbun,1995:46)

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Komunikasi antarpribadi calon karyawan dan pewawancara

a. Keterbukaan (Openess)

Keterbukaan calon karyawan terhadap pewawancara sebagai seseorang

yang akan mengujinya, serta keterbukaan untuk saling memberikan

informasi yang membantu sebagai tahapan tes terakhir untuk mendapat

pekerjaan.

b. Empati ( Emphaty)

Sikap menerima atau tidak menerima dalam membentuk konsep diri

yang positif dan meningkatkan motivasi diri calon karyawan.

c. Dukungan (Supporttiveness)

Perhatian dan mau mendengarkan keterangan dari calon pewawancara.

d. Rasa Positif ( Positiveness )

Perasaan dan pikiran positif serta optimis akan kemampuan calon

(22)

e. Kesamaan (Equality)

Sama-sama saling pengertian dan saling respek dalam memberi dan

menjawab pertanyaan.

2. Faktor pengaruh dan eksplorasi komunikasi antarpribadi

a. Uncertainly Reduction Theory

- Ketidakpastian tinggi, mendorong peningkatan komunikasi verbal.

Ketidakpastian tinggi pada tahap perkenalan, mendorong

peningkatan komunikasi verbal antara calon karyawan dan

pewawancara. Dua orang yang tidak saling kenal perlu berbicara

lebih banyak agar dapat lebih akrab, terbuka.

- Pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi

Pada tahap awal interaksi komunikasi antarpribadi dalam tes

wawancara, ketika pernyataan nonverbal rendah, maka tingkat

ketidakpastian meningkat. Meraka perlu melakukan kontak mata

yang lebih bersahabat dan lebih lama.

- Ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah

Ketidakpastian yang tinggi pada pewawancara maka akan

meningkatkan upaya untuk mencari informasi dari calon karyawan.

- Ketidakpastian tinggi, keakraban inti komunikasi rendah

Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam hubungan wawacara

menyebabkan turunnya tingkat keintiman isi komunikasi. Tingkat

keakraban yang tinggi ditandai dengan keterbukaan para pihak

(23)

- Ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi

Semakin sedikit informasi yang diberikan oleh calon karyawan

maka pewawancarakan melakukan hal yang serupa, dan

sebaliknya.

- Kesamaan mengurangi ketidakpastian dan perbedaan akaan

meningkatkan ketidakpastian.

Kesamaan respek antara keduanya akan mengurangi

ketidakpastian.

- Ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah

Ketidakpastian yang meningkat antara calon karyawan dan

pewawancara akan mengurangi perasaan tertarik.

b. Communication Apprehension

Parameter kecemasan berkomunikasi

1. Aspek fisik

Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari fisik individu, seperti

denyut jantung, tangan yang dingin karena gugup.

2. Aspek tingkah laku

Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari tingkah laku individu

seperti penghindaran, perlindungan diri, tidak berani bertatapan

mata secara langsung, menunduk.

3. Aspek kognitif

Kecemasan berkomunikasi yang dapat dilihat dari kerangka

berpikir individu seperti terlalu fokus pada diri sendiri, serta

(24)

Faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi :

1. Degree of Evaluation

Semakin tinggi calon karyawan merasa dirinya sedang dievaluasi,

maka kecemasan akan semakin meningkat.

2. Subordinate status

Saat calon karyawan merasa bahwa pewawancara memiliki

pengetahuan dan wibawa yang jauh lebih luas dari calon karyawan

maka kecemasan berkomunikasi akan semakin meningkat.

3. Degree of consciuousness

Semakin sadar calon karyawan dengan kekurangannya, maka

kecemasan komunikasi akan semakin tinggi.

4. Degree of unpredictability

Semakin banyak situasi tak terduga, maka semakin tinggi tingkat

kecemasan.

5. Degree of similiarity

Saat calon karyawan merasakan semakin banyak persamaan maka

kecemasan akan berkurang.

6. Prior succes and failures

Keberhasilan atau kegagalan calon karyawan di suatu tes

wawancara akan berpengaruh terhadap respon calon karyawan pada

(25)

7. Lack of communication skills and experience

Kurangnya kemampuan dan pengalaman calon karyawan akan

menyebabkan kecemasan berkomunikasi, terutama jika calon

(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi

2.1.1 Definisi dan proses komunikasi

Komunikasi adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Efendy,

2003:8). Ada banyak pengertian yang dapat menggambarkan mengenai

komunikasi, berikut ini adalah beberapa diantaranya.

Awalnya, istilah komunikasi mengandung makna “bersama-sama”

(common,commones) yang berasal dari bahasa Inggris. Asal istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communication, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu), pertukaran dimana si pembicara

mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengaranya; untuk ikut ambil

bagian (Liliweri, 1991: 1). Adapun menurut Cherry, Istilah komunikasi

berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga

berasal dari bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cangara,2006:18).

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian suatu

pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan

berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan; yang dilakukan seseorang

kepada orang lain secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media,

(27)

Banyak ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai sudut pandang

yang macam- macam, dan menyebutkan bahwa ilmu komunikasi sebagai ilmu

yang eklisitis yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu.

Pada dasarnya komunikasi adalah sebagai proses pernyataan antara manusia, yang

dapat berupa pikiran atau perasaan seorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (bahasa) baik verbal maupun non verbal sebagai alat

penyalurnya. Pengertian komunikasi dikemukakan para ahli, diantaranya sebagai

berikut:

1. Menurut Harold Laswell, komunikasi adalah Siapa yang mengatakan apa

melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa (who says what in which channel to whom with what effect) (Purba, 2007 :30)

2. Menurut Carl I.Hovland, komunikasi adalah proses dimana seseorang individu

mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku indivdu- individu

yang lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi)

3. Menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid, komunikasi adalah suatu

proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran

informasi dengan satu sama lainnya, yang pada giliranya akan tiba pada

saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2006:19).

4. Menurut Barnlund Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan

untuk mengurangi rasa ketidak pastian, bertindak secara efektif,

mempertahankan atau memperkuat ego.

(28)

Dari beberapa definisi yang telah diberikan oleh para ahli tersebut pada

dasarnya komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pikiran dan perasaan

dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang, kata - kata dan

simbol - simbol untuk tujuan merubah sikap atau tingkah laku orang lain. Menurut

Effendy (2003 : 11) komunikasi di bagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Proses komunikasi dalam perspektif psikologi, yaitu proses komunikasi

prespektif yang terjadi didalam diri komunikator dan komunikan. Proses

membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang

dinamakan dengan encoding , akan ia transmisikan kepada komunikan.

Selanjutnya terjadi proses komunikasi interpersonal dalam diri komunikan,

yang disebut decoding, untuk memaknai pesan yang disampaikan

kepadanya.

2. Proses komunikasi dalam prespektif mekanistik. Untuk jelasnya proses

komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasfikasikan lagi menjadi

beberapa, yaitu :

a. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran

dan perasaan sese orang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang sebagai media. Lambang umum yang dipergunakan sebagai

media primer dalam proses komunikasi adalah lambang verbal

(bahasa). Namun dalam kondisi komunikasi tertentu, lambang -

lambang yang dipergunakan dapat berupa gesture, yakni gerak

(29)

secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan

komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media

pertama. Proses komunikasi secara sekunder menggunakan media

yang menyebarkan pesannya yang bersifat informatif yang

digolongkan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa (media non-massa).

c. Proses komunikasi secara linier, merupakan proses penyampaian

pesan oleh komunikatior kepada komunikan sebagai titik terminal.

Komunikasi linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi

tatap muka (face to face communication) secara pribadi (interpersonal communication) dan kelompok (group communication), maupun dalam situasi bermedia (mediated communication).

d. Proses komunikasi secara sirkular, merupakan lawan dari proses

komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang

dimaksudkan proses komunikasi secara linier. Dalam konteks

komunikasi yang dimaksudkan proses secara sirkuler adalah

terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus respons

atau tanggapan dari pihak komunikan terdapat pesan yang diberikan

(30)

Menurut Wahyudin dkk, teori dan model komunikasi pada tahun awal

sekitar dekade 1940-an dan 1950-an, menjadi dasar menentukan

komponen/bagian/ unsur yang mendasari kegiatan komunikasi Model yang

terkenal pada saat itu adalah model HaroldLasswell, seorang American Political

Scientist.

Model Komunikasi dari Harold Lasswell ini dianggap oleh para pakar

komunikasi sebagai salah satu teori komunikasi yang paling awal dalam

perkembangan teori komunikasi (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang

terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan :

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa).

Jawaban bagi pertanyaan Lasswell itu merupakan unsur-unsur atau

komponen proses komunikasi, yaitu: Sender/communicator (Komunikator),

Message (Pesan), Media, Receiver (Komunikan/Penerima), Effect (Efek).

Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut:

a. The surveillance of the environment; pengamatan lingkungan

b. The correlation of the parts of society in responding to the environment; korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan

(31)

Yang dimaksud dengan surveillance oleh Lasswell adalah kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai peristiwa-peristiwa dalam

suatu lingkungan, contohnya seperti menggarap sebuah berita. Kegiatan yang

disebut correlation adalah interpretasi terhadap informasi mengenai peristiwa yang terjadi di lingkungan. Kegiatan transmission of culture difokuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai, dan norma sosial dari generasi

yang satu ke generasi yang lain atau dari anggota suatu kelompok kepada

pendatang baru. Ini sama dengan kegiatan pendidikan (www.file.upi.edu).

2.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi

Pembicaraan tentang komunikasi akan sangat luas dan hampir tidak ada

batasannya karena peristiwa komunikasi begitu unik dan pasti dilaksanakan oleh

manusia dalam kehidupannyaa setiap hari. Meskipun demikian batas-batas yang

diberikan sebagai rambu dapat membantu setiap orang untuk melihat kekhususan

isi komunikasi sebagai suatu disiplin yang patut dipelajari (Liliweri, 1991:6).

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan

meneliti kegiatan-kegiatan komuikasi manusia yang luas ruang lingkupnya dan

banyak dimensinya berikut ini adalah penjelasan komunikasi berdasarkan

konteksnya:

1. Bidang Komunikasi a. Kommunikasi sosial b. Komunikasi organisasional c. Komunikasi bisnis

(32)

Selain bidang komunikasi diatas, dalaam berbagai literatur tidak jarang dijumpai bidang lainnya, seperti komunikasi keluarga, komunikasi kesehatan dan sebagainya.

2. Sifat Komunikasi a. Komunikasi verbal

1) Komunikasi lisan 2) Komunikasi tulisan b. Komunikasi non-verbal

1) Komunikasi kial (gestural)

2) Komunikasi gambar, dan lain-lain c. Komunikasi tatap muka

d. Komunikasi bermedia

3. Tatanan Komunikasi

Yang dimaksud disini adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu maka di klasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut

a. Komunikasi Pribadi

1) Komunikasi intrapribadi 2) Komunikasi antarpribadi b. Komunikasi Kelompok

1) Komunikasi kelompok kecil 2) Komunikasi kelompok besar

c. Komunikasi Massa

1) Komunikasi media massa cetak 2) Komunikasi media massa elektronik d. Komunikasi Medio (komunikasi bermedia)

1) Surat

2) Internet, e-mail

3) dan lain-lain media yang tidak termasuk media massa.

4. Tujuan Komunikasi a. Mengubah sikap

(33)

6. Tekhnik Komunikasi

Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, tekhnik komunikasi diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi informatif b. Komunikasi persuasif c. Komunikasi pervasif d. Komunikasi koersif e. Komunikasi instruktif

f. Hubungan manusiawi (human relations) 7. Metode Komunikasi

Metode komunikasi meliputi kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut: a. Jurnalisme

b. Hubungan masayarakat (Public Relations) c. Periklanan

d. Propaganda e. Perpustakaan

f. Perang urat syaraf (psychological warfare) (Effendy,2003:56)

2.2 Komunikasi Antarpribadi

2.2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi

Terdapat beberapa definisi komunikasi antarpribadi menurut beberapa

ahli, diantaranya adalah:

a. Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan- pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).

b. Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

c. Tan mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih. (Liliweri, 1991: 12)

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek

tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator. Efek yang

(34)

1. Efek kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,

dipersepsi oleh komunikan atau yang berkaitan dengan pikiran dan

nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan ditujukan kepada

pikiran komunikan.

2. Efek afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan atau yang

berhubungan dengan perasaan. Dengan kata lain, tujuan komunikator

bukan saja agar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya.

3. Efek konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi pola- pola tindakan,

kegiatan, kebiasaan, atau dapat juga dikatakan menimbulkan itikad baik

untuk berperilaku tertentu dalam arti kita melakukan suatu tindakan atau

kegiatan yang bersifat fisik (jasmaniah).

Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat

Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu:

a. Keterbukaan (openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di

dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu

pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator

interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini

tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua

riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak

membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka

diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

(35)

Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi

secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis,

dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang

menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang

komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan

dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga

menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator

mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah

miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.

b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang

sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang

orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati

yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati

mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan

sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang

sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun

non-verbal.

c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung

efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung

(36)

d. Rasa Positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,

mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi

komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif .

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

Artinya, ada pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak

menghargi, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk

disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan

positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri, 1991: 13).

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial

dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses

saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan

karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang

(37)

Dalam komunikasi antar pribadi, Joseph Luft menekankan bahwa setiap

orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang

lain.Hal ini digambarkan dalam Johari Window (Jendela Johari) yakni:

Gambar 2.1: Jendela Johari

I

OPEN AREA

Known by ourselves and known by Others

II

BLIND AREA

Known by others but not known by ourselves

III

HIDDEN AREA

Known by ourselves but not known by others

IV

UNKNOWN AREA

Not known by ourselves and not known by others

Sumber: Budyatna&Leila Mona, Teori Komunikasi Antarpribadi, 2011, Hal:40

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan

secara skematis seperti terlihat pada skema di atas.

Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang

bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dengan lain

perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa kegiatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak

(38)

Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak

dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti itu bersikap

tertutup.

Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri

dan tidak diketahui oleh orang lain. (Liliweri, 1991)

Berdasarkan definisi Devito, maka komunikasi antarpribadi adalah

komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang komunikator

berbicara maka akan terjadi umpan balik dari komunikan sehingga terdapat

interaksi. Dalam komunikasi dialogis, baik komunikator maupun komunikan,

keduanya aktif dalam proses pertukaran informasi yang berlangsung dalam

interaksi.

2.2.2 Peranan, Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi

Johnson (Supratikya,2003) menunjukkan beberapa peranan yang

disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan

kebahagiaan hidup manusia, yakni:

(39)

2. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.

3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan- kesan dan pengertian orang lain dan realitas yang sama. Tentu saja pembandingan sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang - orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik. (Supratiknya, 2003: 9-10)

Dari beberapa definisi komunikasi harus ditinjau manakah ciri- ciri yang

menunjukkan perbedaan yang khas antara komunikasi antarpribadi dengan bentuk

komunikasi yang lain. Reardon mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi

mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu:

1. Komunikasi antarpribadi dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong

2. Komunikasi antarpribadi berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja

3. Komunikasi antarpribadi kerapkali berbalas- balasan

4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya hubungan minimal 2 orang.

5. Komunikasi antarpribadi suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan

(40)

Dari berbagai sumber di atas, maka Alo Liliweri menyimpulkan bahwa

komunikasi antarpribadi mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

1. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan terjadi sambil lalu saja.

2. Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. Kebanyakan komunikasi antarpribadi tidak mempunyai satu tujuan yang diprogramkan terlebih dahulu, seperti pertemuan di ruang perpustakaan kemudian merencanakan belajar bersama, saling mengajak makan bersama setelah bertemu di rumah makan. Namun bisa saja komunikasi antarpribadi telah dijanjikan dan mempunyai tujuan terlebih dahulu, namun konteksnyaberbeda dengan komunikasi kelompok.

3. Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

5. Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas – balasan.

6. Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan sukses jika tidak membuahkan hasil

8. Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang - lambang bermakna (Liliweri, 1991: 13 -19)

Komunikasi antarpribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu

karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika - liku hidup pihak lain,

pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku

seseorang. Mereka yang sudah saling mengenal secara mendalam memiliki

interaksi komunikasi yang lebih baik daripada yang belum mengenal.

Kesimpulannya bahwa jika hendak menciptakan suatu komunikasi antarpribadi

yang lebih bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban.

Bagaimanapun juga suatu batasan pengertian yang benar-benar baik

tentang komunikasi antarpribadi tidak ada yang memuaskan semua orang. Semua

(41)

perilakunya. Dengan kata lain tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan antara

dua orang dapat digolongkan komunikasi antarpribadi. Ada tahap- tahap tertentu

dalam interaksi antara dua orang haruslah terlewati untuk menentukan komunikasi

antarpribadi benar- benar dimulai.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua

orang merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu

adalah:

1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal

2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan

3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis 4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi.

5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan y ang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan. 7. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang persuasif.

(Liliweri, 1991:30-31)

2.2.3 Fungsi Komunikasi Antarpribadi

Dibandingkan dengan bentuk - bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,

opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi

umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face ). Oleh karena itu individu (komunikator) dengan individu (komunikan) saling bertatap muka, maka

terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik

(42)

komunikator. Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan

menyenangkan komunikator, sehingga komunikator mempertahankan gaya

komunikasinya, sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, komunikator harus

mengubah gaya komunikasinya sampai berhasil.

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan

perilaku komunikan itulah maka bentuk komun ikasi antarpribadi acapkali

dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. (Effendy, 2003:61).

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan

hubungan insan (human relations), menghindari dan mengatasi konflik–konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan

pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat

berusaha membina hubungan yang baik dengan individu lainnya, sehingga

menghindari dan mengatasi terjadinya konflik- konflik di antara individu-

individu tersebut. (Cangara, 2005:56)

2.2.4 Konsepsi Diri dalam Komunikasi Antarpribadi

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri

yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi

masalah, merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu;

menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan

(43)

dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek- aspek kepriba dian yang tidak

disenanginya dan berusaha mengubah.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi

antarpribadi, yaitu:

a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh- sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman- pengalaman dan gagasan baru.

c. Percaya diri (self confidence). Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Kecemasan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai

communication apprehension . Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling menentukan. Untuk meningkatkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu seperti yang dikatakan Maxwell Maltz, seorang tokoh Psikosibernetik, ”Believe in yourself and you’ll succeed”.

d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif) .

(44)

2.2.5 Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkanpesan.

Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Persepsi interpersonal adalah persepsi individu pada individu lainnya. (Rakhmat,2005:8)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal,

antara lain:

1. Faktor Situasional, antara lain:

a. Deskripsi Verbal

Deskripsi individu secara verbal mengenai sifat individu lainnya ditentukan dari rangkaian katanya. Sifat individu yang pertama kali diucapkan komunikator akan mengarahkan penilaian komunikan selanjutnya.

b. Petunjuk ProksemikProksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka. Individu cenderung mempersepsi orang lain dengan melihat jarak mereka saat berkomunikasi dengan dirinya.

c. Petunjuk Kinesik

Persepsi yang dipengaruhi oleh gerakan orang lain. Terdapat beberapa ungkapan yang mencerminkan persepsi kita tentang orang lain dari gerakan tubuhnya, antara lain: membusungkan dada (sombong), menundukkan kepala (merendah), berdiri tegak (berani), bertopang dagu (sedih), menadahkan tangan (bersedih).

d. Petunjuk Wajah

Petunjuk wajah menimbulkan persepsi yang dapat diandalkan. Di antara berbagai petunjuk nonverbal, petunjuk wajah adalah yang paling pentig dalam mengenali perasaan persona stimuli.

e. Petunjuk Paralinguistik

(45)

f. Petunjuk Artifaktual

Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila kita mengetahui bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), kita beranggapan bahwa ia memiliki sifat–sifat tertentu (misalnya,periang atau penyedih); ini disebut

halo effect. Bila kita sudah menyenangi seseorang, maka kita cenderung melihat sifat - sifat baik pada orang itu dan sebaliknya.

2. Faktor Personal yakni faktor yang berasal dari individu-individu pelaku komunikasi, antara lain:

a. Pengalaman.

Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya daripada bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang paling dekat dengan kita.

b. Motivasi

Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur- unsur motivasi.

c. Kepribadian

(46)

2.3 Communication Apprehension

2.3.1 Ciri Communication Apprehension

Istilah communication apprehension (rasa malu, keengganan berkomunikasi, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan berbicara di depan umum,

dan sikap pendiam) merujuk pada perasaan takut atau kecemasan dalam interaksi

komunikasi. Individu tersebut akan mengembangkan perasaan- perasaan negatif

dan memprediksikan hal–hal negatif saat terlibat dalam interaksi komunikasi.

Individu merasa takut melakukan kesalahan dan akan dipermalukan. Individu

tersebut akan merasa keuntungan apapun yang bertambah dari keterlibatan

berkomunikasi akan sebanding dengan rasa takut. Individu yang mem iliki

ketakutan komunikasi yang tinggi, interaksi komunikasi tidak akan sebanding

dengan rasa takut yang timbul. (DeVito, 2001:80)

Terdapat tiga kategori sifat komunikator yang paling menarik dan paling

sering dibahas dalam literatur komunikasi yaitu : sifat mementingkan diri sendiri,

sifat berdebat, dan sifat cemas. (Morissan, 2010:7 -9)

a. Sifat mementingkan diri sendiri

(47)

b. Sifat berdebat

Komunikator memiliki sifat suka berdebat (argumentativeness) jika ia memiliki kecenderungan untuk suka melibatkan diri dalam percakapan yang membahas topik kontroversial. Komunikator dengan sifat in i cenderung bersifat tegas dalam mengemukakan pandangannya terhadap suatu hal. Ia akan menyatakan dukungannya terhadap pandangan yang dianggapnya benar dan sebaliknya ia akan mengkritik pandangan yang tidak sesuai. Dominick Infante melakukan penelitian men genai sifat komunikator yang argumentatif ini. Menurutnya sifat komunikator yang argumentatif memberikan kontribusi positif karena sifat ini dapat mendorong komunikator dan lawan bicaranya untuk saling belajar, membantu melihat pandangan pihak lain, meningkatkan kredibilitas, serta memperbaiki kemampuan berkomunikasi. Komunikator yang argumentatif cenderung memiliki sikap percaya diri dan tegas. Namun demikian, tidak semua orang percaya diri memiliki sifat argumentatif. Dengan kata lain, orang perlu memiliki percaya diri untuk dapat mengemukakan pandangannya. Namun demikian, sangatlah mungkin orang tetap memiliki percaya diri tanpa harus mengemukakan pandangannya sendiri. Menurut Infante, sifat komunikator yang argumentatif juga memiliki aspek negatif jika komunikator mengucapkan kata-kata yang agresif dan sikap permusuhan.

c. Sifat Cemas

Setiap orang pernah merasa gugup atau cemas ketika berkomunikasi. Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan masalah kecemasan dalam berkomunikasi. Penelitian yang paling populer adalah yang dilakukan oleh James McCroskey, yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang pernah mengalami kecemasan berkomunikasi. Namun ada kalanya kecemasan itu bersifat berlebihan sehingga menjadi tidak normal.

Kecemasan berkomunikasi yang tinggi merupakan kecenderungan untuk

mengalami kecemasan dalam waktu yang relatif lama dan dalam berbagai situasi

yang berbeda. Dalam hal ini seseorang menderita karena merasa sangat cemas

ketika ia harus berkomunikasi sehingga ia ingin bahkan akan menghindari

berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini menyebabkan orang bersangkutan tidak

dapat bersosialisasi dalam masyarakat.

Kecemasan berkomunikasi merupakan bagian dari konsep yang lebih

(48)

avoidance), kecemasan sosial (social anxiety), kecemasan interaksi (interaction anxiety), dan sifat malu (shyness) yang secara umum disebut dengan kecemasan sosial dan komunikasi.

Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book

(2001:80) menuliskan kecemasan berkomunikasi dapat di bagi menjadi dua

bagian, yaitu :

1. Kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang (trait apprehension). Keadaan cemas ini muncul tanpa memperhatikan situasi khusus. Ketakutan muncul dalam situasi komunikasi diadik, kelompok

kecil, berbicara didepan umum, maupun komunikasi massa.

2. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan

seseorang tidak mampu menyampaikan pesannya secara jelas (state apprehension). Keadaan takut akan terlihat jelas, khusus untuk situasi komunikasi tertentu. Devito mencontohkan individu yang mungkin

takut saat berbicara di depan umum tetapi tidak saat komunikasi diadik,

atau individu yang merasakan kecemasan berkomunikasi saat proses

wawancara namun tidak ada kecemasan saat berbicara di depan umum.

Kecemasan yang timbul karena situasi sosial ini sangatlah umum,

(49)

2.3.2 Perilaku Cemas

Kecemasan dapat menyebabkan penurunan frekuensi, kekuatan, dan

ketertarikan dalam interaksi komunikasi pada individu sehingga individu memiliki

keengganan dalam berkomunikasi. Kecemasan yang tinggi menghindari situasi

komunikasi, namun saat individu didorong untuk berpartisipasi, individu tersbut

akan berkomunikasi sesedikit mungkin. Individu-individu yang mengalami

kecemasan yang tinggi akan merasa kurang puas dengan pekerjaan mereka,

mungkin karena mereka kurang berhasil dalam membangun hubungan–hubungan

interpersonal. Semua perilaku ini tidak mengartikan bahwa kecemasan terjadi

pada orang yang tidak bahagia. Kebanyakan individu yang cemas telah belajaratau

dapat belajar untuk menangani kecemasan berkomunikasi mereka.

(DeVito,2001:80)

Sullivan menyatakan bahwa kecemasan dan kesendirian merupakan

pengalaman yang unik dalam arti mereka benar-benar tidak dikehendaki, oleh

karena itu maka orang cenderung mengundarinya, secara turun temurun memilih

situasi euforia. Sullivan merangkum konsep ini dengan menyatakan “keberadaan kecemasan jauh lebih buruk dari ketikberadaannya” (Jess&Gregory, 2010:261)

Sullivan membedakan kecemasan dengan rasa takut dalam beberapa

pendekatan yang penting. Pertama, kecemasan biasanya berakar dari situasi

interpersonal yang kompleks dan hanya tampak samar dalam kesadaran; rasa takut

lebih jelas dikenali dan asalnya lebih mudah diketahui. Kedua, Kecemasan tidak

memiliki nilai positif. Hanya ketika kecemasan berubah bentuk menjadi

(50)

tindakan yang menguntungkan. Ketiga, kecemasan menghambat terpuaskannya

kebutuhan, sedangkan rasa takut kadang membantu manusia memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tertentu. Pertentangan terhadap pemuasan kebutuhan ini

diungkapkan dalam kata-kata yang dapat dianggap sebagai definisi Sullivan akan

kecemasan: “Kecemasan adalah ketegangan yang bertentangan dengan

ketegangan akan kebutuhan dan bertentangan dengan tindakan yang membuat

mereka nyaman” (Jess&Gregory, 2010:261).

Pemikiran tentang kecemasan berorientasi pada masa depan dan sering

kali memperkirakan malapetaa. Pemikiran tentang kecemasan sering dimulai

dengan, “Bagaimana kalau...” dan berakhir dengan hal yang kacau. Pemikiran

tentang kecemasan juga sering meliputi citra tentang bahaya. Misalnya seseorang

yang takut bicara di depan umum bisa saja sebelumnya ia berfikir “Bagaimana

kalau aku terlihat aneh? Bagaimana kalau mereka mengkritik? Bagaimana kalau

orang lain menganggapku bodoh dan tidak mengerti apa yang kukatakan?. Ia bisa

memiliki citra tentang dirinya sendiri mematung didepan orang banyak. Pemikiran

ini adalah tentang masa depan dean semuanya memprediksikan hal yang buruk.,

sebagaian orang merasa cemas dalam hubungan dekat. Mungkin mereka takut

akan komitmen, takut dikritik, ditolak, dipermalukan, atau bayangan kemesraan

yang hancur. Semua ini menunjukkan adanya tema “sesuatu ynag buruk akan

terjadi” yang merupakaan tanda kecemasan (Dennis&Christine, 2004:215).

Semua perubahan pemikiran, perilaku, dan fisik yang dialami ketika kita

merasa cemas merupakan bagian dari respon kecemasan yang disebut dengan

“lawan, lari, atau diam” ( Dennis&Christie, 2004:210). Tiga jenis respon ini bisa

(51)

melihat bagaimana hal ini terjadi, bayangkan anda sendiri duduk di kursi di

sebuah taman temaram , melihat seorang lelaki besar dari jarak 20 meter berjalan

kearah anda. Anda yakin kalau ia melihat anda dan anda berfikir “Bagaimana

kalau ia merampokku?, Bagaimana kalau ia mabuk alkohol?”.

Pilihan anda adalah: (1) Lawan, untuk melakukannya jantung dan nafas

anda semakin cepat otot anda akan tegang dan berkeringat yang membantu anda

mendinginkan tubuh anda. (2) Lari, mungkin anda berfikir melawan orang itu

bukan ide baik, maka telapak tangan anda pun berkeringat nafas dan jantuk anda

pun semakin cepat dan wajah anda merona. (3) Diam, mungkin saja anda

berpura-pura tidak melihat orang itu, dalam hal ini akan membuat otot-otot anda menjadi

tegang dan kaku, jantung anda berdegup lebih kuat, dengan dada tegang anda

akan bernafas dengan sangat pelan.

Gambar 3.1: Ciri-ciri kecemasan

Reaksi Fisik

-Telapak tangan, kepala, badan

berkeringat

-Otot tegang

-Jantung berdegup kencang

- Pipi merona

-Pusing

Pemikiran

-Memikirkan bahaya secara berlebihan

-Menganggap diri anda tidak mampu

mengatasi masalah

-Tidak menganggap penting bantuan

yang ada

-Khawatir dan berpikir tentang hal yang

(52)

Perilaku

-Menghindari situasi saat kecemasan terjadi

-Meninggalkan situasi ketika

kecemasan terjadi

-Mencoba melakukan hal-hal kecil

(bermain macis, bersenandung, jalan

mondar-mandir)

-Mencoba melakukan banyak hal secara

sempurna atau mencoba mencegah

bahaya

Suasana Hati - Gugup

- Jengkel

- Cemas

- Panik

Sumber: Dennis & Christine, Manajemen Pikiran, 2004:210

Dennis dan Christine dalam bukunya Manajemen Pikiran, mengatakan bahwa kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress

yang dirasan oleh banyak orang. Kadang kecemasan disebut juga dengan perasaan

gugup dan khawatir. Kata “Kecemasan” menggambarkan sejumlah masalah

termasuk phobia (takut akan hal atau situasi tertentu), perasaan panik, gangguan pascatrauma. Mereka juga menggunakan kata “kecemasan” untuk

menggambarkan periode singkat perasaan gugup, khawatir, atau takut yang kita

alami ketika dihadapkan pada pengalaman yang sulit di dalam hidup kita

(53)

Kecemasan juga memiliki efek merusak pada orang dewasa. Jess dan

Gregory mengatakan “Kecemasan adalah kekuatan pengganggu utama yang

menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang sehat” (Teori

Kepribadian, 2010:260), mereka juga memakai pendapat Sullivan (1953) yang

menyamakan kecemasan parah dengan pukulan keras pada kepala. Kecemasan

membuat manusia tidak mampu belajar, merusak ingatan, menyempitkan sudut

pandang dan dapat menyebabkan amnesia. Hal yang unik dari kecemasan adalah

bahwa ia mempertahankan keadaan sebagaimana saat itu, walaupun seseorang

benar-benar merasa terganggu. Ketika kecemasan menghasilkan tindakan yang

secara khusus diarahkan untuk mencapai perasaan lega, maka kecemasan

menghasilkan perilaku:

1. Mencegah manusia untuk belajar dari kesalahan mereka sendiri.

2. Membuat orang tetap mengejar keinginan kekanak-kanakan demi

rasa aman.

3. Secara garis besar memastikan bahwa seseorang tersebut belum

belajar dari pengalaman mereka.

Burgoon (Infante et.al, 1990:146) dalam penelitiannya menemukan

beberapa aspek yang memberi kontribusi terhadap munculnya ketidakinginan

individu untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu:

1. Alienasi sosial, persoalan ini terjadi ketika seseorang tidak mampu mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan. Individu tersebut dalam kesehariannya masih mengembangkan perasaan gelisah (insecurity), isolasi, dan perasaan tidak mempunyai kekuasaan (powerlessness).

Gambar

Tabel 1.1: Operasional konsep
Gambar 2.1: Jendela Johari
Gambar 3.1: Ciri-ciri kecemasan
Tabel 2.1: Aksioma Teori Pengurangan Ketidakpastian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengumpulan data dilakukan yaitu yang pertama melakukan pengamatan disekitar pasar tradisional Peterongan Jombang dan juga diarea tempat pedagang, lalu

Langkah yang sama akan dilakukan pada seluruh waktu pengukuran baik dalam kondisi trafik dalam keadaan kecil, sedang maupun padat.dari hasil keseluruhan waktu

Merujuk pada beberapa kasus yang melibatkan beberapa bank tersebut diatas, yang hampir semuanya diakibatkan oleh salah dalam melakukan analisis sbagai

Pemilihan whey keju sebagai alternatif terbaik untuk media pertumbuhan Lactobacillus plantarum dan produksi bakteriosin berdasarkan beberapa hasil penelitian diantaranya :

Maksud dibuatnya terowongan tersebut adalah untuk jalan kereta api dan jalan mobil, pejalan kaki atau lalu lintas air untuk mengalirkan air, menghasilkan

Pendidikan dan pelatihan serta Motivasi yang diterima pegawai KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Semarang memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai.. Hasil tersebut

A.. Mengulek adalah salah satu kegiatan yang berat dilakukan. Meskipun terjadi peningkatan angka penderita arthritis dan CTS, hingga saat ini belum ada pengembangan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan model kooperaktif Pada Pembelajaran IImu Pengetahuan