PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING
TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA
DI PUSKESMAS KOTA ALAM
BANDA ACEH
TESIS
OLEH
IGA HERLITA 087033017/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA
DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh IGA HERLITA 087033017/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA
DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.
Medan, September 2010
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING,
ENABLING, REINFORCING TERHADAP
PEMANFAATAN BUKU KIA DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH
Nama Mahasiswa : Iga Herlita Nomor Induk Mahasiswa : 087033017
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr.Fikarwin Zuska) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji pada Tanggal : 27 Juli 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Fikarwin Zuska
Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
2. Drs. Eddy Syahrial, M.S
ABSTRAK
Saat ini penggunaan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh belum berjalan sesuai dengan pedoman penggunaan buku KIA. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu konseling, kurangnya pemahaman bidan terhadap pentingnya pemanfaatan buku KIA dan tidak adanya penilaian yang mendukung kinerja bidan dari pimpinan Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Predisposing (pengetahuan, sikap, pendidikan), Enabling (ketersediaan buku KIA), Reinforcing (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan buku KIA. Jenis penelitian adalah survei
cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua bidan di Puskesmas Kota Alam
Banda Aceh berjumlah 30 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis dengan mengunakan Uji Regresi berganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Faktor Predisposing (pengetahuan), Enabling (ketersediaan buku KIA) dan
Reinforcing (penilaian) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh. Tidak ada pengaruh faktor Predisposing
(pendidikan dan pengetahuan) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan
antenatal care. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa faktor Predisposing
(sikap) merupakan variabel paling dominan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA oleh bidan dalam pelayanan antenatal care.
Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan dalam memanfaatkan buku KIA, dan perlu kebijakan penerapan SOP(standar operasional prosedur) secara terpadu dan menyeluruh.
ABSTRACT
At the present time, the use of Mother and Child Health Care book at Health Centre of Alam city, Banda Aceh is not in accordance with the guidance on using Mother and Child Health Care book. It is caused by the limited time for counseling, less of the understanding of the midwifes to the importance of using Mother and Child Health Care book and without the assessment to support the performance of the midwife from the head of Health Centre.
This research was intended to analyze the influence of predisposing factor (knowledge, attitude, education), Enabling ( the availability of the Mother and Child Health Care book), Reinforcing (appraisal) on the use of Mother and Child Health Care book. The type of the research was cross-sectional survey. The population of the research were all midwifes at Health Centre Alam city, Banda Aceh for 30 person and all were taken as the sample of the research. The data were obtained using the structured questionnaire. The data analyzed using multiple Regression test with significance level 95%.
The results of the research showed that there were significant influence of Predisposing factors (knowledge), Enabling (availability Mother and Child Health Care book) and Reinforcing (appraisal)on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service at Health centre of Alam city, Banda Aceh. There were no influence of the Predisposing factor (education and attitude) on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service. The results of multiple regression test showed that the Predisposing factors (attitude) was the dominant variable influence on the use of Mother and Child Health Care book by the midwife in giving antenatal care service.
It is suggested for the midwifes to increase their knowledge in using Mother and Child Health Care book, and it is necessary to follow the procedure operational standard (SOP) integrated and comprehensively.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
ini dengan judul “Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap
Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh”.
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan
dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhomat:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Dr. Drs.R.Kintoko Rochadi, M.K.M selaku
Sekretaris Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta seluruh
jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis
3. Dr. Fikarwin Zuska, selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan tesis
ini dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes sebagai anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan
kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
4. Drs. Edy Syahrial, M.S dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes sebagai komisi penguji
tesis.
5. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh beserta seluruh jajarannya.
7. Kepala Puskesmas Kota Alam Banda Aceh, dan petugas kesehatan yang
bertugas di wilayah Puskesmas Kota Alam Banda Aceh.
8. Kedua orang tua: Alm Purn. Kolonel, H. T. Mahmuda dan Hj. Cut Nurhayati
yang tiada henti memberi, mendukung menghantarkan saya ke cita-cita yang
telah dipilih sendiri oleh saya sebagai bidan.
9. Suami tersayang dan anak-anak tercinta, yang telah turut memberikan doa
serta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu bersama ibu dalam
masa-masa menempuh pendidikan S2, semoga Allah memberikan waktu yang lebih
panjang untuk kita.
10.Rekan -rekan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak yang telah memberikan pengorbanan, bantuan dan dukungan selama penulis
mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karna
itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan dan
diucapkan terimakasih.
Medan, September 2010
RIWAYAT HIDUP
Iga Herlita, lahir pada tanggal 8 juli 1971 di Pidie Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Alm, Purn, Kolonel.
H. Mahmuda dan Hj. Nurhayati.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) pada tahun 1978 dan diselesaikan pada tahun 1984, Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) pada tahun 1984 dan selesai pada tahun 1987, Sekolah
Perawat Kesehatan pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 1990, Program
Pendidikan Bidan(DI bidan) pada tahun 1991, dan diselesaikan pada tahun 1992,
Akademi kebidanan(DIII bidan) pada tahun 1997, diselesaikan pada tahun 2000,
Strata Satu(S1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Makkah pada
tahun 2004, diselesaikan pada tahun 2007, Strata Dua(S2) di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada tahun 2008 dan
diselesaikan pada tahun 2010.
Pada tahun 1992 sampai tahun 1997 menjadi staf Puskesmas Jeumpa Bireuen
Aceh Utara, pada tahun 2000 sampai tahun 2002 menjadi staf di Dinas Kesehatan
Kota Banda Aceh, tahun 2002 menjadi staf pada Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda
Aceh dan staf keperawatan Rumah Sakit Umum Meuraxa pada tahun 2002 sampai
DAFTAR ISI
2.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi pemanfaatan buku KIA ... 18
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 33
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33
4.2. Analisis Univariat ... 34
4.3. Analisis Bivariat ... 37
4.4. Analisis Multivariat ... 41
BAB V. PEMBAHASAN ... 43
5.1. Pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal... 43
5.2 Pengaruh Faktor Predisposing terhadap pemanfaatan buku KIA... 46
5.3. Pengaruh Faktor Enabling terhadap pemanfaatan buku KIA ... 49
5.4. Pengaruh Faktor Reinforcing terhadap pemanfaatan buku KIA .... 49
5.5. Faktor Paling Dominan Berpengaruh dengan pemanfaatan buku KIA ... 51
5.6. Keterbatasan Penelitian ... 52
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
6.1. Kesimpulan ... ... 54
6.2. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1. Metode pengukuran ... 32
4.1. Distribusi ketenagaan di Puskesmas Kota Alam tahun ... 34
4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Predisposing dalam pemanfaatan buku KIA ... 35
4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Enabling dalam pemanfaatan buku KIA ... 36
4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Reinforcing dalam Pemanfaatan buku KIA... ... 37
4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care ... 37
4.6. Hubungan Faktor Predisposing dengan pemanfaatan buku KIA ... 39
4.7. Hubungan Faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA ... 40
4.8. Hubungan Faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA ... 40
4.9. Analisis Multivariat Uji Regresi Berganda antara Variabel independen terhadap Dependen... 41
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Skema Teori Stimulus Organisme Respons... 15
2. Skema terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku... 21
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... ... ... 59
2. Hasil Output Statistik ... ... 66
3. Surat Keterangan Izin Penelitian ... ... 78
ABSTRAK
Saat ini penggunaan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh belum berjalan sesuai dengan pedoman penggunaan buku KIA. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu konseling, kurangnya pemahaman bidan terhadap pentingnya pemanfaatan buku KIA dan tidak adanya penilaian yang mendukung kinerja bidan dari pimpinan Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Predisposing (pengetahuan, sikap, pendidikan), Enabling (ketersediaan buku KIA), Reinforcing (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan buku KIA. Jenis penelitian adalah survei
cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua bidan di Puskesmas Kota Alam
Banda Aceh berjumlah 30 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis dengan mengunakan Uji Regresi berganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Faktor Predisposing (pengetahuan), Enabling (ketersediaan buku KIA) dan
Reinforcing (penilaian) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh. Tidak ada pengaruh faktor Predisposing
(pendidikan dan pengetahuan) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan
antenatal care. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa faktor Predisposing
(sikap) merupakan variabel paling dominan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA oleh bidan dalam pelayanan antenatal care.
Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan dalam memanfaatkan buku KIA, dan perlu kebijakan penerapan SOP(standar operasional prosedur) secara terpadu dan menyeluruh.
ABSTRACT
At the present time, the use of Mother and Child Health Care book at Health Centre of Alam city, Banda Aceh is not in accordance with the guidance on using Mother and Child Health Care book. It is caused by the limited time for counseling, less of the understanding of the midwifes to the importance of using Mother and Child Health Care book and without the assessment to support the performance of the midwife from the head of Health Centre.
This research was intended to analyze the influence of predisposing factor (knowledge, attitude, education), Enabling ( the availability of the Mother and Child Health Care book), Reinforcing (appraisal) on the use of Mother and Child Health Care book. The type of the research was cross-sectional survey. The population of the research were all midwifes at Health Centre Alam city, Banda Aceh for 30 person and all were taken as the sample of the research. The data were obtained using the structured questionnaire. The data analyzed using multiple Regression test with significance level 95%.
The results of the research showed that there were significant influence of Predisposing factors (knowledge), Enabling (availability Mother and Child Health Care book) and Reinforcing (appraisal)on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service at Health centre of Alam city, Banda Aceh. There were no influence of the Predisposing factor (education and attitude) on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service. The results of multiple regression test showed that the Predisposing factors (attitude) was the dominant variable influence on the use of Mother and Child Health Care book by the midwife in giving antenatal care service.
It is suggested for the midwifes to increase their knowledge in using Mother and Child Health Care book, and it is necessary to follow the procedure operational standard (SOP) integrated and comprehensively.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk
ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI, 2002). Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara
Negara-negara berkembang lainnya. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 65 kali
lebih besar dari Negara Singapore, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari
indeks Philipina (Anwar, 2002).
Angka kematian ibu di Indonesia menurut hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Penurunan angka kematian ibu tersebut berjalan sangat lamban yaitu menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Selain itu terdapat variasi atau perbedaan yang
cukup nyata antara angka kematian ibu di Jawa Bali dan luar Jawa Bali, seperti di
Propinsi Jawa Tengah 248, Nusa Tengara Timur 554, Maluku 796 dan Papua
mencapai 1025 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh sendiri mempunyai AKI berkisar
224 per 100.000 kelahiran hidup . Hal ini mencerminkan adanya perbedaan dalam
segi geografis, demografis, akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta ketersediaan
sumber daya manusia. Hasil penelitian di 12 Rumah sakit mengenai sebab-sebab
kematian ibu bersalin diketahui bahwa 94,4% kematian ibu merupakan akibat
kematian ibu bersalin, 80% adalah perdarahan, infeksi dan toxaemia (Depkes, 1992).
Prawiroharjo, 2002 dalam kutipan Suryani hampir 70% ibu hamil menderita anemia
(HB < 11 gram %) yang akan menambah resiko terjadinya kematian ibu maternal. Hal
ini merupakan indikator masih lemahnya pelayanan program kesehatan ibu dan anak
dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya.
Mc Carthy and Maine (1992) dalam kutipan Nurbety mengemukan bahwa
determinan kesakitan dan kematian ibu yang meliputi status kesehatan, status
reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku pemanfaatan pelayanan
kesehatan serta faktor- faktor yang tidak terduga. Saraswati, 2002 berpendapat
kematian ibu juga berkaitan erat dengan masalah sosio budaya, ekonomi, tradisi dan
kepercayaan masyarakat, keadaan geografis, status wanita serta tingkat pendidikan
masyarakat, hal ini melatarbelakangi kematian ibu yang menderita komplikasi
obstetri, yang dikenal “3 terlambat” yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan untuk merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujukan dan
terlambat mendapat penanganan yang memadai di fasilitas rujukan.
Kematian ibu umumnya terjadi pada kelompok ibu resiko tinggi, dimana ibu
hamil dengan keadaan preeklamsi mempunyai 2 dari 3 gejala pre eklamsi ditandai
dengan (hipertensi, protein urine positif, bengkak di kaki), Saefuddin, 2000 yang di
kutip Mufdillah mengatakan, apabila preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan
berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu faktor utama penyebab
kematian ibu. Hal ini dapat timbul sejak kehamilan dan diperburuk dengan adanya
dapat dicegah bila komplikasi kehamilan dan keadaan resiko tinggi lainnya seperti
tinggi badan yang kurang (140 cm), penyakit menular seksual (PMS) umur yang
terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering melahirkan dan kurang gizi dapat di deteksi
lebih awal melalui pemeriksaan kehamilan sedini mungkin serta mendapat pelayanan
yang adekuat (Mufdillah, 2009)
Kegiatan pokok pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang dilaksanakan
oleh bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah
pelayanan Antenatal care, pertolongan persalinan, deteksi dini faktor resiko kehamilan
dan peningkatan pelayanan pada Neonatal, kehamilan merupakan suatu proses
reproduksi yang memerlukan perawatan khusus (pemantauan selama kehamilan) agar
dapat berlangsung dengan baik karena erat kaitannya dengan kehidupan ibu maupun
janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal
secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang dapat menyebabkan kematian (DepKes,
1996).
Perawatan kehamilan dan persalinan diawali oleh pelayanan antenatal
(pemeriksaan sejak awal kehamilan). Di Indonesia pelayanan Antenatal merupakan
pelayanan dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang pada dasarnya tersedia
bagi semua wanita hamil, dengan biaya yang relative murah. Namun meskipun biaya
pelayanan relative murah tidak semua wanita hamil memanfaatkan fasilitas pelayanan
tersebut, kondisi ini menyebabkan banyak kasus yang berisiko tidak dapat terdeteksi
Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam
menurunkan AKI. Salah satu kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan
pelayanan kebidanan yang berkualitas(Mufdillah, Asri, 2009). Bidan merupakan
tenaga kesehatan utama dalam pelayanan antenatal, penolong proses persalinan di
desa-desa(Bidan desa), Puskesmas dan Rumah sakit. Ikatan Bidan Indonesia(IBI)
mencatat dari sekitar 70 ribu desa di Indonesia, baru sekitar 30 ribu desa yang
mememiliki bidan. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan penempatan bidan di desa yaitu
agar masyarakat mau memanfaatkan jasa bidan dalam pertolongan persalinan
(Depkes,1996). Kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan antenatal datang
pada bidan, sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun(Saraswati, 2002).
Istiarti, 1996 Mengemukan hal yang sama salah satu faktor tingginya angka kematian
maternal disebabkan, 80% kelahiran masih ditolong oleh dukun.
Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat
antara berbagai tingakatan system pelayanan kesehatan masyarakat yang di mulai dari
bidan desa, upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini
komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan
yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah (Muninjaya,1999).
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan gerakan sayang ibu (GSI), Strategi Making
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan antenatal,
pemerintah melalui kerjasama dengan Japan International Coorpertion Agency (JICA)
guna mengembangkan buku kesehatan ibu dan anak (Jepang sendiri sudah mulai
mengunakan buku KIA sejak tahun 1948 dan terbukti mampu menurunkan AKI
terendah di dunia saat ini adalah Jepang sebesar 7,1 per 1000 kelahiran hidup). Setelah
proses pengembangan awal selama sepuluh tahun, buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), diluncurkan lagi pada tahun 2003 sampai dengan sekarang (Depkes, 2003).
Buku KIA adalah pengabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan
Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan
kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Buku KIA diperkenalkan
oleh JICA pada tahun 1994 dan diuji coba di salah satu kota di Jawa Tengah
perkembangan sangat baik yakni melampau cakupan propinsi yang telah
direncanakan, sehingga Depkes merasa perlu untuk menyusun buku KIA versi
Nasional (Purwanto, 2009). Menurut Purwanto pada tahun 2006, hampir semua
propinsi mengunakan buku KIA untuk pelayanan antenatal. Pada tahun 2007,
pengadaan buku KIA telah mencapai 50% dari perkiraan jumlah ibu hamil atau 2,6
juta ibu hamil .
Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA sebagai salah satu
program prioritas di Indonesia, yang diharapkan buku KIA nantinya bisa menjadi
instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga, selain itu juga
mampu meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik
dan JICA, 2003). Buku KIA juga di harapkan berdampak positif bagi kesehatan dan
perkembangan anak usia dini sejak dalam kandungan ibu sampai berumur 5 tahun.
Hal ini dapat meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu
berkontribusi terhadap cakupan dan frekwensi kunjungan ibu hamil, serta
memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA
(Anonim, 2008).
Kenyataan nya, hasil penelitian Hasanbasri dan Ernoviana di Kota Sawalunto
menunjukan bahwa, 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai
materi penyuluhan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nur Elly dan kawan-kawan
di Bengkulu apabila pemanfaatan diukur dari tanpa melihat jumlah materi maka
tingkat pemanfaatannya cukup tinggi (66,7%) dan apabila pemanfaatan diukur dari
seluruh materi penyuluhan yang ada (10 materi), maka pemanfaatan masih sangat
rendah (2,2%).
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sudah mulai mengunakan buku
KIA dalam pelayanan antenatal pada tahun 1997. Pemerintah kota Banda Aceh
sebagai salah satu Kabupaten Kota di daerah NAD juga telah mengadopsi pengunaan
buku KIA pada tahun 2003. Pengamatan Survey awal, dari 9 Puskesmas yang berada
di wilayah Kota Banda Aceh, Puskemas Kota Alam yang paling rendah cakupan K1
dan K4. Diketahui jumlah cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 823 orang atau
68%, dan kunjungan (K4) sebesar 613 orang atau 51% dari jumlah sasaran sebesar
Upaya–upaya yang dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu salah satu nya melalui pemberian pelayanan antenatal dengan
memanfaatkan buku KIA, Pedoman penggunaan buku KIA dalam praktek
penyuluhan/konseling yakni isi (13 materi) yang ada didalam buku KIA harus
dijelaskan kepada ibu. Kegiatan monitoring ibu hamil, yang telah dilakukan melalui
Program KIA bersamaan dengan Kunjungan ibu hamil (K1) satu kali, yaitu pada
trimester pertama dan pada trimester 2 (K2) satu kali, terakhir 2 kali pada trimester
akhir (K3 dan k4). Tetapi sejauh ini belum di peroleh gambaran pemanfaatan buku
tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, Ibu bayi dan ibu anak balita).
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa, materi penyuluhan yang
termuat didalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan pada setiap
ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas di
peroleh informasi bahwa penyebab belum di manfaatkannya buku KIA sebagai materi
penyuluhan dalam pelayanan antenatal karena waktu pelayanan yang terbatas,
sementara dari hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil diwilayah puskesmas
Kota Alam diketahui bahwa penyuluhan tidak diberikan secara rinci kepada ibu hamil
tetapi di suruh membaca sendiri di rumah kecuali jika ada yang tidak di mengerti
boleh ditanyakan pada petugas KIA pada saat kunjungan berikutnya.
Kondisi tersebut tidak mendukung sepenuhnya upaya percepatan AKI dan
AKB maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh predisposing, enabling,
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat diketahui bahwa masih ada
petugas KIA (bidan) yang belum memberikan penyuluhan/konseling dengan
memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan didalam pelayanan Antenatal.
Dengan demikian peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut;
Bagaimana pengaruh predisposing, enabling, reinforcing terhadap pemanfaatan buku
KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.
1.3. Tujuan penelitian
Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposing, enabling, reinforcing
terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.
1.4. Hipotesis penelitian
1. Ada pengaruh predisposing factor (pengetahuan, sikap, dan pendidikan),
terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.
2. Ada pengaruh Enabling factor (ketersediaan Buku KIA/ sarana) terhadap
pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.
3. Ada pengaruh Reinforcing factor (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada pemerintah kota Banda Aceh
untuk menentukan kebijakan dalam standar operasional prosedur (SOP) pada
pelaksanaan Penyuluhan agar dapat memanfaatkan Buku KIA dalam
pelayanan antenatal oleh bidan.
2. Sebagai bahan informasi bagi bidan puskesmas, pentingnya Buku KIA
dijadikan acuan dalam pelaksanaan program KIA khususnya dalam pemberian
pelayanan antenatal kepada ibu hamil
3. Menambah wawasan kepada penulis dalam aplikasi keilmuan serta bahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau
masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi
yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu
dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi,
dan tumbuh kembang balita.
Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak.
Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali
berakhir dengan kecacatan atau kematian. Depkes RI dan JICA, (2003) Untuk
mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka
salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)
Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan
kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun
sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau
informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan paket
(standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau
masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak
termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).
2.1.1 Pemanfaatan Buku KIA
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu ( GSI), strategi making
pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994
dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu
dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor
kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri dan
Ernoviana, 2006).
Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit
umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA
berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu
ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku
KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan
kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan
lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti
Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat
penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan
menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai
sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan
kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak
dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi,
serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13
materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga
kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja
tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan
(6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa
saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10)
bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit
pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga
Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005).
2.2. Perilaku Individu
Menurut Green (1980) yang di kutip Soekidjo perilaku manusia dalam hal
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour causes)
Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor predisposisi,
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya; b)
faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tidaknya fasilitas
atau sarana kesehatan; c) faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
Dari uraian diatas Soekidjo menyimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan
tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan
baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh
individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Shoemaker (1971) dalam Soekidjo, proses
adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu: 1) mengetahui/menyadari tentang adanya
ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3)
memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial); dan kalau
menyukainya; 5) menerima ide baru (adoption). Proses adopsi ini tidak berhenti
segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi
sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Proses pembuatan keputusan tentang
berkaitan dengan suatu ide baru (tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan
minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas
kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima
objek/topik yang dianjurkan; 2) Persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu
membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap
decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep
baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap
penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau
diadopsi; 5) tahap confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta
dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.
2.2.1 Perubahan perilaku individu
Hosland et.al. (1953) dalam kutipan Soekidjo mengatakan bahwa proses
perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
Perubahan Perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri
dari:
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme(diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut (perubahan
perilaku).
‐ Penerimaan ‐Pengertian ‐ Perhatian Organisme:
Stimulus
(Perubahan praktek) Reaksi
(Perubahan skrip)
Reaksi
Sumber: Soekidjo, (2007)
Gambar 2.1. Skema Teori Stimulus-Organisme-Respons
Agar upaya pembentukan atau perubahan perilaku terjadi sebagaimana yang
diharapkan diperlukan suatu strategi perubahan perilaku. WHO seperti yang dikutip
oleh Soekidjo(2007) mengelompokkan strategi perubahan perilaku menjadi tiga
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan, cara ini ditempuh misalnya
dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh
anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan
tetapi perubahan tersebut tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian Informasi, dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai
hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Cara
ini akan memakan waktu lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat
langgeng karena didasari pada kesadaran sendiri bukan karena paksaan.
3. Diskusi dan partisipasi, cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua
tersebut di atas dimana di dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak
bersifat satu arah saja, tetapi juga keaktifan berpartisipasi melalui diskusi-diskusi
tentang informasi yang diterimanya.
2.3. Bidan
Kebidanan di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM.
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut
dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia dan diakui oleh WHO dan
Federation of International Gynecologist Obsetrition (FIGO). Definisi tersebut
secara berkala di review dalam pertemuan Internasional/Kongres ICM. Definisi
terakhir disusun melalui koggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane
program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (regfister) dan atau memiliki izin
yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Mufdillah dan Asri, 2009).
Bidan diakui sebagai tenaga kerja professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir
dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain
yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya kepada perempuan
tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan
antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Kepmenkes RI, 2004)
Mempertimbangkan aspek social budaya dan kondisi masyarakat Indonesia,
maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:
Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara republic Indonesia serta memiliki kompetinsi
dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapatkan lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kepmenkes
RI, 2004).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak (Mufdillah dan Asri, 2009).
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan Buku KIA 2.4.1 Faktor Predisposing (Predisposing Faktor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya.
2.4.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau
berlangsung lama (Soekidjo, 2007). Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam tingkatan,
yaitu:
1. Tahu (know); tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension); memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application); penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenanya).
Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
4. Analisis (Analysis); analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain
5. Sintesis (Synthesis); sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada
6. Evaluasi (Evaluation); evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan
dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat
self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk
pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.
2.4.1.2 Sikap
Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku
seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut
Berkowitz (1972) dalam kutipan Azwar sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung
atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone
memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau negatif terhadap suatu obyek
psikologis (Azwar, 1995)
Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap
sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau
sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek
tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang tersebut
akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.
Sedangkan Edgley (1980) yang di kutip Azwar mendefenisikan sikap sebagai
suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons
terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Soekidjo (1997) bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan “predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.
Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.
Soekidjo(2007) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku manusia
melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:
(terbuka)
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya
terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan
kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu
perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat
tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus
diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan
berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.
2.4.1.3 Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi
pekerjaan. De Partie Santis (1996) dikutip oleh Laurenta (2001) dimana dalam
penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.
Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya
terhadap peningkatan produktifitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan
melaksanakan pekerjaannya (Ravianto, 1990). Menurut Heru, yang di kutip
Laksmono dan Tirto, makin tinggi pendidikan makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki . Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangannya sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke arah yang lebih dewasa, lebih
baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
2.4.2 Faktor Pemungkin( Enabling Factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat. Sarana dalam hal ini adalah tersedianya buku KIA di Puskesmas.
Nurdin, 1998 berpendapat dibutuhkan pedoman tertentu tentang penempatan fasilitas
dan penanganannya, disamping untuk memenuhi kebutuhan jabatan seseorang, azas
keserasian juga tetap untuk meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Keserasian
perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut menjamin adanya
suasana kerja yang mengairahkan. Peralatan dan perlengakapan harus tepat guna yang
diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan (Laurenta, 2001).
2.4.3 Faktor Penguat (Reinforcing Faktor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga
undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
pimpinan adalah melakukan supervisi/penilaian terhadap evaluasi pelaksanaan
kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan. Evaluasi yang digunakan berdasarkan pada
efektifitas dan efisiensi. Adanya dua kategori evaluasi yaitu kesesuaian
(appropriateness) yang dihubungkan dengan kebutuhan memenuhi tujuan program
dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan (adequency) yang
berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui kegiatan yang telah di
programkan. Rosidin dalam Putra, 2008, menyimpulkan bahwa supervisi yang baik
dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Sulasmi dalam Putra juga
mengemukakan hal yang sama bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi
dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang mendapat supervisi mempunyai
resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.
2.5 Landasan Teori
Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor
manusia memegang peranan penting dalam mempengaruhi pemanfaatan buku KIA, di
samping itu ketersediaan fasilitas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Menurut Green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo (1990), yang mendasari
timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan
reinforcing. Faktor –faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain
pengetahuan, sikap, dan pendidikan. Faktor enabling (faktor pemungkin), mencakup
reinforcing (faktor penguat) mencakup tidak langsung yang mempengaruhi perilaku
bidan sehubungan dengan pemanfaatan buku KIA berupa pengawasan, serta sanksi
yang diberikan (Notoatmodjo, 1990).
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
2. Sikap
3. Pendidikan
Faktor Enabling:
Ketersediaan buku KIA/sarana
Faktor Reinforcing:
Penilaian/ Supervisi Faktor predisposing:
1. Pengetahuan
Pemanfaatan buku KIA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional,
merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat
bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh, Penelitian
dimulai dengan penelusuran daftar pustaka, survei awal, persiapan proposal
penelitian, pelaksanakan penelitian, sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini
berlangsung Desember 2009 dan diharapkan selesai bulan Juli 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh bidan yang melakukan pelayanan antenatal yang
berjumlah 30 orang di puskesmas kota alam Banda Aceh.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 30 orang
tenaga bidan, dengan kriteria yang memberikan pelayanan antenatal di puskesmas
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi dan
wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah
dipersiapkan. Kuesioner tersebut telah di uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur, yakni
dengan cara memberikan kuiesioner pada Bidan Puskesmas Ule Kareng sebanyak 10
buah. Kuesioner diadopsi dari hasil penelitian Sri Wahyuni (2009) dan modifikasi
oleh peneliti. Data yang diperoleh dalam bentuk data sekunder dari Dinkes Kota
Banda Aceh, Yaitu: Gambaran umum Puskesmas Kota Alam Banda Aceh yang
meliputi profil puskesmas dan tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Alam Banda
Aceh.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional a. Variabel Dependen
Pemanfaatan buku KIA adalah memanfaatkan buku KIA sebagai materi
penyuluhan dalam pelayanan antenatal
b. Variabel Independen
1. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar
pertanyaan mengenai materi yang ada pada buku KIA. Buku KIA berisikan
informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak,
kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan
2. Sikap tanggapan atau pandangan responden yang dinyatakan dalam pernyataan
terhadap memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan.
3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir responden sampai pada saat
penelitian berlangsung
4. Ketersediaan buku KIA adalah ada tidaknya sarana buku KIA, serta
pemanfaatannya oleh bidan dalam melakukan pelayanan antenatal.
5. Supervisi adalah pernyataan responden mendapatkan penilaian dan bimbingan
dari atasan responden tentang pemanfaatan buku KIA
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran terhadap variabel independen dan variabel dependen
adalah sebagai berikut:
I. Variabel Dependen
Untuk mengukur tingkat pemanfaatan buku KIA. Diukur dari item pertanyaan
yang terdiri dari 8 pertanyaan. Skala pengukuran adalah Ordinal. Dengan hasil ukur
di manfaatkan (nilai 1), bila tidak dimanfaatkan (nilai 0).
a. Jika dimanfaatkan di beri nilai ( 1).
b. Jika tidak dimanfaatkan diberi nilai ( 0).
Berdasarkan nilai di klasifikasikan dalam dua kategori yaitu:
a. Baik jika nilai (skor) > 4
II. Variabel Independen 1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan responden untuk menjawab dengan benar
pertanyaan mengenai materi yang ada pada buku KIA. Diukur dari item pertanyaan
pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan, dengan skala pengukuran ordinal, total
skor 10 dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika dijawab benar di beri nilai ( 1).
b. Jika salah diberi nilai ( 0).
Berdasarkan nilai di klasifikasikan dalam tiga kategori yaitu:
a. Kurang baik jika nilai (skor) < 4
b. Sedang jika nilai (skor) 4 s/d 8
c. Baik jika nilai (skor) > 8
2. Sikap
Sikap adalah tangapan atau pandangan responden yang berhubungan dengan
memanfaatkan buku KIA . Diukur dari item pertanyaan yang terdiri 10 pertanyaan,
menggunakan skala Likert. Total skor tertinggi 50 dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika jawaban sangat setuju diberi (nilai 5).
b. Jika jawaban setuju diberi (nilai 4).
c. Jika jawaban ragu-ragu diberi (nilai 3).
d. Jika jawaban tidak setuju diberi (nilai 2).
e. Jika jawaban sangat tidak setuju diberi (nilai 1).
a. Kurang baik jika nilai (skor) < 10-19
b. Sedang jika nilai (skor) 20 s/d 38
c. Baik jika nilai (skor) > 38
3. Pendidikan
Pendidikan terakhir dari responden, diukur dengan skala ordinal, dengan hasil
ukur 1(D-1 Bidan), 2(D-III Bidan), 3(D-IV Bidan).
4. Sarana
Sarana adalah tersedianya buku KIA, di ukur dari 8 item pertanyaan,
mengunakan skala pengukuran Likert. Total skor tertinggi 40, dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Jika jawaban sangat tersedia diberi (nilai 5).
b. Jika jawaban tersedia diberi (nilai 4).
c. Jika jawaban cukup tersedia diberi (nilai 3).
d. Jika jawaban kurang tersedia diberi (nilai 2).
e. Jika jawaban belum tersedia diberi (nilai 1).
Berdasarkan jumlah nilai di klasifikasikan sebagai berikut:
a. Baik jika nilai (skor) > 20
b. Tidak baik jika nilai (skor) < 8-19
5. Supervisi
Adalah pernyataan responden tentang pernah dan tidak pernah mendapatkan
Diukur dari item pertanyaan supervisi yang terdiri 4 pertanyaan, menggunakan skala
pengukuran Likert. Total skor tertinggi 20, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika jawaban sangat tersedia diberi (nilai 5).
b. Jika jawaban tersedia diberi (nilai 4).
c. Jika jawaban cukup tersedia diberi (nilai 3).
d. Jika jawaban kurang tersedia diberi (nilai 2).
e. Jika jawaban belum tersedia diberi (nilai 1).
Berdasarkan jumlah nilai di klasifikasikan sebagai berikut:
a. Baik jika nilai (skor) > 10
b. Tidak baik jika nilai (skor) < 4-9
Kategori penilaian di atas berdasarkan metode penelitian Arikunto, 2002.
Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Metode Pengukuran
No Nama
Wawancara ordinal 1. Ya, dimanfaatkan (1) 2. Tidak di manfaatkan (0)
1. Baik 2. Tidak baik 2 Pengetahuan Wawancara Ordinal 1. Jawaban benar(1)
2. Jawaban salah (0) 5 Sarana Wawancara Interval 1. Belum tersedia
2. Kurang tersedia
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah mengunakan uji regresi
berganda pada taraf kepercayaan 95% .Dengan pertimbangan tehnik analisis ini dapat
memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis
Kecamatan Kota Alam merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di
Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas wilayah 62.057 Ha,
terletak antara 05°30’45’ sampai 05°,37’16 Lintang Utara dan pada bujur 95° sampai
16’ 15’ Bujur Timur dengan ketinggian 0,5 meter di atas permukaan laut. Adapun
batas-batas wilayah Kecamatan adalah ; Sebelah utara dengan Kecamatan Selat
Malaka, sebebelah selatan dengan Kecamatan Baiturrahman, sebelah timur dengan
Syiahkuala, dan sebelah barat dengan Kecamatan Kutaraja.
4.1.2. Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu sektor penting yang sangat
menentukan kualitas derajat kesehatan masyarakat di daerah ini. Pemenuhan derajat
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia
seperti gedung dan prasarana kesehatan lainnya. Kecamatan Kota Alam saat ini
memiliki sarana diantaranya dua unit Puskesmas, 4 Puskesmas pembantu, 11
Posyandu. Jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Kota Alam Kota
Banda Aceh tahun 2008 adalah sebanyak 56 orang. Secara terperinci terlihat pada
Tabel 4.1. Distribusi tenaga kesehatan Puskesmas Kota Alam Banda Aceh Tahun 2008
No Tenaga kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum (orang) 3
2 Dokter Gigi (orang) 1
3 Sarjana kesehatan masyarakat (orang) 5
4 Perawat bidan (orang) 30
5 Tenaga Kesehatan Gizi (orang) 1
6 Tenaga Analis Kesehatan/Lab (orang) 2
7 Tenaga Farmasi (orang) 4
8 Petugas sanitasi (orang) 1
9 Tenaga Teknis Kesehatan Lainnya (orang) 9
Jumlah 56
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh , 2008
4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Faktor Predisposing
Analisis univariat merupakan salah satu analisis data hasil penelitian dengan
mendistribusikan variabel penelitian dalam tabel distribusi. Faktor Predisposing
merupakan faktor pendukung yang berasal dari individu terhadap pemanfaatan buku
KIA dalam melaksanakan pelayanan antenatal care bagi ibu hamil. Faktor tersebut
terdiri dari pendidikan, pengetahuan dan sikap responden. Hasil penelitian dapat
Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan variabel faktor predisposing dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh
No Faktor Predisposing Frekuensi Persentase (%)
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, menunjukkan mayoritas responden bidan
mempunyai pengetahuan tentang pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal
care termasuk kategori sedang sebanyak 15 responden (50%), sebanyak 12 responden
(40%) kategori baik, dan hanya 3 responden (10%) yang mempunyai pengetahuan
kategori kurang baik, sedangkan sikap responden tentang pemanfaatan buku KIA
dalam pelayanan antenatal care relatif tidak ada perbedaan persentase antara sikap
yang baik dan sedang, masing-masing 15 responden (50%) dan 14 responden (46,7%),
dan hanya 1 responden (3,3%) termasuk sikap kategori kurang baik. Berdasarkan
pendidikan responden mayoritas 15 responden (50%) D-III, 13 responden (43,3%)
4.2.2. Faktor Enabling
Faktor enabling merupakan faktor yang memungkinkan seseorang (bidan)
untuk memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care di
Puskesmas, yaitu ketersediaan sarana buku KIA. Hasil penelitian menunjukan bahwa
responden mengatakan bahwa mayoritas ketersediaan sarana buku KIA kategori baik,
yaitu sebanyak 22 responden (73,3%), dan responden yang mengatakan kurang baik 8
responden (26,7%) seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan variabel faktor Enabling dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh
4.2.3. Faktor Reinforcing
Faktor Reinforcing merupakan faktor yang menguatkan seseorang untuk
memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care. Faktor tersebut
adalah supervisi (penilaian) terhadap perilaku bidan dalam memanfaatkan buku KIA
di Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,3% responden mengatakan
penilaian yang dilakukan pihak Puskesmas baik, dan 36% responden yang
Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan variabel faktor Reinforcing dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh
No Faktor Reinforcing Frekuensi Persentase (%)
4.2.4. Pemanfaatan Buku KIA
Pemanfaatan buku KIA adalah memanfaatkan buku KIA dalam pelayanan
antenatal. Berdasarkan hasil pemanfaatan buku KIA, 46,7% responden
memanfaatkan buku KIA pada saat pelayanan antenatal, dan 53,3% responden tidak
memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care, seperti pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan variabel Pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan antenatal care di puskesmas Kota Alam Kota Banda Aceh.
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen yang dilakukan melalui uji chi square
dengan nilai p=0,05. Variabel yang memiliki nilai p < 0,05 adalah variabel yang
4.3.1 Hubungan faktor Predisposing dengan Pemanfaatan buku KIA
Hasil penelitian berdasarkan Pengetahuan, diketahui proporsi responden yang
memanfaatkan buku KIA 16,7% terdapat pada responden dengan pengetahuan
kategori baik, 66,7%, terdapat pada responden dengan kategori sedang, responden
dengan pengetahuan kurang baik yaitu 66,7%. Hasil uji statistik menunjukan
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan buku KIA dengan
nilai p=0,027 (p<0,05).
Berdasarkan sikap, diketahui proporsi responden yang memanfaatkan buku
KIA 66,7% terdapat pada responden dengan sikap kategori baik, 28,6% terdapat pada
responden dengan sikap sedang, dibandingkan responden dengan sikap kurang baik
yaitu 0%. Hasil uji statistik menunjukan tidak terdapat hubungan signifikan antara
sikap dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,077 (p>0,05).
Berdasarkan pendidikan, diketahui proporsi responden dengan pendidikan D-I
kebidanan 38,3% yang memanfaatkan buku KIA, pendidikan D-III kebidanan yakni
53,3%, responden berpendidikan D-IV kebidanan yaitu 50%. Hasil statistik
menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan pemanfaatan
Tabel 4.6. Hubungan faktor predisposing dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh
Variabel Pemanfaatan buku KIA
Keterangan:*) signifikan pada taraf nyata 95% (p<0,05)
4.3.2. Hubungan Faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA
Faktor enabling tersebut adalah ketersediaan buku KIA, yaitu pendapat
responden mengenai ketersediaan buku KIA di puskesmas untuk kepentingan
pelaksanaan pelayanan antenatal. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang
memanfaatkan buku KIA 59,1% menyatakan bahwa ketersediaan sarana baik,
sedangkan responden yang menyatakan ketersediaan sarana kurang baik 12,5%. Hasil
uji statistik menunjukan ada hubungan signifikan antara ketersediaan buku KIA
Tabel 4.7. Hubungan faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh
Variabel Pemanfaatan buku KIA
Baik Tidak baik Total % p
n % n %
Ketersediaan sarana
a. Baik 13 59,1 9 40,9 22 100 0,039* b. Tidak baik 1 12,5 7 87,5 8 100
4.3.2 Hubungan Faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA
Faktor reinforcing merupakan faktor yang memungkinkan untuk
memanfaatkan buku KIA dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. Hasil penelitian
menunjukan bahwa berdasarkan variabel supervisi oleh manajemen puskesmas,
diketahui responden yang memanfaatkan buku KIA 21,1% memperoleh penilaian
secara baik dari manajemen puskesmas, responden yang memperoleh penilaian
kategori kurang baik yakni 90,9%. Hasil statistik menunjukan terdapat hubungan yang
signifikan antara penilaian dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,000
(p<0,05). Seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hubungan faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh
Variabel Pemanfaatan buku KIA
Baik Tidak baik Total % p
n % n %
Supervisi/penilaian