• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing Terhadap Pemanfaatan Buku KIA Di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING

TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA

DI PUSKESMAS KOTA ALAM

BANDA ACEH

TESIS

OLEH

IGA HERLITA 087033017/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA

DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh IGA HERLITA 087033017/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KIA

DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2010

(4)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING,

ENABLING, REINFORCING TERHADAP

PEMANFAATAN BUKU KIA DI PUSKESMAS KOTA ALAM BANDA ACEH

Nama Mahasiswa : Iga Herlita Nomor Induk Mahasiswa : 087033017

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Fikarwin Zuska) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji pada Tanggal : 27 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Fikarwin Zuska

Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

2. Drs. Eddy Syahrial, M.S

(6)

ABSTRAK

Saat ini penggunaan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh belum berjalan sesuai dengan pedoman penggunaan buku KIA. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu konseling, kurangnya pemahaman bidan terhadap pentingnya pemanfaatan buku KIA dan tidak adanya penilaian yang mendukung kinerja bidan dari pimpinan Puskesmas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Predisposing (pengetahuan, sikap, pendidikan), Enabling (ketersediaan buku KIA), Reinforcing (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan buku KIA. Jenis penelitian adalah survei

cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua bidan di Puskesmas Kota Alam

Banda Aceh berjumlah 30 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis dengan mengunakan Uji Regresi berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Faktor Predisposing (pengetahuan), Enabling (ketersediaan buku KIA) dan

Reinforcing (penilaian) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh. Tidak ada pengaruh faktor Predisposing

(pendidikan dan pengetahuan) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan

antenatal care. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa faktor Predisposing

(sikap) merupakan variabel paling dominan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA oleh bidan dalam pelayanan antenatal care.

Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan dalam memanfaatkan buku KIA, dan perlu kebijakan penerapan SOP(standar operasional prosedur) secara terpadu dan menyeluruh.

(7)

ABSTRACT

At the present time, the use of Mother and Child Health Care book at Health Centre of Alam city, Banda Aceh is not in accordance with the guidance on using Mother and Child Health Care book. It is caused by the limited time for counseling, less of the understanding of the midwifes to the importance of using Mother and Child Health Care book and without the assessment to support the performance of the midwife from the head of Health Centre.

This research was intended to analyze the influence of predisposing factor (knowledge, attitude, education), Enabling ( the availability of the Mother and Child Health Care book), Reinforcing (appraisal) on the use of Mother and Child Health Care book. The type of the research was cross-sectional survey. The population of the research were all midwifes at Health Centre Alam city, Banda Aceh for 30 person and all were taken as the sample of the research. The data were obtained using the structured questionnaire. The data analyzed using multiple Regression test with significance level 95%.

The results of the research showed that there were significant influence of Predisposing factors (knowledge), Enabling (availability Mother and Child Health Care book) and Reinforcing (appraisal)on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service at Health centre of Alam city, Banda Aceh. There were no influence of the Predisposing factor (education and attitude) on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service. The results of multiple regression test showed that the Predisposing factors (attitude) was the dominant variable influence on the use of Mother and Child Health Care book by the midwife in giving antenatal care service.

It is suggested for the midwifes to increase their knowledge in using Mother and Child Health Care book, and it is necessary to follow the procedure operational standard (SOP) integrated and comprehensively.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

ini dengan judul “Pengaruh Faktor Predisposing, Enabling, Reinforcing terhadap

Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh”.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan

dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhomat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan Dr. Drs.R.Kintoko Rochadi, M.K.M selaku

Sekretaris Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta seluruh

jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis

(9)

3. Dr. Fikarwin Zuska, selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan tesis

ini dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes sebagai anggota komisi pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan

kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

4. Drs. Edy Syahrial, M.S dan Asfriyati, S.K.M, M.Kes sebagai komisi penguji

tesis.

5. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh beserta seluruh jajarannya.

7. Kepala Puskesmas Kota Alam Banda Aceh, dan petugas kesehatan yang

bertugas di wilayah Puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

8. Kedua orang tua: Alm Purn. Kolonel, H. T. Mahmuda dan Hj. Cut Nurhayati

yang tiada henti memberi, mendukung menghantarkan saya ke cita-cita yang

telah dipilih sendiri oleh saya sebagai bidan.

9. Suami tersayang dan anak-anak tercinta, yang telah turut memberikan doa

serta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu bersama ibu dalam

masa-masa menempuh pendidikan S2, semoga Allah memberikan waktu yang lebih

panjang untuk kita.

10.Rekan -rekan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti

(10)

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua

pihak yang telah memberikan pengorbanan, bantuan dan dukungan selama penulis

mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karna

itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan dan

diucapkan terimakasih.

Medan, September 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Iga Herlita, lahir pada tanggal 8 juli 1971 di Pidie Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Alm, Purn, Kolonel.

H. Mahmuda dan Hj. Nurhayati.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

(SDN) pada tahun 1978 dan diselesaikan pada tahun 1984, Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) pada tahun 1984 dan selesai pada tahun 1987, Sekolah

Perawat Kesehatan pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 1990, Program

Pendidikan Bidan(DI bidan) pada tahun 1991, dan diselesaikan pada tahun 1992,

Akademi kebidanan(DIII bidan) pada tahun 1997, diselesaikan pada tahun 2000,

Strata Satu(S1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Makkah pada

tahun 2004, diselesaikan pada tahun 2007, Strata Dua(S2) di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada tahun 2008 dan

diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 1992 sampai tahun 1997 menjadi staf Puskesmas Jeumpa Bireuen

Aceh Utara, pada tahun 2000 sampai tahun 2002 menjadi staf di Dinas Kesehatan

Kota Banda Aceh, tahun 2002 menjadi staf pada Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda

Aceh dan staf keperawatan Rumah Sakit Umum Meuraxa pada tahun 2002 sampai

(12)

DAFTAR ISI

2.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi pemanfaatan buku KIA ... 18

(13)

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

4.2. Analisis Univariat ... 34

4.3. Analisis Bivariat ... 37

4.4. Analisis Multivariat ... 41

BAB V. PEMBAHASAN ... 43

5.1. Pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal... 43

5.2 Pengaruh Faktor Predisposing terhadap pemanfaatan buku KIA... 46

5.3. Pengaruh Faktor Enabling terhadap pemanfaatan buku KIA ... 49

5.4. Pengaruh Faktor Reinforcing terhadap pemanfaatan buku KIA .... 49

5.5. Faktor Paling Dominan Berpengaruh dengan pemanfaatan buku KIA ... 51

5.6. Keterbatasan Penelitian ... 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... ... 54

6.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Metode pengukuran ... 32

4.1. Distribusi ketenagaan di Puskesmas Kota Alam tahun ... 34

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Predisposing dalam pemanfaatan buku KIA ... 35

4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Enabling dalam pemanfaatan buku KIA ... 36

4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Faktor Reinforcing dalam Pemanfaatan buku KIA... ... 37

4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care ... 37

4.6. Hubungan Faktor Predisposing dengan pemanfaatan buku KIA ... 39

4.7. Hubungan Faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA ... 40

4.8. Hubungan Faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA ... 40

4.9. Analisis Multivariat Uji Regresi Berganda antara Variabel independen terhadap Dependen... 41

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Skema Teori Stimulus Organisme Respons... 15

2. Skema terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku... 21

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... ... ... 59

2. Hasil Output Statistik ... ... 66

3. Surat Keterangan Izin Penelitian ... ... 78

(17)

ABSTRAK

Saat ini penggunaan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh belum berjalan sesuai dengan pedoman penggunaan buku KIA. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu konseling, kurangnya pemahaman bidan terhadap pentingnya pemanfaatan buku KIA dan tidak adanya penilaian yang mendukung kinerja bidan dari pimpinan Puskesmas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Predisposing (pengetahuan, sikap, pendidikan), Enabling (ketersediaan buku KIA), Reinforcing (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan buku KIA. Jenis penelitian adalah survei

cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua bidan di Puskesmas Kota Alam

Banda Aceh berjumlah 30 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data dianalisis dengan mengunakan Uji Regresi berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Faktor Predisposing (pengetahuan), Enabling (ketersediaan buku KIA) dan

Reinforcing (penilaian) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal care di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh. Tidak ada pengaruh faktor Predisposing

(pendidikan dan pengetahuan) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan

antenatal care. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa faktor Predisposing

(sikap) merupakan variabel paling dominan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA oleh bidan dalam pelayanan antenatal care.

Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan dalam memanfaatkan buku KIA, dan perlu kebijakan penerapan SOP(standar operasional prosedur) secara terpadu dan menyeluruh.

(18)

ABSTRACT

At the present time, the use of Mother and Child Health Care book at Health Centre of Alam city, Banda Aceh is not in accordance with the guidance on using Mother and Child Health Care book. It is caused by the limited time for counseling, less of the understanding of the midwifes to the importance of using Mother and Child Health Care book and without the assessment to support the performance of the midwife from the head of Health Centre.

This research was intended to analyze the influence of predisposing factor (knowledge, attitude, education), Enabling ( the availability of the Mother and Child Health Care book), Reinforcing (appraisal) on the use of Mother and Child Health Care book. The type of the research was cross-sectional survey. The population of the research were all midwifes at Health Centre Alam city, Banda Aceh for 30 person and all were taken as the sample of the research. The data were obtained using the structured questionnaire. The data analyzed using multiple Regression test with significance level 95%.

The results of the research showed that there were significant influence of Predisposing factors (knowledge), Enabling (availability Mother and Child Health Care book) and Reinforcing (appraisal)on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service at Health centre of Alam city, Banda Aceh. There were no influence of the Predisposing factor (education and attitude) on the use of Mother and Child Health Care book in antenatal care service. The results of multiple regression test showed that the Predisposing factors (attitude) was the dominant variable influence on the use of Mother and Child Health Care book by the midwife in giving antenatal care service.

It is suggested for the midwifes to increase their knowledge in using Mother and Child Health Care book, and it is necessary to follow the procedure operational standard (SOP) integrated and comprehensively.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk

ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per 100.000

kelahiran hidup (SDKI, 2002). Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara

Negara-negara berkembang lainnya. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 65 kali

lebih besar dari Negara Singapore, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari

indeks Philipina (Anwar, 2002).

Angka kematian ibu di Indonesia menurut hasil Survey Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Penurunan angka kematian ibu tersebut berjalan sangat lamban yaitu menjadi 228 per

100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Selain itu terdapat variasi atau perbedaan yang

cukup nyata antara angka kematian ibu di Jawa Bali dan luar Jawa Bali, seperti di

Propinsi Jawa Tengah 248, Nusa Tengara Timur 554, Maluku 796 dan Papua

mencapai 1025 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh sendiri mempunyai AKI berkisar

224 per 100.000 kelahiran hidup . Hal ini mencerminkan adanya perbedaan dalam

segi geografis, demografis, akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta ketersediaan

sumber daya manusia. Hasil penelitian di 12 Rumah sakit mengenai sebab-sebab

kematian ibu bersalin diketahui bahwa 94,4% kematian ibu merupakan akibat

(20)

kematian ibu bersalin, 80% adalah perdarahan, infeksi dan toxaemia (Depkes, 1992).

Prawiroharjo, 2002 dalam kutipan Suryani hampir 70% ibu hamil menderita anemia

(HB < 11 gram %) yang akan menambah resiko terjadinya kematian ibu maternal. Hal

ini merupakan indikator masih lemahnya pelayanan program kesehatan ibu dan anak

dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya.

Mc Carthy and Maine (1992) dalam kutipan Nurbety mengemukan bahwa

determinan kesakitan dan kematian ibu yang meliputi status kesehatan, status

reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku pemanfaatan pelayanan

kesehatan serta faktor- faktor yang tidak terduga. Saraswati, 2002 berpendapat

kematian ibu juga berkaitan erat dengan masalah sosio budaya, ekonomi, tradisi dan

kepercayaan masyarakat, keadaan geografis, status wanita serta tingkat pendidikan

masyarakat, hal ini melatarbelakangi kematian ibu yang menderita komplikasi

obstetri, yang dikenal “3 terlambat” yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan

mengambil keputusan untuk merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujukan dan

terlambat mendapat penanganan yang memadai di fasilitas rujukan.

Kematian ibu umumnya terjadi pada kelompok ibu resiko tinggi, dimana ibu

hamil dengan keadaan preeklamsi mempunyai 2 dari 3 gejala pre eklamsi ditandai

dengan (hipertensi, protein urine positif, bengkak di kaki), Saefuddin, 2000 yang di

kutip Mufdillah mengatakan, apabila preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan

berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu faktor utama penyebab

kematian ibu. Hal ini dapat timbul sejak kehamilan dan diperburuk dengan adanya

(21)

dapat dicegah bila komplikasi kehamilan dan keadaan resiko tinggi lainnya seperti

tinggi badan yang kurang (140 cm), penyakit menular seksual (PMS) umur yang

terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering melahirkan dan kurang gizi dapat di deteksi

lebih awal melalui pemeriksaan kehamilan sedini mungkin serta mendapat pelayanan

yang adekuat (Mufdillah, 2009)

Kegiatan pokok pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang dilaksanakan

oleh bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah

pelayanan Antenatal care, pertolongan persalinan, deteksi dini faktor resiko kehamilan

dan peningkatan pelayanan pada Neonatal, kehamilan merupakan suatu proses

reproduksi yang memerlukan perawatan khusus (pemantauan selama kehamilan) agar

dapat berlangsung dengan baik karena erat kaitannya dengan kehidupan ibu maupun

janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal

secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang dapat menyebabkan kematian (DepKes,

1996).

Perawatan kehamilan dan persalinan diawali oleh pelayanan antenatal

(pemeriksaan sejak awal kehamilan). Di Indonesia pelayanan Antenatal merupakan

pelayanan dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang pada dasarnya tersedia

bagi semua wanita hamil, dengan biaya yang relative murah. Namun meskipun biaya

pelayanan relative murah tidak semua wanita hamil memanfaatkan fasilitas pelayanan

tersebut, kondisi ini menyebabkan banyak kasus yang berisiko tidak dapat terdeteksi

(22)

Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam

menurunkan AKI. Salah satu kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan

pelayanan kebidanan yang berkualitas(Mufdillah, Asri, 2009). Bidan merupakan

tenaga kesehatan utama dalam pelayanan antenatal, penolong proses persalinan di

desa-desa(Bidan desa), Puskesmas dan Rumah sakit. Ikatan Bidan Indonesia(IBI)

mencatat dari sekitar 70 ribu desa di Indonesia, baru sekitar 30 ribu desa yang

mememiliki bidan. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan penempatan bidan di desa yaitu

agar masyarakat mau memanfaatkan jasa bidan dalam pertolongan persalinan

(Depkes,1996). Kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan antenatal datang

pada bidan, sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun(Saraswati, 2002).

Istiarti, 1996 Mengemukan hal yang sama salah satu faktor tingginya angka kematian

maternal disebabkan, 80% kelahiran masih ditolong oleh dukun.

Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat

antara berbagai tingakatan system pelayanan kesehatan masyarakat yang di mulai dari

bidan desa, upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini

komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan

yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang

melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah (Muninjaya,1999).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian

ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan gerakan sayang ibu (GSI), Strategi Making

(23)

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan antenatal,

pemerintah melalui kerjasama dengan Japan International Coorpertion Agency (JICA)

guna mengembangkan buku kesehatan ibu dan anak (Jepang sendiri sudah mulai

mengunakan buku KIA sejak tahun 1948 dan terbukti mampu menurunkan AKI

terendah di dunia saat ini adalah Jepang sebesar 7,1 per 1000 kelahiran hidup). Setelah

proses pengembangan awal selama sepuluh tahun, buku Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), diluncurkan lagi pada tahun 2003 sampai dengan sekarang (Depkes, 2003).

Buku KIA adalah pengabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan

Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan

kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Buku KIA diperkenalkan

oleh JICA pada tahun 1994 dan diuji coba di salah satu kota di Jawa Tengah

perkembangan sangat baik yakni melampau cakupan propinsi yang telah

direncanakan, sehingga Depkes merasa perlu untuk menyusun buku KIA versi

Nasional (Purwanto, 2009). Menurut Purwanto pada tahun 2006, hampir semua

propinsi mengunakan buku KIA untuk pelayanan antenatal. Pada tahun 2007,

pengadaan buku KIA telah mencapai 50% dari perkiraan jumlah ibu hamil atau 2,6

juta ibu hamil .

Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA sebagai salah satu

program prioritas di Indonesia, yang diharapkan buku KIA nantinya bisa menjadi

instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga, selain itu juga

mampu meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik

(24)

dan JICA, 2003). Buku KIA juga di harapkan berdampak positif bagi kesehatan dan

perkembangan anak usia dini sejak dalam kandungan ibu sampai berumur 5 tahun.

Hal ini dapat meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu

berkontribusi terhadap cakupan dan frekwensi kunjungan ibu hamil, serta

memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA

(Anonim, 2008).

Kenyataan nya, hasil penelitian Hasanbasri dan Ernoviana di Kota Sawalunto

menunjukan bahwa, 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai

materi penyuluhan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nur Elly dan kawan-kawan

di Bengkulu apabila pemanfaatan diukur dari tanpa melihat jumlah materi maka

tingkat pemanfaatannya cukup tinggi (66,7%) dan apabila pemanfaatan diukur dari

seluruh materi penyuluhan yang ada (10 materi), maka pemanfaatan masih sangat

rendah (2,2%).

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sudah mulai mengunakan buku

KIA dalam pelayanan antenatal pada tahun 1997. Pemerintah kota Banda Aceh

sebagai salah satu Kabupaten Kota di daerah NAD juga telah mengadopsi pengunaan

buku KIA pada tahun 2003. Pengamatan Survey awal, dari 9 Puskesmas yang berada

di wilayah Kota Banda Aceh, Puskemas Kota Alam yang paling rendah cakupan K1

dan K4. Diketahui jumlah cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 823 orang atau

68%, dan kunjungan (K4) sebesar 613 orang atau 51% dari jumlah sasaran sebesar

(25)

Upaya–upaya yang dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka

kematian ibu salah satu nya melalui pemberian pelayanan antenatal dengan

memanfaatkan buku KIA, Pedoman penggunaan buku KIA dalam praktek

penyuluhan/konseling yakni isi (13 materi) yang ada didalam buku KIA harus

dijelaskan kepada ibu. Kegiatan monitoring ibu hamil, yang telah dilakukan melalui

Program KIA bersamaan dengan Kunjungan ibu hamil (K1) satu kali, yaitu pada

trimester pertama dan pada trimester 2 (K2) satu kali, terakhir 2 kali pada trimester

akhir (K3 dan k4). Tetapi sejauh ini belum di peroleh gambaran pemanfaatan buku

tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, Ibu bayi dan ibu anak balita).

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa, materi penyuluhan yang

termuat didalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan pada setiap

ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas di

peroleh informasi bahwa penyebab belum di manfaatkannya buku KIA sebagai materi

penyuluhan dalam pelayanan antenatal karena waktu pelayanan yang terbatas,

sementara dari hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil diwilayah puskesmas

Kota Alam diketahui bahwa penyuluhan tidak diberikan secara rinci kepada ibu hamil

tetapi di suruh membaca sendiri di rumah kecuali jika ada yang tidak di mengerti

boleh ditanyakan pada petugas KIA pada saat kunjungan berikutnya.

Kondisi tersebut tidak mendukung sepenuhnya upaya percepatan AKI dan

AKB maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh predisposing, enabling,

(26)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat diketahui bahwa masih ada

petugas KIA (bidan) yang belum memberikan penyuluhan/konseling dengan

memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan didalam pelayanan Antenatal.

Dengan demikian peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut;

Bagaimana pengaruh predisposing, enabling, reinforcing terhadap pemanfaatan buku

KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

1.3. Tujuan penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposing, enabling, reinforcing

terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

1.4. Hipotesis penelitian

1. Ada pengaruh predisposing factor (pengetahuan, sikap, dan pendidikan),

terhadap pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

2. Ada pengaruh Enabling factor (ketersediaan Buku KIA/ sarana) terhadap

pemanfaatan buku KIA di puskesmas Kota Alam Banda Aceh.

3. Ada pengaruh Reinforcing factor (penilaian/supervisi) terhadap pemanfaatan

(27)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada pemerintah kota Banda Aceh

untuk menentukan kebijakan dalam standar operasional prosedur (SOP) pada

pelaksanaan Penyuluhan agar dapat memanfaatkan Buku KIA dalam

pelayanan antenatal oleh bidan.

2. Sebagai bahan informasi bagi bidan puskesmas, pentingnya Buku KIA

dijadikan acuan dalam pelaksanaan program KIA khususnya dalam pemberian

pelayanan antenatal kepada ibu hamil

3. Menambah wawasan kepada penulis dalam aplikasi keilmuan serta bahan

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau

masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi

yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu

dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi,

dan tumbuh kembang balita.

Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah

meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak.

Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap

berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali

berakhir dengan kecacatan atau kematian. Depkes RI dan JICA, (2003) Untuk

mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka

salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)

Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan

kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun

sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau

(29)

informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan paket

(standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau

masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak

termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).

2.1.1 Pemanfaatan Buku KIA

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian

ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu ( GSI), strategi making

pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994

dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan

untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu

dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor

kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri dan

Ernoviana, 2006).

Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit

umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA

berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu

ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku

KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan

kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan

lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti

(30)

Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat

penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan

menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai

sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan

kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak

dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi,

serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).

Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13

materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga

kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja

tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan

(6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa

saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10)

bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit

pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga

Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005).

2.2. Perilaku Individu

Menurut Green (1980) yang di kutip Soekidjo perilaku manusia dalam hal

kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour causes)

(31)

Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor predisposisi,

yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang

dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya; b)

faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tidaknya fasilitas

atau sarana kesehatan; c) faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

Dari uraian diatas Soekidjo menyimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan

tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku.

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan

baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh

individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Shoemaker (1971) dalam Soekidjo, proses

adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu: 1) mengetahui/menyadari tentang adanya

ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3)

memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial); dan kalau

menyukainya; 5) menerima ide baru (adoption). Proses adopsi ini tidak berhenti

segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi

sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Proses pembuatan keputusan tentang

(32)

berkaitan dengan suatu ide baru (tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan

minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas

kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima

objek/topik yang dianjurkan; 2) Persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu

membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap

decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep

baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap

penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau

diadopsi; 5) tahap confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta

dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.

2.2.1 Perubahan perilaku individu

Hosland et.al. (1953) dalam kutipan Soekidjo mengatakan bahwa proses

perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses

Perubahan Perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri

dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak

efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut

(33)

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme(diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk

bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut (perubahan

perilaku).

‐ Penerimaan  ‐Pengertian  ‐ Perhatian  Organisme: 

Stimulus

(Perubahan  praktek)  Reaksi 

(Perubahan skrip) 

Reaksi 

Sumber: Soekidjo, (2007)

Gambar 2.1. Skema Teori Stimulus-Organisme-Respons

Agar upaya pembentukan atau perubahan perilaku terjadi sebagaimana yang

diharapkan diperlukan suatu strategi perubahan perilaku. WHO seperti yang dikutip

oleh Soekidjo(2007) mengelompokkan strategi perubahan perilaku menjadi tiga

(34)

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan, cara ini ditempuh misalnya

dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh

anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan

tetapi perubahan tersebut tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.

2. Pemberian Informasi, dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai

hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan

sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Cara

ini akan memakan waktu lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat

langgeng karena didasari pada kesadaran sendiri bukan karena paksaan.

3. Diskusi dan partisipasi, cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua

tersebut di atas dimana di dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak

bersifat satu arah saja, tetapi juga keaktifan berpartisipasi melalui diskusi-diskusi

tentang informasi yang diterimanya.

2.3. Bidan

Kebidanan di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM.

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut

dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia dan diakui oleh WHO dan

Federation of International Gynecologist Obsetrition (FIGO). Definisi tersebut

secara berkala di review dalam pertemuan Internasional/Kongres ICM. Definisi

terakhir disusun melalui koggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane

(35)

program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan

tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (regfister) dan atau memiliki izin

yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Mufdillah dan Asri, 2009).

Bidan diakui sebagai tenaga kerja professional yang bertanggung jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan

asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin

persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir

dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,

deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain

yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas

penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya kepada perempuan

tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan

antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan

perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Kepmenkes RI, 2004)

Mempertimbangkan aspek social budaya dan kondisi masyarakat Indonesia,

maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:

Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah Negara republic Indonesia serta memiliki kompetinsi

dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapatkan lisensi

untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang

bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk

(36)

masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan

asuhan kepada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan

normal, deteksi sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kepmenkes

RI, 2004).

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,

tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan

ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat

meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan

asuhan anak (Mufdillah dan Asri, 2009).

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan Buku KIA 2.4.1 Faktor Predisposing (Predisposing Faktor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya.

2.4.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau

berlangsung lama (Soekidjo, 2007). Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan

adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

(37)

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam tingkatan,

yaitu:

1. Tahu (know); tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension); memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application); penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenanya).

Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

4. Analisis (Analysis); analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain

5. Sintesis (Synthesis); sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan

(38)

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada

6. Evaluasi (Evaluation); evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan

dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat

self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk

pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.

2.4.1.2 Sikap

Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku

seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut

Berkowitz (1972) dalam kutipan Azwar sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung

atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone

memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau negatif terhadap suatu obyek

psikologis (Azwar, 1995)

Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap

sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau

(39)

sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek

tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang tersebut

akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.

Sedangkan Edgley (1980) yang di kutip Azwar mendefenisikan sikap sebagai

suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons

terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan

oleh Soekidjo (1997) bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,

akan tetapi merupakan “predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.

Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

Soekidjo(2007) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku manusia

melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:

(terbuka) 

(40)

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya

terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan

kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu

perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat

tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus

diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan

berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.

2.4.1.3 Pendidikan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi

pekerjaan. De Partie Santis (1996) dikutip oleh Laurenta (2001) dimana dalam

penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.

Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya

terhadap peningkatan produktifitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan

melaksanakan pekerjaannya (Ravianto, 1990). Menurut Heru, yang di kutip

Laksmono dan Tirto, makin tinggi pendidikan makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki . Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap

(41)

seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangannya sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke arah yang lebih dewasa, lebih

baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

2.4.2 Faktor Pemungkin( Enabling Factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat. Sarana dalam hal ini adalah tersedianya buku KIA di Puskesmas.

Nurdin, 1998 berpendapat dibutuhkan pedoman tertentu tentang penempatan fasilitas

dan penanganannya, disamping untuk memenuhi kebutuhan jabatan seseorang, azas

keserasian juga tetap untuk meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Keserasian

perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut menjamin adanya

suasana kerja yang mengairahkan. Peralatan dan perlengakapan harus tepat guna yang

diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan (Laurenta, 2001).

2.4.3 Faktor Penguat (Reinforcing Faktor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga

undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait

(42)

pimpinan adalah melakukan supervisi/penilaian terhadap evaluasi pelaksanaan

kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan. Evaluasi yang digunakan berdasarkan pada

efektifitas dan efisiensi. Adanya dua kategori evaluasi yaitu kesesuaian

(appropriateness) yang dihubungkan dengan kebutuhan memenuhi tujuan program

dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan (adequency) yang

berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui kegiatan yang telah di

programkan. Rosidin dalam Putra, 2008, menyimpulkan bahwa supervisi yang baik

dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Sulasmi dalam Putra juga

mengemukakan hal yang sama bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi

dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang mendapat supervisi mempunyai

resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.

2.5 Landasan Teori

Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor

manusia memegang peranan penting dalam mempengaruhi pemanfaatan buku KIA, di

samping itu ketersediaan fasilitas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku.

Menurut Green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo (1990), yang mendasari

timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan

reinforcing. Faktor –faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain

pengetahuan, sikap, dan pendidikan. Faktor enabling (faktor pemungkin), mencakup

(43)

reinforcing (faktor penguat) mencakup tidak langsung yang mempengaruhi perilaku

bidan sehubungan dengan pemanfaatan buku KIA berupa pengawasan, serta sanksi

yang diberikan (Notoatmodjo, 1990).

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian

sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

2. Sikap

3. Pendidikan

Faktor Enabling:

Ketersediaan buku KIA/sarana

Faktor Reinforcing:

Penilaian/ Supervisi Faktor predisposing:

1. Pengetahuan

Pemanfaatan buku KIA

(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional,

merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat

bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh, Penelitian

dimulai dengan penelusuran daftar pustaka, survei awal, persiapan proposal

penelitian, pelaksanakan penelitian, sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini

berlangsung Desember 2009 dan diharapkan selesai bulan Juli 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh bidan yang melakukan pelayanan antenatal yang

berjumlah 30 orang di puskesmas kota alam Banda Aceh.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 30 orang

tenaga bidan, dengan kriteria yang memberikan pelayanan antenatal di puskesmas

(45)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi dan

wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah

dipersiapkan. Kuesioner tersebut telah di uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur, yakni

dengan cara memberikan kuiesioner pada Bidan Puskesmas Ule Kareng sebanyak 10

buah. Kuesioner diadopsi dari hasil penelitian Sri Wahyuni (2009) dan modifikasi

oleh peneliti. Data yang diperoleh dalam bentuk data sekunder dari Dinkes Kota

Banda Aceh, Yaitu: Gambaran umum Puskesmas Kota Alam Banda Aceh yang

meliputi profil puskesmas dan tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Alam Banda

Aceh.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional a. Variabel Dependen

Pemanfaatan buku KIA adalah memanfaatkan buku KIA sebagai materi

penyuluhan dalam pelayanan antenatal

b. Variabel Independen

1. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar

pertanyaan mengenai materi yang ada pada buku KIA. Buku KIA berisikan

informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak,

kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan

(46)

2. Sikap tanggapan atau pandangan responden yang dinyatakan dalam pernyataan

terhadap memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan.

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir responden sampai pada saat

penelitian berlangsung

4. Ketersediaan buku KIA adalah ada tidaknya sarana buku KIA, serta

pemanfaatannya oleh bidan dalam melakukan pelayanan antenatal.

5. Supervisi adalah pernyataan responden mendapatkan penilaian dan bimbingan

dari atasan responden tentang pemanfaatan buku KIA

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran terhadap variabel independen dan variabel dependen

adalah sebagai berikut:

I. Variabel Dependen

Untuk mengukur tingkat pemanfaatan buku KIA. Diukur dari item pertanyaan

yang terdiri dari 8 pertanyaan. Skala pengukuran adalah Ordinal. Dengan hasil ukur

di manfaatkan (nilai 1), bila tidak dimanfaatkan (nilai 0).

a. Jika dimanfaatkan di beri nilai ( 1).

b. Jika tidak dimanfaatkan diberi nilai ( 0).

Berdasarkan nilai di klasifikasikan dalam dua kategori yaitu:

a. Baik jika nilai (skor) > 4

(47)

II. Variabel Independen 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan responden untuk menjawab dengan benar

pertanyaan mengenai materi yang ada pada buku KIA. Diukur dari item pertanyaan

pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan, dengan skala pengukuran ordinal, total

skor 10 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika dijawab benar di beri nilai ( 1).

b. Jika salah diberi nilai ( 0).

Berdasarkan nilai di klasifikasikan dalam tiga kategori yaitu:

a. Kurang baik jika nilai (skor) < 4

b. Sedang jika nilai (skor) 4 s/d 8

c. Baik jika nilai (skor) > 8

2. Sikap

Sikap adalah tangapan atau pandangan responden yang berhubungan dengan

memanfaatkan buku KIA . Diukur dari item pertanyaan yang terdiri 10 pertanyaan,

menggunakan skala Likert. Total skor tertinggi 50 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika jawaban sangat setuju diberi (nilai 5).

b. Jika jawaban setuju diberi (nilai 4).

c. Jika jawaban ragu-ragu diberi (nilai 3).

d. Jika jawaban tidak setuju diberi (nilai 2).

e. Jika jawaban sangat tidak setuju diberi (nilai 1).

(48)

a. Kurang baik jika nilai (skor) < 10-19

b. Sedang jika nilai (skor) 20 s/d 38

c. Baik jika nilai (skor) > 38

3. Pendidikan

Pendidikan terakhir dari responden, diukur dengan skala ordinal, dengan hasil

ukur 1(D-1 Bidan), 2(D-III Bidan), 3(D-IV Bidan).

4. Sarana

Sarana adalah tersedianya buku KIA, di ukur dari 8 item pertanyaan,

mengunakan skala pengukuran Likert. Total skor tertinggi 40, dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Jika jawaban sangat tersedia diberi (nilai 5).

b. Jika jawaban tersedia diberi (nilai 4).

c. Jika jawaban cukup tersedia diberi (nilai 3).

d. Jika jawaban kurang tersedia diberi (nilai 2).

e. Jika jawaban belum tersedia diberi (nilai 1).

Berdasarkan jumlah nilai di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Baik jika nilai (skor) > 20

b. Tidak baik jika nilai (skor) < 8-19

5. Supervisi

Adalah pernyataan responden tentang pernah dan tidak pernah mendapatkan

(49)

Diukur dari item pertanyaan supervisi yang terdiri 4 pertanyaan, menggunakan skala

pengukuran Likert. Total skor tertinggi 20, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika jawaban sangat tersedia diberi (nilai 5).

b. Jika jawaban tersedia diberi (nilai 4).

c. Jika jawaban cukup tersedia diberi (nilai 3).

d. Jika jawaban kurang tersedia diberi (nilai 2).

e. Jika jawaban belum tersedia diberi (nilai 1).

Berdasarkan jumlah nilai di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Baik jika nilai (skor) > 10

b. Tidak baik jika nilai (skor) < 4-9

Kategori penilaian di atas berdasarkan metode penelitian Arikunto, 2002.

Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Metode Pengukuran

No Nama

Wawancara ordinal 1. Ya, dimanfaatkan (1) 2. Tidak di manfaatkan (0)

1. Baik 2. Tidak baik 2 Pengetahuan Wawancara Ordinal 1. Jawaban benar(1)

2. Jawaban salah (0) 5 Sarana Wawancara Interval 1. Belum tersedia

2. Kurang tersedia

(50)

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah mengunakan uji regresi

berganda pada taraf kepercayaan 95% .Dengan pertimbangan tehnik analisis ini dapat

memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap

(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis

Kecamatan Kota Alam merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di

Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas wilayah 62.057 Ha,

terletak antara 05°30’45’ sampai 05°,37’16 Lintang Utara dan pada bujur 95° sampai

16’ 15’ Bujur Timur dengan ketinggian 0,5 meter di atas permukaan laut. Adapun

batas-batas wilayah Kecamatan adalah ; Sebelah utara dengan Kecamatan Selat

Malaka, sebebelah selatan dengan Kecamatan Baiturrahman, sebelah timur dengan

Syiahkuala, dan sebelah barat dengan Kecamatan Kutaraja.

4.1.2. Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu sektor penting yang sangat

menentukan kualitas derajat kesehatan masyarakat di daerah ini. Pemenuhan derajat

kesehatan masyarakat tidak terlepas dari sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia

seperti gedung dan prasarana kesehatan lainnya. Kecamatan Kota Alam saat ini

memiliki sarana diantaranya dua unit Puskesmas, 4 Puskesmas pembantu, 11

Posyandu. Jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Kota Alam Kota

Banda Aceh tahun 2008 adalah sebanyak 56 orang. Secara terperinci terlihat pada

(52)

Tabel 4.1. Distribusi tenaga kesehatan Puskesmas Kota Alam Banda Aceh Tahun 2008

No Tenaga kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum (orang) 3

2 Dokter Gigi (orang) 1

3 Sarjana kesehatan masyarakat (orang) 5

4 Perawat bidan (orang) 30

5 Tenaga Kesehatan Gizi (orang) 1

6 Tenaga Analis Kesehatan/Lab (orang) 2

7 Tenaga Farmasi (orang) 4

8 Petugas sanitasi (orang) 1

9 Tenaga Teknis Kesehatan Lainnya (orang) 9

Jumlah 56

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh , 2008

4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Faktor Predisposing

Analisis univariat merupakan salah satu analisis data hasil penelitian dengan

mendistribusikan variabel penelitian dalam tabel distribusi. Faktor Predisposing

merupakan faktor pendukung yang berasal dari individu terhadap pemanfaatan buku

KIA dalam melaksanakan pelayanan antenatal care bagi ibu hamil. Faktor tersebut

terdiri dari pendidikan, pengetahuan dan sikap responden. Hasil penelitian dapat

(53)

Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan variabel faktor predisposing dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

No Faktor Predisposing Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, menunjukkan mayoritas responden bidan

mempunyai pengetahuan tentang pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan antenatal

care termasuk kategori sedang sebanyak 15 responden (50%), sebanyak 12 responden

(40%) kategori baik, dan hanya 3 responden (10%) yang mempunyai pengetahuan

kategori kurang baik, sedangkan sikap responden tentang pemanfaatan buku KIA

dalam pelayanan antenatal care relatif tidak ada perbedaan persentase antara sikap

yang baik dan sedang, masing-masing 15 responden (50%) dan 14 responden (46,7%),

dan hanya 1 responden (3,3%) termasuk sikap kategori kurang baik. Berdasarkan

pendidikan responden mayoritas 15 responden (50%) D-III, 13 responden (43,3%)

(54)

4.2.2. Faktor Enabling

Faktor enabling merupakan faktor yang memungkinkan seseorang (bidan)

untuk memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care di

Puskesmas, yaitu ketersediaan sarana buku KIA. Hasil penelitian menunjukan bahwa

responden mengatakan bahwa mayoritas ketersediaan sarana buku KIA kategori baik,

yaitu sebanyak 22 responden (73,3%), dan responden yang mengatakan kurang baik 8

responden (26,7%) seperti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan variabel faktor Enabling dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

4.2.3. Faktor Reinforcing

Faktor Reinforcing merupakan faktor yang menguatkan seseorang untuk

memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care. Faktor tersebut

adalah supervisi (penilaian) terhadap perilaku bidan dalam memanfaatkan buku KIA

di Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,3% responden mengatakan

penilaian yang dilakukan pihak Puskesmas baik, dan 36% responden yang

(55)

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan variabel faktor Reinforcing dalam pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

No Faktor Reinforcing Frekuensi Persentase (%)

4.2.4. Pemanfaatan Buku KIA

Pemanfaatan buku KIA adalah memanfaatkan buku KIA dalam pelayanan

antenatal. Berdasarkan hasil pemanfaatan buku KIA, 46,7% responden

memanfaatkan buku KIA pada saat pelayanan antenatal, dan 53,3% responden tidak

memanfaatkan buku KIA dalam melakukan pelayanan antenatal care, seperti pada

Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan variabel Pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan antenatal care di puskesmas Kota Alam Kota Banda Aceh.

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen yang dilakukan melalui uji chi square

dengan nilai p=0,05. Variabel yang memiliki nilai p < 0,05 adalah variabel yang

(56)

4.3.1 Hubungan faktor Predisposing dengan Pemanfaatan buku KIA

Hasil penelitian berdasarkan Pengetahuan, diketahui proporsi responden yang

memanfaatkan buku KIA 16,7% terdapat pada responden dengan pengetahuan

kategori baik, 66,7%, terdapat pada responden dengan kategori sedang, responden

dengan pengetahuan kurang baik yaitu 66,7%. Hasil uji statistik menunjukan

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan buku KIA dengan

nilai p=0,027 (p<0,05).

Berdasarkan sikap, diketahui proporsi responden yang memanfaatkan buku

KIA 66,7% terdapat pada responden dengan sikap kategori baik, 28,6% terdapat pada

responden dengan sikap sedang, dibandingkan responden dengan sikap kurang baik

yaitu 0%. Hasil uji statistik menunjukan tidak terdapat hubungan signifikan antara

sikap dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,077 (p>0,05).

Berdasarkan pendidikan, diketahui proporsi responden dengan pendidikan D-I

kebidanan 38,3% yang memanfaatkan buku KIA, pendidikan D-III kebidanan yakni

53,3%, responden berpendidikan D-IV kebidanan yaitu 50%. Hasil statistik

menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan pemanfaatan

(57)

Tabel 4.6. Hubungan faktor predisposing dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

Variabel Pemanfaatan buku KIA

Keterangan:*) signifikan pada taraf nyata 95% (p<0,05)

4.3.2. Hubungan Faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA

Faktor enabling tersebut adalah ketersediaan buku KIA, yaitu pendapat

responden mengenai ketersediaan buku KIA di puskesmas untuk kepentingan

pelaksanaan pelayanan antenatal. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang

memanfaatkan buku KIA 59,1% menyatakan bahwa ketersediaan sarana baik,

sedangkan responden yang menyatakan ketersediaan sarana kurang baik 12,5%. Hasil

uji statistik menunjukan ada hubungan signifikan antara ketersediaan buku KIA

(58)

Tabel 4.7. Hubungan faktor Enabling dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

Variabel Pemanfaatan buku KIA

Baik Tidak baik Total % p

n % n %

Ketersediaan sarana

a. Baik 13 59,1 9 40,9 22 100 0,039* b. Tidak baik 1 12,5 7 87,5 8 100

4.3.2 Hubungan Faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA

Faktor reinforcing merupakan faktor yang memungkinkan untuk

memanfaatkan buku KIA dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. Hasil penelitian

menunjukan bahwa berdasarkan variabel supervisi oleh manajemen puskesmas,

diketahui responden yang memanfaatkan buku KIA 21,1% memperoleh penilaian

secara baik dari manajemen puskesmas, responden yang memperoleh penilaian

kategori kurang baik yakni 90,9%. Hasil statistik menunjukan terdapat hubungan yang

signifikan antara penilaian dengan pemanfaatan buku KIA dengan nilai p=0,000

(p<0,05). Seperti pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hubungan faktor Reinforcing dengan pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Kota Alam Banda Aceh

Variabel Pemanfaatan buku KIA

Baik Tidak baik Total % p

n % n %

Supervisi/penilaian

Gambar

Gambar 2.1. Skema Teori Stimulus-Organisme-Respons
Gambar 2.2. Skema Proses terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku
Gambar  2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Metode Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan bidan dalam menggunakan Alat Pelindung Diri, peningkatan pengawasan dan penilaian terhadap perilaku bidan dan kinerja bidan

Dari hasil uji statistik Rank Spearman pada variabel bebas yaitu predisposing factor (tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap), enabling factor (pendapatan ,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan umur, paritas, pengetahuan, sikap, jarak puskesmas dan bimbingan tenaga kesehatan dengan perilaku penggunaan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan buku KIA dalam penelitian ini adalah pendidikan, sikap, dukungan tenaga kesehatan, dukungan

Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara peran kader dengan pemanfaatan buku KIA. Kader yang berperan baik meningkatkan kemungkinan ibu untuk

Ada hubungan antara kepemilikan buku KIA dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang perawatan kehamilan di wilayah Puskesmas Fatukanutu, ini membuktikan bahwa

Diperlukan kesadaran ibu bahwa Buku KIA sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang KIA, sehingga ibu akan mempunyai kebiasaan untuk membaca, memahami isi buku

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Balita dengan Pemanfaatan Buku KIA Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa 23 orang yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak 20 orang 87% baik