DETERMINAN PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PADA IBU BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALIGE
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013
TESIS
Oleh
SITI NURAYA SIRAIT 117032154/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DETERMINAN PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PADA IBU BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALIGE
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SITI NURAYA SIRAIT 117032154/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : DETERMINAN PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PADA IBU BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Siti Nuraya Sirait Nomor Induk Mahasiswa : 117032154
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Ketua
) (Drs. Eddy Syahrial, M.S Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 04 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, M.S
PERNYATAAN
DETERMINAN PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PADA IBU BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALIGE
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2013
ABSTRAK
Kesehatan ibu dan kesehatan anak merupakan dasar yang penting dalam perkembangan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat masih merupakan yang tinggi di Asia Tenggara atau keempat di wilayah Asia Pasifik, yakni mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu tersebut terutama adalah (40-50%), infeksi, eklamsia, partus lama dan aborsi yang terkomplikasi. Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA adalah pengabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis determinan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir. Jenis Penelitian bersifat analitik dengan tipe explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi di bawah satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, yang berjumlah 729 orang dengan sampel penelitian berjumlah 85 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel faktor predisposing (pendidikan, pengetahuan, sikap), faktor enabling (ketersediaan sarana) dan faktor reinforcing (sikap petugas kesehatan) langsung mempengaruhi ibu bayi dalam memanfaatkan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir, dengan faktor reinforcing (sikap petugas kesehatan) sebagai variabel dominannya.
Perlu dilakukannya upaya peningkatan pelayanan bagi pasien ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi di bawah 1 tahun tentang pemakaian buku Kartu Ibu Anak (KIA) dan dilakukannya pelatihan serta pembinaan kepada petugas kesehatan untuk menarik minat ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi di bawah 1 tahun agar mau memanfaatkan buku KIA.
ABSTRACT
The health of mother and children is basically very important in community development. Maternity Death Rate (AKI) in Indonesia is the highest in the Southeast Asia or ranks fourth in Asia Pacific countries, that is, 307 per 100,000 of life-born babies. The direct causes of maternity death rate (40 to 50%) are infection, long delivery, and complicated abortion. The government policy and various efforts to decrease maternity death rate and infant death rate are, among others, by conducting Love Mother Movement (GSI) and Strategic Making Pregnancy Safer, providing books on KIA which are the combination of a number of Cards for Health (KMS) and Pregnant Mother Cards which contain information and materials for counseling about nutrition and health for mothers and children.
The objective of the research was to analyze the determinants of mothers with their babies in using KIA books in the working area of Balige Puskesmas, Toba Samosir District. The type of the research was analytic with explanatory research type. The population was 729 mothers who had babies under one year old in the working area of Balige Puskesmas, Toba Samosir District, and 85 of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews, using questionnaires, and analyzed by using multiple linear regression tests.
The result of the research showed that predisposing factors (education, knowledge and attitude), enabling factor (the availability of facilities), and reinforcing factor (attitude of health workers) directly influenced mothers who had babies in using KIA books in the working area of Balige Puskesmas, Toba Samosir District with reinforcing factor (attitude of health workers) as the most dominant variable.
It is recommended that service for patients of pregnant mothers and mothers who have babies under one year old about using KIA books should be increased and provide training and counseling to health workers about how to attract the interest of pregnant mothers and mothers who have babies under one year old to use KIA books.
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada Ibu Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku ketua komisi pembimbing dan Drs. Eddy Syahrial, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku penguji
tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir beserta jajarannya yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai.
7. Kepala Puskesmas Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir beserta jajarannya sebagai tempat penelitian.
8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Teristimewa buat suami tercinta Ir. Agus Raharjo beserta anak-anakku terkasih Bryan Altama, Yohana Patricia Raharjo dan Fidela Monalisa Raharjo yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.
terutama adinda Andreanda Nasution, Augustianny Situmeang, Mastiur Pangaribuan, Tio Marni Lumban Gaol dan Nurhayati Sembiring.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Juni 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Siti Nuraya Sirait, lahir pada tanggal 22 Desember 1968 di Padang Sidempuan, anak dari pasangan Ayahanda Alm. K. Sirait dan ibunda Alm. L.Pangaribuan. Sudah menikah dan berkeluarga dengan Ir.Agus Raharjo dan memiliki tiga orang anak, satu orang putra dan dua orang putri. Bertempat tinggal di Komplek PT. TPL Town Site A No. 02 D Porsea.
Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 081230 Sibolga tamat Tahun 1981, Sekolah Menengah Pertama SMPN I Sibolga tamat Tahun 1984, Sekolah Perawat Kesehatan P. Siantar tamat Tahun 1987, Sekolah D-I Kebidanan Yayasan Pendidikan Tenaga Kesehatan Arjuna Laguboti tamat Tahun 1998, D-III Keperawatan Yayasan Deli Husada Delitua tamat Tahun 2003, S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU tamat Tahun 2008.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2013.
DAFTAR ISI
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 38
4.3.1 Hubungan Pendidikan Dengan Pemanfaatan Buku KIA .... 48
4.3.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Buku KIA .. 49
4.3.3 Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Buku KIA ... 49
4.3.4 Hubungan Sarana Dengan Pemanfaatan Buku KIA ... 50
4.3.5 Hubungan Sikap Petugas Dengan Pemanfaatan Buku KIA 51
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
3.2. Definisi Operasional Variabel ... 39
3.3. Aspek Pengukuran Perilaku Ibu terhadap Pemanfaatan Buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir ... 39
4.1. Nama Desa/Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Balige ... 43
4.2. Data Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Balige ... 44
4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45
4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan... 45
4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap ... 46
4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sarana ... 46
4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Petugas ... 47
4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Buku KIA ... 47
4.9. Hubungan Pendidikan Dengan Pemanfaatan Buku KIA ... 48
4.10. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Buku KIA ... 49
4.11. Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Buku KIA ... 50
4.12. Hubungan Sarana Dengan Pemanfaatan Buku KIA ... 50
4.13. Hubungan Sikap Petugas Dengan Pemanfaatan Buku KIA ... 51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 67
2. Hasil Pengolahan SPSS ... 71
3. Master Data ... 76
ABSTRAK
Kesehatan ibu dan kesehatan anak merupakan dasar yang penting dalam perkembangan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat masih merupakan yang tinggi di Asia Tenggara atau keempat di wilayah Asia Pasifik, yakni mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu tersebut terutama adalah (40-50%), infeksi, eklamsia, partus lama dan aborsi yang terkomplikasi. Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA adalah pengabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis determinan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir. Jenis Penelitian bersifat analitik dengan tipe explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi di bawah satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, yang berjumlah 729 orang dengan sampel penelitian berjumlah 85 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel faktor predisposing (pendidikan, pengetahuan, sikap), faktor enabling (ketersediaan sarana) dan faktor reinforcing (sikap petugas kesehatan) langsung mempengaruhi ibu bayi dalam memanfaatkan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir, dengan faktor reinforcing (sikap petugas kesehatan) sebagai variabel dominannya.
Perlu dilakukannya upaya peningkatan pelayanan bagi pasien ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi di bawah 1 tahun tentang pemakaian buku Kartu Ibu Anak (KIA) dan dilakukannya pelatihan serta pembinaan kepada petugas kesehatan untuk menarik minat ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi di bawah 1 tahun agar mau memanfaatkan buku KIA.
ABSTRACT
The health of mother and children is basically very important in community development. Maternity Death Rate (AKI) in Indonesia is the highest in the Southeast Asia or ranks fourth in Asia Pacific countries, that is, 307 per 100,000 of life-born babies. The direct causes of maternity death rate (40 to 50%) are infection, long delivery, and complicated abortion. The government policy and various efforts to decrease maternity death rate and infant death rate are, among others, by conducting Love Mother Movement (GSI) and Strategic Making Pregnancy Safer, providing books on KIA which are the combination of a number of Cards for Health (KMS) and Pregnant Mother Cards which contain information and materials for counseling about nutrition and health for mothers and children.
The objective of the research was to analyze the determinants of mothers with their babies in using KIA books in the working area of Balige Puskesmas, Toba Samosir District. The type of the research was analytic with explanatory research type. The population was 729 mothers who had babies under one year old in the working area of Balige Puskesmas, Toba Samosir District, and 85 of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews, using questionnaires, and analyzed by using multiple linear regression tests.
The result of the research showed that predisposing factors (education, knowledge and attitude), enabling factor (the availability of facilities), and reinforcing factor (attitude of health workers) directly influenced mothers who had babies in using KIA books in the working area of Balige Puskesmas, Toba Samosir District with reinforcing factor (attitude of health workers) as the most dominant variable.
It is recommended that service for patients of pregnant mothers and mothers who have babies under one year old about using KIA books should be increased and provide training and counseling to health workers about how to attract the interest of pregnant mothers and mothers who have babies under one year old to use KIA books.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupakan permasalahan penting yang perlu mendapatkan penanganan serius. Berdasarkan hasil Survei Demokrafi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya, angka-angka tersebut menunjukan adanya perbaikan. Namun, bila dibandingkan dengan perbandingn kondisi antar daerah, terdapat kesenjangan yang cukup jauh antara daerah maju dan terpencil, serta antara daerah perdesaan dan perkotaan. Untuk AKB, misalnya, di Sulawesi Barat mencapai 74 (per 1.000 kelahiran hidup), di Nusa Tenggara Barat (NTB) 72, dan Sulawesi Tengah 60. Angka-angka tersebut empat kali lipat lebih tinggi dari pada AKB di daerah Yogyakarta yang memiliki AKB sebesar 19. Demikian pula untuk AKI, disparitas antara kota dan desa masih meningkat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya resiko yang dihadapi ibu melahirkan di desa (Media Indonesia, 2008).
seharusnya dapat cegah. Hal ini merupakan salah satu ketidak adilan sosial terbesar di masa kini. Beberapa tahun terakhir ini diakui dan diterima secara luas bahwa kematian maternal yang seharusnya dapat dicegah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak asasi perempuan. Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 529.000 perempuan meninggal tiap tahunnya oleh sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan, dan 99% dari kematian ini terjadi di negara-negara yang sedang berkembang (WHO, 2007).
dan persalinan yang kelak dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin seperti kurang energi kronis, anemia gizi besi, kurang yodium, HIV/AIDS, malaria, TB dan lain sebagainya. Melihat kenyataan tersebut maka pelayanan atenatal harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya/penyakit tersebut dapat di deteksi dan di tangani secara dini. Melalui pelayanan atenanatal yang terpadu ibu hamil akan mendapatkan pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak reproduksinya dapat terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan lebih efektif dan efisien. (Kepmenkes 2010)
Suryani (2010) hampir 70% ibu hamil menderita anemia (HB < 11 gram %) yang akan menambah resiko terjadinya kematian ibu maternal. Hal ini merupakan indikator masih lemahnya pelayanan program kesehatan ibu dan anak dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya.
Tingginya AKI dan juga AKB di Indonesia terkait dengan sejumlah indikator, yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, maupun sistem pengolahan kesehatan bersama. Jika kinerja ketiga indikator diperbaiki, pelayanan kesehatan bisa ditingkatkan. Meski masalah ini juga dipengaruhi kondisi sosial budaya seperti sisi kesehatan reproduksi, persoalannya mencakup tingkat kesuburan, pengendalian kesuburan, serta pengolahan dan penanganan ibu hamil dan melahirkan, kondisi dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan ibu.
menempatkannya di antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs), yang harus dicapai sebelum 2015. Komitmen yang ditandatangani 189 negara pada September 2000 itu, pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat masih merupakan yang tinggi di Asia Tenggara atau keempat di wilayah Asia Pasifik, yakni mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu tersebut terutama adalah (40-50%), infeksi, eklamsia, partus lama dan aborsi yang terkomplikasi (Yustina, 2007).
Pemerintah di seluruh dunia telah menyepakati Deklarasi Milennium (Millennium Declaration) pada tahun 2000, dimana telah ditentukan tujuan-tujuan serta sasaran-sasaran pembangunan yang jelas untuk dilaksanakan diseluruh dunia. Dari 8 tujuan yang ditentukan yaitu (1) menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan (2) mencapai pendidikan dasar secara universal (3) mendorong kesejahteraan gender dan pemberdayaan perempuan (4) mengurangi tingkat kematian anak (5) meningkatkan kesehatan ibu (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya (7) menjamin keberkelanjutan lingkungan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Tiga diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan perempuan yaitu peningkatan kesehatan maternal (kesehatan ibu), pencapaian pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Secara tidak langsung juga berkaitan dengan kesehatan perempuan (WHO, 2007).
masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, kematian bayi dan panjangnya umur harapan hidup. Setiap jam, dua orang ibu meninggal saat melahirkan karena berbagai penyebab, jika seorang ibu meninggal, maka anak yang ditinggalkan mempunyai kemungkinan 3 hingga 10 kali lebih besar untuk meninggal dalam waktu 2 tahun. Di Indonesia, angka kematian ibu 50 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Angka kematian bayi di Indonesia 1, 2-1, 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ASEAN (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat antara berbagai tingkat sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dimulai dari Puskesmas. Upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan kefasilitas rujukan yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah (Muninjaya, 1999).
kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang dapat menyebabkan kematian (DepKes, 1996).
Perawatan kehamilan dan persalinan diawali oleh pelayanan antenatal (pemeriksaan sejak awal kehamilan). Di Indonesia pelayanan Antenatal merupakan pelayanan dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang pada dasarnya tersedia bagi semua wanita hamil, dengan biaya yang relatif murah. Namun meskipun biaya pelayanan relative murah tidak semua wanita hamil memanfaatkan fasilitas pelayanan tersebut, kondisi ini menyebabkan banyak kasus yang berisiko tidak dapat terdeteksi dan ditangani. (Depkes, 1996)
Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan sedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita. Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyeluruh kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan. (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
pengadaan buku KIA telah mencapai 50% dari perkiraan jumlah ibu hamil atau 2,6 juta ibu hamil.
Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA sebagai salah satu program prioritas di Indonesia, yang diharapkan buku KIA nantinya bisa menjadi instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga, selain itu juga mampu meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu/keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA dan gizi di rumah (Depkes, dan JICA, 2003). Buku KIA juga di harapkan berdampak positif bagi kesehatan dan perkembangan anak usia dini sejak dalam kandungan ibu sampai berumur 5 tahun. Hal ini dapat meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu berkontribusi terhadap cakupan dan frekwensi kunjungan ibu hamil, serta memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA (Anonim, 2008).
Hasil penelitian di Kota Sawahlunto Hasanbasri dan Ernoviana (2006) dapat disimpulkan 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil, ibu bayi dan anak balita. Bagian yang tidak dilakukan pengisian antara lain : pencatatan pelaksanaan pemeriksaan neonatus, berat badan anak pada KMS, pemberian vitamin A, anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasehat pemberian makan serta bagian catatan penyakit dan masalah perkembangan.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa, materi penyuluhan yang termuat didalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan pada setiap ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas di peroleh informasi bahwa penyebab belum di manfaatkannya buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal karena waktu pelayanan yang terbatas, sementara dari hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil di wilayah puskesmas Balige diketahui bahwa penyuluhan tidak diberikan secara rinci kepada ibu hamil tetapi di suruh membaca sendiri di rumah kecuali jika ada yang tidak di mengerti boleh ditanyakan pada petugas KIA pada saat kunjungan berikutnya.
Pada survei pendahuluan peneliti di lokasi penelitian, buku KIA telah didistribusikan pada seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Toba Samosir, tetapi belum diperoleh gambaran pemanfaatan buku tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, ibu bayi dan ibu anak balita). Puskesmas Balige adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten Toba Samosir yang mana selama tahun 2011 melayani pasien ibu hamil 763 orang, ibu bersalin 729 orang dan bayi 701 orang. Untuk pencapaian K1 dan K4 dari Januari – Desember 2011 hampir mendekati angka nasional, yaitu K1 sebesar 95%, dengan target nasional 95%. Untuk K4 sebesar 85% dengan angka nasional 90%, untuk pencapaian KN1 79% dengan target nasional 90%, KN2 sebesar 77% dengan target nasional 90%, begitu juga target untuk persalinan ditangani tenaga kesehatan sebanyak 80,6%, dengan target nasional sebesar 90%, ini nenunjukan masih kurangnya partisipasi dan menunjukan prilaku yang masih kurang baik dalam proses KIA karena belum menunjukan target nasional. Sedangkan jumlah kematian bayi dan balita pada tahun 2011 yang terjadi Kabupaten Toba Samosir sebanyak 27 kasus kematian bayi dan angka kematian itu paling tinggi terjadi di Puskesmas Balige sebanyak 7 orang (Profil Kesehatan Puskesmas Balige 2011).
anak yang merupakan alat mendeteksi secara dini masalah kesehatan ibu, alat komunikasi dan penyuluhan informasi dari petugas kesehatan kepada ibu. Uraian diatas dapat diartikan bahwa pemanfaatan buku KIA berperan baik secara tidak langsung mempengaruhi tingginya kejadian kematian bayi di Puskesmas Balige.
Berdasarkan situasi dan fenomena tersebut maka untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi maka perlu dilakukan penelitian mengenai mengenai bagaimana determinan buku KIA pada ibu bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang, tingginya angka kematian bayi di Puskesmas Balige yang disebabkan secara tidak langsung karena pemanfaatan buku KIA sebagai alat pengamatan kondisi kesehatan ibu dan bayi, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada determinan ibu bayi dalam memanfaatkan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Hipotesis
Ada determinan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi pihak Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir untuk meningkatkan pelayanan bagi pasien ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi di bawah 1 tahun tentang pemakaian buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) serta mengajak ibu-ibu hamil untuk memakai buku KIA dalam menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
2. Untuk meningkatkan partisipasi ibu hamil dan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan
atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan
informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan,
kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi,
imunisasi, dan tumbuh kembang balita (Kepmenkes RI, 2004)
Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak.
Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali
berakhir dengan kecacatan atau kematian. Untuk mewujudkan kemandirian keluarga
dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) (Depkes RI dan JICA, 2003)
Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan
kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun
sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau
kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan
paket (standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya
gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan
kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).
2.1.1. Pemanfaatan Buku KIA
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu ( GSI), strategi making
pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994
dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu
dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor
kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri
dan Ernoviana, 2006).
Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit
umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA
berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu
ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku
KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan
kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan
lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti
Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat
penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan
menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai
sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan
kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak
dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi,
serta mencegah terjadinya balita kurang gizi. (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13
materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga
kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja
tandatanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi
persalinan (6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin
(8) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas
(10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan
penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program
Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB. (Depkes, 2005).
2.1.2. Buku KIA sebagai Materi Penyuluhan
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan satu-satunya buku untuk
keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk
perlu mendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan. Adapun materi
penyuluhan sebagai berikut :
1. Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
a. Periksa hamil secepatnya dan sesering mungkin sesuai anjuran petugas
b. Timbang berat badan setiap kali periksa hamil
c. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama hamil
d. Minta imunisasi Tetanus Toksoid kepada petugas kesehatan
e. Minta nasihat kepada petugas kesehatan tentang makanan bergizi selama
hamil
f. Sering mengajak bicara bayi sambil mengelus-elus perut setelah kandungan
berumur 4 bulan
2. Bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil
a. Mandi pakai sabun setiap hari, pagi dan sore. Gosok gigi dua kali sehari
b. setelah makan pagi dan sebelum tidur
c. Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan kurangi kerja berat
d. Tanyakan kepada bidan atau dokter tentang hubungan suami-istri yang aman
selama hamil
e. Jangan merokok, memakai narkoba, minum jamu atau minum minuman keras.
f. Di daerah malaria, sebaiknya ibu tidur pakai kelambu
3. Bagaimana makan yang baik selama hamil
a. Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran petugas kesehatan
c. Untuk menembah tenaga, makan makanan selingan, pagi dan sore hari seperti
kolak, bubur kacang hijau, kue-kue dan lain-lain
d. Tidak ada pantangan makanan bagi ibu selama hamil
4. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil
a. Pendarahan
b. Bengkak di kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala kadangkala disertai
kejang
c. Demam tinggi
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya
e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
5. Apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh
bidan atau dokter
b. Suami/keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan
c. Siapkan donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu
d. Ibu dan suami menanyakan kebidan/dokter kapan perkiraan tanggal persalinan
e. Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu dan
bayi perlu segera ke Rumah Sakit
f. Jika bersalin di rumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan :
1) Ruangan yang terang, tempat tidur dengan alas kain yang bersih
3) Kain, handuk dan pakaian bayi yang bersih dan kering
4) Kain dan pakaian ganti yang bersih dan kering bagi ibu setelah melahirkan
6. Apa saja tanda-tanda persalinan
a. Mulas-mulas yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama
b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
c. Keluar cairan ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban
7. Apa saja yang dilakukan ibu bersalin
a. Proses persalinan berlangsung 12 jam sejak terasa mulas. Jadi ibu masih bisa
makan, minum, buang air kecil dan jalan-jalan
b. Jika mulas-mulas bertambah, tarik napas panjang melalui hidung dan
keluarkan melalui mulut
c. Jika ibu merasa ingin buang air besar berarti bayi akan lahir. Segara beritahu
bidan/dokter
d. Ikuti anjuran bidan atau dokter kapan ibu harus mengejan waktu bayi akan
lahir
8. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
b. Pendarahan lewat jalan lahir
c. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
d. Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
e. Air ketuban keruh dan berbau
g. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang berat
9. Apa saja yang dilakukan ibu nifas
a. Segera meneteki/menyusui bayi dalam 30 menit setelah bersalin untuk
mencegah pendarahan dan merangsang ASI cepat keluar
b. Teteki/susui bayi sesering mungkin dan setiap kali bayi menginginkan secara
bergantian payudara kiri dan kanan
c. Rawat bayi baru lahir dengan baik
d. Tanyakan ke bidan/dokter cara meneteki secara eksklusif dan merawat bayi
baru lahir
10.Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas
a. Makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil
b. Istirahat cukup supaya ibu sehat dan ASI keluar banyak
c. Minum 1 kapsul vitamin A dosis tinggi
d. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas
e. Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut setiap kali basah
11.Apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu hamil
a. Pendarahan lewat jalan lahir
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
c. Demam lebih dari 2 hari
d. Bengkak di muka, tangan atau kaki, sakit kepala dan kejang-kejang
e. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
12.Mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga berencana (KB)
a. Agar ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan
ibu serta mengurus keluarga
b. Untuk mengatur agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebih dari 2 tahun
13.Apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB
a. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi suami
1) Kondom
2) Vasektomi
b. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi istri
1) Pil
2) Suntik
3) Implan
4) Spiral
5) Tubektomi
2.1.3. Indikator Kesehatan Ibu dan Anak
Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA, yaitu :
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
2. Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
(jumlah kunjungan ibu hamil K4 dibagi jumlah sasaran ibu hamil dalam satu
tahun) dikalikan 100%.
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan secara profesional.
4. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh masyarakat
Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil berisiko di suatu wilayah.
5. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA dan harus ditindak-lanjuti dengan intervensi secara intensif.
6. Cakupan pelayanan neonatal (KN) oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan pelayanan kesehatan neonatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat untuk melakukan
rujukan neonatal. (Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Kebidanan,
2.2. Perilaku Ibu
Menurut Green (1980) yang dikutip Soekidjo perilaku manusia dalam hal
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour causes)
dan faktor di luar perilaku (non behaviour cause). Selanjutnya menurut Soekidjo,
Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor predisposisi,
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya; b) faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan; c) faktor pendorong, yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Dari uraian diatas Soekidjo menyimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan
tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku. Implisit dari proses perubahan perilaku adalah
adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan
diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007).
Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang
objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan
motivasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan; 2) Persuasion
yang baik terhadap inovasi; 3) tahap decision, yaitu tahap dimana individu
mengambil keputusan untuk menerima konsep baru yang ditawarkan petugas
kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu
menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap
confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari
lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.
2.2.1. Perubahan Perilaku
Hosland et.al. (1953) dalam kutipan Soekidjo mengatakan bahwa proses
perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
Perubahan Perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang
terdiri dari:
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila
stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus
tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut
(perubahan perilaku).
Gambar 2.1. Skema Teori Stimulus-Organisme-Respons
Agar upaya pembentukan atau perubahan perilaku terjadi sebagaimana yang
diharapkan diperlukan suatu strategi perubahan perilaku. WHO seperti yang dikutip
oleh Soekidjo (2007) mengelompokkan strategi perubahan perilaku menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan, cara ini ditempuh misalnya
dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh
anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan
tetapi perubahan tersebut tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian Informasi, dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai
hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
Stimulus Organism :
− Perhatian − Pengertian − Penerimaan
Reaksi (Perubahan Skrip)
Cara ini akan memakan waktu lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat
langgeng karena didasari pada kesadaran sendiri bukan karena paksaan.
3. Diskusi dan partisipasi, cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua
tersebut di atas dimana di dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak
bersifat satu arah saja, tetapi juga keaktifan berpartisipasi melalui diskusi-diskusi
tentang informasi yang diterimanya.
2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku KIA
2.2.2.1. Faktor Predisposing (Predisposing Factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya.
1. Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi
pekerjaan. De Partie Santis (1996) dikutip oleh Laurenta (2001) dimana dalam
penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.
Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya
terhadap peningkatan produktifitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan
melaksanakan pekerjaannya (Ravianto, 1990). Menurut Heru, yang di kutip
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki . Pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangannya sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di
dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke
arah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat.
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau
berlangsung lama (Soekidjo, 2007). Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know); tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension); memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application); penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenanya).
Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
d. Analisis (Analysis); analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain
e. Sintesis (Synthesis); sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
f. Evaluasi (Evaluation); evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan
dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat
self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk
pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.
3. Sikap
Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku
seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut
Berkowitz (1972) dalam kutipan Azwar sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung
atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone
memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau negatif terhadap suatu obyek
psikologis (Azwar, 1995).
Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap
sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau
negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau seseoorang bersikap positif terhadap
tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang
tersebut akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.
Sedangkan Edgley (1980) yang di kutip Azwar mendefenisikan sikap sebagai
suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons
terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Soekidjo (1997) bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan “predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.
Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.
Soekidjo (2007) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku
manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:
Gambar 2.2. Skema Proses Terjadinya Sikap dan Reaksi Tingkah Laku
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya
terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan
kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu Rangsangan
Stimulus
Proses Stimulus
Reaksi
Tingkah Laku (Terbuka) Sikap
perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat
tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus
diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan
berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.
2.2.2.2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Sarana dalam hal ini adalah tersedianya buku KIA di
Puskesmas. Nurdin, (1998) berpendapat dibutuhkan pedoman tertentu tentang
penempatan fasilitas dan penanganannya, disamping untuk memenuhi kebutuhan
jabatan seseorang, azas keserasian juga tetap untuk meningkatkan efisiensi kerja
pegawai. Keserasian perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut
menjamin adanya suasana kerja yang mengairahkan. Peralatan dan perlengakapan
harus tepat guna yang diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan (Laurenta, 2001).
2.2.2.3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga
undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan. Syamsudin, (2003) mengemukakan bahwa salah satu tugas
pimpinan adalah melakukan supervisi/penilaian terhadap evaluasi pelaksanaan
kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan. Evaluasi yang digunakan berdasarkan pada
efektifitas dan efisiensi. Adanya dua kategori evaluasi yaitu kesesuaian
dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan (adequency) yang
berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui kegiatan yang telah di
programkan. Rosidin dalam Putra (2008), menyimpulkan bahwa supervisi yang baik
dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Sulasmi dalam Putra juga
mengemukakan hal yang sama bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi
dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang mendapat supervisi mempunyai
resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.
2.3.Landasan Teori
Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor
manusia memegang peranan penting dalam mempengaruhi pemanfaatan buku KIA,
di samping itu ketersediaan fasilitas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Menurut Green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo (1990), yang mendasari
timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan
reinforcing. Faktor –faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain
pengetahuan, sikap, dan pendidikan. Faktor enabling (faktor pemungkin), mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana dalam hal ini buku KIA. Sedangkan faktor
reinforcing (faktor penguat) mencakup tidak langsung yang mempengaruhi perilaku
bidan sehubungan dengan pemanfaatan buku KIA berupa pengawasan petugas
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian
ini digambarkan pada Gambar 2.3 berikut ini
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Pemanfaatan Buku KIA Faktor Enabling:
Sarana Buku KIA
Faktor Predisposing:
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
Faktor Reinforcing:
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dimana untuk menjelaskan variabel independen yaitu determinan perilaku ibu dalam pemanfaatan buku KIA (faktor prediposing, enabling, dan reinforcing) terhadap variabel dependen pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir. Pemilihan lokasi penelitian dikarenakan tingginya angka kematian bayi di Puskesmas Balige, sedangkan buku KIA sudah di distribusikan secara menyeluruh di seluruh desa yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Balige dan belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya di tempat ini.
3.2.2. Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Oleh karena itu populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi di bawah satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, yang berjumlah 729 orang.
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikutip oleh Lemeshow, yaitu :
= 84,96 orang ≈ 85 orang Dimana :
n = besar sampel minimum N = besar populasi
Z1- /2 = nilai distribusi normal baku (table Z) pada tertentu P = proporsi di populasi
d = kesalahan absolute yang dapat ditolerir
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dalam penelitian melalui observasi dan wawancara langsung dengan ibu yang memiliki bayi dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan.
2. Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh dari wilayah kerja Puskesmas Balige yaitu tentang gambaran umum Puskesmas serta data yang menyangkut pasien ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi yang berobat di Puskesmas Balige.
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
moment pada taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 30 orang yang di uji nilai r-Tabelnya adalah sebesar 0,361.
Uji validitas dilakukan pada 30 orang ibu yang memiliki bayi yang bertempat tinggal daerah Puskesmas Lagubati, karena Puskesmas Laguboti memiliki angka kematian yang kedua tertinggi di Kabupaten Toba Samosir dan dianggap lokasi yang dekat dengan lokasi penelitian memiliki karakteristik masyarakatnya yang sama yaitu masyarakat Suku Batak. Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada table 3.1 Berikut :
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pertanyaan Corrected Item-Total
Correlation Keterangan Pengetahuan
P1 0,632 Valid
P2 0,658 Valid
P3 0,784 Valid
P4 0,658 Valid
P5 0,514 Valid
P6 0,784 Valid
P7 0,598 Valid
P8 0,528 Valid
P9 0,514 Valid
P10 0,553 Valid
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation Keterangan Sikap
Cronbach's Alpha 0,929 Reliabel
Sarana
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation Keterangan Sikap Petugas Kesehatan
Cronbach's Alpha 0,82421875 Reliabel
Pemanfaatan Buku KIA
Cronbach's Alpha 0,829 Reliabel
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang diukur yaitu: a. Variabel Independen
- Pengetahuan - Sikap - Pendidikan
- Penyuluhan buku KIA - Sikap petugas kesehatan
3.5.2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional
Pengetahuan Tingkat pengetahuan responden mengenai materi yang ada pada buku KIA.
Sikap Pandangan responden mengenai materi yang ada pada buku KIA Pendidikan
Sarana buku KIA
Tingkat pendidikan formal yang pernah dilalui responden Ketersediaan segala sesuatu mengenai buku KIA.
Sikap petugas kesehatan Pemanfaatan buku KIA
Pandangan responden mengenai petugas kesehatan Responden memanfaatkan informasi dari buku KIA
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran terhadap variabel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada Ibu Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir
Variabel
Perta-nyaan Kategori Hasil Ukur Skala Ukur
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Variabel
Perta-nyaan Kategori Hasil Ukur Skala Ukur
Sikap 20 a. Sangat tidak setuju
Pendidikan 1. Dasar (SD/SLTP)
2. Menengah (SLTA)
3.7. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian, menurut Widodo (2004) dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.
1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menjelaskan frekuensi setiap variabel penelitian dengan penyajian dalam tabel distribusi frekuensi serta narasi.Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen.
(pengetahuan, sikap, pendidikan, penyuluhan buku kia, sikap petugas kesehatan) dengan pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Lokasi Penelitian
Puskesmas Balige berdiri pada tanggal 10 Oktober 1982 yang diresmikan oleh Dr. Tunggul Tampubolon. Pada saat itu jumlah Tenaga Medis / Perawat berjumlah 8 orang, Bidan 6 orang dan 1 orang dokter. Seiring dengan perkembangan zaman dan pentingnya kesehatan maka oleh pemerintah setempat wilayah kerja Puskesmas Balige dikembangkan menjadi 5 kelurahan yang mana sebelumnya hanya mencakup 3 kelurahan.
Visi : Kasih terhadap sesama manusia, peduli terhadap kesehatan dan bermartabat bagi setiap pegawai kesehatan.
Misi : Mewujudkan manusia yang penuh kasih terhadap sesama, peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan terutama di bidang kesehatan dan menaikkan martabat pegawai di mata masyarakat.
Batas-batas wilayah Puskesmas Balige :
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Muara Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Laguboti Sebelah Utara : Berbatasan dengan Danau Toba
4.1.2. Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan wilayah kerjanya, Puskesmas Balige terdiri dari 27 desa/kelurahan yang mana terdapat 92 dusun dan luas wilayah sekitar 109,58 km2
Tabel 4.1. Nama Desa/Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Balige untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
No Nama Desa/Kelurahan Jumlah Dusun
1 Pardede Onan 18
4.1.3. Jumlah Penduduk
Jumlah pendudukannya berdasarkan data statistik pada Kecamatan Medan Kota adalah sebesar 28.620 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 14.190 jiwa dan perempuan sebesar 14.430 jiwa yang terdiri dari 6.579 kepala keluarga. 4.1.4. Fasilitas Kesehatan Penunjang Puskesmas Balige
Berdasarkan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Balige terdapat 48 fasilitas kesehatan yang dapat membantu Puskesmas dalam mencapai tujuannya yaitu meningkatkan derajat kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Data Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Balige
No Jenis Fasilitas Jumlah
1 Pustu 5
2 Polindes 18
3 Bidan kelurahan 5
4 Praktek dokter 10
5 Rumah sakit 1
6 Apotek 3
7 Toko obat 6
Jumlah 48
Sumber ; Profil Puskesmas Balige, 2012
4.2. Analisis Univariat 4.2.1 Faktor Predisposing a. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden yang tinggi (Akademi/PT) sebanyak 12 orang (14,1%), pendidikan menengah (SLTA) sebanyak 58 orang (68,2%) dan pendidikan dasar (SD/SLTP) sebanyak 15 orang (17,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3.berikut ini :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan n %
Dasar 15 17.6
Menengah 58 68.2
Tinggi 12 14.1
Total 85 100.0
b. Pengetahuan
Variabel Pengetahuan diukur dengan 10 pertanyaan yang berbeda kemudian dikategorikan menjadi kurang baik dan baik. Berdasarkan dari 10 pertanyaan tersebut setelah dikategorikan diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 39 orang (45,9%) dan pengetahuan yang baik sebanyak 46 orang (54,1%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4.berikut ini :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan n %
Kurang Baik 39 45.9
Baik 46 54.1
c. Sikap
Variabel Sikap diukur dengan 20 pertanyaan yang berbeda kemudian dikategorikan menjadi kurang baik dan baik. Berdasarkan dari 20 pertanyaan tersebut setelah dikategorikan diketahui bahwa responden yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 30 orang (35,3%) dan sikap yang baik sebanyak 55 orang (64,7%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5.berikut ini :
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap
Sikap n %
Kurang Baik 30 35.3
Baik 55 64.7
Total 85 100.0
4.2.2 Faktor Enabling a. Sarana
Variabel Sarana diukur dengan 5 pertanyaan yang kemudian dikategorikan menjadi kurang baik dan baik. Setelah dikategorikan diketahui bahwa responden yang memiliki sarana kurang baik sebanyak 27 orang (31,8%) dan sarana yang baik sebanyak 58 orang (68,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sarana
Sarana n %
Kurang Baik 27 31.8
Baik 58 68.2
4.2.3 Faktor Reinforcing a. Sikap Petugas
Variabel Sikap petugas diukur dengan 5 pertanyaan yang kemudian dikategorikan menjadi kurang baik dan baik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap petugas yang kurang baik sebanyak 40 orang (47,1%) dan sikap petugas yang baik sebanyak 45 orang (52,9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7.berikut ini :
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Petugas
Sikap Petugas n %
Kurang Baik 40 47.1
Baik 45 52.9
Total 85 100.0
4.2.4. Pemanfaatan Buku KIA
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden berdasarkan pemanfaatan buku KIA yang tidak memanfaatkan 34 orang (40%) dan yang memanfaatkan buku KIA sebanyak 51 orang (60%) belum mencapai target. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8.berikut ini :
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Buku KIA
Pemanfaatan Buku KIA n %
Tidak memanfaatkan 34 40.0
Memanfaatkan 51 60.0