• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tayangan Koper Dan Ransel Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tayangan Koper Dan Ransel Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

TAYANGAN KOPER DAN RANSEL DAN SIKAP

MAHASISWA

(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

DISUSUN OLEH :

AYU SARTIKA 070904037

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Koper Dan Ransel dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper Dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa di FISIP-USU).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 506 orang dan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane yaitu sebanyak 83 responden. Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proporsional stratified sampling atau sampel stratifikasi proporsional dan purposive sampling atau sampel purposif. Dalam jenis pengambilan proporsional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi yang lebih kecil tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh di ikutsertakan menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).

Analisa data menggunakan menggunakan tabel tunggal dan tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan pearson product moment correlation, karena penulis menggunakan skala interval dan mencari hubungan signifikan antara dua variabel yang dikorelasikan. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan bahwa terdapat hubungan antara tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap sikap mahasiswa di FISIP-USU terdapat hubungan yang cukup berarti.

Hasil ini dibuktikan dengan ditemukannya rtabel < rtemuan yaitu 0,219 < 0,53 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Merujuk pada skala Guilford menunjukkan hubungan yang berarti dengan hasil 0,53 dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap sikap mahasiswa di FISIP-USU terdapat hubungan yang cukup berarti.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan sumber segala pengetahuan. Sujud syukur kepada-Mu karena izin dan ridha-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Shalawat beriring salam kemuliaan ditujukan kepada kekasih-Nya, Rasulullah SAW, pembimbing bagi siapa yang mencari-Nya.

(4)

Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Siselaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan selaku dosen wali penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, arahan selama penulis menempuh pendidikan di Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros, terima kasih atas bantuan dan keramahannya dari awal hingga akhir masa perkuliahan penulis.

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan masukan serta meluangkan waktu diantara kesibukan yang begitu padat.

(5)

LOL. I wish someday we are could be a family, kakak cantik. Amin Ya Rabb).

6. Ketua Laboraturium Departemen Ilmu Komunikasi, Ibu Yovita Sabarina Sitepu. S.Sos, M.Si dan mantan ketua LDIK, Ibu Dra. Mazdalifah M.Si beserta staff-staffnya, Kak Emil, Kak Hanim dan Kak Puan.

(6)

8. Special thanks goes to Teuku Maulizar (You are been blessed. I always adore your critized and your beautiful mind. Always be the thinker out of the box)

9. Kepada sahabat-sahabat penulis lainnya Ayu (You irreplaceable, my bestiest. Thanks for all your kindness and your comfort that you give to me), Muty (My awesome buddy, I wish that we could collaborate on our dream job, don’t you ever forget our juicy dream), Esti (Your maturely is so inspiring me. Keep patience when I was kidding at you).

10.Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat memberi seluas-luasnya manfaat dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, Juni 2011 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 4

I.3. Pembatasan Masalah ... 4

I.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5

I.4.1. Tujuan Penelitian ... 5

I.4.2 Manfaat Penelitian. ... 6

I. 5. Kerangka Teori ... 6

I.5.1 Komunikasi ... 7

I.5.2 Komunikasi Massa... 7

I.5.2. Media Massa ... 8

I.5.3. Televisi ... 9

I.5.4. Teori Stimulus- Organism- Response (S-O-R) ... 13

I.5.5. Teori Sikap ... 14

I.6. Kerangka Konsep ... 14

I.7. Model Teoritis ... 16

I.8. Operasional Variabel ... 16

I.9. Definisi Operasional ... 18

I.10. Hipotesis... 21

BAB II URAIAN TEORITIS II.1.Komunikasi ... 22

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 22

(8)

II.1.3. Hambatan Komunikasi ... 25

II.3.3. Karakteristik Media Massa ... 34

II.3.4. Ciri-Ciri Lembaga Media Massa……… 34

II.4. Televisi ... 35

II.4.1. Pengertian Televisi ... 35

II.4.2. Perkembangan Televisi ... 36

II.4.3. Karakteristik Televisi ... 38

II.4.4. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan ... 39

II.5. Teori S-O-R (Stimulus Organism Response) ... 40

II.5.1. Pengertian S-O-R (Stimulus Organism Response)... 40

II.5.2. Proses S-O-R (Stimulus Organism Response) ... 41

(9)

III.4.2. Purposive Sampling………... 49

III.5. Teknik Pengumpulan Data……….. 49

III.5.1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)………… 49

III.5.2. Penelitian Lapangan (Field Research)………. 49

III.6. Teknik Analisis Data……… 50

III.6.1. Analisis Tabel Tunggal………. 50

III.6.2. Analisis Tabel Silang………. 50

III.7. Uji Hipotesis……….. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 53

IV.1.1. Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara... 53

IV. 2. Profil ... 56

IV. 2.1.Program Studi ... 56

IV. 2.2.Sekilas Pandang ... 56

IV. 2.3.Keunggulan Kompetitif ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 131

V.2. Saran ... 132

(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Koper Dan Ransel dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Koper Dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa di FISIP-USU).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 506 orang dan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane yaitu sebanyak 83 responden. Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proporsional stratified sampling atau sampel stratifikasi proporsional dan purposive sampling atau sampel purposif. Dalam jenis pengambilan proporsional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi yang lebih kecil tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh di ikutsertakan menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).

Analisa data menggunakan menggunakan tabel tunggal dan tabel silang, sedangkan hipotesa penelitian diuji dengan pearson product moment correlation, karena penulis menggunakan skala interval dan mencari hubungan signifikan antara dua variabel yang dikorelasikan. Hasil antara x dan y diukur berdasarkan skala Guilford dan dilanjutkan dengan uji signifikan bahwa terdapat hubungan antara tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap sikap mahasiswa di FISIP-USU terdapat hubungan yang cukup berarti.

Hasil ini dibuktikan dengan ditemukannya rtabel < rtemuan yaitu 0,219 < 0,53 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Merujuk pada skala Guilford menunjukkan hubungan yang berarti dengan hasil 0,53 dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap sikap mahasiswa di FISIP-USU terdapat hubungan yang cukup berarti.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.

Televisi sebagai media dari budaya populer menghasilkan berbagai macam tayangan yang dapat disaksikan oleh semua kalangan di dunia pada umumnya. Televisi merupakan sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan yang dibutuhkan. Tayangan-tayangan tersebut selalu berkembang sesuai kebutuhan zamannya sehingga banyak bermunculan tayangan-tayangan baru yang membuat acara televisi semakin beragam.

Menurut R. Mar’at (Effendy, 2002:122) acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton; ini adalah hal yang wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah, bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah terhanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi.

(12)

berita, reality show, iklan dan beragam tayangan impor dari luar negeri. Maraknya pemanfaatan alat media elektronik dalam masyarakat membuat televisi menjadi media yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terlebih lagi informasi sudah menjadi kebutuhan manusia untuk mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuan sekaligus dapat menghilangkan stres sosial.

Sekarang ini sudah terdapat sepuluh stasiun televisi swasta seperti Indosiar, RCTI, SCTV, TPI, Anteve, TVone, Trans TV, Trans7, Metro TV dan Global TV. Selain kesepuluh stasiun tersebut, juga terdapat stasiun televisi swasta yang dikhususkan hanya untuk cakupan wilayah tertentu seperti Deli TV ataupun DAAI TV. Berbagai stasiun televisi berlomba-lomba untuk memberikan sebuah tayangan yang menarik dan bermutu yang dapat mengandung nilai-nilai yang bermanfaat untuk dapat menarik minat para pemirsanya. Tayangan-tayangan tersebut sangat variatif, dimulai dari acara yang edukatif seperti berita, talk show tentang politik, keagamaan, hingga yang menghibur seperti film, sinetron, olah raga, ataupun tayangan reality show.

(13)

Trans TV yang hampir seluruhnya adalah tayangan-tayangan yang menghibur. Beberapa tayangan tersebut diantaranya Gong Show, Ceriwis, Koper dan Ransel, Belajar Indonesia, Insert, Big Brother, Ngulik, dan masih banyak tayangan-tayangan unggulan lainnya yang siap menghibur seluruh masyarakat Indonesia.

Trans TV banyak menampilkan acara - acara reality show yang semakin menarik untuk ditonton. Reality show merupakan tayangan yang memiliki kedekatan dengan kehidupan manusia, dapat menyentuh langsung hati pemirsanya serta memberi hiburan dan menyuguhkan informasi yang edukatif. Salah satunya adalah Koper dan Ransel yang merupakan sebuah tayangan reality show berdurasi 30 menit. Tayangan yang dibagi kedalam 3 segmen ini akan memberikan informasi tentang liburan dan tempat-tempat yang dapat dikunjungi (recommended places) serta informasi biaya yang dikeluarkan oleh Host sebagai panduan kepada pemirsa yang akan berlibur ke tempat itu.

(14)

Trans TV sebagai panduan berwisata dalam merencanakan liburan maupun perjalanannya nanti. Disamping itu, secara tidak langsung tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV telah mempromosikan objek pariwisata di Indonesia. Seperti yang kita ketahui sendiri, tidak sedikit mahasiswa yang melakukan perjalanan ke luar negeri jika waktu liburan tiba. Diharapkan dengan adanya tayangan ini, mahasiswa menjadi sadar bahwa objek wisata di dalam negeri sendiri tidak kalah menarik dan memiliki destinasi wisata yang sangat banyak untuk dikunjungi. Tayangan ini disiarkan oleh Trans TV setiap hari Sabtu pada pukul 08.30-09.00 WIB.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih mendalam mengenai Sejauhmana Pengaruh Tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

“Sejauhmana Pengaruh Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap Sikap Mahasiswa FISIP-USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

(15)

Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV dibatasi pada pembawa acara, narasumber, perangkat acara, materi acara, dan waktu acaranya.

2. Sikap mahasiswa dibatasi pada komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif/perilaku.

3. Penelitian ini dilakukan pada tayangan Koper dan Ransel di Trans TV yang disiarkan pada hari Sabtu 08.30-09.00 WIB.

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2011 - selesai.

5. Mahasiswa yang dijadikan responden adalah mahasiswa Stambuk 2008 program S1 Reguler FISIP USU yang menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV minimal tiga kali.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan akan mendorong seseorang untuk melakukan usaha sedapat mungkin agar tujuan tersebut dapat dicapai.

I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui isi tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

(16)

3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara tayangan Koper dan Ransel di Trans TV terhadap perubahan sikap mahasiswa FISIP-USU.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, sebagai wadah untuk menerapkan ilmu yang diterima penulis selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan penulis terhadap dunia penyiaran.

2. Secara akademik, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat member masukan bagi Trans TV dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penilitian ini.

I.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1997:39).

(17)

menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

I.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi semula hanya merupakan suatu fenomena sosial. Tetapi kemudian berubah menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, yang dewasa ini dianggap amat penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendalan bagi permasalahan umat manusia akibat perkembangan teknologi.

Menurut Effendy (2005:3) istilah komunikasi dalam bahasa Latinnya disebut dengan communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator.

Menurut Effendy (2005:3) komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung melalui lisan atau tidak langsung melalui media.

Tujuan utama mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang, yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.

I.5.2. Komunikasi Massa

(18)

komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak tersebar, heterogen, anonim, melalui media cetak maupun elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa ( media cetak dan elektronik). Ada beberapa bentuk komunikasi massa antara lain: televisi, radio, majalah, Koran, buku, dan film (Nuruddin, 2003:2)

Menurut McQuail (1994:33), komunikasi massa juga dapat dikenali dari karakter yang dimiliki, yaitu:

1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan organisasi formal, dan pengiriman seringkali merupakan komunikator atau orang yang professional.

2. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesan tersebut seringkali diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak sehingga merupakan suatu produk yang mengandung nilai kegunaan.

3. Hubungan antara pengirim dan penerima pesan biasanya bersifat satu arah dan jarang bersifat interaktif, impersonal, dan pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang diperjualbelikan dengan uang atau ditukar dengan perhatian tertentu. I.5.3. Media Massa

Media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserampakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak serta memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio, televisi siaran dan film treatikal yang ditayangkan digedung bioskop (Kuswandi, 1996: 15)

(19)

Sementara itu, Robert K. Avery, 1980 (Wahyudi, 1986: 45) berpendapat bahwa individu dalam menerima pesab-pesan dari media massa apakah itu berbentuk berita, pendidikan, hiburan ataupun iklan akan memberikan reaksi terhadap pesan-pesan itu, berupa:

a. Selective Attention, masing-masing individu hanya akan memilih program

atau berita yang menarik minatnya.

b. Selective Perception, individu akan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang diterimanya melalui media massa.

c. Selective Retention, individu hanya akan mengingat hal-hal yang ingin dia ingat.

I.5.4 Televisi

Televisi merupakan alat yang dapat menampilkan gambar pada layarnya yang berasal dari gelombang frekuensi tinggi tanpa perantara fisik

Di Indonesia, pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia dengan berdirinya dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan. Mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selanjutnya televisi terus berkembang disertai dengan banyaknya stasiun televisi swasta yang bermunculan seperti Indosiar, RCTI, SCTV, Trans TV, Metro TV dll. Media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya.

(20)

produksi acara televisi yang menekankan aspek artistik dan estetika sehingga unsure keindahan menjadi unggulan dan daya tarik acara tersebut.

Menurut Askurifai Baskin, terdapat unsur-unsur dominant yang menjadi cirri khas televisi, yaitu (Baskin, 2006: 63-68):

a. Penampilan Penyaji Berita

Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter atau pemandu acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara aatu program televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga menjadi seorang aktor, penyanyi, dan lainnya, tapi umunya terkenal karena menjadi seorang presenter program tertentu. Kecuali presenter untuk program politik atau iptek yang merupakan program profesional di bidangnya atau selebriti yang berhasil di satu bidang tertentu, tapi mempunyai minat di bidang tertentu lainnya

RM. Hartoko dalam Baskin 2006 menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu (Baskin, 2006: 157):

1. Penampilan baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.

2. Kecerdasan pemikiran yang meliputi pengetahuan umum dan daya ingatan yang kuat.

3. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan tidak wajar.

4. Jenis suara yang tepat dengan suara yang enak didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap.

(21)

b. Narasumber

Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Menurut R. Fadli yang digolongkan kepada narasumber yang tidak sembarangan atau spesial adalah :

1. Memiliki Kapabilitas

Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman.

2. Memiliki Kredibiltas

Kredibilitas merupakan kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan.

3. Memiliki Akseptabilitas

Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.

c. Materi Acara

Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan reality show terletak pada materi acara atau permasalahan (Wibowo, 1997:48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui sampai seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu:

1. Permasalahan apa yang dibahas diskusi tersebut, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan diskusi tersebut permasalahan yang penting bagi masyarakat.

(22)

d. Perangkat Acara

Ilustrasi visual dalam tayangan Koper dan Ransel di Trans dapat berupa sajian acara musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 1997:37). Perangkat acara bertugas untuk menyampaikan ilustrasi tersebut. Seperti dalam tayangan Koper dan Ransel di Trans TV, perangkat acara adalah orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual terhadap khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

1. Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim

2. Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor merupakan daya tarik tayangan tersebut.

e. Waktu Tayang

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam tayangan reality show adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayangan juga perlu memperhatikan:

1. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat acara tersebut.

(23)

Organism: • Perhatian • Pengertian • Penerimaan I.5.5 Stimulus- Organism- Response (S-O-R)

Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus- Organism- Response yang semula berasal dari psikologi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2002:254). Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (stimulus)

b. Komunikan (Organism) c. Efek (Response)

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2005:255) dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya,” mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Stimulus

(24)

I.5.6 Sikap

Menurut Jaluddin Rakhmat (2005:39) mengemukakan lima pengertian sikap yaitu:

a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikiran dan merasa dalam menghadapi objek, ide, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

b. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, apa yang harus dihindari.

c. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan.

d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan dan tidak menyenangkan.

e. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperoleh atau diubah. Menurut Profesor DR. Mar’at (1981:13) mengemukakan komponen- komponen sikap terdiri dari :

a. Komponen kognitif yang hubungannya beliefs, ide dan konsep. b. Komponen afektif yang menyangkut kehidupan emosional seseorang. c. Komponen konatif yang merupakan kecenderungan bertingkah laku. I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1997 :40).

(25)

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi,1995:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah suatu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa FISIP-USU.

3. Karakteristik Responden

(26)

Variabel Bebas (X) Tayangan Koper dan Ransel

di Trans TV

Variabel Terikat (Y) Sikap Mahasiswa

FISIP-USU

Karakteristik Responden (Z)

I.7. Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dibentuk model teoritis sebagai berikut :

I.8. Operasional Variabel

(27)

No. Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV

1. Host/ Pembawa acara a. Penampilan

b. Komunikasi antara perangkat acara

• Kecenderungan Bertingkah Laku

• Kecenderungan Menerima Stimulus

• Pembentukan Sikap 3. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin

2. Departemen

(28)

I.9. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (2005:46), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Variabel Bebas ( Tayangan Koper dan Ransel di Trans TV), meliputi:

1. Host/pembawa acara, yaitu seseorang yang mebawakan acara dalam tayangan

“Koper dan Ransel” di Trans TV.

a. Penampilan, yaitu gambaran kepribadian pemandu acara tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV yang terlihat dari berpenampilan menarik.

b. Kecerdasan pikiran, yaitu kemampuan host atau pemandu acara menguasai topik pembahasan dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV. c. Keramahan, yaitu sikap host atau pemandu acara tayangan “Koper dan

Ransel” di Trans TV yang ramah dalam menyapa penonton.

d. Jenis suara, yaitu kejelasan suara dan artikulasi pemandu acara dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV.

(29)

2. Narasumber, yaitu orang yang menjadi sumber informasi yang berkaitan dengan topik bahasan dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV.

a. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman yang dimiliki narasumber dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV. b. Kredibilitas, yaitu kualitas yang dimiliki narasumber tayangan “Koper dan

Ransel” di Trans TV sehingga dapat dipercaya.

c. Akseptabilitas, yaitu kesesuaian latar belakang pribadi maupun profesi seorang narasumber terhadap topik yang dibahas dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV.

3. Materi Acara, yaitu acara-acara yang dibawakan dalam setiap penayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV.

a. Topik pembahasan, yaitu topik yang diangkat dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV merupakan masalah yang menarik untuk dibahas. b. Aktualisasi topik, yaitu topik yang dibahas dalam tayangan “Koper dan

Ransel” di Trans TV merupakan masalah yang aktual.

4. Perangkat acara, yaitu seluruh pelaku yang terlibat dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV.

a. Kerjasama tim, yaitu keselarasan komunikasi antara pelaku yang terlibat dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV.

b. Komunikasi antara perangkat acara, yaitu kekompakan antara pelaku dalam penyampaian informasi dalam tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV. 5. Waktu tayang, yaitu waktu penayangan tayangan “Koper dan Ransel” di

(30)

a. Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV dalam satu minggu.

b. Durasi tayangan, yaitu durasai penayangan acara tayangan “Koper dan Ransel” di Trans TV.

b. Variabel Terikat (Sikap Mahasiswa FISIP-USU) meliputi :

1. Komponen kognitif, yaitu komponen yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan, pemahaman, dan persepsi.

• Kepercayaan : Mahasiswa FISIP USU memiliki kepercayaan akan informasi objek wisata setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV. • Pengetahuan : informasi objek wisata yang diterima oleh mahasiswa FISIP

USU setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

• Pemahaman : kerangka berfikir mendasar mahasiswa FISIP USU setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

• Persepsi : suatu proses dimana mahasiswa FISIP USU sadar akan objek wisata setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

2. Komponen afektif, yaitu komponen pembentukan dan perubahan sikap pada khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati langsung.

• Perhatian : Mahasiswa FISIP USU yang menaruh perhatian pada tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

(31)

• Puas : kepuasaan yang diterima mahasiswa FISIP USU setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

3. Komponen konatif/ perilaku, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan untuk bertingkah laku atau bereaksi terhadap sesuatu.

• Kecenderungan bertingkah laku : keinginan mahasiswa FISIP USU untuk merubah perilaku setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

• Kecenderungan menerima stimulus : rangsangan yang diterima mahasiswa FISIP USU setelah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV. • Kecenderungan yang diperlihatkan oleh mahasiswa FISIP USU setelah

menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV. c. Karakteristik Responden, meliputi:

1. Jenis kelamin : Jenis kelamin dari responden (wanita/pria). 2. Departemen : Departemen yang diambil responden.

3. Tahun angkatan/ Stambuk : Mahasiswa yang dijadikan responden adalah mahasiswa Stambuk 2008 program S1 Reguler FISIP USU.

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(32)
(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI

II.1.1. Pengertian Komunikasi

(34)

Di antara sosiolog, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh perhatian terhadap perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland yang memberi pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat (Effendy, 2003:10). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi proses penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan, sikap, pendapat dan tingkah laku publik. Sedangkan menurut Wilbur Schramm seorang ahli linguistik, mengatakan communication berasal dari kata Latin “communis” yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, dkk, 2006:30).

Laswell menerangkan bahwa bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Laswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi : komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy, 2003:253). Paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan

2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambing-lambang

3. In Which Channel : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan

yang disampaikan.

(35)

5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.

II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.

Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi. (Cangara, 2002:23-26) sebagai berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator (source, sender).

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.

3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran. 5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik

(36)

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

II.1.3. Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses (Effendy,2002:45).

a) Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam sebuah pengertian.

b) Kepentingan

Interest atau kepentingan akan mebuat seseorang selektif dalam

menanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan (Effendy, 2003:47).

c) Motivasi Terpendam

(37)

pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

d) Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan

terberat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.

II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi

Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komuikasi manusia yang luas ruang lingkup dan banyak dimensinya. Berikut ini adalah penjelasan komunikasi berdasarkan konteksnya:

1. Bidang Komunikasi

a) Komunikasi Sosial (social communication) b) Komunikasi Organisasi/Manajemen

(organization/managemen communication) c) Komunikasi Bisnis (business communication) d) Komunikasi Politik (political communication)

e) Komunikasi Internasional (international communication) f) Komunikasi Antar budaya (intercultural communication) g) Komunikasi Pembangunan (development communication) h) Komunikasi Tradisional (traditional communication) 2. Sifat Komunikasi

a). Komunikasi Verbal (verbal communication) 1. Komunikasi Lisan (oral communication) 2. Komunikasi Tulisan (written communication) b). Komunikasi Nirverbal (nonverbal communication)

1. Komunikasi Kial (gestural/body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Lain-lain

c). Komunikasi Tatap Muka (face-to-face-communication) d). Komunikasi Bermedia (mediated communication) 3. Tatanan Komunikasi

(38)

1. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) b) Komunikasi Kelompok (group communication)

1. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication) a) Ceramah

b) Forum

c) Simposium (symposium)

d) Diskusi panel (panel discussion) e) Seminar

f) Curahsaran (brainstorming) g) Lain-lain

2. Komunikasi Kelompok Besar (Large group

communication/public speaking) c) Komunikasi Massa (mass communication)

1. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication)

a) Surat kabar (daily) b) Majalah (magazine)

2. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media communication)

a) Radio b) Televisi c) Film d) Lain-lain

d) Komunikasi Medio (medio communication) 1. Surat

2. Telepon 3. Pamflet 4. Poster 5. Spanduk

6. Lain-lain media yang tidak termasuk media massa 4. Tujuan Komunikasi

a) Mengubah sikap (to change the attitude)

b) Mengubah opini/pandangan/pendapat (to change the opinion) c) Mengubah Perilaku (to change the behaviour)

d) Mengubah masyarakat (to change the society)

5. Fungsi Komunikasi

a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)

c) Menghibur (to entertain) d) Mempengaruhi (to influence)

(39)

komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap system, yaitu sebagai berikut: (Effendy, 1995: 27-28)

1. Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

3. Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi

Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5. Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan Kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu

7. Hiburan Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok, dan individu. 8. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu

kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

(40)

a) Komunikasi informatif (informative communication) b) Komunikasi persuasif (persuasif communication) c) Komunikasi pervasif (pervasive communication) d) Komunikasi koersif (coersive communication) e) Komunikasi instruktif (instructive communication) f) Komunikasi manusiawi (human relations)

7. Metode Komunikasi

a) Jurnalisme/jurnalistik (journalism) b) Hubungan masyarakat (public relations) c) Periklanan (advertising)

d) Propaganda

e) Perang urat syaraf (phsylogical warfare) f) Perpustakaan (library)

g) Lain-lain (Effendy, 2003:52-56)

II.2 KOMUNIKASI MASSA

II.2.1. Pengertian Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Komunikasi massa berasala dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communiaction. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan- pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.

Komunikasi Massa bisa didefenisikan dalam tiga ciri:

(41)

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks, yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Sedangkan menurut Joseph A. Devito (dalam Ardianto, 2004: 11) merumuskan komunikasi massa yakni pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku.

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial kearah satu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara teapt dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki komunikasi massa dan hasil yang dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah, oleh karena itu efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial (Ardianto, 2004: 48).

II.2.2 Efek Media Massa

Efek dalam media massa sebagai benda fisik, meliputi :

1. Efek ekonomi: adanya pertumbuhan dalam bidang ekonomi degan hadirnya media massa.

2. Efek sosial: berkaitan dengan perubahan struktur atau ineraksi sosial masyarakat pengguna media massa.

3. Penjadwalan kegiatan sehari-hari: khalayak menyediakan waktu untuk menikmati media yang ingin dikonsumsinya.

4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman: untuk memenuhi kebutuhan psikologis dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman.

5. Efek menumbuhkan perasaan tertentu: media dapat menimbulkan perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. (Ardianto, 2004: 39)

(42)

1. Efek Kognitif: berhubungan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya bingung menjadi jelas.

2. Efek Afektif: berkaitan dengan perasaan, akibat menyaksikan tayangan tertentu dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

3. Efek Behavioral: berkaitan dengan niat, tekad, usaha yang cenderung melakukan suatu tindakan atau kegiatan, yang sebelumnya didahului oleh efek kognitif dan afektif. (Ardianto, 2004: 40)

Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Ada beberapa motif memilih media, yaitu:

1. Coginition (Pengamatan)

Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide.

2. Diversion (Diversi)

Media digunakan sebagai sarana untuk relax dan memeuaskan kebutuhan secara emosional bahkan bisa membangkitkan semangat setelahbegitu jenuh dari rutinitas hidup sehari-hari.

3. Social Utility (Kegunaan Sosial)

Media digunakan sebagai alat untuk mempererat kontak atau hubungan dengan teman, keluarga, dan masyarakat, misalnya membahas cerita hangat yang sedang terjadi dengan keluarga.

4. Withdraw (Menarik)

Media juga digunakan sebagai alasan untuk melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain.

5. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan khalayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama. (Dominick, 2002: 43)

(43)

ia memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara tanpa fasilitas lembaga.

Pers adalah suatu lembaga sosial. Dalam UU RI no 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: “Pers adalah lembaga sosial dan wahan komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya.dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenissaluran yang tersedia”. Bentuk institusi media massa dipertegas lagi pada pasal 1 ayat (2) yang menyatakan: “Perusahaan pers adalah badan hokum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi”.

McQuail, 1987 (dalam Nurudin, 2003) menyatakan bahwa komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper yaitu berperan untuk menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami oleh audiennya.

II.3 MEDIA MASSA

II.3.1. Pengertian Media Massa

(44)

communication), dimana satu komunikator menghadapi massa komunikan misalnya pada rapat umum, maka massa disini berada disuatu tempat yang sama dan dapat memberikan reaksi secara langsung (two way trafic communication) sesuai dengan sifat komunikasi tatap muka. (Wahyudi, 1986: 43)

II.3.2. Fungsi Media Massa

Laswell, 1948 (dalam Wahyudi, 1986: 43- 44) melihat tiga fungsi utama media massa, yaitu:

a. Fungsi pengamatan lingkungan atau dalam bahasa yang sederhana pemberi informasi dan penyampaian berita.

b. Menekankan pada seleksi, evaluasi dan interpretasi dari media massa. Peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang tidak perlu disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, redaktur, dan pengelola media massa.

c. Sebagai sarana untuk memindahkan nilai dan warisan budaya dari generasi ke generasi.

Ahli komunikasi lain menambahkan fungsi utama media massa adalah sebagai media hiburan. Sedangkan Wilbur Schramm menambahkan fungsi kelima dari media massa adalah sebagai media advertising/ iklan. Dengan demikian kelima fungsi utama dari media massa adalah pemberi informasi, seleksi berita/ informasi, pendidikan, hiburan, dan iklan/ advertising.

Ditinjau dari sasaran/ komunikan dari media massa maka setiap manusia menerima pesan dari media massa apakah itu surat kabar, majalah, radio, film, maupun televisi akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula.

II.3.3. Karakteristik Media Massa

(45)

a. Komunikator tidak dapat berhubungan langsung dengan massa komunikan, karena saluran yang dipakai adalah media eletronik atau media cetak. Komunikasi tatap muka antara komunikator dan komunikan dapat berhubungan langsung.

b. Sistem komunikasi massa sangat kompleks dibandingkan dengan komunikasi tatap muka.

c. Komunikasi pada komunikasi tatap muka dapat berlangsung dua arah, atau komunikan dapat memberikan feedback secara langsung.

d. Pesan singkat dari komunikator melalui media massa dapat diterima oleh massa komunikan, dengan demikian media massa sangat efektif bila digunakan untuk media iklan.

e. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen, anonim, dan luwes tersebar luas, meskipun pada umumnya komunikan mempunyai persamaan perhatian, kepentingan dan orientasi.

f. Media massa dapat mengirimkan pesan kepada komunikan yang berbeda tempat diseluruh dunia secara mendadak dan berurutan.

II.3.4. Ciri-Ciri Lembaga Media Massa

McQuail, 1987 (dalam Wahyudi, 1986: 47- 48 ), menyebutkan ciri-ciri khusus lembaga media massa adalah sebagai berikut:

a. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon terhadap kebutuhan sosial kolektif dasn permintaan individu.

b. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain, dari pengirim ke penerima, dari anggota audien ke anggota audien lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik jaringan komunikasi, melainkan juga merupakan saluran tata cara dan pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnyayang patut atau berkemungkinan untuk mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.

c. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik, dan merupak intitusi terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima (atau dalam kondisi tertentu sebagai pengirim). Institusi media juga mewakili kondisi publik, seperti yang tampak bila mana media massa menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan masalah pribadi, pandangan ahli, atau penilaian ilmiah).

(46)

e. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan.

f. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandangan-pandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan lainnya.

II.4. TELEVISI

II.4.1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).

Pada hakekatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996:6).

(47)

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message A Reader in Human Communication” Random House, New York 1980, mengungkapkan 3 (tiga) fungsi media, yaitu:

a) The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan.

b) The correlation of the part of society in responding to the environment yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

c) The transmission of the social heritage from one generation to the next,

maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kuswandi, 1996:25).

II.4.2 Perkembangan Televisi

Kehadiran televisi di dunia merupakan perkembangan teknologi khususnya teknologi elektronika sejak abad 19 dan akan terus menerus berlanjut pada abad-abad berikutnya, sehingga televisi siaran juga akan ditentukan oleh perkembangan elektronika itu sendiri.

(48)

Dunia perkembangan pertelevisian di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Awalnya, Indonesia hanya memiliki satu stasiun televise, itupun dimiliki oleh pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Kemudian pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Kemunculan stsiun RCTI memberikan sesuatu yang baru bagi pertelevisian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya stasiun-stasiun televisi swasta, seperti Suya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang berubah nama menjadi MNC TV, Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, stasiun televisi swasta semakin ramai bermunculan, seperti Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang berubah menjadi TVOne, serta Global TV. Stasiun televisi lokalpun tidak mau ketinggalan. Sekitar tahun 2000 an banyak bermunculan stasiun televisi lokal, seperti Bali TV di Bali, JakTv di Jakarta, JTV di Surabaya, Cahaya TV di Banten. Televisi berlangganan atau televisi berbayar (pay per view) juga turut mewarnai perkembangan pertelevisian Indonesia. Yang relatif dikenal oleh masyarakat Indonesia seperti Indovision, Aora TV, First Media, dan Telkomvision. Bahkan sampai tahun 2008, paling tidak terdapat 13 stasiun televise berlangganan yang beroperasi di Indonesia (Usman, 2009: 1).

(49)

media online. Konvergensi ini tentu memperluas jangkauan siaran televisi (Usman, 2009: 2).

II.4.3. Karakteristik Televisi

Adapun karakteristik televisi adalah sebagai berikut: (Usman, 2009: 23) 1. Media Pandang dengar (audio-visual)

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar. Televisi berbeda dengan media cetak, yang lebih merupakan media pandang. Televisi juga berbeda dengan media radio, yang merupakan media dengar. Orang memandang gambar yang ditayangkan televisi, sekaligus mendengar atau mencerna narasi atau naskah dari gambar tersebut.

2. Mengutamakan Gambar

Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar. Gambar-gambar dalam hal ini adalah gambar hidup- membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak. Narasi atau naskah bersifat mendukung gambar.

3. Mengutamakan Kecepatan

Jika deadline media cetak 1 x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik. Televisi mengutamakan kecepatan. Kecepatan bahkan menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai.

4. Bersifat Sekilas

Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakn dimensi wakut atau durasi.

5. Bersifat Satu Arah

Televisi bersifat satu arah, dalam arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik terhadap siaran televisi yang ditayangkan. 6. Daya Jangkau Luas

Televisi memiliki daya jangkau luas. Ini berarti televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi. Siaran atau berita televisi harus dapat menjangkau rata-rata status sosial ekonomi khalayak, masuk ke berbagai strata sosial.

(50)

Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah: 1. Pemirsa

Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang-orang. Hal ini perlu karena berkaitan dengan materi pesan dan jam penayangan.

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju.

3. Durasi

(51)

4. Metode Penyajian

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan komunikator dan komunikan. Agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa, caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengadung unsur hiburan.

II.5 Teori S-O-R ( Stimulus Organism Response)

II.5.1. Pengertian S-O-R ( Stimulus Organism Response)

(52)

yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Kemampuan komunikan ini lah yang melanjutkan proses berikutnya setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibiltas, kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan kebehasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar.

II.5.2. Proses S-O-R ( Stimulus Organism Response )

Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme, berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

(53)

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut. (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

II.6. Teori Sikap

II. 6.1. Pengertian Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau “pada” objek sikap. Bila ada orang yang berkata, “Sikap saya positif,” kita harus mempertanyakan “Sikap terhadap apa atau siapa?” (Rakhmat, 2005: 39).

(54)

manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap adalah perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan dengan kepercayaan atau ideologi, orang bisa berubah sikap karena melihat bahwa apa yang tadinya dipercaya tidak benar. Karena itu ia berubah sikap untuk mengganti dengan kepercayaan yang lain (Cangara, 2006: 148).

II.6.2. Komponen Sikap

Komponen-komponen sikap menurut Mann (dalam Syaifuddin, 1969: 24) antara lain adalah sebagai berikut :

a. Komponen kognitif

Yaitu pengetahuan, persepsi, kepercayaan, dan kerangka berfikir yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama bila menyangkut masalah atau problem yang kontroversial.

b. Komponen afektif

(55)

c. Komponen konatif/perilaku

Yaitu berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

II.6.3. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Soetarno (1989: 42) adalah sebagai berikut : 1) Sikap tidak dibawa seseorang sejak dia lahir, melainkan dibentuk

sepanjang perkembangannya.

2) Sikap dapat berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari.

3) Sikap tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan suatu objek.

4) Objek suatu sikap dapat tunggal atau jamak. Contoh: Hitler membenci seluruh orang Yahudi (objek jamak), seorang anak membenci ayahnya (objek tunggal).

5) Sikap mengandung motivasi dan perasaan. Pengetahuan mengenai suatu objek tanpa disertai dengan motivasi belum berarti sikap. Orang yang tahu bahwa kebersihan rumah sangat bermanfaat bagi kesehatan belum berarti bahwa dia memiliki sikap tertentu terhadap kebersihan. Kalau orang tersebut tergerak untuk hidup dalam rumah yang bersih, baru dia memiliki sikap.

II.6.4. Fungsi Sikap

Fungsi sikap menurut Katz (dalam Dayaksini, 2003: 97) antara lain adalah :

1) Utilitarium Function, yaitu sikap memungkinkan seseorang untuk

(56)

dan meminimalkan hukuman. Dengan kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial, misalnya seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap suatu objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan.

2) Knowlegde Function, yaitu sikap membantu dalam memahami

lingkungan (sebagai skema) untuk melengkapi ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek, atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia ini.

3) Value-expressive Function, yaitu sikap melindungi diri, menutupi

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi-variasi pada variabel lain. (Rakhmat, 2004:27).

Dengan metode korelasional, kita bukan hanya menghimpun data dan menyusun secara sistematis, tetapi juga meneliti hubungan diantara variabel-variabel.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) USU di Jl. A. Sofyan No. 1 Medan.

III.3 Populasi III.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 :141). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah mahasiswa FISIP USU Program Reguler S-1 Angkatan 2008. Jumlah seluruh mahasiswa yang pernah menonton tayangan Koper dan Ransel di Trans TV.

Gambar

Tabel Penarikan Sampel
Gambar Struktur Organisasi Kepengurusan USU
Tabel diatas menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi reponden
Tabel Departemen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

[r]

Our aim is to establish an Education Centre “Save the Children Life” and thus to provide illustrative simulations of different natural disasters using modern digital

[r]

Image fusion, object based image classification, generation of water surface elevation raster and flood inundated area vector generation.. The complete flow of the

[r]

[r]

Shalat rawatib adalah salat sunnah yang mengiringi shalat fardlu yang dikerjakan sebelum atau sesudah shalat.. Tujuannya adalah untuk menutup kekurangan yang terjadi