• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro

Oleh :

Cut Nurkalimah

080100254

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Cut Nurkalimah

080100254

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus Dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro

Nama : Cut Nurkalimah

NIM : 080100254

Pembimbing Penguji I

(dr. Evita Mayasari, M.Kes) (dr. Rusdiana, M.Kes)

NIP: 197710182003122003 NIP: 197109152001122002

Penguji II

(dr. Donna Partogi, Sp.KK)

NIP: 197201032005012001 Medan, 22 Desember 2011

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Daya antibakteri adalah kemampuan untuk menghambat pertusmbuhan atau membunuh bakteri. Untuk mengetahui daya antibakteri suatu zat, dapat dilakukan uji kepekaan bakteri terhadap zat tersebut secara in vitro.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro.

Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorik. Uji kepekaan dilakukan pada 2 kelompok bakteri yaitu Stapylococcus aureus dan Escherichia coli terhadap air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan menggunakan metode difusi cakram.

Hasil analisis statistik menunjukkan rata-rata zona hambat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus adalah 21,37 mm dan Escherichia coli adalah 23,43 mm. Hasil analisis statistik Uji T Independent menunjukkan bahwa nilai uji varian (F) didapat p value .000 (p < 0.005) yang berarti terdapat perbedaan varian dan hasil uji t yang diperoleh nilai p value adalah .341 (p > 0.005) yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata zona hambat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli dan tidak terdapatvperbedaan signifikan antara efek air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli.

(5)

ABSTRACT

Antibacterial power is the ability to inhibit growth or kill bacteria. to determine the antibacterial power of a substance can be carried out sensitivity tests of bacteria to these substances in vitro.

This research aims to determine the antibacterial power of lime (Citrus aurantifolia) on the growth of Stapylococcus aureus and Escherichia coli tested in vitro.

The method used is a laboratory experiment. Sensitivity test performed on two groups of bacteria that is Stapylococcus aureus and Escherichia coli of lime (Citrus aurantifolia) using disc diffusion method.

The result of statistical analysis showed an average zone of inhibition lime (Citrus aurantifolia) on the growth Stapylococcus aureus is 21.37 mm and Escherichia coli is 23.43 mm. The results of the Independent T Test statistical analysis shows that the value of variance test (F) p value obtained .000 (p < 0.005) which means that there are differences in variance and t test results obtained by the p value is .341 (p> 0.005) which means there is no the difference in mean inhibition zone lime (Citrus aurantifolia) against Stapylococcus aureus and Escherichia coli.

Based on these results concludue that the Lime (Citrus aurantifolia) has antibacterial effect on the growth of Stapylococcus aureus and Escherichia coli and there were no significant differences between the effects of lime (Citrus aurantifolia) against Stapylococcus aureus and Escherichia coli.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, yang merupakan langkah awal dari pembuatan karya tulis ilmiah, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis

(Citrus aurantifolia) Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro ini, dalam penyelesaiannya penulis

telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebasar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

2. Ibu dr. Evita Mayasari, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Rusdiana, M. Kes dan dr. Donna Partogi, Sp.KK, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada kedua orang tua dan saudara-saudara yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis.

6. Terima kasih kepada teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis. 7. Terima kasih kepada staf Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

(7)

Untuk seluruh bantuan moril dan materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan membalas dengan balasan yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya tulis ini memberi manfaat kepada kita semua.

Medan, Desember 2011 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

1.3. Tujuan Penelitian……… 3

1.4. Manfaat Penelitian………. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)……… 4

2.1.1.Sistematika Tumbuhan………. 4

2.1.2.Morfologi Tumbuhan………... 4

2.1.3.Kandungan dan Kegunaan……….. 4

2.2. Bakteri………. 6

Staphylococcus aureus……… 7

Escherichia coli………. 9

2.3. Aktivitas Antimikroba In Vitro……….. 11

β.γ.1.Mekanisme Kerja Antimikroba……….... 11

2.3.2.Pengukuran Aktivitas Antimikroba………. 12

(9)

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 14

3.2. Definisi Operasional………. 15

3.3. Hipotesis……… 16

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian……… 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 17

4.3. Sampel Penelitian……….. 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data………. 18

4.4.1.Alat dan Bahan………. 18

4.4.β Prosedur dan teknik Penelitian………. 18

4.5. Pengolahan dan Analisa Data……… 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil……… 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 21

5.1.β. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian……… 21

5.1.γ. Hasil Uji Laboratorium………. 21

5.1.4. Hasil Analisa Statistik……… 23

5.2. Pembahasan………. 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan……… 26

7.2. Saran……….. 26

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negatif…... 6 Tabel 2.2. Zona Hambat Stapylococcus spp……….. 13 Tabel 2.3. Zona Hambat Enterobacteriaceae……….. 13 Tabel 5.1. Zona hambat air jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli………. 22

Tabel 5.2. Zona hambat ciprofloxacin terhadap pertumbuhan

Stapylococcus aureus dan Escherichia coli………….. 22 Tabel 5.3. Rata-rata zona hambat jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli………. 23

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar.2.1. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)………. 5

Gambar.2.2. Stapylococcus aureus………. 9

Gambar.2.3. Escherichia coli………... 11

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Uji Statistik

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4 Master Data

Lampiran 5 Ethical Clearance

(13)

ABSTRAK

Daya antibakteri adalah kemampuan untuk menghambat pertusmbuhan atau membunuh bakteri. Untuk mengetahui daya antibakteri suatu zat, dapat dilakukan uji kepekaan bakteri terhadap zat tersebut secara in vitro.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro.

Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorik. Uji kepekaan dilakukan pada 2 kelompok bakteri yaitu Stapylococcus aureus dan Escherichia coli terhadap air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan menggunakan metode difusi cakram.

Hasil analisis statistik menunjukkan rata-rata zona hambat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus adalah 21,37 mm dan Escherichia coli adalah 23,43 mm. Hasil analisis statistik Uji T Independent menunjukkan bahwa nilai uji varian (F) didapat p value .000 (p < 0.005) yang berarti terdapat perbedaan varian dan hasil uji t yang diperoleh nilai p value adalah .341 (p > 0.005) yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata zona hambat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli dan tidak terdapatvperbedaan signifikan antara efek air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli.

(14)

ABSTRACT

Antibacterial power is the ability to inhibit growth or kill bacteria. to determine the antibacterial power of a substance can be carried out sensitivity tests of bacteria to these substances in vitro.

This research aims to determine the antibacterial power of lime (Citrus aurantifolia) on the growth of Stapylococcus aureus and Escherichia coli tested in vitro.

The method used is a laboratory experiment. Sensitivity test performed on two groups of bacteria that is Stapylococcus aureus and Escherichia coli of lime (Citrus aurantifolia) using disc diffusion method.

The result of statistical analysis showed an average zone of inhibition lime (Citrus aurantifolia) on the growth Stapylococcus aureus is 21.37 mm and Escherichia coli is 23.43 mm. The results of the Independent T Test statistical analysis shows that the value of variance test (F) p value obtained .000 (p < 0.005) which means that there are differences in variance and t test results obtained by the p value is .341 (p> 0.005) which means there is no the difference in mean inhibition zone lime (Citrus aurantifolia) against Stapylococcus aureus and Escherichia coli.

Based on these results concludue that the Lime (Citrus aurantifolia) has antibacterial effect on the growth of Stapylococcus aureus and Escherichia coli and there were no significant differences between the effects of lime (Citrus aurantifolia) against Stapylococcus aureus and Escherichia coli.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia hidup di alam yang selalu terpapar oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi, dan parasit. Infeksi terjadi bila mikroorganisme tersebut masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gangguan yang mengganggu fungsi fisiologi normal tubuh. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia. Penyakit ini sering terjadi di daerah tropis seperti Indonesia karena udara yang banyak debu, temperatur yang hangat dan lembab sehingga mikroba dapat tumbuh dengan subur. (Syahrurachman, 1994)

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Sekitar 20-50 % Stapylococus aureus merupakan flora normal pada saluran penapasan. Selain pada saluran pernapasan, Staphylococcus aureus juga merupakan flora normal pada kulit dan saluran cerna. Sumber utama infeksi ini adalah pada luka-luka yang terbuka, benda-benda yang terkontaminasi luka tersebut, serta saluran napas dan kulit manusia. (Jawetz, 2007)

Staphylococcus aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering dengan tanda-tanda radang yang khas, yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Selain itu, enterotoksin bakteri ini dapat mengakibatkan keracunan makanan dengan gejala yang umum seperti mual hebat, muntah, dan diare. Pada saluaran pernapasan, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan pneumonia pada infeksi primer ataupun sekunder. Jika Staphylococcus aureus ini menyebar luas dalam darah yang menjadi bakteremia dapat mengakibatkan endocarditis, osteomyelitis hematogen akut, meningitis, atau infeksi paru. (Todd, 1999)

(16)

pertama pada wanita muda. Selain itu, sekitar 50% dari pneumonia nosokomial primer yang didapat di rumah sakit di sebabkan oleh strain E.coli. (Lucky et al, 1994)

Untuk menanggulangi penyakit infeksi tersebut digunakan antibiotik. Antibiotika merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Namun,di negara berkembang timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik pada penyakit infeksi merupakan masalah penting. (Katzung, 1997)

Pada zaman dahulu masyarakat tidak mengenal obat-obat seperti antibiotik untuk menangulangi infeksi dan mereka lebih banyak menggunakan berbagai bahan yang diperoleh dari sekitar rumah. Dari berbagai survey, di antaranya Survey Kesehatan Rumah Tangga, Survey Penggunaan Obat Tradisional di masyarakat di Sulawesi dan Kalimantan Timur di Aceh dan Madura, Survey Etnobotani di daerah oleh Pus-litbang Biologi LIPI disimpulkan bahwa masyarakat masih mengandalkan alam sekitarnya untuk menanggulangi penyakit infeksi. Selain itu, alasan masyarakat menggunakan obat tradisional adalah karena obat-obat antibiotik ataupun obat-obat yang modern masih sedikit beredar di daerah mereka, membutuhkan resep, dan mahal harganya. (Dzulkarnain et al, 1996)

Jeruk nipis atau Citrus aurantifolia merupakan salah satu tanaman buah yang masih banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) banyak di gunakan untuk meredakan batuk, pilek, pusing, mual, menghilangkan letih dan lelah, batu ginjal, ketombe, serta jerawat. (Astarini et al, 2010). Selain itu, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Citrus aurantifolia juga memiliki efek sebagai antimikroba baik terhadap bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. (Onyeagba et al, 2004).

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantigolia) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana daya antibakteri dari air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk menguji kemungkinan adanya perbedaan daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap bakteri Gram positif yaitu

Staphylococcus aureus dan bakteri Gram negatif yaitu Escherichia coli.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka disusun manfaat penelitian sebagai berikut :

a) Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat antibakteri dari air jeruk nipis (Citrus aurantifolia).

(18)

BAB 2 sebagai berikut (Setiadi, 2004) :

Divisi : Spermatophyta

Nama daerah : Jeruk asam (Jawa), limau asam (Sunda), jeruk dhurga (Madura) Nama asing : Lime (Inggris), lima (Spanyol), dan limah (Arab).

2.2.2. Morfologi Tumbuhan

Tanaman jeruk nipis merupakan pohon yang berukuran kecil. Buahnya berbentuk agak bulat dengan ujungnya sedikit menguncup dan berdiameter 3-6 cm dengan kulit yang cukup tebal. Saat masih muda, buah berwarna kuning. Semakin tua, warna buah semakin hijau muda atau kekuningan. Rasa buahya asam segar. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih, dan berwarna putih kehijauan. Akar tunggangnya berbentuk bulat dan berwarna putih kekuningan. (Astarini et al, 2010)

2.2.3. Kandungan dan Kegunaan

(19)

nipis juga mengandung vitamin C sebanyak 27mg/100 g jeruk, Ca sebanyak 40mg/100 g jeruk, dan P sebanyak 22 mg. (Hariana, 2006)

Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang telah dikesnal memiliki efek sebagai antibakteri. Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus Citrus sebagian besar mengandung terpen, siskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik.

Komposisi senyawa minyak atsiri dalam jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah limonen (33,3γ%), -pinen (15,85%), sitral (10,54%), neral (7,94%), -terpinen (6,80%), α-farnesen (4,14%), α-bergamoten (γ,γ8%), -bisabolen

(γ,05%), α-terpineol (2,98%), linalol (2,45%), sabinen (1,81%), -elemen

(1,74%), nerol (1,5β%), α-pinen (1,25%), geranil asetat (1,23%), 4-terpineol (1,17%), neril asetat (0,56%) dan trans- -osimen (0,26%). (Astarini et al, 2010)

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat dijadikan obat tradisional yang berkhasiat mengurangi demam, batuk, infeksi saluran kemih, ketombe, menambah stamina, mengurangi jerawat serta sebagai anti-inflamasi dan antimikroba. (Astarini et al, 2010)

(20)

2.2. Bakteri

Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria) adalah mikroorganisme yang kebanyakan uniseluler (bersel satu), dengan struktrur yang lebih sederhana. (Tamher, 2008)

Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat di kelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a) Bakteri Gram Positif

Bakteri Gram positif dapat mempertahankan zat warna pertama (primery stain) yaitu ungu kristal karbon. (Kumala, 2006).

Contohnya adalah Staphylococcus, Streptococcus, Bacillus, Corynebacterium, Lactobacillus, Listeria dan Erysipelothrix.(Warsa,1994) b) Bakteri Gram Negatif

Bakteri Gram negatif dapat melepaskan zat warna pertama ungu kristal karbol dan mengikat zat warna kedua yaitu safranin (counterstain). (Kumala, 2006).

Contohnya adalah Neisseriaceae, Escherichia, Shigella, Klabsiella, Salmonella, Vibrio, Pseudomonadaceae, Haemoplilus, Bordetella, Brucella. (Lucky et al, 1994).

Beberapa perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negatif : Tabel 2.1. Perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negatif. (Assani, 1994)

Gram Positif Gram Negatif

Dinding sel Peptidoglikan, asam teikoat

Peptidoglikan, membran luar

Lapisan peptidoglikan Lebih tebal Lebih tipis Kadar lipid 1-4% 11-22% Toksin yan di bentuk Eksotoksin Endotoksin

(21)

a) Stapylococcus Aureus

Ordo: Eubacteriales Famili: Micrococcacea Genus: Staphylococcus

Spesies: Staphylococcus aureus

Stapylococcus berbentuk kokus kecil-kecil, berdiameter sekitar 1 mikron tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti kelompok buah anggur. Bakteri ini tidak bergerak, tidak berkapsul dan tidak membentuk spora.(Soemarno, 2000)

Untuk pembiakan, mikroba ini paling cepat berkembang pada suhu 37ºC tetapi suhu terbaik untuk menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan (20-25ºC). Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak. Warna khasnya adalah kuning atau coklat keemasan. (Jawetz, 2007)

Stapylococcus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernapasan, dan saluran cerna manusia. Genus Stapylococcus yang paling potogen adalah

Stapylococcus aureus. Stapylococcus aureus merupakan penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering. Bakteri ini dapat juga menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomyelitis, artritis septik, infeksi luka, abses, pneumonia, empyema, endocarditis, pericarditis, meningitis, dan penyakit yang diperantai toksin, termasuk keracunan makanan. (Todd, 1999)

Stapylococcus dapat menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar luas di jaringan serta dengan cara menghasilkan berbagai substansi ekstraseluler. Beberapa substansi tersebut adalah: (Jawetz, 1997)

 Katalase

Stapylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen

 Koagulase dan Faktor Pengumpal

(22)

Memproduksi koagulase dianggap sama dengan memiliki potensi menjadi patogen invasif.

Faktor pengumpal adalah kandungan permukaan Staphylococcus aureus

yang berfungsi melekatkan organisme ke fibrin atau fibrinogen. Bila berada di dalam plasma, Stapylococcus aureus membentuk gumpalan.

 Enzim lain

Enzim-enzim lain yang dihasilkan oleh staphylococcus antara lain adalah hialuronidase, atau faktor penyebar.

 Eksotoksin

Alfa toksin merupakan protein heterogen yang bekerja dengan spektrum luas pada membrane sel eukariot. Alfa toksin merupakan hemolisin yang kuat. Beta toksin dapat menguraikan sfingomielin sehingga toksin untuk berbagai sel, termasuk sel darah merah manusia. Delta toksin melisiskan sel darah merah manusia dan hewan. Lamda toksin bersifat heterogen dan terurai menjadi beberapa subunit pada deterjen non ionik. Toksin tersebut mengganggu membrane biologik dan dapat berperan pada penyakit diare akibat Staphylococcus aureus.

 Leukosid

Toksin Staphylococcus aureus ini memiliki dua komponen. Leukosid dapat membunuh sel darah putih manusia dan kelinci. Kedua komponen tersebut bekerja secara sinergi pada membran sel darah putih membentuk pori-pori dan meningkatkan permeabilitas kation.

 Toksin Eksfoliatif

 Enterotoksin

(23)

Gambar. 2.2. Staphylococcus aureus (Neidhardt, 2004)

b) Escherichia coli

Ordo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceace Genus : Eschericia

Spesies : Eschericia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang pendek (kokobasil) dengan ukuran 0,4-0,7 µm, tidak berspora dan beberapa strain mempunyai kapsul. Eschericia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa di pakai di laboratorium Mikrobiologi; pada media yang digunakan untuk isolasi kuman enterik, sebagian besar strain E.coli tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa. E.coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta. (Lucky

et al, 1994)

Eschericia coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, dan fermentasi manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa.

E.coli membentuk koloni sedang, merah bata atau merah tua, metalik, smooth, keping atau sedikit cembung pada Mac Conkey agar. (Soemarno, 2000)

(24)

piuria. Nyeri pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian atas. (Jawetz, 2007)

Adapun faktor-faktor patogenitas dari Eschericia coli adalah: (Lucky et al, 1994)

 Antigen permukaan

Pada E.coli paling tidak terdapat 2 tipe fimbriae, yaitu tipe sensitif manosa (pili) dan tipe resisten manosa (CFAS I & II).

Kedua tipe fimbriae ini penting sebagai colonization factor, yaitu untuk perlekatan sel bakteri pada sel/jaringan tuan rumah.

 Enterotoksin

Ada dua macam enterotoksin, yaitu toksin LT (termolabin) dan toksin ST (termostabil). Produksi kedua toksin tersebut di atur oleh plasmid yang mampu pindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya. Terdapat dua macam plasmid, yaitu satu plasmid mengkode pembentukan toksin LT dan ST, dan satu plasmid lainnya mengatur pembentukan toksin ST saja. Toksin LT bekerja meransang enzim adenil siklase yang terdapat di dalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan peningkatan aktivitas enzim tersebut dan terjadinya peningkatan permeabilitas sel epitel usus yang akan mengakibatkan akumulasi cairan di dalam usus dan berakhir dengan diare. Toksin ST adalah asam amino dengan berat molekul 1970 dalton, mempunyai satu atau lebih ikatan disulfide, yang penting untuk mengatur stabilitas pH dan suhu. Toksin ini bekerja dengan cara mengaktivasi enzim guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat, menyebabkan gangguan absorpsi klorida dan natrium, selain itu ST juga menurunkan motilitas usus halus.

 Hemolisin

(25)

Gambar. 2.3. Escherichia coli (Monod, 2010)

2.3. Aktivitas Antimikroba In Vitro

Antimikroba merupakan substansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain.

Aktivitas antimikroba diukur in vitro untuk menentukan potensi agen antibakteri dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan, dan kerentanan mikroorganisme tertentu terhadap obat dengan konsentrasi tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba in vitro yaitu pH lingkungan, komponen medium, stabilitas obat, ukuran inokulum, lama inkubasi, dan aktivitas metabolik mikroorganisme. (Chatim, 1994)

2.3.1. Mekanisme Kerja Antimikroba

Ada beberapa mekanisme kerja antimikroba, yaitu: (Jawetz, 1997) a. Menghambat sintesis dinding sel

Bakteri mempunyai dinding sel yang mempertahankan bentuk dan ukuran mikroorganisme, yang mempunyai tekanan osmotic internal yang tinggi. Cedera pada dinding sel atau inhibisi pada pembentukannya dapat menyebabknan sel menjadi lisis. Contoh antimikroba golongan ini adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin.

b. Menghambat fungsi membran sel

(26)

Jika fungsi itu terganggu akan menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Contoh antimikroba golongan ini adalah amfoterisin B, kolisistin, imidazole

c. Menghambat sintesis protein

Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama, yaitu transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNA-dependent dan translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent. Contoh antimikroba golongan ini adalah eritromisin, linkomisin, tetrasiklin.

d. Menghambat sintesis asam nukleat

Struktur molekul DNA erat kaitannya dengan dua peran utama yaitu duplikasi dan transkripsi. Contoh antimikroba golongan ini adalah kuinolon, pirimetamin, rifampisin, sulfonamide.

2.3.2. Pengukuran Aktivitas Antimikroba

Penentuan kerentanan patogen bakteri terhadap obat-obatan antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu metode utama yaitu dilusi atau difusi. Metode-metode tersebut dapat dilakukan untuk memperkirakan baik potensi antibiotik dalam sampel maupun kerentanan mikroorganisme dengan menggunakan organisme uji standar yang tepat dan sampel obat tertentu untuk perbandingan. Metode-metode utama yang dapat digunakan adalah: (Jawetz, 2007)

a. Metode Dilusi

Sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke dalam medium bakteriologi padat atau cair. Biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat zat antimikroba. Medium akhirnya diinokulasi dengan bakteri yang diuji dan diinokulasi.

Tujuan akhirnya adalah mengetahui seberapa banyak jumlah zat antimikroba yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diuji. Uji kerentanan dilusi agar membutuhkan waktu yang banyak, dan kegunaannya terbatas pada ketentuan-keadaan tertentu.

(27)

Metode yang paling sering digunakan adalah uji difusi cakram. Cakram kertas filter yang mengandung sejumlah tertentu obat ditempatkan di atas permukaan medium padat yang telah diinokulasi pada permukaan dengan organisme uji. Setelah inkubasi, diameter zona jernih inhibisi di sekitar cakram diukur sebagai ukuran kekuatan inhibisi obat melawan organisme uji tertentu dengan menggunakan penggaris atau jangka sorong/kaliper. Hasil di katakan sensitif atau resisten atau intermediate berdasarkan hasil pengukuran zona hambatan, kemudian mengacu pada tabel Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI)

M100-S20, Januari 2010. Adapun tabel CLSI untuk Stapylococcus spp dan Enterobacteriaceae terhadap ciprofloxacin adalah:

Tabel 2.2. Zona Hambat Stapylococcus spp. (CLSI, 2010)

Antimikroba

Tabel 2.3. Zona Hambat Enterobacteriaceae (CLSI, 2010)

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Keteranangan : = Diamati Gambar. 3.1. Kerangka konsep

Ciprofloxacin Jeruk Nipis (Citrus

aurantifolia)

Efek antimikroba

Stapylococcus aureus Escherichia coli

Zona Hambat

Ada Tidak ada Efek antimikroba

Stapylococcus aureus Esherichia coli

Zona Hambat

Tidak ada Ada

(29)

3.2. Definisi Operasional

1. Ciprofloxacin

Ciprofloxacin merupakan golongan antibiotik kuinolon yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat.

2. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk nipis merupakan salah satu jenis jeruk (Citrus) yang buahnya berwarna kuning dan semakin tua warna buahnya semakin hijau muda atau kekuningan.

3. Stapylococcus aureus

Stapylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Stapylococcus aureus dapat tumbuh pada Manitol Salt Agar (MSA) yang koloninya berbentuk kecil-sedang, smooth, berwarna kuning yang dilingkari oleh zone yang berwarna kuning juga.

4. Eschericia coli

Eschericia coli merupakan bakteri Gram negatif. Koloni E.coli pada Eosin Methylene Blue (EMB) berwarna merah gelap dan bisa kilau logam (methalic sheen)

5. Efek antimikroba merupakan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme.

6. Zona Hambat merupakan zona atau daerah jernih yang terbentuk disekitar cakram antimikroba yang tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri (daerah bebas koloni)

- Cara ukur : cara difusi cakram - Alat ukur : jangka sorong (kaliper) - Hasil ukur:

Untuk Stapylococcus aureus terhadap kertas cakram jeruk nipis:

 Ada, jika terdapat zona hambat dan dibandingkan dengan ciprofloxacin dan sesuaikan dengan tabel CLSI M100-S20 yang memuat zona hambat Staphylococcus spp. terhadap ciprofloxacin

(30)

Untuk Escherichia coli terhadap kertas cakram jeruk nipis:

 Ada, jika terdapat zona hambat dan dibandingkan dengan ciprofloxacin dan sesuaikan dengan tabel CLSI M100-S20 yang memuat zona hambat Enterobacteriaceae terhadap ciprofloxacin

 Tidak ada, jika tidak terdapat zona hambat - Skala ukur : numerik

3.3. Hipotesis

Air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki efek daya antibakteri terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan Posttest Only Control Group Design, dengan alasan untuk mengetahui daya antibakteriair jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi FK USU. Waktu penelitiannya yaitu pada tanggal 29 Oktober – 5 November 2011.

4.3. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah biakan spesimen-spesimen yang telah diidentifikasi sebagai bakteri Stapylococcus aureus dan Eschericia coli yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi FK USU. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer, yaitu:

Dimana :

t = banyak perlakuan r = jumlah replikasi

Setiap penelitian dibagi menjadi dua kelompok atau perlakuan yaitu kelompok yang diuji terhadap Stapylococcus aureus dan kelompok yang diuji terhadap Escherichia coli sehingga berdasarkan rumus di atas didapatkan:

(t-1)(r-1) ≥ 15 (2-1)(r-1) ≥ 15

r ≥ 16

Jadi, jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 16 sampel bakteri Stapylococcus aureus dan 16 sampel Escherichia coli.

(32)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil selama penelitian berlangsung di Laboratorium merupakan data primer yaitu pengujian daya hambat air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.

4.4.1.Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: biosafety cabinet, inkubator, hot air oven, tabung reaksi, kaliper, rak tabung reaksi, cawan petri, labu Erlenmeyer, botol steril bertutup, ose, kapas lidi, batang pengaduk, pisau, pelubang kertas steril, pinset, pelubang kertas, spidol.

Bahan berupa media Nutrient broth, Mueller Hinton Broth, agar Mueller-Hinton, jeruk nipis (Citrus aurantifolia), biakan bakteri Staphylococcus aureus

dan Eschericia coli, kertas filter, cakram antibiotik ciprofloxacin.

4.4.2.Prosedur dan Teknik Penelitian

1) Persiapan bakteri yang di uji

Koloni bakteri Stapylococcus aureus dan Escherichia coli diperoleh dari hasil biakan spesimen-spesimen yang telah diidentifikasikan dengan metode standar di Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

2) Persiapan material jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang segar di cuci dengan menggunakan air yang bersih. Kemudian, jeruk nipis (Citrus aurantifolia) di potong dengan menggunakan pisau yang steril, diperas dan disaring airnya menggunakan kain steril ke dalam labu Erlenmeyer steril, lalu ditutup dengan aluminium foil steril dan disimpan pada suhu 4ºC sampai saat digunakan.

(33)

mengandung 0,005 mililiter (5 µl) air jeruk nipis. Kemudian cakram-cakram berisi air jeruk nipis tersebut disimpan pada suhu 4ºC sampai saat digunakan.

(Taiwo et al, 2007)

3) Uji Kepekaan dengan cara difusi:

1. Siapkan lempeng agar dalam cawan petri yang mengandung koloni bakteri yang telah diidentifikasikan sebagai Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli.

2. Ambil koloni bakteri yang akan di uji kepekaannya dan di masukkan ke medium cair dalam tabung reaksi, eramkan 2-5 jam pada suhu 36-37ºC

3. Kekeruhan bakteri dalam tabung reaksi tadi disesuaikan dengan kekeruhan 0,5 Mcfarland

4. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam medium cair yang berisi bakteri tersebut

5. Dengan gerakan menekan dan memutar kapas lidi steril tersebut pada dinding tabung

6. Kapas lidi steril tersebut diusapkan pada permukaan lempeng Agar Mueller Hinton dan sebarkan secara merata pada permukaan agar tersebut. Diamkan selama 3-5 menit.

7. Letakkan cakram di letakkan pada permukaan Agar dengan bantuan pinset steril dan di tekan sedikit agar melekat dengan baik.

8. Eramkan pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.

9. Periksa Zona Hambat di sekitar cakram antimikroba dan kertas cakram jeruk nipis tersebut yang tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri dan di ukur diameternya dengan jangka sorong (caliper) atau penggaris dan di sesuaikan pembacaannya berpedoman pada tabel CLSI M100-S20 untuk Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.

(34)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 29 Oktober – 5 November 2011 di Laboratorium Mikrobiologi FK USU. Dengan jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 16 sampel bakteri

Stapylococcus aureus dan 16 sampel Escherichia coli. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU yang berlokasi di jalan Universitas No.1 Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah biakan spesimen-spesimen yang telah diidentifikasikan sebagai bakteri Stapylococcus aureus dan Eschericia coli yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi FK USU dengan jumlah total sebanyak 32 sampel yaitu 16 sampel bakteri Stapylococcus aureus dan 16 sampel bakteri

Escherichia coli.

5.1.3. Hasil Uji Laboratorium

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di laboratorium Mikrobiologi FK USU diperoleh data-data yang terangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1. Zona hambat air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan

(36)

Penelitian ini juga dilakukan uji kepekaan antibiotik ciprofloxacin terhadap bakteri yang diuji yang mana ciprofloxacin berfungsi sebagai kontrol.

Tabel 5.2. Zona hambat Ciprofloxacin terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli

Zona Hambat (mm)

No sampel Stapylococcus aureus Escherichia coli

(37)

5 25 50 terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus adalah 38,06 mm dan Escherichia coli adalah 51,12 mm. Jika disesuaikan dengan tabel Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI)maka ciprofloxacin dinyatakan sensitif (zona hambat ≥

21 mm) terhadap Stapylococcus aureus dan Escherichia coli

5.1.4. Hasil Analisa Statistik

Untuk mengetahui efek air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli dapat digunakan uji T independent yang terdapat pada tabel 5.3 (lampiran 2) dan tabel 5.4 (lampiran 2).

Tabel 5.3. Rata-rata zona hambat air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli

Bakteri yang diuji N Rata-rata (mm)

Standar Deviasi Jeruk nipis Stapylococcus aureus 16 21.37 8.11

(38)

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa rata-rata zona hambat air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus adalah 21,37 mm (SD 8.11) dan Escherichia coli adalah 23,43 mm (SD 2.27).

Tabel 5.4. Hasil uji T independent

Levene’s Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Sig. (2-tailed)

Dari tabel 5.4. dapat dilihat hasil uji analisa menggunakan independent sample t test diperoleh bahwa nilai uji varian (F) didapat p value .000 (p < 0,005) yang berarti terdapat perbedaan varian sehingga uji t yang digunakan adalah uji t dengan varian yang berbeda (equal variance not assumed). Maka hasil uji t yang diperoleh adalah -.979 dan nilai p value adalah .341 (p > 0,005) yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata zona hambat jeruk nipis terhadap Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.

5.2. Pembahasan

(39)

tarhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa tanaman genus Citrus adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang telah dikenal memiliki efek sebagai antibakteri (Chutia et al, 2009). Berdasarkan kepustakaan yang lain juga menyatakan bahwa jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat dijadikan obat tradisional yang berkhasiat mengurangi demam, batuk, infeksi saluran kemih, ketombe, menambah stamina, mengurangi jerawat serta sebagai anti-inflamasi dan antimikroba. (Astarini et al, 2010)

Berdasarkan penelitian Onyeaba et al (2004) dan Aibinu at al (2007) juga menunjukkan bahwa jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki efek antibakteri baik terhadap Stapylococcus aureus maupun Escherichia coli.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh rata-rata zona hambat air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus adalah 21,37 mm dan Escherichia coli adalah 23,43 mm dan tidak adanya perbedaan signifikan efek air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan

Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.

Hal ini juga didukung dengan penelitian Taiwo et al (2007) yang melakukan penelitian pada ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan bunga matahari (Tithonia diversifolia) terhadap bakteri yang di isolate yang di uji secara in vitro menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Stapylococcus aureus adalah 10 mm dan Escherichia coli

adalah 10 mm yang menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata efek jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap bakteri yang diuji.

Walaupun air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki efek daya antibakteri terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki efek daya antibakteri terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang diuji secara in vitro

2) Tidak adanya perbedaan signifikan efek daya antibakteri air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus dan

Escherichia coli

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar terkecil air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Stapylococcus aureus dan Escherichia coli

2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap jenis bakteri yang lainnya

(41)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.Cermin Dunia Kedokteran No. 110, 1996 35.

Diunduh dari:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12TanamanObatBersifatAntibakteri1 10.pdf/12TanamanObatBersifatAntibakteri110.html [diakses 12 April 2011]

Jawetz, Ernest., 1997. Prinsip Kerja Obat Antimikroba. Dalam: Katzung, B, G.

Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jawetz., Melnick., Adelberg., 2007. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Katzung, Bertram, G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kumala, Widyasari., 2006. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Klinik. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.

Lucky et al., 1994. Batang Negatif Gram. Dalam: Syahrurachman et al. Buku Ajar Mikrobiologi kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara. Monod, Jacques., 2010. What Is E.coli. In: Manning, D, S. Escherichia coli

infection second edition. New York: Chelsea House.

Neidhardt, C, F., 2004. Bacterial Structures. In: Ryan, K, J., Ray, C, G., Sherris Medical Microbiologi an Introduction To Infection Disease 4th Edition. The United States of America: The McGraw-Hill Companies.

Onyeagba, R, A., Ugbogu, O, C., Okeke, C,U., Iroakasi, O., 2004. Studies On The Antimicrobial Effect of Garlic (Allium Sativum Linn), Ginger (Zingiber Officinale Roscoe) and Lime (Citrus Aurantifolia Linn). African Journal of Biotechnology Vol. 3 (10), pp. 552-554.

Diunduh dari:

https://tspace.library.utoronto.ca/bitstream/1807/6551/1/jb04110.pdf [diakses 5 April 2011]

(42)

Escherichia coli Isolat From Drinking Water, Bangladesh. Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials 2011, 10:10 doi:10.1186/1476-0711-10-10.

Diubah dari:

www.ann-clinmicrob.com/content/10/1/10 [diakses 16 April 2011]

Setiadi., Parimin., 2004. Budi Daya Jeruk Asam di kebun dan di Pot. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soemarno., 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bacteri Klinik. Yogyakarta: Penerbit Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

S,S, Taiwo., B,A, Oyekanmi., Y,O, Adesiji., O, O, Opaley., O,A, Adeyeba., 2007.

In:Vitro Antimicrobial Activity of Crude Extracts of Citrus Aurantifolia Linn ana Tithonia Diversifolia Poaceace on Clinical Bacterial Isolat. International Journal of Tropical medicine 2 (4): 113-117.

Diunduh dari:

www.medwelljournals.com/abstract/?doi=ijtmed.2007.113.117 [diakses 5 April 2011]

Tamher, Sayuti., 2008. Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Todd, James., 1999. Infeksi Bakteri. Dalam: Behrman, R, C., Kliegman, R, M., Arvin, A, M. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Warsa, C, U., 1994. Kokus Positif Gram. Dalam: Syahrurachman, Agus et al.

(43)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cut Nurkalimah

Tempat / Tanggal Lahir : Jeuram, 23 Oktober 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Setia Budi Pasar 2, Komplek Graha Tanjung Sari Blok K No.12

Nomor Telepon : 085277802429

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 15 Meulaboh tahun 1996 - 2002

2. SMPN 1 Meulaboh tahun 2002 - 2005 3. SMAN 4 WIRA BANGSA Meulaboh tahun

2005 – 2008

(44)

LAMPIRAN 2

Uji Statistik

Group Statistics

Bakteri yang diuji N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Jeruk nipis Staphylococcus aureus 16 21.3750 8.11480 2.02870

Escherichia coli 16 23.4375 2.27944 .56986

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Difference Lower Upper

(45)

LAMPIRAN 3

Dokumentasi Penelitian

Cakram Jeruk Nipis Koloni bakteri yang diuji

(46)

Cakram pada lempeng Agar

Zona hambat bakteri Stapylococcus aureus Zona hambat bakteri Escherichia coli

(47)

LAMPIRAN 4

Master Data

Gambar

Tabel 2.1.   Perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negatif…...
Gambar. 2.1. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia). (Setiadi, 2004)
Tabel 2.1. Perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Gambar. 2.3. Escherichia coli (Monod, 2010)
+5

Referensi

Dokumen terkait

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Bengkulu Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubemur Bengkulu.. Nomor 3 Tahun 2O\2 tentang

PENGARUH JUS LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN MALONDIALDEHID (MDA) PADA TIKUS WISTAR DIABETES YANG DIINDUKSI

Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2009). 1) Kecemasan, ini

Astiko (2015) menyebutkan bahwa unsur hara P memiliki hubungn dengan laju fotosintesis, meningkatnya unsur hara P dapat meningkatkan laju fotosintesis pada tanaman

[r]

Oleh itu, perkhidmatan sosial dilihat sebagai satu sistem atau program yang dirancang oleh kerajaan untuk memperbaiki kesejahteraan individu dengan menjamin tahap kesejahteraan dan

Pemeliharaan tanaman karet belum menghasilkan (TBM) sudah dilakukan antara lain dengan melakukan penyulaman untuk menggantikan tanaman-tanaman yang mati agar

Berikut ini adalah penjelasan AI Hard yang digunakan komputer dalam menentukan langkah terbaik, pada pengujian ini asumsi kondisi papan permainan seperti pada gambar