• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan PKL pemeliharaan tanaman karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan PKL pemeliharaan tanaman karet"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

laporan PKL pemeliharaan tanaman karet

PEMELIHARAAN TANAMAN KARET (Havea brasiliensis Muell arg)

DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING KECAMATAN KARANGANYAR

KABUPATEN PEKALONGAN

Oleh :

GALIH PURWANTO 1007060411

LAPORAN PRATEK KERJA LAPANGAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Pada Program Strata Satu Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEKALONGAN

PEKALONGAN 2013

PEMELIHARAAN TANAMAN KARET (Havea

brasiliensis Muell arg)

DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING KECAMATAN KARANGANYAR

KABUPATEN PEKALONGAN

(2)

GALIH PURWANTO 1007060411

Laporan Praktek Kerja Lapangan telah disetujui dan disahkan

tanggal :...

Mengetahui,

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “Pemeliharaan Tanaman Karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan”

Dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucap terima kasih kepada :

(3)

2. Ir. Pudjiati Syarif., MP selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.

3. Direksi PTP Nusantara IX (Persero) yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kebun Blimbing.

4. Administratur PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Afdeling Buwaran yang telah memberikan tempat dan waktu untuk penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan.

5. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

Demikian laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun, semoga dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan berikutnya.

Pekalongan, Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang... 1

1.2 Perumusan masalah...2

1.3 Tujuan praktek kerja lapangan... 2

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Karet... 4

2.2 Morfologi Tanaman Karet... 4

2.3 Syarat Tumbuh... 6

2.4 Pemeliharaan Tanaman Karet... 8

BAB III METODE PRAKTEK KERJA 3.1 Tempat dan waktu Praktek Kerja Lapangan... 19

3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan... 19

3.3 Kegiatan Yang Dilaksanakan... 19

3.4 Jadwal Kegiatan... 20

3.5 Daftar Pertanyaan... 20

BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1 Keadaan Umum ... 21

4.2 Keadaan Tanaman... 22

(4)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ...39

6.2 Saran...39

DAFTAR PUSTAKA... 40

LAMPIRAN ... 41

DAFTAR TABEL No. Uraian Hal. 1. Jadwal Kegiatan Prraktek Kerja Lapangan ... 20

2. Sejarah Singkat PTPN IX (Persero) Kebun Blimbing ... 21

3. Tipe Iklim menurut Schmidt-Ferguson, Jenis Tanah dan Kesuburan... 22

4. Luas Petanaman Karet Berdasar Komposisi Umur... 22

5. Komposisi Klon Karet PTPN IX (Persero) Kebun Buwaran... 23

6. Standar Perkembangan Lilit Batang Pada Tiap TBM... 29

7. Daftar Hama Tanaman Karet PTPN IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran 30

8. Sifat-Sifat Klon Yang Peka Dan Tahan Terhadap Penyakit Embun Tepung 32 DAFTAR LAMPIRAN No. Uraian Hal. 1. Foto kegiatan Praktek Kerja Lapangan... 41

(5)

3. Ikhtisar Keadaan Kebun Entres PTP Nusantara IX (PERSERO) Kebun Blimbing 45 4. Proyeksi tata guna kulit SS TAPPING PANEL... 46

5. Surat Keterangan Telah Selesai Praktek Kerja Lapangan... 47

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejarah karet (Hevea brasiliensis Muell arg) bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang – orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan ke tanah. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti bola. Pada tahun 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut. Seorang ahli dari Perancis bernama fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Hevea brasiliensis yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet utama, dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini.

Perhatian terhadap karet bertambah meningkat setelah PRIESTLY, seorang ahli fisika/kimia Inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang Inggris menunjuki karet dengan sebutan “rubber”.

Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini luar biasa. Masyarakat modern sekalipun tidak dapat berjalan tanpa karet. Komoditi ini ditemukan oleh orang Eropa pada abad ke-19 industri karet mulai menggunakan cara manufaktural (lewat pabrik) dan peralatan yang sederhana. Industri karet ini merupakan salah satu industri paling rumit atau canggih dalam abad modern dan merupakan suatu bagian yang diperlukan masyarakat.

Komoditi karet akan tetap memegang peranan penting bagi sosial ekonomi Negara Indonesia, karena porsi kuantum produksi yang besar dan selalu meningkat dengan sekitar 4 – 5 % per tahun. Perkebunan karet dalam bentuk karet rakyat yang baik juga dapat merupakan andalan bagi peningkatan pendapatan per kapita, mengurangi kesenjangan ekonomi pengusaha dan pemberian lapangan kerja bagi petani pekebun.

Tanaman karet merupakan tanaman daerah beriklim tropis. Daerah yang cocok untuk ditanami karet ialah pada zona antara 15o LS dan 15o LU. Bila ditanam di luar daerah tersebut

maka pertumbuhannya agak lambat sehingga produksinya pun akan rendah. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak atau tempat, maka pertumbuhannya akan semakin lambat, dan latek yang dihasilkan akan lebih rendah. Ketinggian yang mencapai 600 meter di atas permukaan laut kurang baik untuk tanaman karet.

Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisik yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, keadaan air tanah, aerasi dan drainase, akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisiknya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.

(6)

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.2.1 Kurangnya pengetahuan tentang pemeliharaan menjadikan kurang optimalnya hasil lateks dari tanaman karet.

1.2.2 Tanaman karet akan berproduksi dengan optimal apabila mendapatkan pemeliharaan yang baik.

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui proses pemeliharaan tanaman karet yang baik.

1.3.2 Untuk mengetahui masalah–masalah yang ada dalam proses pemeliharaan tanaman karet. 1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1.4.1 Memperoleh informasi tentang pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM).

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Karet

Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell arg) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis Muell arg

Tanaman karet berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 25 meter. Sistem perakaran padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter.

Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan dibagian atas. Di batang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks (Setiawan & Andoko, 2005)

2.2 Morfologi Tanaman Karet 2.2.1 Benih

Tanaman karet diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (menggunakan klon). Benih karet menghasilkan daun yang berturut - turut, salah satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah panjang. Sistem percabangan tergantung pada klon karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet mudah roboh karena angin. 2.2.2 Batang

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi pada bagian atas.

Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah timur. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

2.2.3 Daun

Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri atas 3 anak daun yang licin berkilat, tipis, berwarna hijau, panjang 3,5 - 30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan lebar 2,5 - 12,5 cm.

Daun karet terdiri atas tangkai utama sepanjang 3 – 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3 – 10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau san menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun – daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman (Setiawan & Andoko, 2005)

2.2.4 Buah

Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia ± 4 tahun. Setiap buah terdiri atas tiga atau empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan pecah. Setiap tanaman karet menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun.

(8)

Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Setiap ruang terbentuk setengah bola. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangannya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat.

2.2.5 Bunga

Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk “lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari dan putik yang agak lengket.

Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan bunga. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda 4 - 8 mm. Bunga betina berambut vilt (keriting). Ukurannya lebih besar sedikit daripada bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi daripada yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna.

2.3 Syarat Tumbuh 2.3.1 Iklim

Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada tinggi 0 - 200 m dari permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Tanaman karet tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000 - 4000 mm per tahun. Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 25° hingga 35° C. Suhu terbaik adalah rata-rata 28° C.

Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75 - 90 %. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi pembatas.

Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15° Lintang Utara sampai 10° Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, namun tetap menyimpan kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25° - 30° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup, paling tinggi antara 5 – 7 jam.

Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000 – 4000 mm/tahun, yakni pada ketinggian sampai 200 m di atas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 25° - 35° C, dengan suhu optimal rata-rata 28° C.

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon - klon yang peka terhadap angin kencang.

2.3.2 Tanah

(9)

Karet menyukai tanah yang mudah ditembus air. Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5 - 6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4 – 8.

Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah-tanah yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki.

Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m, permukaan air tanah rendah, yaitu + 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0 tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan pertumbuhan.

Karet menghendaki tanah dengan kedalaman, kegemburan dan kemampuan menahan air yang baik serta tidak memiliki lapisan padas di sekitar lapisan top soil. Nilai pH tanah yang ideal berkisar antara 5 – 6.

2.4 Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) 2.4.1 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

a. Penyulaman

Tidak semua bibit karet yang ditanam dilahan dapat hidup. Persentase kematian bibit yang dapat ditolerir dalam budidaya karet adalah sebesar 5%. Karenanya, diperlukan penyulaman untuk mengganti bibit yang mati tersebut. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 – 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan yang mati, dan menggunakan bibit stum tiggi berumur 1 – 2 tahun agar tanaman dapatseragam.

Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui penyebab kematian bibit. Jika disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman dilaksanakan pagi hari pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00, saat cuaca tidak terlalu panas agar mengurangi resiko kematian.

b. Penyiangan

Penyiangan dalam budidaya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Oleh karena itu, kegiatan pnyiangan sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Pada umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun untuk menghemat tenaga dan biaya (Setiawan dan Andoko, 2005).

Ada dua cara penyiangan, yaitu dengan cara manual dan kimiawi. Secara manual adalah menggunakan alat penyiangan, seperti cangkul atau parang. Sedangkan cara kimiawi dengan menyemprotkan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, gunakan herbisida yang sesuai dengan jenis gulma yang akan dikendalikan agar hasilnya efektif. Disamping itu, harus diperhatikan dosis dan frekuensi penyemprotan agar tidak terjadi pemborosan.

c. Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen sadap dapat dilakukan secepatnya, kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle dan chemical strip weeding.

(10)

Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk diletakkan pada jarak 1 – 1,5 meter dari barisan tanaman. Caranya sama, yaitu tanah digali sedalam 5 – 10 cm, kemudian pupuk dimasukkan ke dalamnya dan ditutup dengan tanah.

Pemupukan tanaman karet sebaiknya tidak dilakukan pada pertengahan musim hujan, karena pupuk mudah tercuci air hujan. Idealnya, pemupukan dilakukan pada pergantian musim hujan ke musim kemarau. Sementara itu, jenis pupuk yang digunakan tergantung pada jenis tanahnya.

d. Seleksi dan Penjarangan

Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri atas tanaman yang seluruhnya dalam keadaan sehat dan baik, terutama menjelang penyadapan. Oleh karena itu, tanaman yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akar – akarnya agar penyakit tersebut tidak menyebar ke tanaman yang sehat.

Dengan asumsi yang hidup 95%, maka dari 476 benih yang ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika dari 452 pohon tersebut 5% diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman sehat, dari 425 tanaman sehat akan dapat disadap 400 pohon.

e. Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah

Fungsi tanaman penutup tanah adalah untuk menahan erosi, dan mempercepat matang sadap, tanaman penutup tanah harus dipelihara dengan pemupukan dan pemangkasan, pupuk yang digunakan sebaiknya kompos yang telah matang dengan dosis 4 – 5 ton/hektar. Cara pemberiannya dengan ditaburkan ke sela – sela tanaman.

Jika pertumbuhan tanaman penutup tanah terlalu pesat perlu dikendalikan dengan cara pemangkasan. Alat yang dipakai untuk pemangkasan cukup parang atau sabit.

2.4.2 Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM)

Setelah menginjak umur lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan komposisi II. Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksudkan agar kondisi tanaman dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang. Tanpa perawatan yang baik, kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun, dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini hanya meliputi penyiangan, pemupukan dan peremajaan.

a. Penyiangan

Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan perumbuhan gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan biasa dilakukan secara manual, kimiawi, atau gabungan dari keduanya.

Cara manual atau mekanis adalah pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul parang atau sabit. Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal perkebunan karet tidak terlalu luas.

Jika areal karet sangat luas pemberantasan gulma yang paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak memberantas gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya. Sedangkan herbisida sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya terserap ke dalam gulma. Penggunaan herbisida harus bijaksana, artinya, harus sesuai dengan dosis dan frekuensi yang telah ditetapkan.

b. Pemupukan

(11)

sebelum disadap semua tanaman karet harus dipupuk, pada masa setelah sadap pemupukan harus dilakukan secara selektif, artinya hanya tanaman yang produksi lateksnya bagus saja yang dipupuk. Langkah ini untuk menghindari pemborosan.

Cara pemupukan tanaman karet sama dengan masa sebelum produksi, yaitu pupuk dimasukkan kedalam lubang yang digali melingkar dengan jarak 1 – 1,5 meter dari pohon. Dapat juga pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis dengan jarak 1,5 meter dari pohon. Sebelum pemupukan dilakukan pastikan tanah sudah bebas dari gulma.

Jika pada sebelum produksi dilakukan pemupukan sekali dalam setahun, sedangkan pemupukan tanaman karet pada masa produksi dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada pergantian musim. Dosis pupuk disesuaikan dengan jenis tanah tempat karet dibudidayakan.

Penggunaan pupuk tunggal memberikan kesan tidak praktis karena harus mencampurkan paling tidak tiga jenis pupuk. Sekarang di pasaran banyak pupuk majemuk lengkap yang lebih praktis.

c. Peremajaan

Setelah bertahun – tahun disadap lateksnya, tanaman karet akan memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Bila terus dipelihara dan disadap hasil lateks yang diperoleh tidak akan menguntungkan secara ekonomi, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Kegiatan peremajaan karet dimulai dengan pembongkaran pohon – pohon tua. 2.4.3 Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Karet Beserta

Pengendaliannya

Sebagaimana halnya tanaman perkebunan lainnya, tanaman karet tak luput dari hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyaki ini harus ditangani dengan baik agar tanaman tumbuh subur dan produktivitasnya optimal.

Hama yang menyerang tanaman karet pada fase penanaman hingga produksi diantaranya: a. Rayap

Rayap yang menjadi hama tanaman karet, terutama

spesies Microtermes inspiratusdan Captotermes curvignathus. Rayap tersebut menggerogoti bibit karet yang baru ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat.

1) Cara pengendaliannya dapat dengan kultur teknis, mekanis dan kimiawi. Secara kultur teknis ujung stum sampai sedikit diatas mata dibungkus plastik agar rayap tidak memakannya.

2) Secara mekanis dengan menancapkan umpan berupa 2 – 3 batang singkong dengan jarak 20 – 30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan umpan tersebut daripada karet. 3) Secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi rayap

b. Kutu

Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah Saissetia nigru, Laccifer greeni chamberlis, Laccifer virgata, Ferrisiana virgata dan Planococcus citri yang masing-masing memiliki ciri yang berbeda.

Jika intensitas serangan kutu belum begitu parah pengendalian bisa dilakukan secara mekanis, yakni mengambil kutu – kutu tersebut menggunakan pinset dan membakarnya. Namun jika intensitas serangannya sudah parah , pengendaliannya secara kimiawi dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida khusus seperti pada seissetia nigru pemberantasannya menggunakan Albolineum (2%), Laccifer greeni chamberlispemberantasan menggunakan kimiawi (Anthio 3 EC=0,15%+Surfaktan Citrowett=0,025%, Albolineum 2%, Formalin 0,5%), dan lain sebagainya.

(12)

Tungau menghisap cairan tanaman menggunakan alat penusuk yang ada dikepalanya, akibatnya daun yang terserang berbentuk abnormal dan kerdil. Lama kelamaan daun itu menguning dan akhirnya gugur.

Pengendaliannya juga dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis adalah dengan mengambil tungau dan kemudian membunuhnya. Sementara itu, secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida yang diformulasikan khusus untuk tungau. d. Babi hutan

Babi hutan (Sus verrucosus) adalah hama bagi hampir semua tanaman perkebunan termasuk karet terutama yang ditanam dekat hutan. Babi hutan mencari makan malam hari dengan cara mendongkel tanaman karet yang masih muda menggunakan moncongnya, setelah pohon karet rebah babi hutan memakan daunnya sampai tandas, bahkan mengerat kulit pohonnya.

Beberapa pengendaliannya, sebagai berikut 1) Menakut – nakuti

Babi hutan sangat takut dengan bunyi – bunyian yang bising. Karenanya pada malam hari disarankan membunyikan kentongan atau kaleng di areal perkebunan, sehingga babi hutan merasa takut datang ke tempat tersebut. Selain itu dengan cara menggantungkan daging babi hutan yang telah tertangkap di areal perkebunan karet akan membuat babi hutan takut datang ketempat tersebut.

2) Menangkap babi hutan

Ada beberapa cara menangkapnya. Paling popular dan sekaligus dapat menjadi kegiatan olahraga adalah memburunya dengan menggunakan senjata api atau senjata tajam. Selain itu dapat juga menggunakan umpan dan lubang jebakan dengan kedalaman 1,5 meter.

3) Meracuni

Ada dua macam racun yang digunakan untuk meracuni babi hutan, yaitu dengan cara tradisional dan kimia. Racun tradisional menggunakan kulit kerang halus, air perasan akar tuba, dan ubi parut. Sedangkan racun kimia yang dapat digunakan antara lain zinkfosfide dan insektisida temik 10 G.

Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang disebabkan oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renik lain.

Beberapa penyakit yang cukup merugikan antara lain: a. Penyakit Embun Tepung

Penyakit ini umumnya menyerang daun muda. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Oidium haveae, sehingga sering disebut penyakit oidium.. gejalanya dapat diketahui dari berubahnya warna daun menjadi hitam, lemas, keriput, dan berlendir. Dibagian bawah permukaan daun terdapat bercak – bercak bundar berwarna putih seperti tepung halus yang merupakan kumpulan hifa dan spora jamur.

Upaya yang dilakukan untuk mengobatinya antara lain;

1) Tidak menanam klon – klon yang peka terhadap penyakit ini

2) Melakukan pengurangan daun, guna menumbuhkan daun lebih awal, sehingga saat serangan itu datang, daun – daun sudah cukup tua.

(13)

b. Penyakit Daun Colletotrichum

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrium gloeosporodies dengan gejala berupa daun muda tampak lemas, berwarna hitam, keriput, bagian ujung mati, menggulung, dan akhirnya berguguran.

Penyebaran penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin dan/atau hujan. Penyebaran spora ini umumnya terjadi pada malam hari terutama saat turun hujan.

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut; 1) Tidak menanam klon yang peka terhadap penyakit ini.

2) Mempercepat pembentukan daun – daun muda dengan pemupukan intensif, dimulai dari munculnya kuncup sampai daun menjadi hijau.

c. Penyakit Jamur Upas.

Penyakit jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium Salmonicolor yang memiliki empat tingkat perkembangan, tahap pertama adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna putih dipermukaan kulit, selanjutnya akan berkembang membentuk sekumpulan benang jamur, pada tahap ketiga terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda, tahap terakhir adalah terbentuknya lapisan tebal berwarna merah tua.

Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang dan tajuk mudah patah. Penyakit ini lebih banyakmenyerang tanaman muda berumur 3 – 7 tahun. Pemicunya adalah kelembaban yang tinggi.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1) Tidak menanam klon – klon yang peka terhadap jamur upas.

2) Jika tanaman karet ditanam di daerah curah hujan tinggi sebaiknya jarak tanam dibuat lebih renggang.

Sementara itu, pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1) Melumaskan fungisida di bagian yang terserang hingga 30 cm ke atas dan bawahnya. 2) Jika percabangan sudah terkena serangan lanjut, kulit yang busuk harus dikupas dan kulit

batang yang tersisa dilumasi Calixin MR dengan dosis yang sesuai.

3) Cabang – cabang yang mati dipotong dan dibakar, bekas potongan diolesi izal 5%, pemotongan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau saat jamur tidak aktif.

d. Penyakit Bidang Sadapan

Ada beberapa penyakit bidang sadapan, yaitu; 1) Kangker Garis

Cendawan penyebab penyakit tersebut adalah Phytophthora palmivora. Inveksi cendawan ini menyebabkan kerusakan berupa benjolan di bekas bidang sadap lama, sehingga mempersulit penyadapan berikutnya.

Usaha untuk pencegahannya adalah sebagai berikut.

· Tidak menanam klon yang peka terhadap penyakit ini di wilayah beriklim basah. · Jarak tanam jangan terlalu rapat agar tidak menciptakan kelembaban yang tinggi. · Penyadapan jangan terlalu dalam dan tidak terlalu dekat dengan tanah.

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

· Mengoleskan fungisida yang sesuai pada atas dan bawah alur sadap segera setelah dilakukan penyadapan atau paling baik setelah pemungutan lateks yang belum membeku, setelah itu ditutup dengan Secony CP 2295 A.

· Bagian yang terinfeksi sudah membusuk harus dikorek seperlunya untuk selanjutnya dilumasi fungisida seperti dijelaskan di atas.

2) Mouldy Rot

(14)

Pengendaliannya dengan mengoleskan fungisida 5 cm di atas irisan sadap, sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepaskan. Jika serangannya berat, pengolesan dilakukan satu minggu sekali, namun jika serangannya ringan, pengolesan dilakukan dua kali seminggu.

3) Brown Blast

Penyakit ini tidak disebabkan terinfeksi oleh mikroorganisme, tapi karena penyadapan yang terlalu sering.

Upaya pengendaliannya bisa dilakukan dengan;

· Jangan melakukan penyadapan terlalu sering, dan dianjurkan mengurangi bahan perangsang lateks.

· Tanaman yang kulitnya tidak dapat disadap lagi sebaiknya tidak disadap, atau diistirahatkan sampai sembuh.

e. Penyakit Akar putih

Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat miselia jamur berbentuk bening berwarna putih menempel kuat dan sulit dilepaskan akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna coklat. Cendawan penyebab penyakit akar putih ini adalah Rigidoporus lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar.

Upaya pencegahannya dengan cara berikut;

1) Membersihkan sisa – sisa tunggul dan akar tanaman lama di areal perkebunan yang mungkin menjadi penyebab penyakit akar putih.

2) Menanam tanaman penutup tanah yang tepat, terutama family kacang - kacangan. 3) Hanya menanam bibit karet yang bebas dari penyakit akar putih.

4) Bila areal penanaman merupakan bekas perkebeunan karet yang pernah terserang penyakit ini, tanaman baru harus dilindungi dengan belerang.

Adapun pengendalian pada tanaman karet yang sudah terkena penyakit akar putih adalah sebagai berikut

1) Mengobati tanaman muda yang menunjukkan gejala penyakit tersebut, dengan cara mengerok miselia jamur yang menempel lalu diolesi ter, selanjutnya keseluruhan akar yang luka diolesi Izal 5 persen.

(15)

BAB III

METODE PRAKTEK KERJA 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan ini telah dilaksanakan di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan, selama satu bulan mulai bulan April – Mei 2013.

3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan

Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini antara lain sebagai berikut : 3.2.1 Observasi, yaitu dengan mengadakan peninjauan ke lapangan dengan cara melihat

langsung pelaksanaan kegiatan proses pemeliharaan tanaman karet.

3.2.2 Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada petugas yang bersangkutan di lapangan.

3.2.3 Pustaka, yaitu mempelajari atau belajar dari berbagai literatur atau catatan yang ada di instansi yang bersangkutan maupun dari luar sebagai pelengkap.

3.3 Kegiatan yang dilaksanakan

Dalam praktek kerja lapangan dilaksanakan kegiatan sebagai berikut : 3.3.1 Mengikuti dan mencatat kegiatan - kegiatan yang dilakukan di lapangan. 3.3.2 Melihat sistem kerja proses pemeliharaan tanaman karet.

3.3.3 Melihat dan mencatat fasilitas yang ada, macam kegiatan, bagaimana pelaksanaan dilapangan pada proses pemeliharaan tanaman karet.

3.4 Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal kegiatan praktek kerja lapangan (April - Mei 2013)

NO KEGIATAN MINGGU

I II III IV

1 Pengenalan dan Pendahuluan. 2 Pengumpulan data dan melihat

langsung di lapangan. Mencatat keadaan yang ada di Kebun tersebut.

3 Kegiatan pemeliharaan tanaman karet

(16)

lapangan dan pembuatan laporan.

3.5 Daftar Pertanyaan

3.5.1 Keadaan umum Perkebunan Karet PTP Nusantara IX Kebun Belimbing, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan.

3.5.3 Pemeliharaan.

3.5.4 Kegiatan pemeliharaan tanaman karet.

3.5.5 Kendala yang dihadapi pada proses pemeliharaan tanaman karet.

BAB IV

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1 Keadaan Umum

SEJARAH SINGKAT PTPN. IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING. Kebun Blimbing terdiri atas :

a. Kebun Blimbing. b. Kebun Warangan. c. Kebun Prumpang. d. Kebun Sidoguno. e. Kebun Buwaran. f. Kebun Kalilanang.

Tabel 2. Sejarah Singkat PTPN. IX (Persero) Kebun Blimbing. No

.

Tahun Uraian – Sejarah

1 1927-1945 Kebun Buwaran masih satu kebun dengan Kebun Blimbing (GRO) Gouverment Rubber Onderneming Buwaran / Blimbing Kantor Pusat di Jakarta.

2 1946-1955 Kebun Buwaran / Blimbing menjadi PPN. Kantor Administratur berada di Buwaran

(17)

4 1963-1968 Kebun Buwaran bergabung dengan Prumpang, Kebun Blimbing bergabung dengan Doro. Sejak lahirnya PPN Karet XIII, merupakan dua Pimpinan Kebun yang berdiri sendiri-sendiri.

5 1968-1972 Dengan PP. 14/1968 tentang pendirian PNP. XVIII dan per 1 Mei 1968 Kebun Blimbing bertambah dengan Kebun Kalilanang (EX. PERA IV).

6 1972 Dengan PP. 23 Th. 1972 (LN. No. 31 Th. 1972) PNP. XVIII berubah menjadi PTP. XVIII (Persero)

7 1975-1994 Kebun Buwaran/Prumpang dan Kebun Blimbing/Doro bergabung menjadi satu dengan nama Kebun Blimbing, Berkedudukan Administratur di Blimbing. Sedang Kebun Doro bergabung dengan Kebun Jolotigo.

8 1995 Kebun Blimbing bergabung dengan Kebun Jolotigo, Berkantor Administratur di Kebun Blimbing.

9 11-3-1996 Melalui restrukturisasi Perkebunan-Perkebunan Negara yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Th.1996 tgl. 15 Februari 1996, Maka pengelolaan kebun Blimbing/Jolotigo semua dibawah naungan PTP XVIII, diubah menjadi PTPN IX (Persero) yang berkedudukan kantor direksi di Surakarta. Anggotanya meliputi Kebun-Kebun Ex. PTP XVIII dan Ex. PTP XV – XVI dengan Akte Notaris Harun Kamil SH

Namun pada tahun 1997 kantor direksi dipindah ke Semarang lagi.

10 01-7-1999 Sesuai SK. Direksi No. : PTPN.IX.0/SK/149/1999.Sm. tanggal 1 Juli 1999 tentang Penyempurnaan bagan Organisasi maka per 1 Juli 1999 Kebun Jolotigo dipisahkan dari kebun Blimbing.

4.1.1 Letak Geografi, Topografi dan Iklim

Tabel 3. Tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson, jenis tanah dan kesuburan PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Subah / Kedondong.

No Afdeling IklimType TempatTinggi Topografi TanahJenis Kesuburan

(18)

Tabel 4. Luas pertanaman karet berdasarkan komposisi umur PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran

No.

Uraian Karet %

Urut % standart Tingkat Umur (Th) Luas (Ha)

1 TTI 3 0 161,02 7

2 TBM 15 1 -5 686,5 31

3 Remaja 15 6 -10 219,08 10

4 Taruna 15 11 - 15 627,9 29

5 Dewasa 15 16 - 20 290,8 13

6 Madya 15 21 - 25 100,3 5

7 Tua 15 26 - 30 112,94 5

8 Tua

Renta 7 ≥ 31

-9 Tua

Bangka - -

-100 - 2.198,54 100

Tabel 5. Komposisi Klon Karet PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran

No

. Klon TM TBM

1 GT. 1 596,32 63,7

2 LCB 479 30,9

-3 LCB 1320 37,54

-4 PB 260 - 0,22

5 PR 228 59,29

-6 PR 225 34,55

-7 PR 300 111,18

-8 PR 303 7,19

-9 BPM.1 34,6 435

10 BPM 24 223,81 128,5

11 RRIC 100 9,02

12 RRIC 101 2,1O 0,21

13 RRIM 712 213,54 49,82

1.351,02 686,5 4.3 Pemeliharaan Tanaman Karet

4.3.1 Pemeliharaan Tanaman Karet Belum Menghasilkan TBM a. Penyulaman

Menyulam adalah mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal dengan bibit yang baru. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, bibit yang akan ditanam hendaknya diperiksa dengan sebaik-baiknya sampai umur mencapai tiga tahun.

(19)

untuk yang berumur 2 – 3 tahun dapat menggunakan bibit stum tinggi yang umurnya sama dengan tanaman yang akan disulam.

Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui penyebab kematian bibit. Jika disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman dailaksanakan pagi hari pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00, saat cuaca tidak terlalu panas agar mengurangi resiko kematian

b. Penunasan/wiwil.

Untuk memperoleh tanaman yang baik dengan batang yang lurus dan mulus maka dilakukan penunasan atau wiwil. Tanaman yang berumur 1 sampai 2 tahun umumnya keluar tunas yang tidak baik dan tidak diinginkan. Tunas-tunas yang perlu diwiwil sampai dengan ketinggian tertentu (2,50 m – 2,75 m). Dalam pelaksanaan wiwilan sebaiknya dengan menggunakan pisau yang tajam dan diiriskan sampai kepangkal tunas. Rotasi wiwilan dilakukan 7 – 10 hari sekali terutama pada tahun tanam pertama. Pelaksanaan wiwilan tidak boleh sampai terlambat, karena akan mempengaruhi pertumbuhan.

c. Perangsangan Percabangan.

Cepat atau tidaknya tanaman karet dalam membentuk percabangan tergantung dari jenis klon. Secara alami tanaman karet akan membentuk percabangan pada ketinggian 4 – 5 meter dari pertautan okulasi. Tanaman karet yang ada pada afdeling Buwaran mampu membentuk percabangan lebih awal mempunyai permukaan daun. Beberapa cara perangsangan percabangan yang dilakukan pada afdeling Buwaran antara lain ;

1. Cara Voolding (penyanggulan)

Cara penyanggulan ini bisa dilakukan dengan dua cara:

a. Melipat daun dari payung teratas sehingga menutupi tunas pucuk atau titik tumbuh.

b. Menutupi tunas pucuk dengan tiga helai daun atau lebih, lalu didekatkan dengan karet gelang. Setelah empat minggu karet gelang tersebut dilepas. Pada sistem ini membentuk percabangan yang lebih kuat terhadap angin dari pada yang dipotong. Namun cara ini jarang dilaksanakan karena kurang praktis dan ekonomis.

2. Cara Pengeratan

Pengeratan dilakukan dengan cara mengerat batang tanaman dengan alat berbentuk V, sehinga translokasi asimilat dari atas ke bawah terhambat. Cara pengeratan lebih berhasil dilakukan pada jaringan tanaman yang berwarna coklat dengan kedalaman keratin antara 2,1 mm – 2,5 mm. Pengaruh dari cara ini ialah dapat terjadi penunasan daun sebelum waktunya 3. Cara pemotongan pucuk

Cara pemotongan pucuk ini yang paling sering dilaksanakan di afdeling Buwaran, karena termasuk cara atau pelaksanaan yang mudah dan praktis. Meskipun dengan cara ini tanaman akan mengalami stres, namun setelah masa stres terlampaui pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat. Cara pemotongan ini adalah sebagai berikut;

a. Memotong pucuk diatas payung terakhir dengan menyisakan 3 – 5 mata dari ketinggian yang dikehendaki antara 2,5 m – 2,75 m, dengan cara menggunakan pisau/sabit yang tajam dan diberi tangkai.

b. Jangan memotong pada pertengahan payung atupun pertengahan antar payung. d. Pembuatan dan Pemeliharaan Teras, Gondang gandung dan Rorak.

Pada pemeliharaan teras ditunjukkan pada teras yang rusak atau longsor, untuk memudahkan penyadapan nantinya teras indifidu secara betahap dibuat bersambung dengan tetap memperhatikan kemiringan tanah dan yang perlu mendapatkan perhatian adalah jangan sampai akar menyembul ke permukaan tanah.

(20)

godang-gandung ini berfungsi untuk menampung pupuk organik, memekarkan akar dan mengemburkan tanah sehingga tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. Ukuran gondang-gandung adalah panjang 1 meter, lebar 0,4 meter, dan kedalaman 0,6 meter.

Pembuatan dan pemeliharaan rorak dibuat diantara barisan tanaman pokok tegak lurus dengan kemiringan tanah yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan yang mengangkut air dan tanah. Dengan ukuran lebar 50 – 60 cm, kedalaman 60 cm dan panjang200 cm

e. Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena akan menyaingi tanaman pokok dalam memperoleh unsur hara, udara dan cahaya matahari. Sebagai tanaman inang hama penyakit, dapat menciptakan lingkungan yang lembab sehingga cocok untuk berkembang biaknya hama dan penyakit. Gulma yang ada pada afdeling Buwaran adalah tanaman alang-alang (Imperata cylindrica L.), sembung rambat (Micania micranta),rumput paitan (Paspalum konjugatum Berg), kriyuh (Chromolaena odorata), dan lain sebagainya. Pengendalian gulma ini dapat dilakukan dengan:

1. Cara manual, yaitu dengan menggunakan tenaga manusia, dalam hal ini dibagi lagi menjadi dua berdasarkan alat yang dipakai, yaitu dengan teknis (sabit) dan mekanis (mesin pemotong). Biasanya digunakan pada tanaman belum menghasilkan, karena pada masa itu gulma tumbuh dengan baik.

2. Cara Kimiawi, yaitu dengan menggunakan obat-obatan bahan kimia. Biasanya digunakan pada tanaman menghasilkan, karena pertumbuhan gulma sudah tidak terlalu pesat. Pada Afdeling Buwaran biasanya menggunakan 2 jenis alat sprayer, yaitu

- Sprayer Pakabag, dengan takaran posat 70 cc, tuformin 25 cc, dan air 15 liter, lama penyemprotan ± 20 menit.

- Sprayer Mikron, dengan takaran posat 200 cc, tuformin 50 cc, dan air 5 liter, lama penyemprotan ± 45 menit.

Namun yang paling dianjurkan untuk digunakan yaitu dengan sprayer Mikron, karena lebih efisien dalam penggunaan air.

3. Cara biologis, yaitu dengan menggunakan tanaman penutup tanah, di kebun kebun Blimbing menggunakan tanaman mukuna (mucuna bracteata) untuk menutupi tanah, sehingga gulma tidak dapat tumbuh, namun dalam penggunaan sistem ini harus dilakukan pengendalian, agar tanaman makuna tidak merambat pada tanaman karet.

4. Cara terpadu, yaitu penggabungan dari ketiga cara tersebut. f. Persiapan pemupukan

Dilaksanakan menjelang pemupukan, yaitu membersihkan jalur tanaman untuk persiapan pemupukan dengan tujuan agar pupuk yang diberi kepada tanaman tidak terjadi persaingan dengan gulma yang bisa kita laksanakan dengan cara kimiawi dengan menggunakan pakabag sprayer atau micron herbi atau secara manual agar pada saat pemupukan, areal dalam kondisi bersih. Untuk itu pembersihan jalur harus diatur menyesuaikan waktu pemupukan.

g. Pemupukan

Berdasarkan cara pembuatannya pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu; - Pupuk buatan (An Organik)

Contoh : Urea, TSP, KCL, Rock Phosphate. - Pupuk Alam (Organik)

Contoh : Pupuk Kandang, Kompos, Pupuk Hijau, dll Cara pemberian pupuk :

(21)

Cara ini biasanya dilakukan dengan pupuk dasar pada lahan persemaian dan pada lubang tanam.

- Cara dibenam (placement)

Cara ini bisa dilakukan pada lahan persemaian, TBM maupun TM. - Cara lewat daun

Cara ini biasa dilakukan dipersemaian, diareal lapangan maupun dalam polybag dengan menggunakan Bayfolan konsentrasi 2 – 5 cc/liter, interval 2 bulan sekali, bergantian dengan pupuk lewat tanah. Alat yang digunakan untuk menyemprot adalah pakabag/tangki guling.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan : - Tepat waktu.

Pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan dan saat perkembangan. Waktu pemupukan akhir musim penghujan Januari – April dan awal musim penghujan September – Desember, apabula hujan sudah mencapai 100 mm.

- Tepat dosis

Pemberian dosis pada tanaman sesuai dengan kebutuhan yang telah direkomendasikan oleh balit.

- Tepat sasaran.

Lokasi pemberian pupuk, pada tanaman belum menghasilkan diberikan pada lingkaran dengan cara membenam disekitar pohon untuk memperbaiki struktur tanah perlu diberikan ekstra pupuk kandang.

h. Pengukuran Lilit Batang

Pengukuran lilit batang pada TBM dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan danperkembangan pada TBM I sampai dengan TBM III yang dilakukan pada triwulan dengan maksud agar bisa diketahui lebih dini apabila perkembangan lilit batangnya terlambat. Adapun cara pengukuran lilit batang sebagai berikut :

- Pada TBM I dan II dilakukan dengan pengukuran secara sampling, dengan diagonal pq. - Pada TBM III dan seterusnya dilakukan dengan pengukuran secara individual.

- Data lilit batang disajikan dalam bentuk rerata dan standar nilai deviasi.

Sebelum dilakukan pengukuran lilit batang langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain:

- Menentukan blok yang akan diukur. - Menentukan jalur larikan pohon.

- Menentukan pohon contoh pengukuran ilit batang dengan syarat pohon tersebut harus benar-benar bisa mewakili daerah sekitarnya.

- Selanjutnya pohon tersebut merupakan pohon yang permanen yang harus diukir lilit batangnya.

- Apabila pohon contoh mati maka tidak perlu digantikan dengan pohon disekitarnya. - Pengukuran lilit batang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan ketinggian 100 cm dari

permukaan tanah. Untuk pengukuran homogenitas dengan heterogenitas digunakan nilai simpangan baku (standar deviasi) sebagai tolak ukur.

Tabel 6. Standart perkembangan lilit batang pada tiap TBM TBM Standar Lilit Batang

I 8

II 18

III 30

IV 40

(22)

4.3.2 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) a. Pemeliharaan jalan dan jembatan

Pemeliharaan jalan utama, jalan produksi dan jembatan sangat diperlukan dan sangat diperhatikan agar tidak mengganggu dan memperlancar pengangkutan hasil lateks oleh truk pengangkut tateks serta umtuk mempermudah pengontrolan.

b. Pemeliharaan saluran air, teras, dan rorak.

Guna mecegah kemunduran kesuburan tanah akibat erosi, disamping untuk pemberian pupuk, perlu pemeliharaan saluran air, teras dan rorak secara berkala.

Ukuran rorak : Lebar : 50 – 60 cm Dalam : 60 – 80 cm

Panjamg : melihat kebutuhan pembuatan rorak

Pembuatan rorak berlawanan dengan kemiringan tanah dan terletak diantara jalur tanaman karet. Letak rorak antara 1 dengan yang lainnya dibuat menyilang.

c. Pengendalian gulma

Pengendalian pada Tanaman Menghasilkan prinsipnya sama dengan Tanaman Belum Menghasilkan. Perbedaannya hanya percepatan pertumbuhan gulma pada TM tidak secepat pada TBM. Hal tersebut disebabkan karena TM telah ternaungi oleh tanaman pokok, sehingga pertumbuhan gulma tehambat.

d. Penjarangan Pohon

Pedoman pelaksanaan penjarangan

1. Penjarangan tidak menimbulkan areal terbuka dalam satu blok (hiaten)

2. Penjarangan hanya dilakukan terhadap pohon yang tetap kerdil, pohon yang terserang KAS total, dan pohon yang rusak karena serangan angin/tumbang.

3. Penjarangan dilakukan secara bertahap dan tetap menjaga jumlah pohon pertahun tanam, per Ha pohon yang disadap berkomposisi

a. Remaja ( 6-10 th) : 500-550 pohon b. Taruna (11-15 th) : 450-500 pohon

c. Dewasa (16-23 th) : 350-400 pohon d. Madya (24-25 th) : 300-350 pohon 4.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit

a. Hama Tanaman Karet

Tabel 7. Daftar hama tanaman karet pada PTP Nusantara IX Persero Kebun Blimbing Afdeling Buwaran.

No. Jenis Hama Penyerangan Gejala Pemberantasan 1 Ulat Tanah Menyerang TBM I Tanaman

menjadi layu, 2 Rayap Menyerang TBM Tanaman akan

(23)

3 Belalang Menyerang

Beberapa penyakit penting pada tanaman karet dapat digolongkan menjadi penyakit akar, penyakit cabang/batang, penyakit bidang sadap dan penyakit daun.

Pemberantasan hama dan penyakit merupakan baguan yang penting dari rangkaian usaha pemeliharaan tanaman karet, keteledoran dari penanganan hama dan penyakit dapat menyebabkan kerugian yang besar yaitu terhambatnya pertumbuhan tanaman muda, turunnya produksi dan bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.

1. Embun Tepung (Powdery mildew, meeldauw) a. Penyebabnya adalah cendawan Oidium heveae.

Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada daun-daun baru yang tumbuh stelah mengalami perangsangan (gugur daun) pada musim kemarau dan juga karangan-karangan bunga karet, apabila ada kabut basah atau embun yang membasahi bagian tanaman tersebut. Serangan penyakit ini dapat menurunkan hasil lateks.

b. Faktor yang mempengaruhi

§ Ketinggian di atas permukaan laut, makin tinggi letak kebun, kepekaan pohon terhadap penyakit ini makin bertambah.

§ Kondisi lingkungan, yatu cahaya, suhu, kelembaban nisbi, angin dan lain-lain. § Sifat peranggasan masing-masing klon:

- Klon yang meranggas awal, biasanya tidak begitu berat mengalami serangan cendawan embun tepung.

- Klon yang meranggas tidak teratur/tidak serentak dan berlangsung lama, dapay dijangkiti penyakit embun tepung dalam waktu yang lama.

§ Sifat klon terhadap penyakit embun tepung, seperti tercantum dibawah. Tabel 8. Sifat-sifat klon yang peka dan tahan terhadap penyakit embun tepung.

Sifat Klon

Peka PD 5, Tjir 16, AV 49, AV 352, RRIM 501, PB 5/63, RRIM 628, RRIM 701

Lebih tahan LCB 870, PB 86, GT 1, PR 101, dan LCB 1320

(24)

daun kering setelah beberapa hari daun akan rontok dampak dari serangan penyakit embun tepung menyebabkan pembentukan daun menurun.

2. Jamur upas

Disebabkan oleh jamur Cortisium solmonicolor a. Gejala Penyakit

- Timbul pada batang atau cabang dan berkembang dari pangkal cabang. - Serangan awal adanya benang-benang halus.

- Jamur membentuk kerak berwarna merah jambu. b. Faktor yang mempengaruhi

- Penyakit jamur upas dijumpai pada klon-klon yang bertajuk ringan - Musim penghujan

- Kerentanan klon karet juga mempengaruhi perkembangan penyakit c. Pengendalian.

Bagian yang terserang diolesi dengan Bordeaux dengan interval 7-10 hari, jumlah aplikasi 6 kali. Pada waktu pengolesan tidak didahului dengan pengerokan. Pengolesan dilakukan pada bagian atas dan bawah ± 30 cm. Penyembuhan dilakukan pada saat jamur menyerupai jaring laba-laba, apabila sudah terlalu lama makan akan berwarna seperti salmon (salmonicolor) pada stadia ini sudah tidak dapat diobati lagi.

d. Pembuatan Bordeaux. Bahan:

- Kapur tohor. - Terusi. - Air.

- Bak plastik. cara pembuatan :

- Siapkan setengah kilogram terusi yang sudah dihaluskan.

- Setengah kilogram kapur tohor terusi dicampur dengan air secukupnya, merupakan campuran satu.

- Kapur tohor dicampur dengan air secukupnya merupakan, merupakan campuran kedua. - Sel;anjutnya campuran satu dan campuran dua dimasukkan kedalam tempat khusus bak

plastik keduanya diaduk hingga menjadi pasta. 3. Jamur Akar Putih / JAP ( White root)

Disebabkan oleh cendawan Rigidoporus lignosus. Penyakit ini merupakan salah satu gangguan terpenting bagi tanaman karet remaja pada periode sebelum disadap. Serangan biasanya mulai tampak pada pertanaman menjelang umur dua tahun sejak pertanaman, dan sering terjangkit sampai umur 4-5 tahun. Makin tua tanaman umumnya makin tahan terhadap penyakit ini.

a. Gejala serangan - Tingkat permulaan.

1) Daun-daun menjadi kusam dan agak menggulung ke atas. Tanda-tanda khas ini bisa tampak jelas bila pengamatan kita membelakangi matahari.

2) Akar-akar lateral dan sebagian akar tunggang serta leher akar masih terserang ringan. Pada perlukaan akar baru tampak terdapat benang-benang cendawan (rhizomorfa) berwarna putih kekuning-kuningan.

- Tingkat kritis.

1) Daun-daun layu dan menguning.

(25)

3) Kadang-kadang phon masih bisa diselamatkan dengan usaha-usaha pengobatan yang intensif

- Tingkat lanjut

1) Daun-daun mengering dan tetap menggantung pada pohon, demikian pula ranting-ranting dan cabang-cabang mulai mengering. Daun-daun kemudian berguguran dan tanaman pada akhirnya mati.

2) Pada pohon karet yang terserang perakarannya sudah busuk dan mati. Pohon yang demikian harus di bongkar untuk mencegah penularan.

b. Pengendalian dan pemberantasan - Pengendalian

1) Sewaktu melaksanakan pembongkaran kebun tua pada saat pembukaan ulang, sisa-sisa kayu harus dibuang dan dimusnahkan untuk menghindari sumber infeksi cendawan akar putih bagi tanaman peremajaan.

2) Penanaman tanaman penutup tanah jenis leguminosae biasanya mampu menekan penlaran cendawan akar putih. Menurut penelitian, pnanaman penutup tanah T. diversifolia atau C. caeruleum dua tahun lebih dini dari hari penanaman karet dapat menekan serangan penyakit akar putih.

3) Mengontrol perakaran pohon-pohon disekitar sumber penyakit cendawan akar putih. - Pemberantasan.

1) Tanah disekitar leher akar, akar tunggang dan sebagian akar lateral digali. Panggilan harus dilaksanakan dengan hati-hati. Benang-benang cendawan yang tumbuh pada permukaan akar dikerok sepanjang bagian akar yang terserang, sedangkan akar akar-akar yang membusuk dipotong dan mengikut sertakan sebagian akar yang masih sehat. Lumasi akar yang terserang dengan lumpur belerang atau belerang cirrus.

4. Penyakit Kanker Garis

a. Disebabkan oleh jamur Phitopthora palmivora b. Gejala penyakit

Pada bidang sadap dekat irisan sadapan terjadi garis-garis vertical yang berwarna hitam. c. Faktor yang mempengaruhi

Pergantian musim basah ke kering, atau sebaliknya akan mempercpat perkembangan penyakit ini.

d. Pengendalian penyakit

Bagian yang sakit yang erkena diolesi dengan fumgisida difoltan 4 F dengan konsentrasi 2 % interval 1-2 kali per bulan.

5. Kering Alur Sadap (KAS)

Disebabkan karena terlalu banyak disadap / over tapping Gejala penyakit

a. Gejala awal yang dapat dilihat secara visual yaitu tidak mengalirkan lateks pada alur sadap. b. Kulit bagian dalam berwarna coklat.

c. Terjadi kelainan bentuk pada batang, benjolan-benjolan timbul pada batang karena terbentuk kambium sekunder.

Faktor yang mempengaruhi

Penyadapan yang terlalu berat (over tapping) akan mengakibatkan tibulnya penyakit ini. Pengendalian penyakit

a. Mencari batas bagian yang terkena KAS dengan yang masih normal dengan cara menusuk kulit bidang sadap kearah vertikal dengan jarak 5 cm.

(26)

c. Kerok bagian yang terkena secara manual menggunakan alat pengerok dengan kedalaman 3-4 mm dari kambium.

d. Setelah dikerok dilap menggunakan lap steril dan kemudian disemprot menggunakan insektisida, penyemprotan dilakukan pada hari pertama, hari ke 7 dan hari ke 14 setelah dikerok.

e. Pada H+1 diolesi dengan obat noBB dengan dosis 40-50 ml/pohon/aplikasi. Aplikasi dilakukan 3 kali

- Aplikasi pertama : dilakukan setelah dikerok H+1.

- Aplikasi kedua : dilakukan satu bulan setelah aplikasi pertama

- Aplikasi ketiga : dilakukan satu bulan setelah dilakukan satu bulan setelah aplikasi kedua. f. Pada saat pengobatan noBB kulit yang sehat dihentikan sadapannya, stelah 3 bulan baru

boleh dilakukan penyadapan pada bidang sebaliknya yang tidak mengalami kering alur sadap. g. Bagian yang terserang akan sembuh kembali dan bisa disadap setelah 12 bulan dengan

syarat sebagai berikut :

- Ketebalan kulit sudah mencapai 7 mm.

- Apabila ditusukpermukaannya sudah mengeluarkan lateks.

BAB V PEMBAHASAN

Indonesia merupakan Negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Tanaman karet adalah salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga tanaman karet memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.

Sayangnya setelah kemerdekaan produksi karet indonesia justru merosot, oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputipemupukan, perangsangan lateks dan pengendalian/pemberantasan hama & penyakit tanaman.

Ketinggian tempat di perkebunan PTPN IX Kebun Blimbing Afdeling Buwaran ini adalah lebih dari 300 meter dpl, dan jenis tanahnya secara umum adalah latosol, pada kondisi ini tanaman karet dapat memproduksi karet dengan kualitas dan kuantitas cukup baik, tentunya dengan pemeliharaan tanaman yang baik. Secara umum pemeliharaan tanaman karet di perkebunan PTPN IX kebun Blimbing Afdeling Buwaran sudah cukup baik, banyak penanganan untuk setiap masalah-masalah yang dihadapi

Pemeliharaan tanaman karet belum menghasilkan (TBM) sudah dilakukan antara lain dengan melakukan penyulaman untuk menggantikan tanaman-tanaman yang mati agar penggunaan lahan lebih optimal, penunasan/wiwil dilakukan agar tidak ada tunas liar dan nantinya tercipta bidang sadap yang baik, perangsangan percabangan, pembuatan dan pemeliharaan gondang-gandung, teras dan rorak, pengendalian gulma dengan cara mekanik dan non mekanik, pemupukan agar mendapatkan tanaman yang baik dan nantinya dapat menghasilkan lateks yang optimal, dan yang terakhir yaitu pengukuran lilit batang.

Pemeliharaan tanaman karet yang sudah menghasilkan (TM) yang telah dilakukan antara lain pemeliharaan saluran air, gondang-gandung dan teras, pengendalian gulma dengan penyemprotan obat kimia dan menggunakan alat babat, dan penjarangan pohon.

(27)

Garis dan Kering Alur Sadap (KAS). Pencegahannya dengan menanam klon yang sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan tanaman secara teratur.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pemeliharaan tanaman karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Afdeling Buwaran sudah dilakukan dengan baik. Pemeliharaan karet dilakukan secara intensif dan efisien agar tidak menimbulkan kerugian ekonomis sehingga dapat memproduksi lateks secara optimal.

Hama yang menyerang tanaman karet yang ditemui di Kebun Blimbing Afdeling Buwaran antara lain ulat tanah, rayap, belalang dan kutu lak. Sedangkan penyakit-penyakit yang ditemui antara lain penyakit Embun Tepung, Jamur upas, Jamur Akar Putih (JAP), Kanker Garis dan Kering Alur Sadap (KAS).

Namun dengan penanganan yang intensif dan efektif semua permasalahan dapat terselesaikan dengan baik, sehingga produksi lateks dapat optimal, secara kualitas dan kuantitas.

6.2 Saran

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Panduan Dalam Budidaya Karet. Kebun Getas. Salatiga

Setiawan D. H. dan Andoko A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. PT Agro Media Pustaka. Solo

Setyamidjaja Djoehana. 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahan. Kanisus. Yogyakarta

Woelan, et all. Tinjauan Pustaka Universitas Sumatera Utara. 1999. Pdf, di akses tanggal 31 maret 2013.

PTP Nusantara IX (Persero), 2010. Profil Kebun Blimbing, Karanganyar, Pekalongan

PTP Nusantara IX (Persero), 2000. Vademicum Budidaa Karet, Mugas Dalam (atas), Semarang

Gambar

Tabel 1. Jadwal kegiatan praktek kerja lapangan (April - Mei 2013)
Tabel 3.  Tipe  iklim  menurut  Schmidt-Ferguson,  jenis  tanah  dan  kesuburan  PTP Nusantara  IX4.1.1   Letak Geografi, Topografi dan Iklim(Persero) Kebun Subah / Kedondong.
Tabel 4. Luas pertanaman karet berdasarkan komposisi umur PTP Nusantara IX (Persero) KebunBlimbing / Buwaran
Tabel 7. Daftar hama tanaman karet pada PTP Nusantara IX Persero Kebun Blimbing Afdeling Buwaran.
+2

Referensi

Dokumen terkait

EFEKTIVITAS HERBlSIDA GLIFOS.4T LINTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KARET.. (Heven brrrsilie~zsis Muel. Arg )

11 Menanam tanaman perkebunan Menerapkan seleksi bibit Menerapkan teknis penanaman 12 Mengendalikan gulma pada. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman

Kriteria defisit air yang dihubung- kan dengan pertumbuhan tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM) serta produksi kelapa sawit dapat dilihat

Tanaman hendaknya memiliki pertumbuhan yang cepat, baik pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun pada masa tanaman menghasilkan (TM), serta

Pekerjaan pemeliharaan pasca tanam meliputi pekerjaan pemangkasan dahan yang kering/mati, penggemburan tanah dan membersihkan tanaman/rumput liar di sekitar tanaman pokok,

Pada areal pertanaman baru seluruh tanaman yang mati ditanam ulang, sedangkan pada areal tanamanan yang kondisi tanaman- nya sudah besar dan saling menaungi, penyulaman

Kerapatan panen adalah angka presentase jumlah pohon yang memiliki tandan buah yang sudah matang dalam suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM).Penetapan

Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Laras yaitu terdiri dari Pembibitan kelapa sawit, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan TBM;, pemeliharaan tanarnan menghasilkan TM, panen,