LAPORAN
PENELITIAN TUGAS AKHIR
ANALISA EFEKTIFITAS PENGANGKUTAN TANDAN
BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DENGAN METODE
PERMUTASI DI KEBUN PULU RAJA
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
M. RIDWAN RITONGA
12011476
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2016
LAPORAN
PENELITIAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Diploma IV Pada Pogram Studi Budidaya Perkebunan
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan
ANALISA EFEKTIFITAS PENGANGKUTAN TANDAN
BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DENGAN METODE
PERMUTASI DI KEBUN PULU RAJA
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
M. RIDWAN RITONGA
12011476
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR Nama : M. RIDWAN RITONGA Nomor Induk : 12011476
Program Studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN
Judul Tugas Akhir : ANALISA EFEKTIFITAS PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DENGAN METODE PERMUTASI DI KEBUN PULU RAJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV.
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Zulham Effendi, ST., M.Sc. Eng Hari Gunawan, SST
Mengetahui:
Ketua Ka. PS BDP
Pembimbing Tugas Akhir : 1.
Zulham Effendi, ST., M.Sc. Eng
2. Hari Gunawan, SST
Tim Penguji Penguji : 1. Ir. P. Sembiring
2. Marshal Arifin Sinaga, SST
i
RINGKASAN
M. RIDWAN RITONGA. ANALISA EFEKTIFITAS PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DENGAN METODE PERMUTASI DI KEBUN PULU RAJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV, yang telah dilaksanakan dibawah bimbingan bapak
Zulham Effendi, ST., M.Sc. Eng sebagai pembimbing I dan Bapak Hari Gunawan, SST sebagai pembimbing II.
Dalam pengolahan kelapa sawit, factor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Pengangkutan buah kelapa Sawit dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin agar buah yang di panen hari ini dapat diolah langsung sehingga asam lemak bebas tidak tinggi. Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah mampu mengolah semua pekerjaan dengan baik dan kebun tersebut sudah mapan, maka presentase penyediaan angkut buah 75%-85%. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas pengangkutan tandan buah segar dengan menggunakan metode permutasi. Penelitian ini berlansung selama 1 bulan mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2016 dengan tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengangkutan tandan buah segar kelapa sawit dengan menggunakan metode permutasi.
Hasil Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan data-data skunder pada hal-hal yang berhubungan dengan pengangkutan tandan buah segar dan melakukan uji analisa jalur pengangkutan dengan menggunakan metode permutasi di afdeling II Kebun Pulu Raja PT. Perkebunan Nusantara IV. Penelitian ini menunjukan bahwa jalur yang di pakai oleh perusahaan adalah jalur yang paling efektif dan efisien dari segi waktu dan jarak tempuh. Pengaturan jalur pengangkutan dari Afdelling ke PKS sangat berperan penting dalam menunjang efektivitas pengangkutan TBS.
ii DAFTAR ISI Hal. RINGKASAN ... i DAFTAR ISI ... ii KATA PENGANTAR ... iv RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN . ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Urgensi Penelitian ... 2
1.3. Tujuan Khusus ... 2
1.4. Kontribusi ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Botani dan Morfologi Kelapa Sawit ... 4
2.2 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit ... 2.3 Produksi Tanaman Kelapa Sawit ... 5
2.4 Panen Buah Kelapa Sawit ... 6
2.4.1 Kriteria Tanaman Menghasilkan ... 7
2.4.2 Kriteria Matang Panen ... 8
2.4.3 Ancak Panen ... 9
2.4.4 Kerapatan Panen ... 11
2.4.5 Rotasi dan Seksi Panen ... 12
2.4.6 Penentuan Tenaga Panen ... 12
2.4.7 Peralatan Panen ... 13
2.4.8 Pelaksanaan Panen ... 13
2.5 Pengangkutan Tandan Buah Segar... 14
2.5.1 Alat Angkut ... 15
2.5.2 Pengaturan Rute Rotasi ... 16
2.5.3 Waktu Pengangkutan ... 16
2.5.4 Kecepatan Pengangkutan TBS ... 17
2.5.5 Perencanaan Kendaraan ... 18
2.5.6 Komunikasi Pengangkutan ... 18
2.5.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Transportasi .... 19
2.5.8 Bentuk/Pola Pasar disuatu Kebun ... 19
2.5.9 Perawatan Alat-alat Transportasi ... 19
iii
III. METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
3.2 Desain dan Rancangan Penelitian . ... 22
3.3 Tahapan Penelitian ... 22
3.4 Bahan dan Alat ... 22
3.5 Pengamatan Indikator ... 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1 Informasi Kebun ... 24
4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan ... 24
4.1.2 Luas Kebun ... 24
4.1.3 Curah Hujan dan Hari Hujan ... 26
4.2 Panen dan Pengangkutan di Afdelling II Kebun Pulu Raja ... 28
4.2.1 Sistem Panen ... 28
4.2.2 Kebutuhan Trip Kendaraan ... 29
4.2.3 Jarak Kebun ke Kelapa Sawit ... 29
4.3 Pengangkutan ... 29
4.3.1 Waktu Pengangkutan ... 29
4.3.2 Alat Angkut ... 30
4.4 Produksi dan Tandan Buah Segar ... 31
4.4.1 Prasarana Pendukung ... 33
4.4.2 Kelebihan Dan Kelemahan Ancak Tetap Terhadap Pengangkutan 34 4.4.3 Metode Perhitungan Permutasi Sistem Pengangkutan ... 34
4.4.4 Hambatan dan Kendala ... 36
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
5.1. Kesimpulan dan Saran ... 38
5.2. Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
LAMPIRAN ... 41
1. Rekapitulasi Hasil Produksi Afdeling II Bulan Januari ... 41
2. Rekapitulasi Hasil Produksi Afdeling II Bulan Februari ... 42
3. Rekapitulasi Hasil Produksi Afdeling II Bulan Maret ... 43
4. Rekapitulasi Hasil Produksi Afdeling II Bulan April ... 44
5. Rekapitulasi Hasil Produksi Afdeling II Bulan Mei ... 45
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT serta junjungan – Nya Nabi Besar Muhammad SAW atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini berjudul, Analisa Efektifitas pengangkutant tandan buah segar kelapa sawit dengan metode permutasi di Kebun Pulu Raja PT. Perkebunan Nusantara IV yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan di Sekolah Tinggi ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Medan.
Berkaitan dengan selesainya Tugas Akhir ini, dengan segala kerendahan hati, saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga, wajib saya berikan kepada:
1. Bapak Wagino, SP, MP sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Medan, Serta Bapak Guntoro, SP., MP sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perkebunan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Medan, Dan Seluruh pengajar Program Studi Budidaya Perkebunan dan para Staff, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Medan yang telah banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
2. BapakIr. Zulham Effendi, ST., M.Sc., Eng selaku PembimbingI. Dan Bapak Hari Gunawan, SST selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktunya kepada Penulis dalam penulisan tugas akhir ini.
3. Teristimewa untuk Ayahanda H. M. Zukul Ritonga dan Ibunda Hj. Paini yang penulis sangat cintai dan sayangi atas do’a, cinta kasih dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan selama ini kepada penulis, Serta Dewi Rahmadani, M. Harun zein ritonga yang juga telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan penulis di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Kampus Medan.
v
4. Serta terima kasih kepada Bapak Manager dan seluruh Staff Kebun Pulu Raja PT. Perkebunan Nusantara IV, yang telah memberikan dukungan maupun bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini diKebun Pulu Raja PT. Perkebunan Nusantara IV.
5. Teman-teman STIPAP angkatan 2012 jurusan Budidaya Perkebunan khususnya BDP IV E dan teman seperjuangan Imam Arif, Endang Permana serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan motivasi dan semangat serta bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan khususnya dalam Budidaya Kelapa Sawit. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga tugas akhir ini bermanfaat.
Medan, Oktober 2016 Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
M. Ridwan Ritonga, lahir pada tanggal 25 Juli 1994 di Desa Orika Kec Pulau
Rakyat Kab. Asahan, Provinsi Sumatera Utara, Merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, Anak dari ayahanda H. M. Zukul Ritonga dan ibunda Hj. Paini.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDNegeri 010115 Orika Kecamatan Pulau Rakyat, pada tahun 2006, Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di MTS Almanaar dan lulus pada tahun 2009. Pendidikan Lanjut Tingkat atas di MAN Kisaran, lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkerbunan (STIPAP) Medan dengan jurusan Budidaya Perkebunan. Pada tahun 2014 Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I di Afdeling I Kebun Mayang PT. Perkebunan Nusantara IV dan Afdeling I Kebun Silau Dunia PT. Perkebunan Nusantara III. Pada tahun 2015 penulis melakukan PKL II di PT. Nakau Provident , Kabupaten Lampung Utara, Propinsi Bandar Lampung. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Program Pengabdian Masyarakat di Desa Tanjung Prapat, Kecamatan Sei suka, Kabupaten Batu Bara.
vii
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
2.1. Perbedaan Beberapa Variasi ... 5
2.2. Produksi Tanaman Kelapa Sawit ... 6
2.3. Kriteria Tingkat Kematangan Buah ... 9
2.4. Ancak Panen ... 11
2.5. Alat – alat Panen ... 13
4.1. Luas Areal Kebun Pulu Raja PT.Perkebunan Nusantara IV ... 25
4.2. Data Curah Hujan 5 Tahun Terakhir Kebun Pulu Raja ... 27
4.3. Pengangkutan Tandan Buah Segar di Afdelling II ... 30
4.4. Rekapitulasi Pengangkutan Produksi Semester I Januari-Juni 2016 32 4.5 Perhitungan Jarak dan Waktu Pengangkutan TBS ... 36
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
2.1. Truck Pengangkut Buah ... 16
4.1. Curah Hujan Kebun Pulu Raja ... 27
4.2. Hari Hujan Kebun Pulu Raja ... 28
4.3. Produksi TBS ... 32
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa Sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kelapa,kacang kacangan dan jagung.Selain menghasilkan minyak, hasil samping dari pengolahan buah kelapa sawit adalah ampas inti sawit (bungkil) digunakan sebagai makanan ternak. Cangkang atau tempurung (endocarp) digunakan sebagai bahan bakar yaitu arang aktif yang digunakan dalam industry kesehatan dan sebagai pengeras jalan kebun (Lubis, 2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah iklim tropis dengan curah hujan 2000 – 2500 mm/tahun, tidak memiliki deficit air, hujan merata sepanjang tahun. Temperatur yang optimal bagi tanaman Kelapa sawit 24 – 28o C dan terendah 180 C dan tertinggi 320 C. Kelembapan 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari (Lubis, 2008).
Dalam pengolahan kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Pengangkutan buah kelapa Sawit dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin agar buah yang di panen hari ini dapat diolah langsung sehingga asam lemak bebas tidak tinggi. Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah mampu mengolah semua pekerjaan dengan baik dan kebun tersebut sudah mapan, maka presentase penyediaan angkut buah 75% - 85 %.
Tandan Buah Segar (TBS) yang di panen harus sampai ke PKS pada hari itu juga maksimum 12 jam setelah dipanen. Hal ini di perlukan untuk menjaga kualitas minyak sawit yang dihasilkan dan Asam Lemak Bebas (ALB) (Tambunan, 2011).
2
Sistem jaringan jalan di perkebunan juga merupakan salah satu factor penting untuk kelancaraan pengakutan TBS ke pabrik. Banyak pekerjaan di suatu areal atau blok tidak dapat dilaksanakan dengan lancar karena prasarana jalan atau jembatan tidak memadai sehingga kegiatan operasional jadi terhambat.
Melihat pentingnya transportasi di perkebuna kelapa sawit maka perawatan dan cara perbaikan kendaraan atau alat berat yang merupakan sarana yang harus diperhatikan sehingga kendaraan tersebut dapat berfungsi dengan baik pada saat dibutuhkan.
Pelaksanaan panen dan pengangkutanya ke PKS menyangkut sejumlah aspek kesemuanya berpengaruh nyata baik terhadap kuantitas maupun kualitas minyak yang akan diperoleh. Setiap aspek bersifat kompleks, lebih lebih bila dipertimbangkan keterkaitan diantara aspek-aspek tersebut (Semangun,2008).
1.2. Urgensi Penelitian
Sistem panen dimaksudkan untuk mencapai produksi TBS/ha yang optimal.Pemilihan sistem pengangkutan yang sesuai dengan tofografi merupakan hal yang mutlak,dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem pengangkutan. Maka diharapkan pelaksanaan panen angkut olah (PAO) dapat berjalan dengan optimal dan efektif Pemilihan simtem pengangkutan yang sesuai dapat bertujuan untuk menentukan AKP dalam menentukan kebutuhan jumlah angkutan TBS (truk) ke pabrik (PKS Pulu Raja) .
1.3. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas sistem pengangkutan tandan buah segar terhadap buah restan kelapa sawit di kebun Pulu raja PT.Perkebunan Nusantara IV .
3
1.4 Kontribusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positive bagi masyarakat dan pelaku usaha perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi tentang pemilihan system ancak yang tepat untuk mengoptimalkan menejemen panen Angkut Olah (PAO) di perkebunan kelapa sawit.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botanidan Morfologi Kelapa Sawit
Klasifikasi tanaman kelapa sawit merupakan pengetahuan dasar untuk memahami tanaman tersebut.Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae Famili : Palmae
Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter. Tanaman ini berumah satu atau Monoecious dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga jantan dan betina terdapat masing-masing pada tandan bunga nya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun.Tanaman ini dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang.
Varietas Kelapa Sawit dapat dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang.Varietas dura memiliki ketebalan cangkang 2-5 mm, sementara varietas tenera 1-2,5 mm, sedangkan varietas psifera tidak memiliki cangkang, yang dapat dilihat pada table 2.1.
5
Tabel 2.1. Perbedaan Beberapa Variasii Berdasarkan Tebal Cangkang dan Mesocarp Varietas Cangkang (mm) Pericarp (mm) Cangkang (% buah) Mesocarp (% buah) Inti (% buah) Dura 2-5 2-6 25-50 20-65 4-20 Tenera 1-2,5 3-10 3-20 60-90 3-15 Psifera - 5-10 - 92-97 3-8
(Sumber :Lubis, Adlin. U, 2008)
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa sawit dapa tumbuh baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa disekitar 12 derajat lintang Utara-Selatan.Tanaman Kelapa sawit tumbuh baik dengan curah hujan optimum 2.000-2.500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air dan hujan agak merata sepanjang tahun.Temperatur yang optimum bagi pertumbuhan Kelapa sawit adalah 240 – 280 .Akan tetapi, kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan baik pada temperature terendah 180 dan tertinggi 320 .Ketinggian (elevasi) yang optimum dari permukaan laut adalah 0 – 500 m (Tambunan, 2012).
Sifat fisik tanah yang baik adalah :
Solum tanah 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik untuk perkembangan akar dan penyerapan unsur hara.
Tekstur ringan, dikehendaki pasir 20-60 %, debu 10-40%, liat 20-50%.
Ph tanah 4,0-6,0, namun yang terbaik adalah 5-5,5.
2.3. Produksi Tanaman Kelapa Sawit
Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Menurut lubis (2008) unsur kesesuaian lahan yang terpenting adalah iklim, topografi,
6
keadaan fisik dan kimia lahan, erosi, drainase dan factor lainya.Potensi produk akan dapat dicapai apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.Potensi produk tanaman kelapa sawit berdasarkan kelas lahan terdapat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Produksi Tanaman Kelapa Sawit Umur
(th)
Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3
T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS 3 22 3.2 9 18 3.0 7 17 3.0 7 4 19 6.0 15 18 6.0 14 17 5.0 12 5 19 7.5 18 18 7.0 16 16 7.0 14 6 16 10.0 21 17 9.4 18 15 8.5 17 7 16 12.5 26 15 11.8 23 15 11.1 22 8 15 15.1 30 15 13.2 26 15 13.0 25 9 14 17.0 31 15 16.5 28 13 15.5 26 10 13 18.5 31 13 17.5 28 12 16.0 26 11 12 19.6 31 12 18.5 28 12 17.0 26 12 12 20.5 31 12 19.5 28 11 18.5 26 13 11 21.1 31 11 20.0 28 10 20.0 26 14 10 22.5 30 11 21.8 27 10 20.0 25 15 9 23.0 28 10 23.1 16 9 21.0 24 16 8 24.5 27 9 23.1 25 8 22.0 24 17 8 25.0 26 8 24.1 25 7 23.0 22 18 7 26.0 25 8 25.2 24 7 24.0 21 19 7 27.5 24 7 26.4 22 6 25.0 20 20 6 28.5 23 7 27.8 22 5 27.0 19 21 6 29.0 22 6 28.6 22 5 27.0 18 22 5 30.0 20 6 29.4 19 5 28.0 17 23 5 30.5 16 5 30.1 18 4 29.0 16 24 4 31.9 18 4 31.0 17 4 30.0 15 25 4 32.4 17 4 32.0 16 4 34.0 14 Rata-rata 11 21 24 10 20 22 10 19 20 Sumber : BPM, 2007
Keterangan : T (Jumlah Tandan/ph/th); RBT (Rata-rata Berat Tandan (Kg))
2.4. Panen Buah Kelapa Sawit
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen. Mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH)
7
berikut brondolanya. Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produk minyak dan inti sawit dapat di capai (PTPN IV, 2007).
Minyak mutu dapat dicapai apabila kualitas TBS yang diolah juga baik. Kualitas TBS berdasarkan besarnya presentase rendemeen dan kandungan ALB. Secara umum, presentase ALB TBS setelah dipotong adalah 0,2-0,7 % dan setelah jauh ketanah dapat meningkat menjadi 0.9-1,0 % setiap 24 jam (Lubis,2008).
2.4.1. Kriteria Tanaman menghasilkan (TM)
Tanaman dapat dikatakan menghasilkan (TM) apabila memnuhi criteria sebagai berikut:
Kerapatan panen telah mencapai ≥ 60% dari populasi tanaman dalam suatu areal.
Berat rata-rata >3 kg.
Angka sebaran panen <5
Kerapatan panen adalah angka presentase jumlah pohon yang memiliki tandan buah yang sudah matang dalam suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM).Penetapan kerapatan panen dilakukan dengan memeriksa dan menghitung jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang dari setiap barus tanaman.
Berat rata-rata tandan ditentukan dengan menghasilkan sampel tandan matang panen secar acak dari setiap ha luas lahan kemudian di timbang dan di rata-ratakan. Bila berat rata-rata tandan belum mencapai berat lebih dari 3kg maka panen harus ditangguhkan karena secara teknis tidak dapat dioalah di pabrik.
8
Sebaran panen bisa disebut angka kerapatan panen (AKP) adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman suatu blok tanaman. Tujuan menentukan sebaran panen adalah untuk mengifisiensi pemanenan karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk pemanen (Tambunan, 2012)
2.4.2. Kriteria Matang Panen
Penentuan Panen Sangat mempengaruhi Kandungan ALB minyak sawit Yang dihasilkan.Pemanenan buah Yang dilakukan dalam keadaan lewat matang. Maka minyak Yang dihasilkan mengandung ALB hearts presentase Tinggi 3%. Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah Belum matang, Maka walaupun kadar ALB-nya randah, rendeman minyak Yang diperolehnya juga rendah. Pengetahuan Mengenai kriteria matang Panen berdasarkam jumlah berondolan Yang Jatuh berperan Cukup Penting dalam menentukan derajat kematangan buah.
Tingkat kematangan dapat dilihat pada perubahan warna.Mula-mula kelapa sawit berwama hitam, kemudian berwarna merah oranye Hal ini karena pengaruh zat warna beta karoten.Setelah mencapai wana oranye, Maka minyak sawit yang terkandung dalam buah telah Maksimal dan telah diproses pewarnaan buah menjadi terhenti.Buah-buah yang lepas dari tandanya disebut berandolan.Buah yang sudah memberondol berarti buah tersebut Sudah tidak memproduksi minyak Lagi. Hal ini erat sekali kaitanya dengan kriteria panen .Berdasarkan jangka waktu berondolan Yang lepas dari tandannya, derajat kematangan buah dapat dikelompokkan Ke dalam Fraksi-Fraksi Seperti yang tercantum pada tabel 2.3.
9
Tabel 2.3. Kriteria Tingkat Kematangan Buah
Fraksi Jumlah Brondolan (% buah luar) Derajat Kematangan 00 Tidak ada,buah masih hijau Sangat mentah
0 1 buah s/d 12,5% Mentah
1 12,5 – 25% Kurang matang
2 25 – 50% Matang 1
3 50 – 75% Matang 2
4 75 – 100% Lewat matang 1
5 Buah dalam ikut membrondol Lewat matang 2
(Sumber: Lubis,Adlin,2008)
Berdasarkan Kriteria yang tercantum pada tabel, Maka Menurut Purba Dan Lubis (1987), Mutu Panen yang diterima di Pabrik kelapa sawit harus memenuhi pensyaratan yaitu :
1. Jangka Waktu berondolan di Pabrik Adalah 15% Dari Berat tandan Seluruhnya
2. Tandan terdiri dari Fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari Jumlah tandan. 3. Tandan yang terdiri dari Fraksi l minimal 20% dari Jumlah tandan. 4. Tandan yang terdiri dari Fraksi 4 dan 5 Maksimal 15% dari jumlah
tandan.
Pencapaian Komponen tersebut antara lain ditentukan oleh derajat kematangan Panen, terkumpulnya berondolan dan pengangkutan yang tidak lancar.
2.4.3. Ancak Panen
Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap pemanen pada setiap hari hari.Pemberian ancak kepada permanen didasarkan pada kerapatan tandan yang matang. Dalam praktek sehari-hari
10
dikenal dengan ancak tetap dan ancak giring.
A. Ancak tetap
Kepada setiap pemanen ditetapkan ancak panen untuk hari itu. Jadi dalam membagi ancak mandor panen tinggal menyebutkan no 1: baris 1 s/d 8; pemanen no 2 baris 9 sd 17; pemanen no 3 baris 17 sd 25. cara penentuan luas ancak seorang pemanen didasarkan pada :
Kerapatan buah matang
Kapasitas pemanen
Topografi areal
Ketinggian pohon
Luas maksimal ancak seorang pemanen adalah 2,5 ha, atau sekitar 8 baris pada blok yang luasnya 20 ha (400 x 500 m).
B. Ancak Giring
Perbedaan ancak tetap dan ancak giring adalah dalam hal pemberian tugas kepada pemanen. Dikatakan ancak tetap bila ancak panen yang diberikan kepada pemanen setiap hari tidak berubah (tetap). Sedangkan ancak giring setiap hari ancaknya dapat berubah ubah Sesuai dengan kebutuhan lapangan. Bila dilaksanakan ancak giring pemanen akan berpindah ancak 2 atau3 kali.
Misal untuk periode sampai istirahat makan (wolon) setiap pemanen diberi ancak 8 baris. Selanjutnya diberi ancak 14 baris dan sebelum pulang 12 baris Lagi. Ancak panen yang biasa digunakan adalah ancak giring.Dengan ancak tetap mandor panen mudah membagi ancak yaitu dengan membagi baris areal yang akan dipanen dengan Jumlah pemanen yang disediakan.
Tetapi mandor panen akan melakukan pengawasan areal yang cukup luas karena kegiatan panen serentak berjalan areal yang akan dipanen. Bila
11
panen dilakukan dengan ancak giring panen dapat diselesaikan blok per blok, karena ancak pemanen diberikan dengan 2 Alau 3 kali pindah. Dengan demikian areal yang diawasi mandor lebih kecil dibandingkan dengan ancak tetap (PTPN IV PERSERO, 2007).
Tabel 2.4. Ancak Panen
Ancak Kelebihan Kekurangan
Ancak tetap
Tanggung jawab pemanen lebih tinggi terhadap ancaknya
Pengontrolanya mudah
Buah lambat sampai di TPH Distribusi buah menyebar Ancak giring Pelaksanaan panen lebih cepat
BUah cepat sampai di TPH
Mempermudah
pengangkutan karena distribusi buah merata
Pemanen selalu mencari buah yang sudah di panen
Pengontrolan kualitas panen sulit
2.4.4. Kerapatan Panen
Kerapatan Panen adalah penaksiran jumlah pohon yang akan dipanen dari suatu blok yang ditentukan dalam satu hari. Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) tersebut di sehari sebelum Panen. Rumus yang digunakan untuk menghitung AKP yaitu:
AKP = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐂𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐬𝐚𝐤 x 100%
Angka Kerapatan Panen (AKP) ini berguna untuk menentukan Jumlah Tenaga pemanen dan Produksi dari Suatu mandoran. Berdasarkan perkiraan
12
produksi tersebut dapat diperkirakan jumlah angkutan yang dibutuhkan, waktu yang diperlukan untuk Pengolahan dan pengoprasianya.
2.4.5. Rotasi dan seksi Panen
1. Rotasi Panen adalah selang waktu (interval) antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari.
2. Rotasi Panen berkaitan dengan Penyebaran kematangan buah dimana variasi Penyebaran kematangan dari bulan ke bulan berbeda akibat faktor Iklim, Umur Tanaman, Tempat, penupukan dan lainnya.
3. Rotasi Panen ditetapkan 6/7 (6 hari panen 1 hari Libur).Penentuan Rotasi 6/7 ini mengharuskan dilakukannya pengaturan tenaga sesuai dengan kerapatan.
4. Kapveld panen hans dibuat sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan kavpeld Panen adalah luasan areal kebun produktif yang harus selesai dipanen dalam 1 (satu) hari. Untuk rotasi 6/7, maka luas areal panen dibagi menjadi 6 kepveld panen.
2.4.6. Penentuan Tenaga Panen
1. Organisasi panen dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efesien yang terdiri dari mandor panen, krani panen dan pemanen.
2. Mandor panen membawahi 15-20 pemanen. 3. Penentuan kebutuhan pemanen adalah
Jumlah pemanen yang dibutuhkan =(𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐚𝐫𝐞𝐚𝐥∶𝐑𝐨𝐭𝐚𝐬𝐢)𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐩𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐜𝐚𝐤/𝐡𝐤
Contoh :
Luas areal :1000 Ha
Rotasi yang dibutuhkan : 6/7 Luas ancak per HK : 3 Ha/Hk
13
Catatan : Luas ancak panen diatas adalah luas rata-rata dan dapat berubah
disesuaikan dengan kerapatan panen dan topografi.
2.4.7. Peralatan Panen
Bentuk alat panen bermacam-macam, tergantung ketinggian tanaman sawitnya dan kegunaanya.Macam-macam alat panen tersebut antara lain :
Dodos, untuk pohon dengan ketinggian kurang dari 4m
Egrek, untuk pohon dengan ketinggian lebih dari 4m
Gancu, digunakan untuk mengangkut TBS. Tabel 2.5. Alat-Alat Panen
Umur (Thn) TM Tinggi Batang (m) Alat
3-4 1-2 0-0,9 Dodos kecil
5-7 3-5 0,9-2,5 Dodos besar
>8 >5 >2,5 Egrek
Sumber : Buku Pintar Mandor (BPM) LPP, 2010.
2.4.8. Pelaksanaan Panen
1. Pengaturan jumlah tenaga pemanen setiap hari mempertimbangkan kerapatan buah,produktivitas pemanen, dan topografi untuk menjaga rotasi panen.
2. Ancak yang harus dipanen pada hari itu ditentukan oleh mandor panen. 3. Pemanen harus memanen seluruh buah masak yang sesuai dengan
kriteria matang panen pada ancak yang ditentukan.
4. Pada pelaksanaan panen dengan menggunakan alat dodos, harus dihindari pemotongan pelepah dan diwajibkan menjaga 2 pelepah dibawah buah terakhir (songgo) untuk mempertahankan jumlah pelepah 56-64 per pohon.
5. Pada pelaksanaan panen menggunakan enggrek, pelepah yang ada dibawah buah yang tidak dipanen tidak perlu dipotong untuk mempertahankan jumlah pelepah minimal 48 per pohon (songgo 1).
14
6. Pelepah dipotong menjadi dua bagian dan disusun di gawangan mati. 7. Buah yang dipanen tangkai tandanya dipotong dengan huruf V
menggunakan tommasun, brondolan harus dikutip bersih dan selanjutnya dibawa ke TPH dan disusun berderet 5 tandan per baris. 8. Brondolan harus dimasukan kedalam karung tetapi karung brondolan
tidak boleh terangkut kedalam truk.
9. Pemanen diwajibkan member nomor pemanen di tandan sebagai tanda hasil kerja panen dalam satu hari (Lubis, 2008).
2.5. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
Pengangkutan TBS merupakan bagian dari rangkaian proses produksi minyak sawit yang dimulai dari tempat pengumpulan hasil (TPH) sampai ke pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kelancaraan transportasi TBS sangat penting karena:
1. TBS yang sudah panen harus segera diolah, sehingga diperoleh mutu CPO yang baik.
2. Menghindari kehilangan TBS dan brondolan yang sudah di panen. 3. Ketersedian TBS untuk kontiniutas pengolahan di PKS.
Jenis kendaraan pengangkut TBS yang bisa digunakan adalah Wheel Tractor (WT) dan Truck.WT khusus digunakan untuk areal yang tidak bisa dilalui oleh truck. Sistem pengangkutan TBS yang efektif dan efisien harus memnuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Pelukaan pengangkutan TBS dengan penanganan yang sedikit mungkin.
2. Cara pengangkutan hendaknya selaras dengan panen dan pengolahan. 3. Lantai dan bak kendaraan tidak bocor, bersih dari segala sampah,batu
dan kotoran lainya.
4. Dinding dan chasis kendaraan tidak terlalu tinggi (± 1,2 M). 5. Menggunakan jarring penutup muatan (Lubis,1992).
15
2.5.1. Alat Angkut
Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membarntu mengatasi kerusakan TBS selama pengangkutan. Alat angkut yang digunakan dari kebun ke Pabrik, di antaranya lori, factor gandengan,atau truck Penggunaan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkut lain.Guncangan selama perjalanan Perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truck atau Tractor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak.Pemakaian system lori membutuhkan waktu yang lama dalam pengeceran lori.Akan tetapi akan, tandan yang diangkut cukup banyak yaitu Sekitar 62,5 ton TBS dengan 25 lori sekali tarik.
Kebutuhan truk setiap hari dapat dihitung berdasarkan kondisi jalan,kapasitas truck,jarak lokasi panen, waktu yang dibuthkan memuat TBS dan lama pembongkaran.Kapasitas truck harus dibatasi yaitu 5 ton/trip.Idealnya setiap truck dapat mengangkut 4-5 trip atau 20-25 ton TBS. Untuk memuat truck dengan kapasitas 5 ton misalnya diperlukan waktu 40 menit .Membongkar muatan diperlukas selama 20 menit. JIka jarak pabrik 20 km dan kecepatan rata-rata truk 40 km/jam maka waktu yang dibuthkan untuk 1 trip pengangkutan adalah sebagai berikut :
Total waktu = (40/60+20/60) + (2x20 km ) / 40 km/jam) = 2 jam
Satu hari kerja truck selama 10 jam, sehingga truk dapat beroperasi sebanyak 10/2 1 trip = 5trip. Berdasarkan asumsi diatas bahwa truk dapat mengangkut TBS di TPH selama 2 jam. Bila diasumsikan prestasi pemanen 700 kg/hari (7 jam kerja) maka dalam satu jam akan dihasilkan 100kg TBS atau 200 kg TBS selama 2 jam. Dengan demikian, supaya dapat terpenuhi kapasitas truk maka dibutuhkan pemanen sebanyak 5.000 kg/200kg x 1pemanen = 25 (Lubis, 2008).
16
Gambar 1. Truk Pengangkut Buah
2.5.2. Pengaturan Rute Transportasi
Menurut Lubis (2008) pengaturan rute tranportasi tergantung pada sistem panen.Cara pengaturan rute pengangkutan yang baik adalah dimana truk tidak Terlalu Sering menggunakan jalan produksi setiap hari dan buah dapat segera masuk ke pabrik. Berdasarkan jarak ancak parnen ke pabrik dan kondisi jalan yang dihitung atas dasar dasar kecepatan (km/jam) maka kapasitas truk seharian dihitung.
2.5.3. Waktu Pengangkutan
Setelah panen, TBS Harus Segera diangkut Ke Pabrik untuk diolah.yakni maksimal 8 jam.Buah buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan (Kandungan asam lemak bebas tinggi) dan menyebabkan rendahnya kualitas minyak nantinya.
Jadwal tibanya truk di ancak Panen dan tiba di Pabrik harus diatur sedemikian rupa agar sesampainya truk di ancak panen, sudah berada di TPH sudah beradadan siap diangkut Truk mulai beroperasi Pukul 07.00 pagi Dan TBS yang diangkut Pertama diharapkan dapat sampai di Pabrik pada
17
Pukul 09.00 dan pengangkutan terakhir selambat-lambatnya pukul 22.00 (Lubis, 2008).
2.5.4. Kecepatan Pengangkutan TBS
Pengangkutan TBS merupakan system kerja terpadu dan berkesinambungan mulai dari panen, pengumpulan di TPH, pengangkutan dari TPH ke PKS sampai ke perebusan.Apabila salah satu mata rantai terganggu, akan menimbulkan hambatan pada proses kerja lainya. Kelancaraan pengangkutan TBS harus memperhatikan factor penghambat sebagai berikut
Pengumpulan TBS di TPH
Pengumpulan TBS di TPH dilakukan tepat waktu, serentak dan tersusun rapi.Untuk memudahkan pemuatanya, brondolan dikumpulkan, dimasukan ke dalam karung dan dituangkan kedalam kendaraan.
Ukuran dan Bobot TBS
Jumlah dan ukuran TBS yang dipanen berpengaruh terhadap waktu dan kecepatan pross panen dan pengangkutanya.TBS dimuat ke atas truk menggunakan tenaga manusia, sehingga ukuranya berpengaruh terhadap kecepatan pemuatanya ke atas kendaraan.
Kondisi Areal
Areal berbukit, rawa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melaksanakan panen sampai mengumpulkan TBS di TPH.
Iklim/Cuaca
Pengangkutan TBS sangat dipenguruhi oleh kondisi iklim /cuaca, karena pada musim hujan sering terjadi hujan di pagi hari sehingga pemanen tidak dapat bekerja tepat waktunya. Selain itu hujan yang berkepanjangan sebagai penyebab kerusakan jalan.
18
2.5.5. Perencanaan Kendaraan
Menghitung kebutuhan kendaraan angkut TBS sebagai berikut : a) Jumlah trip kendaraan =waktu angkut /trukwaktu kerja truk
b) Jumlah TBS yang dapat diangkut/truk = Jumlah trip x Kapasitas (ton TBS/trip).
c) Kebutuhan kendaraan = Jumlah TBS yang dapat diangkut /trukJumlah produksi
Penyusunan kebutuhan kendaraan angkutan TBS harus berdasarkan produksi bulan paling rendah.
Misalnya :
Produksi TBS kebun di taksirkan ± 72.000 kg, kapasitas kerja truk /hari = 10 jam, kapasitas angkut rata-rata 5 ton TBS/trip, waktu muat 1 trip = 130 menit, maka kebutuhan kendaraan :
a. Jumlah trip kendaraan = 10x 60 menit130 menit = 4 trip
b. Jumlah TBS yang dapat diangkut/truk = 4 trip x 5 ton TBS/trip = 20 ton tiap truk.
c. Kebutuhan kendaraan = 20.000 kg TBS /truk72.000 kg TBS = 4 truk
Alat transportasi yang umum digunakan dalam perkebunan kelapa sawit ada tiga tipe, yaitu transport darat, transport railban dan transport air.
2.5.6. Komunikasi Pengangkutan
Salah satu faktor penting untuk menunjang kelancaraan pengangkutan TBS adalah komunikasi antara petugas di lapangan, Afdelling dengan petugas di PKS dan kontraktor pengangkutan.
Pemanfaatan sarana komunikasi (missal Radio HT) atau mengadakan system komunikasi yang efektif sangat membantu kelancaran pengangkutan TBS.
19
2.5.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran tansportasi TBS
Organisasi Potong Buah
Pusingan potong buah dijaga antara 6-8 hari, sehingga presentase brondoan terhadap janjang Maksimum 7-9%. Hal ini Perlu agar Jangan terlampau Banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengankat brondolan dari TPH ke Kendaraan.
Buah harus diletakkan oleh karyawan potong buah di TPH yang telah ditentukan.
Potong buah dalam setiap hari agar diusahakan terkonsentrasi, Jangan terpencar dari Satu mandora dengan mandoran yang lain, dan juga arah terpencar majunya dari Satu seksi ke seksi yang lain diusahakan menurut melawan arah Jarum jam. Kedua aspek ini Perlu di bahas dalam rangka efisiensi Transportasi.
Sesudah selesai dipotong satu pasar rintis, karyawan potong buah harus segera mengeluarkannnya ke TPH, hal ini perlu agar transport buah sudah dapat dimulai paling Lambat jam 08.30 setiap hari Panen. Oleh karena itu, kerani buah harus secepatnya memeriksa buah, tidak dibenarkan kendaraan menunggu kerani buah tetap buah yang menunggu kendaraan.
Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari harus hampir sama dengan buah yang di muat kemaren sorenya.Hal ini perlu untuk tepatnya penentuan jumlah kendaraan yang akan disediakan.
Potong buah hari minggu sebaiknya dihindari untuk member kesempatan waktu untuk reparasi alat-alat transport dan istirahatkan kepada supir dan kenek.
2.5.8. Bentuk/Pola Pasar Motor di Suatu kebun
1. Sedapat mungkin harus diusahakan lurus dan jarak anatar pasar buah maximum ± 300m (33 pohon).
20
3. Di areal berbukit diusahakan pasar dibangun di kaki bukit bukan diatas bukit.
4. Faktor utama kelancaran transportasi adalah kondisi jalan.Masih banyak para staff lapangan beranggapan, apabila transport tidak lancar maka perlu penambahan alat transport, padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh dari kapasitas standartnya.Penyebab utama dari keadaan tersebut ialah kondisi jalan yang tidak baik.
2.5.9. Perawatan Alat-alat Transportasi
Perawalan alat-alat transportasidi banyak Perusahaan Perkebunan masih termasuk titik lemah. Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebabnya utama ialah kurangnya Pengetahuan teknik dari para Staff terutama Asisten lapangan. Aspek-aspek yang kurang mendapat Perhatian ialah :
lemahnya pengetahuan teknis karyawan di bengkel
Kurangnya Disiplin
Muatan kenderaan (Ton) yang berlebihan
Pengetahuan Teknis pada supir yang minim
Kondisi pasar yang tidak memadai
Transportasi TBS yang sampai larut malam
Sistem premi transportasi yang kurang menarik
Dan Lain-lain (Antoni, 1998).
2.5.10. Organisasi Serta Pengoperasian Alat-alat Transportasi
Perlu dihayati bahwa penyediaan kenderaan (truk) oleh Perusahaan di Perkebunan kelapa sawit adalah terutama untuk transportasi buah dan kemudian untuk angkutan lain-lain.
Apabila semua pekeriaan dikelola dengan baik dan kebun Sudah mapan Maka presentase pemakaian kenderaan adalah sebagai berikut :
21
b. Angkutan berbaring (pupuk, karyawan) 20-25
Oleh karena itu Penentuan Jangka waktu kenderaan per afdeling terutama ditentukan oleh Jangka waktu produlsi per hari. Efisiensi sebuah transportasi alat-alat yang akan didapat maksimal apabila :
1. Setiap hari Asisten afdeling merencanakan Ton produksi dan angkutan lain-lain untuk besok setiap sore hari, realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari taksasi, maksimal 2% hal ini Penting untuk Penentuan Jangka waktu kenderaan oleh mandor transportasi. 2. Angkutan TBS per trip minimal 5 ton.
3. Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam. 08.30, agar jam 08.30 sudah mulai angkat buah.
4. Jangan biasakan mentolelir buah restan di Lapangan (TPH).
5. Kapasitas setiap kenderaan harus semaksimal mungkin, oleh karena itu, apabila TBS di Suatu afdeling sudah habis lebih cepat dari biasanya maka harus pindah ke afdeling lain yang transportasinya terkendala. 6. Jangan ada gerak kenderaan yang tidak pengerjaannya efisien. 7. Pengisian BBM setiap hari Sudah Harus Selesai jam 07.00 .
Tentunya disamping hal-hal tersebut di atas, faktor Sudah dilaksanakan sebagaimana Mestinya. (Sastrosayono, 2
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Afdelling II kebun Pulu Raja PT.Perkebunan Nusantara IV kec Pulau Rakyat Kab Asahan , Provinsi Sumatera Utara.Waktu penelitian ini mulai dlaksanakan mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2016.
3.2. Desain Penelitian
a. Rancangan penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif yaitu dengan mengambil data di lapangan tentang pengaturan pengangkutan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di kebun Pulu Raja PT.Perkebunan Nusantara IV.
b. Metode Permutasi yaitu penggunaan banyak cara yang dapat dibuat dari suatu himpunan atau objek, digunakan untuk perhitungan peluang efektifitas pengangkutan TBS di Kebun Pulu Raja PT. Perkebunan Nusantara IV.
3.3. Bahan dan Peralatan
Adapun bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian pengangkutan TBS menggunakan truk adalah sebagai berikut :
1. Kamera 2. Stopwach 3. Kalkulator
3.4. Tahapan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tahapan sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data informasi umum kebun
2. Mengumpulkan data laporan produksi yang meliputi data prestasi tiap-tiap pemanen pada sistem ancak yang berlaku bulan Januari-Juni 2016
23
3. Mengumpulkan data curah hujan
4. Melakukan pengujian sistem pengangkutan dengan jenis kendaaran alat angkut dengan metode permutasi.
3.5. Pengamatan dan Indikator
1. Informasi Umum
2. Menejemen Prngangkutan dan kebutuhan Truck 3. Produksi harian dan bulanan
4. Perhitungan efektifitas waktu pengangkutan 5. Kendala dan masalah di lapangan