• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit.

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik ditropis, dataran rendah yang panas dan lembab (Sianturi,1993). Produktivitas tanaman menjadi lebih baik jika usur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup seimbang. Selain itu, tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakakukan proses fotosintesis.

Hal yang penting untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah distribusi hujan yang merata. Temperatur yang optimun bagi kelapa 24 C-28 C . Akan tetapi, kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan baik pada temperatur terendah 18 C dan temperatur tertinggi 32 C dengan kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Kecepatan angin 5-6 km/jam, sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman doyong atau miring (Lubis,2008).

Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), alluvial, regosol, andosol, dan organosol.

Menurut Lubis (2008), sifat fisik tanah yang baik adalah :

1. Solum tanah 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik untuk perkembangan akar dan penyerapan unsur hara.

2. Tekstur ringan, dikehendaki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 20-50%.

3. pH tanah 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah 5-5,5.

4. Perkembangan struktur baik.

Pada budidaya kelapa sawit, kondisi iklim dan lahan merupakan faktor utama

disamping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dan lain-

(2)

5

lain. Kelas kesesuaian lahan dibagi menjadi sangat sesuai (S1), sesuai (S2), agak sesuai (S3), tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).

Kriteria masing-masing kelas lahan seperti yang disajikan tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit.

N o

Karakteristik lahan

Simbol Intensitas faktor pembatas Tanpa

(0)

Ringan (1)

Sedang (2)

Berat (3) 1 Curah Hujan

(mm)

H 1750-3000 1750- 3000

<3000

1500- 2500

<1250

2 Bulan Kering (bln)

K <1 1-2 2-3 >3

3 Ketinggian diatas permukaan laut (m)

L 0-200 200-300 300-400 >400

4 Bentuk

wilayah/kemiring an lereng (%)

W Datar berombak

<8

Beromba k

bergelom bang 8- 15

Bergelo mbang- berbukit 15-30

Berbuk it – bergun ung

>30 5 Batuan

dipermukaan dan didalam tanah (%-volume)

B <3 3-15 15-40 >40

6 Kedalaman efektif (cm)

S >100 100-75 75-50 <50

7 Tekstur T Lempung

berdebu, lempung liat berpasir,le mpung liat berdebu,le mpung berliat.

liat, liat berpasir, lempung berpasir,l empung.

Pasir berlempu ng,berde bu.

Liat berat,p asir

8 Kelas drainase

D Baik, sedang.

Agak terhamba t,agak cepat.

Cepat, Terhamb at

Sangat cepat,

9 Kemasaman tanah A 5,0-6,0 4.0-5.0 3,5-4,0 <3,5

(3)

6

(PH) 6,0-6,5 6,5-7,0 >7,0

Sumber : Lubis, 2008.

2.2 Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit.

Potensi produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan tingkat kelas kesesuaian lahan. Unsur kesesuaian lahan mempengaruhi produktivitas yang di pengaruhi oleh iklim, topografi, keadaan fisik dan kimia lahan, erosi drainase dan faktor penting lainnya. Potensi produksi akan dapat dicapai apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik (Lubis, 2008).

Tabel 2.2 Produktivitas Kelapa Sawit Berdasarkan Kelas Kesesuaian Lahan.

Umur

Produksi TBS (ton/ha)

Rerata Jumlah Tandan

Rerata Bobot Tandan (kg/tandan)

S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3

3 6.0 5.0 4.0 10.8 9.4 8.0 4.2 4.0 3.8

4 16.0 14.0 12.0 18.1 16.8 15.1 6.7 6.3 6.0

5 19.0 17.0 15.0 18.5 17.2 16.0 7.8 7.5 7.1

6 23.0 21.0 19.0 17.1 16.1 15.5 10.2 9.9 9.3

7 28.0 26.0 23.0 16.1 15.4 15.1 13.2 12.8 11.5

8 32.0 28.0 26.0 15.4 14.8 14.3 15.8 14.3 13.8

9 34.0 30.0 27.0 14.1 13.0 12.4 18.2 17.5 16.5

10 35.0 31.0 28.0 13.0 12.5 12.2 20.4 18.8 17.4

11 35.0 32.0 29.0 12.2 11.5 10.8 21.8 21.1 20.4

12 35.0 32.0 30.0 11.4 10.9 10.6 23.2 22.2 21.4

13 34.0 32.0 30.0 10.8 10.6 10.2 23.9 22.9 22.3

14 33.0 31.0 29.5 10.2 9.9 9.6 24.5 23.7 23.3

15 32.5 30.0 28.5 9.1 8.9 8.7 24.5 25.5 24.8

16 30.0 28.5 27.0 8.2 7.9 7.7 26.6 27.3 26.6

17 29.0 27.5 26.0 7.6 7.4 7.2 28.2 28.2 27.4

18 28.0 27.0 25.0 7.1 6.9 6.7 28.9 29.6 28.3

19 27.0 26.0 24.0 6.7 6.5 6.1 30.0 30.3 29.8

20 26.0 25.0 23.0 6.2 6.0 5.6 30.5 31.6 31.1

21 25.5 24.0 22.0 5.9 5.7 5.3 31.8 31.9 31.5

22 25.0 23.0 21.0 5.7 5.4 5.0 33.2 32.3 31.8

23 24.0 22.0 20.0 5.4 5.1 4.7 33.6 32.7 32.2

24 23.0 21.5 19.5 5.0 4.8 4.4 34.8 33.9 33.5

25 22.0 21.0 19.5 4.8 4.5 4.2 35.6 35.4 33.5

Jumlah 27.1 25.0 23.0 10.4 9.9 9.4 23.3 22.6 22.0

Sumber : PPKS, 2015.

(4)

7 2.3 Panen Buah Kelapa Sawit.

Panen merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas produksi. Pemanenan kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit umumnya sudah mulai dipanen pada umur tiga tahun. Keberhasilan panen sangat ditentukan dari hasil produksi kebun, meliputi tandan, minyak, dan inti sawit (Sunarko, 2009).

Mutu minyak dapat dicapai apabila kualitas TBS yang di olah juga baik.

Kualitas TBS berdasarkan besarnya persentase rendemen dan kandungan ALB. Secara umum, persentase ALB TBS setelah di potong adalah 0,2-0,7%

dan setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0,9-1,0% setiap 24 jam (Lubis, 2008).

2.3.1 Persiapan panen

Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat panen yang dibutuhkan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu jalan. Pasalnya, jalan merupakan faktor penunjang yang penting dalam pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik.

Askes jalan yang perludipersiapkan untuk proses panen diantaranya jalan utama (main road), jalan produksi dan jalan pasar pikul. Jalan utama berfungsi untuk menghubungkan satu Afdeling dengan Afdeling lainnya atau Afdeling dengan pabrik.

Jalan produksi berada ditengah perkebunan setiap Afdeling. Dijalan produksi

dibuat TPH (tempat pengumpulan hasil). Sementara itu, jalan kontrol

menghubungkan satu blok dengan blok lainnya. Semua akses jalan perlu

mendapat perhatian dari perawatan untuk menjamin kelancaran transportasi

saat panen.

(5)

8 2.3.2 Kriteria Matang Panen.

Kriteria matang panen tandan dinyatakan dalam jumlah buah yang membrondol atau lepas dari tandan (Anonim, 2011). Pemanenan buah dapat di lakukan apabila memenuhi beberapa kriteria. Panen kelapa sawit dapat di lihat secara visual dan secara fisiologis. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga dan secara fisiologis dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Contohnya, untuk setiap satu kilogram bobot tandan terdapat dua brondolan lepas, tidak termasuk brondolan muda yang terkena serangan hama atau penyakit.

Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Kematangan Tandan.

Fraksi Jumlah buah lepas (%) Derajat Kematangan 00 Tidak ada buah yang masih

hitam

Sangat mentah

0 1 buah s/d 12,5% Mentah

1 12,5% - 25% Kurang matang

2 25% - 50% Matang 1

3 50% - 75% Matang 2

4 75% - 100% Lewat matang 1

5 Buah dalam ikut membrondol Lewat matang 2 Sumber : Lubis, 2008.

Hubungan antara kandungan minyak dengan asam lemak bebas berbanding lurus. Semakin tinggi fraksi TBS maka semakin tinggi rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas.

Tabel 2.4 Kriteria Matang Panen

Areal Brondolan

Areal Berbukit 1 Brondolan Per TBS Areal Bergelombang 5 Brondolan Per TBS Areal Tanah Rata 10 Brondola Per TBS

Sumber : PTPN III, 2010.

(6)

9

Tabel 2.5 Hubungan Fraksi dengan Rendemen Minyak dan kadar ALB.

Fraksi Rendemen Minyak (%)

Kadar Asam Lemak Bebas (%)

0 16,0 1,6

1 21,4 1,7

2 22,1 1,8

3 22,2 2,1

4 22,2 2,6

5 21,9 3,8

Sumber : Lubis,2008.

2.3.3 Ancak Panen.

Ancak panen tergantung pada 3 faktor yaitu sebaran panen, topografi dan sistem panen. Sistem panen yang umum digunakan saat ini ada 2 yaitu sistem ancak tetap dan sistem ancak giring (Sianturi, 1991).

a. Ancak Tetap

Ancak tetap merupakan sistem panen, di mana pada sistem ini pemanen di beri ancak yang sama dengan luas tertentu dan tidak berpindah pindah. Areal panen biasanya berbukit sampai berlereng curam atau letaknya terpencil.

Penggunaan ancak tetap bertujuan agar para pemanen dari setiap mandor di berikan ancak panen dengan luas tertentu untuk di selesaikan pada hari itu tanpa harus pindah ancak panen (Siregar, 1996). Sistem ini mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

Kelebihan :

1. Mudah membagi ancak harian, sehingga Mandor tidak terlalu banyak menyediakan waktu membagi ancak.

2. Pemanen tidak perlu berpindah-pindah.

3. Mandor mempunyai cukup waktu untuk kontrol.

4. Pencatatan hasil relatif lebih mudah dilaksanakan.

(7)

10 Kelemahan :

1. Pada pengamatan yang kurang tepat, dapat terjadi ancak sebagian yang tidak tembus, sementara dilain pihak ada yang kekurangan ancak. Besok harinya terpaksa harus diulangi lagi dan menyulitkan pengawasan Mandor.

2. Pada panen puncak, pekerja kurang memperhatikan kebersihan ancak untuk mengejar hasil.

3. Pengangkutan TBS ke PKS menjadi lebih lambat.

Gambar 2.1 Cara berpindah Tenaga Panen dalam Sistem Ancak Giring.

Penggunaan sistem ancak giring ini memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

Kelebihan :

1. Buah dapat lebih cepat sampai di TPH sehingga dapat lebih cepat diangkut ke PKS.

2. Di harapkan areal ancak bersih, pengawasan panen lebih baik dan teratur karena kapvled ancak di perkecil.

3. Pengangkutan lebih mudah di atur.

Kelemahan :

1. Perpindahan ancak dan jarak tempuh pekerja menambah waktu dan jauh

(8)

11

2. Keharusan segera menyerahkan TBS ke TPH kurang disukai pemanen.

3. Adanya potensi pemanen memilih buah yang mudah di panen sehingga ada kemungkinan buah dan brondolan tertinggal.

b. kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah angka yang telah menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam barisan tanaman pada satu blok tanaman kelapa sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena ini menyangkut jarak dan waktu yang dibutuhkan memanen (Sianturi,1993).

contoh,kerapatan panen 1 : 5, artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matang panen. Agar lebih akurat, didalam menentukan kerapatan panen, dapat ditentukan selama satu hari sebelum panen buah.

Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu areal, dapat mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis.

Misalnya, didalam 1 blok diambil sebanyak 10 barisan tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian didalam setiap barisan pohon tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon untuk contoh perhitungan. Dengan demikian, didalam satu blok akan digunakan sebanyak 100 batang pohon contoh. Selanjutnya, pada setiap pohon tersebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan yang matang.

Angka Kerapatan Panen (AKP) di gunakan untuk meramalkan produksi, jumlah tenaga panen yang di butuhkan yang akan dipakai besok harinya (PTPN III, 2010).

Berikut rumus yang di gunakan pada saat meramalkan produksi : a. Menentukan kerapatan panen (AKP) = Jlh Buah Matang

Jlh Pohon Sampel b. Ramalan produksi/ Estimasi = (luas xpopulasi) x RBT

AKP c. Kebutuhan Tenaga (Hk) = Estimasi

Basis Borong

(9)

12 Keterangan:

AKP : Angka Kerapatan Panen RBT : Rata Berat Tandan c. Kapveld

Kapveld adalah luas areal panen harian. Menurut Lubis (2008), Kapveld perlu di atur agar istirahat pabrik dapat tersedia. Pada keadaan normal panen dilakukan pada hari Senin–Jum’at setiap minggunya. Berdasarkan peraturan jam kerja dan luas areal TM, Luas Kapveld dapat di tentukan sebagai berikut :

a) Senin sampai dengan jum’at (4x7 Jam) + (1x5 Jam) = 33 Jam b) Persentase luas areal panen adalah:

 Senin sampai dengan kamis : 7/33 x 100 % = 21% x Luas areal

 Jumat : 5/33 x 100 % = 16 % x Luas areal.

Jadi, Pembagian Kapveld I-IV = 7/33 x luas lahan atau jumlah blok tanaman TM, sedangkan Kapveld V = 5/33 x luas lahan atau jumlah blok tanaman TM.

d. Kebutuhan Tenaga Panen.

Perhitungan kebutuhan tenaga panen yang akan dialokasikan setiap harinya harus berpedoman kepada hasil sensus kerapatan buah. Secara rata-rata, kebutuhan tenaga panen dapat dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut:

Kebutuhan Tenaga Panen : A x B x C x D E Keterangan :

A = luas ancak yang akan dipanen (ha) B = kerapatan panen

C = rata-rata berat buah (kg) D = populasi tanaman/ha E = kapasitas panen/HK Contoh Perhitungan :

A = luas areal yang akan dipanen 100 ha

B = kerapatan panen 1 : 5

(10)

13 C = rata-rata berat buah 10 kg D = populasi tanaman 143 pohon/ha E = kapasitas panen 750 kg/HK

Maka Kebutuhan Tenaga Panen yang dibutuhkan : 100 ha (1 : 5) x 10 kg x 143 pohon/ha

750 Kg/Ha

= 38 pemanen / hari kerja e. Rotasi panen

Rotasi panen adalah selang waktu (interval) antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya pada areal yang sama yang dinyatakan dalam hari. Rotasi panen berkaitan dengan penyebaran kematangan buah dari bulan ke bulan adalah berbeda, sehingga kapveld panen perlu diatur sesuai dengan rotasi panen yang ditentukan berdasarkan kerapatan buah (Siregar, 1996).

Secara umum rotasi panen berkaitan dengan penyebaran kematangan buah, dimana variasi penyebaran kematangan buah dari bulan kebulan berbeda akibat faktor iklim, umur tanaman, tempat, pemupukan dan lain-lain. Sistem panen yang masih di anggap baik dimana buah tidak lewat matang adalah 5/7, artinya dalam satu minggu terdapat lima hari panen. Jika persiapan panen ini berjalan baik maka tandan yang terlalu masaksedikit tidak terjadi (Anonim, 2011).

Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung lewat matang (over ripe) bahkan bisa menjadi tandan kosong (empty bunch) biasa terjadi pada bulan produksi tinggi. Keadaan tersebut bisa meningkatkan jumlah brondolan sehingga akan memperlambat penyelesaian ancak panen dan bisa meningkatkan kadar FFA. Interval panen terlalu cepat (< 7 hari) maka akan mengakibatkan pemanen cenderung mendapatkan buah belum matang (under ripe) bahkan mentah (unripe) hal ini biasa terjadi pada bulan produksi rendah.

Hal tersebut juga akan memperkecil persentase kerapatan buah sehingga akan

(11)

14

mengurangi jumlah tonase buah yang diperoleh dan dapat mempengaruhi mutu buah yang didapatkan.

Pentingnya pengaturan rotasi panen berdasarkan kerapatan buah. Dimana pada musim panen rendah rotasi di perpanjang sehingga kerapatan buah meningkat dan pada produksi tinggi rotasi panen di perpendek. Hal ini dimaksudkan agar mutu TBS yang di panen akan relatif sama. Secara skematis, pola rotasi panen dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Rotasi Panen 5/7

Hari Sn Sl Rb Km Jm Sb M g

Sn

Kapveld I II III IV V - I

Rotasi Panen 8/10

Hari Sn Sl Rb Km Jm Sb M g

Sn Sl Rb Km Kapveld I II III IV V VI VII VIII I II

Gambar 2.2Contoh Pola Rotasi Panen.

f. Peralatan Panen

Alat-alat panen harus telah tersedia selambat-lambatnya 1 bulan sebelum panen

di mulai. Alat panen dibedakan berdasarkan umur tanaman. Semakin tinggi

umur tanaman maka semakin sulit untuk menjangkau pemotongan buah

sehingga alat yang di pergunakan berbeda. Alat panen yang di gunakan adalah

dodos, egrek, kampak, angkong, gancu, dan goni. Untuk panen di areal TM 1-2

(3-4 tahun) di perlukan chisel (dodos kecil), areal TM 3-5 (5-7) dengan dodos

besar dan umur diatas 8 tahun dengan menggunakan egrek. Hal tersebut

mengacu pada pertumbuhan tanaman yg semakin tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan baku papan partikel, karena berdasarkan dari segi sifat fisika dan kimia tandan kosong kelapa sawit sangat potensial untuk

Jumlah Fosfor yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit dewasa adalah 0,389-0,444 Kg P/pohon/tahun atau sebanding dengan 1,75-2 Kg pupuk TSP/pohon/tahun..

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu atau monoecious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, sehingga penyerbukan dapat

mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat cepat dan berbentuk seperti melidi tanaman tidak dapat menghasilkan tandan selama 2 – 3 tahun jika

Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik kelapa sawit di hasilkan limbah padat dan limbah cair, dimana limbah yang di hasilkan pada setiap Pabrik Kelapa Sawit

Ulat pemakan daun kelapa sawit merupakan hama paling penting dalam perkebunan kelapa sawit karena ulat ini memakan anak-anak daun dari tanaman muda dan tanaman

Kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit selama PKL yang dilakukan adalah penanaman pohon utama kelapa sawit, perawatan sampai dengan panen dan pengangkutan tandan buah segar

Selain vegetasi alam yang diperoleh dari Hijauan Antara Tanaman (HAT) sumber pakan berasal dari limbah kelapa sawit yang dapat digunakan adalah pelepah dan daun kelapa