GAMBARAN GOLONGAN DARAH A-B-O DAN RHESUS
PADA SISWA SMA NEGERI 1 TELUK DALAM
KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS
SELATAN
SKRIPSI
Oleh
Yarniwati Hondro 081121034
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Gambaran Golongan darah ABO dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Nama : Yarniwati Hondro
NIM : 081121034
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2011
ABSTRAK
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan darah ABO dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu dengan pendekatan studi survei pada siswa SMA negeri 1 Teluk Dalam. Metode pengambilan sampel yaitu probability sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara biofisiologis dengan instrument In-Vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan darah O sebanyak 63 orang (78, 75%), golongan darah B sebanyak 14 orang (17, 50%), golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%) dan seluruh responden dengan jumlah 80 (delapan puluh) orang tersebut memiliki golongan darah rhesus positip. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa golongan darah yang paling banyak adalah golongan darah O dan seluruh responden memiliki rhesus positip.
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Gambaran Golongan Darah ABO dan
Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam
Kabupaten Nias Selatan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Bapak Mula Tarigan, S.Kep, M.Kes selaku dosen
pembimbing I dan Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS dosen pembimbing II
yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan dan saran yang berharga
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata
M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
Teristimewa penulis mengucapakan terima kasih kepada kedua orangtua
saya, suami tercinta Patrianus Sihura yang telah memberikan doa, dukungan dan
semangat kepada penulis dan kepada anakku Margareth Shine Tiara Sihura yang
terkasih yang telah memberikan hiburan sampai skripsi ini selesai. Dan penulis
juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada sahabat-sahabatku
menyelesaikan skripsi ini. Serta seluruh pihak yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga seluruh bantuan, bimbingan dan arahan yang
telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak sehingga skripsi ini menjadai lebih baik bagi perkembangan ilmu
keperawatan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
memberikan informasi demi kemajuan pengetahuan khususnya dalam dunia
keperawatan
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
BAB 1. Pendahuluan 1. Latar belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 4
3. Tujuan Penelitian... 4
4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2. Tinjauan Pustaka 1. Defenisi Darah ... 6
2. Komposisi Darah ... 6
3. Golongan Darah O-A-B... 8
4. Golongan Darah Rhesus ... 10
5. Antigen Rhesus ... 11
BAB 3. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 12
2. Defenisi Operasional ... 12
BAB 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 14
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 14
2.2. Sampel... 14
6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 18
7. Analisa Data ... 19
BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 20
2. Pembahasan... 24
BAB 6. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 29
2. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Responden ... 33
2. Surat Ijin Pengambilan Data ... 34
3. Surat Ijin Penelitian SMA Negeri 1 Teluk Dalam ... 35
4. Taksasi Dana ... 36
5. Riwayat Hidup ... 37
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan……… 20
Grafik 2. Distribusi golongan darah ABO pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan ………... 21
Grafik 3. Distribusi golongan darah ABO berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan………. 22
DAFTAR SKEMA
Judul : Gambaran Golongan darah ABO dan Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Nama : Yarniwati Hondro
NIM : 081121034
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2011
ABSTRAK
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan darah ABO dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yaitu dengan pendekatan studi survei pada siswa SMA negeri 1 Teluk Dalam. Metode pengambilan sampel yaitu probability sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara biofisiologis dengan instrument In-Vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan darah O sebanyak 63 orang (78, 75%), golongan darah B sebanyak 14 orang (17, 50%), golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%) dan seluruh responden dengan jumlah 80 (delapan puluh) orang tersebut memiliki golongan darah rhesus positip. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa golongan darah yang paling banyak adalah golongan darah O dan seluruh responden memiliki rhesus positip.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut
antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di
dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan
darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B.
Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. (Alrasyid,
2010).
Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua
kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia
kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini
disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
A-B-O dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian
(Rasyid, 2010).
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih
dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh
dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotip
untuk untuk karakter ini: Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O.
Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang
mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang
mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB),
atau tidak sama sekali (tipe O).
Sekitar ± 85% orang-orang Eropa mempunyai golongan
(Rh Positif). Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak
digumpalkan) disebut golonga
Insidens yang mengalami Inkompatibilitas Rhesus (yaitu rhesus negatif)
adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam, jarang pada bangsa
Asia. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi, kecuali adanya
perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif. Pada wanita
Rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama Rhesus positif, risiko terbentuknya
antibodi sebesar 8%. Sedangkan insidens timbulnya antibodi pada kehamilan
berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar 16%.
Tertundanya pembentukan antibodi pada kehamilan berikutnya disebabkan oleh
proses sensitisasi, diperkirakan berhubungan dengan respons imun sekunder yang
wanita akan tersensitasi selama kehamilan, terutama trimester ketiga. (Darmawati,
2005)
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh
sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat
dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah
merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang
disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan dalam
melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius. (Australia
Red Cross, 2008).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui
dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus
kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal
(Azmielvita , 2009).
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika
darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien,
protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan
mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel
darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh
resipien (Azmielvita, 2009).
Berdasarkan dari survey pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1
3 orang saja yang mengetahui golongan darahnya, sedangkan 7 orang lagi tidak
mengetahui jenis golongan darahnya. Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa
tertarik untuk mengetahui “Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada
siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias
Selatan Tahun 2010”.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana “Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada siswa
SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Tahun 2010”.
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran golongan darah A-B-O dan Rhesus pada
siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias
Selatan Tahun 2010.
4. Manfaat Penelitian
4,1. Bagi Siswa
Untuk menambah pengetahuan bagi para siswa agar mengetahui jenis
golongan darahnya.
4.2. Bagi Institusi Keperawatan
Sebagai bahan masukan untuk menambah kepustakaan dan acuan
untuk melanjutkan penelitian yang sejenis dan lebih mendalam dengan variable
4.3. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai jenis golongan darah dan
rhesusnya agar dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk peningkatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Darah
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh
dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi,
oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah
manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat,
protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan
plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet) (Watson, 2002).
2. Komposisi Darah
Darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah berbentuk cair
dan padat, yang apabila di periksa di bawah mikroskopis tampak banyak benda
bundar kecil di dalamnya yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah
(Watson, 2002).
Dalam keadaan normal, sel darah merah berbentuk cakram kecil bikonkaf
dengan diameter sekitar 7.2 μm tanpa memiliki inti, cekung pada kedua sisinya,
dilihat dari samping seperti 2 (dua) buah bulan sabit yang bertolak belakang, kalau
dilihat satu persatu berwarna kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar seperti
kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Struktur sel darah merah terdiri
atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin (HB). Hemoglobin
terhadap oksigen dan dengan oksigen tersebut membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah, melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan lain. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya
terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi (Pearce, 1979 : 133 – 135).
Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 μm dinamakan sel mikrosit dan yang berukuran lebih dari normal (9 μm - 12 μm) dinamakan sel makrosit.
Komposisi molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya
terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan
isi sel darah merah merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini
bersifat elastis dan lunak. Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang
bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang
dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah
sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan.
Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam
sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah
merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel darah
merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel
darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah.
Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan
oleh karena keluarnya hemoglobin (Subowo, 2002).
Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan,
sehingga tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat
sebagainya. Membran plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan
membatasi keberadaan sebuah sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok
antara isi sel dengan lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan
memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara
perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel (Subowo, 2002).
3. Golongan Darah O-A-B
3.1.Antigen A dan B (Aglutinogen)
Dua antigen -tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah
pada sebagian besar populasi. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga
aglutinogen karena mereka seringkali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang
menyebabkan reaksi transfusi. Karena antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat
tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus
mempunyai keduanya
3.2.Golongan Darah O-A-B yang Utama
Pada transfusi darah dari orang ke orang, donor darah dan darah resipien
normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe O-A-B utama, bergantung pada
ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Bila tidak
terdapat aglutinogen A ataupun B, golongan darahnya adalah golongan O. Bila
hanya terdapat aglutinogen tipe A, darahnya adalah golongan A. Bila hanya
terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah golongan B. Dan bila terdapat
Menurut Alrasyid (2010) golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai
berikut:
1) Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen
A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen
B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif
atau O-negatif.
2.) Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah B negative atau O negatif.
3.) Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah
dari orang dengan golongan darah A-B-O apapun dan disebut resipien
universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat
mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4.) Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama
O-negatif.
4. Golongan Darah Rhesus (Rh)
Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, sistem Rh juga penting
dalam transfusi darah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem Rh
adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B, aglutinin bertanggung jawab atas
timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sistem Rh,
reaksi aglutinin spontan hampir tak penah terjadi. Malahan, orang mula-mula
harus terpajan secara masif dengan antigen Rh, biasanya melalui transfusi darah
atau melalui ibu yang memiliki bayi dengan antigen, sebelum terdapat cukup
aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfuse yang bermakna (Azmielvita, 2009).
Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih
banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi
antigeniknya. Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai
rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang
yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia
tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting
dalam transfusi. Tidak seperti pada A-B-O sistem dimana seseorang yang tidak
mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam
plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh
suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah
golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali
saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan
darah Rhesus negatif (D-), walaupun golongan darah A-B-O nya sama sudah
dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) (Widjajakusumah, 2003).
5. Antigen Rhesus
Terdapat enam tipe antigen Rh yang biasa, salah satunya disebut faktor
Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d dan e. Orang yang memiliki
antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi orang yang kehilangan antigen C
selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama halnya untuk antigen D-d dan E-e.
Juga, akibat cara penurunan faktor-faktor ini, maka setiap orang hanya
mempunyai satu dari ketiga pasang antigen tersebut. Tipe antigen D dijumpai
secara luas di masyarakat dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain.
Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh-positif,
sedangkan mereka yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh-negatif.
Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa bahkan pada orang-orang dengan
Rh-negatif, beberapa antigen Rh lainnya masih dapat menimbulkan reaksi
transfusi, walaupun biasanya jauh lebih ringan. Kira-kira 85 persen dari seluruh
orang kulit putih adalah Rh-positif dan 15 persennya Rh- negatif. Pada orang kulit
hitam Amerika, persentase Rh positifnya kira-kira 95%, sedangkan pada orang
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian tentang “Gambaran golongan darah A-B-O
dan rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam
Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010” adalah sebagai berikut :
Skema 1 : Kerangka konsep penelitian
2. Defenisi Operasional
Siswa SMA Negeri I yaitu seluruh siswa SMA Negeri 1 mulai dari kelas
1 sampai dengan kelas 3, frekuensi golongan darah adalah frekuensi golongan
darah yang diperiksa pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam berdasarkan
penggolongan sistem A-B-O dan Rhesus, golongan darah A yaitu golongan darah
yang memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya
dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya, golongan
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya,
golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. golongan darah O memiliki
sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B,
Rhesus adalah antigen D yang dijumpai pada sel darah merah, yaitu Rhesus
positif dan Rhesus negatif. Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang
mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah
BAB lV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain penelitian ini bersifat deskriptif yaitu dengan pendekatan studi
survei, untuk memberikan gambaran tentang golongan darah A-B-O dan Rhesus
pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten
Nias Selatan Tahun 2010.
2. Populasi ,Sampel dan Teknik Sampling
2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 1 Teluk
Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan kelas I dan II yang
berjumlah 402 orang
2.2. Sampel
Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten
Nias Selatan kelas I dan II. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. Pengambilan besar sampel adalah dengan rumus pengambilan sampel
secara acak :
N n =
402 n =
402 (0,1² )+ 1
n = 80 sampel
Keterangan :
n = Besar sampel yang diinginkan
N = Besar populasi = 402 orang
d² = Presisi (ketelitian) untuk mengukur kesalahan standard dari
estimasi
( Nursalam, 2008).
2.3. Teknik Sampling
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
probability sampling, dimana semua anggota populasi mempunyai
kemungkinan/peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Penelitian
menggunakan cluster sampling kemudian dikelompokkan berdasarkan jumlah
murid di kelas I dan II dan dilanjutkan dengan cara stratified random sampling
(Sugiyono, 2008). Kriteria sampel yang digunakan adalah bersedia menjadi
3. Lokasi dan waktu penelitian
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk
Dalam Kabupaten Nias Selatan.
3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai bulan April 2010 – Agustus 2010.
4. Pertimbangan Etik
Semua penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek, harus
disertai dengan pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etika setempat
(Sastroasmoro. 1999). Adapun masalah etika yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Informed Consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
2. Kerahasiaan (Confidentiality), merupakan kerahasiaan dari identitas
responden penelitian.
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari bagian
pendidikan yaitu dekan selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk
mendapat izin penelitian kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Teluk Dalam
Kabupaten Nias Selatan. Setelah mendapat izin dari kepala sekolah baru boleh
langsung ke responden. Kemudian peneliti memulai pengumpulan data dengan
diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan,peneliti menjelaskan maksud, tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.
Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan dapat
dinyatakan secara lisan. Responden berhak untuk menolak terlibat dalam
penelitian ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data. Setelah
responden memahami serta menerima maksud dan tujuan penelitian, maka
responden secara sukarela menandatangani lembar persetujuan.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama lengkap, tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi
kode pada masing-masing lembar pengumpulan data. Data-data yang diperoleh
semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak akan
dipublikasikan pada pihak lain.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan alat dan bahan (sediaan)
laboratorium untuk memeriksakan semua golongan darah yang diambil sebagai
sampel.
5.1 Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah darah kapiler,
serum anti-A, serum anti-B, serum anti-AB, serum anti-D, kapas kering, alkohol
5.2 Alat .
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lanset steril,
kaca objek, dan mikroskop
6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan golongan darah dan rhesus
yaitu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, mengambil darah kapiler
responden pada ujung jari dengan cara bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol
70% dan biarkan sampai kering. Setelah itu pegang bagian yang akan ditusuk
supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang. Kemudian di
tusuk dengan cepat menggunakan lanset steril dengan arah tegak lurus pada garis
sidik kulit jari. Buang tetes darah yang pertama keluar dengan kapas kering,tetes
darah berikutnya dipakai untuk pemeriksaan.
Pada bagian kiri kaca objek pertama ditetesi 1 tetes serum anti-A dan
disebelah kanan 1 tetes serum anti-B dan kaca objek yang kedua, pada bagian kiri
ditetesi 1 tetes serum anti-AB dan bagian kanan ditetesi 2 tetes serum anti-D lalu
setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan ujung lidi,
goyangkan kaca objek dengan membuat gerakan lingkaran dan perhatikan jika
adanya aglutinasi dengam mata belaka dan benarkan dengan pendapat itu dengan
memakai mikroskop.
Jadi pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran secara biofisiologis
dengan instrumen In-Vitro yaitu melakukan pengambilan sampel darah pada
(Nursalam, 2008). Dan melibatkan seorang dokter dan analis laboratorium agar
data yang diperoleh valid.
7. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data yang
dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan data primer. Data yang
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
mengenai Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus Pada Siswa SMA
Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan pada
tanggal 16-19 Juni 2010. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 80
orang siswa SMA.
1.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik berdasarkan
jenis kelamin pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias
Selatan, paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 44 orang (55%) dan
paling sedikit berjenis kelamin laki-laki yaitu 36 orang (45%). Hal ini dapat
dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
0% 50% 100%
1.2 Gambaran Golongan Darah A-B-O Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran golongan darah ABO
pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan,
paling banyak mempunyai golongan darah O yaitu 63 orang (78, 75%), golongan
darah B sebanyak 14 orang (17, 50%) dan paling sedikit golongan darah A
sebanyak 3 orang (3, 75%). Hal ini dapat dilihat pada grafik 2 berikut ini :
Grafik 2. Distribusi Golongan Darah A-B-O Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Hasil penelitian pada tanggal 16 – 19 Juni 2010 diperoleh gambaran
golongan darah berdasarkan jenis kelamin. Golongan darah A sebanyak 3 orang
(3, 75%) dengan jenis kelamin perempuan, golongan darah B dengan jenis
kelamin perempuan, golongan darah O dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
27 orang (33, 75%) dan 36 orang (45%) dengan jenis kelamin perempuan,
sedangkan golongan darah AB tidak ada. Hal ini dapat dilihat dengan lebih jelas
pada grafik berikut ini :
Grafik 3. Distribusi Golongan Darah A-B-O Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
1.3 Gambaran Golongan Darah Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran golongan darah rhesus
pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
seluruhnya rhesus positif yaitu 80 orang (100%). Hal ini dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
Grafik 4. Distribusi Golongan Darah Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2. Pembahasan
2.1. Gambaran Golongan Darah A-B-O Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan darah
A-B-O dan Rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk
Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2010.
Hasil penelitian pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk Dalam
Kabupaten Nias Selatan menunjukkan paling banyak mempunyai golongan darah
O yaitu 63 orang (78, 75%), kemudian golongan darah B sebanyak 14 orang
(17, 5%) dan paling sedikit golongan darah A sebanyak 3 orang (3, 75%). Hal ini
berbeda dengan data yang menyatakan bahwa golongan darah orang Indonesia
pada umumnya adalah B (Darmawati dkk, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Darmawati dkk, yang dilaksanakan dari
tanggal 20 November 2001 sampai 29 Februari 2002 pada siswa SMUN 1 suku
bangsa Melayu di kecamatan Rupat kabupaten Bengkalis provinsi Riau dengan
jumlah sampel 121 orang diperoleh hasil golongan darah yang paling banyak
adalah golongan darah “B” 59 orang (48, 8%), kemudian golongan darah “O” 33
orang (27,3%), golongan darah “A” 22 orang (18,2%) dan paling sedikit
golongan darah “AB” 7 orang (5,7%) (Darmawati dkk, 2005).
Terdapat perbedaan distribusi golongan darah ABO di kabupaten
Bengkalis provinsi Riau, dimana golongan darah yang terbanyak adalah B
kemudian diikuti oleh golongan darah O sedangkan pada kabupaten Nias Selatan
penduduk daerah kabupaten Bengkalis adalah suku melayu yang mata
pencahariannya adalah berladang sayur-sayuran, padi dan buah-buahan,
berdagang, dan menangkap ikan serta merupakan penghasil minyak bumi dan gas
yang terbesar di Indonesia (Depnakertrans, 2001). Sedangkan masyarakat
kabupaten Nias Selatan dahulunya adalah pemburu , berladang dengan menanam
padi dan karet serta menangkap ikan. Hingga saat ini mayoritas masyarakat Nias
Selatan dalam tiap-tiap keluarga tetap berternak babi dalam jumlah besar maupun
sedikit. Sedangkan sayur-sayuran untuk kebutuhan masyarakat lebih banyak
didatangkan dari luar daerah (Harmmerle, 2001)
Penelitian Imranud Din Khattak dkk, dengan sampel sebanyak 22.897
orang pada populasi Swat Pakistan menunjukkan golongan darah yang terbanyak
adalah golongan darah “B” 7.415 orang (32,4%), kemudian golongan darah “O”
6.665 orang (29,1%), golongan darah “ A” 6.395 orang (27,9%) dan yang paling
sedikit golongan darah “AB” 2.422 orang (10,6%) (Khattak dkk, 2008).
Hasil penelitian Zinaye Tekeste dan Beyene Petros di negara Ethiopia
menunjukkan bahwa dari sampel 400 orang, diperoleh hasil golongan darah yang
paling banyak adalah golongan darah “O” sebanyak 159 orang (39, 7%),
kemudian golongan darah “A” 120 orang (30%), golongan darah “B” 73 orang
(18, 3%), dan yang paling sedikit adalah golongan darah “AB” 48 orang (12%)
(Zinaye Tekeste dkk, 2010).
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Odokuma dkk, pada mahasiswa
universitas Abraka Nigeria dengan sampel sebanyak 795 orang dan diperoleh
( 18, 6%), golongan darah “O” 455 orang (57,3%) dan golongan darah ”AB” yaitu
17 orang (2, 1%) (Odokuma dkk, 2007).
Di dalam bukunya Dr. Peter J.D’Adamo mengatakan bahwa berdasarkan
sejarah evolusi sekitar 50.000 sampai 25.000 tahun SM, nenek moyang kita
memiliki tipe darah yang sama, yakni O. Mereka ini adalah para pemburu sejati.
Setiap hari makanan pokoknya daging. Namun, pada sekitar tahun 25.000 sampai
15.000 SM, ketika gaya hidup manusia berubah dari pemburu menjadi peramu
dan kemudian agraris, muncullah tipe darah A, sebagai penyesuaian atas
kebiasaan yang ada. Kemudian, akibat percampuran dari berbagai ras dan
terjadinya migrasi dari Afrika ke Eropa, Asia, dan Amerika, tipe darah B muncul.
Selanjutnya di zaman modern yang sudah penuh dengan bermacam manusia, tipe
darah AB baru ada (Kusan, 2010).
Frekuensi dan penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di
dunia tergantung populasi atau ras (Fitri, 2007). Dibeberapa Negara diperoleh data
bahwa golongan darah O yang paling banyak kemudian disusul oleh golongan
darah A. Negara-negara tersebut adalah Arab Saudi (52% dan 24%) , Australia
(49% dan 38%), Inggris (47% dan 42%), Chine (44% dan 26%), Amerka Serikat
(44% dan 42%) (Hossain, Ataturk, Ekram, Azad, 2004). Di negara lain diperoleh
data yang terbalik bahwa golongan darah yang terbanyak adalah golongan darah
A dan kemudian golongan darah O, negara tersebut adalah Israel (40% dan 38%),
Jerman (43% dan 41%), Jepang (40% dan 30%), Turki (43,8% dan 30,8%) dan
Golongan darah B yang paling tinggi jumlahnya dapat ditemukan di negara
Pakistan (38%) dan India (37,6%) (Bashawri, Ahmed, Al-mulhim, Ahmed, 2001).
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel
darah merah (Fitri, 2007).
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O ditentukan oleh
sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orangtua. Setiap golongan darah dapat
dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah
merah (Australia Red Cross, 2008).
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibody terhadap antigen A dan B, golongan darah A memiliki sel
darah merah dengan antigen A dipermukaan membran selnya dan menghasilkan
antibody terhadap antigen B dalam serum darahnya, golongan darah B memiliki
antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen A dalam serum darahnya dan individu dengan golongan darah
AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan
antibodi terhadap antigen A maupun B (Alrasyid, 2010).
2.2. Gambaran Golongan Darah Rhesus Pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan
Rhesus merupakan penggolongan atas ada atau tidak adanya antigen-D.
Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak
perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi
Golongan darah rhesus pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Teluk
Dalam Kabupaten Nias Selatan seluruhnya rhesus positif yaitu 80 orang (100%).
Penelitian Imranud Din Khattak dkk, dengan sampel sebanyak 22.897
orang pada populasi Swat Pakistan menunjukkan bahwa golongan darah rhesus
positif sebanyak 90, 13% dan rhesus negative 9, 87% (Khattak dkk,
2008).
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Odokuma dkk, pada mahasiswa
universitas Abraka Nigeria dengan sampel sebanyak 795 orang dan diperoleh
hasil golongan darah rhesus positip adalah 98, 24% dan rhesus negative 1, 76%
(Odokuma dkk, 2007).
Hasil penelitian di Nigeria oleh Idowu Oluwadare pada tahun 2006
menunjukkan bahwa golongan darah rhesus positif sebanyak 93, 35% dan rhesus
negatif sebanyak 6, 65% (Oluwadare, 2008).
Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen
pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak
mempunyai rh-antigen pada eritrositnya.
Jumlah orang dengan rhesus negatif relatif lebih sedikit jumlahnya. Pada
orang kulit putih, rhesus negatif hanya sekitar 15%, pada orang kulit hitam sekitar
5%, dan pada orang asia bahkan hampir seluruhnya merupakan orang dengan
rhesus positif. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi, kecuali
adanya perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid. (2010). Golongan Darah. 17 April 2010. Dibaca pada http://forum.upi.edu.com
Azmielvita dkk. (2009). Genetika Dasar. FK UNRI 7 April 2010. Dibaca pada
Australia Red Cross. (2008). Blood Groups, 8 April 2010. Dibaca pada http://www.Bloodservice.com
Budi. (2009). Golongan Rhesus. 7 April 2010. Dibaca pada http://bali.stitidharma.org
Bashawri, Ahmed, Al-mulhim, Ahmed. (2001). Frequency of ABO blood groups in the Eastern region of Saudi Arabia, Jurnal Saudi Med Vol. 22(11):1008-1012, 12 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.smj.org.sa
Darmawati dkk. (2005). Frekuensi dan Penyebaran Alel Golongan Darah A B O Siswa SMUN 1 Suku Bangsa Melayu di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Riau , Jurnal Biogenesis Vol. 1(2):66-69,7 April 2010. Dibaca pada http://biologi-fkip.unri.ac.id
Depnakertrans. (2001). Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis, Bengkalis. 20 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.depnakertrans.go.id
Fitri. (2007). Manfaat Mengetahui Golongan Darah. 8 April 2010. Dibaca pada http://www.wikimu.com
Gandasoebrata. (2008). Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta : Dian Rakyat.
Harmmerle. (2001). Asal Usul Masyarakat Nias, Gunungsitoli : Yayasan Pusaka Nias.
Hossain, Ataturk, Ekram, Azad. (2004). Study on ABO & Rhesus Blood Groups in Rajshahi Medical College Hospital, The Journal of Teachers Association RMC Vol.17(1):38-40, 15 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.rmctaj.com
Khattak dkk. (2008). Frequency of ABO and Rhesus Blood Groups In District Swat Pakistan, Jurnal Ayub Med Coll Abottabad Vol. 20(4). 14 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.ayubmed.edu.pk
Nursalam. (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
Odokuma dkk. (2007) Distrubution of ABO and Rhesus Blood Groups In Abraka Delta State, Nigerian Journal of Physiological Sciences 22 (1-2): 89-9. 13 Oktober 2010. Dibaca pada http://www.bioline.org.br
Oluwadare dkk. (2008) ABO and Rhesus ‘D’ blood type distribution in students admitted into Moshood Abiola Polytechnic Abeokuta Nigeria in 2006, African Journal of Biotechnology Vol. 7 (11), 1641-1643. 15 Oktober 2010. Dibaca pada http://ajol.info/index.php/ajb/article
Pearce. (1979). Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT. Gramedia
Sastroasmoro, S. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi III., Jakarta: Binarupa Aksara.
Subowo. (2002). Histologi Umum, Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta
Watson.(2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, Edisi 10, Jakarta : EGC.
Widjajakusumah. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bernama Yarniwati Hondro / 081121034 adalah mahasiswa
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian tentang “Gambaran Golongan Darah ABO dan Rhesus Pada
Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias
Selatan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiaatan dalam menyelesaikan
tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan siswa
berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberikan
dampak negatif, kerahasiaan catatan mengenai data siswa sebagai responden juga
dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan hasil yang
diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika
bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti
kesukarelaan.
Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Terima kasih atas
partisipasinya dalam penelitian ini.
Medan, Juni 2010
Responden
TAKSASI DANA
Pengumpulan Materi
1. Beli buku Rp. 300.000,-
2. Print dan penggandaan Rp. 100.000,-
Pengumpulan Data
1. Serum anti-A,B,AB dan D Rp. 650.000,-
2. Lanset Rp. 60.000,-
3. Objek glass Rp. 30.000,-
4. Konsumsi responden Rp. 350.000,-
5. Fotocopy Rp. 30.000,-
Ujian
1. Biaya print dan penggandaan Rp. 250.000,-
2. Lain-lain Rp. 400.000,-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yarniwati Hondro
Tempat/Tanggal Lahir : Onohondro, 17 Desember 1979
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Saonigeho Km. 1 Kecamatan Teluk Dalam
Kabupaten Nias Selatan
Pendidikan : SD Tohia (1986-1992)
SMP Negeri 1 Gunungsitoli (1992-1995)
SMA Negeri 1 Gunungsitoli (1995-1998)
Akper Depkes RI Medan (1998-2001)