Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama : Evy C.M. Simanjuntak NIM : 061101051
Jurusan : S1 Keperawatan Tahun : 2009/2010
Tanggal Lulus: 30 Juni 2010
Pembimbing Penguji I
Dudut Tanjung, M.Kep, Sp.KMB Mula Tarigan S.Kp, M.Kes NIP. 19731015 200112 1 002 NIP. 19741002 200112 1 001
Penguji II
Rika Endah Nurhidayah S.Kp. MPd
NIP. 1976120 2000120 2 001
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, 1 Juli 2010 Pembantu Dekan I
Erniyati, S.Kp, MNS
Prakata
Segala puji dan hormat hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah memberkati dan memberi anugerah yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Efektivitas Edukasi terhadap Pelaksanaan Ambulasi dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di RSUP H. Adam Malik Medan”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes., selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dudut Tanjung, M.Kep., Sp.KMB., selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen penguji I yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi.
4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes., selaku dosen Penguji II yang telah banyak memberi masukan dan saran-saran kepada penulis.
6. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep., selaku dosen pembimbing akademik.
7. Bapak Dr. H. Djamaludin Sambas, MARS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, beserta seluruh staf dan pasien yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Kepada kak Nova Mega Yanty, sahabat-sahabatku Ana Ria Silaban, Agnes Malau, Erika Sembiring, Efelyna Nababan, Merlyn Napitupulu, Paula Situmorang, dan teman satu kostku Adeq Nasution, Sri Saragih, Desi Fachrianty trima kasih atas semangat, dukungan, bantuan dan informasi yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.
Semoga kebaikan semuanya mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yesus Kristus. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
2.1.3 Pentingnya Edukasi dalam Keperawatan ... 8
2.2 Kepatuhan ... 10
2.2.1 Definisi Kepatuhan ... 10
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ... 11
2.3.1 Definisi Ambulasi ... 12
2.3.2 Manfaat Ambulasi Dini ... 13
2.3.3 Persiapan Ambulasi Dini ... 14
2.3.4 Alat yang Digunakan untuk Ambulasi ... 15
2.3.5 Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah ... 16
2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
4.2.1 Populasi ... 25
4.5.2 Lembar Observasi Kepatuhan ... 29
4.7 Analisa Data ... 30
4.7.1 Statistik Deskriptif ... 31
4.7.2 Statistik Inferensial ... 31
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
5.1 Hasil Penelitian ... 33
5.1.1 Analisis Karakteristik Responden ... 33
5.1.2 Analisis Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah ... 36
1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan
2. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data di RSUP H. Adam Malik
3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 4. Kuesioner Data Demografi
Halaman
1. Kerangka Konseptual dalam Penelitian Efektifitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini pada Pasien
Pasca Operasi Ekstremitas Bawah... 22
Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden
di RSUP H. Adam Malik Medan ... 35 Tabel 5.2 Chi Square Efektivitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan
Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi
Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah postest only control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel 41 orang, 23 orang kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Maret 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu Chi Square. Berdasarkan hasil analisa statistik, hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18 orang (41,86 %) dan semuanya adalah kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan standar prosedur pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.
Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah postest only control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel 41 orang, 23 orang kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Maret 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu Chi Square. Berdasarkan hasil analisa statistik, hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18 orang (41,86 %) dan semuanya adalah kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan standar prosedur pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008). Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi emboli paru-paru (Roper, 2002). Terapi ambulasi yang dilakukan pada pasien pasca operasi adalah mobilisasi, latihan ROM aktif dan pasif, latihan fungsional dan rekreatif, latihan duduk dan keseimbangan, latihan aktifitas kegiatan sehari-hari serta latihan berjalan menggunakan alat-alat mekanik (Carpenito, 2000).
Manfaat ambulasi adalah: (1) mencegah infeksi paru (2) mencegah kehilangan mobilitas sendi (kontraktur) dan kehilangan tonus otot dan tulang (3) mencegah konstipasi dan dekubitus (4) membantu mempertahankan kekuatan dan fungsi otot dan sendi (5) meminimalkan kerusakan kardiovaskuler (6) mencegah osteoporosis disuse (Brunner & Suddarth, 2002; Wahyuningsih, 2005).
Pasien yang membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi, maka pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 1987). Keterlambatan ambulasi dini pada pasien akan menyebabkan kontraktur yang permanen, kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan aktifitas (Wahyuningsih, 2005). Jika hal di atas tidak ditanggulangi maka akan memperpanjang proses pemulangan pasien dan berakibat fatal pada pembedahan kembali (Potter & Perry, 2006).
Kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan ortopedi (Brunner & Suddarth, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat untuk melakukan ambulasi secara dini disebabkan oleh rasa nyeri yang dirasakan, kekhawatiran kalau tubuh yang digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang belum sembuh, robekan di tempat luka serta pembedahan kembali jika terjadi pergeseran struktur tulang (Kusmawan, 2008). Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi juga menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006).
kepatuhan melakukan ambulasi dini berupa penjelasan, latihan, dukungan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2006).
Edukasi merupakan suatu usaha atau cara yang efektif untuk mempengaruhi psikologi sasaran sehingga mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan. Edukasi juga memberikan keterampilan dan kemampuan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003).
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan RB3 RSUP H. Adam Malik Medan, didapat informasi bahwa edukasi selalu diberikan kepada pasien. Edukasi dilakukan oleh perawat dan dokter yang sedang bertugas. Beliau juga mengatakan bahwa ambulasi selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien dan berkolaborasi dengan keluarga pasien. Pasien yang diberikan edukasi ada yang patuh untuk melakukan ambulasi dini tetapi ada juga yang tidak patuh untuk melakukan ambulasi dini.
Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk mencoba mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Sejauhmana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pelayanan Keperawatan
1.4.2 Penelitian Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Edukasi
2.1.1 Definisi Edukasi
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan
Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).
Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Suliha, 2002).
Pelaksanaan edukasi dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan edukasi, implementasi edukasi, evaluasi edukasi, dan dokumentasi edukasi (Suliha, 2002).
2.1.2 Tujuan Edukasi
Menurut Notoatmodjo (1997) tujuan edukasi adalah:
a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Tujuan edukasi di atas pada dasarnya dapat disimpulkan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri, dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Suliha, 2002).
2.1.3 Pentingnya Edukasi dalam Keperawatan
Pentingnya edukasi dalam keperawatan dapat digambarkan seperti yang dikemukakan Notoatmodjo (1997) tentang hubungan status kesehatan, perilaku dan edukasi dengan memodifikasi konsep Blum dan Green seperti pada gambar berikut ini:
Keturunan
Pelayanan Status Kesehatan Lingkungan Kesehatan
Perilaku
Proses Perubahan
Predisposing Factors Enabling Factors Reinforcing Factors (Pengetahuan, Sikap, (Ketersediaan Sumber Daya) (Sikap dan Perilaku
Tradisi, dan Nilai) Petugas Kesehatan)
Komunikasi Penyuluhan Pemberdayaan Training Masyarakat Pengembangan Pemasaran Sosial
Edukasi (Dalam Keperawatan)
Skema tersebut menggambarkan empat faktor yang mempengaruhi “Status Kesehatan” individu dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan saling berinteraksi satu sama lain.
a. Faktor keturunan: merupakan kondisi yang ada pada manusia serta organ manusia yang ada, misalnya pada keluarga yang menderita diabetes. b. Faktor pelayanan kesehatan: petugas kesehatan berupaya dan bertanggung
jawab memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat, mutu pelayanan yang profesional akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
c. Faktor perilaku: perilaku bisa dari individu tersebut dan dapat pula dipengaruhi dari luar misalnya pengaruh dari budaya, nila-nilai ataupun keyakinan yang ada dalam masyarakat.
2.3 Konsep Ambulasi Dini 2.3.1 Definisi Ambulasi
Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis (Hinchliff, 1999). Ambulasi adalah latihan aerobik yang paling berat dimana pasien yang dirawat di rumah sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien. Hal ini harus menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien (Berger & Williams, 1992).
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002). Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 1987).
2.3.2 Manfaat Ambulasi Dini
hipotensi ortostatik, phlebotrombosis, sistem respirasi; penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi/ perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun, sistem pencernaan; anoreksia, konstipasi, penurunan metabolisme, sistem perkemihan; menyebabkan perubahan pada eleminasi urine, infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria, sistem muskuloskeletal; penurunan massa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot, sistem neurosensoris; kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan saraf pada bagian distal, nyeri yang hebat (2) depresi (3) perubahan tingkah laku (4) perubahan siklus tidur (5) perubahan kemampuan pemecahan masalah.
2.3.3 Persiapan Ambulasi Dini
Persiapan latihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi, antara lain:
a. Latihan otot-otot quadriceps femoris dan otot-otot gluteal:
1) Kerutkan otot-otot quadriceps sambil berusaha menekan daerah popliteal. Seolah-olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk kasur sementara kakinya naik ke atas. Hitung sampai hitungan kelima. Ulangi latihan ini 10-15 kali.
b. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstremitas atas dan lingkar bahu: 1) Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat
2) Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman.
3) Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin.
4) Duduk di tempat tidur. Angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit(Asmadi, 2008).
2.3.4 Alat yang Digunakan Untuk Ambulasi
Banyak alat yang tersedia untuk membantu ketidakmampuan pasien melaksanakan ambulasi. Jenis dari alat dipilih dan lamanya waktu untuk menggunakan alat tersebut tergantung pada ketidakmampuannya. Terlebih dahulu terapis harus menentukannya apakah kekuatan otot pasien cukup dan mengkoordinasikannya dengan program ambulasi (Gartland, 1987).
Alat bantu yang digunakan untuk ambulasi adalah: (1) kruk; dapat digunakan sementara ataupun permanen, terbuat dari logam dan kayu, misalnya Conventional, Adjustable dan Lofstrand. Kruk biasanya digunakan pada pasien
fraktur hip dan ekstremitas bawah (2) Canes (tongkat) adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam, digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan pada satu kaki, terdiri dari dua tipe yaitu: single straight-legged dan quad cane (3) walker adalah suatu alat yang sangat
2.3.5 Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah Setiap sendi pasien dengan kondisi tirah baring harus dilatih dan digerakkan sesuai kemampuan geraknya untuk mempertahankan fungsinya. Hubungan terapeutik dapat membantu pasien berpartisipasi dalam program ambulasi yang telah dirancang. Program ambulasi dirancang sesuai kebutuhan masing-masing pasien, kesehatan umum fisik, dan dampak disabilitas sendi terhadap kehidupannya dan usia. Sasarannya adalah untuk mengembalikan pasien ke jenjang fungsi tertinggi dengan waktu sesingkat mungkin sesuai prosedur bedah yang dilakukan (Brunner & Suddarth, 2002).
Pasien biasanya mampu melakukan ambulasi bila mereka telah diyakinkan bahwa gerakan yang akan diberikan perawat selama masih dalam batas terapeutik sangat menguntungkan, ketidaknyamanan dapat dikontrol dan sasaran aktivitas pasti akan tercapai (Brunner & Suddarth, 2002). Pasien dengan ketidakmampuan ekstremitas bawah biasanya dimulai dari duduk di tempat tidur. Aktivitas ini seharusnya dilakukan 2 atau 3 kali selama 10 sampai dengan 15 menit, kemudian dilatih untuk turun dari tempat tidur dengan bantuan perawat sesuai dengan kebutuhan pasien (Lewis et al., 1998).
Tahapan pelaksanaan ambulasi dini yang dilakukan pada pasien pasca operasi yaitu:
b. Jika pasien merasakan nyeri, perawat harus memberikan medikasi pereda nyeri 20 menit sebelum berjalan, karena penggunaan otot untuk berjalan akan menyebabkan nyeri (Wahyuningsih, 2005).
c. Pasien diajarkan duduk di tepi tempat tidur, menggantungkan kakinya beberapa menit dan melakukan nafas dalam sebelum berdiri. Tindakan ini bertujuan untuk menghindari rasa pusing pada pasien.
d. Selanjutnya, pasien berdiri di samping tempat tidur selama beberapa menit sampai pasien stabil. Pada awalnya pasien mungkin hanya mampu berdiri dalam waktu yang singkat akibat hipotensi ortostatik. e. Jika pasien dapat berjalan sendiri, perawat harus berjalan dekat pasien
sehingga dapat membantu jika pasien tergelincir atau merasa pusing (Wahyuningsih, 2005; Stevens et al., 2000).
f. Perawat dapat menggandeng lengan bawah pasien dan berjalan bersama. Jika pasien tampak tidak mantap, tempatkan satu lengan merangkul pinggul pasien untuk menyokong dan memegang lengan paling dekat dengan perawat, dengan menyokong pasien pada siku. g. Setiap penolong harus memegang punggung lengan atas pasien
dengan satu tangan dan memegang lengan bawah dengan tangan yang lain.
i. Pasien diperkenankan berjalan dengan walker atau tongkat biasanya dalam satu atau dua hari setelah pembedahan. Sasarannya adalah berjalan secara mandiri.
j. Pasien yang mampu mentoleransi aktivitas yang lebih berat, dapat dipindahkan ke kursi beberapa kali sehari selama waktu yang singkat (Brunner & Suddarth, 2002).
Pembebanan berat badan (weight-bearing) pada kaki ditentukan oleh dokter bedah. Weight bearing adalah jumlah dari beban seorang pasien yang dipasang pada kaki yang dibedah. Tingkatan weight bearing dibedakan menjadi lima yaitu: (1) Non Weight Bearing (NWB): kaki tidak boleh menyentuh lantai. Non weight bearing adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 minggu
2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi pada pasien pasca operasi adalah:
a. Kesehatan umum
Penyakit, kelemahan, infeksi, penurunan aktifitas, kurangnya latihan fisik, dan lelah kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi muskuloskeletal (Kozier, 1987).
b. Tingkat kesadaran
Pasien dengan kondisi disorientasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
c. Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot, penurunan jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien juga akan mengalami defisiensi protein, keseimbangan nitrogen negatif, dan tidak adekuat asupan vitamin C (Potter & Perry, 2006).
d. Emosi
e. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan proses pengembangan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar. Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual, mengarahkan pada keterampilan yang lebih baik dalam menggunakan dan mengevaluasi informasi (Goldman, 2002).
Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan dan merubah perilaku yang tidak baik bagi mereka (WimGroot, 2005).
Jadi tingkat pendidikan mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah.
f. Pengetahuan
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Setiadi, 2007).
3.1.1 Edukasi
Edukasi dalam bidang keperawatan merupakan satu bentuk intervensi
keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik
(Suliha, 2002). Menurut Brunner dan Suddarth (2002), edukasi merupakan
komponen esensial dalam asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan
meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan status kesehatan, mencegah
penyakit, dan membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit.
3.1.2 Kepatuhan
Kepatuhan adalah sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan
yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kualitas interaksi antara profesional
kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat
Menurut DiNicola dan DiMatteo (1982) riset tentang faktor-faktor
interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan menunjukkan
pentingnya sensitifitas perawat terhadap komunikasi verbal dan nonverbal pasien,
dan empati terhadap perasaan pasien, akan menghasilkan suatu kepatuhan
sehingga akan menghasilkan suatu kepuasan. Dari penjelasan di atas didapat
kesimpulan pentingnya keterampilan interpersonal dalam memacu kepatuhan
pasien pasca operasi untuk melaksanakan ambulasi dini.
Dengan mensintesis konsep edukasi dan kepatuhan pasien pasca operasi
melaksanakan ambulasi dini, disusunlah suatu kerangka konsep sebagai berikut:
Skema 2. “Kerangka Konseptual dalam Penelitian Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah
yang telah
ditetapkan.
3.3 Hipotesa Penelitian
3.3.1 Terdapat perbedaan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini post edukasi pada
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa
sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian
(Setiadi, 2007). Penelitian ini menggunakan desain penelitian Postest Only
Control Group Design. Desain dalam penelitian ini menggunakan kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Terlebih dahulu kelompok intervensi diberikan
edukasi kemudian dilakukan postest pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi untuk melihat perbedaan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada
kedua kelompok tersebut.
Kelompok Edukasi Postest
Intervensi (I1) X I2
Kontrol (K1) - K2
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pasca operasi
ekstremitas bawah yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Dari hasil
survey awal yang dilakukan pada bulan Oktober 2009, populasi pasien pasca
4.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik
“Purposive Sampling”, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/
masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Setiadi, 2007).
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus:
N.z2.p.q
n =
d (N-1) + z.p.q
Keterangan:
n = perkiraan jumlah sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 %
q = 1-p (100 % - p)
D = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
(Zainudin, 2000 dalam Nursalam, 2003)
sehingga didapat sampel sebanyak :
210.(1,96)2.0,5.0,5
0.05(210-1)+1,96.0,5.0,5
Peneliti menggunakan rumus di atas karena jumlah populasi ˂ 1000.
Jumlah sampel yang didapat dengan menggunakan rumus di atas adalah 18 orang.
Kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan
diteliti (Nursalam, 2003). Karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang
layak untuk diteliti terdiri dari:
a. Pasien pasca operasi ekstremitas bawah dengan kondisi yang mendukung
untuk dilakukannya ambulasi dini.
b. Kesadaran compos mentis
c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
d. Dapat berbahasa Indonesia dengan baik.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan. Adapun rumah sakit dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian, karena
rumah sakit ini adalah rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi diantara
rumah sakit umum di Sumatera Utara, sehingga diperkirakan akan didapat subjek
penelitian yang mewakili kota Medan. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan
mulai dari bulan Januari-Maret 2010.
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Fakultas
Keperawatan USU dan direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Peneliti mengakui
hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk
dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu
harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Concent). Jika responden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik
adalah sebagai berikut:
a. Informed Concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati hak-hak subjek.
b. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
c. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien.
4.5.1 Data Demografi
Data demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tingkat pendidikan, suku bangsa. Data demografi ini bertujuan untuk membantu
peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap
penelitian ini.
4.5.2 Lembar Observasi Kepatuhan
Hasil pengukuran kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol diperoleh dari lembar observasi dengan 5 objek
pengamatan (1-5) yang dilakukan peneliti untuk mengamati pelaksanaan ambulasi
dengan membuat tanda checklis pada kolom “ya” jika ambulasi dilaksanakan dan
“tidak” jika ambulasi dini tidak dilaksanakan. Ambulasi dikatakan terlaksana jika
ke 5 tahapan dilakukan, yang terdaftar pada lembar observasi terpenuhi
(Nova,2009).
4.6 Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian
Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data
penelitian.
Peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang telah dibuat
sebelumnya. Kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang
tujuan, dan manfaat sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat. Calon
responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (Surat
Persetujuan). Responden yang tidak mampu menandatangani informed consent
karena kelemahan yang dialaminya, maka persetujuan dapat diisi oleh peneliti
dengan melakukan wawancara pada responden atau keluarga. Kemudian edukasi
diberikan kepada kelompok intervensi tetapi pada kelompok kontrol tidak
diberikan. Setelah diberikan edukasi pada kelompok intervensi, kepatuhan kedua
kelompok diobservasi.
4. 7 Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data
yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil
kuesioner dari peneliti kepada pasien pasca operasi dan lembar observasi terhadap
kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini.
Setelah data terkumpul maka peneliti akan melakukan analisa data
melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data,
selanjutnya entry dengan memasukkan data ke komputer dan dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi analisis statisitik.
4.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisa hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan
data-data demografi dan lembar observasi kepatuhan post edukasi dalam bentuk tabel.
4.7.2 Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel
itu diambil. Penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik yang digunakan
untuk menganalisis data nominal yang diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
Pada penelitian ini, statistik inferensial digunakan untuk menganalisis
perbedaan kepatuhan post edukasi. Adapun uji inferensial yang dipakai adalah: uji
Chi Square (X2) yaitu uji digunakan untuk membandingkan kepatuhan
melaksanakan ambulasi dini post edukasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Menurut A.Aziz Alimul H (2007) dari uji Chi Square tersebut akan
diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian.
alpha ( α = 0,05). Bila nilai p ˂ α, maka keputusannya adalah Ha ditolak
sedangkan bila nilai p > α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak.
Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran Ha, yaitu
terdapat efektivitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasca
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 41 pasien pasca operasi
ekstremitas bawah di RSUP H.Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini
menguraikan bagaimana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan
ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.
5.1Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini
menguraikan gambaran data demografi responden dan efektifitas edukasi terhadap
kepatuhan melaksanakan dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di
RSUP H.Adam Malik Medan.
5.1.1 Analisis Karakteristik Responden
Peneliti menggunakan statistik analisis univariat untuk mendiskripsikan
data demografi responden. Analisis ini mendiskripsikan distribusi frekuensi dan
presentase karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, dan suku bangsa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol,
responden pada kelompok ini adalah pedagang yaitu 10 orang (55,6%), mayoritas
tingkat pendidikan adalah SMA/ sederajat adalah 10 orang (55,6%), dan
mayoritas suku bangsa responden adalah jawa yaitu 8 orang (44,4%). Pada
kelompok intervensi, mayoritas responden berusia 30-39 tahun yaitu 7 orang
(30,4%) dan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 19 orang
(82,6%). Mayoritas pekerjaan responden pada kelompok ini adalah pedagang
yaitu 10 orang (43,5%), mayoritas tingkat pendidikan adalah SMA/ sederajat
adalah 11 orang (47,8%), dan mayoritas suku bangsa responden adalah batak yaitu
Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
5.1.2 Analisis Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi
Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah
Pada penelitian ini digunakan statistik analisis bivariat yaitu uji inferensial
Chi Square. Uji inferensial Chi Square ini digunakan untuk melihat efektifitas
edukasi terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.
Dari hasil penelitian, perbedaan pelaksanaan ambulasi dini pada kelompok
intervensi dan kontrol sangat signifikan. Ini terlihat pada jumlah kelompok
intervensi yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18, sedangkan kelompok
kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.2 Chi Square Efektivitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini
Kelompok Ambulasi
X2 p-value
Terlaksana Tidak Terlaksana
Intervensi 18 5
25,11 0,000
Kontrol 0 18
5.2 Pembahasan
Edukasi adalah proses komunikasi yang aktif yang membangun hubungan
kepercayaan dan rasa hormat yang memelihara sebuah hubungan antara pasien
dan perawat profesional. Edukasi dapat memfasilitasi terjadinya pertukaran
informasi sehingga hubungan itu sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan
dan kendala dapat diidentifikasi dan diatasi. Edukasi pada pasien dapat
digambarkan sebagai sebuah pembelajaran untuk menciptakan hubungan antara
perawat dan pasien. Edukasi memiliki fungsi yang penting dan menjadi
pertanggungjawaban dari perawat pada setiap level pelayanan perawatan
(Morisky, 2002).
Kepatuhan berarti kekuasaan yang berbeda antara pasien dan tenaga
kesehatan profesional. Itu mengharuskan pasien secara pasif mengikuti
rekomendasi dan berarti berada di bawah kekuasaan, lebih baik mengikuti rencana
pengobatan yang didasarkan pada usaha kolaborasi antara pasien dan tenaga
profesional (Oeterberg & Blaschke, 2005, Steiner & Ernest, 2000). Kepatuhan
untuk melakukan rekomendasi medis adalah sebuah sikap multifaktorial dan
menuntut respon multifaktorial. Oleh karena itu, strategi untuk mendorong
kepatuhan tidak hanya faktor infrafisik seperti pengetahuan dari aturan
pengobatan, keuntungan pengobatan, ukuran subjektif, dan sikap terhadap
kebiasaan pengobatan, serta lingkungan dan faktor sosial seperti hubungan
interpersonal antara petugas kesehatan dan pasien serta dukungan dari anggota
Hasil penelitian yang dilakukan pada 114 pasien fraktur femur di Amerika
Serikat menunjukkan, 98 pasien (86%) tidak melaksanakan ambulasi dini setelah
48 jam pasca operasi. Dengan menggunakan sistem rekomendasi dari
Perhimpunan Bedah Orthopaedic Amerika yang dilaksanakan pada pasien,
diperoleh peningkatan kepatuhan pasien pada ambulasi dini yang aktif (Small,
1995).
Pendekatan edukasi dapat meningkatkan kepatuhan dimulai dengan
menyediakan pasien sebuah pengertian pentingnya rekomendasi pengobatan.
Petugas kesehatan melaksanakannya dengan kata-kata dan menulis instruksi,
kemudian secara rutin melihat peningkatan tingkat kepatuhan di antara pasien
mereka (Henry, 2000).
Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang
pentingnya ambulasi dini pasca operasi menjadi salah satu faktor penghambat
pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006). Dengan edukasi maka tingkat
pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi akan
meningkat sebab pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk
mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan dan merubah
perilaku yang tidak baik bagi mereka (WimGroot, 2004).
Upaya untuk meningkatkan kepatuhan ambulasi dini pasca operasi
ekstremitas bawah melalui edukasi seharusnya lebih dioptimalkan lagi karena
tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Suliha,
2002). Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi
keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.
Dengan mengoptimalkan edukasi ini maka akan didapat hasil yang maksimal
untuk meningkatkan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca
operasi ekstremitas bawah sehingga pasien mampu secara mandiri
mempertahankan kesehatan dan menghindarkan penurunan derajat kesehatan
pasien khususnya pada pasien fraktur (Suliha, 2002)
Dari hasil penelitian menunjukkan bagaimana kepatuhan melaksanakan
ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah yaitu kepatuhan
meningkat pada pasien yang diberi edukasi meskipun terdapat beberapa pasien
yang tidak melaksanakan ambulasi dini pasca operasi. Hal ini disebabkan oleh
faktor internal yaitu perasaan takut dari pasien itu sendiri dan faktor eksternal
seperti keterlambatan menerima alat bantu ambulasi. Sedangkan kepatuhan pada
pasien yang tidak mendapat edukasi menurun bahkan terdapat pasien sama sekali
tidak melaksanakan ambulasi dini. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
secara umum edukasi efektif menjadi salah satu faktor dalam peningkatan maupun
penurunan pelaksanaan ambulasi dini.
Hasil penelitian efektifitas edukasi terhadap pelaksanaan ambulasi dini
pasca operasi ekstremitas bawah menunjukkan bahwa edukasi sangat efektif
edukasi yaitu mengajarkan orang untuk hidup dalam kondisi yang terbaik yaitu
berusaha keras untuk mencapai tingkat kesehatan yang maksimal dan mendorong
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji stastistik Chi-square diperoleh bahwa nilai p-value
0,000. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap kepatuhan
melaksanakan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah.
6.2 Saran
6.2.1 Pelayanan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi dapat meningkatkan
kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini, sehingga diharapkan perawat yang
bekerja di bangsal orthopaedic memberikan edukasi kepada pasien pasca operasi
ekstremitas bawah.
RSUP H.Adam Malik seharusnya menyusun prosedur tetap atau standar
mengenai pemberian edukasi terhadap pasien pasca operasi khususnya di bangsal
orthopaedic sehingga perawat memiliki acuan untuk memberikan edukasi kepada
pasien.
6.2.2 Penelitian Selanjutnya
Untuk rekomendasi, diharapkan peneliti selanjutnya memperbanyak
sampel penelitian, memperluas ruang lingkup penelitian yang lebih mewakili
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan; Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien, Jakarta: Salemba Medika.
Anwar. (1996). Patient education a proactive element of health care practise. Diambil tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.articlesbase.com/health- articles/patient-education-a-proactive-element-of-healthcare-practice-1871351.htm.
Bastable. (2002). Perawat sebagai pendidik; Prisip-prinsip pengajaran dan pembelajaran, Jakarta: EGC.
Berger & Williams. (1992). Fundamental of nursing: collaborating for optimal health, USA: Apleton & Lange.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8., Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan; Aplikasi pada praktik klinis, Edisi 6., Jakarta: EGC.
Dahlan, M.S. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan, Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Falvo, Donna R. (2005). Effective patient education : a guide to increased adherence (4th ed). Diambil tanggal 20 Mei 2010 dari http://books.google.co.id/books?id=l_u9RMbHukkC&printsec=frontcove
Gartland, J.J. (1987). Fundamentals of orthopaedics (4th ed), USA: W.B Saunders Company.
Hays, R.D. (2000). The medical outcomes-study (MOS); Measures of patient adherence. Diambil tanggal 22 Oktober 2009 dari
http://www.rand. org/publications /MR/ M / 162/
Henry, Leigh Ann. (2000). Increasing patient education effectiveness. Diambil
pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.aafp.org/fpm/980900fm/pated.html
Hinchliff, S. (1999). Kamus keperawatan, Edisi 17., Jakarta : EGC.
Kozier, B & Ebr, G. (1987). Fundamentals of nursing; Consepts and procedures (3th ed), California: Addison-Wesly.
Lewis et al. (1998). Medical surgical nursing; Assesment and management of clinical problem (5th ed). Philadelphia: Mosby.
Mega, N.Y. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah di rindu B3 RSUP H.Adam Malik Medan. Medan: tidak untuk dipublikasikan.
Morisky, D.E. (2000). Causes of Nonadherence. Diambil pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.novelguide.com/a/discover/eph.
Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan; Pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan lain, Edisi 2., Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset.
Notoatmodjo, S. (1997). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Pierson, F. (2002). Principles and techniques of patient care (3th ed). Diambil
pada tanggal 24 Oktober 2009 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Weight_bearing
Roper, N. (2002). Prinsip-prinsip keperawatan, Edisi 2., Jakarta: Yayasan Essentia Medica.
Sarwono. (1997). Sosiologi kesehatan; Beberapa konsep beserta aplikasinya, FKM : Gadjah Mada University Press.
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan, Edisi 1., Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.
Small, J.O. (1995). Early active mobilisation following flexor tendon repair in zone 2. Diambil pada tanggal 10 Juni 2010 dari http://lib.bioinfo.pl/meid:154368
Stevens et al. (2000). Ilmu keperawatan, Edisi 2., Jakarta: EGC.
Sudjana. (1992). Metoda statistika, Bandung: Tarsito.
Suliha, U. (2002). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.
Uyanto, S.S. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS, Edisi 3. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahyuningsih, E. (2005). Pedoman perawatan pasien, Jakarta: EGC.
WHO. (2003). Kepatuhan pasien; Faktor penting dalam keberhasilan terapi, Diambil pada tanggal 12 September 2009 dari
http: //perpustakaan. pom.go.id /KoleksiLainnya /InfoPOM/0506.pdf
WimGroot. (2004). The health effect of education. Diambil pada tanggal 24