• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Evy C.M. Simanjuntak NIM : 061101051

Jurusan : S1 Keperawatan Tahun : 2009/2010

Tanggal Lulus: 30 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

Dudut Tanjung, M.Kep, Sp.KMB Mula Tarigan S.Kp, M.Kes NIP. 19731015 200112 1 002 NIP. 19741002 200112 1 001

Penguji II

Rika Endah Nurhidayah S.Kp. MPd

NIP. 1976120 2000120 2 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 1 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

Prakata

Segala puji dan hormat hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah memberkati dan memberi anugerah yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Efektivitas Edukasi terhadap Pelaksanaan Ambulasi dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di RSUP H. Adam Malik Medan”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes., selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dudut Tanjung, M.Kep., Sp.KMB., selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen penguji I yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes., selaku dosen Penguji II yang telah banyak memberi masukan dan saran-saran kepada penulis.

(4)

6. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep., selaku dosen pembimbing akademik.

7. Bapak Dr. H. Djamaludin Sambas, MARS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, beserta seluruh staf dan pasien yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Kepada kak Nova Mega Yanty, sahabat-sahabatku Ana Ria Silaban, Agnes Malau, Erika Sembiring, Efelyna Nababan, Merlyn Napitupulu, Paula Situmorang, dan teman satu kostku Adeq Nasution, Sri Saragih, Desi Fachrianty trima kasih atas semangat, dukungan, bantuan dan informasi yang diberikan selama penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

(5)

Semoga kebaikan semuanya mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yesus Kristus. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan.

Medan, Juni 2010

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

2.1.3 Pentingnya Edukasi dalam Keperawatan ... 8

2.2 Kepatuhan ... 10

2.2.1 Definisi Kepatuhan ... 10

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ... 11

(7)

2.3.1 Definisi Ambulasi ... 12

2.3.2 Manfaat Ambulasi Dini ... 13

2.3.3 Persiapan Ambulasi Dini ... 14

2.3.4 Alat yang Digunakan untuk Ambulasi ... 15

2.3.5 Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah ... 16

2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.2.1 Populasi ... 25

4.5.2 Lembar Observasi Kepatuhan ... 29

(8)

4.7 Analisa Data ... 30

4.7.1 Statistik Deskriptif ... 31

4.7.2 Statistik Inferensial ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Hasil Penelitian ... 33

5.1.1 Analisis Karakteristik Responden ... 33

5.1.2 Analisis Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah ... 36

1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan

2. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data di RSUP H. Adam Malik

3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 4. Kuesioner Data Demografi

(9)

Halaman

1. Kerangka Konseptual dalam Penelitian Efektifitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini pada Pasien

Pasca Operasi Ekstremitas Bawah... 22

(10)

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden

di RSUP H. Adam Malik Medan ... 35 Tabel 5.2 Chi Square Efektivitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan

Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi

(11)

Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah postest only control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel 41 orang, 23 orang kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Maret 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu Chi Square. Berdasarkan hasil analisa statistik, hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18 orang (41,86 %) dan semuanya adalah kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan standar prosedur pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

(12)

Judul : Efektivitas Edukasi Terhadap Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah postest only control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel 41 orang, 23 orang kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-Maret 2010. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu Chi Square. Berdasarkan hasil analisa statistik, hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18 orang (41,86 %) dan semuanya adalah kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap pelaksanaaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan standar prosedur pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008). Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi emboli paru-paru (Roper, 2002). Terapi ambulasi yang dilakukan pada pasien pasca operasi adalah mobilisasi, latihan ROM aktif dan pasif, latihan fungsional dan rekreatif, latihan duduk dan keseimbangan, latihan aktifitas kegiatan sehari-hari serta latihan berjalan menggunakan alat-alat mekanik (Carpenito, 2000).

Manfaat ambulasi adalah: (1) mencegah infeksi paru (2) mencegah kehilangan mobilitas sendi (kontraktur) dan kehilangan tonus otot dan tulang (3) mencegah konstipasi dan dekubitus (4) membantu mempertahankan kekuatan dan fungsi otot dan sendi (5) meminimalkan kerusakan kardiovaskuler (6) mencegah osteoporosis disuse (Brunner & Suddarth, 2002; Wahyuningsih, 2005).

(14)

Pasien yang membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi, maka pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 1987). Keterlambatan ambulasi dini pada pasien akan menyebabkan kontraktur yang permanen, kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan aktifitas (Wahyuningsih, 2005). Jika hal di atas tidak ditanggulangi maka akan memperpanjang proses pemulangan pasien dan berakibat fatal pada pembedahan kembali (Potter & Perry, 2006).

Kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan ortopedi (Brunner & Suddarth, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat untuk melakukan ambulasi secara dini disebabkan oleh rasa nyeri yang dirasakan, kekhawatiran kalau tubuh yang digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang belum sembuh, robekan di tempat luka serta pembedahan kembali jika terjadi pergeseran struktur tulang (Kusmawan, 2008). Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi juga menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006).

(15)

kepatuhan melakukan ambulasi dini berupa penjelasan, latihan, dukungan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2006).

Edukasi merupakan suatu usaha atau cara yang efektif untuk mempengaruhi psikologi sasaran sehingga mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan. Edukasi juga memberikan keterampilan dan kemampuan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan RB3 RSUP H. Adam Malik Medan, didapat informasi bahwa edukasi selalu diberikan kepada pasien. Edukasi dilakukan oleh perawat dan dokter yang sedang bertugas. Beliau juga mengatakan bahwa ambulasi selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien dan berkolaborasi dengan keluarga pasien. Pasien yang diberikan edukasi ada yang patuh untuk melakukan ambulasi dini tetapi ada juga yang tidak patuh untuk melakukan ambulasi dini.

(16)

Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk mencoba mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Sejauhmana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pelayanan Keperawatan

(17)

1.4.2 Penelitian Keperawatan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edukasi

2.1.1 Definisi Edukasi

Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan

Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).

Definisi di atas menunjukkan bahwa edukasi adalah suatu proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Suliha, 2002).

(19)

Pelaksanaan edukasi dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan edukasi, implementasi edukasi, evaluasi edukasi, dan dokumentasi edukasi (Suliha, 2002).

2.1.2 Tujuan Edukasi

Menurut Notoatmodjo (1997) tujuan edukasi adalah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Tujuan edukasi di atas pada dasarnya dapat disimpulkan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri, dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai (Suliha, 2002).

(20)

2.1.3 Pentingnya Edukasi dalam Keperawatan

Pentingnya edukasi dalam keperawatan dapat digambarkan seperti yang dikemukakan Notoatmodjo (1997) tentang hubungan status kesehatan, perilaku dan edukasi dengan memodifikasi konsep Blum dan Green seperti pada gambar berikut ini:

Keturunan

Pelayanan Status Kesehatan Lingkungan Kesehatan

Perilaku

Proses Perubahan

Predisposing Factors Enabling Factors Reinforcing Factors (Pengetahuan, Sikap, (Ketersediaan Sumber Daya) (Sikap dan Perilaku

Tradisi, dan Nilai) Petugas Kesehatan)

Komunikasi Penyuluhan Pemberdayaan Training Masyarakat Pengembangan Pemasaran Sosial

Edukasi (Dalam Keperawatan)

(21)

Skema tersebut menggambarkan empat faktor yang mempengaruhi “Status Kesehatan” individu dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan saling berinteraksi satu sama lain.

a. Faktor keturunan: merupakan kondisi yang ada pada manusia serta organ manusia yang ada, misalnya pada keluarga yang menderita diabetes. b. Faktor pelayanan kesehatan: petugas kesehatan berupaya dan bertanggung

jawab memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat, mutu pelayanan yang profesional akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

c. Faktor perilaku: perilaku bisa dari individu tersebut dan dapat pula dipengaruhi dari luar misalnya pengaruh dari budaya, nila-nilai ataupun keyakinan yang ada dalam masyarakat.

(22)

2.3 Konsep Ambulasi Dini 2.3.1 Definisi Ambulasi

Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis (Hinchliff, 1999). Ambulasi adalah latihan aerobik yang paling berat dimana pasien yang dirawat di rumah sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien. Hal ini harus menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien (Berger & Williams, 1992).

Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002). Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan (Kozier, 1987).

2.3.2 Manfaat Ambulasi Dini

(23)

hipotensi ortostatik, phlebotrombosis, sistem respirasi; penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi/ perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun, sistem pencernaan; anoreksia, konstipasi, penurunan metabolisme, sistem perkemihan; menyebabkan perubahan pada eleminasi urine, infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria, sistem muskuloskeletal; penurunan massa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot, sistem neurosensoris; kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan saraf pada bagian distal, nyeri yang hebat (2) depresi (3) perubahan tingkah laku (4) perubahan siklus tidur (5) perubahan kemampuan pemecahan masalah.

2.3.3 Persiapan Ambulasi Dini

Persiapan latihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi, antara lain:

a. Latihan otot-otot quadriceps femoris dan otot-otot gluteal:

1) Kerutkan otot-otot quadriceps sambil berusaha menekan daerah popliteal. Seolah-olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk kasur sementara kakinya naik ke atas. Hitung sampai hitungan kelima. Ulangi latihan ini 10-15 kali.

b. Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstremitas atas dan lingkar bahu: 1) Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat

(24)

2) Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman.

3) Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin.

4) Duduk di tempat tidur. Angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit(Asmadi, 2008).

2.3.4 Alat yang Digunakan Untuk Ambulasi

Banyak alat yang tersedia untuk membantu ketidakmampuan pasien melaksanakan ambulasi. Jenis dari alat dipilih dan lamanya waktu untuk menggunakan alat tersebut tergantung pada ketidakmampuannya. Terlebih dahulu terapis harus menentukannya apakah kekuatan otot pasien cukup dan mengkoordinasikannya dengan program ambulasi (Gartland, 1987).

Alat bantu yang digunakan untuk ambulasi adalah: (1) kruk; dapat digunakan sementara ataupun permanen, terbuat dari logam dan kayu, misalnya Conventional, Adjustable dan Lofstrand. Kruk biasanya digunakan pada pasien

fraktur hip dan ekstremitas bawah (2) Canes (tongkat) adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam, digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan pada satu kaki, terdiri dari dua tipe yaitu: single straight-legged dan quad cane (3) walker adalah suatu alat yang sangat

(25)

2.3.5 Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah Setiap sendi pasien dengan kondisi tirah baring harus dilatih dan digerakkan sesuai kemampuan geraknya untuk mempertahankan fungsinya. Hubungan terapeutik dapat membantu pasien berpartisipasi dalam program ambulasi yang telah dirancang. Program ambulasi dirancang sesuai kebutuhan masing-masing pasien, kesehatan umum fisik, dan dampak disabilitas sendi terhadap kehidupannya dan usia. Sasarannya adalah untuk mengembalikan pasien ke jenjang fungsi tertinggi dengan waktu sesingkat mungkin sesuai prosedur bedah yang dilakukan (Brunner & Suddarth, 2002).

Pasien biasanya mampu melakukan ambulasi bila mereka telah diyakinkan bahwa gerakan yang akan diberikan perawat selama masih dalam batas terapeutik sangat menguntungkan, ketidaknyamanan dapat dikontrol dan sasaran aktivitas pasti akan tercapai (Brunner & Suddarth, 2002). Pasien dengan ketidakmampuan ekstremitas bawah biasanya dimulai dari duduk di tempat tidur. Aktivitas ini seharusnya dilakukan 2 atau 3 kali selama 10 sampai dengan 15 menit, kemudian dilatih untuk turun dari tempat tidur dengan bantuan perawat sesuai dengan kebutuhan pasien (Lewis et al., 1998).

Tahapan pelaksanaan ambulasi dini yang dilakukan pada pasien pasca operasi yaitu:

(26)

b. Jika pasien merasakan nyeri, perawat harus memberikan medikasi pereda nyeri 20 menit sebelum berjalan, karena penggunaan otot untuk berjalan akan menyebabkan nyeri (Wahyuningsih, 2005).

c. Pasien diajarkan duduk di tepi tempat tidur, menggantungkan kakinya beberapa menit dan melakukan nafas dalam sebelum berdiri. Tindakan ini bertujuan untuk menghindari rasa pusing pada pasien.

d. Selanjutnya, pasien berdiri di samping tempat tidur selama beberapa menit sampai pasien stabil. Pada awalnya pasien mungkin hanya mampu berdiri dalam waktu yang singkat akibat hipotensi ortostatik. e. Jika pasien dapat berjalan sendiri, perawat harus berjalan dekat pasien

sehingga dapat membantu jika pasien tergelincir atau merasa pusing (Wahyuningsih, 2005; Stevens et al., 2000).

f. Perawat dapat menggandeng lengan bawah pasien dan berjalan bersama. Jika pasien tampak tidak mantap, tempatkan satu lengan merangkul pinggul pasien untuk menyokong dan memegang lengan paling dekat dengan perawat, dengan menyokong pasien pada siku. g. Setiap penolong harus memegang punggung lengan atas pasien

dengan satu tangan dan memegang lengan bawah dengan tangan yang lain.

(27)

i. Pasien diperkenankan berjalan dengan walker atau tongkat biasanya dalam satu atau dua hari setelah pembedahan. Sasarannya adalah berjalan secara mandiri.

j. Pasien yang mampu mentoleransi aktivitas yang lebih berat, dapat dipindahkan ke kursi beberapa kali sehari selama waktu yang singkat (Brunner & Suddarth, 2002).

Pembebanan berat badan (weight-bearing) pada kaki ditentukan oleh dokter bedah. Weight bearing adalah jumlah dari beban seorang pasien yang dipasang pada kaki yang dibedah. Tingkatan weight bearing dibedakan menjadi lima yaitu: (1) Non Weight Bearing (NWB): kaki tidak boleh menyentuh lantai. Non weight bearing adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 minggu

(28)

2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi pada pasien pasca operasi adalah:

a. Kesehatan umum

Penyakit, kelemahan, infeksi, penurunan aktifitas, kurangnya latihan fisik, dan lelah kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi muskuloskeletal (Kozier, 1987).

b. Tingkat kesadaran

Pasien dengan kondisi disorientasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.

c. Nutrisi

Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot, penurunan jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien juga akan mengalami defisiensi protein, keseimbangan nitrogen negatif, dan tidak adekuat asupan vitamin C (Potter & Perry, 2006).

d. Emosi

(29)

e. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengembangan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar. Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual, mengarahkan pada keterampilan yang lebih baik dalam menggunakan dan mengevaluasi informasi (Goldman, 2002).

Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan dan merubah perilaku yang tidak baik bagi mereka (WimGroot, 2005).

Jadi tingkat pendidikan mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah.

f. Pengetahuan

(30)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Setiadi, 2007).

3.1.1 Edukasi

Edukasi dalam bidang keperawatan merupakan satu bentuk intervensi

keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok

maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan

pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik

(Suliha, 2002). Menurut Brunner dan Suddarth (2002), edukasi merupakan

komponen esensial dalam asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan

meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan status kesehatan, mencegah

penyakit, dan membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit.

3.1.2 Kepatuhan

Kepatuhan adalah sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan

yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kualitas interaksi antara profesional

kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat

(31)

Menurut DiNicola dan DiMatteo (1982) riset tentang faktor-faktor

interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan menunjukkan

pentingnya sensitifitas perawat terhadap komunikasi verbal dan nonverbal pasien,

dan empati terhadap perasaan pasien, akan menghasilkan suatu kepatuhan

sehingga akan menghasilkan suatu kepuasan. Dari penjelasan di atas didapat

kesimpulan pentingnya keterampilan interpersonal dalam memacu kepatuhan

pasien pasca operasi untuk melaksanakan ambulasi dini.

Dengan mensintesis konsep edukasi dan kepatuhan pasien pasca operasi

melaksanakan ambulasi dini, disusunlah suatu kerangka konsep sebagai berikut:

Skema 2. “Kerangka Konseptual dalam Penelitian Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini pada Pasien Pasca Operasi Ekstremitas Bawah

(32)
(33)

yang telah

ditetapkan.

3.3 Hipotesa Penelitian

3.3.1 Terdapat perbedaan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini post edukasi pada

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa

sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian

(Setiadi, 2007). Penelitian ini menggunakan desain penelitian Postest Only

Control Group Design. Desain dalam penelitian ini menggunakan kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Terlebih dahulu kelompok intervensi diberikan

edukasi kemudian dilakukan postest pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi untuk melihat perbedaan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada

kedua kelompok tersebut.

Kelompok Edukasi Postest

Intervensi (I1) X I2

Kontrol (K1) - K2

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pasca operasi

ekstremitas bawah yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Dari hasil

survey awal yang dilakukan pada bulan Oktober 2009, populasi pasien pasca

(35)

4.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik

“Purposive Sampling”, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/

masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Setiadi, 2007).

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus:

N.z2.p.q

n =

d (N-1) + z.p.q

Keterangan:

n = perkiraan jumlah sampel

N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 %

q = 1-p (100 % - p)

D = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

(Zainudin, 2000 dalam Nursalam, 2003)

sehingga didapat sampel sebanyak :

210.(1,96)2.0,5.0,5

(36)

0.05(210-1)+1,96.0,5.0,5

Peneliti menggunakan rumus di atas karena jumlah populasi ˂ 1000.

Jumlah sampel yang didapat dengan menggunakan rumus di atas adalah 18 orang.

Kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik

umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan

diteliti (Nursalam, 2003). Karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang

layak untuk diteliti terdiri dari:

a. Pasien pasca operasi ekstremitas bawah dengan kondisi yang mendukung

untuk dilakukannya ambulasi dini.

b. Kesadaran compos mentis

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

d. Dapat berbahasa Indonesia dengan baik.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Medan. Adapun rumah sakit dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian, karena

rumah sakit ini adalah rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi diantara

rumah sakit umum di Sumatera Utara, sehingga diperkirakan akan didapat subjek

penelitian yang mewakili kota Medan. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan

mulai dari bulan Januari-Maret 2010.

(37)

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Fakultas

Keperawatan USU dan direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Peneliti mengakui

hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk

dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu

harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Concent). Jika responden

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik

adalah sebagai berikut:

a. Informed Concent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak-hak subjek.

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

c. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data

(38)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data

kuesioner data demografi dan lembar observasi kepatuhan pasien.

4.5.1 Data Demografi

Data demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, pekerjaan,

tingkat pendidikan, suku bangsa. Data demografi ini bertujuan untuk membantu

peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap

penelitian ini.

4.5.2 Lembar Observasi Kepatuhan

Hasil pengukuran kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol diperoleh dari lembar observasi dengan 5 objek

pengamatan (1-5) yang dilakukan peneliti untuk mengamati pelaksanaan ambulasi

dengan membuat tanda checklis pada kolom “ya” jika ambulasi dilaksanakan dan

“tidak” jika ambulasi dini tidak dilaksanakan. Ambulasi dikatakan terlaksana jika

ke 5 tahapan dilakukan, yang terdaftar pada lembar observasi terpenuhi

(Nova,2009).

4.6 Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian

(39)

Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data

penelitian.

Peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang telah dibuat

sebelumnya. Kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang

tujuan, dan manfaat sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat. Calon

responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (Surat

Persetujuan). Responden yang tidak mampu menandatangani informed consent

karena kelemahan yang dialaminya, maka persetujuan dapat diisi oleh peneliti

dengan melakukan wawancara pada responden atau keluarga. Kemudian edukasi

diberikan kepada kelompok intervensi tetapi pada kelompok kontrol tidak

diberikan. Setelah diberikan edukasi pada kelompok intervensi, kepatuhan kedua

kelompok diobservasi.

4. 7 Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data

yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil

kuesioner dari peneliti kepada pasien pasca operasi dan lembar observasi terhadap

kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini.

Setelah data terkumpul maka peneliti akan melakukan analisa data

melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data,

(40)

selanjutnya entry dengan memasukkan data ke komputer dan dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi analisis statisitik.

4.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisa hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan

data-data demografi dan lembar observasi kepatuhan post edukasi dalam bentuk tabel.

4.7.2 Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel

itu diambil. Penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik yang digunakan

untuk menganalisis data nominal yang diambil dari populasi yang berdistribusi

normal.

Pada penelitian ini, statistik inferensial digunakan untuk menganalisis

perbedaan kepatuhan post edukasi. Adapun uji inferensial yang dipakai adalah: uji

Chi Square (X2) yaitu uji digunakan untuk membandingkan kepatuhan

melaksanakan ambulasi dini post edukasi pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

Menurut A.Aziz Alimul H (2007) dari uji Chi Square tersebut akan

diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian.

(41)

alpha ( α = 0,05). Bila nilai p ˂ α, maka keputusannya adalah Ha ditolak

sedangkan bila nilai p > α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak.

Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran Ha, yaitu

terdapat efektivitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasca

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 41 pasien pasca operasi

ekstremitas bawah di RSUP H.Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini

menguraikan bagaimana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan

ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

5.1Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini

menguraikan gambaran data demografi responden dan efektifitas edukasi terhadap

kepatuhan melaksanakan dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di

RSUP H.Adam Malik Medan.

5.1.1 Analisis Karakteristik Responden

Peneliti menggunakan statistik analisis univariat untuk mendiskripsikan

data demografi responden. Analisis ini mendiskripsikan distribusi frekuensi dan

presentase karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, dan suku bangsa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol,

(43)

responden pada kelompok ini adalah pedagang yaitu 10 orang (55,6%), mayoritas

tingkat pendidikan adalah SMA/ sederajat adalah 10 orang (55,6%), dan

mayoritas suku bangsa responden adalah jawa yaitu 8 orang (44,4%). Pada

kelompok intervensi, mayoritas responden berusia 30-39 tahun yaitu 7 orang

(30,4%) dan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 19 orang

(82,6%). Mayoritas pekerjaan responden pada kelompok ini adalah pedagang

yaitu 10 orang (43,5%), mayoritas tingkat pendidikan adalah SMA/ sederajat

adalah 11 orang (47,8%), dan mayoritas suku bangsa responden adalah batak yaitu

(44)

Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

(45)

5.1.2 Analisis Efektifitas Edukasi Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi

Dini Pasca Operasi Ekstremitas Bawah

Pada penelitian ini digunakan statistik analisis bivariat yaitu uji inferensial

Chi Square. Uji inferensial Chi Square ini digunakan untuk melihat efektifitas

edukasi terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

Dari hasil penelitian, perbedaan pelaksanaan ambulasi dini pada kelompok

intervensi dan kontrol sangat signifikan. Ini terlihat pada jumlah kelompok

intervensi yang melaksanakan ambulasi dini adalah 18, sedangkan kelompok

kontrol tidak ada yang melaksanakan ambulasi dini. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Chi Square Efektivitas Edukasi terhadap Kepatuhan Melaksanakan Ambulasi Dini

Kelompok Ambulasi

X2 p-value

Terlaksana Tidak Terlaksana

Intervensi 18 5

25,11 0,000

Kontrol 0 18

(46)

5.2 Pembahasan

Edukasi adalah proses komunikasi yang aktif yang membangun hubungan

kepercayaan dan rasa hormat yang memelihara sebuah hubungan antara pasien

dan perawat profesional. Edukasi dapat memfasilitasi terjadinya pertukaran

informasi sehingga hubungan itu sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan

dan kendala dapat diidentifikasi dan diatasi. Edukasi pada pasien dapat

digambarkan sebagai sebuah pembelajaran untuk menciptakan hubungan antara

perawat dan pasien. Edukasi memiliki fungsi yang penting dan menjadi

pertanggungjawaban dari perawat pada setiap level pelayanan perawatan

(Morisky, 2002).

Kepatuhan berarti kekuasaan yang berbeda antara pasien dan tenaga

kesehatan profesional. Itu mengharuskan pasien secara pasif mengikuti

rekomendasi dan berarti berada di bawah kekuasaan, lebih baik mengikuti rencana

pengobatan yang didasarkan pada usaha kolaborasi antara pasien dan tenaga

profesional (Oeterberg & Blaschke, 2005, Steiner & Ernest, 2000). Kepatuhan

untuk melakukan rekomendasi medis adalah sebuah sikap multifaktorial dan

menuntut respon multifaktorial. Oleh karena itu, strategi untuk mendorong

kepatuhan tidak hanya faktor infrafisik seperti pengetahuan dari aturan

pengobatan, keuntungan pengobatan, ukuran subjektif, dan sikap terhadap

kebiasaan pengobatan, serta lingkungan dan faktor sosial seperti hubungan

interpersonal antara petugas kesehatan dan pasien serta dukungan dari anggota

(47)

Hasil penelitian yang dilakukan pada 114 pasien fraktur femur di Amerika

Serikat menunjukkan, 98 pasien (86%) tidak melaksanakan ambulasi dini setelah

48 jam pasca operasi. Dengan menggunakan sistem rekomendasi dari

Perhimpunan Bedah Orthopaedic Amerika yang dilaksanakan pada pasien,

diperoleh peningkatan kepatuhan pasien pada ambulasi dini yang aktif (Small,

1995).

Pendekatan edukasi dapat meningkatkan kepatuhan dimulai dengan

menyediakan pasien sebuah pengertian pentingnya rekomendasi pengobatan.

Petugas kesehatan melaksanakannya dengan kata-kata dan menulis instruksi,

kemudian secara rutin melihat peningkatan tingkat kepatuhan di antara pasien

mereka (Henry, 2000).

Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang

pentingnya ambulasi dini pasca operasi menjadi salah satu faktor penghambat

pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006). Dengan edukasi maka tingkat

pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi akan

meningkat sebab pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk

mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan dan merubah

perilaku yang tidak baik bagi mereka (WimGroot, 2004).

Upaya untuk meningkatkan kepatuhan ambulasi dini pasca operasi

ekstremitas bawah melalui edukasi seharusnya lebih dioptimalkan lagi karena

(48)

tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri (Suliha,

2002). Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi

keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,

maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan

pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.

Dengan mengoptimalkan edukasi ini maka akan didapat hasil yang maksimal

untuk meningkatkan kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pada pasien pasca

operasi ekstremitas bawah sehingga pasien mampu secara mandiri

mempertahankan kesehatan dan menghindarkan penurunan derajat kesehatan

pasien khususnya pada pasien fraktur (Suliha, 2002)

Dari hasil penelitian menunjukkan bagaimana kepatuhan melaksanakan

ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah yaitu kepatuhan

meningkat pada pasien yang diberi edukasi meskipun terdapat beberapa pasien

yang tidak melaksanakan ambulasi dini pasca operasi. Hal ini disebabkan oleh

faktor internal yaitu perasaan takut dari pasien itu sendiri dan faktor eksternal

seperti keterlambatan menerima alat bantu ambulasi. Sedangkan kepatuhan pada

pasien yang tidak mendapat edukasi menurun bahkan terdapat pasien sama sekali

tidak melaksanakan ambulasi dini. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa

secara umum edukasi efektif menjadi salah satu faktor dalam peningkatan maupun

penurunan pelaksanaan ambulasi dini.

Hasil penelitian efektifitas edukasi terhadap pelaksanaan ambulasi dini

pasca operasi ekstremitas bawah menunjukkan bahwa edukasi sangat efektif

(49)

edukasi yaitu mengajarkan orang untuk hidup dalam kondisi yang terbaik yaitu

berusaha keras untuk mencapai tingkat kesehatan yang maksimal dan mendorong

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji stastistik Chi-square diperoleh bahwa nilai p-value

0,000. Hal ini menunjukkan terdapat efektifitas edukasi terhadap kepatuhan

melaksanakan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah.

6.2 Saran

6.2.1 Pelayanan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi dapat meningkatkan

kepatuhan pasien melaksanakan ambulasi dini, sehingga diharapkan perawat yang

bekerja di bangsal orthopaedic memberikan edukasi kepada pasien pasca operasi

ekstremitas bawah.

RSUP H.Adam Malik seharusnya menyusun prosedur tetap atau standar

mengenai pemberian edukasi terhadap pasien pasca operasi khususnya di bangsal

orthopaedic sehingga perawat memiliki acuan untuk memberikan edukasi kepada

pasien.

6.2.2 Penelitian Selanjutnya

Untuk rekomendasi, diharapkan peneliti selanjutnya memperbanyak

sampel penelitian, memperluas ruang lingkup penelitian yang lebih mewakili

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan; Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien, Jakarta: Salemba Medika.

Anwar. (1996). Patient education a proactive element of health care practise. Diambil tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.articlesbase.com/health- articles/patient-education-a-proactive-element-of-healthcare-practice-1871351.htm.

Bastable. (2002). Perawat sebagai pendidik; Prisip-prinsip pengajaran dan pembelajaran, Jakarta: EGC.

Berger & Williams. (1992). Fundamental of nursing: collaborating for optimal health, USA: Apleton & Lange.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8., Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan; Aplikasi pada praktik klinis, Edisi 6., Jakarta: EGC.

Dahlan, M.S. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan, Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.

Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Falvo, Donna R. (2005). Effective patient education : a guide to increased adherence (4th ed). Diambil tanggal 20 Mei 2010 dari http://books.google.co.id/books?id=l_u9RMbHukkC&printsec=frontcove

Gartland, J.J. (1987). Fundamentals of orthopaedics (4th ed), USA: W.B Saunders Company.

 

(52)

Hays, R.D. (2000). The medical outcomes-study (MOS); Measures of patient adherence. Diambil tanggal 22 Oktober 2009 dari

http://www.rand. org/publications /MR/ M / 162/

Henry, Leigh Ann. (2000). Increasing patient education effectiveness. Diambil

pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.aafp.org/fpm/980900fm/pated.html

Hinchliff, S. (1999). Kamus keperawatan, Edisi 17., Jakarta : EGC.

Kozier, B & Ebr, G. (1987). Fundamentals of nursing; Consepts and procedures (3th ed), California: Addison-Wesly.

Lewis et al. (1998). Medical surgical nursing; Assesment and management of clinical problem (5th ed). Philadelphia: Mosby.

Mega, N.Y. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasi dini pasien pasca operasi ekstremitas bawah di rindu B3 RSUP H.Adam Malik Medan. Medan: tidak untuk dipublikasikan.

Morisky, D.E. (2000). Causes of Nonadherence. Diambil pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://www.novelguide.com/a/discover/eph.

Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan; Pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan lain, Edisi 2., Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, S. (1997). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Pierson, F. (2002). Principles and techniques of patient care (3th ed). Diambil

pada tanggal 24 Oktober 2009 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Weight_bearing 

(53)

Roper, N. (2002). Prinsip-prinsip keperawatan, Edisi 2., Jakarta: Yayasan Essentia Medica.

Sarwono. (1997). Sosiologi kesehatan; Beberapa konsep beserta aplikasinya, FKM : Gadjah Mada University Press.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan, Edisi 1., Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.

Small, J.O. (1995). Early active mobilisation following flexor tendon repair in zone 2. Diambil pada tanggal 10 Juni 2010 dari http://lib.bioinfo.pl/meid:154368

Stevens et al. (2000). Ilmu keperawatan, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Sudjana. (1992). Metoda statistika, Bandung: Tarsito.

Suliha, U. (2002). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan, Cetakan 1., Jakarta: EGC.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS, Edisi 3. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyuningsih, E. (2005). Pedoman perawatan pasien, Jakarta: EGC.

WHO. (2003). Kepatuhan pasien; Faktor penting dalam keberhasilan terapi, Diambil pada tanggal 12 September 2009 dari

http: //perpustakaan. pom.go.id /KoleksiLainnya /InfoPOM/0506.pdf 

WimGroot. (2004). The health effect of education. Diambil pada tanggal 24

Gambar

Gambar 1. Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Edukasi
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden di       RSUP    H
Tabel 5.2

Referensi

Dokumen terkait

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka prevalensi infeksi nosokomial pada pasien luka operasi pasca bedah kelas bersih di bagian bedah di RSUP Haji Adam Malik,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dengan menggunakan desain deskriptif

tenaga, dan biaya sehingga penulis hendak memfokuskan penelitian ini pada persoalan ” Pengaruh Terapi Latihan Dini terhadap percepatan ambulasi pada pasien rawat inap paska

Kesimpulan : Kejadian infeksi pada luka operasi pasca AV Fistula pada 32 pasien dengan antibiotik profilaksis Cefaziolin tidak ditemukan pasien yang mengalami

Status fungsi motorik pasien pasca stroke * bagian yang hemiplegia crosstabulation.

Dari hasil tabel silang antara variabel mobilisasi dini yang dilakukan pasien pasca section caesarea dengan penyembuhan operasi pasca sectio caesarea di Rumah Sakit

terdapat hubungan bermakna antara lepas drain dini dengan skala gejala pasien kanker payudara pasca operasi MRM, dimana pasien lepas drain hari I memiliki

STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM