STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Ma’wah Iqbal Tanjung 101101089
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Status Hemodinamik Pada Psien Pasca Bedah Di Ruang
ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan.
Nama Mahasiswa : Ma’wah Iqbal Tanjung
NIM : 101101089
Jurusan : S1 Keperawatan
Tahun : 2014
Abstrak
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer. Pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi. Pasca bedah adalah: suatu keadaan dimana pasien telah dilakukan setelah pembedahan, umumnya efek pembedahan masih terasa hingga beberapa jam setelah pembedahan dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dengan menggunakan desain deskriptif dan menggunakan instrumen penelitian Checklist. Pengambilan sampel dilalukan dengan jumlah 31 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2014. Data dianalisa menggunakan komputerisasi dengan uji ststistik deskriptif. Hasil penelitian mengambarkan status hemodinamik pasien pasca bedah, Frekuensi nafas pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Saturasi Oksigen pasien yang normal 23 orang (74%), Abnormal 8 orang (26%). Suhu tubuh pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Haluaran Urin pasien yang normal 25 orang (81%), Abnormal 6 orang (19%). Tekanan darah pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Central Venous Pressure (CVP) pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Hal ini dapat menuntun perawat guna mengetahui gambaran status hemodinamik pasien pasca bedah. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari faktor mana yang paling mempengaruhi status hemodinamik pasien pasca bedah.
Title : Haemodynamic Status on Patient Post Surgery in ICU
After Surgery in RSUP Haji Adam Malik Medan.
Name : Ma’wah Iqbal Tanjung
Student No : 101101089
Major : Bachelor of Nursing
Year : 2014
Abstract
The physical aspect is a haemodynamic blood circulation, heart function and vascular peripheral physiological characterisitics. Haemodynamic measurement is especially can help to recognize shock as early as possible, so that appropriate action can be done to help the circulation. Post surgery are: a situation where a patient has been done after the surgery, General Surgery still feels effects up to several hours after surgery and has a very high dependency. This research aims at to know the patient's haemodynamic status of post surgical ICU Post-surgical in RSUP Haji Adam Malik by using descriptive design and use research instrument checklist. Sampling is channeled with a total of 31 people. Data collection was carried out in June 2014. The Data were analyzed using descriptive statistical tests with computerized. Research results of the patient's hemodynamic status after the surgery, the patient's normal breath Frequency 21 (68%), Abnormal 10 people (32%). The oxygen saturation of a patient's normal 23 people (74%), Abnormal 8 persons (26%). The patient's normal body temperature of 26 people (84%), Abnormal 5 people (16%). Expenditure urine of Normal patients 25 people (81%), Abnormal 6 people (19%). The patient's normal blood pressure 21 people (68%), Abnormal 10 people (32%). Central Venous Pressure (CVP) a normal 26 patients (84%), Abnormal 5 people (16%). This can guide the nurse in order to know the description of the patient's hemodynamic status after the surgery. For subsequent researchers expected to find which factors most affect the patient's hemodynamic status after the surgery.
KATA PENGANTAR
Kata-kata syukur dan pujian semoga marilah senantiasa Penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Status Hemodinamik pada Pasien Pasca Bedah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ikram S.kep Ns M.kep sebagai dosen pembimbing dalam proses
penyelesaian skripsi saya.
3. Teima kasih kepada pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan yang telah memberikan Izin dalam pengambilan data.
4. Bapak Mula Tarigan sebagai dosen Penguji I dan Ibu Rosina Br Tarigan
sebagai dosen Penguji II yang telah memberikan saran yang sangat berharga
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Terima kasih kepada seluruh setaf pengajar/Dosen di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi ilmu dan pelajaran
yang sangat bermanfaat bagi saya.
6. Terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang tua saya A. Saiun Tanjung
dan Mariam Sitorus yang selalu memotivasi, memberi dukungan moral dan
Proposal ini, terima kasih juga kepada seluruh keluarga besar yang selalu
mendukung saya dalam perkuliahan penyelesaian skripsi ini.
7. Terima kasih kepada seluruh teman-teman stambuk 2010 ( Bambang, Rasyid,
Fahri, Febri, Agus, Benny, Pangihuta, Asdo, Dll) yang telah banyak
berpartisipasi dalam penyelesaian Proposal ini sebagai tempat berbagi, tukar
pikiran, dan mencari jalan keluar jika menemui hambatan dalam penyelesaian
Proposal.
8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
mendukung saya dalam penyelesaian Skripsi Ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan Rahmat dan
Hidayahnya kepada kita semua. Penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
untuk pengembangan pengetahuan.
Medan, 10 Juli 2014
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Lembar Pengesahan... ii
Abstrak ... ... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... ... vii
Daftar Skema... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………... 1
1.2.Peruumusan Masalah Penelitian……….... 4
1.3.Pertanyaan Penelitian... 4
1.4.Tujuan Penelitian……….. 4
1.5. Manfaat Penelitian……… 4
1.5.1 Bagi Praktik Keperawatan………. 4
1.5.2 Bagi Rumah Sakit……… 5
1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya……….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Hemodinamik...……… 6
1.1Defenisi Hemodinamik...……….... 6
1.2Tujuan Pemantauan Hemodinamik...………. 6
1.3Metode Non Invasif pada pemantauan Hemodinamik …………..……. 7
1.3.2. penilaian laju pernafasan...………... 8
1.3.3. Penilaian Denyut EKG...………... 8
1.3.3. penilaian Haluaran Urine...………... 9
1.3.4. penialainm Tekanan Darah arterial. ...……… 9
1.3.5 penilaian suhu tubuh...……… ...……… 11
1.4Prinsip pemantauan dengan transduser...………... 12
1.4.1. prinsip-prinsip pemantauan tekanan vena sentral... 12
1.5Faktor-faktor yang mempengaruhi perfusi jaringan……... 14
2. Teori Pasca Bedah……….. 15
2.1Defenisi...………...……. 15
2.2Pengkajian Pasca Bedah……….……….. 15
2.3Komplikasi Pasca Bedah………...……... 16
2.3.1 Syok...…....… 16
2.3.2 Hemoragi…...………...…… 16
2.3.3 Trombosis Vena Profunda...……….. 17
2.3.4 Embolisme Pulmonal... 17
2.3.5 Komplikasi Pernafasan... 17
2.3.6 Retensi Urin... 17
2.3.7 Komplikasi Gastrointestinal... 18
2.3.8 Psikosis Pasca Bedah... 18
2.3.9 Delirium... 18 2.4Gangguan keseimbangan cairan dan
Pembedahan, dan Pasca pembedahan ………... 18
2.4.1 Faktor Pra Pembedahan... 19
2.4.2 Faktor Saat Pembedahan... 20
2.4.3 Faktor Pasca Pembedahan... 20
BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual……… 21
3.2 Defenisi Operasional... 22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian……… 24
4.2Populasi dan Sampel... 24
4.2.1 Populasi... 24
4.2.2 Sampel... 24
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25
4.4 Pertimbangan Etik... 25
4.5 Instrumen Penelitian... 25
4.6 Pengumpulan Data... 26
4.7 Analisa Data... 27
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28
5.1 Hasil Penelitian ... 28
5.2 Pembahasan... 29
5.2.1 Penilaian Pernafasan... 30
a. Frekuensi Nafas... 30
b. Saturasi Oksigen... 30
5.2.2 Suhu tubuh... 31
5.2.3 Haluaran urin... 31
5.2.4 Darah arterial... 32
5.2.5 Central Venous Pressure (CVP)... 33
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDSI... 34
6.1 Kesimpulan... 34
3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan 4. Surat Penelitian
5. Surat Selesai Penelitian
6. Surat pernyataan keaslian terjemahan 7. Taksasi Dana
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional... 22
DAFTAR SKEMA
Judul : Status Hemodinamik Pada Psien Pasca Bedah Di Ruang
ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan.
Nama Mahasiswa : Ma’wah Iqbal Tanjung
NIM : 101101089
Jurusan : S1 Keperawatan
Tahun : 2014
Abstrak
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer. Pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi. Pasca bedah adalah: suatu keadaan dimana pasien telah dilakukan setelah pembedahan, umumnya efek pembedahan masih terasa hingga beberapa jam setelah pembedahan dan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dengan menggunakan desain deskriptif dan menggunakan instrumen penelitian Checklist. Pengambilan sampel dilalukan dengan jumlah 31 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2014. Data dianalisa menggunakan komputerisasi dengan uji ststistik deskriptif. Hasil penelitian mengambarkan status hemodinamik pasien pasca bedah, Frekuensi nafas pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Saturasi Oksigen pasien yang normal 23 orang (74%), Abnormal 8 orang (26%). Suhu tubuh pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Haluaran Urin pasien yang normal 25 orang (81%), Abnormal 6 orang (19%). Tekanan darah pasien yang normal 21 orang (68%), Abnormal 10 orang (32%). Central Venous Pressure (CVP) pasien yang normal 26 orang (84%), Abnormal 5 orang (16%). Hal ini dapat menuntun perawat guna mengetahui gambaran status hemodinamik pasien pasca bedah. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari faktor mana yang paling mempengaruhi status hemodinamik pasien pasca bedah.
Title : Haemodynamic Status on Patient Post Surgery in ICU
After Surgery in RSUP Haji Adam Malik Medan.
Name : Ma’wah Iqbal Tanjung
Student No : 101101089
Major : Bachelor of Nursing
Year : 2014
Abstract
The physical aspect is a haemodynamic blood circulation, heart function and vascular peripheral physiological characterisitics. Haemodynamic measurement is especially can help to recognize shock as early as possible, so that appropriate action can be done to help the circulation. Post surgery are: a situation where a patient has been done after the surgery, General Surgery still feels effects up to several hours after surgery and has a very high dependency. This research aims at to know the patient's haemodynamic status of post surgical ICU Post-surgical in RSUP Haji Adam Malik by using descriptive design and use research instrument checklist. Sampling is channeled with a total of 31 people. Data collection was carried out in June 2014. The Data were analyzed using descriptive statistical tests with computerized. Research results of the patient's hemodynamic status after the surgery, the patient's normal breath Frequency 21 (68%), Abnormal 10 people (32%). The oxygen saturation of a patient's normal 23 people (74%), Abnormal 8 persons (26%). The patient's normal body temperature of 26 people (84%), Abnormal 5 people (16%). Expenditure urine of Normal patients 25 people (81%), Abnormal 6 people (19%). The patient's normal blood pressure 21 people (68%), Abnormal 10 people (32%). Central Venous Pressure (CVP) a normal 26 patients (84%), Abnormal 5 people (16%). This can guide the nurse in order to know the description of the patient's hemodynamic status after the surgery. For subsequent researchers expected to find which factors most affect the patient's hemodynamic status after the surgery.
BAB I
PENDUHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembedahan merupakan suatu kekerasan atau trauma bagi penderita.
Anestesi maupun tindakan pembedahan menyebabkan kelainan yang dapat
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering
dikemukakan adalah nyeri, demam, takikardia, sesak nafas, mual, muntah, dan
memburuknya keadaan umum (Syamsuhidajat, 2000 dalam Siregar, Syawalina
Fithri 2011). Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik
(biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan
apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiple),
rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer & Bare, 2002). Setiap tindakan yang termasuk
bedah mayor selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan) yang merupakan
trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan
gejala seperti lelah, nyeri dan penurunan status gizi (Siahaan, 2009).
Selama pembedahan selesai biasanya pasien belum sadar, pernafasan masih
dikontrol dengan mesin nafas (ventilator). Monitor arteri ECG vena central,
tekanan arteri pulmonalis dipindahkan ke monitor ICU (NCCHK, 2010 dalam
Jones. J. dan Fix. B, 2010).
Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari
cairan (air dan elektrolit), cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua
kompartemen atau ruang utama dalam upaya mempertahankan keseimbangan
tubuh dapat mengganggu keseimbangan ini (Brunner dan Suddarth, 2002).
Kompartemen cairan tubuh: Jumlah total air dalam 70 kg berat laki-laki sekitar
40L. Hampir dua per tiga volume (25L) adalah terkandung dalam cairan
intraseluler (ICF) kompartemen, yang terdiri dari triliunan sel. Sisanya sepertiga (
15L) ditemukan dalam cairan ekstraselular (ECF) kompartemen (di luar sel) .
Kompartemen ECF dibagi menjadi dua sub-kompartemen : plasma (3L), bagian
cairan darah dalam pembuluh darah, dan interstisial cairan (12L) yang
menggenangi sel-sel tubuh (Hand dan Helen, 2001 dalam Jevon dan Ewens 2009).
Penanganan dan terapi cairan pada pasien pasca bedah sangatlah penting
diketahui, untuk menurunkan angka morbilitas dan mortalitas pasien. Pada
umumnya banyak pasien akibat proses bedah mengalami gangguan yang
menyebabkan mobilisasi pasien dan balance cairan. Pada pasien Pasca bedah
dengan perkiraan perdarahan kurang dari 15% EBV, karena dievaluasi berkaitan
dengan penggantian volume perdarahan. Selama ini, penggantian cairan pada
pasien operasi dengan perdarahan kurang dari 15% EBV lebih banyak
menggunakan cairan kristaloid Ringer Laktat (RL) atau NaCl 0,9% dibandingkan
koloid hydroxyethyl starch (HES), sementara pasien dengan regional anestesi
lebih banyak menggunakan koloid (Rudi P, Satoto, dan Budiono 2012).
Pemeriksaan Hemodinamik meliputi aspek fisik sirkulasi darah, fungsi
jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon
dan Ewens 2009). Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi
noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk
pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan Oh 1997,
dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama dapat
membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan
tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999, dalam
Jevon dan Ewens 2009).
Kegagalan sirkulasi akut dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat dan
tidak terdistribusi dengan baik dan dapat menimbulkan hipoksia generalisata
(Graham dam Perke 2005, dalam Jevon dan Ewens 2009). Sebagai suatu
fenomena fisiologis yang kompleks, syok merupakan kondisi yang megancam
nyawa dengan berbagai penyebab, jika tidak dilakukan terapi, maka akan terjadi
kematian sel, disfungsi organ, dan akhirnya kematian (Collins 2000: Hand 2001,
dalam Jevon dan Ewens 2009). Pemantauan hemodinamik akan membantu
perawat dalam mengenali tanda-tanda awal syok, membantu penatalaksanaan
sesuai waktunya, mengevaluasi respons terapi, dan mengembalikan tahap awal
sekuele yang mematikan (Jevon dan Ewens 2009). Prognosis syok akan
bergantung pada keparahan, durasi keadaan syok, usia pasien, dan
penyakit-penyakit yang menyertai (Jevon dan Ewens 2009).
Pasien dalam fase syok dini dengan pemantauan hemodinamik yang
konvensional seperti tekanan darah, nadi, tekanan vena sentral dan saturasi
oksigen perifer yang nilai perubahannya sangatlah minimal merupakan indikator
buruk untuk menilai keberhasilan resusitasi. Pemantauan hemodinamik baik
noninvasif maupun invasif diperlukan untuk mengoptimalkan resusitasi pasien
memberikan marker resusitasi yang akurat di samping curah jantung dan respon
terhadap cairan yang diberikan (Erniody, 2008).
Berdasarkan wawancara dengan seorang perawat pada tanggal 19 Oktober
2013 di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM dan data yang dilihat, Jumlah
pasien pasca bedah yang ada pada januari- november 2013 adalah sebanyak 154
orang. Kebanyakan pasien pasca bedah berada di Ruang ICU pasca bedah hanya
beberapa hari, kemudian di pindahkan ke bangsal. Kebanyakan pasien pasca
bedah hanya bertahan seminggu dan paling lama di Ruang ICU pasca bedah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan gambaran pemberian resusitasi
cairan pada pasien pasca bedah, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian resusitasi cairan pada pasien pasca bedah di
Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.
1.2 Perumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah status hemodinamik pasien
pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.
1.3 Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana status hemodinamik pasien
pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca
bedah Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Praktik keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi
kepada perawat ICU Pasca Bedah dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien pasca bedah.
1.5.2 Rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada
rumah sakit yang diteliti untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama
di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.
1.5.3 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Hemodinamik. 1.1Defenisi Hemodinamik
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi
jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam
Jevon dan Ewens 2009). Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan
menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting
untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan
pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan Oh 1997,
dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran hemodinamik ini terutama dapat
membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan
tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999,
dalam Jevon dan Ewens 2009).
1.2Tujuan Pemantauan Hemodinamik
Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan
yang diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik
tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya
memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan
optimal. Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang
adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang
dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro
kimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa
gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat
akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel (Erniody, 2008).
1.3Metode Non Invasif pada Pemantauan Hemodinamik
Menurut (jevon dan ewens, 2009):
1.3.1 Penilaian Laju Pernapasan
Laju pernafasan merupakan indikator awal yang signiikan dari disfungsi
selluler. Penilaian ini merupakan indikator fisiologis yang sensitif dan harus
dipantau dan direkam secara teratur. Laju dan kedalaman pernafasan pada
awalnya meningkat sebagai respons terhadap hipoksia selluler.
a. Frekuensi Pernapasan
- Normal dewasa Respiratory Rate (RR) adalah 12-20 kali / menit.
- RR harus dihitung selama 30 detik.
- Jika RR pasien berada di luar parameter RR dewasa normal maka RR harus
dihitung selama satu menit penuh untuk memastikan akurasi.
- RR harus dihitung sambil meraba nadi radial pasien sehingga pasien tidak
- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen meningkat
untuk mempertahankan laju pernapasan pasien.
b. Saturasi Oksigen
- Pulse oximetry mengukur saturasi oksigen dalam darah pasien. Perubahan
saturasi oksigen adalah tanda akhir dari gangguan pernapasan. Awalnya tubuh
akan mencoba dan mengkompensasi hipoksia dengan meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan. Pada saat saturasi oksigen menurun pasien biasanya
sangat terganggu.
- Saturasi oksigen normal adalah antara 95-100%.
- Saturasi oksigen <90% berkorelasi dengan kadar oksigen darah yang sangat
rendah dan membutuhkan tinjauan medis yang mendesak. Jika saturasi oksigen
pasien Anda rendah Anda biasanya akan melihat tanda-tanda lain bahwa pasien
sesak napas seperti peningkatan laju pernapasan dan usaha.
- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen meningkat
untuk mempertahankan saturasi oksigen.
1.3.2 Penilaian Denyut EKG
Denyut yang cepat, lemah dan bergelombang merupakan tanda khas dari
syok. Denyut yang memantul penuh atau menusuk mungkin merupakan tanda
dari anemia, blok jantung, atau tahap awal syok septik. Perbedaan antara
denyut sentral dan denyut distal meungkin disebabkan oleh penurunan curah
metode noninvasif yang sangat berharga dan memantau denyut jantung secara
kontinu. Pemantauan ini dapat memberikan informasi kepada praktisi terhadap
tanda-tanda awal penurunan curah jantung.
1.3.3 Penilaian Haluaran Urin
Urin yang keluar dari tubuh secara tidak langsung memberikan petunjuk
mengenai curah jantung. Pada orang sehat, 25% curah jantung memberikan
perfusi ke ginjal. Ketika perfusi ginjal adekuat, maka urin yang keluar
harusnya lebih dari 0,5 mL/kg/jam. Menurunnya urin yang keluar dari tubuh
mungkin merupakan tanda awal dari syok hipovolemik karena ketika curah
jantung menurun, maka perfusi ginjal juga akan menurun. Jika urin yang
keluar dari tubuh kurang dari 500 mL/hari, maka ginjal tidak mampu
mengekskresikan sisa-sisa metabolisme tubuh, dan jika terjadi dalam waktu
yang lama bisa menyebabkan uremia, asidosis metabolik, dan hiperkalemia.
Pada pasien kritis, gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh perfusi ginjal
yang tidak adekuat yaitu kegagalan prarenal. Apabila diuretik telah diberikan,
misalnya furosemid, maka urin yang keluar dari tubuh tidak dapat membantu
penilain curah jantung. Jika pasien penggunakan kateter, maka pastikan selang
kateter tidak tersumbat atau terpelintir.
1.3.4 Pengukuran Tekanan Darah Arterial
Tekanan darah arterial (arterial blood pressure, ABP) adalah gaya yang
Perubahan pada curah jantung atau resistensi perifer dapat mempengaruhi
tekanan darah. Pasien dengan curah jatung yang rendah dapat
mempertahankan tekanan darah normalnya melaui vasokontriksi, sedangkan
pasien dengan vasodilatasi mungkin mengalami hipotensi walaupun curah
jantungnya tinggi, misanya pada sepsis. Tekanan arterial rata-rata (mean
arterial presure, MAP) merupakan hasil pembacaan tekanan rata-rata didalam
sistem arterial juga berfungsi sebagai indikator yang bermanfaat karena dapat
memperkirakan perfusi menuju organ-organ yang esensial seperti ginjal.
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya nikotin, ansietas,
nyeri, posisi pasien, obat-obatan, dan latihan fisik. Keakuratan pengukuran
tekanan darah juga hal yang sering terlupakan. Faktor yang akurat dalam
pengukuran terkanan darah adalah lebar manset dan posisi lengan. Manset
yang terlalu sempit akan menghasilkan pembacaan tekanan darah yang tinggi
palsu, sedangkan jika manset yang terlalu lebar akan menghasilkan
pembacaan tekanan darah yang rendah palsu. European standart
merekomendasikan lebar manset sebaiknya 40%, dan panjangnya 80-100%
dari lingkar ekstremitas. Posisi lengan harus ditopang pada posisi horizontal
setinggi jantung. Pengaturan posisi yang tidak benar selama mengukur
tekanan darah dapat menyebabkan kesalahan sebesar 10%. Penilaian darah
arterial dapat dilihat melalui denyut nadi, dan tekanan darah (jevon dan ewens,
2009).
- Denyut nadi harus diukur dengan meraba nadi radial pasien.
- Jika Anda tidak dapat mengakses pulsa radial pasien, situs lain dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
- Nadi radial pasien harus dinilai untuk tingkat, irama dan amplitudo (kekuatan).
- Denyut nadi harus dihitung selama 30 detik atau lebih (1 menit) jika ritme tidak
teratur.
- Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 bpm.
- Denyut nadi harus dihitung ketika pasien sedang beristirahat (saat istirahat =
tidak ada aktivitas fisik selama 20 menit).
(Sydney South West Area Health Service, 2010)
b. Tekanan Darah
- Dewasa Optimal BP harus <130 mmHg sistolik dan <85mmHg diastolik.
- The sistolik dewasa Tekanan Darah (SBP) harus lebih besar dari 90mmHg. Jika
SBP adalah <90mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap Darurat harus
diaktifkan.
- Jika SBP adalah> 200mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap Darurat
harus diaktifkan.
- Tekanan nadi dewasa normal (perbedaan antara SBP dan Tekanan Darah
Diastolik (DBP)) adalah antara 30 - 50 mmHg.
(Sydney South West Area Health Service, 2010)
Peningkatan suhu tubuh dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit.
Dehidrasi hipernatremia (peningkatan Natrium) dapat meningkatkan peningkatan
suhu. Penurunan suhu tubuh dapat diakibatkan oleh hipovolemia, pada
kekurangan cairan yang berat, suhu rektal dapat turun sampai 35 C (Horne dan
Swearingen, 2001).
- Suhu yang akan dinilai sesuai dengan kondisi pasien, alasan untuk masuk atau
sesuai pedoman kebijakan lokal / lainnya.
- Suhu dewasa normal adalah antara 36,5 ° dan 37,5 ° C.
- Minimal, suhu yang akan dinilai dua kali sehari.
(Sydney South West Area Health Service, 2010)
1.4 Prinsip Pemantauan Dengan Transduser
1.4.1 Prinsip-Prinsip Pemantauan Tekanan Vena Sentral
Tekanan vena sentral (central vemous pressure, CVP) mencerminkan tekanan
pengisian atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume
darah, tonus vaskular, dan fungsi jantung. CVP normal adalah 0-8 mmHg. Hasil
pembacaan CVP yang rendah biasanya menunjukkan hipovolemia, sedangkan
hasil pembacaan CVP yang tinggi memiliki berbagai penyebab, meliputi
hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru (Jevon dan Ewens, 2009).
1. Indikasi pemakaian kateter vena sentral
Berbagai indikasi untuk pemakaian kateter vena sentral adalah:
1. Resusitasi cairan
3. Pemberian makan secara parenteral.
4. Pengukuran tekanan vena sentral
5. Akses vena yang buruk
6. Pacu jantung
2. Metode pemantauan CVP
Terdapat dua pemantauan CVP:
- Sistem manometer: memungkinkan permbacaan intermitten dan
kurang akurat dibandingkan sistem transduser dan lebih jarang
digunakan.
- Sistem transduser: memungkinkan pembacaan secara kontinu yang
ditampilkan di monitor.
3. Bentuk Gelombang CVP
Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada
tekanan atrium kanan selama siklus jantung.
- Gelombang A: kontraksi atrium kanan (gelombang P pada EKG). Jika
kelombang A naik, maka pasien mungkin mengalami kegagalan
ventrikel kanan dan stenosis trikuspid.
- Gelombang C: penutupan katup trikuspid (mengikuti komplek QRS
pada EKG). Jarak dari A-C harus berhubungan dengan PR pada EKG.
- Gelombang V: tekanan yang terjadi pada atrium kanan selama
akhir gelombang T pada EKG). Jika gelombvang V naik, maka pasien
mungkin memiliki penyakit katup trikuspid.
4. Pengukuran CVP Normal
Pemantauan CVP secara normal menunjukkan pengukuran sebagai
berikut:
- 5- 10 mmHg mid-aksila
- 7-14 mmH2O mid-aksila
1.5Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perfusi Jaringan 1.5.1 Curah Jantung
Curah jantung merupakan jumlah darah yang diejeksikan dari ventrikel
kiri dalam satu menit. Pada saat istirahat, jumlahnya sekitar 5000 ml.
Curah jantung diteentukan oleh denyut jantung dan isi sekuncup. Denyut
jantung meliputi aktivitas baroreseptor, efek bainbridge, pireksia,
pusat-pusat yang lebih tinggi, tekanan intrakranial, kadar oksigen dan karbon
dioksida dalam darah. Sekuncup merupakan jumlah darah yang
diejeksikan dari ventrikel kiri dalam satu kontraksi. Saat istirahat
jumlahnya sekitar 70 ml. Isi sekuncup dipengaruhi oleh denyut jantung,
kontraktilitas miokard, preload, dan afterload.
Resistensi perifer adalah resistensi terhadap aliran darah yang ditentukan
oleh tonus susunan otot vaskular dan diameter pembuluh darah. Otot polos
didalam arteriol dikontrol oleh pusat vasomotor di medulla. Otot ini
berada dalam keadaan kontraksi parsial yang disebabkan oleh aktivitas
saraf simpatis secara kontinu. Peningkatan aktivitas vasomotor
menyebabkan vasokontriksi arteriol sehingga terjadi peningkatan resistensi
perifer. Jika curah jantung tetap konstan, maka tekanan darah akan
meningkat, begitu juga sebaliknya, penurunan aktivitas vasomotor
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan pada resistensi perifer.
2 Teori pasca bedah 2.1 Defenisi
Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sedangkan
Pasca pembedahan adalah: suatu keadaan dimana pasien telah dilakukan setelah pembedahan, umumnya efek pembedahan masih terasa hingga beberapa jam setelah pembedahan (Susetyowati, 2010).
2.2 Pengkajian Pasca Bedah
Pengkajian Pasca Bedah segera dalam (Brunner dan Suddarth, 2002): 1.Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan.
3.Anestetik dan medikasi lain digunakan (misalnya: narkotik, relaksan otot,
dan antibiotik).
4.Segala masalah yang terjadi dalam ruangan operasi yang mungkin
mempengaruhi perawatan pasca bedah.
5.Patologi yang dihadapi (jika: malignansi, apakah pasien atau keluarga sudah
diberitahu)’
6.Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan pergantian ciaran.
7.Segala selang, drain, kateter, atau alat bantu pendukung lainnya.
8.Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anestesi yang akan
diberitahu.
2.3 Komplikasi Pasca Bedah
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2002), kompkliasi dari pasca bedah adalah:
2.3.1 Syok
Syok adalah komplikasi pasca bedah yang paling serius. Dimaniestasikan
dengan tidak memadainya oksigenasi selular serta tidak mampu untuk
mengekskresikan produk sampah metabolisme. Syok yang sering terjadi pada
pasien pasca pembedahan adalah syok hipovolemik dan syok neurogenik.
2.3.2 Hemoragi
Hemoragi dikelompokkan menjadi 3 yaitu: Primer, Intermediari, dan
Sekunder. Hemoragi Primer terjadi pada saat pembedahan. Hemoragi intermediari
ketingkat normalnya. Hemoragi sekunder terjadi waktu setelah pembedahan bila
ligatur slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi
terinfeksi atau mengalami erosi selang drainase.
2.3.3 Trombosis Vena Profunda (TVP)
TVP adalah trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan
superfisial. Komplikasi serius dari TVP adalah embolisme pulmonari dan
sindrome pascaflebitis.
2.3.4 Embolisme Pulmonal
Suatu embolus adalah benda asing(bekuan darah, udara, lemak) yang
terlepas dari tempat asalnya dan terbawa disepanjang aliran tubuh. Bahaya dari
embolisme pulmonal dapat meyebabkan serangan yang mendadak dan tiba-tiba,
neyri sperti ditusuk-tusuk.
2.3.5 Komplikasi Pernafasan
Komplikasi pernapasan yang mungki timbul adalah hipoksemia yang
mungkin tidak terdeteksi, atelektatis, bronkhitis, bronkhopneumonia, pneumonia
lobaris, kongesti pneumonia hipostatik, pleurisi, dan superinfeksi.
2.3.6 Retensi Urin
Retensi urin dapat terjadi setelah prosedur pembedahan, namun retensi yang
pada bagian abdomen bawah. Penyebab terjadinya retensi diduga adalah spasme
springter kandung kemih.
2.3.7 Komplikasi Gastrointestinal
Pembedahan pada traktus gastrointestinal sering kali menganggu proses
fisiologi normal pencernaan dan penyerapan. Komplikasi yang timbul dari
gangguan ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, tergantung letak dan luasnya
pembedahan.
2.3.8 Psikosis Pasca Bedah.
Psikosis pasca bedah (abnormalitas mental) baik fisiologis maupun
psikologis ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dikenal sebagai faktor fisik
stres kerusakan sistem saraf pusat pasca bedah. Faktor emosional seperti
ketakutan, nyeri dan disorientasi dapat menunjang depresi pasca pembedahan dan
ansietas.
2.3.9 Delirium
Delirium pasca bedah terjadi kadang-kadang pada beberapa kelompok
pasien kelompok pasien. Jenis delirium yang sering terjadi adalah delirium toksik,
terumatik, dan putus alkohol.
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor pra
pembedahan, pembedahan, dan pasca pembedahan.
2.4.1 Faktor Pra Pembedahan
1. Kondisi yang telah ada
Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh
stres akibat operasi.
2. Prosedur diagnostik
Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena dapat
menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek
diuresis osmotik.
3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan
elektrolit
4. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan elekrolit
dari traktus gastrointestinal.
5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada
6. Restriksi cairan preoperatif
Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan cairan
sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien menderita
7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya
Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.
2.4.2 Faktor Saat Pembedahan
1. Induksi anestesi
Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia
preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan
vasokonstriksi.
2. Kehilangan darah yang abnormal
3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space (contohnya kehilangan
cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat operasi)
4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada luka
operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan)
2.4.3 Faktor Pasca Pembedahan
1. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi
2. Peningkatan katabolisme jaringan
3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengetahui Status Hemodinamik
Pasien Pasca Bedah. Peneliti hanya meneliti variabel Status Hemodinamik Pasien
Pasca Bedah, yaitu: penilaian pernafasan, penilaian suhu tubuh, penilaian haluaran
urin, penilaian darah arterial, dan penilaian Central Venous Pressure (CVP).
Adapun kerangka konsep yang digambarkan sebagai berikut:
Skema 3.1 kerangka penelitian Status Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Pasien pasca bedah di
Ruang ICU Pasca Bedah Status Hemodinamik:
Frekuensi Pernafasan
Saturasi Oksigen
Suhu Tubuh
Haluaran Urin
Tekanan Darah
3.2 Defenisi Operasional Tabel. 3.1 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi operasional Alat Ukur Skala
Penilaian pada
Penilaian pernapasan ( RR dan
SAO2) pasien yang berfungsi
untuk mengetahui status
Penilaian Suhu Tubuh Penilaian Suhu tubuh pasien yang berfungsi untuk mengetahui status
hemodinamik pasien.
Thermometer
C
Nominal
Penilaian Haluaran Urin Penilaian jumlah urin (jumlah) pasien yang berfungsi untuk
mengetahui status hemodinamik
pasien.
Gelas ukur
(ml)
Penilaian Darah Arterial Tekanan darah
Penilaian darah arterial (tekanan
darah) pasien yang berfungsi untuk
mengetahui status hemodinamik
pasien.
Tensi meter
mmHg
Nominal
Penilaian Central
Venous Pressure
(CVP).
Penilaian Central Venous Pressure
(CVP) yang dilakukan untuk
mengetahui volume darah yang
ada atrium kanan pasien yang
berfungsi untuk mengetahui status
hemodinamik pasien.
CVP
CmH2O
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan tujuan mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah di Ruang ICU
Pasca Bedah RSUPHAM.
1.2Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi pada penelitian ini adalah penderita Pasca
Bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM Medan. Populasi pasien diruang
ICU pasca bedah sebanyak 154 orang selama januari-november 2013.
4.2.2 Sampel
Menurut Arikunto (2006) jika jumlah populasi lebih besar dari 100 maka,
sampel yang diambil adalah sebesar 10-15% atau 20-25%. Ada 154 pasien yang
berada diruang pasca bedah. Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah
sebesar 20% . Dari 154 orang sehingga jumlah sampel adalah 31 orang.
Karakteristik Sampel adalah menggunakan seluruh pasien yang ada di Ruang ICU
Pasca Bedah, karena peneliti hanya ingin mengetahui gambaran status
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM. Alasan
peneliti memilih RSUPHAM Medan sebagai tempat penelitian adalah dengan
pertimbangan Rumah Sakit tersebut memiliki kelengkapan fasilitas, dan rumah
sakit kelas A yang paling baik dalam segi penanganan di Sumatera Utara dan
jumlah pasien yang cukup untuk dilakukan penelitian, serta jarak untuk
menjangkaunya tidak cukup lama dari jarak peneliti berada. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan juni 2014 sampai dengan selesai.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti
mendapatkan rekomendasi dan ijin untuk melakukan penelitian dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mendapat izin dari Dekan Fakultas
Sumatera Utara. Sebelum mengumpulkan data, peneliti mengambil persetujuan
dari rumah sakit. Untuk menjaga kerahasian penelitian, peneliti tidak
mencantumkan nama pasien (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial
nama (nomor responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality)
dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Lembar check list adalah daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
dimaksud (arikunto 2006). Lembar observasi pada penelitian ini meliputi:
Penilaian pada pernapasan, Penilaian Suhu tubuh, Penilaian haluaran urin, Penilaian darah arterial, dan penilaian Central Venous Pressure (CVP).
4.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan mulai juni 2014 sampai juli 2014.
Pengumpulan data dilakukan dengan pemantauan pasien dan pengisian lembar
checklist. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemantauan
selama 5 menit dan dilihat rata-rata dari status hemodinamik (Frekuensi
pernafasan, Sa02, tekanan darah, suhu tubuh dan Central Venous Pressure CVP)
kemudian rata-rata (x1+x2+x3+x4+x5) ÷ n, dan 60 menit sekali melihat Haluaran
Urin (x1+x2) ÷ n, dan dari hasil rata-rata yang didapatkan diolah menjadi data
mentah. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang tertera pada monitor
Hemodinamik pasien (Frekuensi pernafasan, SaO2, tekanan darah, suhu tubuh)
dan pada Central Venous Pressure CVP, kemudian pada Haluaran Urin
menggunakan alat ukur Gelas ukur satuan ml. Prosedur pengumpulan data
dimulai dengan mengajukan permohonan izin pelaksaan penelitian ke bagian
pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat pengantar
dari fakultas peneliti mengirim surat tersebut ke RSUPHAM Medan. Pada Bulan
juni sampai juli 2014 peneliti mulai melakukan penelitian, Setelah pihak rumah
dengan pengisian lembar checklist. Setelah data telah didapatkan peneliti
mengalalisa data menggunakan tabel distribusi frekuensi.
4.7 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa
data melalui beberapa tahap dimulai dengan editing yaitu memeriksa kelengkapan
identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi
sesuai petunjuk, kemudian coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada
lembar observasi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan
analisa data. Selanjutnya processing yaitu memasukkan data dari lembar observasi
kedalam program komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
teknik komputerisasi. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Status hemodinamik pada pasien pasca bedah di ruang ICU Pasca bedah
RSUPHAM akan diuraikan dalam bab ini, melalui pengumpulan data terhahap 31
data. Penyajian hasil penelitian meliputi status hemodinamik yaitu: penilaian
pernafasan, penilaian suhu tubuh, penilaian haluaran urin, penilaian darah arterial,
dan penilaian Central Venous Pressure (CVP).
5.1.1 Distribusi Frekuensi Penilaian Hemodinamik
Penilaian Hemodinamik Frekuensi Presentase (%)
Frekuensi Nafas Normal 21 68
Abnormal 10 32
SaO2 Normal 23 74
Abnormal 8 26
Suhu Tubuh Normal 26 84
Abnormal 5 16
Haluaran Urin Normal 25 81
Abnormal 6 19
Tekanan Darah Normal 21 68
Abnormal 10 32
Central Venous Pressure
(CVP)
Normal 26 84
Abnormal 5 16
Dari tabel di atas dapat diperoleh frekuensi nafas pasien yang normal
sebanyak 21 orang (68%). Sedangkan frekuensi nafas pasien yang Abnormal
sebanyak 10 orang (32%). Saturasi Oksigen pasien yang normal sebanyak 23
orang (74%). Sedangkan Saturasi Oksigen pasien yang Abnormal sebanyak 8
orang (26%). Suhu tubuh pasien yang normal sebanyak 26 orang (84%).
Urin pasien yang normal sebanyak 25 orang (81%). Sedangkan Haluaran urin
pasien yang Abnormal sebanyak 6 orang (19%). Tekanan darah pasien yang
normal sebanyak 21 orang (68%). Sedangkan tekanan darah pasien yang
Abnormal sebanyak 10 orang (32%). Central Venous Pressure (CVP) pasien yang
normal sebanyak 26 orang (84%). Sedangkan Central Venous Pressure (CVP)
pasien yang Abnormal sebanyak 5 orang (`16%).
5.2 Pembahasan
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi
jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon
dan Ewens 2009). Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang
diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh.
Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya memberikan
informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan
penilaian klinis pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal (Erniody, 2008).
Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif,
invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan
diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respons
terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan Oh 1997, dalam Jevon dan Ewens
2009), pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali
bantuan sirkulasi (Hinds dan Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens 2009). Dari
data yang didapatkan, kebanyakan pasien dalam keadaan yang Normal.
5.2.1 Penilaian Pernafasan a. Frekuensi Nafas
Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki frekuensi
pernafasan dalam rentang normal 12 – 20 x/ menit C. Ada 10 orang pasien yang
memiliki frekuensi pernafasan yang relatif tinggi. Penyebab utama pernafasan
yang relatif tinggi dikarenakan adanya respon tubuh terhadap kurangnya suvlai
darah yang mengandung oksigen sehingga, tubuh melakukan kompensasi dengan
menaikkan frekuensi napas (hudak dan gallo, 1995). Pasien dengan kekurangan
cairan (hipovolemia) kemungkinan terjadi (ARDS= Adult Respiratory Stress
Syndrome) dengan manifestasi peningkatan konsentrasi oksigen inspirasi. Banyak
diantara pasien-pasien ini pada mulanya memperlihatkan penurunan PCO2
dimana tubuh mengalami hiperventilasi dalam usahanya untuk memperbaiki
oksigenasinya (Schwartz, 2000).
b. Saturasi Oksigen
Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki saturasi oksigen
dalam rentang normal >95%. Ada 8 orang pasien yang memiliki Saturasi oksigen
rendah dibawah <95%. Penyebab utama saturasi oksigen yang rendah dibawah
95% merupakan kurangnya suvlai darah yang mengandung oksigen yang
mengalami penurunan (Hudak dan Gallo, 1995). Bila terjadi penurunan kadar
Oksigen dalam darah arteri, maka akan dapat megancam kehidupan, dan jika
terjadi peningkatan kadar CO2 maka akan mengancam susunan saraf pusat
bahkan dapat menimbulkan koma (Rab T, 2007).
5.2.2 Suhu Tubuh
Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki suhu tubuh dalam
rentang normal 36,5 C – 37,5 C. Ada 2 orang pasien yang memiliki suhu tubuh
tinggi (hipertermi). Penyebab utama hiperterni merupakan infeksi, neolplasma,
berbagai produk metabolisme, dan juga penyakit kolagen. Pada hipertermi yang
harus diperhatikan adalah usia penyakit penyerta dan komplikasi yang menyertai
seperti kaku, hipotensi, dan kelainan susunan saraf ( Rab T, 2007).
5.2.3 Haluaran Urin
Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki haluaran urin
dalam rentang normal >30mL/jam dan <125mL/jam. Ada 6 orang pasien yang
memiliki haluaran urin yang rendah. Penyebab utama haluaran urin yang rendah
adalah penurunan curah jantung yang menyebabkan penurunan perfusi ginjal,
begitu curah urin kurang dari 500 mL/hari maka ginjal tidak mampu
mengekskresikan sisa-sisa metabolisme sehingga haluaran urin menurun (Jevon
dan Ewens 2009). Jumlah urin ditentukan oleh tekanan filtrasi, produksi urin
cairan yang keluar diatas 15-30 % maka jumlah urin yang bisa diekskresikan
hanya 20-30 ml/kg/jam (Rab T, 2007).
5.2.4 Darah Arterial
a. Tekanan Darah
Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki tekanan darah
dalam rentang normal >120/80 mmHg -<139/89 mmHg. Ada 8 orang pasien yang memiliki tekanan darah yang relatif rendah. Penurunan tekanan darah disebabkan
oleh penurunan curah jantung berkaitan dengan tekanan nadi, setelah terjadi
penuruanan curah jantung maka tekanan akan menurun yang dapat menyebabkan
perfusi yang tidak adekuat pada organ vital (Jevon dan Ewens 2009). Pada
awalnya tekanan darah dapat naik pada fase permulaan karena mekanisme
kompensasi jantung. Akan tetapi fase selanjutnya tekanan darah justru menurun
dan bila tidak segera ditangani bisa menimbulkan dampak seperti cardiac arrest
pada jantung (Rab T, 2007).
5.2.5 Penilaian Central Venous Pressure (CVP)
Mayoritas pasien pasca bedah di RSUPHAM memiliki Central Venous
Pressure (CVP) dalam rentang normal 7 – 14 mmH2O. Ada 5 orang responden
yang memiliki Central Venous Pressure (CVP) yang relatif rendah. Tekanan vena
sentral (central vemous pressure, CVP) mencerminkan tekanan pengisian atrium
kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus
yang rendah biasanya menunjukkan hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan
Central Venous Pressure (CVP) yang tinggi memiliki berbagai penyebab,
meliputi hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru (Jevon dan Ewens,
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai status hemodinamik pada pasien
pasca bedah di ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan, dengan 31 orang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Mayoritas pasien pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM
memiliki Status hemodinamik dalam rentang normal.
b) Status hemodinamik yang mayoritas mengalami gangguan adalah
frekuensi pernafasan dan Tekanan darah.
6.2 Rekomendasi
6.2.1 Praktik keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi
kepada perawat ICU Pasca Bedah dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien pasca bedah. Agar lebih memperhatikan status hemodinamik
pasien pasca bedah.
6.2.2 Rumah sakit
Rumah sakit telah melakukan pemantauan hemodinamik dengan baik,
terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas status
hemodinamik normal diharapkan hasil ini dipertahankan dan ditingkatkan.
Pada penelitian ini belum diketahui secara pasti penyebab utama
terganggunya status hemodinamik pasien, maka peneliti menyarankan agar
pada penelitian selanjutnya diharapkan agar meneliti tentang faktor yang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Brunner dan suddarth. (2002). Buku Ajak keperawatan Medikal Bedah. (Alih
Bahasa Rini, M.A). Jakarta:EGC.
Erniody. (2012). Pemantauan Hemodinamik Invasif, Semiinvasif atau
NonInvasif?, Jakarta:Rumah Sakit Husada.
Hudak dan Gallo. (1995). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta:EGC.
Staf pengajar anestesiologi dan terapi intensif FK UI. (2001). Intensive Care
Unit. Jakarta:FKUI
Jevon. P. Dan Ewens. B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis edisi kedua. Ciracas,
Jakarta:EMS.
Jones. J. dan Fix. B. (2009). Perawatan Kritis Seri Panduan Klinis. Ciracas,
Jakarta:EMS.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rab T. (1998). Agenda gawat darurat (critical care) jilid . Bandung: P.T.Alumni.
Rab T. (2007). Agenda gawat darurat (critical care) jilid 1 pasien kritis.
Bandung: P.T.Alumni.
Rudi P, Satoto, dan Budiono. (2012). Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat
Sectio Caesaria Dengan Anestesi Regional. Semarang: Jurnal Anestesiologi
Indonesia.
Sabiston. (1995). Buku Ajar Bedah Bagian 1, Jakarta:EGC Utama. H. S. Y
Schwartz. (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah edisi 6, Jakarta:EGC.
Siahaan, M. (2009). Pengaruh Discharge Planning yang Dilakukan oleh Perawat
Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi
Pemulangan di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. respirotory.usu.ac.id.
Siregar, Syawalina Fithri, (2011). pelaksanaan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene pada pasien immobilisasi post operasi fraktur di Ruang Rindu B3
RSUP Haji Adam Malik Medan. Repository USU.
Smeltzer, suzzane c, dan brenda g. (2002). buku ajar keperawatan medikal bedah
brunner suddarth, Jakarta:EGC
Susetyowati, Ija, M., Makhmudi, A. (2010). Status Gizi Pasien Bedah Mayor
Preoperasi berpengaruh terhadap Penyembuhan Luka dan Lama Rawat
Inap Pascaoperasi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. Vol. 7, No. 1.
Sydney South West Area Health Service. (2010). Royal Prince Alfred Hospital
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Status Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Di Ruang ICU Pasca Bedah
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Ma’wah iqbal Tanjung
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui Status Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Di
Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan
Saudara. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi
peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Saudara bersedia
menjadi peserta penelitian ini, silahkan Saudara menandatangai formulir ini.
Medan, Juni 2014
Peneliti Responden
Lampiran 1 Instrumen Penelitian
Lembar observasi.
Petunjuk pengisian:
Tuliskan tanda checklist pada kotak untuk pilihan jawaban yang tepat pada lembar
checklist (di iisi oleh peneliti).
No
Status Hemodinamik
Kategori yang dinilai
Normal (2) Abnormal (1) 1 Pernafasan
Frekuensi Pernapasan: 12 - 20x/menit <12 dan 20> / menit
Saturasi O2: > 95% < 95 %
2 Penilaian Suhu tubuh 36,5 – 37,5 C <36,5 C dan >37,5 C
3 Penilaian Haluaran Urin >30mL/jam dan <125mL/jam <30mL/jam dan >125mL/jam
4 Penilaian Darah Arterial
Tekanan darah >120/80 -<139/89 mmHg <120/80 dan >139/89 mmHg
5 Penialian Central Venous Pressure (CVP)
No
Frekunsi Saturasi
29 18 97 37.0 50 120/80 10
30 19 99 36.9 70 120/80 12
Taksasi Dana
No Kegiatan Biaya
1. Proposal
1. Kertas A4 80gr 1 rim 2. Print
3. Foto copy sumber-sumber yang digunakan
4. Sidang proposal
Rp. 37.000 Rp. 20.000 Rp. 55.000
Rp. 150.000
2. Pengumpulan Data
1. Transportasi Rp. 100.000
3. Analisa Data dan Pengumpulan Laporan 1. Kertas A4 2 rim 80gr
2. Penjilidan
3. Fotocopy laporan penelitian 4. Sidang skripsi
Rp. 74.000 Rp. 100.000 Rp. 50.000 Rp. 300.000
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ma’wah Iqbal Tanjung
Tempat/Tanggal Lahir : Pinggir Jati/ 01 November 1992
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Setia budi Tanjung sari pasar 1 gang anyelir X No. 79A Medan
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 118385 Pinggir Jati
2. SMP N 1 Kualuh Hulu 2004-2007
3. SMA N 1 Kualuh Hulu 2007-2010
4. Fakultas Keperawatan USU 2010
Riwayat Training : MOP HMI Cabang Medan
LK1 (Basic Training) HMI Cabang Medan
Riwayat Organisasi : HMI Komisariat FK USU
- Anggota Bidang PPPA Periode 2010-2011
- Wakil Bendahara Umum Periode 2010-2011
- Wakil Sekretaris Umum Periode 2010-2011
- Sekretaris Umum periode 2012-2013
PEMA Fkep USU
- Anggota Bidang PM periode 2010-2011