• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penyuluhan Budidaya Asam Glugur (Studi Kasus : Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Penyuluhan Budidaya Asam Glugur (Studi Kasus : Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENYULUHAN BUDIDAYA ASAM GLUGUR

(Studi Kasus : Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan)

SKRIPSI Oleh :

EMMA PURI 030309008

SEP-PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EVALUASI PENYULUHAN BUDIDAYA ASAM GLUGUR

(Studi Kasus : Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

Oleh :

EMMA PURI 030309008

SEP-PKP

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menyusun Skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS) (Ir. Yusak Maryunianta, M. Si)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

I. LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi secara

sistemik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai

relevansi, efektifitas efisiensi pencapaian/hasil kegiatan atau untuk perencanaan dan

pengembangan selanjutnya dari sesuatu kegiatan. Hasil-hasil evaluasi dapat juga dipakai

untuk menambah wawasan bagi mereka yang sekedar mempunyai minat besar terhadap

kegiatan yang bersangkutan (Anonimous, 1995).

Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal. Suatu bentuk

pendidikan yang cara bahan dan sasarannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan,

waktu maupun tempat petani. Tujuan utamanya adalah untuk menambah kesanggupan

petani dalam usaha taninya. Hal ini berarti, melalui penyuluhan diharapkan adanya

perubahan perilaku petani agar lebih besar penghasilannya dan lebih layak hidupnya

(Mubyarto, 1984).

Menurut Kartasapoetra (2001), tujuan umum dari program penyuluhan pertanian

yaitu memberdayakan masyarakat petani membangun menuju masyarakat sejahtera

dimana komponen-komponennya antara lain berusaha tani yang lebih baik (better

farming), usaha tani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak ( better living), masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera (better

(4)

Asam Glugur sudah dikenal oleh masyarakat Air Joman khususnya masyarakat

daerah Silo Lama pada tahun 1980-an. Pada awalnya mereka mengambil bijinya dan

mulai menanam asam glugur. Karena asam glugur mudah tumbuh dan tidak terlalu

membutuhkan perawatan khusus sehingga banyak masyarakat yang mulai

membudidayakannya. Usia produktif Asam Glugur untuk mulai menghasilkan buah

adalah sekitar 5-6 tahun dan tanaman perkebunan ini dapat tumbuh sampai puluhan

tahun. Tetapi penyuluhan untuk Asam Glugur baru di mulai pada awal tahun 1990-an

karena pohon ini tidak begitu dikenal.

Pada tahun 1997 di Desa Air Joman terdapat 8 WKPP dengan Penyuluh

Pertanian sebanyak 10 orang yang bertuga secara bergantian untuk setiap WKPP nya.

Kegiatan penyuluhan dilakukan sebanyak 2 kali kunjungan dalam 1 bulan pada setiap

kelompok tani dan setiap satu bulan sekali diadakan pertemuan sesama penyuluh untuk

memberi tanggapan atau saran-saran apa yang nantinya akan diberikan kepada petani

sebagai sarana perbaikan kedepannya.

Kelompok tani yang ada di Kecamatan Air Joman ini adalah sebanyak 143

Kelompok. Dengan jumlah petani yang cukup besar tersebut maka sangat diharapkan

agar penyuluh lapangan dapat bertambah sehingga kegiatan penyuluhan dapat berjalan

dengan efektif dan efisien sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal. Oleh karena

itu, sangat diharapkan agar pemerintah dan instansi yang terkait dapat mengatasi

masalah ini dengan segera. Karena dimasa yang sekarang ini kemajuan tekhnologi dan

pengetahuan sudah semakin tinggi sehingga peani juga diharapkan dpat segera

(5)

tekhnologi tersebut kepada petani. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat jumlah

kelompok tani disetiap WKPP nya pada Tabel 1 dibawah.

Tabel 1. Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Air Joman Tahun 2007

No Desa / Kelurahan Jumlah Kelompok

1

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Air Joman Kabupaten Asahan

Komoditi Asam Glugur yang juga dapat digolongkan tanaman kehutanan

memiliki potensi yang lebih luas lagi karena dapat dialokasikan pada program

konservasi hutan. Pengembangan komoditi pertanian khususnya komoditi asam glugur

harus didasarkan pada kondisi Agroekologi yang sesuai. Dengan keunggulan

Agroekologi didukung prospek pasar yang cerah, Sumatera Utara merupakan wilayah

yang potensial untuk pengembangan komoditi Asam Glugur. Luas tanam untuk

tanaman Asam Glugur di daerah Air Joman ini adalah sekitar 2.45 Ha, dengan

(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Apa saja program penyuluhan terhadap petani budidaya asam glugur ?

2. Apakah program penyuluhan bermanfaat bagi petani ?

3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan

kehadiran petani mengikuti kegiatan penyuluhan di daerah penelitian?

4. Sejauh mana program penyuluhan yang sudah dilaksanakan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui program penyuluhan terhadap petani budidaya asam glugur.

2. Mengetahui manfaat program penyuluhan bagi petani.

3. Mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan kehadiran

petani mengikuti kegiatan penyuluhan didaerah penelitian.

(7)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemilik komoditi dan para pengambil

keputusan asam glugur dalam mengembangkan usahanya.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam

mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan evaluasi

program penyuluhan pertanian di Kabupaten Asahan.

3. Sebagai salah satu informasi bagi pihak akademik yang ingin mengadakan

penelitian mengenai evaluasi program penyuluhan pertanian terhadap petani

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Asam Glugur dikenal dengan nama Garcinia atrovirdis Griff. Family

Glusiaceae dengan sinonim Guttiferae. Asam Glugur berasal dari Semenanjung Malaysia, Thailand, Myanmar, dan India (Assam).

Sistematika tumbuhan Asam Glugur (Garcinia atroviridis Griff) adalah sebagai

berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledonae

Ordo : Guttiferales

Family : Clusiaceae

Sub Family : Guttiferae

Genus : Garcinia

Species : Garcinia atrovidis Griff

( Rheini, 2000).

Pohon Garcinia atroviridis, tingginya mencapai 20 m, ranting dan daunnya

menggantung, kulit kayunya licin, berwarna kelabu pucat, getahnya bening. Daunnya

berbentuk lonjong sempit, berukuran sampai (20 –30) x (6 - 7,5 cm), berwarna hijau tua

(sewaktu muda merah cerah) berkilap menjangat, mendaging, pingirannya berlipat,

(9)

bergelombang gelap, tipis dan hampir tidak tampak tangkai daunnya mencapai 2,5 cm

panjangnya ( Verheij dan Corronel, 1997).

Salah satu komoditas yang memiliki potensi menjadi komoditas ekspor di

Sumatera Utara adalah Asam Glugur. Sebenarnya tanaman ini merupakan tanaman yang

telah lama ada di daerah ini, namun pemanfaatannya hanya untuk keperluan saja yang

sederhana. Buah Asam Glugur di daerah Sumatera Utara terutama digunakan oleh

masyarakat sebagai bahan makanan. Umumnya buah asam ini dipotong menjadi

tipis-tipis, lalu dijemur dan setelah kering dipakai sebagai campuran sayuran. Asam Glugur

dapat juga diolah menjadi manisan dan selai yang lezat rasanya, dapat dibuat sebagai

pengganti asam Jawa (Tamarinus Indica) juga dapat dimanfaatkan untuk bunbu,

pengawet ikan, sirup dan bahan asam untuk pengolahan lateks (Nainggolan, M. 1997).

Beberapa peneliti sebelumnya yang mengamati tentang Asam Glugur yaitu

Martinus Catur (1994) dan Pujinta Bukit (1996). Kedua peneliti ini sebelumnya

mengamati tentang Analisis Pengolahan dan Pemasaran Asam Glugur serta Potensi

Produksi Asam Glugur di Deli Serdang. Ke-2 peneliti tersebut telah mengamati kegiatan

petani Asam Glugur dari mulai budidaya sampai ketahap pengolahan dan pemasaran.

Tidak di ragukan lagi bahwasannya dalam kegiatan penelitian ini penulis masih banyak

mengalami kendala baik dari segi informasi maupun kebutuhan akan petani sampel

maupun agen atau pengecer sebagai informan yang terbatas disebabkan karena

komoditas tersebut masih sangat sedikit dan juga merupakan tanaman yang kurang

(10)

Di Kecamatan Air Joman ketersediaan Asam Glugur masih cukup banyak.

Namun desa yang masih banyak ditemui Asam Glugur terdapat di Desa Silo Lama. Ini

bisa dilihat pada Tabel 2 dibawah.

Tabel 2. Luas Produksi Asam Glugur di Kecamatan Air Joman

No Desa/Kelurahan Luas (Ha) Produksi/tahun (kg) 1

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Air Joman Kabupaten Asahan

Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang

sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan

keputusan dimasa depan. Manfaat dari evaluasi diantaranya penyuluh pertanian setiap

saat harus mengambil keputusan dan kemudian melakukan tindakan yang menurut

anggapannya merupakan tindakan yang terbaik, untuk memeriksa tingkat keberhasilan

program penyuluhan pertanian dan mengupayakan perbaikan yang diperlukan,

timbulnya rasa aman bagi pegawai yang melaksanakan pekerjaannya dengan baik.,

evaluasi menyeluruh yang baik merupakan landasan terbaik bagi hubungan masyarakat,

(11)

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi diperlukannya suatu program di

Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian, antara lain :

1. Memberikan acuan di dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa

yang harus dilakanakan dan bagaimana cara melaksanakannya. Di dalam

kenyataan, terdapat banyak alternatif mengenai apa yang dapat dilakukan dan

bagaimana cara melaksanakan nya.

2. Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat (umum).

Dengan adanya acuan tertulis, diharakan dapat mencegah terjadinya salah

pengertian dan dapat dikaji ulang (di evaluasi) setiap saat sejak sebelum, selama

dan sesudah program tersebut dilaksanakan.

3. Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usulan atau saran

penyempurnaan yang baru. Sepanjang perjalanan pelaksanaan program, sering

kali muncul sesuatu yang mendorong perlunya revisi bagi penyempurnaan

perencanaan program. Oleh karena itu, dengan adanya pernyataan tertulis,dapat

dikaji sejauh mana usulan revisi dapat diterima atau ditolak, agar tujuan yang

diinginkan tetap dapat tercapai, baik dalam arti jumlah, mutu dan waktu yang

telah ditentukan.

4. Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dan harus dicapai, yang

perkembangannya dapat diukur dan di evaluasi. Untuk mengetahui seberapa

jauh tujuan yang telah dicapai,diperlukan pedoman yang jelas yang dapat diukur

dan dievaluasi setiap saat, oleh siapapun juga, sesuai dengan pedoman yang

(12)

5. Memberikan pengertian yang jelas terhadap pemilihan tentang kepentingan dari

masalah-masalah yang insedintal dan pemantapan dari perubahan-perubahan

sementara.

6. Mencegah kesalahartian tentang tujuan akhir, dan mengembangkan

kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.

7. Memberikan kelangsungan dalam arti personil, selama proses perubahan

berlangsung. Artinya, setiap personil yang terlibat dalam pelaksanaan dan

evaluasi selalu merasakan perlunya kontinuitas program sampai tercapainya

tujuan yang diharapkan.

8. Membantu pengembangan kepemimpinan, yaitu dalam menggerakkan semua

pihak yang terlibat dalam menggunakan sumber daya yang tersedia dan dapat

digunakan untuk tercapainya tujuan yang dikehendaki.

9. Menghindarkan pemborosan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu) dan

merangsang efisiensi pada umumnya.

10.Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat dan ynag

dilaksanakan sendiri oleh masyarakat setempat.

Setelah program disusun dengan baik dan dilaksanakan di lapangan, maka hal

terpenting yang harus dilakukan adalah melaksanakan evaluasi terhadap program

tersebut. Evaluasi atau penilaian adalah membandingkan hasil yang di dapat setelah

program dilaksanakan dengan tujuan semula yang ingin dicapai. Untuk melakukan

evaluasi diperlukan adanya laporan dan rencana program. Evaluasi dalam penyuluhan

(13)

2.1.1 Budidaya Asam Glugur

Tahapan kegiatan budidaya Asam Glugur di daerah penelitian yang di uraikan

berikut meliputi persiapan lahan, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Persiapan Lahan

Asam Glugur kurang baik ditanam sebagai monokultur, pada permulaan tanam

dia kurang baik kalau 100 % atau sepanjang hari kena sinar matahari. Asam glugur

dapat bercampur dengan buah durian, duku atau pohon buah-buahan lainnya yang

berakar tunggang.

Apabila lahannya berfotografi miring maka dianjurkan jarak tanam rapat

misalnya 7mx7m, sesudah asam glugur berumur 30 tahun perlu penjarangan. Bila asam

glugur sudah berumur 60 tahun mungkin diperlukan lagi dilakukan penjarangan kedua.

Pemeliharaan Asam Glugur. A. Pemberantasan Gulma.

Memberantas gulma pada asam glugur berbeda dengan tanaman lain. Gulma

cukup dibabat agar tidak terganggu akar asam glugur. Pada usia 2 tahun dan seterusnya

pemberantasan gulma tidak sulit lagi. Kalau terjadi kemarau panjang dipangkal batang

ditimbunkan batang pisang, gunanya untuk menjaga kelembaban dan menyuburkan

tanah.

B. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Hama pada pembibitan asam glugur agak banyak, namun belum bersifat fatal

(14)

Asam Glugur mulai dari pembibitan sampai tanam dilapangan. Kalau hama asam glugur

dapat dikatakan hanya sedikit, tetapi penyakitnya cukup banyak. Mulai dari kecambah

sampai dengan pohon tua Asam Glugur tidak luput dari serangan penyakit. Baik itu

pentakit yang berasal dari bakteri, virus, cendawan/jamur.

Pemupukan

Asam Glugur tidak pernah dipupuk, karena pupuk kompos (daun/ranting

membusuk) disekitarnya cukup sebagai unsure haranya.

Waktu pemupukan sebaiknya setiap hari dalam dosis tertentu sehingga

memerlukan biaya tenaga kerja memupuk sangat tinggi. Oleh karena itu, interval

pemberian pupuk perlu dibuat yaitu sekali dalam 3 bulan atau sekali dalam 4 bulan

khususnya dengan pupuk anorganik. Pupuk organik cukup diberikan sekali dalam

setahun.

Panen dan Pasca Panen A. Panen Asam Glugur.

Setelah buah berusia 5 atau 6 tahun, pohonnya sudah mulai berbuah. Mutu atau

kualitas buah dapat dikatakan hampir tidak ada. Buah yang besar, kecil, masak, mentah,

ada cacat, mulus, buah pecah sama saja harga per kg-nya. Karena itu jumlah produksi

sebanyak mungkin perlu dicapai pada usaha Asam Glugur.

Setelah buah dipanen, diangkut ketempat pemotongan buah, ditimbang beberapa

Kg buah, berapa harga buah yang berlaku, terjadi transaksi jual beli antara produsen

(15)

B. Pengolahan Asam Glugur

Pengolahan Asam Glugur maksudnya buah dipotong-potong menjadi

lempeng-lempeng tipis, kemudian dijemur sampai kering. Buah dipotong-potong secara

melintang dengan alat potong seperti pisau. Selesai dipotong dibawa ketempat

penjemuran, kebanyakan dijemur dipanas matahari. Menjemur lempeng ini boleh kering

dalam 2 hari kalau cuaca panas, bisa juga 3-5 hari jika cuaca kurang panas atau

mendung.

Setelah kering, lempeng-lempeng itu dimasukkan kedalam goni. Goni-goni ini

jangan sampai kena hujan, tidak kena percikan air, tidak kena udara lembab. Kalau

dibuah tidak ada kelas kualitas, di lempeng ini sangat tinggi peranan kualitas, terutama

warna, tingkat kekeringan, ada jamur atau tidak, bersih atau kotor, dan banyak lagi

penentu kualitas lempeng ini. Terutama untuk diekspor, cukup banyak persyaratan yang

harus dipenuhi (Tarigan, 2006).

2.2 Landasan Teori

Kemampuan berkomunikasi seorang penyuluh seperti yang telah dikemukakan

dibagian sebelumnya menjadi semakin penting manakala dikaitkan dengan fungsinya

sebagai agen perubahan. Penyuluh datang ketengah suatu masyarakat membawa

sejumlah ide dan gagasan. Usaha perubahan tersebut termasuk kedalam apa yang

dikenal sebagai perubahan sosial (social change). Sedangkan orang-orang yang

mempelopori perubahan sosial seperti yang dilakukan oleh para pwnyuluh, disebut

(16)

Penyuluhan merupakan kegiatan yang melakukan proses perubahan perilaku

manusia dalam hal ini adalah petani yang dilakukan melalui sistem pendidikan.

Perubahan perilaku ini dapat kita ambil pada :

1. Perubahan-perubahan pelaksanaan kegiatan bertani yang mencakup jenis dan

jumlah sarana produksi serta peralatan/mesin yang digunakan, maupun cara-cara

atau tekhnik bertaninya.

2. Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya.

3. Perubahan-perubahan dalam pengelolaan usahatani (perorangan, kelompok,

koperasi) serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya.

Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu dari sekian banyaknya variabel

yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada petani dan

perubahan-perubahan yang terjadi yang menjadi tujuan akhir dari penyuluhan pertanian

(Mardikanto. T, 1993).

Dalam kegiatan usahatani petugas penyuluhan sering sekali hanya memiliki

setengah dari pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil keputusan, sedangkan

petani dan keluarganya melengkapi kekurangan tersebut. Para petanilah yang

mengetahui tujuan mereka, jumlah modal yang dimiliki, hubungan yang dimiliki dengan

petani lain, kualitas lahan, serta hal-hal yang tidak diketahui oleh petugas penyuluh.

Oleh sebab itu, pengetahuan terpadu antara petani dan keluarganya dengan petugas

penyuluh harus disatukan untuk mengembangkan sistem usahatani yang paling

(17)

2.3 Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah melakukan perubahan pada setiap

petani dan keluarganya yaitu perbahan sikap, perilaku dan ketrampilan petani.

Berhubungan dengan masalah-masalah sosial ekonomi petani yang masuk dalam ruang

lingkup penyuluhan pertanian yaitu berusahatani lebih baik (better farming),

berusahatani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang

lebih layak (better living), terjalinnya keadaan lingkungan yang lebih harmonis (better

environment) dan masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera (better community). Program yang telah disusun harus dievaluasi untuk melihat apakah program

tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi yang ada. Evaluasi sangat

diperlukan untuk mengoreksi apakah program tersebut perlu direvisi atau perlu

penambahan sehingga program yang selanjutnya benar-benar efektif dan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk

menentukan apakah program penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil dalam

pelaksanaannya.

Program Penyuluhan Pertanian dibuat dan disusun berdasarkan kepentingan

petani, karena petani memiliki gambaran mengenai program yang mereka inginkan

disesuaikan dengan kondisi sosial mereka. Program Penyuluhan Pertanian juga di buat

dengan peran aktif penyuluh dan pemerintah. Berdasarkan penelitian yang sudah

dilaksanakan oleh peneliti di lapangan ada beberapa manfaat pelaksanaan program yang

(18)

1. Dari Segi Sosial :

 Masyarakatnya sudah mulai memperbanyak tanaman Asam Glugur ini

sebagai tanaman pelindung untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir

pada saat musim penghujan datang.

2. Dari Segi Ekonomi :

 Asam Glugur merupakan salah satu tanaman yang diunggulkan untuk di

eksport.

 Prospek pasar jelas dan menguntungkan sehingga menambah pendapatan

bagi petani.

Karakteristik sosial ekonomi petani seperti umur, lama pendidikan, lama bertani,

luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan total adalah merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian di

lapangan.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam menjalankan tugasnya harus

memiliki aturan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.

Acuan yang menjadi pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik

tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang, yang akan dicapai setiap

pelaksanaan tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman inilah yang

selanjutnya disebut dengan program penyuluhan pertanian.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada skema kerangka pemikiran sebagai

(19)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Garis hubungan

Garis Pengaruh

Penyuluhan Pertanian

Program

Pelaksanaan Program Karakteristik Sosial Ekonomi Petani:

 Umur

 Lama Pendidikan  Pengalaman Bertani

 Jumlah tanggungan Keluarga  Luas Lahan

 Pendapatan Total

Petani

Evaluasi Program

Berhasil Tidak berhasil Manfaat program dari segi , ekonomi :

1. Menambah pendapatan

2. Merupakan tanaman unggulan. Dari segi Sosial :

(20)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada Program Penyuluhan terhadap petani budidaya Asam Glugur di daerah

penelitian.

2. Ada manfaat program penyuluhan terhadap petani budidaya Asam Glugur di

daerah penelitian.

3. Ada hubungan faktor sosial (pendidikan, umur, pengalaman bertani) dan faktor

ekonomi (jumlah tanggungan keluarga) dengan kehadiran petani mengikuti

penyuluhan di daerah penelitian.

4. Ada program penyuluhan yang dilaksanakan bagi petani budidaya Asam Glugur

(21)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah Penelitian ini ditentukan secara sengaja (Purposive Sampling) yaitu Desa

Silo Lama, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan. Adapun alasan peneliti memilih

daerah tersebut karena daerah penelitian ini merupakan sentra produksi Asam Glugur

dengan jumlah anggota sebanyak 20 KK dibandingkan dengan desa-desa yang lain.

Untuk melihat data jumlah penduduk dapat kita lihat pada Tabel 3 :

Tabel 3. Data Desa/Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah KK dan Jumlah Penduduk. No. Desa/Kelurahan Luas Wilayah Jumlah KK Jumlah Penduduk 1

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Asahan

3.2 Metode Penentuan Daerah Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani budidaya Asam Glugur dengan

jumlah penduduk sebesar 4090 atau sebesar 903 KK. Di Desa Silo Lama ini petani yang

memiliki tanaman Asam Glugur adalah sebanyak 20 KK, sehingga penentuan sampel

dilakukan secara sensus yaitu dengan mengambil seluruh populasi menjadi sampel.

(22)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder.

Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani sebagai

responden dilapangan dan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dengan

menggunakan kuisioner yang dipersiapkan terlebih dahulu serta pengamatan langsung

dilapangan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan

kehadiran petani mengikuti kegiatan penyuluhan dan juga manfaat yang dirasakan oleh

petani dengan adanya program penyuluhan tentang Asam Glugur.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti

Badan Penyuluhan Pertanian (BPP), Dinas Kehutanan Kabupaten Asahan, Badan

Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) dan Dinas Pertanian untuk mengetahui program

penyuluhan terhadap petani budidaya Asam Glugur dan pelaksanaan program tersebut

dilapangan.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dan 2 digunakan analisis deskriptif dengan menjelaskan

bentuk program dan manfaat yang diberikan oleh penyuluh kepada petani khususnya

petani budidaya Asam Glugur.

Untuk hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis Korelasi “Range

(23)

N

6

di2

rs = 1 –

i=1 N3− N

Th = rs

N – 2 1 – rs 2

Keterangan :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Perbedaan antara Kedua Ranking

di2 = Jumlah Kuadrat Perbedaan antara Kedua Ranking

N = Jumlah Sampel

Kriteria uji statistik sebagai berikut :

Jika th > tα maka Ho ditolak H1 diterima (ada hubungan )

Jika th ≤ tα maka Ho diterima H1 ditolak (tidak ada hubungan )

(Umar, 2005).

Alasan digunakannnya rumus Range Spearman adalah karena pengukuran

kuantitatif secara eksak sulit dilakukan. Metode ini diperlukan untuk mengukur keeratan

hubungan antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai join normal

ditribution dan conditional variance tidak diketahui sama (Djarwanto, 2003).

Untuk hipotesis 4 digunakan analisis deskriptif dengan menjelaskan pelaksanaan

program penyuluhan Asam Glugur oleh penyuluh terhadap petani budidaya Asam

(24)

Definisi dan Batasan Operasional Defenisi

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan hasil penelitian ini maka

dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional penelitian sebagai berikut :

1. Petani Asam Glugur adalah setiap petani yang mempunyai pohon Asam Glugur

baik yang dibudidayakan maupun yang tidak dibudidayakan.

2. Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft

atau usulan program yang sudah dirumuskan.

3. Program adalah suatu perubahan yang direncanakan untuk suatu keadaan

tertentu.

4. Dalam penelitian ini yang dievaluasi adalah program penyuluhan petani

budidaya Asam Glugur.

5. Karakteristik sosial ekonomi petani yang diteliti adalah umur, lama pendidikan,

lama bertani, luas lahan, jumlah keluarga, pendapatan total.

6. Umur responden adalah lama waktu hidup responden (tahun) dari lahir hingga

ketika dilakukan penelitian.

7. Lama pendidikan responden adalah lamanya jenjang pendidikan yang telah

ditempuh oleh responden untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah

(pendidikan formal).

8. Lama bertani adalah lamanya (tahun) responden bekerja sebagai petani.

9. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang

(25)

10.Luas lahan adalah luasnya (Ha) areal pertanaman yang diusahakan oleh

responden.

11.Pendapatan total responden adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh

responden.

12.Keberhasilan penyuluhan pertanian ditentukan melalui pencapaian target yang

telah ditetapkan. Target yang harus dicapai adalah petani melaksanakan anjuran

dan peningkatan produktivitas.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Desa Silo Lama Kecamatan Air Joman Kabupaten

Asahan.

2. Sampel adalah petani budidaya Asam Glugur.

(26)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Geografis

Desa Silo Lama terletak di Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan. Desa

Silo Lama merupakan salah satu dari 8 desa di Kecamatan Air Joman dengan luas

wilayah 1.925 Ha. Desa ini terletak sekitar 2 Km dari Kecamatan Air Joman. Jarak dari

pusat pemerintahan ke kecamatan adalah 12 km, jarak dari kabupaten/kota adalah

sekitar 23 km, dan jarak dari ibukota Propinsi Daerah Tingkat I adalah sekitar 198 km.

Secara administratif Desa Silo Lama mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Tanjung Tiram

 Sebelah Selatan : Desa Bangun Sari

 Sebelah Barat : Kecamatan Meranti

 Sebelah Timur : Desa Silo Bonto

Di Kecamatan Air Joman terdapat 11 desa, dimana setiap desa terdapat

seorang penyuluh yang bertugas memberikan informasi/kegiatan penyuluhan kepada

setiap kelompok tani dan juga sebagai fasilitator terhadap kegiatan pertanian yang

dilaksanakan.

Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Air Joman memiliki 10 orang

Penyuluh yang dikepalai oleh Bapak Drs. Mizan dan Bapak Klara selaku Supervisor

lapangan. Kegiatan penyuluhan dilakukan dua kali dalam sebulan dan dalam sebulan

(27)

untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh petani dilapangan untuk kemudian di

sampaikan kepada Dinas Pertanian ataupun dinas terkait lainnya sesuai kebutuhan

petani.

Adapun nama-nama penyuluh serta Wilayah Kerjanya dapat di lihat pada Tabel

4 di bawah ini :

Tabel 4. Nama Penyuluh dan Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Tahun 2008

No Daerah WKPP Nama Penyuluh

1 Binjai Serbangan Nur Islam

2 Punggulan, pasar lembu Sri Pujiani 3 Banjar, Bangun Sari Yus Liani

4 Lubuk Palas Sahrul

5 Silo Lama Taufikkurahman

6 Silo Bonto Wan Zulman

7 Air Joman Elpin Effendi

8 Air Joman Baru Adnan

9 Silo Baru Klara

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Air Joman Kabupaten Asahan

Asam Glugur merupakan tanaman keras, pada saat panen tidak dapat langsung

dikonsumsi tetapi harus melalui tahap pengolahan, disamping itu tanaman ini

merupakan tanaman penyangga yang berfungsi untuk mencegah erosi yang dapat

menyebabkan banjir sehingga tanaman ini dibawah naungan Dinas Kehutanan.

Sebagai fasilitator maka penyuluh dalam hal ini menyampaikan segala aspirasi

petani, keluhan maupun kendala-kendala yang dialami oleh petani tanaman kehutanan

kepada Dinas Kehutanan maupun dinas lainnya yang sesuai dengan kebutuhan petani

sehingga nantinya yang bersangkutan dapat turun langsung kelapangan dan bertemu

langsung dengan petani untuk sekedar menyampaikan informasi atau memberikan

jalan keluar terhadap masalah-masalah atau kendala yang dihadapi oleh petani

(28)

Dinas Kehutanan juga menetapkan program-program yang sesuai dengan

kondisi di lapangan dengan berhubungan langsung kepada penyuluh sehingga

nantinya penyuluh yang menyampaikannya langsung kepada petani. Balai Penyuluhan

Pertanian (BPP) berada dibawah naungan Dinas Pertanian. Untuk mengetahui

Struktur Organisasi Penyuluhan dapat di lihat pada skema berikut di bawah ini.

Skema Struktur Organisasi Penyuluhan

Dinas Pertanian

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

Penyuluh Pertanian, meliputi: 1. Programmer,dan 2. Supervisor

Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP)

Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL)

(29)

4.1.2 Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Silo Lama menurut jenis penggunaan lahan dibagi menjadi beberapa fungsi. Penggunaan tanah di Desa Silo Lama menurut

fungsinya terdiri atas jalan, sawah dan ladang, bangunan umum,

pemukiman/perumahan, pekuburan dan lain-lain. Gambaran luas wilayah Desa Silo Lama berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut

ini :

Tabel 5. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Silo Lama Tahun 2007

No Uraian Luas (Ha) Persentase (%)

1 Jalan 1.15 0.06

2 Sawah dan ladang 983.00 51.07

3 Bangunan umum 0.67 0.04

4 Pemukiman/perumahan 2.24 0.11

5 Pekuburan 0.92 0.05

6 Dan lain-lain 937.02 48.67

Total 1925.00 100.00

Sumber : Data Monografi Desa Silo Lama Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa penggunaan tanah yang terluas

adalah untuk peruntukan sawah dan ladang yaitu sebesar 983 Ha (51,07%). Hal ini

terjadi karena daerah ini merupakan kawasan pertanian dimana mayarakatnya

sebahagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Selain itu, 2,24 Ha (0,11%)

untuk pemukiman/perumahan, 1,15 Ha (0,05%) untuk jalan, 0,92 Ha (0,05%) untuk

kuburan, dan 0,67 Ha (0,04%) untuk bangunan umum. Sedangkan untuk Asam Glugur

(30)

4.1.3 Keadaan Penduduk Menurut Umur

Berdasarkan data dari potensi desa tahun 2007, Desa Silo Lama memiliki kelompok usia yang berbeda-beda. Secara terperinci Desa Silo Lama dapat dilihat

pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Distribusi penduduk menurut kelompok umur di Desa Silo Lama Tahun 2007

No Umur (Tahun) Jumlah jiwa (orang) Persentase (%)

1 00 – 03 462 11.30

2 04 – 06 258 6.40

3 07 – 12 654 15.90

4 13 – 15 340 8.30

5 16 – 18 335 8.20

6 19 tahun keatas 2041 49.90

Jumlah 4090 100.00

Sumber : Data Monografi Desa Silo Lama Tahun 2007

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling tinggi terdapat pada

kelompok umur 19 tahun ke atas yaitu sebesar 2041 jiwa (49,9%) dari jumlah penduduk

sehingga jumlah tenaga kerja produktif tersedia di daerah penelitian. Usia antara 07-12

tahun sebesar 654 jiwa (15,9%) juga termasuk jumlah yang cukup tinggi di daerah ini

dan usia yang paling kecil pada kelompok umur 04 – 06 yaitu sebesar 258 jiwa (6,4%).

4.1.4 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin.

Jumlah penduduk sampai pada tahun 2008 adalah 4090 jiwa dengan jumlah

kepala keluarga 903 KK. Secara terperinci keterangan mengenai jumlah penduduk

(31)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Silo Lama Tahun 2007.

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 2046 50.03

2 Perempuan 2044 49.97

Jumlah 4090 100.00

Sumber : Data Monografi Desa Silo Lama Tahun 2007

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut jenis kelamin terdapat laki-laki sebanyak 2046 jiwa (50,03%) dan perempuan sebanyak

2044 jiwa (49,97%).

4.1.5 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Desa Silo Lama merupakan daerah agraris, dimana sebahagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 1560 jiwa (65,54%),

yang bermata pencaharaian sebagai buruh tani sebanyak 537 jiwa (22,56%). Penduduk

yang memiliki mata pencaharian di bidang pertukangan adalah sebanyak 215 jiwa

(9,04%) dan mata pencaharian yang terendah adalah sebagai nelayan yaitu sebanyak 11

orang (0,47%). Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 8 dibawah ini.

(32)

8 Jasa 20 0.84

Jumlah 2380 100.00

Sumber : Data Monografi Desa Silo Lama Tahun 2007

4.1.6 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Kualitas penduduk menurut Tingkat pendidikan di Desa Silo Lama tergolong cukup tinggi. Tidak sedikit dari penduduknya yang mengenyam pendidikan sekolah sampai ketingkat sarjana. Ini dapat dilihat pada Tabel 9

dibawah ini.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Silo Lama Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 TK 0 0

2 SD 1211 53.70

3 SMP / SLTP 785 34.90

4 SMA / SLTA 217 9.60

5 Akademi / D1-D3 13 0.70

6 Sarjana (S1-S3) 26 1.10

Jumlah 2252 100.00

Sumber : Data Monografi Desa Silo Lama Tahun 2007

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel di daerah penelitian merupakan gambaran umum

petani sampel di Desa Silo Lama. Karakteristik petani sampel meliputi luas lahan, umur,

lama pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, frekwensi mengikuti

penyuluhan dan total pendapatan.

4.2.1 Umur Petani.

(33)

berada pada kelompok umur 38-46 tahun yaitu sebanyak 6 orang ( 30 %) atau 10 %

yang terkecil pada kelompok umur 74-82 tahun dengan jumlah 2 orang. Untuk lebih

jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 10 Berikut.

Tabel 10. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Silo Lama Tahun 2007

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

4.2.2 Pendidikan Petani

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam

mengadopsi tekhnologi baru yang diperoleh dari penyuluh yang nantinya diharapkan

dapat meningkatkan produksi pada usahataninya.

Tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Desa Silo Lama bervariasi dari

yang tidak tamat SD, tamat SD, SLTP, SMU bahkan sampai ke jenjang perguruan

tinggi (S1). Dari petani sampel yang ada di Desa Silo Lama ini kebanyakan berasal dari

tingkat pendidikan SD dan SMU dengan jumlah masing-masing 12 orang (60%) dan 5

orang (25%). Sedangkan pada tingkat yang tidak tamat SD sampai ke tingkat SLTP

berjumlah 1 orang (5%) dan sampai tingkat Perguruan Tinggi hanya berjumlah 1 orang

(34)

Tabel 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

4.2.3 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga petani sampel rata-rata berkisar antara 1-10 orang.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 12 dibawah :

Tabel 12. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Silo Lama Tahun 2007

No Kelompok Jumlah Tanggungan Keluarga

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 12 dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga terbesar berada pada

kelompok 1-3 yaitu sebesar 9 orang atau 45 % dan yang terkecil berada pada kelompok

(35)

Pengalaman bertani adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi suatu

usahatani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah.

Tabel 13. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Silo Lama Tahun 2007

No Pengalaman Bertani (Tahun)

Jumlah

(Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1 7 - 17 10 50.00

2 18 - 28 6 30.00

3 29 - 39 2 10.00

4 40 - 50 0 0

5 51 - 60 2 10.00

umlah

20 100.00

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai pengalaman

bertani terbesar adalah pada kelompok 7-17 adalah sebanyak 10. orang atau sebesar

50% dan yang terkecil berada pada kelompok 51-60 sebanyak 2 orang atau sebesar 10

(36)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap petani Asam Glugur yang terletak di Desa Silo Lama, KecamatanAir Joman, Kabupaten Asahan. Pada penelitian ini ditetapkan 20 petani sampel yang di ambil secara sensus, karena jumlah petani Asam Glugur di daerah penelitian hanya berjumlah 20 orang sehingga semuanya

dijadikan sampel. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program penyuluhan pertanian mengenai Asam Glugur dan pelaksanaan programnya serta

(37)

Penyuluhan pertanian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

membantu petani serta anggota keluarganya yaitu memperbaiki cara dan teknik

berusahatani sehingga pendapatan petani meningkat yang selanjutnya tercapai

peningkatan taraf hidup petani dan pembangunan pertanian.

Bila suatu program mengubah prioritasnya sebagai tanggapan terhadap

perubahan kebutuhan, warga masyarakat akan belajar melalui pengalaman mereka

sendiri bahwa program itu sungguh-sungguh ada perhatian terhadap mereka. Hal ini

akan menyebabkan mereka merasa bahwa partisipasi mereka dalam program

benar-benar berarti dan dengan itu merangsang partisipasi yang lebih baik lagi. Dilain pihak,

masyarakat dapat beranggapan bahwa suatu program yang menolak untuk menanggapi

kebutuhan mereka dibidang pertanian sebagai lembaga yang tidak tanggap, tidak perduli

(Bunch, 2000).

Melaksanakan kegiatan Penyuluhan Pertanian dengan tujuan utama adalah untuk

membuat suatu perubahan prilaku. Program Penyuluhan Pertanian harus direncanakan

dengan baik dengan membuat rencana kegiatan yang akan dicapai. Suatu rencana

kegiatan Penyuluhan Pertanian akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan

bermanfaat apabila perencanaan dibuat sesuai atau memenuhi kebutuhan petani

setempat. Agar hal tersebut dapat terjadi maka masyarakat petani diharapkan terlibat

langsung dalam penyusunan kerja.

Jika dilihat dari wilayah kerja atau WKPP seorang petugas penyuluhan di Desa

Silo Lama Kecamatan Air Joman, maka setiap PPL memiliki 1dari 16 kelompok tani.

(38)

2 WKPP dengan 32 kelompok tani maka untuk melaksanakan penyuluhan secara teratur

dan berkelanjutan tentu saja seorang PPL mengalami hambatan dan tantangan.

Tugas yang harus dilaksanakan oleh PPL menurut buku kerja penyuluhan

pertanian, ada sembilan tugas yang harus dilaksanakan oleh PPL. Ke-9 tugas tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya

dalam berusaha tani.

2. Mengiventarisasi data diwilayah kerjanya yang dapat digunakan sebagai bahan

dasar dalam penetapan materi.

3. Membantu menyusun Program Penyuluhan Pertanian

4. Menggali dan mengembangkan sumber daya.

5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya.

6. Mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya

antara lain dalam mendapatkan sarana produksi, kredit dn alat-alat pertanian.

7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani dan keluarganya

dalam penerapan berbagai tekhnologi produksi, tekhnologi pasca panen,

tekhnologi pengelolaan hasil pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi.

8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi.

9. Menyusun rencana kerja Penyuluhan Pertanian di WKPP.

Kegiatan penyuluhan ini juga bekerjasama dengan Badan Informasi Penyuluhan

Pertanian (BIPP) yang selalu memberikan informasi terbaru ataupun membuat

(39)

Adapun Fungsi dari Badan Informasi Penyuluhan Pertanian adalah : 1. Menyusun kebijakan nasional, program penyuluhan nasional, standarisasi dan

akreditasi tenaga penyuluh, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan

2. Menyelenggarakan pengembangan penyuluhan, pangkalan data, pelayanan, dan

jaringaninformasi penyuluhan

3. Melaksanakan penyuluhan, koordinasi, penyeliaan, pemantauan dan evaluasi, serta alokasi dan distribusi sumber daya penyuluhan

4. Melaksanakan kerja sama penyuluhan nasional, regional dan internasional 5. Melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya, dan swasta. Di daerah penelitian, program penyuluhan terhadap petani Asam Glugur secara

khusus tidak ada, tetapi secara umum termasuk ke dalam program penyuluhan

kehutanan yaitu pada program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

(GN-RHL/Gerhan) dimana dalam pelaksanaan program ini dianjurkan untuk menanam

tanaman hutan 70% dan tanaman buah-buahan 30%. Asam glugur merupakan salah satu

tanaman buah–buahan yang dianjurkan untuk ditanam karena dapat berfungsi ganda

yaitu sebagai tanaman penyangga (buffer) dan tanaman kebun yang dapat diolah

buahnya untuk menambah pendapatan keluarga.

Sasaran lokasi kegiatan Gerhan adalah lahan masyarakat (hutan rakyat), lahan hijau kota (hutan kota), hutan lindung dan taman nasional. Sebagaimana tujuan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) sebelumnya, maka Gerhan

juga bertujuan untuk memperbaiki, memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan

peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Dan sasaran yang hendak dicapai oleh kegiatan RHL adalah terpeliharanya hutan dan

(40)

tanaman hutan rakyat, pembuatan tanaman kota, pembuatan bangunan konervasi tanah, dan pengembangan kelembagaan. Kriteria penilaian kegiatan dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/ pengembangan.

Program penyuluhan ini dirasakan petani sangat bermanfaat. Alasannya karena dengan adanya Asam Glugur, daerah mereka selalu terhindar dari bahaya banjir dimusim penghujan, karena tanaman ini merupakan tanaman penyangga untuk mencegah erosi pada saat hujan turun secara terus menerus, dan juga tanaman ini memiliki usia yang relatif cukup lama dan juga sebagai tanaman yang produktif untuk tumbuh dan menghasilkan buah. Manfaat lainnya yaitu membangkitkan kepercayaan diri petani sebagai bagian dari suatu masyarakat yang sangat dibutuhkan dalam suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat khususnya oleh Dinas maupun Balai Penyuluhan Pertanian setempat (BPP).

Manfaat lainnya dari program ini adalah petani mampu mengelola organisasi nya yaitu melalui kelompok tani untuk mensosialisasikan dan melaksanakan suatu program, mandiri, dan mampu mengelola usaha taninya demi meningkatkan pendapatan.

5.2 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian.

Karakteristik petani terdiri dari faktor sosial dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang diteliti adalah umur, lama bertani dan lama pendidikan. Sedangkan

faktor ekonomi yang diteliti adalah jumlah tanggungan keluarga dan total pendapatan keluarga. Hasil analisis hubungan kerakteristik petani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah Penelitian dapat diuraikan

sebagai berikut :

5.2.1 Hubungan Umur Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian

Umur petani merupakan salah satu faktor sosial yang berkaitan erat dengan cara pikir dan pandangan dalam membuat suatu pernyataan terhadap

kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah Penelitian. Hasil analisis hubungan antara umur dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah

Penelitian dapat diuraikan dalam Tabel 14 Berikut.

Tabel 14. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian

No Kelompok Umur (tahun)

Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan

Jumlah

(41)

2 53-67 0 ( 0% ) 10 (50%) 0 ( 0% ) 10 (50%) 3 68-83 0 ( 0% ) 3 (15%) 0 ( 0%) 3 ( 15%)

Jumlah 13 (65%) 7 (35%) 20 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 5

Tabel 14 menunjukkan bahwa kelompok umur 38-52 tahun terdapat 7 orang

(35%) yang nilainya tinggi, sedangkan pada tingkat kehadiran yang sedang dan rendah

tidak ada orang, yang mempengaruhi tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.

Kelompok umur 53-67 tahun terdapat 10 orang (50%) yang nilainya sedang, sedangkan

pada tingkat kehadiran yang tinggi dan rendah tidak ada orang, yang mempengaruhi

tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok umur 68-83

tahun terdapat 3 orang (15%) yang nilainya sedang, sedangkan pada tingkat kehadiran

yang tinggi dan rendah tidak ada orang, yang mempengaruhi tingkat kehadiran petani

mengikuti penyuluhan.

Erat tidaknya hubungan umur petani dengan kehadiran petani mengikuti

penyuluhan di daerah penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank

Spearman pada Lampiran 5, diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.1548 dan nilai

thitung =0.6648. Oleh karena thitung =0.6648 < t (α/0.05) = 2.101, berarti Ho diterima dan

H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara umur petani dengan kehadiran petani

mengikuti penyuluhan didaerah sampel. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan

terdapat hubungan antara umur petani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan

didaerah sampel ditolak. Hal ini disebabkan karena dalam penerimaan informasi yang

berperan hanyalah cara penyampaian yang dapat meyakinkan petani, sehingga yang

berpengaruh adalah daya nalar petani bukan umur.

(42)

Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian

Lama pendidikan formal yang dimiliki oleh petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan dalam mengambil suatu keputusan. Hasil analisis hubungan antara lama pendidikan dengan kehadiran petani mengikuti

penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini :

Tabel 15. Hubungan Lama Pendidikan Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian

No Lama

Pendidikan

Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan

Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

1 SD (1-6) 0 (0%) 10 (50%) 3 (15%) 13 (65%) 2 SLTP (7-9) 0 (0%) 1 ( 5% ) 0 ( 0 %) 1 ( 5% ) 3 SMU (10-12) 0 (0%) 2 (10%) 3 (15%) 5 (25%) 4 S1 (13- 17 ) 0 (0%) 1 ( 5% ) 0 ( 0% ) 1 ( 5% )

Jumlah 14 (70%) 6 (30%) 20 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 6

Tabel 15 menunjukkan bahwa kelompok tingkat pendidikan SD (1-6 tahun),

terdapat 3 orang (15%) yang nilainya tinggi, 10 orang (50%) yang nilainya sedang dan

tidak ada orang (0%) yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani dalam

mengikuti penyuluhan. Kelompok tingkat pendidikan SLTP (7-9 tahun), terdapat 1

orang (5%) yang nilainya sedang, sedangkan pada kelompok yang nilainya tinggi dan

rendah tidak terdapat seorangpun yang berhubungan terhadap tingkat kehadiran petani

mengikuti penyuluhan. Pada kelompok tingkat pendidikan SMU (10-12 tahun), terdapat

3 orang (15%) yang nilainya tinggi, 2 orang (10%) yang nilainya sedang dan tidak ada

orang (0%) yang nilainya rendah terhadap tigkat kehadiran petani mengikuti

(43)

(5%)yang nilainya sedang dan tidak ada orang (0%) yang nilainya tinggi maupun rendah

pada tinkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.

Erat tidaknya hubungan lama pendidikan petani dengan kehadiran petani

mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan

Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 6, diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.0307

dan nilai thitung = 0.1303. Oleh karena thitung =0.1303 < t (α/0.05) = 2.101, berarti Ho

diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara lama pendidikan petani

sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah penelitian. Oleh

karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara lama pendidikan petani

dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel ditolak.

Hal ini disebabkan karena sampainya informasi yang diberikan hingga sampai

pada taraf mempercayai yang berpengaruh adalah proses penyampaian atau metode

penyampaian sehingga taraf pendidikan tidak mempengaruhi terhadap proses

penerimaan informasi.

5.2.3. Hubungan Lama Bertani Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel

Pengalaman bertani seorang petani dapat dilihat dari penguasaannya terhadap teknik-teknik bertani yang baik atau dapat dikatakan mampu mrngelola usahataninya denan baik dan mampu mengatasi setiap masalah atau kendala yang dihadapi dalam usahataninya. Hasil analisis hubungan antara pengalaman bertani dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah sampel dapat diuraikan pada Tabel 16 Berikut:

Tabel 16. Hubungan Lama Bertani Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian

No Lama

Bertani (tahun)

Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan

Jumlah

(44)

1 7 - 24 0 ( 0% ) 9 (45%) 6 (30%) 15 (75%) 2 25 - 42 0 ( 0% ) 3 (15%) 0 ( 0% ) 3 (15%) 3 43 - 60 0 ( 0%) 2 (10%) 0 ( 0% ) 2 (10%)

Jumlah 14 (70%) 6 (30%) 20 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 7

Tabel 16 menunjukkan bahwa kelompok lama bertani 7-24 tahun terdapat 6 orang (30%)yang nilainya tinggi, 9 orang (45%) yang nilainya sedang dan tidak ada orang (0%) yang nilainya rendah terhadap kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Kelompok lama bertani 25-42 tahun, terdapat 3 orang (15%) yang nilainya sedang dan tidak ada orang pada kelompok yang bernilai tinggi dan rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Pada kelompok umur 43-60 tahun, terdapat 2 orang (10%) yang nilainya sedang dan tidak ada orang pada kelompok yang bernilai tinggi dan rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.

Erat tidaknya hubungan lama bertani petani sampel dengan kehadiran petani

mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan menggunakan

Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 7, diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.2865

dan nilai thitung = 1.2683. Oleh karena thitung = 1.2683 < t (α/0.05) = 2.101, berarti Ho

diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara lama bertani petani

sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah penelitian. Oleh

karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara lama bertani petani

sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel ditolak.

5.3.4. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat keberhasilan asam glugur sebagai komoditi unggulan. Hasil analisis hubungan antara jumlah tanggungan dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah sampel dapat dilihat ada Tabel

(45)

No Jumlah Tanggungan

(jiwa)

Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan

Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

1 1- 5 0 (0%) 8 (40%) 5 (25%) 13 (65%)

2 6-10 0 (0%) 6 (30%) 1 ( 5% ) 7 (35%)

Jumlah 14 (70%) 6 (30%) 20 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 8

Tabel 17 menunjukkan bahwa pada kelompok jumlah tanggungan 1-5 jiwa,

terdapat 5 orang (25%) yang nilainya tinggi, 8 orang (40%) yang nilainya sedang dan

tidak ada orang (0%) yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti

penyuluhan. Sementara pada kelompok jumlah tanggungan jiwa antara 6-10 orang,

terdapat 1 orang (5%) yang nilainya tinggi, 6 orang yang nilainya sedang dan dan tidak

ada orang (0%) yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti

penyuluhan.

Erat tidaknya hubungan jumlah tanggungan keluarga petani sampel dengan

kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan

menggunakan Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 8, diperoleh koefisien korelasi

(rs) = 0.4009 dan nilai thitung = 1.856. Oleh karena thitung = 1.856 < t (α/0.05) = 2.101, berarti

Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan

keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah

penelitian. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara jumlah

tanggungan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan

(46)

5.3.5. Hubungan Total Pendapatan Keluarga Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel

Total pendapatan keluarga petani berasal dari pendapatan petani baik dari

usahatani maupun non usahatani dihitung dalam satuan rupiah. Total pendapatan keluara

dalam penelitian ini berkisar antara Rp 672.000 – Rp 19.200.000. Hasil analisis

hubungan antara total pendapatan keluarga dengan tingkat kehadiran petani mengikuti

penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 18 Berikut :

Tabel 18. Hubungan Total Pendapatan Keluarga Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian

No Total Pendapatan Keluarga (Rp)

Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan

Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

1 672.000-4.320.000 0 ( 0% ) 12 (60%) 6 (30%) 18 (90%) 2

4.321.000-19.200.000

0 ( 0% ) 2 (10%) 0 ( 0% ) 2 (10%)

Jumlah 14 (70%) 6 (30%) 20 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 9

Tabel 18 menunjukkan bahwa pada kelompok total pendapatan keluarga Rp 672.000 – Rp 4.320.000, terdapat 6 orang (30%) yang nilainya tinggi, 12 orang

(60%) yang nilainya sedang dan tidak ada orang (0%) yang nilainya rendah terhadap kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok total

pendapatan keluarga Rp 4.321.000 – Rp 19.200.000, terdapat 2 orang (10%) yang nilainya sedang, dan tidak ada orang (0%) yang nilainya tinggi maupun rendah

pada tingkat kehadiran petani mangikuti penyuluhan.

Erat tidaknya hubungan total pendapatan keluarga petani sampel dengan

(47)

(rs) = 0.2327 dan nilai thitung = 1.0153. Oleh karena thitung = 1.0153 < t (α/0.05) = 2.101,

berarti Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara total

pendapatan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di

daerah penelitian. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara

total pendapatan keluarga petani sampel dengan kehadiran petani mengikuti

penyuluhan didaerah sampel ditolak.

5.3.6. Hubungan Luas Lahan Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Sampel

Luas lahan yang dimiliki petani merupakan salah satu faktor dalam menentukan

tingkat pendapatan petani dengan tingkat keberhasilannya dalam mengelola

usahataninya. Semakin luas lahannya dan semakin besar produksinya, maka pendapatan

juga akan meningkat. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 19

Berikut.

Tabel 19. Hubungan Luas Lahan Petani Sampel dengan Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan di Daerah Penelitian

No Luas Lahan (batang)

Tingkat Kehadiran Petani Mengikuti Penyuluhan

Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

1 1 - 12 0 ( 0% ) 9 (45%) 6 (30%) 15 (75%) 2 13 – 26 0 ( 0%) 4 (20%) 0 ( 0% ) 4 (20%) 3 27 – 40 0 ( 0%) 1 ( 5% ) 0 ( 0% ) 1 ( 5% )

Jumlah 14 (70%) 6 (30%) 20 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 10

(48)

dan tidak ada orang (0%) yang nilainya rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sementara pada kelompok luas lahan 13-26 batang, terdapat 4 orang (20%) yang nilainya sedang, dan tidak ada orang (0%) yang

nilainya tinggi ataupun rendah pada tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan. Sedangkan pada kelompok luas lahan 27-40 batang terdapat 1 orang (5%) yang nilainya sedang, dan tidak ada orang (0%) yang nilainya tinggi ataupun

rendah terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.

Erat tidaknya hubungan luas lahan yang dimiliki petani sampel dengan

kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah penelitian dapat dianalisis dengan

menggunakan Korelasi Rank Spearman pada Lampiran 10, diperoleh koefisien korelasi

(rs) = 0.3067 dan nilai thitung = 1.3669. Oleh karena thitung = 1.3669 < t (α/0.05) = 2.101,

berarti Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan luas lahan petani

sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan di daerah penelitian. Oleh

karena itu hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara luas lahan petani

sampel dengan kehadiran petani mengikuti penyuluhan didaerah sampel ditolak.

5.3 Pelaksanaan Program Penyuluhan Terhadap Petani Asam Glugur

Tanaman Asam glugur di daerah penelitian sudah ada sejak tahun 1960 an.

Untuk Program penyuluhannya baru dilaksanakan pada tahun 1994. Itupun tidak secara

khusus tetapi secara umum. Ini disebabkan karena tanaman asam glugur kurang begitu

dikenal oleh masyarakat secara umum. Disamping itu, menanam asam glugur

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan buah, yaitu sekitar 6-7

tahun baru bisa berproduksi sehingga petani lebih cendrung untuk menanam tanaman

(49)

Buah dari asam glugur sebenarnya merupakan tanaman yang menguntungkan,

karena sekali berbuah, maka akan terus menghasilkan sehingga penennya juga dapat

secara terus menerus. Tiga buah asam glugur sudah bisa menghasilkan 1 Kg dengan

harga Rp 800/Kg. Apalagi petaninya melakukan pengolahan yaitu dengan

mengeringkan buah sehingga dijual dalam bentuk buah kering. Harga buah kering yang

dijual bisa menghasilkan Rp 9000/Kg nya. Namun pada tahap pengolahan masih

sebahagian kecil petani yang mau mengerjakannya. Disamping membutuhkan waktu

yang lama dalam proses penjemuran juga tahapan kegiatannya juga terlalu merepotkan.

Dalam pengolahan buah segar ke buah kering juga akan mengalami penyusutan yaitu

karena terjadinya pembusukan, buah menjadi sedikit lembek/keriput karena kondisi

panas atau lembab dalam suatu wadah.

Karena asam glugur adalah tanaman rakyat, maka program Gerhan yang dilaksanakan di Desa Silo Lama sekarang hanyalah sebatas program penghijauan untuk mencegah kerusakan lahan dan terjadinya banjir, dan kekeringan. Dalam

pelaksanaannya, kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dikelompokkan dalam dua kegiatan besar yaitu kegiatan pokok dan kegiatan pendukung.

Kegiatan pokok RHL terdiri dari : 1. Reboisasi (penanaman dalam kawasan hutan)

2. Penghijauan (penanaman diluar kawasan hutan)

3. Pemeliharaan

4. Pengayaan tanaman

5. Penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan

kritis dan tidak produktif, dan

(50)

Dalam mendukung kegiatan pokok, maka kegiatan pendukung yang dilakukan

meliputi :

1. Kegiatan perlindungan tanaman hasil RHL yang mencakup pengendalian

hama dan penyakit tanaman hasil Rehabilitasi Hutan dan Lahan

2. Pelatihan, penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat setempat dalam

(51)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Program yang diberikan penyuluh kepada petani Asam Glugur adalah program

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL/Gerhan)

2. Banyak manfaat yang dirasakan oleh petani Asam Glugur diantaranya adalah

mencegah banjir pada saat musim penghujan datang, sebagai tanaman produktif

untuk tumbuh dan menghasilkan buah, serta petani mampu mengelola

usahataninya untuk meningkatkan pendapatan.

3. Berdasarkan analisis Korelasi Rank Spearman diperoleh bahwa karakteristik

sosial ekonomi petani yang meliputi : umur, lama pendidikan, pengalaman

bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, dan total pendapatan keluarga, tidak

memiliki hubungan terhadap tingkat kehadiran petani mengikuti penyuluhan.

4. Program yang dilaksanakan untuk Asam Glugur sampai saat ini adalah program

penghijauan.

Saran

1. Kepada Petani

- Untuk terus meningkatkan pendapatan petani asam glugur dengan

melakukan proses pengolahan yang hasilnya jauh lebih tinggi dibanding

dengan buah segar.

- Sebaiknya jumlah luas lahan untuk penanaman asam glugur dapat

ditambah karena buah ini terus menerus menghasilkan sehingga dapat

(52)

- Agar lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan penyuluhan yang

dilaksanakan oleh petugas penyuluhan agar pengetahuan terus

bertambah.

2. Kepada Pemerintah dan Penyuluh

 Sebaiknya tenaga penyuluh dapat segera bertambah mengingat kebutuhan

petani akan inovasi-inovasi baru semakin meningkat.

 Agar pemerintah tetap mengawasi kebijakan harga pasar, dimana

kebijaksanaan ini dibuat dengan tujuan agar harga pasar pada saat panen

tidak menurun jauh kebawah dari yang seharusnya diterima produsen.

3. Kepada Peneliti

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian yang lebih

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1995. Pedoman Monitoring dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian.

Departemen Pertanian Pusat Penyuluhan Pertanian. Jakarta.

Bunch, R.., 2000. Dua Tongkol Jagung. Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal

Pada Rakyat. Diterjemahkan oleh : Ilya Moeliono, Yayasan Obor Indonesia.

Djarwanto., 2003. Statistik Non Parametrik. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Kartasapoetra, A.G., 2001. Tekhnologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Loekman,S., 1998. Pertanian Abad 21. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pertanian

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University

Press. Surakarta.

Mubyarto, 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Nainggolan,M. 1997. Isolasi Senyawa Ilkoloida dari Buah Asam Glugur. Kultura, Majalah

Ilmiah Pertanian, FP.USU. Medan.

Nasution, Z. 1990. Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Nazaruddin, dkk. , 1993. Buah Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta

Rheini. 2000. Skrining Fitokimia dan Isolasi Senyawa Triterpenoida/Steroida dari

(54)

Sinar Tani, 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani, Jakarta.

Suhardyono, L., 1988. Penyuluhan Petunjuk Bagi Penyuluhan Pertanian. Erlangga,

Jakarta.

Tarigan,K., 2006.Menggagas Hutan Kerakyatan Dengan Tanaman Asam Glugur. USU

Press. Medan.

Umar, H., 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. PT.Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Van Den Ban. A.W. dan H.S Hawkins., 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta.

Verheij, E. V. M., dan Corronel. R. E., 1997. Proses Sumber Daya Nabati Asia Tenggara

2, Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(55)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel

No.

(56)

Lampiran 2. Produktivitas Petani Asam Glugur/bulan

No.

(57)
(58)
(59)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel

No.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Air Joman Tahun 2007
Tabel 2. Luas Produksi Asam Glugur di Kecamatan Air Joman
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Data Desa/Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah KK dan Jumlah Penduduk. No. Desa/Kelurahan Luas Wilayah Jumlah KK Jumlah Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Serangan disini hanya dilakukan untuk melihat apakah penyerang dapat memasuki database website UMK tanpa melakukan manipulasi terhadap database yang ada,

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah.. satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi

KEBIJAKAN ROTASI DAN PROMOSI JABATAN DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN MOTIVASI KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA.. KARYAWAN PADA BANK BJB KANTOR CABANG

Afandi Ali,1983, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bina Aksara, Jakarta.. Fajar Mukti dan Achmad Yulianto, 2010,

Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan software LabVIEW untuk simulasi sistem keamanan rumah yang praktis, efisien dan aman karena dilengkapi dengan username

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen. pada

Uji Adaptasi Klon Karet IRR Seri 100 Pada Agroklimat Kering di Kebun Sungei Baleh Kabupaten Asahan Sumatera Utara ( Adaptation Test of IRR 100 Series Rubber Clones at

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi