• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Desa” (Studi di Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Desa” (Studi di Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM)

DALAM PEMBANGUNAN DESA

(Studi di Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

Oleh

NOVALIA WATY

NIM 050901061

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul “Peran

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Desa” (Studi di

Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan).

Usaha penulis mulai dari persiapan bahan, konsep dan aplikasinya serta mencari data di lapangan hingga semua itu tertuang dalam skripsi ini memberikan kesan yang sangat mendalam bagi penulis. Walaupun penulis telah berusaha maksimal untuk membuat penelitian dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa isi dari tulisan ini masih sederhana dan jauh dari sempurna, baik dari dari segi penyajian maupun dalam pemilihan kata yang sesuai.

(3)

Selanjutnya, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, Ma, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Badaruddin karena beliau juga merupakan dosen wali dan dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran serta di tengah-tengah kesibukan beliau tetap meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi serta sebagai Ketua Penguji dalam Ujian Komprehensif penulis, terima kasih untuk segala masukan dan waktu yang Ibu berikan untuk penulis.

4. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si selaku dosen dan dosen pembaca (reader) skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya sekaligus memberikan sekaligus memberikan masukan-masukan kepada penulis.

(4)

6. Kedua orang abangku tersayang, Wawan Syuriawan dan David Surya Irawan, serta keluarga besarku terima kasih selama ini telah memberikan banyak dukungan, do’a serta bantuan di dalam menyelesaikan perkuliahan penulis. 7. Kepada Taufik Akbar Rambe, terima kasih untuk kasih sayang, perhatian,

do’a, dukungan dan semangatnya selama ini hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan apa yang jadi harapan kita bisa terwujud. Amin. 8. Kepada sahabat-sahabat semasa kecilku hingga saat ini: Irit, Iin dan Firda

yang selalu menyadarkanku bahwa hidup adalah perjuangan. Terima kasih karena kalian selalu ada untukku dalam kondisi apapun dan memberiku arti sebuah persahabatan. Terima kasih buat sahabatku Fina (makasih buat masukannya ya fin), buat Lela Ritonga yang selalu menghibur dengan canda tawanya serta memberi semangat buat penulis.

(5)

10. Kepada senior-senior dan junior-juniorku yang selama ini tetap memberi perhatian kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Bang Dinand ’03 (makasih ya bang buat curhat-curhatannya), buat Fitri ‘06 (cepat selesaikan kuliahmu), buat Otto ’06 (makasih ya dek untuk semangatnya) dan terima kasih kepada semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

11. Kepada Bapak Rianto selaku Kepala Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan, terima kasih untuk penjelasan serta waktu yang diberikan untuk penulis.

12. Kepada seluruh informan dalam penelitian ini, penulis ucapkan terima kasih atas kerjasamanya untuk membagi waktu dan informasi yang penulis butuhkan dalam pengerjaan skripsi ini.

13. Kepada seluruh pihak yang turut terlibat dan membantu dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Alla SWT membalas kebaikan kalian semua.

Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta dapat memberikan pengetahuan bagi kita semua.

Medan, 26 Juni 2010 Penulis

(6)

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa dinamika masyarakat pada tingkat desa dapat terwadahi dalam tiga institusi utama, yaitu: Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong royong masyarakat desa. Pembangunan desa merupakan upaya pembangunan yang dilaksanakan di desa dengan ciri utama adanya partisipasi aktif masyarakat dan kegiatannya meliputi seluruh aspek kehidupan baik fisik material maupu n mental spiritual.

Atas dasar tersebut, peneliti ingin mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai salah satu lembaga sosial yang terdapat di Desa Aek Song-Songan di dalam proses pembangunan desa.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara mendalam dan studi kepustakaan termasuk di dalamnya teknik dokumentasi. Interpretasi data penelitian dilakukan dengan menggunakan catatan dari hasil lapangan.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Defenisi Konsep ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Desa dan Pembangunan Desa ... 12

2.2. Pemberdayaan Masyarakat ... 17

2.3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ... 22

2.4. Partisipasi Masyarakat ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi Penelitian ... 28

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 29

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5. Interpretasi Data ... 31

3.6. Jadwal Kegiatan ... 32

(8)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Gambar Umum Desa Aek Song-Songan ... 34

4.1.1. Letak Dan Luas Desa Aek Song-Songan ... 34

4.1.2. Keadaan Penduduk ... 36

4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa Aek Song-Songan ... 40

4.2. Pemerintahan Desa Aek Song ... 45

4.3. Karakteristik Informan ... 49

4.3.1. Informan Kunci... 49

4.3.1.1. Bapak Rianto ... 49

4.4. Interpretasi Data... 64

4.4.1. Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ... 64

4.4.2. Pemilihan dan Penetatapan Anggota Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ... 72

4.4.3. Peran yang Ditampilkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan ... 83

4.4.4.1. Menyusun Rencana Pembangunan yang Partisipatif ... 86

4.4.4.2. Menggerakkan Swadaya Masyarakat ... 93

(9)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 107 5.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur………. 36

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….. 37

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan……… 38

Tabel 4,4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………... 39

Tabel 4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku……….. 40

Tabel 4.6. Keadaan Sarana Pendidikan………. 41

Tabel 4.7. Keadaan Sarana Ibadah……… 42

Tabel 4.8. Keadaan Sarana Olah Raga………... 43

(11)

DAFTAR SKEMA

Halaman

(12)

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa dinamika masyarakat pada tingkat desa dapat terwadahi dalam tiga institusi utama, yaitu: Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah desa untuk mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong royong masyarakat desa. Pembangunan desa merupakan upaya pembangunan yang dilaksanakan di desa dengan ciri utama adanya partisipasi aktif masyarakat dan kegiatannya meliputi seluruh aspek kehidupan baik fisik material maupu n mental spiritual.

Atas dasar tersebut, peneliti ingin mencoba untuk mengangkat topik permasalahan mengenai bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai salah satu lembaga sosial yang terdapat di Desa Aek Song-Songan di dalam proses pembangunan desa.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara mendalam dan studi kepustakaan termasuk di dalamnya teknik dokumentasi. Interpretasi data penelitian dilakukan dengan menggunakan catatan dari hasil lapangan.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sekarang ini masih saja dihadapkan pada berbagai permasalahan, khususnya di sektor pembangunan. Maraknya berbagai kasus ketertinggalan, kemiskinan dan lain sebagainya tampak harus diberikan perhatian khusus terhadap implementasi berbagai kebijakan dan strategi yang hendak dijalankan dalam konteks pembangunan. Hal ini patut disadari bahwa pembangunan sudah diwarnai semangat reformasi yang mengedepankan pembangunan sebagai proses yang diharapkan. Untuk itu diperlukan kesamaan dan keseragaman akan visi bahwa pembangunan nasional dapat dilakukan secara bersama oleh masyarakat, swasta, dan pemerintah menuju terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan (Sumodiningrat, 2007).

Persebaran penduduk yang tidak merata di atas ruang wilayah kota dan desa juga sering menjadi kendala pemerataan pembangunan. Konsentrasi pembangunan yang lebih terfokus di wilayah kota juga memberikan pengaruh terhadap konsep ketimpangan pembangunan. Padahal kuantitas dalam konteks jumlah penduduk menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan. Sehingga titik sentral pembangunan ideal adalah daerah pedesaan (Adisasmita, 2006).

(14)

dihormati oleh negara. Pembangunan wilayah pedesaan mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan dapat dilihat pula sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat serta upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif.

Daerah pedesaan sangat luas wilayahnya, sebagian besar penduduknya hidup di sektor pertanian dalam arti luas (meliputi sub-sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan), artinya struktur perekonomiannya sangat berat sebelah pada sektor pertanian atau merupakan daerah yang berbasis agraris (agriculture base). Tingkat kesejahteraan penduduk, ketersediaan prasarana dan tingkat produktivitas pertanian, pendidikan, derajat kesehatan, ketersediaan kemudahan adalah lebih rendah dibandingkan dengan daerah perkotaan. Kondisi desa-desa yang terdapat di Indonesia masih belum seragam. Ada yang masih tertinggal, sedang berkembang, hingga yang sudah maju. Keragaman letak geografis, sosial budaya, dan potensi alam yang mengakibatkan perbedaan kondisi alam tersebut.

Pendekatan pembangunan pedesaan pada masa orde baru (sampai tahun 1997) adalah sentralisasi serta bersifat top-down. Kewenangan perencanaan pembangunan sepenuhnya berada pada Pemerintah Pusat sehingga Pemerintah Daerah tidak dilibatkan. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan pembangunan berjalan lamban dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat desa.

(15)

memberikan pelimpahan wewenang kepada daerah otonom dan masyarakat lokal diikutsertakan dalam penyusunan rencana pembangunan. Pembangunan desa merupakan upaya pembangunan yang dilaksanakan di desa dengan ciri utama adanya partisipasi aktif masyarakat dan kegiatannya meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat baik fisik material maupu n mental spiritual.

Otonomi masyarakat desa dicirikan dengan adanya kemampuan masyarakat untuk memilih pemimpinnya sendiri, kemampuan pemerintahan desa dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan sebagai perwujudan atas pelayanan terhadap masyarakat dari segi administrasi pemerintahan dan pelayanan umum. Menguatnya fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, serta meningkatnya kemampuan keuangan desa untuk membiayai kegiatan-kegiatan di desa baik yang bersumber dari swadaya maasyarakat maupun sumber lainnya. Swadaya masyarakat akan meningkat bila pendapatan masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat (Saragi, 2004: 30).

Di desa selalu ada dua tokoh kepemimpinan, yakni tokoh informal dan tokoh formal. Tokoh informal merupakan tokoh yang mempunyai kekuatan ikatan batin dengan masyarakatnya sehingga mempunyai pengaruh yang besar. Tokoh informal yang dominan misalnya tokoh agama dan tokoh adat. Tokoh formal merupakan pemerintahan desa yang mempunyai kekuatan hukum. Kedua tokoh tersebut tidak dapat dilepaskan peranannya untuk menggerakkan masyarakat dalam pembangunan desa.

(16)

dalam tiga institusi utama, yaitu Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah salah satu lembaga kemasyarakatan yang ada di desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dibentuk untuk mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali swadaya gotong-royong masyarakat.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan pengganti dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan semangat otonomi daerah. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan lembaga kemasyarakatan yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai wadah dalam menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dibentuk di setiap desa dengan Peraturan Desa, sedangkan susunan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat desa yang disahkan atau dikukuhkan dengan Keputusan Kepala Desa yang bersangkutan

Adapun tugas dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) antara lain: a. Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif

(17)

Di dalam melaksanakan tugasnya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) berfungsi sebagai:

a. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat desa dan Kelurahan

b. Pengkoordinasian perencanaan pembangunan c. Pengkoordinasian perencanaan lembaga masyarakat

d. Pengkoordinasian kegiatan pembangunan secara partisipatif dan terpadu

e. Penggalian dan pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Manusia untuk pembangunan di desa.

Dalam pelaksanan suatu program pembangunan di perlukan partisipasi dari masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebutkan bahwa pelaksanaan pembangunan di desa harus dilaksanakan melalui suatu pengelolaan pembangunan yang dapat mewujudkan demokratisasi dan transparansi pembangunan pada tingkat masyarakat serta mampu mendorong, memotivasi, menciptakan akses agar masyarakat desa lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa.

(18)

Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas oleh pihak Pemerintah, tetapi hasilnya dianggap belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan peran serta masyarakat dan lembaga yang menaungi suatu desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dibentuknya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan membawa peneliti untuk melakukan penelitian tentang bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan di desa tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan di Desa Aek Song-Songan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penetapan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peran yang ditampilkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat terhadap pembangunan di Desa Aek Song-Songan.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk pengembangan ilmu, yakni memberi kontribusi dalam memaparkan peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam proses pembangunan desa.

b. Manfaat praktis

Sebagai manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi Kepala Desa maupun masyarakat dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pembangunan desa.

1.5. Defenisi Konsep

Untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti, penggunaan konsep sangat penting. Melalui konsep, peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk suatu kejadian. Konsep adalah generalisasi dari sejumlah fenomena.

a. Peran

(20)

b. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah lembaga yang terdapat di tingkat Kelurahan dan Desa yang merupakan wadah bagi masyarakat desa untuk menyalurkan aspirasi mereka ditujukan untuk kesejahteraan bersama dan dalam hal ini menyangkut pelaksanaan program-program pembangunan yang telah ditetapkan bersama.

c. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah fungsi yang dijalankan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di dalam kegiatan pembangunan suatu desa sesuai dengan yang diharapkan bersama.

d. Pembangunan Desa

Pembangunan Desa adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada suatu desa dengan tujuan membangun sarana dan prasarana desa untuk kesejahteraan masyarakat desa.

e. Desa

Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah penduduk yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa.

f. Pemerintah Desa

(21)

g. Otonomi Desa

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Artinya bahwa terdapat susunan skematis yang menjadi bagian dari unit tersebut yang memiliki hubungan ketergantungan antar bagian. Masyarakat memiliki batas yang berhubungan dengan lingkungan (secara fisik, teknis, dan sosial) serta memiliki proses eksternal dan internal.

Setiap individu sebagai bagian dari masyarakat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Peran lebih menunjukkan kepada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Dalam suatu lembaga, peran diartikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada lembaga yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peran juga digambarkan apa yang diharapkan dan apa yang dituntut oleh masyarakat (Narwoko, 2004).

(23)

batasan dan keterkaitan sistem. Sistem nilai mengacu pada bagaimana anggota masyarakat menyesuaikan dirinya untuk bertingkah laku berdasarkan acuan

Dalam analisisnya tentang sistem sosial, Parsons menggunakan status-peran sebagai unit dasar dari sistem. Status mengacu pada posisi struktural di dalam sistem sosial dan peran adalah apa yang dilakukan aktor dalam posisinya tersebut. Parsons juga menjelaskan dalam teorinya sejumlah persyaratan fungsional dari suatu sistem sosial. Pertama, sistem sosial harus terstruktur (ditata) sedemikian rupa sehingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainnya. Kedua, untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem yang lain. Ketiga, sistem sosial harus mampu memenuhi aktornya dalam proporsi yang signifikan. Keempat, sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya. Kelima, sistem sosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu. Keenam, bila konflik akan menimbulkan kekacauan, harus dapat dikendalikan. Ketujuh, untuk kelangsungan hidupnya, sistem sosial memerlukan bahasa (Ritzer, 2008: 125).

(24)

1. Adaptation (adaptasi); sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

2. Goal attainment (pencapaian Tujuan); sebuah sistem harus mendefinisikan

dan mencapai tujuan utamanya.

3. Integration (integrasi); sebuah sistem harus mengatur antarhubungan

bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya (A,G,L).

4. Latency (pemeliharaan pola); sebuah sistem harus memperlengkapi,

memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi (Ritzer, 2004: 121).

Di dalam konsep struktur sosial terkandung pengertian adanya hubungan-hubungan yang jelas dan teratur antara orang yang satu dengan yang lainnya. Untuk dapat membangun pola hubungan yang jelas dan teratur tersebut tentu ada semacam 'aturan main' yang diakui dan dianut oleh pihak-pihak yang terlibat. Aturan main tersebut adalah norma atau kaidah ini menjadi lebih konkret dan bersifat mengikat, sehingga diperlukan lembaga (institusi) yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat.

2.1. Lembaga Desa dan Pembangunan Desa

(25)

mengkoordinasi pembangunan sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik. Pembangunan pedesaan bersifat multi dimensional dan multi aspek, oleh karena itu perlu dilakukan analisis atau pembahasan yang lebih terarah dan dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan aspek di luar pedesaan (fisik dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosial-budaya, spasial, internal dan eksternal).

Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian dari pembangunan masyarakat yang diarahkan pula kepada pembangunan kelembagaan dan partisipasi serta pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Dibentuknya lembaga di setiap desa sebagai wujud partisipasi masyarakat desa akan mempercepat proses pembangunan desa. Hal ini dikarenakan masyarakat desa akan lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka karena tumbuh dan berkembang dari masyarakat desa itu sendiri (grassroot). Program-program yang dicanangkan pemerintah akan disesuaikan dengan kondisi sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan, aspirasi masyarakat setempat dan lain sebagainya. Dikarekan dana anggaran pembangunan yang tersedia di tiap desa terbatas sedangkan program pembangunan yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka perlu dilakukan penentuan prioritas program pembangunan yang diusulkan serta didukung oleh partisipasi masyarakat untuk menunjang implementasi program pembangunan tersebut (Adisasmita, 2006:34).

(26)

masyarakat (desa). Proses penyusunan program pembangunan dilakukan melalui tahapan-tahapan yang dimulai dari tingkat desa yaitu kegiatan musyawarah pembangunan desa, kemudian dibawa ke tingkat kecamatan melalui diskusi unit daerah kerja pembangunan. Demikian seterusnya hingga disalurkan di tingkat kabupaten/kota yang melibatkan lintas unit-unit kerja kabupaten/kota.

Adapun yang menjadi sasaran pembangunan pedesaan adalah dengan terciptanya : a. Pemantapan ketahanan pangan, maka peningkatan produksi dan produktivitas

sektor pertanian membutuhkan dukungan penyediaan prasarana fisik desa disamping sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit unggul dan teknologi.

b. Penciptaan kegiatan ekonomi lokal secara luas. c. Peningkatan dan memperluas lapangan kerja.

d. Penguatan kelembagaan desa, baik kelembagaan ekonomi maupun sosial. e. Peningkatan keswadayaan masyarakat.

(27)

Di dalam suatu masyarakat meskipun terdapat lebih dari satu lembaga biasanya terdapat satu lembaga yang berada dalam kedudukan teratas dan mendominasi lembaga-lembaga lainnya. Bagi masyarakat desa, lembaga-lembaga dominan ini bisa diwakili oleh lembaga adat maupun lembaga pemerintahan. Besarnya peranan lembaga pemerintahan itu berbeda pada semua desa. Pada desa dengan ikatan genealogis peranan lembaga pemerintahan ini tidak terlalu besar karena sistem kekerabatan dengan aturan adat istiadatnya sangat mendominasi kehidupan masyarakat desa sedangkan pada desa dengan ikatan kedaerahan peranan lembaga pemerintahan cukup besar (Wisadirana, 2005:117).

Perubahan dan perkembangan kelembagaan pada desa-desa di Indonesia ditentukan oleh kondisi internal maupun oleh pengaruh eksternal desa. Pengaruh eksternal terutama datang dari program-program pembangunan. Kondisi internal adalah semua potensi dan akses yang dimiliki desa tersebut dan menjadi faktor penentu dalam beradaptasi terhadap proses sosial umum. Diferensiasi kelembagaan menjadi lebih berkembang setelah era pembangunan, dimana Pemerintah melalui berbagai departemennya semakin meningkatkan intervensinya terhadap proses perkembangan pembangunan desa (Rahardjo, 1999:215).

(28)

a. peningkatan pelayanan masyarakat,

b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan, c. pengembangan kemitraan,

d. pemberdayaan masyarakat,

e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.

Pada jajaran pemerintahan desa dan masyarakat desa dijumpai banyak kelompok-kelompok masyarakat berdasarkan norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri daripada lembaga tersebut, umpamanya lembaga keagamaan, lembaga kepemudaan, olah raga, kesenian, arisan, kesukuan, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa jenis kelembagaan yang terdapat di berbagai desa di Indonesia, yaitu:

a) Lembaga Musyawarah Desa (LMD) terdapat di desa swadaya, swakarya, dan swasembada

b) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (desa swadaya, swakarya, dan swasembada)

c) Rukun Tetangga, Rukun Kampung - RT/RW (desa swadaya, swakarya, dan swasembada)

d) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga - PKK (desa swakarya dan swasembada) e) Perhimpunan Pemakai Air (desa swakarya dan swasembada)

f) Koperasi Unit Desa – KUD/BUD, dan sebagainya (desa swakarya dan swasembada)

(29)

i) Himpunan Kerukunan Tani Indoonesia (desa swasembada)

j) Lembaga Sosial Kampung – LSK, dan sebagainya (desa swasembada) (Jayadinata, 2006:112).

Dalam aktifitas Pemerintah desa, keberadaan lembaga-lembaga di lingkungan desa membawa pengaruh positif, bermanfaat dan sebagai kebutuhan yang tidak terelakkan. Sebelumnya telah digarisbawahi bahwa masyarakat dalam setiap aspek kehidupan perlu peran sertanya dimobilisasi untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam setiap proyek pembangunan. Implementasi konsep peran serta ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua lembaga sosial desa yang telah dibentuk tersebut.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya, yakni mulai dari aspek intelektual (Sumber Daya Manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial-budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan.

(30)

meluruskan keputusan-keputusan alokasi yang adil,yakni dengan menjadikan rakyat mempunyai pengaruh. Sementara Freire (Sutrisno, 1999) menyatakan empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber daya dan biaya pembangunan saja tetapi juga upaya untuk mendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang opresif (www.pemberdayaan.com).

Konsep lain menurut Widjaja (2003:23) menyatakan bahwa pemberdayaaan mempunyai makna mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah melindungi, membela dan berpihak kepada yang lemah untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat (2001:3) konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.

(31)

masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.

Pemberdayaan masyarakat dan desa adalah upaya memampukan dan memandirikan masyarakat dalam proses pembangunan untuk mencapai kesejahteraan. Konsepsi ini sesuai dengan dasar pemikiran pemberian otonomi oleh Pemerintah Daerah yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dimana dikatakan bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pemberdayaan memuat konsep pembangunan yang diawali dari kebutuhan masyarakat (bottom up) yang dalam kajian sehari-hari yang berorientasi dalam hal kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan pada hakikatnya mempunyai dua makna spesifik, pertama yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan, agar kondisi masyarakat dapat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan. Kedua yaitu meningkatkan kemandirian masyarakat dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri (Widjaya, 2003: 23).

(32)

desa secara maksimal dan demikian dana pemerintah tidak saja akan terbebas dari kemungkinan disalahgunakan masyarakat sendiri akan memberikan sumbangan ide, tenaga, maupun sumbangan bentuk lainnya guna memaksimalkan pekerjaan pemerintah di kampung mereka.

Dengan demikian bahwa pemberdayaan masyarakat adalah usaha menempuhkan dan memandirikan masyarakat yang ditandai dengan terwujudnya profil keberdayaan masyarakat, yakni melekatnya unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat memiliki daya tahan dan kekuatan/kemampuan membangun diri dan lingkungannya. Maka dari itu aspek-aspek pokok pemberdayaan masyarakat adalah:

a. Membangun suasana kondusif yaitu adanya iklim atau kondisi yang memungkinkan untuk berkembangnya potensi dan daya yang dimiliki masyarakat.

b. Support potensi yaitu memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

melalui pemberian (hibah) input berupa bantuan keuangan kelembagaan dan pembangunan sarana ataupun prasarana yang menjadi kebutuhan masyarakat. c. Proteksi yaitu melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat

(yang lemah) untuk mencegah kompetisi yang tidak seimbang

(33)

centered strategy. Sedangkan di tingkat praksis, proses interaksi terjadi melalui

pertarungan antar ruang otonomi. Maka, konsep pemberdayaan mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community based development) (Usman, 2003: 313-316).

Untuk mempercepat ketertinggalan kualitas sumber daya manusia, maka diperlukan cara-cara pendekatan yang dapat mewadahi seluruh komponen sumber daya manusia dengan kualitas yang ada dan mampu ikut serta/berpartisipasi. Selain itu, dalam proses menuju desa yang otonom, pengelolaan sumber daya alam harus berbasis kemasyarakatan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran.

1)

Meskipun proses pemberdayaan suatu masyarakat merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun dalam penerapannya memang disadari bahwa tidak semua yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar. Watson dalam buku

“Planning of Change” edisi kedua, menggambarkan ada beberapa kendala

(hambatan) yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan (pembangunan). Hal ini tentunya akan terkait dengan kendala dalam upaya pemberdayaan melalui intervensi komunitas.

(34)

2)

3)

Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (systemic and cultural coherence). Berdasarkan pandangan ini dapat dipahami bahwa perubahan yang dilakukan pada suatu area akan dapat mempengaruhi area yang lain. Hal ini terjadi karena dalam suatu komunitas tidak hanya berlaku satu sistem saja, tetapi berbagai sistem yang saling menyatu sehingga memungkinkan masyarakat itu hidup dalam keadaan nyaman.

4)

Kelompok kepentingan (vested interest). Salah satu sumber yang dapat menghambat perubahan dalam masyarakat adalah adanya kelompok kepentingan yang memiliki tujuan berbeda dengan tujuan pengembangan masyarakat.

2.3 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan lembaga kemasyarakatan yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai wadah dalam menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan desa. Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, yang mana merupakan pengganti dari Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1980. Isi dari Keputusan Presiden tersebut yakni “Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota dapat segera menyusun atau menyesuaikan peraturan daerah yang berkaitan dengan pembentukan beberapa lembaga kemasyarakatan di daerahnya”. Salah satu lembaga yang penting adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

(35)

Pada tiap desa dibentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang disingkat dengan LPM dan merupakan pengganti dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Nama Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa diganti dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat karena dianggap tidak sesuai lagi dengan semangat otonomi desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dibentuk di tengah-tengah lingkungan masyarakat desa yang berkedudukan sebagai mitra Pemerintah Desa dan Kelurahan dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan pembangunan dan bertumpu pada masyarakat dimana lembaga tersebut dibentuk.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 dijelaskan bahwa dalam upaya memerdayakan masyarakat di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa adalah segala hal-hal yang disusun atas kesepakatan bersama antara Kepala Desa dengan Badan Perwakilan Desa dan telah disahkan oleh Kepala Desa yang bersangkutan. Sedangkan susunan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat desa melalui proses musyawarah yang disahkan dengan Keputusan Kepala Desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk dengan tujuan untuk menjembatani pemerintahan desa dengan masyarakat, berkaitan dengan kegiatan-kegiatan sosial, penyuluhan, keagamaan, partisipasi, swadaya dan gotong royong masyarakat.

(36)

menggerakkan swadaya dan gotong-royong masyarakat dalam melaksanakan pembangunan partisipatif dan berkelanjutan. Hubungan kerja Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dengan lembaga atau organisasi kemasyarakatan lainnya di wilayah desa bersifat konsultatif dan kerjasama saling menguntungkan. Antara lembaga satu dengan yang lain yang terdapat di desa akan saling membantu dalam mengatasi masalah di lingkungan desa. Hubungan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat antar desa bersifat kerjasama dan saling membantu dalam rangka pemberdayaan masyarakat (Widjaja, 2003: 116).

2.4. Partisipasi Masyarakat

(37)

Dalam partisipasi terkandung pengertian bahwa seseorang bisa terlibat (berpartisipasi) sesuai dengan relevansinya, misalnya keahliannya, kepentingan (masalahnya), ataupun tingkat kemampuannya. Atau dengan kata lain, seseorang dapat berpartisipasi secara parsial, dalam pengertian hanya terlibat dalam salah-satu atau beberapa aktivitas saja atau berpartisipasi secara prosesial, dalam pengertian dapat terlibat dalam semua fase dari awal hingga akhir dari aktivitas dimaksudkan (Kaho, 2007:130).

Agar mampu berpartisipasi seseorang perlu berproses dan proses itu ada dalam dirinya dan dengan orang lain. Kemampuan setiap orang jelas akan berbeda-beda dalam berpartisipasi. Dengan upaya yang sungguh-sungguh dan terencana, partisipasi seseorang dan pada akhirnya muncul partisipasi kelompok akan bisa ditumbuhkan dengan dorongan dari dalam dirinya atau dengan dorongan orang lain yang selalu berinteraksi dengan orang tersebut atau dengan kelompok tersebut.

Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki oleh seseorang. Partisipasi hanya mungkin dilakukan bila seseorang memiliki kapital sosial, yaitu jaringa n kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara norma atau aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak.

(38)

untuk mencapai kepentingan aktor. George Homans (1987) menyebutkan bahwa

“bagi semua tindakan yang dilakukan orang, semakin sering suatu tindakan tertentu

memperoleh imbalan, semakin cenderung orang tersebut melakukan tindakan

tersebut”. Proposisi ini dapat diartikan bahwa semakin sering seseorang memperoleh

imbalan karena mengikuti kegiatan desa, kelompok atau suatu organisasi maka seseorang tersebut akan cenderung melakukan tindakan tersebut. Agar seseorang aktif dalam suatu kegiatan maka harus dijamin bahwa keaktifannya tersebut akan memperoleh imbalan atau manfaat (Saragi, 2004:51).

Dalam rangka pembangunan bangsa yang meliputi segala aspek kehidupan, partisipasi masyarakat memainkan peranan penting, Bintoro Tjokroamidjojo menegaskan:

“Pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan, politik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat di dalam suatu Negara.”

Masyarakat dapat berpartisipasi pada beberapa tahap, terutama dalam pembangunan, yakni: pada tahap inisiasi, legitimasi dan eksekusi. Atau dengan kata lain, pada tahap decision, making, implementation, benefit dan tahap evaluasi. Atau seperti yang dirumuskan Bintoro Tjokroamidjojo:

“Pertama keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan…

(39)

Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya anggapan untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan, masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini, masyarakat ditempatkan pada posisi yang membutuhkan bantuan dari luar. Sebenarnya jika masyarakat dilibatkan secara penuh, mereka juga mempunyai potensi tersendiri, seperti yang dikemukakan oleh Hikmat (2003:23-24) bahwa masyarakat sebenarnya memiliki banyak potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari semuber daya sosial dan budaya. Masyarakat memiliki kekuatan bila digali dan disalurkan akan menjadi energi besar untuk pengentasan kemiskinan. Cara menggali dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada masyarakat inilah yan menjadi inti dari pemberdayaan masyarakat. Di dalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah bagaimana menjadikan masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif dan bukan penerima pasif. Konsep gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat, dengan strategi pokok memberi kekuatan (power) kepada masyarakat.

Dari pendapat yang ada tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat jenjang, yakni:

1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, 2. Partisipasi dalam pelaksanaan,

3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil,

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif yakni agar dalam pencarian makna di balik fenomena dapat dilakukan pengkajian secara komprehensif, mendalam, alamiah, dan tanpa banyak campur tangan dari peneliti. Dimana dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa.

3.2. Lokasi Penelitian

(41)

desa oleh Pemerintah Kabupaten Asahan untuk lebih mengoptimalkan potensi sumber daya yang terdapat di desa tersebut. Selain itu, di Desa Aek Song-Songan telah dibentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang berjalan sesuai dengan tugas-tugasnya dari setiap seksi-seksi yang membantu fungsi lembaga tersebut. Hal lain yang mendorong pemilihan lokasi di Desa Aek Song-Songan juga dikarenakan tersedianya akses bagi peneliti sehingga mudah dalam mengambil data untuk penyelesaian penelitian.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah:

a. Informan kunci pada penelitian ini adalah Kepala Desa dan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang memahami Lembaga Pemberdayaan Masyarakat serta perannya dalam proses pembangunan di Desa Aek Song-Songan.

b. Informan biasa

(42)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui pengumpulan data primer dan data sekunder.

Data Primer

a. Observasi Langsung

Observasi langsung yaitu mengadakan pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti terhadap obyek yang akan diteliti. Hal ini dilakukan oleh si peneliti untuk mengamati dan melihat bagaimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan. b. Wawancara Mendalam

Wawancara Mendalam adalah merupakan proses tanya jawab secara langsung ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas peran dan partisipasi yang dimiliki Lembaga Pemberdayaan Masyarakat terkait pada aspek pembangunan yang diimplementasikan di Desa Aek Song-Songan.

Data Sekunder

(43)

3.5. Interpretasi Data

(44)

3.6. Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan ke

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Pra Survey

2. ACC Judul

3. Penyusunan Proposal Penelitian 4. Seminar Proposal

5. Revisi Proposal

6. Penelitian ke Lapangan 7. Pengumpulan Data dan Analisis Data 8. Bimbingan Skripsi 9. Penulisan Laporan

(45)

3.7. Keterbatasan Panelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan peneliti mengenai kurangnya pengetahuan peneliti dalam metode penelitian, keterbatasan buku-buku ataupun referensi yang mendukung penelitian, keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan, terutama informan kunci. Keterbatasan pengetahuan tentang metode penelitian menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan dan data-data yang didapat dari lapangan menjadi tidak terlalu dalam, walaupun teknik pengumpulan data secara observasi dan wawancara mendalam telah mampu menjawab permasalahan yang dimaksud.

(46)

BAB IV

INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Desa Aek Song-Songan 4.1.1. Letak dan Luas Desa Aek Song-Songan

Desa Aek Songan adalah salah satu dari 9 desa di Kecamatan Aek Song-Songan Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara. Kesembilan desa tersebut antara lain:

1. Tangga 2. Lobu Rappa 3. Aek Bamban 4. Marjanji Aceh

5. Perkebunan Bandar Pulau 6. Aek Song-Songan

7. Perkebunan Bandar Pulau 8. Situnjak

9. Mekar Marjanji

(47)

Adapun batas-batas wilayah desa antara lain:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bandar Pulau Pekan • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Pulau Kebun • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Padang Pulau

• Sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan Bandar Selamat

Desa Aek Song-Songan terletak pada ketinggian kurang lebih 900 meter di atas permukaan laut, dengan permukaan yang bervariasi, seperti datar, berombak, berbukit dan bergunung. Iklim di Desa Aek Song-Songan tergolong iklim sedang dengan suhu antara 25C-37C dengan curah hujan yang relatif sedang.

Jarak Desa Aek Song-Songan dengan ibukota Kecamatan yakni 0,5 Km dan jarak ke ibukota Kabupaten yaitu Asahan adalah 60 Km dengan jarak tempuh 1 jam serta jarak ke ibukota Propinsi yaitu Medan 260 Km dengan jarak tempuh hampir 5 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat. Kondisi jalan dari Desa Aek Song-Songan menuju ibukota Kecamatan cukup baik.

(48)

4.1.2. Keadaan Penduduk

Desa Aek Song-Songan dihuni sebanyak 3624 jiwa yang terdiri dari 981 Kepala Keluarga (KK). Untuk lebih memahami aspek kependudukan Desa Aek Song-Songan yang berdomisili di Desa Aek Song-Song-Songan dapat diuraikan berdasarkan: umur, jenis kelamin, mata pencaharian utama penduduk, tingkat pendidikan, agama dan suku bangsa.

4.1.2.1. Komposisi Penduduk Desa Aek Song-Songan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Tabel 4.1.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No. Dusun/Lingk. Usia/Umur (tahun) – (Orang) Jumlah (Orang) 1 – 5 6 -12 13 – 18 19-25 26-35 >35 Sumber : Kantor Kepala Desa Aek Song-Songan, 2009.

4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

(49)

sebagian penduduk Desa Aek Song-Songan yang jumlahnya hampir 60 %. Walaupun demikian masih banyak juga penduduk desa yang bermata pencaharian selain sebagai petani, seperti: berdagang, pegawai negeri, pegawai swasta, peternak, buruh, dan karyawan.

Selain mata pencaharian di atas masih terdapat pencaharian tambahan bagi mereka, misalnya kegiatan industri rumah tangga (menjahit, menganyam, membuat perabotan rumah tangga dan lain-lain), usaha peternakan (ayam, kambing, dan lembu) serta usaha di bidang jasa (perlengkapan kawasan wisata). Namun hal ini merupakan sumber tambahan bagi masyarakat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2: Tabel 4.2.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Dusun/Lingk

Mata Pencaharian Pokok (KK) Petani Peternak Nelayan Pensiunan

(PNS-Sumber : Kantor Kepala Desa Aek Song-Songan, 2009.

(50)

sementara itu penduduk Desa Aek Song-Songan yang lain mempunyai mata pencaharian sebagai buruh.

4.1.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Untuk itu pemberian dan peningkatan pendidikan terhadap masyarakat selalu digalakkan Pemerintah Daerah. Keterlibatan orang tua, sekolah (staf pengajar) dan masyarakat Desa Aek Song-Songan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi putra-putri mereka. Kondisi pendidikan penduduk Desa Aek Song-Songan adalah adanya masyarakat yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA dan sarjana. Untuk lebih jelasnya, ditunjukka n dalam tabel 4.3:

Tabel 4.3.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

(51)

4.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Aek Song-Songan pada umumnya menganut agama Islam. Sementara penduduk yang beragama lain sangat sedikit jumlahnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Dusun/Lingk Agama (Orang)

Islam Kristen Budha Hindu Lainnya Jumlah 1 I 375 6 - - - 381 2 II 614 15 - - - 629 3 III 317 17 - - - 334 4 IV 377 31 - - - 408 5 V 346 21 - - - 367 6 VI 253 12 - - - 264 7 VII 512 30 - - - 542 8 VIII 86 - - - - 86 9 IX 264 - - - - 364 10 X 239 9 - - - 249

Jumlah 3483 141 - - - 3624

Sumber : Kantor Kepala Desa Aek Song-Songan, 2009.

4.1.2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

(52)

Tabel 4.5.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

No. Dusun/Lingk Suku Bangsa (Orang)

Jawa Batak Melayu Minang Cina dll Jumlah

4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa Aek Song-Songan

Sarana dan Prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk pencapaian tujuan suatu program atau kegiatan pembangunan. Suatu rencana yang disusun dengan baik, tanpa didukung sarana dan prasarana yang baik dan memadai, maka tujuan dari perencanaan dalam suatu program atau kegiatan kemasyarakatan akan sulit tercapai.

(53)

4.1.3.1. Sarana Pendidikan

Dalam hal penyediaan sarana pendidikan formal di Desa Aek Song-Songan dapat dilihat pada tabel 4.6:

Tabel 4.6.

Keadaan Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Keterangan

1. TK 2 Baik

2. SD 5 Baik

3. SLTP 3 Baik

4. SLTA 4 Baik

Total 14 Baik Sumber: Profil Desa Aek Song-Songan 2009

(54)

4.1.3.2. Sarana Ibadah

Dalam hal keagamaan dan sarana peribadatan di Desa Aek Song-Songan, dapat di lihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 4.7.

Keadaan Sarana Ibadah

No. Sarana Ibadah Jumlah (Unit) Keterangan

1. Masjid 6 Baik

2. Langgar/Musholla 7 Baik

3. Gereja 1 Baik

Total 14 Baik

Sumber: Profil Desa Aek Song-Songan 2009

Sarana peribadatan di Desa Aek Song-Songan terdiri dari 6 Masjid, 7 Langgar dan 1 Gereja. Sedangkan Vihara dan Pura tidak terdapat di desa ini. Artinya bahwa mayoritas pemeluk agama di Desa Aek Song-Songan adalah agama Islam, hal ini tergambar dari sarana ibadah yang ada, yakni Masjid dan Langgar yang paling dominan.

4.1.3.3. Sarana Olah Raga

(55)

Tabel 4.8.

Keadaan Sarana Olah Raga

No. Jenis Prasarana Jumlah Keterangan

1. Lapangan Volly 2 Baik 2. Lapangan Bulu Tangkis 2 Baik

3. Lapangan Sepak Bola 3 Baik

Total 7 Baik

Sumber: Profil Desa Aek Song-Songan 2009

Sarana olah raga yang tersedia di Desa Aek Song-Songan terdiri dari 2 bidang lapangan volly dan 2 bidang lapangan bulu tangkis. Sedangkan lapangan sepak bola ada 3 bidang. Untuk lapangan olah raga yang lainnya seperti kolam renang, sepak takrau, basket dan lainnya belum tersedia, sehingga masyarakat yang hobinya olah raga yang tidak tersedia fasilitasnya harus mencari fasilitas tersebut ke daerah lain.

4.1.3.4. Sarana Kesehatan

(56)

Tabel 4.9.

Keadaan Sarana Kesehtan

No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan 1. Puskesmas 1 Baik 2. Praktek Dokter 2 Baik 3. Pratek Bidan 2 Baik 4. Posyandu 7 Baik 5. Apotek 2 Baik Total 14 Baik Sumber: Profil Desa Aek Song-Songan 2009

Bila melihat sarana kesehatan di Desa Aek Song-Songan, dapat dikatakan bahwa keadaannya sudah memadai, walaupun tidak terdapat Rumah Sakit Umum. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Pemerintah Kabupaten Asahan dan masyarakatnya sudah semakin sadar untuk menyediakan fasilitas kesehatan guna menunjang program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat wilayah desa.

4.1.3.5. Sarana Jalan Raya dan Pengangkutan

(57)

pengangkutan. Sedangkan jalan tanah berbatu tersebut merupakan jalan penghubung antara rumah dengan rumah yang lain.

Sarana pengangkutan di suatu daerah merupakan hal yang sangat penting dalam memperlancar komunikasi dan mobilisasi antara satu daerah dengan daerah lain. Adapun sarana pengangkutan yang telah tersedia di Desa Aek Song-Songan terdiri dari angkutan darat saja, yang meliputi kendaraan umum roda empat, kendaraan bermotor roda dua dan kendaraan tidak bermotor roda dua.

4.2. Pemeritahan Desa Aek Song-Songan

Untuk kelancaran dan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan, Desa Aek Song-Songan mempunyai struktur pemerintahan yang baku seperti tertera dalam skema struktur organisasi pemerintahan Desa Aek Song-Songan.

Untuk melaksanakan tugas sehari-hari, Kepala Desa dan perangkat desa lainnya bekerja di sebuah kantor yang berdiri kokoh. Kantor tersebut dibangun pada tahun 1982 yang terletak di Jalan Lintas Sigura-Gura. Untuk mendukung kegiatan masyarakat desa dalam hal partisipasi, di kantor tersebut memiliki ruang pertemuan dengan fasilitas yang cukup memadai, ruang arsip yang bersamaan dengan ruang Sekretaris Desa dan ruang kerja Kepala Desa.

(58)
(59)

Skema 1.

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Aek Song-Songan

Sumber: Profil Kelurahan Desa Aek Song-Songan, 2009

Keterangan:

a. Kepala Desa : Rianto

b. Sekretaris Desa : Rismayani, Amd. c. Kaur Umum : Rudiansyah d. Kaur Kesra : Adnan S. e. Kaur Pembangunan : Supiah Chairani

Kepala Desa

Sekretaris Desa

Kaur Kesra

Kaur Umum

Kepala Dusun I sampai dengan Kepala Dusun X Desa Aek Song-Songan

LPM

(60)

Skema 2.

Stuktur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM ) Desa Aek Song- Songan , Kecamatan Aek Song- Songan,

(61)

4.3. Karakteristik Informan

Dalam suatu penelitian, keberadaan informan tentunya menjadi elemen yang sangat penting dalam pengumpulan data, yang pastinya menjadi kunci utama dalam penulisan laporan penelitian ini. Penetapan di dalam pengambilan informan merupakan langkah yang harus dilakukan guna mendapatkan informasi yang akurat dan terjamin secara valid. informan yang diambil oleh peneliti adalah sebanyak 7 orang, 2 orang diantaranya adalah informan kunci yang peneliti anggap sebagai orang yang mengetahui peran Lembaga Peemberdayaan Masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan program-program kegiatan yang telah ditetapkan di Desa Aek Song-Songan. Sementara itu, 5 orang diantaranya adalah informan biasa yakni pihak yang merupakan anggota pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam setiap seksi dan jabatan yang telah disahkan.

Berikut ini adalah ketujuh informan kunci dan informan biasa tersebut:

4.3.1. Informan Kunci

4.3.1.1. Bapak Rianto (Kepala Desa Aek Song-Songan Periode 2009-2014)

(62)

Proses wawancara pertama peneliti lakukan di kediamannya yang terletak di Dusun III Desa Aek Song-Songan. Lokasi tempat tinggalnya persis berada disamping Mesjid Al Ikhlas yang ada di Dusun III tersebut. Rumah yang cukup asri dengan ditanaminya pohon kakao di sekitar pekarangan miliknya. Pak Anto tinggal bersama Isteri yang bernama Sumiati yang berusia 40 Tahun, serta 3 orang anak dari hasil perkawinan mereka. Anak pertama duduk di kelas 5 Sekolah Dasar dan anak kedua duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Kedua anaknya tersebut bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 010133 Desa Aek Song-Songan yang terletak di Dusun IV. Sedangkan anak yang paling bungsu saat ini masih berusia 5 tahun.

(63)

Dari pertemuan kedua kalinya oleh Bapak Rianto di Balai Desa, peneliti mendapatkan banyak informasi tentang lembaga-lembaga sosial yang terdapat di Desa Aek Song-Songan. Beliau menjelaskan tugas dari tiap-tiap lembaga-lembaga sosial yang dibentuk tersebut, khususnya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Berdasarkan keterangan dari Pak Anto tersebut, peneliti dapat mengetahui informasi tentang siapa orang-orang yang berkompeten untuk peneliti wawancarai sehubungan dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan.

4.3.1.2. Bapak Ir. Samidun (Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Periode 2009-2014)

Pertama kali peneliti bertemu langsung dengan Bapak Samidun di kediamannya, Pak Samidun baru saja pulang dari bekerja. Sebelumnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kepada beliau melalui percakapan ponsel. Dalam kesehariannya Pak Samidun merupakan karyawan perkebunan PTPN III. Pria yang telah berusia 52 Tahun ini termasuk orang yang sibuk dengan kegiatan rutinnya sehari-hari. Oleh sebab itu, peneliti sedikit menemukan kesulitan pada saat menemui beliau untuk melakukan wawancara langsung.

(64)

Lokasi rumah Pak Samidun terletak persis berada di samping Kantor Polisi Kecamatan Aek Song-Songan. Lingkungan rumah Pak Samidun termasuk ramai, hal ini disebabkan lokasi rumah yang tepat berada di Jalan Lintas Sigura-Gura. Pria yang tinggal bersama orang tua perempuannya yang bernama M’bah Munah, seorang isteri dan seorang anaknya yang berjenis kelamin laki-laki yang masih duduk di kelas 2 SMA Negeri 1 Aek Song-Songan. Rumah yang merupakan peninggalan kedua orang tuanya terlihat cukup asri. Istri dari Bapak Samidun bernama Sriyati dan merupakan ibu rumah tangga. Bapak Samidun merupakan lulusan dari salah satu Perguruan Tinggi yang berada di Kota Medan. Beliau memiliki 3 orang anak, akan tetapi kedua anaknya yang lain tidak serumah lagi dengannya. Anak yang pertama sudah berumah tangga dan tinggal di Kota Kisaran, sedangkan anak keduanya masih duduk di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Medan.

(65)

4.3.2. Informan Biasa

4.3.2.1. Bapak Ruslan Hasibuan, Spd. (Ketua Bidang Pembangunan)

Informan adalah seorang pria yang telah berkeluarga. Penduduk Desa Aek Song-Songan biasa memanggilnya dengan nama Pak Ruslan. Pria yang berperawakan sedang ini telah berusia 40 tahun. Pak Ruslan merupakan lulusan dari salah satu Universitas Swasta yang terdapat di Kota Medan. Pekerjaan Pak Ruslan sehari-hari adalah guru mata pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kecamatan Aek Song-Songan.

Pak Ruslan mempunyai anak berjumlah 2 (dua) orang dari hasil pernikahannya. Kedua anaknya berjenis kelamin perempuan. Anak pertamannya berusia 10 tahun dan telah duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Sedangkan anak keduanya berusia 6 tahun dan sedang duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Isteri Pak Ruslan bernama Eni Ristiana dan juga bekerja sebagai guru. Isteri Pak Ruslan tersebut mengajarkan mata pelajaran Bahasa Perancis di lokasi sekolah yang sama dengannya. Ibu Eni merupakan lulusan dari Universitas Negeri Medan. Sepasang suami isteri ini merupakan Pegawai Negeri Sipil.

(66)

Beliau menamatkan sekolahnya hingga Sekolah Menengah Atas di Desa Aek Song-Songan. Pak Ruslan dan keluargnya ini bertempat tinggal di Dusun V yang tidak begitu jauh dari Kantor Kepala Desa.

Saat diwawancarai dirumahnya, peneliti menemui Pak Ruslan yang sedang duduk santai di teras rumahnya pada suatu sore. Dengan sikap ramah, Pak Ruslan mempersilahkan peneliti untuk masuk ke dalam rumahnya. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan di sore hari itu. pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Selain mengajar di sekolah tersebut, untuk menambah penghasilan rumah tangganya bersama isteri beliau mengajar di SMA Yayasan Saniah yang terletak di Dusun VII Desa Aek Song-Songan.

Dalam struktur anggota pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Pak Ruslan menjabat sebagai Ketua Bidang Pembangunan. Meskipun iabukan merupakan penduduk asli Desa Aek Song-Songan, beliau dipilih langsung oleh penduduk Desa Aek Song-Songan berdasarkan suara terbanyak.

(67)

4.3.2.2. Ibu Warsini (Bendahara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)

Informan peneliti ini adalah seorang ibu berumur 40 tahun. IbuWarsini, begitu biasanya ia dipanggil oleh penduduk Desa Aek Song-Songan. Ibu yang berkulit kuning langsat dengan wajah berbentuk oval ini bertempat tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun IV Desa Aek Song-Songan. Ibu Warsini merupakan penduduk asli Desa Aek Song-Songan. Ibu Warsini memiliki suami yang bernama Supriadi yang telah berusia 42 Tahun. Pekerjaan suami Ibu Warsini sehari-hari adalah berkebun. Suami Ibu Warsini bekerja di kebun karet milik mereka pribadi. Lokasi kebun karet miliki mereka berada di Desa Marjanji Aceh. Untuk mencapai lokasi kebun karet miliknya dari kediamannya tersebut diperlukan waktu kurang lebih 45 menit.

Selain kebun kelapa sawit, tidak sedikit masyarakat desa yang memiliki kebun karet sebagai sumber penghasilannya. Walaupun luas perkebunan karet di Desa Aek Song-Songan sekarang dalam jumlah yang sedikit dikarenakan banyak warga yang mengganti kebun karet miliknya menjadi kebun kelapa sawit yang dianggap lebih mempunyai nilai jual relatif tinggi. Dalam perjalanan berumah-tangga, Inu Warsini dikaruniai 2 orang anak laki-lakinya, anak pertama sudah duduk di kelas 1 SMA Negeri I Desa Aek Song-Songan dan 1 orang lagi bernama masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar Negeri 010133 Desa Aek Song-Songan.

(68)

tersebut hanya dilakukan seminggu sekali dengan lokasi pengajian bergiliran dari rumah penduduk yang satu dengan penduduk yang lain. Ibu Warsini merupakan ketua dalam pengajian yang anggotanya kebanyakan ib-ibu yang telah berumah tangga tersebut.

Jabatan yang disandang Ibu Warsini dalam Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan adalah sebagai bendahara. Menurutnya pemilihan posisi bendahara pada kepengurusan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah seorang perempuan didasarkan oleh anggapan penduduk desa bahwa perempuan lebih teliti dalam menggunakan dana yang akan dikeluarkan untuk membiayai pelaksanaan suatu kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Beliau menjelaskan tentang darimana saja dana untuk pembiayaan kegiatan tersebut berasal serta beberap kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan.

4.3.3.3. Bapak Subarno (Ketua Bidang Peningkatan SDM dan Ekonomi)

(69)

Dalam kehidupan sehari-hari beliau membuka usaha warung bakso yang dikelola bersama istrinya. Dari usaha berjualannya tersebut, Pak Barno dapat memperoleh penghasilan 2.000.000,- / perbulan. Usaha yang tepat berada di depan rumahnya tersebut dibuka dari pukul 10 pagi hingga jam 10 malam. Dari pengamatan peneliti, usaha bakso milik Pak Barno dapat dikatakan laris. Hampir setiap hari bakso dagangannya habis. Tiap hari warung bakso miliknya itu ramai dikunjungi pembeli, apalagi suasana warung yang dibuat kursi-kursi melingkar dengan tenda di atasnya. Banyak muda-mudi yang nongkrong berlama-lama sambil bercengkrama di warung baksonya sambil tersebut.

Di sekitar tempat tinggal Pak Subarno, terdapat beberapa keluarga lain yang membuka usaha bakso di depan rumah mereka masing-masing sebagai mata pencaharian. Selain memperoleh penghasilan dari usahanya tersebut ia juga memperoleh penghasilan dari kebun karet miliknya. Semasa mudanya Pak Barno hanya menggantungkan diri dari penghasilan kebun karet miliknya, namun setelah usianya sudah beranjak tua beliau memilih berwiraswasta dengan cara membuka warung bakso untuk menambah sumber penghasilannya.

Walaupun memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, dimana ia hanya mampu menempuh pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama saja, namun begitu ia tidak ingin anak-anaknya mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Hal ini terbukti 2 orang dari anak-anaknya mampu menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.

(70)

yang dilaksanakan di Desa Aek Song-Songan. Seperti saat ini, beliau masih aktif di Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Dalam struktur anggota pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Desa Aek Song-Songan, Pak Barno terpilih menjabat sebagai Ketua Bidang Peningkatan SDM dan Ekonomi. Pak Barno dipilih berdasarkan hasil musyawarah yang dilaksanakan oleh penduduk.

4.3.3.4. Bapak Anto Sirait (Ketua Bidang Pemuda, Olah Raga dan Seni)

Pria paruh baya yang memiliki 2 orang putra ini terlahir dengan nama Anto Sirait, tetapi masyarakat Desa Aek Song-Songan akrab memanggilnya dengan nama Anto Warung. Hal ini dikarenakan ia merupakan salah satu cucu dari seorang nenek yang berama Nek Warung. Saat ini ia berusia 48 tahun. Pak Anto tinggal dan menetap di daerah ini sejak ia lahir, dalam kesehariannya pria ini dikenal sebagai seorang pengusaha grosir yang sukses di desa tersebut. Ia telah memulai usahanya tersebut sejak 17 tahun silam. Hampir semua kebutuhan pokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya dijual olehnya. Pak Anto menjalankan usaha sehari-hari didampingi oleh sang Istri yang bernama Elly.

(71)

Informan ini bertempat tinggal di Dusun VII Aek Songsongan. Lokasi rumahnya juga bersebelahan dengan rumah orang tua dan rumah adiknya yang paling kecil. Ditemui di lokasi usahanya tersebut, peneliti disambut dengan baik olehnya. Pak Anto mempersilahkan peneliti masuk ke dalam rumahnya yang berada tepat di samping warung miliknya. Rumah yang dimiliki Pak Anto tersebut untuk ukuran masyarakat desa dapat dikatakan mewah.

Berbicara mengenai Lembaga Pemberdayaan Masyarakat beliau menjelaskan bagaimana tugas yang diberikan kepadanya dalam bidang Pemuda, Olah Raga, dan Seni dalam struktur kepengurusan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Dalam kegiatan yang berhubungan dengan kepemudaan Pak Anto sering menghadiri pertandingan antar desa, sebagai contoh: pertandingan bola volly dan pertandingan bola kaki.

Pak Anto ini termasuk orang yang disukai pemuda di desanya karena sikap ramah yang dimilikinya. Disamping itu juga Pak Anto termasuk pria yang aktif di beberapa organisasi kepemudaan seperti Pemuda Pancasila (PP) serta dibeberapa organisasi yang bersifat keagamaan, seperti Serikat Tolong Menolong (STM) di dusun tempat tinggalnya.

4.3.3.5. Bapak H. Harun Syah (Ketua Bidang Keamanan, Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa)

(72)

Kantor Urusan Agama untuk wilayah Kecamatan Bandar Pulau dalam periode yang cukup lama. Ditemui saat berada di kediamannya di Dusun V saat Pak Harun selesai melaksanakan Sholat Dzuhur di mesjid yang tidak jauh dari rumahnya, peneliti mengutarakan maksud dan kedatangannya.

Pensiunan PNS ini telah lama tinggal di Desa Aek Song-Songan, ia telah menghabiskan waktu sekitar kurang lebih 40 tahun untuk tinggal dan menetap di desa ini. Dari hasil perkawinannya ia telah dikarunia dengan 5 orang anak dan beberapa orang cucu. Salah satu dari anak Pak Harun adalah seorang Dokter Spesialis Anak dan telah membuka praktek Dokter di daerah Dusun IV Desa Aek Song-Songan.

Dalam kesehariannya informan ini terkenal sebagai pribadi yang paham dengan agama dan seringkali di undang untuk ceramah di mesjid-mesjid dan acara-acara keagamaan, seperti kegiatan pengajian di dusun-dusun. Sehari-hari ia menghabiskan waktunya di sekolah yayasan yang telah lama didirikannya. Yayasan tersebut terdiri dari: Raudhatul Atfhal (RA) Daerah, Madrasah Tsanawiyah Swasta Daerah dan Madrasah Aliyah Swasta Daerah. Lokasi yayasan yang didirikannya terletak di Jalan Bakti Nomor 1 Desa Aek Song-Songan, lebih tepatnya di wilayah Dusun III.

(73)

Song-Songan memilihnya dan menetapkan Pak Harun ini untuk menjadi Ketua di bidang Keamanan, Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berbicara tentang lembaga-lembaga yang ada di Desa Aek Song-Songan, Pak Harun sangat memahami tugas semua bidang dengan sangat baik. Sudah cukup lama Pak Harun aktif dalam kepengurusan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat untuk bidang yang sama. Selain aktif dan terpilih menjadi Ketua di bidang tersebut, Pak Harun juga merupakan Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia cabang Aek Songsongan untuk wilayah Kecamatan Aek Song-Songan.

4.3.3.6. Bapak Drs. Mansur Marpaung, MM. (Penduduk Desa Aek Song-Songan) Informan berusia 45 tahun ini akrab dipanggil dengan nama Ucok oleh penduduk desa tempat Ia tinggal. Lelaki yang merupakan penduduk asli Desa Aek Song-Songan ini bertempat tinggal di Dusun V, tepatnya bersebelahan dengan Mesjid utama yang berada di Dusun V tersebut. Rumah yang cukup luas tersebut Ia tempati bersama keluarganya. Bapak Mansur memiliki seorang Istri yang bernama Risti Mariana dan 3 Orang anak dari perjalanan hidup berumah tangganya. Anak-anaknya tersebut terdiri dari dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Rumah yang Ia tempati merupakan rumah warisan dari kedua orang tuanya.

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.2.  Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil data yang diperoleh bahwa peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dalam pengelolaan dana Hibah di Desa Kedung Supit Kecamatan Wonomerto Kabupaten

peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dalam pembangunan.. desa di Huta Sisundung Kecamatan Angkola Barat Kabupaten

Keseluruhan hasil wawancara yang dikemukakan di atas memberikan gambaran bahwa pelaksanaan fungsi LPM dalam pembangunan desa pada lima desa lokasi sampel ternyata belum

Adapun lembaga sosial masyarakat seperti LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), Dharma Wanita Persatuan, dan yang terakhir

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Partisipasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam melaksanakan pembangunan desa sebagai perwujudan civic

Pemberdayaan Masyarakat dibentuk di setiap desa dengan Peraturan Desa, sedangkan susunan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat

Azaz manfaat bersama disini lebih kearah kesepakatan keputusan yang di ambil Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kepala Desa dalam menjalin Kemitraan yaitu saling

Oleh sebab itu, penulis mengangkat penelitian dengan judul “Pelaksanaan Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan di Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan