• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PEMBANGUNAN DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PEMBANGUNAN DESA"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

IRMAWATI NIM: 105381101116

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI Maret, 2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Irmawati

Nim : 105381101116

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul Skripsi : Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan tanpa pengetahuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada Universitas Muhammadiyah Makassar atau perguruan tinggi lainnya.

Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Unismuh Makassar.

Demikian pernyataan ini saya buat.

Makassar, Maret 2021 Yang Membuat Perjanjian

IRMAWATI

(5)

iii

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : IRMAWATI

Nim : 105381101116

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Maret 2021 Yang Membuat Perjanjian

IRMAWATI

(6)

iv

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain”

(Q S Al-Insyirah 6-7)

“Jangan ada kata terlambat untuk mewujudkan mimpi, karena selama ada niat dan keyakinan untuk melangkah maka mimpi itu akan menjadi kenyataan”

(Irmawati)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah... atas rahmat Allah swt yang telah memberikan kesehatan, rasa syukur, keikhlasan, kemudahan, dan kesabaran selama penulisan karya ini.

Karya Skripsi ini saya persembahkan untuk ayah/ ibu dan semua saudaraku tercinta...

Terima kasih kepada ayah/ibu dan saudaraku tetesan keringatmu, jerih payahmu, do’amu selalu menyertai setiap langkahku. Dukungan bapak/ibu dan saudaraku adalah kekuatan dan semangatku dalam menyelesaikan karya ini.

Terima kasih untuk orang yang selalu memberikan dukungan, semangat, selalu setia membantu saya selama ini biarpun jauh di rantauan. Dukunganmu adalah semngatku dalam penulisan karya ini.

Penghormatan dan terima kasih kepada dosen pembimbingku, keluarga besarku, sahabat-sahabatku, atas semangat yang selalu kalian berikan.

(7)

v

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaiama peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, faktor pendukung dan penghambat Lembaga Pemberdayaan masyarakat Dalam pembangunan Desa.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini informan dipilih langsung oleh peneliti yang disebut sasaran penelitian berdasarkan karakteristik informan yang telah di tetapkan yaitu Kepala Desa, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Masyarakat Desa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui berbagai tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sedangkan teknik keabsahan data yaitu mengunakan triangulasi sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian di lapangan peneliti dapat melihat bahwa, Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa di Desa Sabalana yaitu ketua dan anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat telah menjalankan peran tugas dan fungsinya dalam mengerjakan setiap pembangunan yang di lakukan di Desa Sabalana namun belum terlalu efektif. Faktor pendukung Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa yaitu sumber daya yang di miliki oleh aparatur Desa, selalu adakan rapat koordinasi. Faktor penghambat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa yaitu transportasi laut dan kurangnya partisipasi masyarakat Desa dalam membantu pemerintah desa dan ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam mengerjakan setiap pembangunan yang ada. Keberhasilan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam meningkatkan pembangunan di Desa Sabalana, maka perlu adanya kerjasama antara pemerintah desa, ketua LPM dengan masyarakat Desa.

Kata Kunci : Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pembangunan Desa.

(8)

vi

The purpose of this study was to determine the role of Community Empowerment Institutions in Village Development, supporting and inhibiting factors for Community Empowerment Institutions in Village Development.

This type of research is a qualitative descriptive study. In this study, the informants were selected directly by the researcher who was called the research target based on the characteristics of the informants that had been determined, namely the Village Head, the Chairperson of the Community and Village Community Empowerment Institution. Data collection techniques in this study were carried out by means of observation, interviews and documentation. The data analysis technique uses various stages, namely data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions, while the data validity technique uses source triangulation, time triangulation, theory triangulation, and technical triangulation.

The results of research in the field researchers can see that, the Role of Community Empowerment Institutions in Village Development in Sabalana Village, namely the chairperson and members of the Community Empowerment Institution have carried out their duties and functions in carrying out any development carried out in Sabalana Village but have not been very effective.

The supporting factor for the Community Empowerment Institution in Village Development is the resources owned by the Village apparatus, always holding a coordination meeting. Inhibiting factors for Community Empowerment Institutions in Village Development are sea transportation and the lack of participation of the Village community in assisting the village government and the chairman of the Community Empowerment Institution in carrying out any existing development. For the success of the Community Empowerment Institution in increasing development in Sabalana Village, it is necessary to have cooperation between the village government, the chairperson of the LPM and the village community.

Keywords: Role of Community Empowerment Institutions (LPM), Village Development.

(9)

vii

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moral maupun material. Penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada :

1. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,

2. Drs. H. Nurdin, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

3. Kaharuddin,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Sekertaris Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Dr. Nurlina Subair, M.Si. sebagai pembimbing I,

5. Dr. Fatimah Azis, M.Pd. pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(10)

viii

khususnya bagi penulis selaku calon pendidik dan pembaca pada umumnya.

Semoga segala jerih payah serta kerja keras kita bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Amin….

Makassar, Maret 2021

Penulis

(11)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Operasional ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Kajian Konsep ... 16

B. Kajian Teori... 28

C. Kerangka Pikir... 32

D. Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 38

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 39

C. Ruang Lingkup dan Fokus Penelitian ... 39

D. Informan Penelitian ... 39

E. Jenis dan Sumber Data ... 40

F. Instrumen Penelitian... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 42

I. Teknik Keabsahan Data ... 44

(12)

v

C. Keadaan Penduduk ... 49

D. Keadaan Pendidikan ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 80

B. Saran Penelitian ... 81

DAFTARPUSTAKA ... 82

(13)

vi

Tabel 2.1 Skema Kerangka Fikir ... 33

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 36

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 49

Tabel 4.3 Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Desa Sabalana ... 50

Tabel 4.4 Jumlah Lembaga Pendidikan di Desa Sabalana ... 51

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 pasal 94 menyatakan bahwa desa mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa yang ada dalam membantu pelaksanaan Pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Wewenang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam pembangunan di Desa Dalam sistem Pemerintahan Desa adalah (1) merencanakan pembangunan berdasarkan musyawarah, (2) menggerakan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, (3) menumbuh kembangakan kondisi dinamis masyarakat dan meningkatkan ketahanan. Untuk menjelaskan fungsi dan perannya dalam pembangunan harus sesuai dengan peraturan desa yang sudah di buat. Namun ada beberapa fungsi yang baik untuk dijalankan guna meningkatkan pembangunan, yaitu (1) sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan, (2) menanamkan pengertian dan kesadaran akan penghayatan dan pengamalan pancasila, (3) menggali, memanfaatkan, potensi dan menggerakan swadaya gotong royong masyarakat untuk membangun., (4) sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan masyarakat serta antar warga masyarakat itu sendiri; (5) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat; (6) Membina dan menggerakan potensi pemuda dalam pembangunan; (7) Membina kerjasama antara lembaga

1

(15)

yang ada dalam masyarakat untuk pembangunan; (8) pelaksanaan tugas-tuga s lain dalam rangka membantu pemerintah Desa untuk menciptakan ketahanan yang mapan.

Lembaga adalah institusi atau pranata yang di dalamnya terdapat seperangkat hubungan norma-norma, nilai-nilai, dan keyakinan yang nyata dan berpusat kepada berbagai kebutuhan sosial serta serangkaian tindakan yang penting dan berulang.

Landasan hukum dari peran LPM dalam pembangunan desa yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu, pada pasal 94, yang menyebutkan:

a. Desa memberdayakan lembaga kemasyarakatan desa yang ada (rukun tetangga, rukun warga, pemberdayaan kesejahteraan keluarga, lembaga pemberdayaan masyarakat) dalam membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Lembaga kemasyarakatan desa merupakan wadah partisipasi masyarakat desa sebagai mitra pemerintah desa.

c. Lembaga kemasyarakatan desa bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat desa, ikut serta merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

d. Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dari pemerintah daerah, provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, dan lembaga non-

(16)

pemerintah wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada di desa.

Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) adalah lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan, yang bertumpu pada masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendali pembangunan, meningkatnya kemampuan masyarakat sebagai sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam (SDA) terutama dalam bidang Agrobisnis, dan pariwisata, meningkatkan ekonomi kerakyatan dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Dalam UU No 6 Tahun 20 14 tentang desa pada pasal 94 ( 1) dijelaskan bahwa desa mendayagunakan lembaga kemasyarakatan desa dalam membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, membina kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Lembaga kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat pada ayat (1) merupakan wadah partisipasi masyarakat desa sebagai mitra pemerintahan desa.

(Undang-undang desa, nomor 6 2014: 60).

Kewenangan desa meliputi kewenangan dalam bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan

(17)

desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan pengembangan usaha ekonomi, pengembangan lembaga keuangan serta kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menaikkan hasil produksinya.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan (empowering) adalah memampukan dan memandirikan masyarakat miskin.

Pembangunan merupakan suatu konsep perubahan sosial yang terus menerus menuju kearah perkembangan dan kemajuan memerlukan masukan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat. Pemerintah menyadari akan pentingnya pembangunan desa. Berbagai bentuk dan program untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan perdesaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan desa harus dilaksanakan secara terencana dengan baik dan harus menyentuh kebutuhan nyata

(18)

masyarakat desa. Sehingga pembangunan yang dilakukan di kawasan pedesaan dapat menyeluruh terhadap masyarakat.

Peneliti menyimpulkan dari berbagai penjelasan berdasarkan Undang- undang desa No.06 Tahun 2014 mengenai peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat desa dalam pembangunan di desa dalam sistem pemerintahan desa, yaitu dengan merencanakan pembangunan berdasarkan musyawarah, artinya pemerintah desa harus menyampaikan terlebih dahulu kepada masyarakat desa dengan mengumpulkan beberapa perwakilan dari lembaga-lembaga yang ada di desa dengan tersebut dengan tujuan agar pembangunan yang direncanakan itu bisa terwujud atau berjalan sesuai harapan. Untuk melaksanakan pembangunan Pemerintah desa harus terbuka dalam hal komunikasi, dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, artinya pemerintah desa seharusnya menyampaikan kepada masyarakat untuk agar masyarakat ikut berpartisipasi atau ikut serta dalam membantu pelaksanaan pembangunan di desa sabalana. Menurut peneliti untuk meningkatkan sebuah pembangunan yang ada di desa sabalana maka masyarakat di sini harus ikut serta dalam melaksanakan pembangunan.

Contoh jika di desa sabalana diadakan sebuah pembangunan masjid maka masyarakat harus berpartisipasi atau ikut serta (Gotong royong) dalam melakukan pembangunan, baik itu dalam hal tenaga ataupun menyumbangkan sedikit dana dengan tujuan agar pembangunan mesjid yang ada di desa sabalana ini berjalan sesuai harapan pemerintah setempat atau masyarakat yang ada di desa sabalana.

(19)

Lembaga pemberdayaan masyarakat desa memiliki berbagai peranan penting guna untuk meningkatkan pembangunan di desa sabalana. Jika dilihat dari realitas sosial yang terjadi di desa sabalana untuk saat ini mengenai sistem pembangunannya itu belum sesuai dengan harapan yang diinginkan pada umumnya. Artinya peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di desa sabalana belum berjalan sesuai dengan harapan pemerintah.

Kita ketahui bahwa lembaga pemberdayaan masyarakat desa sangat berperan penting dalam sebuah pembangunan di setiap desa. Untuk menjalankan tugas dan fungsi peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa sesuai harapan atau tujuan yang ingin dicapai, maka menurut peneliti, seharusnya ketua LPMD desa sabalana dan anggotanya lebih memperhatikan dan menjalankan perannya sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah setempat demi tercapainya pembangunan yang merata pada setiap desa khususnya di desa sabalana.

Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa dan faktor penghambat dan pendukung peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa.

Yang mana penulis melihat bahwa pembangunan yang ada di desa sabalana belum sepenuhnya merata, mulai dari pembangunan lembaga pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji hal tersebut.

(20)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhtarom A (2016) , Muhtrom membahas mulai dari kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan fungsi dan perannya dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini yaitu tidak adanya pelaksanaan sistem yang baik, kurang adanaya ketrbukaan dalam informasi, serta adanya unsur politik sektoral dalam pengurusan atau nepotisme. Mengenai fungsi menyalurkan aspirasi masyarakat sudah daapat di laksanakan namun belum efektif. Lokasi penelitian terdahulu ini tepatnya di desa yang ada di kabupaten lamongan.

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Firana (2014) mulai dari lokasi penelitian, lokasi peneliti terdahulu di lakukan di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam.temuan hasil penelitian terdahulu yaitu dari indikator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Fasilitator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai motifator, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Dinamisator. Hanbatan yang ditemukan dalam membangkitkan peran masyarakat dalam LPM Kelurahan adalah masyarakat belum memiliki kesadaran untuk sama- sama berpartisipasi dan tanggung jawab, serta kurang rasa memiliki dengan apa yang telah di bangun.

penelitian terdahulu yang dilakukan Iwan D. Kaiko (2014). Dengan judul Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat Desa Wonggahu Kecamatan Panguyaman Kabupaten Boalemo yang pertama mulai dari lokasi penelitian, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan dan kendala-kendala yang dihadapi lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam Usaha Ekonomi

(21)

Produktif Masyarakat di Desa Wonggahu Kecamatan Panguyaman. Perbedaan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iwan D. Kaiko lebih memfokuskan pada usaha produktif masyarakat desa. Lokasi penelitian di Desa Girisa Penelitian terdahulu juga lebih memfokuskan pada pendalaman untuk menggali informasi mengenai peran LPM Dalam pembangunan Desa Girisa.

Sedangkan penelitian ini penulis lebih fokus pada peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa, faktor pendukung dan penghambat lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa. Hasil penelitian yang penulis dapatkan di lokasi penelitian yaitu memang pada dasarnnya LPM sudah melaksanakan peran, tugas dan fungsinya dalam pembangunan di desa sabalana namun belum terlalu efektif.

Nilai Kebaharuan Dalam Penelitian ini yaitu, untuk meningkatkan sebuah pembangunan di Desa Sabalana seharusnya Ketua LPM lebih tegas dalam mengayomi semua anggotanya, menegaskan kedisiplinan dalam setiap kegiatan yang dilakukan di Desa Sabalana khususnya pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang sangat berperan penting untuk meningkatkan pembangunan yang ada di desa. Seperti halnya aparatur Desa menerapkan beberapa budaya malu di Kantor Desa. Contohnya malu karena datang terlambat pulang cepat, malu melihat rekan sibuk melakukan aktivitas, malu hanya menuntut hak tidak melaksanakan kewajiban, malu karena bekerja tidak sesuai dengan aturan, malu karena bekerja tidak berprestasi, malu karena tugas tidak terlaksana atau selesai tepat waktu, malu berperilaku tidak sopan, malu tidak bertegur sapa sesama rekan,

(22)

malu tidak berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan dan keindahan lingkungan desa begitu juga dengan LPM.

Berdasarkan dari latar belakang diatas, penulis mencoba mengangkat

“Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pembangunan Desa ( Studi Kasus di Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep)” untuk dikaji lebih lanjut. Ada beberapa faktor yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini yaitu, berkaitan dengan dana desa yang dikelola oleh desa itu sendiri, yang lumayan banyak. Yang dimana Dana itu berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan LPM merupakan salah satu lembaga yang berperan penting dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat yang secara langsung bertemu dan berhadapan dengan masyarakat. Adanya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah yang cukup banyak untuk desa. Maka ini harus dikawal supaya tidak terjadi hal- hal yang dapat merugikan masyarakat. Selanjutnya peran LPM dan pembangunan masyarakat harus memiliki dampak yang besar bagi perubahan masyarakat, karena sebagai mitra pemerintah desa dan bertanggung jawab penuh kepada kepala desa, untuk itu sebagai salah satu ujung tombak pembangunan, sehingga LPM ini tidak hanya formalitas yang dibuat saja atau sebuah lembaga yang berstempel dalam artian ada stempelnya namun tidak ada pelaksanaanya, untuk itu LPM bisa dijadikan rujukan atau solusi dalam pembangunan di desa agar kedepanya bangsa ini bisa lebih maju karena desa adalah bagian dari negara.

(23)

1. Desa dan Kelurahan:

a. Desa merupakan susunan pemerintahan terkecil dan terendah yang berkaitan langsung dengan warga negara. Desa adalah institusi dan identitas masyarakat hukum tertua yang bersifat asli. Keaslian desa terletak pada kewenangan otonomi dan tata pemerintahannya, yang diatur dan dikelola berdasarkan atas hak asal-usul dan adat istiadat setempat. Desa dalam sistem pemerintahan daerah merupakan ujung tombak suksesnya otonomi daerah karena di dalam sistem pemerintahan desa terdapat suatu hak dan kewajiban desa untuk menjalankan roda pemerintahan supaya menimbulkan suatu kesejahteraan untuk masyarakat nya.

b. Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di indonesia di bawah kecamatan. Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan merupakan unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Berbeda dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas. Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan, atau sebaliknya.

(24)

2. Adapun perbedaan antara Desa dengan Kelurahan sebagai berikut :

Tabel 1.1 Perbedaan antara Desa dan Kelurahan

Perbedaan Desa Kelurahan

Status Pemimpin Non-PNS PNS

Pengangkatan Pemimpin

Pilkades Ditunjuk Bupati

Masa Jabatan Maksimal 2 periode, 1 periode 6 tahun menjabat

Tidak Terbatas Hingga Pensiun.

Sumber Dana APBN APBD

Badan Perwakilan BPD DK

3. Syarat-Syarat Untuk Mendapatkan Dana Desa:

a. Membuat RPJMDES (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Untuk 5 Tahun).Membuat RKPDES (Rencana Kerja Pemerintah Desa Untuk 1 Tahun Kerja).

b. Membuat APBDES (Anggaran Pendapatan Belanja Desa Untuk 1 Tahun Anggaran).

c. Membuat Permohonan Pencairan Anggaran.

d. Konsultasi Atau Asistensi.

(25)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Lembaga Pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam pembangunan desa.?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan desa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam pembangunan desa.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan masyarakat luas tentang peran dan faktor penghambat lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan luas tentang peran dan faktor penghambat lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

(26)

a. Bagi Masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui faktor penghambat peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa.

b. Bagi Peneliti. Dapat menambah wawasan tentang peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa di desa sabalana kecamatan liukang tangaya kabupaten pangkep.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari judul yang penulis konsepkan yaitu bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas, guna untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran.

1. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

LPMD adalah lembaga yang dibentuk dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat desa atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah desa menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Lembaga pemberdayaan masyarakat dibentuk untuk memberdayakan masyarakat yang ada di berbagai desa. Lembaga pemberdayaan masyarakat desa memiliki berbagai peranan penting guna untuk meningkatkan pembangunan di desa sabalana.

(27)

2. Peran LPM dalam pembangunan desa

Landasan hukum dari peran LPM dalam pembangunan desa yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu, pada pasal 94, yang menyebutkan:

b. Desa memberdayakan lembaga kemasyarakatan desa yang ada (rukun tetangga, rukun warga, pemberdayaan kesejahteraan keluarga, lembaga pemberdayaan masyarakat) dalam membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.

c. Lembaga kemasyarakatan desa merupakan wadah partisipasi masyarakat desa sebagai mitra pemerintah desa.

d. Lembaga kemasyarakatan desa bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat desa, ikut serta merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

e. Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dari pemerintah daerah, provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, dan lembaga non- pemerintah wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada di desa.

3. pembangunan desa

Pembangunan desa merupakan suatu konsep perubahan sosial yang terus menerus menuju kearah perkembangan dan kemajuan memerlukan masukan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan desa bertujuan untuk

(28)

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat. melakukan pemberdayaan masyarakat desa, ikut serta merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

Pembangunan adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus dalam rangka memperbaiki indikator sosial maupun ekonomi pada suatu wilayah dari waktu ke waktu (Gunawan Sumodiningrat, 2009:6). Disamping itu bangunan juga me rupakan suatu proses yang multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem sosial, ekonomi, sikap masyarakat, dan lembaga-lembaga nasional, akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran angka pengangguran, dan pemberantasan kemiskinan (Todaro, 1997).

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep

1. Peran LPM dalam pembangunan desa

Landasan hukum dari peran LPM dalam pembangunan desa yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu, pada pasal 94, yang menyebutkan:

a. Desa memberdayakan lembaga kemasyarakatan desa yang ada (rukun tetangga, rukun warga, pemberdayaan kesejahteraan keluarga, lembaga pemberdayaan masyarakat) dalam membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Lembaga kemasyarakatan desa merupakan wadah partisipasi masyarakat desa sebagai mitra pemerintah desa.

c. Lembaga kemasyarakatan desa bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat desa, ikut serta merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

d. Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dari pemerintah daerah, provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, dan lembaga non- pemerintah wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada di desa.

Tansia (2017) berpendapat bahwa lembaga pemberdayaan masyarakat memiliki peranan menampung aspirasi tentang rancangan pembangunan di desa

16

(30)

maupun di kelurahan serta ikut memberdayakan masyarakat melalui program pembangunan yang ada di tingkat desa maupun kelurahan. Tugas dari lembaga pemberdayaan masyarakat adalah menyusun rencana pembangunan serta partisipatif, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif, menggerakkan dan mengembangkan partisipasi,gotong royong dan swadaya masyarakat, menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga pemberdayaan masyarakat memiliki peranan dalam menampung aspirasi tentang rancangan pembangunan desa, memberdayakan masyarakat melalui pembangunan yang ada di desa sabalana. Tugas lembaga pemberdayaan masyarakat yaitu menyusun rancangan pembangunan artinya ketua LPM menyusun rencana pembangunan apa yang akan di bangun di desa tersebut. partisipatif di sini semua anggota yang berperan dalam LPM harus ikut serta dalam melaksanakan pembangunan di desa sabalana. Menggerakan partisipasi gotong royong artinya ketua LPM atau anggotanya harus menyampaikan kepada masyarakat desa jika ada pembangunan yang akan diadakan, di sampaikan melalui musyawarah bersama dengan mengumpulkan beberapa anggota dari berbagai lembaga yang ada di desa sabalana.

(31)

Peranan (rule) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur status yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.

Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Levinson yang dikutip oleh Soerjono Soekanto bahwa:

1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi perilaku struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan dapat diartikan sebagai suatu perilaku atau tingkah laku seseorang atau individu yang meliputi norma-norma yang diungkapkan atau diaplikasikan dalam masyarakat.

(32)

2. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) adalah lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan, yang bertumpu pada masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendali pembangunan, meningkatnya kemampuan masyarakat sebagai sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam (SDA) terutama dalam bidang Agrobisnis, dan pariwisata, meningkatkan ekonomi kerakyatan dalam upaya pengentasan kemiskinan.

3. Pengertian Pembangunan Desa

Michael Todaro (dalam Bryant & White, terjemahan 2002), menyebutkan bahwa pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang menyangkut reorganisasi dan reorientasi sistem ekonomi dan sistem sosial secara keseluruhan.

Pembangunan desa merupakan suatu konsep perubahan sosial yang terus menerus menuju kearah perkembangan dan kemajuan memerlukan masukan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat. Pemerintah menyadari

(33)

akan pentingnya pembangunan desa. Berbagai bentuk dan program untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan perdesaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan desa harus dilaksanakan secara terencana dengan baik dan harus menyentuh kebutuhan riil masyarakat desa. Sehingga pembangunan yang dilakukan di kawasan pedesaan dapat menyeluruh terhadap masyarakat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan desa merupakan suatu proses yang terus berlangsung sepanjang manusia itu ingin melakukan yang namanya pembangunan di dalam masyarakat atau ingin melihat masyarakatnya lebih maju. Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, artinya kesanggupan manusia untuk melakukan yang namanya pembangunan di desa atau di lingkungan sendiri.

4. Fungsi lembaga pemberdayaan masyarakat desa

Fungsi lembaga pemberdayaan masyarakat desa yaitu membantu pemerintah desa dalam hal:

a. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan.

b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam memperkokoh negara kesatuan republik indonesia.

c. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

(34)

d. Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil- hasil pembangunan secara partisipatif

e. Penumbuhkembangkan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat, dan

f. Penggali, pendayagunaan, dan pengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup.

5. Perbedaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd), yaitu Sebagai Berikut:

a. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Adalah lembaga mitra strategis diluar Pemerintahan Desa yang membantu dalam meningkatkan partisipasi dan pelaya nan penyelenggaraan masyarakat Desa. Selain meningkatkan partisipasi dan pelayanan penyelenggaraan bagi masyarakat, LPM juga ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Desa.

1. Adapun tugas dan Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat a). Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat:

1) Melakukan pemberdayaan masyarakat Desa.

2) Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan 3) Meningkatkan pelayanan masyarakat Desa

b). Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yaitu:

1) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

(35)

2) Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat.

3) Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat Desa.

4) Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif.

5) Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya serta gotong royong masyarakat.

6) Meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan 7) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

c). Pengertian program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri adalah gerakan nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- MPD) adalah salah satu program nasional Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, memperkuat kelembagaan masyarakat setempat dan mendorong terciptanya kinerja pemerintah yang baik dalam rangka tujuan jangka panjang mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Prinsip Dasar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai- nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan

(36)

keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM- Mandiri Perdesaan. Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat mandiri diselenggarakan berdasarkan atas asas–asas atau prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan untuk memayungi semua kaidah–kaidah Penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM-MANDIRI) adalah sebagai berikut:

1. Bertumpu Pada Pembangunan Manusia.

Setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

2. Otonomi.

Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

3. Desentralisasi.

Desentralisasi, PNPM-MANDIRI memberikan wewenang kepada masyarakat untuk membuat keputusan mengenai jenis kegiatan, berdasarkan prioritas kebutuhan dan manfaatnya bagi masyarakat banyak. Masyarakat diberi kewenangan untuk mengelolanya secara mandiri dan partisipatif.

4. Berorientasi Pada Masyarakat Miskin.

Semua kegiatan yang dilaksanakan, harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

Setiap kegiatan ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama dari kelompok kurang mampu

(37)

5. Partisipasi/pelibatan Masyarakat.

Terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan. Setiap kegiatan harus melibatkan masyarakat, termasuk kelompok kurang mampu dan kaum perempuan. Partisipasi harus menyeluruh, mulai dari tahap perencanaan.

pelaksanaan, pelestarian, juga pengelolaan dan pengawasan/evaluasi. PNPM- MANDIRI memiliki mekanisme khusus untuk menampung aspirasi kaum perempuan, yakni Musyawarah Khusus Perempuan (MKP).

6. Kesetaraan dan keadilan gender.

Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

7. Demokrasi.

Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

8. Transparansi.

Transparansi, setiap kegiatan program, pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan, harus dilaksanakan secara terbuka dan disebarluaskan kepada seluruh masyarakat.

9. Akuntabilitas.

Masyarakat harus memiliki akses memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal

(38)

maupun administratif. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak- banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

10. Kolaborasi

Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

11. Kompetisi Sehat Untuk Desa

Harus ada kompetisi sehat antar desa untuk menentukan alokasi penggunaan dana PNPM-MANDIRI.

12. Keberlanjutan.

Setiap pengambilan keputusan harus mempe rtimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

13. Sederhana.

Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM- MANDIRI harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan melalui program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM-MPd) ini adalah :

(39)

1. Tujuan Umum

Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri di pedesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

d. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

Berdasarkan Penjelasan diAtas Mengenai Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(40)

Perdesaan dapat disimpulkan bahwa perbedaan dari LPM dan PNPM- Mpd adalah sebagai berikut :

Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) adalah lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan, yang bertumpu pada masyarakat.

Sedangkan tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yaitu melakukan pemberdayaan masyarakat Desa, Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan Meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat juga berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat, meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat Desa, menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif, menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya serta gotong royong masyarakat, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Menurut peneliti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu lembaga yang berperan penting dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat Desa yang secara langsung bertemu dan berhadapan dengan masyarakat.

Sedangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri adalah gerakan nasional dalam wujud kerangka

(41)

kebijakan sebagai dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- Mpd) adalah salah satu program nasional Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, memperkuat kelembagaan masyarakat setempat dan mendorong terciptanya kinerja pemerintah yang baik dalam rangka tujuan jangka panjang mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Menurut peneliti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd), lebih fokus pada pengentasan kemiskinan yang ada di indonesia khususnya pada masyarakat Pedesaan. PNPM- Mpd memiliki prinsip dasar bahwa setiap pembangunan yang dilakukan di pedesaan harus berorientasi pada masyarakat miskin, artinya semua kegiatan yang dilaksanakan, harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan setiap kegiatan ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama masyarakat yang kurang mampu.

B. Kajian Teori

Menurut Nursalam dan Suardi (2016:198) Dalam buku sosiologi pengantar masyarakat indonesia pada bagian pembahasan teori perubahan dan dinamika sosial budaya di jelaskan, bahwa terjadinya perubahan-perubahan dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan akan terus berlangsung sepanjang manusia saling berinteraksi dan bersosialisasi. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat materil

(42)

maupun immaterial sebagai cara untuk menjaga keseimbangan masyarakat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Pembangunan yang terjadi di dalam masyarakat identik dengan perubahan sosial, jadi untuk mengkaji permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian ini yaitu perlu adanya teori yang dapat menguatkan penulis. Beberapa pendapat mengenai perubahan sosial antara lain adalah:

1) Menurut John Luwis Gillin dan John Philip Gillin

Perubahan sosial dianggap sebagai suatu variasi cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan dalam masyarakat.

2) Menurut Prof. Selo Soemardjan

Perubahan sosial meliputi segala perubahan-perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam dalam masyarakat. Seperti teori yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi :

1. Teori Revolusi

Menurut Sztompka (2004:357) Revolusi mempunyai lima perbedaan dengan bentuk perubahan sosial yang lain. Perbedaan tersebut di antaranya adalah:

(43)

a. Revolusi menimbulkan perubahan dalam cangkupan terluas; menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat: ekonomi, politik, budaya organisasi sosial, kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia.

2. Tindakan Sosial

Max Weber Dalam Vegeer, Karel J,mengatakan pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe, diantaranya yaitu:

a.

Bersifat Rasional (Instrumental)

Tindakan sosial yang bersifat rasional adalah tindakan sosial yang dilakukan dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar (masuk akal). artinya tindakan sosial itu sudah dipertimbangkan secara matang tujuan dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk mengaitkan teori ini dengan sebuah pembangunan yang dilakukan di desa, maka sebelum melakukan yang namanya pembangunan, terlebih dahulu pemerintah setempat sudah merancang, memikirkan, menceritakan, dan memutuskan secara matang melalui musyawarah bersama dengan masyarakat desa dan melibatkan beberapa anggota dari lembaga-lembaga yang ada di desa sabalana mengenai pengadaan pembangunan. pemerintah menceritakan bagaimana dampak dan tujuan yang ingin dicapai dengan pembangunan tersebut.

artinya pihak yang berwenang di desa tersebut sudah memutuskan secara matang sebelum melakukan pembangunan baik itu pembangunan fisik dan pembangunan sarana dan prasarana yang ada di desa sabalana dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di desa.

(44)

3. Fungsionalisme Struktural

Menurut parsons dalam Nursalam dan dkk (2016:74) Teori struktural Fungsional dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem” Tindakan”

yang disebut dengan struktur dan sistem. dengan defenisi ini persons yakin bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan semua sistem yang dinamakan AGIL yang antara lain adalah:

a. Adaptation / Adaptasi

Iyalah sebuah sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

b. Goal attainment / Pencapaian Tujuan

Sebuah sistem harus mendefinisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya.

c. Integration / integrasi

Sebuah sistem harus mengatur antara hubungan bagian-bagian yang menjadi komponen nya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainya (A,G,L).

d. Latency / pemeliharaan pola

Sebuah sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopan motivasi.

Menurut peneliti kaitan teori fungsionalisme struktural dalam pembangunan desa yaitu di dalam masyarakat harus ada yang namanya struktur untuk mengatur masyarakat, dimana dalam struktur itu ada yang namanya sistem

(45)

dan sistem ini harus menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan sistem juga harus berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang dimaksud dalam penelitian ini tentang bagaimana peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa (Studi kasus di Desa Saba lana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep). Menurut peneliti disini yang berperan penting untuk meningkatkan pembangunan di desa sabalana Kec.Liukang tangaya Kab. Pangkep adalah lembaga pemberdayaan masyarakat. Jadi peran LPM disini harus memiliki dampak yang besar bagi pembangunan di desa sabalana demi kesejahteraan masyarakat yang ada di desa.

Pada kerangka pikir di bawah menyebutkan point-point penting untuk mendapatkan hasil penelitian. Pada kolom pertama disebutkan bahwa peran lembaga pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan desa yang berada pada kolom kedua. Kemudian dari peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa memiliki dua faktor yakni faktor pendorong dan faktor penghambat. Yang mana pada faktor pendorong meliputi sumber daya aparatur Desa,selalu adakan rapat sedangkan faktor penghambatnya yaitu terbatasnya transportasi dan kurangnya partisipasi masyarakat desa.

(46)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 Skema kerangka fikir dari penelitian ini :

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dicantumkan di dalam penelitian yaitu sebagai bentuk perbandingan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya.

1. Ison Wuwange (2019). Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus Di Desa Girisa Kec. Paguyaman Kab. Boalemo) Di Bawah bimbingan Bapak Ridwan Ibrahim S.Pd, M.Pd dan Bapak Rudi Harold S. Th, M.Si. Penelitian ini difokuskan pada pendalaman untuk menggali informasi, pemilihan fokus penelitian ini menggunakan sistematika penulisan Kualitatif yang analisis dan ilmiah. Pendekatan

PERAN LEMBAGA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

PEMBANGUNAN DESA

FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR PENDUKUNG

1. Sumber Daya Aparatur Desa

2. Adakan Rapat

1. Terbatasnya transportasi

2. Kurangnya partisipasi masyarakat

HASIL/TEMUAN

(47)

kualitatif berguna untuk menggambarkan suatu realita kondisi sosial dalam masyarakat. Rumusan Masalah penelitian ini bagaimana peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa Girisa. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa Girisa. Sesuai dengan hasil penelitian dan sumber data yang didapatkan bahwa peran lembaga pemberdayaan masyarakat Desa Girisa dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat belum maksimal, hal ini terlihat dari kurang berperanya pihak lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dimana pihak LPM tidak menjadwalkan waktu yang tepat untuk mengadakan rapat bersama setiap kepala lingkungan, sehingga tidak efektifnya penyampaian aspirasi yang dilakukan oleh setiap kepala lingkungan kepada LPM.

2. Iwan D. Kaiko (2014). Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat Desa Wonggahu Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan dan kendala-kendala yang dihadapi lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat di Desa Wonggahu Kecamatan Panguyaman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, sehingga peran peneliti adalah sebagai pelaku utama yang terlibat langsung dalam mengumpulkan data melalui

(48)

pengamatan, wawancara, dan dokumenta si sehingga data yang dikumpulkan benar-benar akurat sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Muhtarom A (2016) , Muhtrom membahas mulai dari kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan fungsi dan perannya dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini yaitu tidak adanya pelaksanaan sistem yang baik, kurang adanaya ketrbukaan dalam informasi, serta adanya unsur politik sektoral dalam pengurusan atau nepotisme. Mengenai fungsi menyalurkan aspirasi masyarakat sudah daapat di laksanakan namun belum efektif. Lokasi penelitian terdahulu ini tepatnya di desa yang ada di kabupaten lamongan.

4. Firana (2014), Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Program Penyelenggaraan Pembangunan Pemerinth di Kelurahan Karas Kecamatan Galang Kota Batam. Temuan hasil penelitian terdahulu yaitu dari indikator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Fasilitator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai motifator, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Dinamisator. Hambatan yang ditemukan dalam membangkitkan peran masyarakat dalam LPM Kelurahan adalah masyarakat belum memiliki kesadaran untuk sama-sama berpartisipasi dan tanggung jawab, serta kurang rasa memiliki dengan apa yang telah di bangun.

(49)

5. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Nama dan Judul

Jurnal

Persamaan Perbedaan

1 Ison Wuwange (2019) dengan judul Peran lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam pembangunan desa (Studi Kasus Di Desa Girisa Kec.

Panguyaman Kab.

Boalemo)

1. Membahas mengenai peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan desa

2. Menggunakan Metode kualitatif deskriptif

1. Lokasi Penelitian

2. Penelitian

terdahulu lebih memfokuskan pada pendalaman untuk menggali informasi mengenai peran

LPM Dalam

pembangunan Desa Girisa.

3. Penelitian yang dilakukan penulis fokus pada faktor penghambat peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan

(50)

Desa.

2 Iwan D. Kaiko (2014).

Dengan judul Peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat Desa Wonggahu Kecamatan Panguyaman

Kabupaten Boalemo

1. Membahas mengenai Lembaga pemberdayaan Masyarakat 2. penelitian ini

menggunakan metode kualitatif 3. menggunakan

pendekatan fenomenologi

1. Lokasi Penelitian

2. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan peranan dan kendala-kendala yang dihadapi lembaga

pemberdayaan masyarakat (LPM) dalam Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat di Desa Wonggahu

Kecamatan Panguyaman

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative research). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya menganalisis kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial dari sudut pandang atau interpretasi individu (informan) dalam latar alamiah.

Dengan kata lain, penelitian kualitatif berupaya memahami bagaimana seorang individu melihat, memaknai atau menggambarkan dunia sosialnya yang berada di Desa Sabalana Kab. Pangkep. Fenomena yang penulis akan teliti adalah “Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep)”. lembaga pemberdayaan masyarakat memiliki per anan dalam menampung aspirasi tentang rancangan pembangunan desa, memberdayakan masyarakat melalui pembangunan yang ada di desa sabalana. Tugas lembaga pemberdayaan masyarakat yaitu menyusun rancangan pembangunan artinya ketua LPM menyusun rencana pembangunan apa yang akan di bangun di desa tersebut.

partisipatif di sini semua anggota yang berperan dalam LPM harus ikut serta dalam melaksanakan pembangunan di desa sabalana. Menggerakan partisipasi gotong royong di sini artinya ketua LPM atau anggotanya harus menyampaikan kepada masyarakat desa sabalana bahwa ada pembangunan yang akan diadakan, di sampaikan melalui musyawarah bersama dengan mengumpulkan beberapa anggota dari berbagai lembaga yang ada di desa sabalana.

38

(52)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu pendekatan studi kasus. Alasan peneliti menggunakan pendekatan studi kasus yaitu untuk menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah soslusi agar masalah yang diungkap terkait peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan di Desa Sabalana Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkep dapat terselesaikan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dalam penulisan ini dilaksanakan di Desa sabalana Kab.

Pangkep, Tepatnya di kantor desa sabalana.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya surat izin penelitian dalam waktu kurang lebih 2

bulan. .

C. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan pada peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa, faktor penghambat dan pendukung peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa.

D. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono, “teknik purposive sampling

(53)

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”

(Sugiyono, 2010:300).

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi mengenai objek penelitian tersebut antara lain:

1. Informan Kunci yaitu ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

2. Informan Utama yaitu Kepala Desa Sabalana.

3. Informan Tambahan yaitu: 5 orang anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, 5 orang tokoh agama perempuan dan pemuda.

E. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan dan tujuan peneliti, dibagi kedalam dua jenis data yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Sumber data primer diperoleh dari kata-kata atau tindakan informan yang diamati serta diwawancarai sebagai sumber data utama, yakni data yang diambil dari kepala desa atau ketua LPM yang ada di desa sabalana. Selain itu terdapat juga sumber data pendukung dalam data primer, yakni data yang diperoleh dari staf desa atau masyarakat setempat yang ada di desa.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui kepustakaan, seperti buku-buku, skripsi, jurnal dan internet, sebagai referensi yang dapat

(54)

memperluas wawasan tentang permasalahan yang dikaji agar dapat mempermudah proses analisis.

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen penelitian berupa lembar observasi, panduan wawancara, dokumentasi dan peneliti itu sendiri sebagai pendukung dalam penelitian. Adapun instrumen yang di maksud adalah sebagai berikut:

1. Peneliti itu sendiri.

2. Pedoman wawancara, berisi seperangkat daftar pertanyaan peneliti sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan. (terlampir)

3. Pedoman observasi, yaitu lembar acuan yang berisi kegiatan-kegiatan yang diamati di lapangan. (terlampir)

4. Buku catatan dan alat tulis, digunakan untuk mencatat semua percakapan yang diperoleh dari sumber data.

5. Kamera dan recorder yang digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk merekam kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang dilakukan periset untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yakni:

1. Observasi

(55)

Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari- hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang peran lembaga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa di desa sabalana kab. Pangkep.

2. Wawancara

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi biasa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data (dalam Kahar, dkk, 2019: 23) yang dimaksud adalah proses pengelolaan data yang telah dikumpulkan oleh mahasiswa dengan cara mengacu pada aturan atau metode penelitian yang digunakan.

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam area konservasi ex situ , provenans yang akan dipilih untuk ditanam dalam suatu lokasi sebaiknya merupakan kombinasi provenans yang memiliki kisaran nilai

Simpulan: Penggunaan pasta gigi dengan kandungan xylitol dan flouride dapat menghambat pembentukan plak gigi tetapi pasta gigi dengan flouride tidak dapat menghambat

Pansus RUU tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengundang Bogasari Flour Mills karena perusahaan ini merupakan produsen dominan dalam industri

PERANAN EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI HIPOLIPIDEMIA PADA TIKUS WISTAR OBES 494 NI KOMANG TRI SUANDAYANI.S.Si.,M.Si 197012171999032001 Fakultas

&iga grosir di Amerika Serikat, yaitu Amerisoure'ergen (orporation, Kardinal Kesehatan, &iga grosir di Amerika Serikat, yaitu Amerisoure'ergen (orporation, Kardinal

Mutasi kromosom adalah prubahan terjadi pada struktur kromosom, diberi nama umum Aberasi khromosom, dibedakan atas:.. Defisiensi, adalah hilangnya sebuah/ sebagian gen

Dalam matematika konsep himpunan termasuk konsep yang tidak didefinisikan (konsep dasar). Konsep himpunan mendasari hampir semua cabang matematika. Perkataan himpunan

Temuan utama dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara financial self-efficacy dan sikap pro terhadap utang, hal tersebut dapat dilihat pada