• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bioactivity of Essential Oil from Suren (Toona sinensis Roemor) Based on the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bioactivity of Essential Oil from Suren (Toona sinensis Roemor) Based on the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

POHON SUREN (Toona sinensis Roemor) BERDASARKAN UJI

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

IHSAN DARMAWAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

Ihsan Darmawan

E24063040. Bioaktivitas Minyak Atsiri Pohon Suren (

Toona

sinensis

Roemor) Berdasarkan Uji

Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT)

Dibawah bimbingan Ir. Rita Kartika Sari, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan rendemen minyak atsiri pada

bagian daun, kayu teras, kayu gubal dan kulit serta menentukan bioaktivitas

minyak atsiri dari pohon suren (

Toona sinensis

Roemor). Pada masa sekarang

minyak atsiri suren telah diuji untuk digunakan sebagai insektisida. Oleh karena

itu, minyak atsiri menarik untuk diteliti pada seluruh bagian pohon.

Pohon suren yang diteliti berasal dari hutan masyarakat, di Kecamatan

Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Pohon ini memiliki tinggi ± 11 m dengan

diameter ± 23 cm. Bagian pohon yang digunakan adalah daun, kulit dalam, kayu

teras dan kayu gubal. Untuk menghasilkan nilai rendemen, bahan baku disuling

dengan metode uap dan air. Untuk menentukan bioaktivitasnya dilakukan

pengujian terhadap larva udang

Artimia salina

Leach. melalui metode

Brine

Shrimp Lethality Test

. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan untuk

menduga jumlah senyawa yang terdapat pada minyak atsiri tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rendemen minyak atsiri bagian kayu

gubal (0,388%), bagian kayu teras (0,379%), bagian daun (0,302%), dan bagian

kulit (0,051%), dimana nilai rendemen terbesar pada bagian gubal. Hasil uji

bioaktivitas menunjukan nilai LC

50

minyak atsiri pada bagian daun (11,203

µg/mL), kulit (6,851 µg/mL), kayu teras (3,968 µg/mL), dan kayu gubal (1,293

µg/mL). Hasil ini menunjukan bahwa semua minyak atsiri bersifat bioaktif

terhadap

A. salina

dan minyak atsiri kayu gubal memiliki efek bioaktifitas

tertinggi. Hasil analisis dengan KLT menunjukan bahwa minyak atsiri dari

berbagai bagian pohon diduga mengandung senyawa terpenoid.

(3)

By:

Ihsan Darmawan

1)

and Rita Kartika Sari

2)

INTRODUCTION

.

This study to determine the yield of essential oil from the

leaves, heart wood, sap wood and inner bark, and also to determine the

bioactivity of essential oil from suren (

Toona sinensis

Roemor). E

ANALYSIS AND METHOD

.

ssential oil of

suren leaves have been tested for use as insecticide. Because of that, essential oil

of suren are interesting to studied.

Parts of trees that used are the leaves, inner bark,

heart wood and sap wood. To generate the yield, the raw materials are destilated

using method steam and water. As for determining bioactivity conducted tests on

shrimp larvae

Artimia salina

Leach. through the Brine Shrimp Lethality Test

methods. Thin Layer Chromatography Test (TLC) was conducted to estimate the

number of compounds contained in the essential oil

RESULT AND DISCUSSION

.

.

The results showed that yield of the sap wood is

(0.388%), heart wood (0.379%), leaves (0.302%), and inner bark (0.051%), which

yield greatest value in the sap wood. The results of bioactivity tests showed LC50

values at the leaf essential oil (11.203

µg/mL

), inner bark (6.851

µg/mL

), heart

wood (3.968

µg/mL

), and sap wood (1.293

µg/mL

). These results indicate that all

essential oils are bioactive against

A. salina

and sapwood essential oils have the

highest bioactivity effect. The results of the analysis by TLC showed that essential

oils from various parts of the tree is thought to contain terpenoid compounds.

Keyword: Surianwood, cederwood, bioactivity,

Artemia salina

.

Keywords:

Toona sinensis

Roemor, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT),

essential oil, Thin Layer Chromatography

.

1)

. Student of Forest Product Departement, Faculty of Forestry IPB

2)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Bioaktivitas minyak atsiri pohon Suren (T

oona

sinensis

Roemor) berdasarkan uji

Brine Shrimp

Lethality Test

(BSLT)

Nama Mahasiswa

: IhsanDarmawan

NRP

: E24063040

Program Studi

: Teknologi Hasil Hutan

Disetujui,

Pembimbing

(

NIP. 19681124 199512 2 001

Ir.Rita Kartika Sari, M.Si)

Diketahui,

Ketua Departemen Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan

Institiut Pertanian Bogor

NIP. 1966 0212 199103 1 002

(Dr. Ir. I WayanDarmawan, M.Sc)

(5)

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Karya Ilmiah

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

IHSAN DARMAWAN

(E24063040)

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul

Bioaktivitas Minyak

Atsiri Suren (

Toona sinensi

Roemor) berdasarkan Uji

Brine Shrimp Lethality

Test

(BSLT)

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan

dosen Ir. Rita Kartika Sari, M.Si dan belum pernah digunakan sebagai karya

ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

dibagian akhir skripsi.

Bogor, September

2011

(7)

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul

Bioaktivitas Minyak Atsiri Suren (

Toona sinensi

Roemor) berdasarkan Uji

Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT).

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1.

Ibu Ir. Rita Kartika Sari, M.Si selaku dosen pembimbing atas kesabaran

dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan ilmu, nasehat, dan

motivasi.

2.

Ibu Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si selaku dosen penguji.

3.

Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc selaku ketua sidang.

4.

Laboran di Laboratorium Kimia Hasil Hutan (Bapak Atin, Mas Gunawan,

dan Kak Adi) dan seluruh staf Departemen Hasil Hutan atas segala

bantuannya.

5.

Ibu Tati Rohana dan Bapak Hadiat, Kakak Leli Nuryati, Hardi Gunawan,

Katrin Roosita, Desi Marlena dan segenap keluarga penulis atas kasih

sayang, doa, dan dukungan yang telah diberikan baik moril maupun

spiritual.

6.

Dini Feti Anggraini atas dukungan, perhatian, kesabaran dan pengertian

yang diberikan.

7.

Rekan-rekan mahasiswa: Jamhari, Wulan, Yano, Irma, Citra, Desi, Nita,

Rama dan mahasiswa Departemen Hasil Hutan Fahutan Angkatan 43 dan

44, terimakasih atas dukungan dan kesetiakawanan yang selalu kalian

berikan.

8.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran studi penulis.

Bogor, September 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4 Agustus 1988

sebagai anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Hadiat dan Ibu Tati

Rohana. Penulis lulus dari SDN Situhiang Dua Jampangkulon pada tahun 2000,

kemudian melanjutkan sekolah di SLTP N 1 Jampangkulon dan lulus pada tahun

2003. Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 1 Jampangkulon dan pada tahun yang

sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan,

Fakultas Kehutanan. Kemudian pada tahun 2009 penulis memilih Kimia Hasil

Hutan sebagai bidang keahlian.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis juga pernah melaksanakan Praktek

Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pantai Pangandaran dan Gunung Sawal,

Jawa Barat, melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sukabumi, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PGT.

Sindangwangi, Nagreg, Bandung, Jawa Barat.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian

(9)

i

DAFTAR ISI ...i

DAFTAR TABEL ...ii

DAFTAR GAMBAR ...iii

DAFTAR LAMPIRAN ...iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Tujuan ...2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Obat ...3

2.2 Pohon Suren (

Toona sinensis

Roemor) ...3

2.3 Minyak Atsiri ...4

2.4 Penyulingan Minyak atsiri ...4

2.5 Uji mortalitas larva udang (BSLT) ...5

2.6 Larva Udang (

Artimia salina

Leach.). ...6

2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...6

BAB III. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan waktu ...8

3.2 Alat dan Bahan ...8

3.3 Metode penelitian ...8

3.3.1 Penyiapan Bahan Baku ...8

a. Daun ...8

b. Kulit. ...8

c. Kayu Teras dan Kayu Gubal. ...9

3.3.2 Penyulingan ...9

3.3.3 Penentuan Rendemen...9

3.3.4 Uji Bioaktivitas dengan

Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) ...9

3.3.5 Analisis Data ...11

3.3.6 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pohon Suren (

Toona sinensis

Roemor) ...12

4.2 Rendemen Minyak Atsiri ...13

4.3 Bioaktivitas Minyak Atsiri Suren...14

4.4 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis ...16

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...18

5.2 Saran ...18

DAFTAR PUSTAKA ...19

(10)

ii

DAFTAR TABEL

No.

Halaman

(11)

iii

No.

Halaman

(12)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1.

Data kadar air bagian Suren (

T. sinensis

) ...21

2.

Data rendemen minyak atsiri Suren (

T. sinensis

) ...21

3.

Data mortalitas uji BSLT minyak atsiri Suren (

T. sinensis

) ...22

4.

Data mortalitas kontrol pada uji BSLT ...22

5.

Hasil rata-rata LC

50

6.

Rekap LC

minyak atsiri Suren (

T. sinensis

) ...22

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia.

Berbagai jenis tumbuhan tersebar luas di wilayah tanah air dengan jumlah yang

melimpah. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari tumbuhan adalah

pemanfaatan senyawa metabolit sekundernya untuk bahan obat. Kurz & Constabel

(1998) menjelaskan bahwa beberapa tumbuhan dikenal menghasilkan metabolit

sekunder yang mempunyai berbagai aktivitas bioaktif termasuk aktivitas anti

kanker. Metabolit sekunder yang memiliki aktivitas bioaktif biasanya

diistilahkan sebangai senyawa bioaktif.

Salah satu tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan

obat anti kanker adalah Suren (

Toona sinensis

Roemor). Penelusuran pustaka

menunjukkan senyawa bioaktif dari kelompok senyawa fenolik maupun

terpenoid yang terkandung dalam daun dari tumbuhan ini memiliki aktivitas

anti kanker (Chang

et al

. 2002, Chang

et al

. 2006, dan Chia

et al

. 2007).

Sementara itu, hasil penelitian Santoni

et al.

(2009) menunjukkan bahwa senyawa

terpenoid dalam minyak atsiri dari daun Suren dapat menghambat pertumbuhan

larva

Croridolomia pavonana.

Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa bioaktif

dalam daun Suren memiliki berbagai aktivitas biologis.

Salah satu karakteristik pohon Suren adalah memiliki aroma khas pada

seluruh bagian pohonnya, mulai dari bagian daun, kulit, kayu gubal, hingga kayu

teras. Aroma ini diperkirakan berasal dari minyak atsirinya. Minyak atsiri dari

berbagai bagian pohon inilah yang menarik untuk diteliti bioaktivitasnya.

Senyawa atsiri merupakan minyak beraroma yang dihasilkan dari bagian

tumbuhan. Proses ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan dengan teknik

penyulingan dengan bantuan air yang dipanaskan. Uap air serta minyak atsiri hasil

pemanasan tersebut kemudian dikondensasikan hingga menjadi bentuk cari

(14)

2

Sudah sejak lama manusia menggunakan minyak atsiri sebagai parfum

maupun sebagai obat. Sebagai bahan obat, minyak atsiri perlu diuji. kandungan

senyawa bioaktif yang berkhasiat untuk menjadi sediaan fitofarmaka. Salah satu

metode uji yang saat ini berkembang adalah metode

bioassay Braine Shrimp

Lethality Test

(BSLT), yaitu menguji ekstrak dari bagian tumbuhan terhadap larva

udang

Artemia salina

Leach. Metode uji ini biasanya digunakan sebagai uji

pendahuluan dalam eksplorasi senyawa bioaktif anti kanker (Meyer

et al.

1982).

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan rendemen minyak atsiri pada

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan, baik yang sudah ataupun belum

dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai obat, berkisar dari yang terlihat

mata hingga yang tampak di bawah mikroskop (Hamid

et al.

1991). Menurut

Rostiana

et al.

(1992), yang dimaksud dengan tumbuhan obat adalah jenis yang

sebagian, seluruh bagian atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat,

bahan atau ramuan obat-obatan.

Menurut Zuhud

et al.

(1994), tumbuhan obat dibagi tiga kelompok, yaitu:

1.

Tumbuhan obat tradisional, yaitu tumbuhan obat yang dipercaya

mempunyai khasiat berdasarkan tradisi dan sudah diketahui.

2.

Tumbuhan obat modern, yaitu timbuhan obat yang telah dibuktikan

secara ilmiah mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat

dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3.

Tumbuhan obat potensial, yaitu tumbuhan obat yang diduga mengandung

senyawa bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara

medis atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri.

Obat tradisional tidak jarang dipakai untuk pengobatan penyakit yang belum

ada obatnya yang memuaskan seperti penyakit kanker, penyakit virus seperti

AIDS dan penyakit degeneratif, serta pada keadaan terdesak dimana obat jadi

tidak tersedia atau karena tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat (DepKes

2000

dalam

Sumarni 2002).

2.2 Pohon Suren (Toona sinensis Roemor)

T. sinensis

mempunyai nama umum Suren, namun di Jawa dikenal dengan

nama Suren sabrang, di Karo dikenal dengan nama Ingul batu, dan di Sunda

dikenal dengan Suren beureum atau ki beureum (Heyne 1987). Jenis ini banyak

dijumpai di hutan primer, khususnya pada kaki bukit atau lereng terbuka, juga

terdapat pada tebing atau pinggir sungai. Pada hutan sekunder ditemukan pada

(16)

4

Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand dan Cina. Suren memiliki

tinggi hingga 40 m, tinggi bebas cabangnya hingga 20 m, diameter pada d.b.h.

mencapai 1,5 m, dan memiliki banir. Kulit luarnya (

outer bark)

pecah-pecah dan

berwarna abu-abu hingga coklat hitam, kulit dalam (

inner bark

) memiliki serat

dan warnanya jingga hingga merah, kayu gubalnya berserat, warnanya putih

kemerahan, dan berbau tajam seperti bawang putih dan merica. Kayu Suren

biasanya digunakan untuk bahan furnitur dan konstruksi jembatan, daun dijadikan

sayuran di negara Cina dan Malaysia, dan sebagai pakan ternak di India. Pohon

Suren secara luas digunakan sebagai obat, kulit batangnya dijadikan obat kelat

dan penjernih, tepung dari akarnya digunakan sebagai penyegar dan diuretik, dan

daun mudanya digunakan sebagai obat kembung (Shu 2008).

2.3 Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah komponen minyak yang mudah menguap dan

diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap (Guenther 1988). Minyak

atsiri dikenal dengan nama minyak mudah menguap. Minyak atsiri dapat

dihasilkan dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang,

kulit, dan akar. Pada umumnya minyak atsiri merupakan senyawa monoterpenoid

dan seskuiterpenoid. Senyawa terpenoid adalah produk metabolit sekunder yang

dibentuk untuk pertahanan diri tumbuhan. Produk metabolit sekunder lainnya

adalah senyawa alkaloid serta senyawa fenolik yang terdiri dari asam lemak,

flavonoid, dan antrakuinon. Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan

karagaman struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan isoprene,

sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam

mevalonat (Mukhtar 2007).

Menurut Sudaryani (2008), minyak atsiri pada tanaman mempunyai tiga

fungsi yaitu membantu proses proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis

serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan,

dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman.

2.4 Penyulingan Minyak Atsiri

Penyulingan minyak atsiri adalah ekstraksi minyak atsiri dari tanaman

(17)

dihasilkan selanjutnya dikondensasikan sehingga menjadi cairan berair dan

minyak atsiri, yang selanjutnya dapat dipisahkan karena keduannya memisah

menjadi dua fase yang berbeda pada wadah penampung kondensat, yaitu fase air

dan fase minyak.

Menurut Guenther (1988), metode penyulingan minyak atsiri terbagi

menjadi penyulingan dengan air, penyulingan air dan uap, dan penyulingan uap.

Penyulingan dengan air merupakan metode dengan menggunakan bahan yang

akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung

atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang

disuling. Kelebihan proses ini yaitu biaya operasional yang murah dan proses

yang sederhana. Sedangkan, kekurangan proses ini adalah rendemen yang

dihasilkan sedikit serta minyak atsiri tidak semua menguap tapi ada yg terlarut

dalam air. Penyulingan dengan air dan uap dimana bahan diletakkan di atas

rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air

berada tidak jauh di bawah saringan. Kelebihan proses ini yaitu bahan hanya

kontak dengan uap jenuh dan basah, sehingga minyak atsiri langsung ikut

menguap dengan uap air. Kekurangan dari proses ini yaitu tekanan yang

dihasilkan hanya dari tekanan uap air saja, sehingga proses penyulingan relatif

lama. Penyulingan dengan uap dimana bahan baku ditempatkan berpisah dari

pemanas atau

boiler

air. Kelebihan proses ini yaitu rendemen yang dihasilkan

besar, waktu penyulingan relatif cepat dan bahan baku hanya kontak langsung

dengan uap air. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya operasional yang tinggi

serta prosesnya yang rumit.

2.5 Uji Mortalitas Larva Udang

Uji bioaktivitas menggunakan larva udang

A. salania

dikenal dengan

istilah

Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) (Meyer

et al.

1982). BSLT adalah

suatu metode penelusuran untuk menentukan toksisitas ekstrak ataupun senyawa

terhadap larva udang dari

A. salina

. Metode ini telah digunakan sejak 1956 untuk

mengetahui residu peptisida, anastatik lokal, senyawa turunan morfin, mitotoksin,

karsinogenitas suatu senyawa, dan polutan air laut .Senyawa aktif yang memiliki

(18)

6

(LC

50

), yaitu suatu nilai yang menunjukkan konsentrasi zat toksik yang dapat

menyebabkan kematian hewan uji sampai 50%. Penentuan LC

50

dengan derajat

kepercayaan 95% ditentukan dengan metode analisis probit. Senyawa kimia

berpotensi bioaktif jika mempunyai nilai LC

50

2.6 Larva Udang Artimia salina Leach.

kurang dari 1000 ppm.

Larva udang yang digunakan pada uji BSLT ini ialah larva udang dengan

spesies

A. salina

yang termasuk dalam subkelas Branchiopoda. Keunggulan

penggunaan

A.salina

untuk uji BSLT ini ialah sifatnya yang peka terhadap bahan

uji, siklus hidup yang lebih cepat, mudah dibiakkan dan harganya yang murah.

Sifat peka

A.salina

kemungkinan disebabkan oleh keadaan membrane kulitnya

yang sangat tipis sehingga memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan

yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya.

A.salina

ditemukan hampir

pada seluruh tempat dipermukaan perairan yang memiliki kisaran salinitas 10-20

g/l, hal inilah yang menyebabkannya mudah dibiakkan. (Meyer

et al.

1982).

Diameter sebutir telur

A. salina

berkisar antara 200-300 µm, sedangkan

berat keringnya sekitar 3,65 µg. Penetasan telur

A.salina

dilakukan dengan cara

merendamnya dalam air laut bersuhu 25

0

2.7 Uji Kromatografi Lapis Tipis

C dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam

cangkang telur

A. salina

akan keluar larva yang juga dikenal nauplius (Mudjiman

1983).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan proses analisis pemisahan

senyaw-senyawa berdasarkan prinsip distribusi fase atau perpindahan komponen

yang dianalisa dari fase gerak menuju fase diam melalui proses kesetimbangan.

Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam),

ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok.

Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada kromatogram

(Stahl 1985).

Kromatografi lapis tipis bekerja berdasarkan distribusi fase adsorbsi cair

ke padat. Sebagai absorben atau fase padatnya berupa lapisan tipis bubur alumina,

silika gel yang menempel pada selembar lempeng kaca atau lempeng alumunium.

(19)

diperiksa bergerak melalui fase padat. Senyawa yang diperiksa ditotolkan pada

permukaan lapis tipis dalam garis sejajar, kemudian dimasukkan kedalam botol

kromatografi yang berisi eluen dan dibiarkan hingga eluen dan senyawa bergerak

naik pada lapis tipis. Warna akan terlihat dibawah sinar ultraviolet atau

disemprotkan larutan vanillin-asam sulfat. Dari hasil kromatografi lapis tipis

selanjutnya dihitung nilai Rf (

Reterdation factor

= faktor perintang rambatan)

dengan rumus:

Rf =

Jarak yang ditempuh oleh pelarut

Jarak yang ditempuh oleh komponen

(20)

8

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen

Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, selama tiga bulan di

bulan Mei-Juli 2011.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah daun, kulit bagian dalam

(inner bark)

, gubal

dan teras pohon Suren (

Toona sinensis

) dengan tinggi ± 14 m dan diameter 26 cm,

yang diambil dari hutan masyarakat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi,

Jawa barat. Bahan lain yang digunakan adalah telur

Artimia salina

, DMSO

(

dimethyl sulfoxide

), dan air laut.

Peralatan yang digunakan adalah alat destilasi minyak atsiri, alat serut

kayu, golok, alat timbang, peralatan gelas (labu erlenmeyer, funnel separator,

tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, pipet, cawan petri, botol kecil, dan lainnya),

perangkat uji kromatografi lapis tipis, ember dan kompor gas.

3. 3 Metode Penelitian

3.3.1 Penyiapan Bahan Baku

a.

Daun

Daun dipisahkan dari tangkainya dan dirajang kasar, kemudian

ditimbang sebanyak 4,5 kg untuk satu kali pemasakan/penyulingan.

Proses ini dilakukan dengan cepat, agar minyak atsiri yang terkandung

dalam daun tidak banyak yang menguap.

b.

Kulit

Kulit dipisahkan antara kulit luar (

outer bark

) dan kulit dalam (

inner

bark

). Bagian kulit yang digunakan adalah bagian dalam (

inner bark

).

Kulit dirajang hingga ukuran 1-2 cm, kemudian ditimbang sebanyak 1,5

kg untuk satu kali pemasakan dan satu bagian (pangkal, tengah, dan

(21)

c.

Kayu teras dan gubal

Teras dan gubal dipisahkan menggunakan mesin serut, sehingga dapat

diperoleh hasil berupa kayu sisa serutan dengan panjang 1-4 cm, lebar

1-2 cm dengan tebal 1-5 mm. Masing-masing bagian (pangkal, tengah,

dan ujung), selanjutnya ditimbang sebanyak 1,5 kg untuk satu kali

pemasakan.

3.3.2 Penyulingan

Bahan baku yang sudah siap selanjutnya dimasukkan dalam alat

penyulingan. Proses penyulingan menggunakan metode air dan uap, yaitu

menggunakan air kemudian dipanaskan sehingga menghasilkan uap air yang

panas. Uap ini dapat menguapkan minyak atsiri pada bahan baku, yang

selanjutnya diembunkan pada kondensor. Hasil pengembunan ini berupa air yang

bercampur dengan minyak atsiri kemudian ditampung pada labu kondensat.

Kondensat yang diperoleh dimasukkan kedalam funnel separator dan

diendapkan selama 1-2 jam atau hingga air dan minyak terpisah. Air yang terpisah

pada funnel dikeluarkan atau dibuang, sehingga tersisa minyak atsiri. Minyak

tersebut diukur volumenya dan dimasukkan kedalam botol kecil yang ditutup

rapat.

3.3.3 Penentuan Rendemen

Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari tiap-tiap proses penyulingan

dihitung terhadap berat kering tanur, dengan menggunakan rumus:

Rendemen = (Output/Input) x 100%

Keterangan: Output = berat minyak atsiri (g)

Input = berat kering tanur bahan baku (g)

3.3.4 Uji Bioaktivitas dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Telur udang ditetaskan di dalam tabung kaca dengan ukuran 3 L, diisi oleh

air laut sebanyak 1 L dan dilengkapi dengan aerator dan lampu penerangan, dalam

(22)

10

Sebanyak 20 mg minyak atsiri ditimbang lalu diencerkan menggunakan

DMSO 5 tetes dan dilarutkan dengan air laut hingga 10 mL. Dari larutan tersebut

diambil sebanyak 1 ml dan dilarutkan dengan air laut hingga 10 mL, maka

diperoleh konsentrasi 100 µg/mL, kemudian diambil masing-masing 2 mL dan 1,5

mL, untuk memperoleh konsentrasi 20 dan 15 µg/mL. Sebanyak 5 mL larutan

diambil dari tabung konsentrasi 20 µg/mL, dan dilarutkan hingga 10 mL maka

diperoleh konsentrasi 10 µg/mL. Dari tabung konsentrasi 5 µg/mL diambil

sebanyak 5 mL sehingga konsentrasinya menjadi 5 µg/mL. Larutan pada tabung

20, 15, 10, dan 5 µg/mL, diambil masing-masing 2,5 mL dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

Pada tabung uji tersebut kemudian dimasukkan larva udang sebanyak 20

ekor dan ditambah air laut hingga 5 ml, hingga

diperoleh konsentrasi pada

masing-masing tabung adalah 10; 7,5; 5; 2,5 µg/mL. Larutan

dibiarkan selama 24

jam, kemudian udang yang mati dihitung dan dianalisis untuk menentukan LC

50

Menghitung mortalitas teramati menggunakan rumus:

dengan derajat kepercayaan 95%. Setiap konsentrasi diuji dalam dua kali ulangan

dengan kontrol. Kontrol hanya menggunakan larutan DMSO 5 tetes dan air laut,

tanpa penambahan minyak atsiri.

MA : Mortalitas teramati

Nilai mortalitas teramati yang didapat kemudian dikoreksi dengan kontrol.

Nilai mortalitas terkoreksi ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari

Abbot (1925)

dalam

Sari (2002) yaitu:

Keterangan :

MT = Mortalitas teramati terkoreksi mortalitas Kontrol(%)

Ma = Mortalitas teramati (%)

(23)

3.3.5 Analisis Data

Untuk menentukan nilai

Lethality Concentration

50% (LC

50

), hasil uji

BSLT diuji menggunakan program Minitab14 dengan probit analysis dengan

asumsi distribusi weibull pada selang kepercayaan 95%. Data yang digunakan

adalah konsentrasi dan persentase kematian (mortalitas) yang sudah dikoreksi

dengan kontrol. Data yang yang dianalisis statistik adalah perbandingan kadar

konsentrasi dengan persentase mortalitas terkoreksi. Hasil analisis yang diambil

memiliki persentase kematian 50%. Untuk menentukan tingkat bioaktivitas,

digunakan pedoman dari Meyer (1982) dimana LC

50

≤ 30 µg/mL adalah sangat

toksik, 31µg/mL

LC

50

≤ 1000 µg/mL adalah toksik dan LC

50

≥ 1000 µg/mL

adalah tidak toksik. Maka, apabila LC

50

3.3.6 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

30 µg/mL minyak atsiri tersebut

berpotensi mengandung senyawa bioaktif anti kanker atau sebagai pestisida.

Minyak atsiri yang diperoleh dari masing-masing bagian kemudian

dianalisis dengan Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Elusidasi dilakukan

dengan menggunakan eluen yang dibuat dari pelarut n-heksana dan etil asetat

dengan perbandingan 8:2. Untuk melihat perubahan eludasi, kromatogram lapis

tipis diberi tanda garis awal dan menggunakan pinsil. Minyak atsiri ditotolkan

pada garis awal lempeng lapis tipis, kemudian dimasukkan kedalam gelas piala

yang berisi eluen dan dibiarkan hingga eluen bergerak naik.

Kromatogram lapis tipis disinari dengan lampu ultra violet untuk melihat

spot-spot senyawa, kemudian ditandai dengan pensil dan dihitung nilai Rf-nya.

Selanjutnya lapis tipis disemprot dengan larutan H

2

SO

4

dengan konsentrasi 10%,

sambil dipanaskan sehingga diperoleh warna dari senyawa yang terkadung dalam

minyak atsiri. Hasil uji KLT adalah jenis dan jumlah senyawa yang ada pada

(24)

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pohon Suren (Toona sinensis Roemor)

Pohon yang dijadikan sebagai bahan baku adalah pohon Suren yang

berasal dari hutan masyarakat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Pohon

ini memiliki tinggi ± 11 m dengan diameter ± 23 cm. Kulit batangnya berwarna

abu-abu kecoklatan, permukaannya pecah dan kasar dengan tebal 1-1,5 cm

(Gambar 1 a). Jika dikuliti, kulit bagian dalam (

inner bark

) warnanya coklat

kemerahan (Gambar 1 b) dan kayunya berwarna kemerahan (Gambar 1 c). Bagian

kayunya memiliki diameter ± 21 cm, dengan diameter kayu teras ± 15 cm, dan

tebal kayu gubal ± 3 cm. Seluruh bagian pada pohon Suren memiliki bau yang

khas. Kondisi ini mirip dengan yang ada di China (Shu 2008) yang

mendeskripsikan bahwa

T. sinensis

memiliki tinggi hingga 40m, tinggi bebas

cabangnya hingga 20m, diameter pada d.b.h. mencapai 1,5 m, dan memiliki banir,

kulit luarnya (

outer bark)

pecah-pecah dan berwarna abu-abu hingga coklat hitam,

kulit dalam (

inner bark

) memiliki serat dan warnanya jingga hingga merah, kayu

gubalnya berserat, warnanya putih kemerahan, dan berbau tajam seperti bawang

putih dan merica.

Hasil identifikasi jenis oleh Herbarium Bogoriensis LIPI dan

Puslitbang Hutan Gunung Batu menunjukkan bahwa pohon yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dari jenis

T. Sinensis.

( a ) kulit luar

( b ) kulit dalam

( c ) batang

T.sinensis

Gambar 1 Permukaan bagian pohon Suren (

T. sinensis

).

Teras ± 15 cm

(25)

4.2 Rendemen Minyak Atsiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyulingan minyak atsiri dari

berbagai bagian pohon Suren menghasilkan rendemen rata-rata 0,051 – 0,388 %

(Tabel 1). Rendemen ditentukan dari perbandingan berat minyak atsiri dengan

berat kering tanur bahan baku. Tabel 1 menunjukan rendemen minyak atsiri Suren

(

T.sinensis

) pada bagian daun (0,302%), kulit (0,051%), teras (0,379%), dan gubal

(0,388%). Hal ini diduga pada bagian kulit kurang menghasilkan senyawa

terpenoid yang menjadi senyawa utama minyak atsiri.

Tabel 1. Rendemen minyak atsiri pohon Suren (

T.sinensis

)

Bagian Rendemen (%)*) Warna minyak atsiri

Daun 0,302 Coklat muda

Kulit 0,051 Coklat kehitaman

Teras 0,379 Hijau kecoklatan

Gubal 0,388 Hijau bening

*

Minyak atsiri pohon Suren dari berbagai bagian memiliki warna yang

berbeda. Minyak atsiri dari bagian gubal berwarna hijau bening, pada bagian

teras hijau kecoklatan / keruh, bagian kulit memiliki warna coklat kehitaman, dan

pada bagian daun memiliki warna coklat muda. Hal tersebut sejalan dengan hasil

penelitian Santoni

et al

. (2009) yang menjelaskan bahwa minyak atsiri dari daun

Suren berwarna coklat muda.

) rataan dari 3 kali ulangan

Minyak atsiri adalah komponen minyak yang mudah menguap dan

memiliki aroma. Dari hasil penelitian, minyak atsiri Suren memiliki aroma yang

menyengat dan pedas seperti merica atau sirih. Hal ini sesuai dengan pendapat

Shu (2008) bahwa

T.sinensis

berbau tajam seperti merica dan bawang putih. Serta

menurut Santoni

et al.

(2009) minyak atsiri daun

T. sinensis

memiliki aroma yang

menyengat.

Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa bagian pohon Suren yang tepat

untuk dioptimalkan pemanfaatanya adalah bagian daun, kayu teras dan gubal,

karena bagian tersebut memiliki rendemen yang cukup tinggi dibandingkan

(26)

14

4.3 Bioaktivitas Minyak Atsiri Suren

Pengujian bioaktivitas menggunakan uji BSLT minyak atsiri Suren ini,

indikator yang digunakan adalah persentase mortalitas (kematian) larva udang

terhadap perbedaan konsentrasi minyak atsiri (µg/mL). Uji bioaktivitas dilakukan

pada semua minyak atsiri semua bagian yang didapat dari hasil penyulingan.

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas biologis (toksisitas) minyak

atsiri terhadap

A. salina

melalui nilai LC

50

Hasil pengujian menujukkan bahwa minyak atsiri Suren dari bagian daun,

kulit, teras dan gubal menghasilkan mortalitas yang beragam pada setiap

konsentrasi. Nilai rata-rata mortalitas yang dihasilkan berkisar antara 0-100%,

tergantung dari bagian dan jenis ulangannya (Tabel 2). Nilai rata-rata mortalitas

kontrol berkisar antara 0-2,5% (Lampiran 6), dengan demikian pelarut DMSO

yang digunakan tidak menyebabkan kematian pada udang

A.salina

serta kualitas

lingkungan tempat hidupnya dinilai baik sehingga pelarut ini dapat diabaikan

pengaruhnya.

yang diperoleh dari probit analisis

menggunakan program Minitab 14. Hasil uji bioaktivitas minyak atsiri dari

berbagai bagian pohon dengan metode BSLT dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 diketahui bahwa minyak atsiri yang memiliki nilai LC

50

terendah

terdapat pada bagian kayu gubal yaitu 1,293 µg/mL, diikuti dengan bagian kayu

teras 3,968 µg/mL, bagian kulit 6,851 µg/mL, dan nilai LC

50

tertinggi terdapat

pada bagian daun yaitu sebesar 11,203 µg/mL. Semua nilai LC

50

ini termasuk

kategori sangat toksik, sesuai dengan Meyer

et al

. (1982) yang menunjukkan

bahwa suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC

50

< 1000 µg/mL, sangat

toksik bila LC

50

< 30 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa bioaktivitas

tertinggi dihasilkan dari minyak atsiri dari kayu gubal, diikuti kayu teras,

(27)

Tabel 2. Bioaktivitas larva udang

A. salina

minyak atsiri pohon Suren

Jenis/ Bagian

Mortalitas (%) / µg/mL *) LC50

(µg/mL) Kategori

2,50 5,00 7,50 10,00

Daun 15,83 22,50 36,50 47,83 11,203 Sangat Toksik

Kulit 22,50 30,83 51,83 70,83 6,851 Sangat Toksik

Teras 40,00 50,83 72,67 84,67 3,968 Sangat Toksik

Gubal 69,17 85,00 88,83 98,33 1,293 Sangat Toksik

*) - rataan dari 6 ulangan

- dikoreksi dengan mortalitas kontrol

Hasil penetapan rendemen menunjukkan bahwa rendemen minyak

atsiri Suren tertinggi dihasilkan dari bagian kayu gubal (0,388%) ternyata

memiliki bioaktivitas tertinggi pula (LC

50

1,293 µg/mL). Rendemen minyak

atsiri kayu terasnya (0,379%) mengandung bioaktivitas sangat tinggi pula

(LC

50

3,968 µg/mL). Rendemen minyak atsiri bagian daun Suren (0,302%)

memiliki bioaktivitas tinggi (LC

50

11,203 µg/mL). Sementara itu rendemen

minyak atsiri bagian kulit terendah (0,051%) juga memiliki bioaktivitas

yang tinggi (LC

50

Hasil uji BSLT dapat diketahui bahwa miyak atsiri dari berbagai bagian

pohon Suren memiliki bioaktivitas yang tinggi. Sehingga berpotensi sebagai

senyawa anti kanker, sebab menurut Meyer (1982) bahwa hasil uji BSLT

berkorelasi positif dengan sifat anti kanker senyawa-senyawa kimia yang

dikandung oleh bahan uji.

6,851 µg/mL). Dari uraian tersebut, bila

mempertimbangkan rendemen dan bioaktivitas maka eksplorasi senyawa

bioaktif dalam minyak atsiri dari bagian kayu gubal, teras maupun daun

potensial untuk dilakukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang

diberikan pada larva udang

A.salina

menyebabkan semakin tinggi persentase

mortalitasnya, serta menunjukkan suatu keteraturan atau pola meningkat dari

mortalitas larva udang terhadap peningkatan konsentrasi sehingga dapat diketahui

bahwa keduanya memiliki korelasi positif (Gambar 2). Jika dilihat dari tiap bagian

(28)

16

setiap individu memiliki respon yang berbeda pada zat yang berada di

lingkungannya (Loomis 1978

dalam

Fadli 2006).

Gambar 2. Hubungan Konsentrasi dengan mortalitas larva udang (

A.salina

).

4.4 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis

Minyak atsiri dari bagian daun, kulit, teras dan gubal dianalisis

menggunakan KLT. Eludasi menggunakan eluen terbaik yaitu campuran pelarut

n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:2 menghasilkan 3 bercak untuk

minyak atsiri daun, kulit 3 bercak, teras 3 bercak dan gubal 6 bercak (Tabel 3).

Pemisahan senyawa dapat dilihat dari perbedaan gerak senyawa dengan

laju tertentu. Gerak senyawa tersebut digunakan untuk menghitung nilai

Reterdation factor

(Rf). Nilai Rf digunakan untuk menentukan jenis senyawa

dalam ekstrak. Untuk mendeteksi senyawa dominan yang terdapat pada minyak

atsiri, maka dilakukan deteksi dengan menggunakan sinar UV dan pereaksi

semprot H

2

SO

4

. Jika terdapat senyawa terpenoid yang terdiri dari golongan

monoterpenoid dan sesquiterpenoid maka akan timbul warna violet/ungu, merah,

biru, abu-abu/coklat, atau hijau (Stahl 1985). Dari nilai Rf pada Tabel 3, diduga

minyak atsiri pada bagian daun mengandung minimal 3 jenis senyawa, kulit 3

senyawa, teras 3 senyawa, dan gubal 6 senyawa. Dilihat dari warna yang

(29)

didominsi oleh senyawa terpenoid yang memiliki golongan monoterpenoid atau

sesquiterpenoid dengan merujuk pada pedoman dari Stahl (1985).

Tabel 3. Hasil uji KLT minyak atsiri dari bagian pohon Suren

Bagian

Jumlah Komponen

Rf

Warna

Daun

3

0,41

0,80

0,84

Ungu

Kuning

Coklat

Kulit

3

0,16

0,44

0,69

Coklat

Ungu

Coklat

Teras

3

0,13

0,43

0,83

Coklat

Ungu

Coklat

Gubal

6

0,17

0,40

0,46

0,53

0,56

0,83

Coklat

Merah jambu

Ungu

Kuning

Coklat

Kuning

Dari analisis fitokimia dengan KLT ini diketahui bahwa minyak atsiri

semua bagian pohon Suren mengandung senyawa terpenoid. Senyawa inilah

yang berperan terhadap tingginya bioaktivitasnya terhadap larva udang

A.

salina

. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Maryati & Erindyah

(2004) yang menemukan senyawa terpenoid dalam ekstrak

Tamarindus indica

L.

sebagai penyebab tingginya toksisitas ekstrak terhadap larva udang. Penelitian

Lenny (2006) menunjukan bahwa terpenoid memiliki fungsi sebagai antiseptik,

(30)

18

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1.

Rendemen minyak atsiri Suren tertinggi adalah dari bagian gubal yaitu

(0,388%), diikuti oleh teras (0,379 %), daun (0,302 %) dan kulit (0,051%).

2.

Bioaktivitas minyak atsiri berbagai bagian pohon Suren terhadap larva

udang

A. salina

termasuk katagori sangat toksik, dimana bioaktivitas

tertinggi adalah minyak atsiri kayu gubal ( LC

50

1,293 µg/mL), diikuti

dengan bagian kayu teras (LC

50

3,968 µg/mL), bagian kulit (LC

50

6,851

µg/mL), dan daun (LC

50

3.

Jumlah senyawa yang terdapat pada minyak atsiri Suren bagian daun

minimal 3 senyawa, kulit 3 senyawa, teras 3 senyawa, dan gubal 6

senyawa. Senyawa tersebut termasuk dalam kelompok senyawa terpenoid.

11,203 µg/mL).

5.2 Saran

Perlu penelitian lebuh lanjut mengenai:

1.

Isolasi senyawa toksik dalam minyak atsiri dari berbagai bagian pohon

Suren (

T. sinensis

)

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Chang H, Hung W, Huang M, Hsu H. 2002. Extract from the leaves of

Toona

sinensis

Roemor exerts potent antiproliferative effect on human lung

cancer cells.

The American journal of Chinese medicine

30: 307-314.

Chang H, Hsu H, Su J, Wang P, Chung Y, Chia Y, Tsai L, Wu Y, Yuan SF. 2006.

The fractioned

Toona sinensis

leaf extract induce apoptosis of human

ovarian cancer cells and inhibits tumor growth in a murine xenograft

model.

Gynecologic Oncology

102: 309-314.

Chia Y, Wang P, Huang Y, Hsu H, Huang M. 2007. Cytotoxic activity of

Toona

sinensis

on human lung cancer cells.

Nat Sc Council Report

: 230.

Clark J. 2007.

Kromatografi Lapis Tipis

. Avaliable at

Fadli M. 2006.

Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Beunying (Ficus fistulosa

Reinw) dan Hamerang (Ficus fulva Reinw) Menggunakan Brine Shrimp

Lethality Test.

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, IPB.

Guenther E. 1988.

Minyak Atsiri

. Volume 1. Ketaren S, penerjemah. Jakarta:

Direktorat Perguruan Tinggi. Terjemahan dari

Essential Oil.

Hamid A, Hadidi EA, Rostiana O. 1991.

Upaya Pelestarian Tumbuhan Obat di

Balittro.

Di dalam prosiding

Pemanfaatan Tumbuhan Obat dan Hutan

Tropis Indonesia.

Bogor: Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya

Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB dan LATIN Bogor.

Harborne. 1987.

Metode Fitokimia:Penemuan cara modern menganalisis

tumbuhan.

Padmawinata K, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung:

Penerbit ITB. Terjemahan dari :

Phytochemical Methods

.

Heyne K. 1987.

Tumbuhan Berguna Indonesia.

Jilid I-IV. Jakarta: Penerjemah

Balitbang Kehutanan.

Kurz WGW, Constabel F. 1998.

Produksi dan Isolasi Metabolit Sekunder

.

Penerjemah: Widianto, M.B. Bandung: ITB Press.

Lenny S. 2006.

Senyawa Terpenoida dan Steroida.

[Karya Ilmiah]. Medan:

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra

Utara.

Maryati, Erindiyah W. 2004.

Uji Toksisitas Ekstrak Daun Tamarindus indica

L

.

dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test.

[Karya Ilmiah]. Solo: Fakultas

Farmasi UMS Surakarta.

Meyer BN, Ferigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nicholas DE, Mc Laughlin JL.

1982. Brine Shrimp: A Convinient General Bioassay for Active Plant

Constituent. West Lafayette:

Plant medica

45:31-41.

(32)

20

Muktar MH. 2007. Uji Sitoksisitas Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum

basilicum L) dengan Metode Braine Shrimp Lethality Bioassay

.

J Sains

Tek. Far.

12:12-15.

Rostiana O, Abdullah A, Wahid P

.

1992.

Penelitian Plasma Nutfah Tanaman

Obat

. Prosiding Komunikasi Ilmiah :

Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan

Budidaya Tanaman Obat

; Bogor, 2-3 Maret 1992. Bogor: BPPT.

Santoni A, Nurdin H, Manjang Y, Achmad SA. 2009. Minyak Atsiri dari

Toona

sinensis

dan Uji Aktivitas Insektisida.

J Ris Kim

2:101-105.

Sari RK. 2002.

Isolasi dan Identifikasi Komponen Bioaktif dari Damar Mata

Kucing

(

Shorea javanica

K. Et. V). [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Shu XC. 2008.

TOONA

(Endlicher) M. Roemer, Fam. Nat. Syn. Monogr. China

11: 112–115.

Sostrohamidjojo H. 2004.

Spektroskopi

. Yogyakarta: Liberty.

Sotaric T. 2000. Analysis of the Atsiri Component in Vanilla Extract and

Flafouring by Solid-Phase Microekstraction and Gas Chromatography.

J

Food Agri Chem

. 48: 5802-5807.

Stahl E. 1985.

Analisis Obat secara Kromatografi fan Mikroskopis

. Penerjemah K

Padmawinata. Bandung: ITB.

Sumarni R. 2002.

Paradigma Pengobatan Kanker

. Tugas Matakuliah Falsafah

Sains (PPs 702). Program Pasca sarjana (S3). Institut Pertanian Bogor.

Sudaryani. 2008.

Analisa Bahan Makanan dan Pertanian

. Jakarta: Liberty.

(33)

Lampiran 1. Data kadar air bagian Suren (Toona sinensis)

Bagian Ulangan Berat

Awal

Berat Kering Tanur

KA (%)

Daun 1 11,765 3,959 197,17

2 12,593 4,000 214,83

3 12,263 4,100 199,10

Kulit Ujung 19,231 7,873 144,27

Tengah 10,157 4,080 148,95

Pangkal 20,005 8,156 145,28

Teras Ujung 9,017 5,798 55,52

Tengah 8,185 4,938 65,76

Pangkal 8,008 5,659 41,51

Gubal Ujung 8,100 5,630 43,87

Tengah 13,148 8,363 57,22

Pangkal 12,479 7,979 56,40

Lampiran 2. Data rendemen minyak atsiri Suren (Toona sinensis)

Bagian Ulangan Berat

Basah (Kg)

Berat Kering (g)

Hasil (g)

Rendemen (%)

Daun 1 4,5 1514,280 4,98 0,329

2 4,5 1429,366 4,32 0,302

3 2,5 835,848 2,95 0,353

Kulit Ujung 2,0 818,782 0,46 0,056

Tengah 2,0 803,387 0,49 0,061

Pangkal 1,9 774,626 0,37 0,048

Teras Ujung 1,5 964,511 2,45 0,254

Tengah 1,5 904,948 5,72 0,632

Pangkal 1,5 1060,002 3,71 0,350

Gubal Ujung 1,5 1042,593 2,95 0,283

Tengah 1,5 954,099 3,90 0,409

(34)

22

Lampiran 3. Data mortalitas uji BSLT minyak atsiri Suren (Toona sinensis)

Bagian Ulangan Replikasi Konsentrasi (µg/mL)

2,50 5 7,50 10,00

Daun 1 1 4 6 9 16

2 7 8 14 17

2 1 2 4 5 6

2 0 2 3 4

3 1 2 3 5 7

2 4 4 10 9

Kulit Ujung 1 6 8 12 16

2 4 4 11 17

Tengah 1 5 6 6 17

2 2 4 17 17

Pangkal 1 6 8 10 10

2 4 7 8 9

Teras Ujung 1 10 14 16 20

2 12 13 17 18

Tengah 1 9 11 11 12

2 10 10 10 14

Pangkal 1 5 8 17 20

2 2 5 15 18

Gubal Ujung 1 10 17 18 20

2 11 18 18 20

Tengah 1 18 19 20 20

2 18 18 20 20

Pangkal 1 14 16 16 20

2 12 14 15 18

Lampiran 4. Data mortalitas kontrol pada uji BSLT

Replikasi

Konsentrasi (µg/mL)

2,50

5

7,50

10,00

1

0

0

1

1

2

0

0

0

0

Mortalitas (%)

0

0

2,5

2,5

Lampiran 5. Hasil rata-rata LC

50

Bagian

minyak atsiri Suren (Toona sinensis)

LC 50% (µg/mL) *)

Daun 11,203

Kulit 6,851

Teras 3,968

Gubal 1,293

(35)

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 736 Failure 1664 n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2.84741 0.166414 -17.11 0.000 konsentrasi 1.02679 0.0850912 12.07 0.000 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -1394.607 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 6.95227 2 0.031 Deviance 7.00470 2 0.030

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:35.595.107.382.48.759.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.02679 0.0850912 0.872856 1.20788 Scale 16.0084 1.28816 13.6727 18.7431

Table of Percentiles

(36)

24

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 2048 Failure 352 n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -0.558585 0.0938681 -5.95 0.000 konsentrasi 0.747493 0.0544091 13.74 0.000 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -895.952 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 20.4352 2 0.000 Deviance 21.6385 2 0.000

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:36.595.108.388.128.741.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.747493 0.0544091 0.648111 0.862115 Scale 2.11124 0.158838 1.82179 2.44669 Table of Percentiles

Standard 95.0% Fiducial CI Percent Percentile Error Lower Upper 1 0.0044859 0.0023101 0.0013827 0.0108545 2 0.0114158 0.0051051 0.0041089 0.0245919 3 0.0197720 0.0080543 0.0077954 0.0397812 4 0.0292541 0.0110863 0.0123079 0.0560632 5 0.0397056 0.0141687 0.0175723 0.0732612 6 0.0510301 0.0172829 0.0235424 0.0912702 7 0.0631626 0.0204173 0.0301869 0.110022 8 0.0760574 0.0235639 0.0374842 0.129469 9 0.0896812 0.0267171 0.0454194 0.149577 10 0.104009 0.0298723 0.0539824 0.170322 20 0.283839 0.0610057 0.173829 0.410690 30 0.531578 0.0904240 0.360780 0.712372 40 0.859537 0.117029 0.630657 1.08699 50 1.29299 0.139415 1.01262 1.55811 60 1.87822 0.155471 1.55871 2.16932 70 2.70637 0.162622 2.36847 3.00949 80 3.99051 0.165285 3.65530 4.30850 90 6.44336 0.256062 5.98138 7.00265 91 6.84081 0.284795 6.33401 7.47230 92 7.29211 0.321131 6.72814 8.01463 93 7.81242 0.367288 7.17541 8.65047 94 8.42412 0.426580 7.69305 9.41080 95 9.16234 0.504305 8.30794 10.3445 96 10.0867 0.609694 9.06539 11.5354 97 11.3105 0.760849 10.0509 13.1447 98 13.0935 1.00072 11.4583 15.5463 99 16.2866 1.47709 13.9138 19.9889

(37)

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 1056 Failure 1344 n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2.73732 0.144657 -18.92 0.000 konsentrasi 1.23193 0.0741468 16.61 0.000 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -1480.427 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 24.4211 2 0.000 Deviance 24.4096 2 0.000 Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:37.595.101.376.87.763.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.23193 0.0741468 1.09485 1.38618 Scale 9.22552 0.295863 8.66349 9.82402

Table of Percentiles

Standard 95.0% Fiducial CI Percent Percentile Error Lower Upper 1 0.220443 0.0456725 0.139167 0.317093 2 0.388541 0.0673686 0.264440 0.526774 3 0.542220 0.0832745 0.385665 0.710076 4 0.687715 0.0959338 0.504731 0.878686 5 0.827761 0.106407 0.622509 1.03756 6 0.963888 0.115266 0.739505 1.18940 7 1.09707 0.122860 0.856051 1.33589 8 1.22797 0.129425 0.972383 1.47817 9 1.35709 0.135129 1.08868 1.61706 10 1.48480 0.140096 1.20508 1.75319 20 2.73033 0.163596 2.39359 3.03641 30 3.99536 0.161556 3.66077 4.29719 40 5.34794 0.155714 5.03267 5.64668 50 6.85147 0.176400 6.51391 7.21077 60 8.59354 0.255366 8.13151 9.14547 70 10.7258 0.409594 10.0103 11.6457 80 13.5755 0.673333 12.4262 15.1289 90 18.1557 1.18367 16.1770 20.9571 91 18.8272 1.26537 16.7168 21.8307 92 19.5714 1.35769 17.3124 22.8038 93 20.4072 1.46350 17.9784 23.9029 94 21.3623 1.58704 18.7357 25.1664 95 22.4794 1.73489 19.6167 26.6540 96 23.8293 1.91813 20.6749 28.4651 97 25.5440 2.15766 22.0097 30.7857 98 27.9166 2.50064 23.8409 34.0313 99 31.8691 3.09883 26.8549 39.5197

(38)

26

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi teras

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 1489 Failure 911 n Total 2400

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -1.72144 0.111617 -15.42 0.000 konsentrasi 0.983052 0.0595831 16.50 0.000 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -1438.942 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 20.8006 2 0.000 Deviance 20.6668 2 0.000

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:38.595.102.386.90.765.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.983052 0.0595831 0.872941 1.10705 Scale 5.76103 0.163934 5.44853 6.09147

Table of Percentiles

(39)

Lampiran 8. Rekap LC

50

Bagian

minyak atsiri Suren (Toona sinensis)

Ulangan

LC 50% (ppm)

Daun

1

5,7473

2

20,7523

3

13,3500

Kulit

Pangkal

10,4332

Tengah

6,4240

Ujung

6,0426

Teras

Pangkal

5,3948

Tengah

3,7045

Ujung

2,4598

Gubal

Pangkal

1,4613

Tengah

0,4939

(40)

28

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun 1

Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 81 Failure 79 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2.65232 0.530237 -5.00 0.000 konsentrasi 1.30712 0.274316 4.77 0.000 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -97.108 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 3.70608 2 0.157 Deviance 3.71955 2 0.156 Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:40.595.101.378.116.784.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.30712 0.274316 0.866322 1.97220 Scale 7.60751 0.715487 6.32684 9.14741 Table of Percentiles

(41)

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun 2

Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 26 Failure 134 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3.79580 0.932057 -4.07 0.000 konsentrasi 1.13079 0.468070 2.42 0.016 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -67.494 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 0.270655 2 0.873 Deviance 0.270392 2 0.874

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:41.595.100.377.109.764.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.13079 0.468070 0.502390 2.54519 Scale 28.6965 17.4789 8.69696 94.6873 Table of Percentiles

(42)

30

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun 3

Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 44 Failure 116 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2.86591 0.669640 -4.28 0.000 konsentrasi 0.964456 0.342925 2.81 0.005 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -89.557 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 1.39288 2 0.498 Deviance 1.43406 2 0.488

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:42.595.106.377.110.794.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.964456 0.342925 0.480426 1.93614 Scale 19.5219 8.03542 8.71278 43.7407

Table of Percentiles

(43)

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal pangkal

Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 125 Failure 35 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -0.597187 0.365493 -1.63 0.102 konsentrasi 0.608067 0.204727 2.97 0.003 Natural

Response 0 Log-Likelihood = -79.331 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 3.20292 2 0.202 Deviance 3.34455 2 0.188 Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:43.595.99.391.99.796.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.608067 0.204727 0.314315 1.17635 Scale 2.67008 0.794745 1.48993 4.78501 Table of Percentiles

(44)

32

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal tengah

Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 153 Failure 7 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant 0.112937 0.423436 0.27 0.790 konsentrasi 0.679598 0.280138 2.43 0.015 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -25.158 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 2.74343 2 0.254 Deviance 2.99863 2 0.223

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:44.595.103.390.103.766.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.679598 0.280138 0.302954 1.52450 Scale 0.846892 0.583022 0.219705 3.26450 Table of Percentiles

Standard 95.0% Fiducial CI Percent Percentile Error Lower Upper 1 0.0009730 0.0033624 0.0000000 0.0414231 2 0.0027184 0.0082447 0.0000000 0.0732323 3 0.0049737 0.0138494 0.0000000 0.102403 4 0.0076527 0.0199534 0.0000000 0.130084 5 0.0107087 0.0264426 0.0000000 0.156779 6 0.0141123 0.0332468 0.0000000 0.182771 7 0.0178437 0.0403183 0.0000000 0.208239 8 0.0218891 0.0476224 0.0000000 0.233308 9 0.0262384 0.0551329 0.0000000 0.258069 10 0.0308844 0.0628291 0.0000000 0.282590 20 0.0931746 0.147392 0.0000000 0.523298 30 0.185787 0.241539 0.0000004 0.770598 40 0.315184 0.342037 0.0000057 1.03843 50 0.493867 0.446327 0.0000583 1.34106 60 0.744667 0.550611 0.0004896 1.69996 70 1.11289 0.647019 0.0039042 2.15639 80 1.70585 0.716250 0.0349720 2.81724 90 2.88944 0.720620 0.482890 4.24464 91 3.08607 0.720961 0.656873 4.55908 92 3.31073 0.725851 0.901052 4.98163 93 3.57146 0.739953 1.24105 5.59685 94 3.88022 0.771549 1.69917 6.59002 95 4.25581 0.835219 2.27204 8.39091 96 4.73036 0.956706 2.91317 12.0303 97 5.36535 1.18414 3.57586 20.2450 98 6.30263 1.62574 4.28914 42.6621 99 8.01247 2.65103 5.24204 139.087

(45)

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal ujung

Distribution: Weibull Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 132 Failure 28 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -1.37607 0.400438 -3.44 0.001 konsentrasi 1.21490 0.235739 5.15 0.000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -57.359 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 2.86005 2 0.239 Deviance 3.21705 2 0.200 Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:45.595.106.386.114.746.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.21490 0.235739 0.830565 1.77708 Scale 3.10390 0.417257 2.38496 4.03956

Table of Percentiles

(46)

34

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit pangkal

Distribution: Weibull

Response Information Variable Value Count mortalitas Success 62 Failure 98 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -1.73616 0.500307 -3.47 0.001 konsentrasi 0.584071 0.265257 2.20 0.028 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -104.219 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 0.122932 2 0.940 Deviance 0.122929 2 0.940

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:46.595.106.401.103.757.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.584071 0.265257 0.239823 1.42246 Scale 19.5409 11.0732 6.43567 59.3328

Table of Percentiles

(47)

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit tengah

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 74 Failure 86 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood

Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -3.91927 0.658159 -5.95 0.000 konsentrasi 1.91004 0.330250 5.78 0.000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -87.345 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 4.36159 2 0.113 Deviance 4.23945 2 0.120

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:47.595.102.368.86.765.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.91004 0.330250 1.36103 2.68051 Scale 7.78290 0.518357 6.83046 8.86816

Table of Percentiles

(48)

36

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit ujung

Distribution: Weibull Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 78 Failure 82 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -2.97893 0.563256 -5.29 0.000 konsentrasi 1.45229 0.288827 5.03 0.000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -95.055 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 4.61930 2 0.099 Deviance 4.60767 2 0.100

Tolerance Distribution Parameter Estimates

[image:48.595.107.376.147.768.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.45229 0.288827 0.983489 2.14456 Scale 7.77719 0.674377 6.56166 9.21791

Table of Percentiles

(49)

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi teras pangkal

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 90 Failure 70 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -4.19197 0.639394 -6.56 0.000 konsentrasi 2.26972 0.328353 6.91 0.000 Natural

Response 0

Log-Likelihood = -73.670 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 3.98745 2 0.136 Deviance 3.88125 2 0.144

Tolerance Distribution

Parameter Estimates

[image:49.595.103.367.111.761.2]

Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 2.26972 0.328353 1.70935 3.01379 Scale 6.34019 0.346587 5.69602 7.05721 Table of Percentiles

(50)

38

Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi teras tengah

Distribution: Weibull

Response Information

Variable Value Count mortalitas Success 87 Failure 73 n Total 160

Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table

Standard

Variable Coef Error Z P Constant -0.762490 0.400201 -1.91 0.057 konsentrasi 0.302375 0.219190 1.38

Gambar

Gambar 2. Hubungan Konsentrasi dengan mortalitas larva udang (A.salina).
Tabel 3. Hasil uji KLT minyak atsiri dari bagian pohon Suren
Table of Percentiles
Table of Percentiles
+7

Referensi

Dokumen terkait

tertentu yang berasal dari prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan tata cara pengisian jabatan ASN sebagaimana

ةصقلا ، ةفلت اهتيفلخو ،ةعو تم اهتييصخشو.. لا ا عفادي ناك امد ع سبعد ةمإ موق نم اجر يذلا مداخ دحأ عم برضتي ةردق مإ يد فأا. لبج جرخ كلذ ببسبو نم تراح و.

4. Peserta Bimtek mampu menghitung angka kredit Pengembangan Diri guru melalui tahapan sebagai berikut.. a. Menilai kelayakan dokumen/laporan kegiatan

Mendeskripsikan penonjolan kata-kata atau pemakaian gaya bahasa hiperbola pada cerita pendek dalam majalah Story edisi Desember 2010- Januari 2011..

Oleh karena itu, dapat dibuktikan, bahwa semakin bervariatif serta bersaingnya harga yang ditetapka oleh Oldman Store terhadap produk di distro lain, maka

Bagi penyedia barang/jasa lainnya yang merasa tidak puas terhadap penetapan pemenang pelelangan ini diberi kesempatan untuk megajukan sanggahan secara tertulis ditujukan

Bagi penyedia barang/jasa lainnya yang merasa tidak puas terhadap penetapan pemenang pelelangan ini diberi kesempatan untuk megajukan sanggahan secara tertulis ditujukan

Apabila calon pemenang, calon pemenang cadangan 1 (satu) dan/atau calon pemenang cadangan 2 (dua) yang tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan