POHON SUREN (Toona sinensis Roemor) BERDASARKAN UJI
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
IHSAN DARMAWAN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Ihsan Darmawan
E24063040. Bioaktivitas Minyak Atsiri Pohon Suren (
Toona
sinensis
Roemor) Berdasarkan Uji
Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT)
Dibawah bimbingan Ir. Rita Kartika Sari, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan rendemen minyak atsiri pada
bagian daun, kayu teras, kayu gubal dan kulit serta menentukan bioaktivitas
minyak atsiri dari pohon suren (
Toona sinensis
Roemor). Pada masa sekarang
minyak atsiri suren telah diuji untuk digunakan sebagai insektisida. Oleh karena
itu, minyak atsiri menarik untuk diteliti pada seluruh bagian pohon.
Pohon suren yang diteliti berasal dari hutan masyarakat, di Kecamatan
Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Pohon ini memiliki tinggi ± 11 m dengan
diameter ± 23 cm. Bagian pohon yang digunakan adalah daun, kulit dalam, kayu
teras dan kayu gubal. Untuk menghasilkan nilai rendemen, bahan baku disuling
dengan metode uap dan air. Untuk menentukan bioaktivitasnya dilakukan
pengujian terhadap larva udang
Artimia salina
Leach. melalui metode
Brine
Shrimp Lethality Test
. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan untuk
menduga jumlah senyawa yang terdapat pada minyak atsiri tersebut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rendemen minyak atsiri bagian kayu
gubal (0,388%), bagian kayu teras (0,379%), bagian daun (0,302%), dan bagian
kulit (0,051%), dimana nilai rendemen terbesar pada bagian gubal. Hasil uji
bioaktivitas menunjukan nilai LC
50minyak atsiri pada bagian daun (11,203
µg/mL), kulit (6,851 µg/mL), kayu teras (3,968 µg/mL), dan kayu gubal (1,293
µg/mL). Hasil ini menunjukan bahwa semua minyak atsiri bersifat bioaktif
terhadap
A. salina
dan minyak atsiri kayu gubal memiliki efek bioaktifitas
tertinggi. Hasil analisis dengan KLT menunjukan bahwa minyak atsiri dari
berbagai bagian pohon diduga mengandung senyawa terpenoid.
By:
Ihsan Darmawan
1)and Rita Kartika Sari
2)INTRODUCTION
.
This study to determine the yield of essential oil from the
leaves, heart wood, sap wood and inner bark, and also to determine the
bioactivity of essential oil from suren (
Toona sinensis
Roemor). E
ANALYSIS AND METHOD
.
ssential oil of
suren leaves have been tested for use as insecticide. Because of that, essential oil
of suren are interesting to studied.
Parts of trees that used are the leaves, inner bark,
heart wood and sap wood. To generate the yield, the raw materials are destilated
using method steam and water. As for determining bioactivity conducted tests on
shrimp larvae
Artimia salina
Leach. through the Brine Shrimp Lethality Test
methods. Thin Layer Chromatography Test (TLC) was conducted to estimate the
number of compounds contained in the essential oil
RESULT AND DISCUSSION
.
.
The results showed that yield of the sap wood is
(0.388%), heart wood (0.379%), leaves (0.302%), and inner bark (0.051%), which
yield greatest value in the sap wood. The results of bioactivity tests showed LC50
values at the leaf essential oil (11.203
µg/mL
), inner bark (6.851
µg/mL
), heart
wood (3.968
µg/mL
), and sap wood (1.293
µg/mL
). These results indicate that all
essential oils are bioactive against
A. salina
and sapwood essential oils have the
highest bioactivity effect. The results of the analysis by TLC showed that essential
oils from various parts of the tree is thought to contain terpenoid compounds.
Keyword: Surianwood, cederwood, bioactivity,
Artemia salina
.
Keywords:
Toona sinensis
Roemor, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT),
essential oil, Thin Layer Chromatography
.
1)
. Student of Forest Product Departement, Faculty of Forestry IPB
2)LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian
: Bioaktivitas minyak atsiri pohon Suren (T
oona
sinensis
Roemor) berdasarkan uji
Brine Shrimp
Lethality Test
(BSLT)
Nama Mahasiswa
: IhsanDarmawan
NRP
: E24063040
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Disetujui,
Pembimbing
(
NIP. 19681124 199512 2 001
Ir.Rita Kartika Sari, M.Si)
Diketahui,
Ketua Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan
Institiut Pertanian Bogor
NIP. 1966 0212 199103 1 002
(Dr. Ir. I WayanDarmawan, M.Sc)
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)
Karya Ilmiah
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
IHSAN DARMAWAN
(E24063040)
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul
Bioaktivitas Minyak
Atsiri Suren (
Toona sinensi
Roemor) berdasarkan Uji
Brine Shrimp Lethality
Test
(BSLT)
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan
dosen Ir. Rita Kartika Sari, M.Si dan belum pernah digunakan sebagai karya
ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir skripsi.
Bogor, September
2011
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
Bioaktivitas Minyak Atsiri Suren (
Toona sinensi
Roemor) berdasarkan Uji
Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT).
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
Ibu Ir. Rita Kartika Sari, M.Si selaku dosen pembimbing atas kesabaran
dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan ilmu, nasehat, dan
motivasi.
2.
Ibu Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si selaku dosen penguji.
3.
Bapak Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc selaku ketua sidang.
4.
Laboran di Laboratorium Kimia Hasil Hutan (Bapak Atin, Mas Gunawan,
dan Kak Adi) dan seluruh staf Departemen Hasil Hutan atas segala
bantuannya.
5.
Ibu Tati Rohana dan Bapak Hadiat, Kakak Leli Nuryati, Hardi Gunawan,
Katrin Roosita, Desi Marlena dan segenap keluarga penulis atas kasih
sayang, doa, dan dukungan yang telah diberikan baik moril maupun
spiritual.
6.
Dini Feti Anggraini atas dukungan, perhatian, kesabaran dan pengertian
yang diberikan.
7.
Rekan-rekan mahasiswa: Jamhari, Wulan, Yano, Irma, Citra, Desi, Nita,
Rama dan mahasiswa Departemen Hasil Hutan Fahutan Angkatan 43 dan
44, terimakasih atas dukungan dan kesetiakawanan yang selalu kalian
berikan.
8.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran studi penulis.
Bogor, September 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4 Agustus 1988
sebagai anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Hadiat dan Ibu Tati
Rohana. Penulis lulus dari SDN Situhiang Dua Jampangkulon pada tahun 2000,
kemudian melanjutkan sekolah di SLTP N 1 Jampangkulon dan lulus pada tahun
2003. Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 1 Jampangkulon dan pada tahun yang
sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan. Kemudian pada tahun 2009 penulis memilih Kimia Hasil
Hutan sebagai bidang keahlian.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis juga pernah melaksanakan Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pantai Pangandaran dan Gunung Sawal,
Jawa Barat, melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PGT.
Sindangwangi, Nagreg, Bandung, Jawa Barat.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian
i
DAFTAR ISI ...i
DAFTAR TABEL ...ii
DAFTAR GAMBAR ...iii
DAFTAR LAMPIRAN ...iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Tujuan ...2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Obat ...3
2.2 Pohon Suren (
Toona sinensis
Roemor) ...3
2.3 Minyak Atsiri ...4
2.4 Penyulingan Minyak atsiri ...4
2.5 Uji mortalitas larva udang (BSLT) ...5
2.6 Larva Udang (
Artimia salina
Leach.). ...6
2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...6
BAB III. METODOLOGI
3.1 Lokasi dan waktu ...8
3.2 Alat dan Bahan ...8
3.3 Metode penelitian ...8
3.3.1 Penyiapan Bahan Baku ...8
a. Daun ...8
b. Kulit. ...8
c. Kayu Teras dan Kayu Gubal. ...9
3.3.2 Penyulingan ...9
3.3.3 Penentuan Rendemen...9
3.3.4 Uji Bioaktivitas dengan
Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) ...9
3.3.5 Analisis Data ...11
3.3.6 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pohon Suren (
Toona sinensis
Roemor) ...12
4.2 Rendemen Minyak Atsiri ...13
4.3 Bioaktivitas Minyak Atsiri Suren...14
4.4 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis ...16
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...18
5.2 Saran ...18
DAFTAR PUSTAKA ...19
ii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
iii
No.
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Data kadar air bagian Suren (
T. sinensis
) ...21
2.
Data rendemen minyak atsiri Suren (
T. sinensis
) ...21
3.
Data mortalitas uji BSLT minyak atsiri Suren (
T. sinensis
) ...22
4.
Data mortalitas kontrol pada uji BSLT ...22
5.
Hasil rata-rata LC
506.
Rekap LC
minyak atsiri Suren (
T. sinensis
) ...22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia.
Berbagai jenis tumbuhan tersebar luas di wilayah tanah air dengan jumlah yang
melimpah. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari tumbuhan adalah
pemanfaatan senyawa metabolit sekundernya untuk bahan obat. Kurz & Constabel
(1998) menjelaskan bahwa beberapa tumbuhan dikenal menghasilkan metabolit
sekunder yang mempunyai berbagai aktivitas bioaktif termasuk aktivitas anti
kanker. Metabolit sekunder yang memiliki aktivitas bioaktif biasanya
diistilahkan sebangai senyawa bioaktif.
Salah satu tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan
obat anti kanker adalah Suren (
Toona sinensis
Roemor). Penelusuran pustaka
menunjukkan senyawa bioaktif dari kelompok senyawa fenolik maupun
terpenoid yang terkandung dalam daun dari tumbuhan ini memiliki aktivitas
anti kanker (Chang
et al
. 2002, Chang
et al
. 2006, dan Chia
et al
. 2007).
Sementara itu, hasil penelitian Santoni
et al.
(2009) menunjukkan bahwa senyawa
terpenoid dalam minyak atsiri dari daun Suren dapat menghambat pertumbuhan
larva
Croridolomia pavonana.
Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa bioaktif
dalam daun Suren memiliki berbagai aktivitas biologis.
Salah satu karakteristik pohon Suren adalah memiliki aroma khas pada
seluruh bagian pohonnya, mulai dari bagian daun, kulit, kayu gubal, hingga kayu
teras. Aroma ini diperkirakan berasal dari minyak atsirinya. Minyak atsiri dari
berbagai bagian pohon inilah yang menarik untuk diteliti bioaktivitasnya.
Senyawa atsiri merupakan minyak beraroma yang dihasilkan dari bagian
tumbuhan. Proses ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan dengan teknik
penyulingan dengan bantuan air yang dipanaskan. Uap air serta minyak atsiri hasil
pemanasan tersebut kemudian dikondensasikan hingga menjadi bentuk cari
2
Sudah sejak lama manusia menggunakan minyak atsiri sebagai parfum
maupun sebagai obat. Sebagai bahan obat, minyak atsiri perlu diuji. kandungan
senyawa bioaktif yang berkhasiat untuk menjadi sediaan fitofarmaka. Salah satu
metode uji yang saat ini berkembang adalah metode
bioassay Braine Shrimp
Lethality Test
(BSLT), yaitu menguji ekstrak dari bagian tumbuhan terhadap larva
udang
Artemia salina
Leach. Metode uji ini biasanya digunakan sebagai uji
pendahuluan dalam eksplorasi senyawa bioaktif anti kanker (Meyer
et al.
1982).
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan rendemen minyak atsiri pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan, baik yang sudah ataupun belum
dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai obat, berkisar dari yang terlihat
mata hingga yang tampak di bawah mikroskop (Hamid
et al.
1991). Menurut
Rostiana
et al.
(1992), yang dimaksud dengan tumbuhan obat adalah jenis yang
sebagian, seluruh bagian atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat,
bahan atau ramuan obat-obatan.
Menurut Zuhud
et al.
(1994), tumbuhan obat dibagi tiga kelompok, yaitu:
1.
Tumbuhan obat tradisional, yaitu tumbuhan obat yang dipercaya
mempunyai khasiat berdasarkan tradisi dan sudah diketahui.
2.
Tumbuhan obat modern, yaitu timbuhan obat yang telah dibuktikan
secara ilmiah mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3.
Tumbuhan obat potensial, yaitu tumbuhan obat yang diduga mengandung
senyawa bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara
medis atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri.
Obat tradisional tidak jarang dipakai untuk pengobatan penyakit yang belum
ada obatnya yang memuaskan seperti penyakit kanker, penyakit virus seperti
AIDS dan penyakit degeneratif, serta pada keadaan terdesak dimana obat jadi
tidak tersedia atau karena tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat (DepKes
2000
dalam
Sumarni 2002).
2.2 Pohon Suren (Toona sinensis Roemor)
T. sinensis
mempunyai nama umum Suren, namun di Jawa dikenal dengan
nama Suren sabrang, di Karo dikenal dengan nama Ingul batu, dan di Sunda
dikenal dengan Suren beureum atau ki beureum (Heyne 1987). Jenis ini banyak
dijumpai di hutan primer, khususnya pada kaki bukit atau lereng terbuka, juga
terdapat pada tebing atau pinggir sungai. Pada hutan sekunder ditemukan pada
4
Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand dan Cina. Suren memiliki
tinggi hingga 40 m, tinggi bebas cabangnya hingga 20 m, diameter pada d.b.h.
mencapai 1,5 m, dan memiliki banir. Kulit luarnya (
outer bark)
pecah-pecah dan
berwarna abu-abu hingga coklat hitam, kulit dalam (
inner bark
) memiliki serat
dan warnanya jingga hingga merah, kayu gubalnya berserat, warnanya putih
kemerahan, dan berbau tajam seperti bawang putih dan merica. Kayu Suren
biasanya digunakan untuk bahan furnitur dan konstruksi jembatan, daun dijadikan
sayuran di negara Cina dan Malaysia, dan sebagai pakan ternak di India. Pohon
Suren secara luas digunakan sebagai obat, kulit batangnya dijadikan obat kelat
dan penjernih, tepung dari akarnya digunakan sebagai penyegar dan diuretik, dan
daun mudanya digunakan sebagai obat kembung (Shu 2008).
2.3 Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah komponen minyak yang mudah menguap dan
diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap (Guenther 1988). Minyak
atsiri dikenal dengan nama minyak mudah menguap. Minyak atsiri dapat
dihasilkan dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang,
kulit, dan akar. Pada umumnya minyak atsiri merupakan senyawa monoterpenoid
dan seskuiterpenoid. Senyawa terpenoid adalah produk metabolit sekunder yang
dibentuk untuk pertahanan diri tumbuhan. Produk metabolit sekunder lainnya
adalah senyawa alkaloid serta senyawa fenolik yang terdiri dari asam lemak,
flavonoid, dan antrakuinon. Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan
karagaman struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan dan isoprene,
sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam
mevalonat (Mukhtar 2007).
Menurut Sudaryani (2008), minyak atsiri pada tanaman mempunyai tiga
fungsi yaitu membantu proses proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis
serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan,
dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman.
2.4 Penyulingan Minyak Atsiri
Penyulingan minyak atsiri adalah ekstraksi minyak atsiri dari tanaman
dihasilkan selanjutnya dikondensasikan sehingga menjadi cairan berair dan
minyak atsiri, yang selanjutnya dapat dipisahkan karena keduannya memisah
menjadi dua fase yang berbeda pada wadah penampung kondensat, yaitu fase air
dan fase minyak.
Menurut Guenther (1988), metode penyulingan minyak atsiri terbagi
menjadi penyulingan dengan air, penyulingan air dan uap, dan penyulingan uap.
Penyulingan dengan air merupakan metode dengan menggunakan bahan yang
akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung
atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang
disuling. Kelebihan proses ini yaitu biaya operasional yang murah dan proses
yang sederhana. Sedangkan, kekurangan proses ini adalah rendemen yang
dihasilkan sedikit serta minyak atsiri tidak semua menguap tapi ada yg terlarut
dalam air. Penyulingan dengan air dan uap dimana bahan diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air
berada tidak jauh di bawah saringan. Kelebihan proses ini yaitu bahan hanya
kontak dengan uap jenuh dan basah, sehingga minyak atsiri langsung ikut
menguap dengan uap air. Kekurangan dari proses ini yaitu tekanan yang
dihasilkan hanya dari tekanan uap air saja, sehingga proses penyulingan relatif
lama. Penyulingan dengan uap dimana bahan baku ditempatkan berpisah dari
pemanas atau
boiler
air. Kelebihan proses ini yaitu rendemen yang dihasilkan
besar, waktu penyulingan relatif cepat dan bahan baku hanya kontak langsung
dengan uap air. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya operasional yang tinggi
serta prosesnya yang rumit.
2.5 Uji Mortalitas Larva Udang
Uji bioaktivitas menggunakan larva udang
A. salania
dikenal dengan
istilah
Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) (Meyer
et al.
1982). BSLT adalah
suatu metode penelusuran untuk menentukan toksisitas ekstrak ataupun senyawa
terhadap larva udang dari
A. salina
. Metode ini telah digunakan sejak 1956 untuk
mengetahui residu peptisida, anastatik lokal, senyawa turunan morfin, mitotoksin,
karsinogenitas suatu senyawa, dan polutan air laut .Senyawa aktif yang memiliki
6
(LC
50), yaitu suatu nilai yang menunjukkan konsentrasi zat toksik yang dapat
menyebabkan kematian hewan uji sampai 50%. Penentuan LC
50dengan derajat
kepercayaan 95% ditentukan dengan metode analisis probit. Senyawa kimia
berpotensi bioaktif jika mempunyai nilai LC
502.6 Larva Udang Artimia salina Leach.
kurang dari 1000 ppm.
Larva udang yang digunakan pada uji BSLT ini ialah larva udang dengan
spesies
A. salina
yang termasuk dalam subkelas Branchiopoda. Keunggulan
penggunaan
A.salina
untuk uji BSLT ini ialah sifatnya yang peka terhadap bahan
uji, siklus hidup yang lebih cepat, mudah dibiakkan dan harganya yang murah.
Sifat peka
A.salina
kemungkinan disebabkan oleh keadaan membrane kulitnya
yang sangat tipis sehingga memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan
yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya.
A.salina
ditemukan hampir
pada seluruh tempat dipermukaan perairan yang memiliki kisaran salinitas 10-20
g/l, hal inilah yang menyebabkannya mudah dibiakkan. (Meyer
et al.
1982).
Diameter sebutir telur
A. salina
berkisar antara 200-300 µm, sedangkan
berat keringnya sekitar 3,65 µg. Penetasan telur
A.salina
dilakukan dengan cara
merendamnya dalam air laut bersuhu 25
02.7 Uji Kromatografi Lapis Tipis
C dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam
cangkang telur
A. salina
akan keluar larva yang juga dikenal nauplius (Mudjiman
1983).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan proses analisis pemisahan
senyaw-senyawa berdasarkan prinsip distribusi fase atau perpindahan komponen
yang dianalisa dari fase gerak menuju fase diam melalui proses kesetimbangan.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam),
ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok.
Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada kromatogram
(Stahl 1985).
Kromatografi lapis tipis bekerja berdasarkan distribusi fase adsorbsi cair
ke padat. Sebagai absorben atau fase padatnya berupa lapisan tipis bubur alumina,
silika gel yang menempel pada selembar lempeng kaca atau lempeng alumunium.
diperiksa bergerak melalui fase padat. Senyawa yang diperiksa ditotolkan pada
permukaan lapis tipis dalam garis sejajar, kemudian dimasukkan kedalam botol
kromatografi yang berisi eluen dan dibiarkan hingga eluen dan senyawa bergerak
naik pada lapis tipis. Warna akan terlihat dibawah sinar ultraviolet atau
disemprotkan larutan vanillin-asam sulfat. Dari hasil kromatografi lapis tipis
selanjutnya dihitung nilai Rf (
Reterdation factor
= faktor perintang rambatan)
dengan rumus:
Rf =
Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Jarak yang ditempuh oleh komponen
8
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, selama tiga bulan di
bulan Mei-Juli 2011.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah daun, kulit bagian dalam
(inner bark)
, gubal
dan teras pohon Suren (
Toona sinensis
) dengan tinggi ± 14 m dan diameter 26 cm,
yang diambil dari hutan masyarakat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi,
Jawa barat. Bahan lain yang digunakan adalah telur
Artimia salina
, DMSO
(
dimethyl sulfoxide
), dan air laut.
Peralatan yang digunakan adalah alat destilasi minyak atsiri, alat serut
kayu, golok, alat timbang, peralatan gelas (labu erlenmeyer, funnel separator,
tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, pipet, cawan petri, botol kecil, dan lainnya),
perangkat uji kromatografi lapis tipis, ember dan kompor gas.
3. 3 Metode Penelitian
3.3.1 Penyiapan Bahan Baku
a.
Daun
Daun dipisahkan dari tangkainya dan dirajang kasar, kemudian
ditimbang sebanyak 4,5 kg untuk satu kali pemasakan/penyulingan.
Proses ini dilakukan dengan cepat, agar minyak atsiri yang terkandung
dalam daun tidak banyak yang menguap.
b.
Kulit
Kulit dipisahkan antara kulit luar (
outer bark
) dan kulit dalam (
inner
bark
). Bagian kulit yang digunakan adalah bagian dalam (
inner bark
).
Kulit dirajang hingga ukuran 1-2 cm, kemudian ditimbang sebanyak 1,5
kg untuk satu kali pemasakan dan satu bagian (pangkal, tengah, dan
c.
Kayu teras dan gubal
Teras dan gubal dipisahkan menggunakan mesin serut, sehingga dapat
diperoleh hasil berupa kayu sisa serutan dengan panjang 1-4 cm, lebar
1-2 cm dengan tebal 1-5 mm. Masing-masing bagian (pangkal, tengah,
dan ujung), selanjutnya ditimbang sebanyak 1,5 kg untuk satu kali
pemasakan.
3.3.2 Penyulingan
Bahan baku yang sudah siap selanjutnya dimasukkan dalam alat
penyulingan. Proses penyulingan menggunakan metode air dan uap, yaitu
menggunakan air kemudian dipanaskan sehingga menghasilkan uap air yang
panas. Uap ini dapat menguapkan minyak atsiri pada bahan baku, yang
selanjutnya diembunkan pada kondensor. Hasil pengembunan ini berupa air yang
bercampur dengan minyak atsiri kemudian ditampung pada labu kondensat.
Kondensat yang diperoleh dimasukkan kedalam funnel separator dan
diendapkan selama 1-2 jam atau hingga air dan minyak terpisah. Air yang terpisah
pada funnel dikeluarkan atau dibuang, sehingga tersisa minyak atsiri. Minyak
tersebut diukur volumenya dan dimasukkan kedalam botol kecil yang ditutup
rapat.
3.3.3 Penentuan Rendemen
Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari tiap-tiap proses penyulingan
dihitung terhadap berat kering tanur, dengan menggunakan rumus:
Rendemen = (Output/Input) x 100%
Keterangan: Output = berat minyak atsiri (g)
Input = berat kering tanur bahan baku (g)
3.3.4 Uji Bioaktivitas dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Telur udang ditetaskan di dalam tabung kaca dengan ukuran 3 L, diisi oleh
air laut sebanyak 1 L dan dilengkapi dengan aerator dan lampu penerangan, dalam
10
Sebanyak 20 mg minyak atsiri ditimbang lalu diencerkan menggunakan
DMSO 5 tetes dan dilarutkan dengan air laut hingga 10 mL. Dari larutan tersebut
diambil sebanyak 1 ml dan dilarutkan dengan air laut hingga 10 mL, maka
diperoleh konsentrasi 100 µg/mL, kemudian diambil masing-masing 2 mL dan 1,5
mL, untuk memperoleh konsentrasi 20 dan 15 µg/mL. Sebanyak 5 mL larutan
diambil dari tabung konsentrasi 20 µg/mL, dan dilarutkan hingga 10 mL maka
diperoleh konsentrasi 10 µg/mL. Dari tabung konsentrasi 5 µg/mL diambil
sebanyak 5 mL sehingga konsentrasinya menjadi 5 µg/mL. Larutan pada tabung
20, 15, 10, dan 5 µg/mL, diambil masing-masing 2,5 mL dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
Pada tabung uji tersebut kemudian dimasukkan larva udang sebanyak 20
ekor dan ditambah air laut hingga 5 ml, hingga
diperoleh konsentrasi pada
masing-masing tabung adalah 10; 7,5; 5; 2,5 µg/mL. Larutan
dibiarkan selama 24
jam, kemudian udang yang mati dihitung dan dianalisis untuk menentukan LC
50Menghitung mortalitas teramati menggunakan rumus:
dengan derajat kepercayaan 95%. Setiap konsentrasi diuji dalam dua kali ulangan
dengan kontrol. Kontrol hanya menggunakan larutan DMSO 5 tetes dan air laut,
tanpa penambahan minyak atsiri.
MA : Mortalitas teramati
Nilai mortalitas teramati yang didapat kemudian dikoreksi dengan kontrol.
Nilai mortalitas terkoreksi ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari
Abbot (1925)
dalam
Sari (2002) yaitu:
Keterangan :
MT = Mortalitas teramati terkoreksi mortalitas Kontrol(%)
Ma = Mortalitas teramati (%)
3.3.5 Analisis Data
Untuk menentukan nilai
Lethality Concentration
50% (LC
50), hasil uji
BSLT diuji menggunakan program Minitab14 dengan probit analysis dengan
asumsi distribusi weibull pada selang kepercayaan 95%. Data yang digunakan
adalah konsentrasi dan persentase kematian (mortalitas) yang sudah dikoreksi
dengan kontrol. Data yang yang dianalisis statistik adalah perbandingan kadar
konsentrasi dengan persentase mortalitas terkoreksi. Hasil analisis yang diambil
memiliki persentase kematian 50%. Untuk menentukan tingkat bioaktivitas,
digunakan pedoman dari Meyer (1982) dimana LC
50≤ 30 µg/mL adalah sangat
toksik, 31µg/mL
≤
LC
50≤ 1000 µg/mL adalah toksik dan LC
50≥ 1000 µg/mL
adalah tidak toksik. Maka, apabila LC
503.3.6 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
30 µg/mL minyak atsiri tersebut
berpotensi mengandung senyawa bioaktif anti kanker atau sebagai pestisida.
Minyak atsiri yang diperoleh dari masing-masing bagian kemudian
dianalisis dengan Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Elusidasi dilakukan
dengan menggunakan eluen yang dibuat dari pelarut n-heksana dan etil asetat
dengan perbandingan 8:2. Untuk melihat perubahan eludasi, kromatogram lapis
tipis diberi tanda garis awal dan menggunakan pinsil. Minyak atsiri ditotolkan
pada garis awal lempeng lapis tipis, kemudian dimasukkan kedalam gelas piala
yang berisi eluen dan dibiarkan hingga eluen bergerak naik.
Kromatogram lapis tipis disinari dengan lampu ultra violet untuk melihat
spot-spot senyawa, kemudian ditandai dengan pensil dan dihitung nilai Rf-nya.
Selanjutnya lapis tipis disemprot dengan larutan H
2SO
4dengan konsentrasi 10%,
sambil dipanaskan sehingga diperoleh warna dari senyawa yang terkadung dalam
minyak atsiri. Hasil uji KLT adalah jenis dan jumlah senyawa yang ada pada
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pohon Suren (Toona sinensis Roemor)
Pohon yang dijadikan sebagai bahan baku adalah pohon Suren yang
berasal dari hutan masyarakat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Pohon
ini memiliki tinggi ± 11 m dengan diameter ± 23 cm. Kulit batangnya berwarna
abu-abu kecoklatan, permukaannya pecah dan kasar dengan tebal 1-1,5 cm
(Gambar 1 a). Jika dikuliti, kulit bagian dalam (
inner bark
) warnanya coklat
kemerahan (Gambar 1 b) dan kayunya berwarna kemerahan (Gambar 1 c). Bagian
kayunya memiliki diameter ± 21 cm, dengan diameter kayu teras ± 15 cm, dan
tebal kayu gubal ± 3 cm. Seluruh bagian pada pohon Suren memiliki bau yang
khas. Kondisi ini mirip dengan yang ada di China (Shu 2008) yang
mendeskripsikan bahwa
T. sinensis
memiliki tinggi hingga 40m, tinggi bebas
cabangnya hingga 20m, diameter pada d.b.h. mencapai 1,5 m, dan memiliki banir,
kulit luarnya (
outer bark)
pecah-pecah dan berwarna abu-abu hingga coklat hitam,
kulit dalam (
inner bark
) memiliki serat dan warnanya jingga hingga merah, kayu
gubalnya berserat, warnanya putih kemerahan, dan berbau tajam seperti bawang
putih dan merica.
Hasil identifikasi jenis oleh Herbarium Bogoriensis LIPI dan
Puslitbang Hutan Gunung Batu menunjukkan bahwa pohon yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dari jenis
T. Sinensis.
( a ) kulit luar
( b ) kulit dalam
( c ) batang
T.sinensis
Gambar 1 Permukaan bagian pohon Suren (
T. sinensis
).
Teras ± 15 cm
4.2 Rendemen Minyak Atsiri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyulingan minyak atsiri dari
berbagai bagian pohon Suren menghasilkan rendemen rata-rata 0,051 – 0,388 %
(Tabel 1). Rendemen ditentukan dari perbandingan berat minyak atsiri dengan
berat kering tanur bahan baku. Tabel 1 menunjukan rendemen minyak atsiri Suren
(
T.sinensis
) pada bagian daun (0,302%), kulit (0,051%), teras (0,379%), dan gubal
(0,388%). Hal ini diduga pada bagian kulit kurang menghasilkan senyawa
terpenoid yang menjadi senyawa utama minyak atsiri.
Tabel 1. Rendemen minyak atsiri pohon Suren (
T.sinensis
)
Bagian Rendemen (%)*) Warna minyak atsiri
Daun 0,302 Coklat muda
Kulit 0,051 Coklat kehitaman
Teras 0,379 Hijau kecoklatan
Gubal 0,388 Hijau bening
*
Minyak atsiri pohon Suren dari berbagai bagian memiliki warna yang
berbeda. Minyak atsiri dari bagian gubal berwarna hijau bening, pada bagian
teras hijau kecoklatan / keruh, bagian kulit memiliki warna coklat kehitaman, dan
pada bagian daun memiliki warna coklat muda. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Santoni
et al
. (2009) yang menjelaskan bahwa minyak atsiri dari daun
Suren berwarna coklat muda.
) rataan dari 3 kali ulangan
Minyak atsiri adalah komponen minyak yang mudah menguap dan
memiliki aroma. Dari hasil penelitian, minyak atsiri Suren memiliki aroma yang
menyengat dan pedas seperti merica atau sirih. Hal ini sesuai dengan pendapat
Shu (2008) bahwa
T.sinensis
berbau tajam seperti merica dan bawang putih. Serta
menurut Santoni
et al.
(2009) minyak atsiri daun
T. sinensis
memiliki aroma yang
menyengat.
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa bagian pohon Suren yang tepat
untuk dioptimalkan pemanfaatanya adalah bagian daun, kayu teras dan gubal,
karena bagian tersebut memiliki rendemen yang cukup tinggi dibandingkan
14
4.3 Bioaktivitas Minyak Atsiri Suren
Pengujian bioaktivitas menggunakan uji BSLT minyak atsiri Suren ini,
indikator yang digunakan adalah persentase mortalitas (kematian) larva udang
terhadap perbedaan konsentrasi minyak atsiri (µg/mL). Uji bioaktivitas dilakukan
pada semua minyak atsiri semua bagian yang didapat dari hasil penyulingan.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas biologis (toksisitas) minyak
atsiri terhadap
A. salina
melalui nilai LC
50Hasil pengujian menujukkan bahwa minyak atsiri Suren dari bagian daun,
kulit, teras dan gubal menghasilkan mortalitas yang beragam pada setiap
konsentrasi. Nilai rata-rata mortalitas yang dihasilkan berkisar antara 0-100%,
tergantung dari bagian dan jenis ulangannya (Tabel 2). Nilai rata-rata mortalitas
kontrol berkisar antara 0-2,5% (Lampiran 6), dengan demikian pelarut DMSO
yang digunakan tidak menyebabkan kematian pada udang
A.salina
serta kualitas
lingkungan tempat hidupnya dinilai baik sehingga pelarut ini dapat diabaikan
pengaruhnya.
yang diperoleh dari probit analisis
menggunakan program Minitab 14. Hasil uji bioaktivitas minyak atsiri dari
berbagai bagian pohon dengan metode BSLT dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 diketahui bahwa minyak atsiri yang memiliki nilai LC
50terendah
terdapat pada bagian kayu gubal yaitu 1,293 µg/mL, diikuti dengan bagian kayu
teras 3,968 µg/mL, bagian kulit 6,851 µg/mL, dan nilai LC
50tertinggi terdapat
pada bagian daun yaitu sebesar 11,203 µg/mL. Semua nilai LC
50ini termasuk
kategori sangat toksik, sesuai dengan Meyer
et al
. (1982) yang menunjukkan
bahwa suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC
50< 1000 µg/mL, sangat
toksik bila LC
50< 30 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa bioaktivitas
tertinggi dihasilkan dari minyak atsiri dari kayu gubal, diikuti kayu teras,
Tabel 2. Bioaktivitas larva udang
A. salina
minyak atsiri pohon Suren
Jenis/ Bagian
Mortalitas (%) / µg/mL *) LC50
(µg/mL) Kategori
2,50 5,00 7,50 10,00
Daun 15,83 22,50 36,50 47,83 11,203 Sangat Toksik
Kulit 22,50 30,83 51,83 70,83 6,851 Sangat Toksik
Teras 40,00 50,83 72,67 84,67 3,968 Sangat Toksik
Gubal 69,17 85,00 88,83 98,33 1,293 Sangat Toksik
*) - rataan dari 6 ulangan
- dikoreksi dengan mortalitas kontrol
Hasil penetapan rendemen menunjukkan bahwa rendemen minyak
atsiri Suren tertinggi dihasilkan dari bagian kayu gubal (0,388%) ternyata
memiliki bioaktivitas tertinggi pula (LC
501,293 µg/mL). Rendemen minyak
atsiri kayu terasnya (0,379%) mengandung bioaktivitas sangat tinggi pula
(LC
503,968 µg/mL). Rendemen minyak atsiri bagian daun Suren (0,302%)
memiliki bioaktivitas tinggi (LC
5011,203 µg/mL). Sementara itu rendemen
minyak atsiri bagian kulit terendah (0,051%) juga memiliki bioaktivitas
yang tinggi (LC
50Hasil uji BSLT dapat diketahui bahwa miyak atsiri dari berbagai bagian
pohon Suren memiliki bioaktivitas yang tinggi. Sehingga berpotensi sebagai
senyawa anti kanker, sebab menurut Meyer (1982) bahwa hasil uji BSLT
berkorelasi positif dengan sifat anti kanker senyawa-senyawa kimia yang
dikandung oleh bahan uji.
6,851 µg/mL). Dari uraian tersebut, bila
mempertimbangkan rendemen dan bioaktivitas maka eksplorasi senyawa
bioaktif dalam minyak atsiri dari bagian kayu gubal, teras maupun daun
potensial untuk dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
diberikan pada larva udang
A.salina
menyebabkan semakin tinggi persentase
mortalitasnya, serta menunjukkan suatu keteraturan atau pola meningkat dari
mortalitas larva udang terhadap peningkatan konsentrasi sehingga dapat diketahui
bahwa keduanya memiliki korelasi positif (Gambar 2). Jika dilihat dari tiap bagian
16
setiap individu memiliki respon yang berbeda pada zat yang berada di
lingkungannya (Loomis 1978
dalam
Fadli 2006).
Gambar 2. Hubungan Konsentrasi dengan mortalitas larva udang (
A.salina
).
4.4 Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis
Minyak atsiri dari bagian daun, kulit, teras dan gubal dianalisis
menggunakan KLT. Eludasi menggunakan eluen terbaik yaitu campuran pelarut
n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:2 menghasilkan 3 bercak untuk
minyak atsiri daun, kulit 3 bercak, teras 3 bercak dan gubal 6 bercak (Tabel 3).
Pemisahan senyawa dapat dilihat dari perbedaan gerak senyawa dengan
laju tertentu. Gerak senyawa tersebut digunakan untuk menghitung nilai
Reterdation factor
(Rf). Nilai Rf digunakan untuk menentukan jenis senyawa
dalam ekstrak. Untuk mendeteksi senyawa dominan yang terdapat pada minyak
atsiri, maka dilakukan deteksi dengan menggunakan sinar UV dan pereaksi
semprot H
2SO
4. Jika terdapat senyawa terpenoid yang terdiri dari golongan
monoterpenoid dan sesquiterpenoid maka akan timbul warna violet/ungu, merah,
biru, abu-abu/coklat, atau hijau (Stahl 1985). Dari nilai Rf pada Tabel 3, diduga
minyak atsiri pada bagian daun mengandung minimal 3 jenis senyawa, kulit 3
senyawa, teras 3 senyawa, dan gubal 6 senyawa. Dilihat dari warna yang
didominsi oleh senyawa terpenoid yang memiliki golongan monoterpenoid atau
sesquiterpenoid dengan merujuk pada pedoman dari Stahl (1985).
Tabel 3. Hasil uji KLT minyak atsiri dari bagian pohon Suren
Bagian
Jumlah Komponen
Rf
Warna
Daun
3
0,41
0,80
0,84
Ungu
Kuning
Coklat
Kulit
3
0,16
0,44
0,69
Coklat
Ungu
Coklat
Teras
3
0,13
0,43
0,83
Coklat
Ungu
Coklat
Gubal
6
0,17
0,40
0,46
0,53
0,56
0,83
Coklat
Merah jambu
Ungu
Kuning
Coklat
Kuning
Dari analisis fitokimia dengan KLT ini diketahui bahwa minyak atsiri
semua bagian pohon Suren mengandung senyawa terpenoid. Senyawa inilah
yang berperan terhadap tingginya bioaktivitasnya terhadap larva udang
A.
salina
. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Maryati & Erindyah
(2004) yang menemukan senyawa terpenoid dalam ekstrak
Tamarindus indica
L.
sebagai penyebab tingginya toksisitas ekstrak terhadap larva udang. Penelitian
Lenny (2006) menunjukan bahwa terpenoid memiliki fungsi sebagai antiseptik,
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Rendemen minyak atsiri Suren tertinggi adalah dari bagian gubal yaitu
(0,388%), diikuti oleh teras (0,379 %), daun (0,302 %) dan kulit (0,051%).
2.
Bioaktivitas minyak atsiri berbagai bagian pohon Suren terhadap larva
udang
A. salina
termasuk katagori sangat toksik, dimana bioaktivitas
tertinggi adalah minyak atsiri kayu gubal ( LC
501,293 µg/mL), diikuti
dengan bagian kayu teras (LC
503,968 µg/mL), bagian kulit (LC
506,851
µg/mL), dan daun (LC
503.
Jumlah senyawa yang terdapat pada minyak atsiri Suren bagian daun
minimal 3 senyawa, kulit 3 senyawa, teras 3 senyawa, dan gubal 6
senyawa. Senyawa tersebut termasuk dalam kelompok senyawa terpenoid.
11,203 µg/mL).
5.2 Saran
Perlu penelitian lebuh lanjut mengenai:
1.
Isolasi senyawa toksik dalam minyak atsiri dari berbagai bagian pohon
Suren (
T. sinensis
)
DAFTAR PUSTAKA
Chang H, Hung W, Huang M, Hsu H. 2002. Extract from the leaves of
Toona
sinensis
Roemor exerts potent antiproliferative effect on human lung
cancer cells.
The American journal of Chinese medicine
30: 307-314.
Chang H, Hsu H, Su J, Wang P, Chung Y, Chia Y, Tsai L, Wu Y, Yuan SF. 2006.
The fractioned
Toona sinensis
leaf extract induce apoptosis of human
ovarian cancer cells and inhibits tumor growth in a murine xenograft
model.
Gynecologic Oncology
102: 309-314.
Chia Y, Wang P, Huang Y, Hsu H, Huang M. 2007. Cytotoxic activity of
Toona
sinensis
on human lung cancer cells.
Nat Sc Council Report
: 230.
Clark J. 2007.
Kromatografi Lapis Tipis
. Avaliable at
Fadli M. 2006.
Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Beunying (Ficus fistulosa
Reinw) dan Hamerang (Ficus fulva Reinw) Menggunakan Brine Shrimp
Lethality Test.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, IPB.
Guenther E. 1988.
Minyak Atsiri
. Volume 1. Ketaren S, penerjemah. Jakarta:
Direktorat Perguruan Tinggi. Terjemahan dari
Essential Oil.
Hamid A, Hadidi EA, Rostiana O. 1991.
Upaya Pelestarian Tumbuhan Obat di
Balittro.
Di dalam prosiding
Pemanfaatan Tumbuhan Obat dan Hutan
Tropis Indonesia.
Bogor: Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB dan LATIN Bogor.
Harborne. 1987.
Metode Fitokimia:Penemuan cara modern menganalisis
tumbuhan.
Padmawinata K, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung:
Penerbit ITB. Terjemahan dari :
Phytochemical Methods
.
Heyne K. 1987.
Tumbuhan Berguna Indonesia.
Jilid I-IV. Jakarta: Penerjemah
Balitbang Kehutanan.
Kurz WGW, Constabel F. 1998.
Produksi dan Isolasi Metabolit Sekunder
.
Penerjemah: Widianto, M.B. Bandung: ITB Press.
Lenny S. 2006.
Senyawa Terpenoida dan Steroida.
[Karya Ilmiah]. Medan:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra
Utara.
Maryati, Erindiyah W. 2004.
Uji Toksisitas Ekstrak Daun Tamarindus indica
L
.
dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test.
[Karya Ilmiah]. Solo: Fakultas
Farmasi UMS Surakarta.
Meyer BN, Ferigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nicholas DE, Mc Laughlin JL.
1982. Brine Shrimp: A Convinient General Bioassay for Active Plant
Constituent. West Lafayette:
Plant medica
45:31-41.
20
Muktar MH. 2007. Uji Sitoksisitas Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum
basilicum L) dengan Metode Braine Shrimp Lethality Bioassay
.
J Sains
Tek. Far.
12:12-15.
Rostiana O, Abdullah A, Wahid P
.
1992.
Penelitian Plasma Nutfah Tanaman
Obat
. Prosiding Komunikasi Ilmiah :
Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan
Budidaya Tanaman Obat
; Bogor, 2-3 Maret 1992. Bogor: BPPT.
Santoni A, Nurdin H, Manjang Y, Achmad SA. 2009. Minyak Atsiri dari
Toona
sinensis
dan Uji Aktivitas Insektisida.
J Ris Kim
2:101-105.
Sari RK. 2002.
Isolasi dan Identifikasi Komponen Bioaktif dari Damar Mata
Kucing
(
Shorea javanica
K. Et. V). [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Shu XC. 2008.
TOONA
(Endlicher) M. Roemer, Fam. Nat. Syn. Monogr. China
11: 112–115.
Sostrohamidjojo H. 2004.
Spektroskopi
. Yogyakarta: Liberty.
Sotaric T. 2000. Analysis of the Atsiri Component in Vanilla Extract and
Flafouring by Solid-Phase Microekstraction and Gas Chromatography.
J
Food Agri Chem
. 48: 5802-5807.
Stahl E. 1985.
Analisis Obat secara Kromatografi fan Mikroskopis
. Penerjemah K
Padmawinata. Bandung: ITB.
Sumarni R. 2002.
Paradigma Pengobatan Kanker
. Tugas Matakuliah Falsafah
Sains (PPs 702). Program Pasca sarjana (S3). Institut Pertanian Bogor.
Sudaryani. 2008.
Analisa Bahan Makanan dan Pertanian
. Jakarta: Liberty.
Lampiran 1. Data kadar air bagian Suren (Toona sinensis)
Bagian Ulangan Berat
Awal
Berat Kering Tanur
KA (%)
Daun 1 11,765 3,959 197,17
2 12,593 4,000 214,83
3 12,263 4,100 199,10
Kulit Ujung 19,231 7,873 144,27
Tengah 10,157 4,080 148,95
Pangkal 20,005 8,156 145,28
Teras Ujung 9,017 5,798 55,52
Tengah 8,185 4,938 65,76
Pangkal 8,008 5,659 41,51
Gubal Ujung 8,100 5,630 43,87
Tengah 13,148 8,363 57,22
Pangkal 12,479 7,979 56,40
Lampiran 2. Data rendemen minyak atsiri Suren (Toona sinensis)
Bagian Ulangan Berat
Basah (Kg)
Berat Kering (g)
Hasil (g)
Rendemen (%)
Daun 1 4,5 1514,280 4,98 0,329
2 4,5 1429,366 4,32 0,302
3 2,5 835,848 2,95 0,353
Kulit Ujung 2,0 818,782 0,46 0,056
Tengah 2,0 803,387 0,49 0,061
Pangkal 1,9 774,626 0,37 0,048
Teras Ujung 1,5 964,511 2,45 0,254
Tengah 1,5 904,948 5,72 0,632
Pangkal 1,5 1060,002 3,71 0,350
Gubal Ujung 1,5 1042,593 2,95 0,283
Tengah 1,5 954,099 3,90 0,409
22
Lampiran 3. Data mortalitas uji BSLT minyak atsiri Suren (Toona sinensis)
Bagian Ulangan Replikasi Konsentrasi (µg/mL)
2,50 5 7,50 10,00
Daun 1 1 4 6 9 16
2 7 8 14 17
2 1 2 4 5 6
2 0 2 3 4
3 1 2 3 5 7
2 4 4 10 9
Kulit Ujung 1 6 8 12 16
2 4 4 11 17
Tengah 1 5 6 6 17
2 2 4 17 17
Pangkal 1 6 8 10 10
2 4 7 8 9
Teras Ujung 1 10 14 16 20
2 12 13 17 18
Tengah 1 9 11 11 12
2 10 10 10 14
Pangkal 1 5 8 17 20
2 2 5 15 18
Gubal Ujung 1 10 17 18 20
2 11 18 18 20
Tengah 1 18 19 20 20
2 18 18 20 20
Pangkal 1 14 16 16 20
2 12 14 15 18
Lampiran 4. Data mortalitas kontrol pada uji BSLT
Replikasi
Konsentrasi (µg/mL)
2,50
5
7,50
10,00
1
0
0
1
1
2
0
0
0
0
Mortalitas (%)
0
0
2,5
2,5
Lampiran 5. Hasil rata-rata LC
50Bagian
minyak atsiri Suren (Toona sinensis)
LC 50% (µg/mL) *)
Daun 11,203
Kulit 6,851
Teras 3,968
Gubal 1,293
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 736 Failure 1664 n Total 2400
Estimation Method: Maximum Likelihood
Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -2.84741 0.166414 -17.11 0.000 konsentrasi 1.02679 0.0850912 12.07 0.000 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -1394.607 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 6.95227 2 0.031 Deviance 7.00470 2 0.030
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:35.595.107.382.48.759.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.02679 0.0850912 0.872856 1.20788 Scale 16.0084 1.28816 13.6727 18.7431
Table of Percentiles
24
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 2048 Failure 352 n Total 2400
Estimation Method: Maximum Likelihood
Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -0.558585 0.0938681 -5.95 0.000 konsentrasi 0.747493 0.0544091 13.74 0.000 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -895.952 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 20.4352 2 0.000 Deviance 21.6385 2 0.000
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:36.595.108.388.128.741.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.747493 0.0544091 0.648111 0.862115 Scale 2.11124 0.158838 1.82179 2.44669 Table of Percentiles
Standard 95.0% Fiducial CI Percent Percentile Error Lower Upper 1 0.0044859 0.0023101 0.0013827 0.0108545 2 0.0114158 0.0051051 0.0041089 0.0245919 3 0.0197720 0.0080543 0.0077954 0.0397812 4 0.0292541 0.0110863 0.0123079 0.0560632 5 0.0397056 0.0141687 0.0175723 0.0732612 6 0.0510301 0.0172829 0.0235424 0.0912702 7 0.0631626 0.0204173 0.0301869 0.110022 8 0.0760574 0.0235639 0.0374842 0.129469 9 0.0896812 0.0267171 0.0454194 0.149577 10 0.104009 0.0298723 0.0539824 0.170322 20 0.283839 0.0610057 0.173829 0.410690 30 0.531578 0.0904240 0.360780 0.712372 40 0.859537 0.117029 0.630657 1.08699 50 1.29299 0.139415 1.01262 1.55811 60 1.87822 0.155471 1.55871 2.16932 70 2.70637 0.162622 2.36847 3.00949 80 3.99051 0.165285 3.65530 4.30850 90 6.44336 0.256062 5.98138 7.00265 91 6.84081 0.284795 6.33401 7.47230 92 7.29211 0.321131 6.72814 8.01463 93 7.81242 0.367288 7.17541 8.65047 94 8.42412 0.426580 7.69305 9.41080 95 9.16234 0.504305 8.30794 10.3445 96 10.0867 0.609694 9.06539 11.5354 97 11.3105 0.760849 10.0509 13.1447 98 13.0935 1.00072 11.4583 15.5463 99 16.2866 1.47709 13.9138 19.9889
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 1056 Failure 1344 n Total 2400
Estimation Method: Maximum Likelihood
Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -2.73732 0.144657 -18.92 0.000 konsentrasi 1.23193 0.0741468 16.61 0.000 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -1480.427 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 24.4211 2 0.000 Deviance 24.4096 2 0.000 Tolerance Distribution
Parameter Estimates
[image:37.595.101.376.87.763.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.23193 0.0741468 1.09485 1.38618 Scale 9.22552 0.295863 8.66349 9.82402
Table of Percentiles
Standard 95.0% Fiducial CI Percent Percentile Error Lower Upper 1 0.220443 0.0456725 0.139167 0.317093 2 0.388541 0.0673686 0.264440 0.526774 3 0.542220 0.0832745 0.385665 0.710076 4 0.687715 0.0959338 0.504731 0.878686 5 0.827761 0.106407 0.622509 1.03756 6 0.963888 0.115266 0.739505 1.18940 7 1.09707 0.122860 0.856051 1.33589 8 1.22797 0.129425 0.972383 1.47817 9 1.35709 0.135129 1.08868 1.61706 10 1.48480 0.140096 1.20508 1.75319 20 2.73033 0.163596 2.39359 3.03641 30 3.99536 0.161556 3.66077 4.29719 40 5.34794 0.155714 5.03267 5.64668 50 6.85147 0.176400 6.51391 7.21077 60 8.59354 0.255366 8.13151 9.14547 70 10.7258 0.409594 10.0103 11.6457 80 13.5755 0.673333 12.4262 15.1289 90 18.1557 1.18367 16.1770 20.9571 91 18.8272 1.26537 16.7168 21.8307 92 19.5714 1.35769 17.3124 22.8038 93 20.4072 1.46350 17.9784 23.9029 94 21.3623 1.58704 18.7357 25.1664 95 22.4794 1.73489 19.6167 26.6540 96 23.8293 1.91813 20.6749 28.4651 97 25.5440 2.15766 22.0097 30.7857 98 27.9166 2.50064 23.8409 34.0313 99 31.8691 3.09883 26.8549 39.5197
26
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi teras
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 1489 Failure 911 n Total 2400
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -1.72144 0.111617 -15.42 0.000 konsentrasi 0.983052 0.0595831 16.50 0.000 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -1438.942 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 20.8006 2 0.000 Deviance 20.6668 2 0.000
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:38.595.102.386.90.765.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.983052 0.0595831 0.872941 1.10705 Scale 5.76103 0.163934 5.44853 6.09147
Table of Percentiles
Lampiran 8. Rekap LC
50Bagian
minyak atsiri Suren (Toona sinensis)
Ulangan
LC 50% (ppm)
Daun
1
5,7473
2
20,7523
3
13,3500
Kulit
Pangkal
10,4332
Tengah
6,4240
Ujung
6,0426
Teras
Pangkal
5,3948
Tengah
3,7045
Ujung
2,4598
Gubal
Pangkal
1,4613
Tengah
0,4939
28
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun 1
Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 81 Failure 79 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -2.65232 0.530237 -5.00 0.000 konsentrasi 1.30712 0.274316 4.77 0.000 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -97.108 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 3.70608 2 0.157 Deviance 3.71955 2 0.156 Tolerance Distribution
Parameter Estimates
[image:40.595.101.378.116.784.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.30712 0.274316 0.866322 1.97220 Scale 7.60751 0.715487 6.32684 9.14741 Table of Percentiles
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun 2
Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 26 Failure 134 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -3.79580 0.932057 -4.07 0.000 konsentrasi 1.13079 0.468070 2.42 0.016 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -67.494 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 0.270655 2 0.873 Deviance 0.270392 2 0.874
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:41.595.100.377.109.764.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.13079 0.468070 0.502390 2.54519 Scale 28.6965 17.4789 8.69696 94.6873 Table of Percentiles
30
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi daun 3
Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 44 Failure 116 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -2.86591 0.669640 -4.28 0.000 konsentrasi 0.964456 0.342925 2.81 0.005 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -89.557 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 1.39288 2 0.498 Deviance 1.43406 2 0.488
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:42.595.106.377.110.794.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.964456 0.342925 0.480426 1.93614 Scale 19.5219 8.03542 8.71278 43.7407
Table of Percentiles
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal pangkal
Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 125 Failure 35 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -0.597187 0.365493 -1.63 0.102 konsentrasi 0.608067 0.204727 2.97 0.003 Natural
Response 0 Log-Likelihood = -79.331 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 3.20292 2 0.202 Deviance 3.34455 2 0.188 Tolerance Distribution
Parameter Estimates
[image:43.595.99.391.99.796.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.608067 0.204727 0.314315 1.17635 Scale 2.67008 0.794745 1.48993 4.78501 Table of Percentiles
32
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal tengah
Distribution: Weibull Response Information Variable Value Count mortalitas Success 153 Failure 7 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant 0.112937 0.423436 0.27 0.790 konsentrasi 0.679598 0.280138 2.43 0.015 Natural
Response 0
Log-Likelihood = -25.158 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 2.74343 2 0.254 Deviance 2.99863 2 0.223
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:44.595.103.390.103.766.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.679598 0.280138 0.302954 1.52450 Scale 0.846892 0.583022 0.219705 3.26450 Table of Percentiles
Standard 95.0% Fiducial CI Percent Percentile Error Lower Upper 1 0.0009730 0.0033624 0.0000000 0.0414231 2 0.0027184 0.0082447 0.0000000 0.0732323 3 0.0049737 0.0138494 0.0000000 0.102403 4 0.0076527 0.0199534 0.0000000 0.130084 5 0.0107087 0.0264426 0.0000000 0.156779 6 0.0141123 0.0332468 0.0000000 0.182771 7 0.0178437 0.0403183 0.0000000 0.208239 8 0.0218891 0.0476224 0.0000000 0.233308 9 0.0262384 0.0551329 0.0000000 0.258069 10 0.0308844 0.0628291 0.0000000 0.282590 20 0.0931746 0.147392 0.0000000 0.523298 30 0.185787 0.241539 0.0000004 0.770598 40 0.315184 0.342037 0.0000057 1.03843 50 0.493867 0.446327 0.0000583 1.34106 60 0.744667 0.550611 0.0004896 1.69996 70 1.11289 0.647019 0.0039042 2.15639 80 1.70585 0.716250 0.0349720 2.81724 90 2.88944 0.720620 0.482890 4.24464 91 3.08607 0.720961 0.656873 4.55908 92 3.31073 0.725851 0.901052 4.98163 93 3.57146 0.739953 1.24105 5.59685 94 3.88022 0.771549 1.69917 6.59002 95 4.25581 0.835219 2.27204 8.39091 96 4.73036 0.956706 2.91317 12.0303 97 5.36535 1.18414 3.57586 20.2450 98 6.30263 1.62574 4.28914 42.6621 99 8.01247 2.65103 5.24204 139.087
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi gubal ujung
Distribution: Weibull Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 132 Failure 28 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -1.37607 0.400438 -3.44 0.001 konsentrasi 1.21490 0.235739 5.15 0.000 Natural
Response 0
Log-Likelihood = -57.359 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 2.86005 2 0.239 Deviance 3.21705 2 0.200 Tolerance Distribution
Parameter Estimates
[image:45.595.106.386.114.746.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.21490 0.235739 0.830565 1.77708 Scale 3.10390 0.417257 2.38496 4.03956
Table of Percentiles
34
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit pangkal
Distribution: Weibull
Response Information Variable Value Count mortalitas Success 62 Failure 98 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -1.73616 0.500307 -3.47 0.001 konsentrasi 0.584071 0.265257 2.20 0.028 Natural
Response 0
Log-Likelihood = -104.219 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 0.122932 2 0.940 Deviance 0.122929 2 0.940
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:46.595.106.401.103.757.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 0.584071 0.265257 0.239823 1.42246 Scale 19.5409 11.0732 6.43567 59.3328
Table of Percentiles
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit tengah
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 74 Failure 86 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood
Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -3.91927 0.658159 -5.95 0.000 konsentrasi 1.91004 0.330250 5.78 0.000 Natural
Response 0
Log-Likelihood = -87.345 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 4.36159 2 0.113 Deviance 4.23945 2 0.120
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:47.595.102.368.86.765.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.91004 0.330250 1.36103 2.68051 Scale 7.78290 0.518357 6.83046 8.86816
Table of Percentiles
36
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi kulit ujung
Distribution: Weibull Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 78 Failure 82 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -2.97893 0.563256 -5.29 0.000 konsentrasi 1.45229 0.288827 5.03 0.000 Natural
Response 0
Log-Likelihood = -95.055 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 4.61930 2 0.099 Deviance 4.60767 2 0.100
Tolerance Distribution Parameter Estimates
[image:48.595.107.376.147.768.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 1.45229 0.288827 0.983489 2.14456 Scale 7.77719 0.674377 6.56166 9.21791
Table of Percentiles
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi teras pangkal
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 90 Failure 70 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -4.19197 0.639394 -6.56 0.000 konsentrasi 2.26972 0.328353 6.91 0.000 Natural
Response 0
Log-Likelihood = -73.670 Goodness-of-Fit Tests
Method Chi-Square DF P Pearson 3.98745 2 0.136 Deviance 3.88125 2 0.144
Tolerance Distribution
Parameter Estimates
[image:49.595.103.367.111.761.2]Standard 95.0% Normal CI Parameter Estimate Error Lower Upper Shape 2.26972 0.328353 1.70935 3.01379 Scale 6.34019 0.346587 5.69602 7.05721 Table of Percentiles
38
Probit Analysis: mortalitas, n versus konsentrasi teras tengah
Distribution: Weibull
Response Information
Variable Value Count mortalitas Success 87 Failure 73 n Total 160
Estimation Method: Maximum Likelihood Regression Table
Standard
Variable Coef Error Z P Constant -0.762490 0.400201 -1.91 0.057 konsentrasi 0.302375 0.219190 1.38