• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

DISUSUN OLEH :

ANGGA OCTABRIANSYAH

090522082

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : ANGGA OCTABRIANSYAH

Nomor Induk Mahasiswa : 090522082

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi

Judul Penelitian Skripsi :PENGARUH MODAL INTELEKTUAL

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011

Dosen Pembimbing : Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak

Medan,

Dosen Pembimbing

(3)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence intellectual capital to financial statements. Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency was the variable that used as indicator of intellectual capital. ROA was the variable that used as indicator of financial statements.

Population of this research is banking companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2010, total 31 companies. Sample of this research is 17 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from financial report and publicized through website on www.idx.co.id. The technique of data collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regression analize that use classic asumption test and hypothesis test.

The result of this research showed that intellectual capital (Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency has a significant and positif impact on return on asset simultaneously. It is showed by value of F count > F table (28,202 > 2,806) with significantly 0,000 < 0,05. The result of this research showed that CEE has a significant impact on return on asset the partially. It is showed by value of t count > t table (6,746>1,678) with significantly 0,000 < 0,05. HCE and SCE has not a significant and negative impact on return on equity. It is showed by HCE value of t count < t table (-0,267 <1,678) with significant 0,791 > 0,05 and SCE value of t hitung < t table (0,793 <1,678) with significant 0,079 > 0,05.

(4)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap laporan keuangan. HCE, SCE dan CEE adalah variabel yang digunakan untuk mengukur modal intelektual. ROA adalah variabel yang digunakan untuk mengukur laporan keuangan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010 yang berjumlah 31 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 17 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan

analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan modal intelektual (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel F hitung > F tabel (28,202 > 2,806) dan signifikansi < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel (6,746>1,678) dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan HCE dan SCE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari variabel HCE dengan nilai t hitung < t tabel (-0,267 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,791 > 0,05 dan variabel SCE dengan nilai t hitung < t tabel (0,793 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,079 > 0,05.

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat

Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam kepada Nabi Besar Muhammad

SAW yang telah membawa umat menuju jalan yang penuh dengan ilmu

pengetahuan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Lpaoran

Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam

penyelesaian skripsi ini, peneliti banyak menerima bantuan berupa doa,

bimbingan, pengarahan, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

(6)

4. Bapak Drs Syahrul Rambe, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan serta arahan

dalam proses penyelasian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Dosen Pembaca dan Penilai

Skripsi yang telah memberikan penilaian terhadap Skripsi ini.

6. Kedua orang tua, Ayahanda Zulham Harahap, Ibunda Mita Aderiani dan

ketiga adik saya yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

dukungan, perhatian, dan doanya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi

ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2012 Peneliti,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Landasan Teori ... 8

2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View ... 8

2.1.2 Knowledge Based View (KBV) ... 9

2.1.3 Intangible Asset ... 10

2.1.4 Definisi Modal Intelektual ... 12

(8)

2.1.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM

2.1.7 Definisi dan Jenis Bank ... 17

) ... 16

2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan ... 19

2.1.9 Definisi Efisiensi ... 23

2.2Penelitian terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN32 3.1Jenis Penelitian ... 32

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32

3.3.1 Variabel Independen ... 32

3.3.2 Variabel Dependen ... 36

3.4Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.5Jenis Data ... 39

3.6Metode pengumpulan Data ... 39

3.7Teknik Analisis ... 39

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.7.1.1Uji Normalitas Data ... 39

3.7.1.2Uji Multikolinieritas ... 41

3.7.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 41

3.7.1.4Uji Autokorelasi ... 42

3.7.1.5Uji Regresi Berganda ... 43

3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 43

(9)

3.7.2.2Uji Koefisien Regresi Simultan (uji F) ... 44

3.7.2.3Uji Koefisien Determinasi R2 ... 3.8 Jadwal Penelitian ... 46

44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 47

4.2 Statistik Deskriptif ... 48

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 49

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 50

4.3.2 Uji Multikoliniearitas ... 52

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 53

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 54

4.3.5 Analisis Regresi Berganda ... 55

4.4 Uji Hipotesis ... 56

4.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 56

4.4.2 Uji Simultan (F-test) ... 58

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi... 58

4.5 Interpretasi Hasil ... 59

4.5.1 Pengaruh HCE terhadap ROA ... 59

4.5.2 Pengaruh SCE terhadap ROA ... 60

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

1.1Kesimpulan ... 64

1.2Keterbatasan Penelitian ... 65

1.3Saran ... 66

(11)

DAFTAR TABEL

NomorJudul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ...

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel... Tabel 3.2 Sampel Penelitian ...

(12)

DAFTAR GAMBAR

NomorJudul

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... Halaman

Gambar 4.1 Histogram ... Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Gambar 4.3 Histogram ... Gambar 4.4 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Gambar 4.5 Scatterplot ...

21

41

42

44

45

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranJudul

Lampiran i Sampel Penelitian ... Halaman

Lampiran iii Data Variabel HCE, SCE, CEE Tahun 2009 ……... Lampiran iv Data Variabel HCE, SCE, CEE Tahun 2010 ……….... Lampiran v Data Variabel HCE, SCE, CEE Tahun 2011 …….... Lampiran vi Data pengolahan SPSS 16 Tahun 2009-2011 …..

68

69

70

(14)

DAFTAR SINGKATAN

API = Arsitektur Perbankan Indonesia BEI = Bursa Efek Indonesia

BI = Bank Indonesia

CEE = Capital Employed Efficiency HCE = Human Capital Efficiency

ICMD = Indonesian Capital Market Directory K-S = Kolmogorov- Smirnov

LDR = Loan to Deposit Ratio NIM = Net Interest Margin NPL = Non Performing Loans ROE = Return On Equity ROA = Return On Assets

(15)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence intellectual capital to financial statements. Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency was the variable that used as indicator of intellectual capital. ROA was the variable that used as indicator of financial statements.

Population of this research is banking companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2010, total 31 companies. Sample of this research is 17 companies selected according to certain criteria by purposive sampling method. The data collected of this research is quantitative data. The data source of this research is secondary source gotten from financial report and publicized through website on www.idx.co.id. The technique of data collecting is documentation technique. The method of data analysis of this research is multiple regression analize that use classic asumption test and hypothesis test.

The result of this research showed that intellectual capital (Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency and Capital Employed Efficiency has a significant and positif impact on return on asset simultaneously. It is showed by value of F count > F table (28,202 > 2,806) with significantly 0,000 < 0,05. The result of this research showed that CEE has a significant impact on return on asset the partially. It is showed by value of t count > t table (6,746>1,678) with significantly 0,000 < 0,05. HCE and SCE has not a significant and negative impact on return on equity. It is showed by HCE value of t count < t table (-0,267 <1,678) with significant 0,791 > 0,05 and SCE value of t hitung < t table (0,793 <1,678) with significant 0,079 > 0,05.

(16)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap laporan keuangan. HCE, SCE dan CEE adalah variabel yang digunakan untuk mengukur modal intelektual. ROA adalah variabel yang digunakan untuk mengukur laporan keuangan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010 yang berjumlah 31 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah 17 perusahaan yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu dengan purposive sampling method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan

analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan modal intelektual (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel F hitung > F tabel (28,202 > 2,806) dan signifikansi < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05). Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung > t tabel (6,746>1,678) dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sedangkan HCE dan SCE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap laporan keuangan (ROA). Hal ini dapat dilihat dari variabel HCE dengan nilai t hitung < t tabel (-0,267 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,791 > 0,05 dan variabel SCE dengan nilai t hitung < t tabel (0,793 <1,678) dengan signifikansi sebesar 0,079 > 0,05.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi pada saat sekarang ini menyebabkan terjadinya

persaingan antar perusahaan menjadi semakin tinggi dan tidak dapat di

hindarkan . Dalam menghadapi persaingan tersebut dan untuk menjaga

eksistensinya perusahaan – perusahaan harus dengan cepat mengubah strategi

bisnisnya dari bisnis yang berbasis tenaga kerja (labor-based business) menjadi

bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge-based business), sehingga

karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu

pengetahuan.Pada ekonomi berbasis pengetahuan ini keunggulan kompetitif

yang dimiliki perusahaan tidak lagi ditentukan oleh kepemilikan dan

penggunaan faktor-faktor produksi konvensional seperti mesin-mesin atau

tenaga kerja lainnya, tetapi lebih pada penggunaan faktor produksi berbasis

pengetahuan, inovasi, dan teknologi

Perubahan strategi bisnis ini menyebabkan perusahaan harus dapat

meningkatkan pengetahuan bisnis mereka untuk mencapai competitive

advantage dalam bisnis mereka, pengetahuan ini di sebut juga dengan

Intellectual Capital

Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan memicu

tumbuhnya minat dalam modal intelektual dan juga mendorong kemunculan “new

(18)

Hal ini di nyatakan oleh Petty dan Guthrie, (2000):

“The rise of the ‘New Economy’ one principally driven by information and knowledge is identified by the OECD (2000, forthcoming) as explaining the increased prominence of IC as a business and research topic”

Salah satu area yang menjadi perhatian baik akademis maupun praktisi

adalah yang terkait dengan kegunaan Intellectual Capital (IC) sebagai salah satu

instrument untuk menilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby,

2003). Hal ini telah menjadi kontroversi yang berkepanjangan, beberapa peneliti

menyatakan bahwa manajemen dan sistem pelaporan yang telah ada selama ini

secara berkelanjutan kehilangan relavansinya karena tidak mampu menyajikan

informasi yang esensial bagi eksekutif untuk mengelola proses yang berbasis

pengetahuan (knowledge-based business) dan intangible resources (Bornemann

dan Leitner,2002).

Selama ini, pembedaan antara intangible assets dengan IC disamarkan

kedalam pengertian intangible yang keduanya merujuk pada istilah

“goodwill”(IASB, 2007). Hal ini dapat ditelusuri pada awal tahun 1980-an

ketika catatan dan pemahaman umum tentang nilai intangible, biasanya sering

disebut sebagai goodwill, mulai terlihat dalam praktek bisnis dan akuntansi

(International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007).

Dalam penulusuran pencatatan intangible tersebut, praktik akuntansi

tradisional tidak menyediakan identifikasi dan pengukuran aset tidak berwujud

dalam organisasi, terutama organisasi berbasis pengetahuan (International

Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007; Tan et al., 2007). Jenis

(19)

model simulasi, dan sistem administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam

model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen (Tan et al., 2007). Hal ini

sangat menarik karena beberapa intangible tradisional, seperti pemilikan merk,

paten, dan goodwill masih jarang dilaporkan didalam laporan keuangan

(International Federation of Accountants, 1998 dalam Tan et al., 2007). Dalam

kenyataannya, IAS 38 tentang Intangible Assets melarang pengakuan untuk

merk internal yang diciptakan secara internal seperti logo (mastheads),

publishing titles ( judul publikasi), dan daftar pelanggan (International

Accounting Standards Board, 2004).

Menurut International Federation of Accountants (IFAC), intellectual

capital sinonim dengan intellectual property (kekayaan intelektual), intellectual

asset (aset intelektual), dan knowledge asset (aset pengetahuan). Modal ini dapat

dipahami sebagai modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki oleh

perusahaan. IFAC juga mengestimasikan pada saat ini 50-90 persen nilai dari

perusahaan ditentukan oleh manajemen atas intellectual capital bukan

manajemen terhadap aset tetap yang dimiliki.

Intellectual Capital (IC) di Indonesia mulai berkembang terutama

setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2009) tentang aset tak berwujud.

Meskipun tidak dinyatakan secara nyata sebagai IC, namun IC telah mendapat

perhatian lebih pada saat ini. Menurut PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah

aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik

serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang

(20)

Salah satu persoalan yang penting dihadapi sekarang adalah bagaimana

untuk mengukur aset tidak berwujud atau modal intelektual. Hal ini berlawanan

dengan meningkatnya kesadaran akan pengakuan IC untuk mendorong nilai dan

keunggulan kompetitif perusahaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

akan tetapi pengukuran terhadap IC perusahaan belum dapat ditetapkan secara

tepat pada saat ini. Ada banyak konsep pengukuran model intelektual yang

dikembangkan oleh para peneliti pada saat ini, dan salah satunya adalah model

yang dikembangkan oleh Pulic.

Pulic (1998, 2000) dalam Tan et al. (2007)mengembangkan“Value

Added Intelectual Coefficient” (VAICTM) yang dapat digunakan untuk

mengukur Intellectual Capital (IC) perusahaan. Komponen utama dari VAICTM

Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan

sebagai sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa

VAIC

dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA-value

added capital employed), human capital (VAHU-value added human capital),

dan structural capital (STVA-structural capital value added).

TM

(1) Top performances – skor VAIC

dapat dijadikan sebagai instrumen untuk melakukan pemeringkatan

terhadap sektor perbankan di Jepang dan India berdasarkan kinerja IC-nya.

Mavridis (2004) dan Kamath (2007) mengelompokkan bank (berdasarkan

kinerja IC) dalam empat kategori, yaitu :

TM

(2) Good performance – skor VAIC

di atas 3

TM

(3) Common performance– skor VAIC

2.0 sampai 2.99

TM

(21)

(4) Bad performance– skor VAICTM

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata

menunjukkan hasil yang berbeda mengenai pengaruh intellectual capital

terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Perbedaan perkembangan dan

penggunaan teknologi mungkin dapat mengakibatkan perbedaan dalam

penggunaan intellectual capital di berbagai negara. Tingkat penggunaan

intellectual capital yang berbeda menyebabkan perbedaan kinerja keuangan

perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai. dibawah 1.5

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat dua

perbedaan. Perbedaan pertama terdapat pada pemilihan proksi variabel

dependen. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rofi Farih (2010)

proksi untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan Capital Adequency

Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Net Profit Margin (NPM), dan

Loan to Deposit Ratio (LDR) sedangkan dalam penelitian ini proksi variabel

untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan Return on Asset (ROA).

Perbedaan pemilihan proksi ini dikarenakan untuk mengukur kinerja perusahaan

perbankan dengan menggunakan pengukuran ROA kita dapat merefleksikan

keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset.

Perbedaan yang kedua dalam penelitian ini terdapat pada jumlah tahun

yang digunakan sebagai sampel penelitian. Pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan Rofi Farih (2010) jumlah tahun yang digunakan sebagai sampel

penelitian mulai tahun 2007-2008 sedangkan dalam penelitian ini jumlah tahun

(22)

Metode Pulic digunakandalam mengukur intellectual capital karena

pada metode ini seluruh informasi yang dibutuhkan tersedia di laporan

keuangan. Sektor perbankan dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena

perbankan merupakan salah satu industri yang paling intensif IC nya dan secara

keseluruhan karyawan di sektor perbankan bersifat lebih homogen tingkat

intelektualitasnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka

masalah penelitian ini selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Human Capital Efficiency(HCE) mempengaruhi Return on Asset

(ROA)?

2. Apakah Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Return on Asset

(ROA)?

3. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Return on Asset

(ROA)?

4. Apakah HCE, SCE dan CEE mempengaruhi Return on Asset (ROA)

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Human Capital Efficiency (HCE)

(23)

2. Untuk menganalisis pengaruhStructural Capital Efficiency (SCE)

terhadap Return to Asset (ROA).

3. Untuk menganalisis pengaruhCapital Employed Efficiency (CEE)

terhadap Return on Asset (ROA).

4. Untuk menganalisis pengaruh HCE,SCE dan CEE Secara simultan

terhadap Return on Asset (ROA)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai Modal Intelektual ini diharapkan

dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Dapat menjadi bahan tambahan referensi dan bahan pengembangan

penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor Modal Intelektual

terhadap kinerja suatu perusahaan.

2. Bagi manajemen perusahaan perbankan di Indonesia dapat menjadi

masukan dan dorongan betapa pentingnya nilai dari Intellectual Capital

(IC) dalam kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai

Competitive Advantage.

3. Bagi perusahaan perbankan di Indonesia dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam penyusunan anggaran, khususnya dalam

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Resources Based Theory/Resources Based View (RBV)

Resources Based View berfokus pada konsep atribut perusahaan

yang difficult-to-imitatesebagai sumber daya kinerja yang unggul dan

keunggulan kompetitif. Sumber daya perusahaan bersifat heterogen,

bukan homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya

perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan

Teori RBV memandang perusahaan sebagai sekumpulan sumber

daya dan kemampuan yang dimiliki perusahaan. Asumsi RBV yaitu

bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk

mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang

dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan agar dapat mencapai

keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan:

a. Valuable (V): Sumber daya harus menambah nilai positif bagi

perusahaan.

b. Rare (R): Sumber daya harus bersifat unik atau langka diantara calon

pesaing yang ada.

c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya harus sukar ditiru oleh para

(25)

d. Non-Substitution (N):Sumber daya tidak dapat digantikandengan

sumber daya alternatif lainnya oleh perusahaan pesaing.

Menurut RBV, sumber daya dapat secara umum didefinisikan

memasukkan aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi, atau

pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan yang dapat digunakan

menyusun dan menerapkan strategi mereka. RBV mengkategorikan tiga

jenis sumber daya :

a. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan

b. Modal sumber daya organisasi (struktur formal)

c. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik, dan peralatan)

Dari penjelasan tersebut, menurut RBT, intellectual capital

memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu

menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat

menciptakan value bagi perusahaan. Valueyang dimaksud yaitu kinerja

yang semakin baik di dalam perusahaan.

2.1.2 Knowledge Based Theory/ Knowledge Based View (KBV)

Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View

(KBV) merupakan pengembangan lebih lanjut dari pandangan berbasis

sumber daya perusahaan/Resource-Based View (RBV) dari perusahaan dan

memberikan teoritis yang kuat dalam mendukung modal intelektual. KBV

berasal dari RBV dan menunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai

(26)

berbasis pengetahuan perusahaan menguraikan karakteristik khas sebagai

berikut :

a. Pengetahuan memegang peranan yang paling strategis di perusahaan.

b. Kegiatan dan proses produksi di perusahaan melibatkan penerapan

pengetahuan.

c. Individu-individu dalam organisasi tersebut yang bertanggung jawab

untuk membuat, memegang, dan berbagi pengetahuan.

Dalam pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan mengembangkan

pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari

kombinasi unik yang ada pada pengetahuan. Dalam era persaingan yang

ada pada saat ini, perusahaan sering bersaing dengan mengembangkan

pengetahuan baru yang lebih cepat dari pesaing-pesaing mereka

Knowledge-Based Theory mengidentifikasi dalam pengetahuan,

yang ditandai oleh kelangkaan dan sulit untuk mentrasfer dan mereplikasi,

merupakan sebuah sumber daya penting untuk mencapai keunggulan

kompetitif dalam menghadapi persaingan. Kapasitas dan keefektifan

perusahaan dalam menghasilkan, berbagi, dan menyampaikan pengetahuan

dan informasi menentukan nilai yang dihasilkan perusahaan sebagai dasar

keunggulan kompetitif perusahaan berkelanjutan dalam jangka panjang

(Edvinsson dan Malone, 1997; Bontis, 2000; dalam Ulum, 2008).

2.1.3 Intangible Asset

Sejauh ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aktiva tidak

(27)

dan IC adalah bagian dari goodwill. Pada saatini, sejumlah skema

klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi perbedaan

tersebut dengan secara spesifik memisahkan IC ke dalam kategori external

(customer-related) capital, internal (structural) capital, dan human capital

(lihat misalnya: Brennan dan Connell, 2000 dalam Ramadhan, 2009).

Paragaf 08 PSAK 19 (revisi 2009) mendefinisikan aktiva tidak

berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak

mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam

menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak

lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut merupakan

adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38 tentang intangible

assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan dalam IFRS 10

tentang goodwill and intangible assets yaitu:

“An intangible assets is an identifiable asset, non monetary and without physical”.

Sementara APB Opinion 17 tentang intangible assets tidak menyajikan

definisi yang jelas tentang aktiva tidak berwujud.

2.1.4 Modal intelektual

Modal intelektual telah diidentifikasi sebagai seperangkat tak

berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan

kinerja organisasi dan penciptaan nilai.

Definisi modal intelektual Menurut Stewart (1998):

(28)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa modal intelektual

mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi, dan kemampuan

mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan

kompetitif berkelanjutan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwaModal intelektual merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu

perusahaan yang nantinya akan memberikan keuntungan dimasa

mendatang bagi perusahaan yang dapat dilihat dari kinerja perusahaan

tersebut.

Sveiby (2003) menyatakan bahwa:

“The invisible intangible part of the balance sheetcan beclassified as a family of three, individual competence, internal structural, and external”

Sehingga secara umum komponen-komponen pembentuk modal intelektual itu terdiri dari:

a. Human Capital (modal manusia)

Human Capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk

menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh

orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human Capital juga

merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna,

keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan.

b. Structural Capital (modal organisasi)

Structural Capital adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan

dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital

yaitu struktur organisasi, sistem teknologi, sistem operasional perusahaan,

(29)

infrastruktur pendukung dari Human Capital sebagai sarana dan prasarana

pendukung kinerja karyawan.

c. Relational Capital

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan

nilai secara nyata.Belkaoui (2003) dalam penelitian Ramadhan (2009)

mendefinisikan:

“...include relational capital and structural capital, and seeks to validate the external model, such as customer, supplier or partner for research and development”

Relational capital sebagai semua sumberdaya yang berkaitan dengan

hubungan dengan pihak-pihak eksternal perusahaan, misalnya pelanggan,

supplier atau partner dalam penelitian dan pengembangan. Relational

capital sendiri terdiri dari bagian dari human dan structural capital yang

terlibat dalamhubungan perusahaan dengan para stakeholder perusahaan :

kreditor, supplier, konsumen dan investor, ditambah

dengan persepsi mereka mengenai perusahaan. Edvinsson menyarankan

pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal

pelanggan, yaitu :

a. Customer Role

b. Customer Succes

c. Customer Profile

d. Customer Success

(30)

2.1.5 Pengklasifikasian dan Pengukuran Intellectual Capital

Petty dan Guthrie (2000b) dalam Guthrie (2000) membagi IC

menjadi tiga kategori:human capital, internal, external (customer-related)

capital, internal (structural) capital, dan human capital :

“...However the intellectual capital can be classified as a family of three. Human competence, internal structural and customer relation or external structural”

Petrash (1999) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal

dengan value platform model (Ulum, 2008). Model ini mengklasifikasikan

intellectual capital sebagai akumulasi dari human capital, organisational

capital, dan customer capital. Edvinsson dan Malone (1997)

mengembangkan the Skandia value Scheme, yang mengklasifikasikan

intellectual capital dan human capital sedangkan Haanes dan Lowendhal

(1997) dalam penelitian Ulum (2009) mengelompokkan intellectual

capital suatu perusahaan ke dalam competence dan relational resources.

Model yang dikembangkan Lowendhal (1997) memperbaiki model diatas

dan membagi kategori kompetensi dan rasional menjadi dua sub-kelompok

(Tan et al., 2007):

1) individual; dan

2) collective.

Stewart (1998) mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam tiga

format dasar, yaitu:

1) human capital;

(31)

3) customer capital.

Konfederasi Serikat Dagang Denmark (The Danish Confederation of

Trade Unions) (1999) mengelompokkan intellectual capital sebagai

manusia, sistem, dan pasar.

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke

dalam dua kategori (Tan et al., 2009) yaitu:

1) model yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan

2) model yang menggunakan ukuran moneter.

Metode yang kedua tidak hanya termasuk metode yang mencoba

mengestimasi nilai uang dari intellectual capital, tetapi juga ukuran

-ukuran turunan dari nilai uang dengan menggunakan rasio keuangan.

Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis non

moneter (Tan et al., 2009):

a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton

(1992);

b. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997);

c. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000);

d. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000); dan

e. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000)

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis

moneter adalah (Tan et al., 2009):

a. The EVA and MVA model (Bontis, 1999);

(32)

c. Tobin’s q method (Luthy, 1998);

d. Pulic’s VAIC model (1998, 2000); dan

e. Calculated Intangible Value (Dzinkowski, 2000).

2.1.6 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM

Meningkatkan produktivitas pekerja manual adalah hal terpenting

yang dilakukan manajemen di abad ke 20. Kontribusi penting manajemen

yang baru harus dibuat di abad ke-21 dengan cara yang sama

meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan (knowledge work) dan

pekerja berpengetahuan (knowledge workers).

)

Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang

dikembangkan oleh Pulic (2001), dirancang untuk menyajikan informasi

tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan

aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Pulic

(2001) dalam Nik Maheran et al. (2009), menyatakan VAICTM membuat

perusahaan dapat mengukur value creation efficiency. VAICTM

Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan value added (VA). Value Added adalah indikator paling

objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998 dalam Nik menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menghitung koefisien

efisiensi dalam tiga jenis modal, yaitu human capital, structure capital,

(33)

Maheran et al, 2009). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input

(Pulic, 2001).

Metode VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu

modal manusia, modal structural, serta modal fisik dan financial yang

terdiri dari:

1) Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai

tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA)

terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan

kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan.

HCE dapat juga diartikan sebagai kemampuan perusahaan

menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal

manusia. HCE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) dapat

dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum,

2008).

2) Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai

tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA.

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan

1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC

dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2009)

3) Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai

tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA

terhadap CE. CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah

(34)

kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Imaningati,

2007 dalam Ulum, 2009).

2.1.7 Definisi dan Jenis Bank

Pasal 1 (butir 2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Usaha pokok bank

adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti

tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan

tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit

maupun bentuk-bentuk lainnya.

Bank dapat diklasifikasi berdasarkan kepemilikan dan berdasarkan

fungsi atau status operasi. Klasifikasi bank berdasarkan kepemilikan yaitu

bank asing. Bank asing yaitu bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh

pihak asing, yang membuka cabang bank di Indonesia sedangkan kantor

pusatnya tetap berada di luar negeri (Nainggolan, 2009). Sedangkan

klasifikasi bank berdasarkan fungsi atau status operasi yaitu bank umum

atau bank komersial. Bank umum adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatan ekonominya memberikan jasa dalam lalu lintas

(35)

Bank asing lebih fokus menjadi bank yang melakukan aktivitas yang

menghasilkan fee (fee based income) walaupun demikian bank asing juga

melakukan ekspansi kredit konsumsi dengan jangka waktu yang pendek.

Kegiatan utama bank-bank umum adalah menghimpun dana dari

masyarakat antara lain dalam bentuk giro, deposito berjangka dan

tabungan, serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Fungsi-fungsi bank umum antara lain yaitu : (1) penciptaan uang,

(2) mendukung kelancaran mekanisme pembayaran, (3) penghimpun dana

masyarakat, (4) mendukung kelancaran transaksi internasional, (5)

penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga, (6) pemberian

jasa-jasa lainnya.

Bank asing didalam operasionalnya berbasis cash based dan bank

umum berdasarkan accrual based. Dasar tunai (cash basis) adalah

pendapatan diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (Bastian, Indra

dan Suhardjono, 2006). Dasar tunai ini dapat diterima apabila periode

pelunasan cukup lama dan masih akan terjadi biaya yang cukup besar

setelah penyerahan barang. Sedangkan prinsip dasar waktu (accrual basis)

adalah revenue harus dilaporkan selama kegiatan produksi (dimana laba

dapat dihitung secara proporsional dengan penyelesaian pekerjaan), pada

akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat penagihan

piutang (Harahap, 2006).

Artinya bahwa dalam menyusun laporan keuangan, pengakuan

(36)

transaksi kas. Dasar akuntansi akrual mensyaratkan bahwa pendapatan

dicatat ketika dihasilkan (earned) dan beban dicatat ketika terjadi

(incurred) (Kieso, 2001).

2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, dalam upaya untuk mencapai tujuan

organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1997). Kinerja

sebagai tindakan-tindakan atau kegiatan yang dapat diukur.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996) kinerja perusahaan

dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.

Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali

digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja

di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai

seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh

tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap

perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari

kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

dayanya.

Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi

(37)

perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan

dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan

manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Untuk mengukur kinerja perusahaan digunakan rasio-rasio

keuangan. Berbagai macam rasio dapat digunakan, tetapi dalam penelitian

ini digunakan satu macam rasio keuangan yang mencerminkan efisiensi

perusahaan terhadap total aktiva yaitu yang didefinisikan sebagai berikut :

1) Return on total asset (ROA)

Rasio profitabilitas yang mengacu kepada total pendapatan, termasuk

pendapatan bunga bersih dan non pendapatan bunga, dibagi dari total

aset. Indikator ROA yang dipilih sebagai proxy untuk pengukuran

profitabilitas. ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi

perusahaan dalam pemanfaatan total aset.

2.1.9 Efisiensi

Efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan antara keluaran

(output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan

dari satu input yang digunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi

apabila:

1) Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan

jumlah unit input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan

menghasilkan jumlah output yang sama,

2) Menggunakan jumlah menurut unit input yang sama, tetapi dapat

(38)

Efisiensi dalam perbankan salah satunya adalah efisiensi biaya.

Efisiensi biaya mencerminkan seberapa besar diperlukan pengeluaran

biaya untuk melaksanakan kegiatan yang ditentukan. Bank yang sehat

adalah bank yang dapat diukur secara rentabilitas yang terus meningkat

(Kasmir, 2007).

2.2 Penelitian Terdahulu

TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu No Penelitian

(39)
(40)
(41)
(42)

2.3 Kerangka Pemikiran

Mengacu kepada teori Resources Based View (RBV) yang menyatakan

bahwa perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan

pesaing akan memberikan keunggulan kompetitif. Dengan keunggulan

kompetitif yang dimiliki perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja

perusahaan itu sendiri. Sehingga intellectual capital dapat dikatakan sebagai

aset tak berwujud yang mempunyai dampak signifikan pada kinerja dan semua

keberhasilan dalam bisnis.

Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya dan untuk pengembangan

hipotesis, maka untuk menggambarkan hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen dalam penelitian kali ini dikemukakan suatu kerangka

pemikiran teoritis yaitu mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja

keuangan perusahaan pada industri perbankan di Indonesia. Kerangka pemikiran

teoritis yang menggambarkan rumusan hipotesis penelitian ditunjukkan dalam

gambar sebagai berikut:

H1

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

HCE

SCE ROA

(43)

Human capital efficiency adalah indikator dari human capital yang

merupakan aktiva tidak berwujud. Penilaian human capital di dasarkan

pada kemampuan intelektual, kreativitas, dan inovasi karyawan. HCE di

peroleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat menghasilkan

penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan yang tinggi

dapat menghasilkan penjualan yang lebih baik lagi. Dengan penjualan

yang semakin baik akan meningkatkan laba atas sejumlah asset perusahaan

dan juga meningkatkan jumlah total aktiva yang diukur dengan Return On

Asset (ROA). Semakin tinggi nilai HCE maka akan semakin tinggi pula

nilai ROA.

Structural Capital Efficiency (SCE) merupakan indikator

Srtructural Capital. Structural Capital merupakan kemampuan organisasi

tau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan

strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja

intelektual yang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin

baik dalam mengelola asset. Pengelolaan asset yang baik dapat

meningkatkan laba atas sejumlah asset yang dimiliki perusahaan yang

diukur dengan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi nilai SCE maka

akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut.

Capital Efficiency Capital (CEE) merupakan indikator dari

Capital Employed. Capital Employed adalah total modal yang

dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan yang

(44)

pendapatan. apabila modal yang digunakan relatif besar maka

mengakibatkan total asset perusahaan tersebut juga relatif besar dan

pendapatan yang di hasilkan semakin meningkat. Hal ini akan

meningkatkan laba atas sejumlah asset peryusahaan yang diukur dengan

Return On Asset (ROA). Kedua indikator ini berkorelasi positif, Semakin

tinggi nilai CEE akan semakin tinggi pula nilai ROA

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Human capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA)

Human Capital merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki oleh

perusahaan yang memiliki bentuk seperti kemampuan intelektual,

kreatifitas, dan inovasi-inovasi yang dimiliki oleh karyawannya. Untuk

mengukur Human Capital dapat digunakan sebuah indikator yaitu Human

Capital Efficiency (HCE). HCE dapat menunjukkan berapa banyak Value

Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan dana

yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008). Value Added (VA)

adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban.

Tenaga kerja diukur dengan gaji dan tunjangan karyawan.

HCE diperoleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat

menghasilkan penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan

yang lebih besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat

(45)

lagi diharapkan dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan

produktivitasnya dalam proses produksi sehingga dapat menghasilkan

penjualan yang semakin meningkat. Hal ini dapat meningkatkanlaba atas

sejumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan dan akan meningkatkan total

aktiva yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Semakin tinggi rasio

ini maka semakin baik produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan

bersih.

Semakin tinggi HCE, maka semakin tinggi pula ROA perusahaan

tersebut. Oleh karena itu, Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh

positif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian Chang (2008)

dalam semua kategori IT (Information and Technology) secara statistik

HCE, SCE, dan CEE signifikan positif terhadap ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

H1: Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap Return

on Asset (ROA)

2.4.2 Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return on Asset (ROA)

Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator untuk

mengukur Structural Capital. Structural Capitalmerupakan kemampuan

organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan

dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkaan

(46)

Pengelolaan aset yang baik dapat menekan biaya operasional seminimal

mungkin sehingga meningkatkan laba perusahaan yang di ukur dengan

Return on Asset (ROA). SCE dapat mengukur jumlah Structural Capital

yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari Value Added (VA) dan

merupakan indikasi bagaimana Structural Capital dalam penciptaan nilai

(Tan et al, 2007). Structural Capital dapat diukur dari Value Added (VA)

dikurangi dengan Human Capital (HC). Value Added (VA) adalah hasil

penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban. SCE

menunjukkan berapa banyak jumlah Structural Capital yang dibutuhkan

untuk menghasilkan Value Added (VA) secara efisien.

Semakin tinggi SCE maka akan semakin tinggi pula ROA

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Structural Capital Efficiency (SCE)

berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil penelitian Sarayuth Saengchan

(2008) menunjukkan bahwa Structural Capital Efficiency (SCE) secara

positif berkaitan dengan ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H2: Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap

Return on Asset (ROA)

2.4.3 Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA)

CEE menunjukkan Value Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh

(47)

Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi

dengan total beban.

CEE diperoleh jika modal yang digunakan lebih sedikit maka dapat

menghasilkan penjualan yang meningkat atau modal yang digunakan lebih

besar diiringi pula dengan penjualan yang semakin meningkat lagi. Modal

yang digunakan merupakan nilai aset yang berkontribusi pada kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Apabila modal yang di

gunakan suatu perusahaan dalam jumlah yang relatif besar akan

mengakibatkan total aset perusahaan tersebut juga relatif besar sehingga

hal ini dapat meningkatkan aset perusahaan yang di ukur dengan Return on

Asset (ROA)

Semakin tinggi CEE akan semakin tinggi pula ROA perusahaan

tersebut. Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap

ROA.Hasil penelitian Sarayuth Saengchan (2008) menunjukkan bahwa

Capital Employed Efficiency (CEE) secara positif berkaitan dengan ROA.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H3: Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan untuk

membuktikan adanya hubungan antara Modal Intelektual (yang diukur dengan

VAICTM

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

) dengan kinerja keuangan (financial performance). Penelitian ini

merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor perbankan di Indonesia.

Pengamatan dilakukan selama tiga tahun berturut-turut, yaitu 2009, 2010, dan

2011. Pemilihan periode penelitian dengan pertimbangan ketersediaan data yang

paling mutakhir selama tiga tahun berakhir.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1 Variabel Independen

Variabel indenpenden yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kinerja modal intelektual(Intellectual Capital), Modal intelektual adalah

informasi dan pengetahuan yang di aplikasikan dalaam pekerjaan untuk

menciptakan nilai (Williams, 2001 dalam Purnomosidhi 2006)

Pulic (1998) dalam penelitian Chen et.al ( 2005) mengusulkan

Koefisien Nilai Tambah Intelektual (Value Added Intellectual

(49)

penciptaan nilai dari aset tak berwujud dan tidak berwujud dalam

perusahaan.

Nilai tambah atau Value Added (VA) adalah perbedaan antara

penjualan (OUT) dan input (IN). Rumus untuk menghitung VA yaitu:

VA = OUT – IN

OUT = Total pendapatan

IN = Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan

Metode VAICTM

a. Human Capital (HC)

mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan:

modal manusia (human), modal structural, serta modal fisik dan financial,

yaitu:

HC adalah Besaran nilai VA yang dibentuk oleh pengeluaran rupiah

pekerja atau karyawan, karena HC merupakan keseluruhan jumlah

beban yang dikeluarkan untuk karyawan. Hubungan antara VA dan

HC mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai pada sebuah

perusahaan. Formula menghitung HCE yaitu :

HCE = VA/HC

HC = Gaji dan tunjangan karyawan

Gaji adalah bentuk balas jasa yang diberikan secara teratur oleh

(50)

Tunjangan adalah penghargaan atau unsur balas jasa yang diberikan

dalam nilai rupiah secara langsung kepada karyawan oleh

perusahaan.

b. Structural Capital adalah sistem informasi, hak paten, competitive

inteligence, formula, kebijakan, proses dan sebagainya, hasil dari

produk atau sistem perusahaan yang telah diciptakan dari waktu ke

waktu (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan

Structural Capital Efficiency (SCE) yang merupakan indikator

efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal structural. Formula

yang digunakan untuk menghitung SCE, yaitu:

SCE = SC/VA

Rumus untuk menghitung structural capital

SC = VA - HC

c. Capital Employed didefinisikan sebagai total modal yang

dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic,

1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Capital Employed

Efficiency (CEE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah

(Value Added/VA) modal yang digunakan. Rumus untuk menghitung

CEE yaitu:

CEE = VA/CE

CE = Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

Net Asset Value (NAV) adalah nilai buku aset perusahaan

(51)

Nilai buku (Book Value) adalah nilai kekayaan bersih, selisih

antara total aktiva dengan total kewajiban suatu perusahaan

Sehingga nilai VAIC dapat di peroleh dengan menjumlahkan

ketiga komponennya yaitu HCE, SCE, dan CEE. Rumus untuk

menghitung VAIC yaitu

VAIC = HCE + SCE + CEE

Tabel 3.1

DefinisiOperasional Variabel Dependen danIndependen

Variabel Definisi Parameter Skala

ROA Indikator keuangan yang

mengukur tingkat efektivitas

perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva

yang dimiliki

HCE Suatu alat ukur untuk menilai

apakah gaji dan tunjangan

yang diberikan pada

karyawan berdampak pada

(52)

dengan Human

capital yang

merupakan beban

gaji dan

tunjangan

SCE Indikator yang mengukur

bagaimana system dan

kebijakan manajemen

berpengaruh pada tingkat

produktivitas.

Value Added

yang terbentuk

dalam setiap

hasil produk atau

sistem yang

dihasilkan .

Rasio

CEE Indikator untuk mengukur

modal yang di gunakan

dalam asset tetap atau asset

(53)

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Financial Performance (PERF). Pengukuran variabel kinerja keuangan

menggunakan proksi Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA)

merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva

yang dimilikinya. ROA merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi

perusahaan dalam memanfaatkan total aset (Chen et al., 2005). Rumus

untuk menghitung ROA yaitu:

ROA = ��������� ����� �����

3.4 Populasi dan Sampel penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan akhir tahun dari

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) pada tahun 2009, 2010,

2011 dan berjumlah 31 perusahaan perbankan.

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk

memperkirakan karakteristik populasi.Teknik pengumpulan sampel yang

digunakan adalah Purposive Sampling, yang merupakan teknik penentuan

sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Oleh

(54)

agar nilai yang dihitung dari sampel dapat menggambarkan dengan tepat nilai

populasi yang sesungguhnya (Erlina, 2007)

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Perusahaan perbankan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2009, 2010, 2011.

2) Perusahaan perbankan tersebut tidak mengalami delisting selama periode

pengamatan.

3) Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun

2009, 2010, 2011.

4) Perusahaan Perbankan tidak melakukan merger ataupun perubahan nama

selama periode pengamatan

Tabel 3.1

DAFTAR POPULASI BANK YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2011

No KODE Perusahaan Emiten Kriteria Sample

1 2 3 4

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk √ − √ √

2 INPC Bank Artha Graha Internasional

(55)

21 NISP Bank OCBC NISP Tbk √ √ √ −

22 PNBN Bank Panin Tbk √ √ √ √ 13

23 BNLI Bank Permata Tbk √ √ √ √ 14

24 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa

Barat dan Banten, Tbk

√ √ − √

25 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) √ √ √ √ 15

26 BSIM Bank Sinar Mas Tbk √ √ − √

27 BSWD Bank Swadesi Tbk √ √ √ √ 16

28 BTPN Bank Tabungan Pensiunan

(Persero) Tbk

√ √ √ √ 17

29 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero)

Tbk

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2011

3.5 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baikdari buku

literature, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimilikioleh instansi

bersangkutan atau media lain. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun

2009, 2010, 2011. Selain itu, data sekunder yang didapat juga berasal dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi dokumentasi. Ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan

(56)

3.7 Teknik Analisis

3.7.1 Uji Asumsi Klasik 3.7.1.1Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan

distribusi dalam model regresi pada variabel pengganggu atau

variabel residual (Ghozali, 2007). Uji ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen

memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah data-data yang

dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan

metode sebagai berikut :

a. Metode Grafik

Metode grafik yang handal untuk menguji normalitas data adalah

dengan melihat normal probability plot, sehingga hampir semua

aplikasi komputer statistik menyediakan fasilitas ini. Normal

probability plot adalah membandingkan distribusi kumulatif data

yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi

normal (hypothetical distribution). Proses uji normalitas data

di;akukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada

Normal P-P Plot of Regression Standardized dari variabel terikat

dimana :

• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

(57)

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau mengikuti

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

b. Metode Statistik

Uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi

normalitas adalah dengan menggunakan uji normalitas dari

Kolmogrov Smirnov. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov

adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan

diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal

baku, berarti data tersebut tidak normal.Lebih lanjut, jika signifikansi

di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara data yang akan diuji dengan data normal baku,

3.7.1.2Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel

independen, jika terjadi korelasi antar variabel independen maka di

katakan terjadi problem multikolinieritas. Cara untuk mengetahui

apakah terjadi multikolinieritas atau tidak yaitu dengan melihat

Variance Inflation Factor (VIF) dan diantara variabel bebas. Jika

nilai VIF >10 atau nilai tolerance<0,10 maka terjadi

multikolinearitas, sedangkan apabila nilai VIF <10 atau nilai

(58)

3.7.1.3Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variancedari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan grafik

Scatterplot antara nilai prediksi variable dependen yaitu

ZPREDdengan residualnya SRESID. Apabila nilai profitabilitas

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% dan grafik

Scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar

diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas (Ghozali, 2007).

3.7.1.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan waktu

berkaitan satu sama lainnya. Uji autokorelasi bertujuan menguji

apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara

kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode

t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan waktu berkaitan satu sama lainnya. Run Testdapat

(59)

tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka

dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test

digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara acak

atau sistematis. Tidak terjadi autokorelasi apabila probabilitas

signifikan lebih besar dari α= 0,05

3.7.1.5Uji Regresi Berganda

Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Pada regresi berganda

terdapat satu variabel terikat dan lebih dari satu variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

profitabilitas (ROA), sedangkan yang menjadi variabel bebas HCE,

SCE, dan CEE.

Model hubungan return on asset (ROA) dengan variabel-variabel

tersebut dapat disusun dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut

ROA = a + b1HCE + b2 SCE + b3 CEE + e

Dimana :

a = Konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi dari HCE, SCE, CEE

e = eror term

3.7.2 Pengujian Hipotesis

Dalam uji asumsi klasik dapat dilakukan analisis hasil regresi atau

uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan meliputi ; uji parsial (t-test), uji

(60)

3.7.2.1Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Cara untuk mengetahuinya

yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.

Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel

maka berarti t hitung tersebut signifikan artinya hipotesis alternatif

diterima yaitu variabel independen secara individual mempengaruhi

variabel dependen. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan melihat

apakah p-value dari masing-masing variabel. Hipotesis diterima

apabila p-value<5% (Ghozali, 2007).

3.7.2.2Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2007), “Pada dasarnya menunjukkan arah

apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen”.Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan

nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar

dari nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima artinya semua

variabel independen secara bersama-sama dan signifikan

mempengaruhi variabel dependen. Selain itu juga dapat dilihat

berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas (signifikansi) lebih kecil

dari α= 0,05maka variabel independen berpengaruh secara simultan

(61)

3.7.2.3Koefisien Determinasi R

Koefisien determinasi R

2

2

mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

atau dangan kata lain untuk menguji goodness-fit dari model regresi.

Nilai R2

Nilai R Square dikatakan baik jika diatas 0,5. Pada umumnya

sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R Square

maupun Adjusted R Square cukup tinggi (diatas 0,5), sedangkan

sampel dengan data item tertentu yang disebut data silang

(Crossection) pada umumnya memiliki R Square maupun Adjusted

R Square agak rendah (dibawah 0,5), namun tidak menutup

kemungkinan data jenis Crossection memiliki R Square maupun

Adjusted R Square yang cukup tinggi.

Gambar

gambar sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi gambaran umum perusahaan dan laporan keuangan perusahaan mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Teknik pengambilan

“Pengaruh Modal Inteletual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008- 2010”, Volume

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Data sekunder berupa data laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang telah dipublikasikan di BEI

akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar.. Penciptaan value added

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Data sekunder berupa data laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang telah dipublikasikan di BEI

Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Utang,

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan ( annual report ) perusahaan manufaktur dari tahun 2015

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan pada perusahaan pabrik semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia