• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFKAH BELAJAR MATEMATIKA DI HOMESCH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFKAH BELAJAR MATEMATIKA DI HOMESCH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MINI RESEARCH

EFEKTIFKAH BELAJAR MATEMATIKA DI

HOMESCHOOLING

?

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif

Ujian Tengah Semester Gasal

Oleh:

Bayu Adhiwibowo 16709251014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017

(2)

Bayu Adhiwibowo

Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

adhiwibowo.bayu@gmail.com 085743689632/085228948356

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika pada homeschooling, penelitian dilihat dari sisi siswa yang mengikuti pembelajaran serta dilihat dari sisi tutor matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat beberapa alasan siswa mengikuti pembelajaran homeschooling, yaitu (1) tidak puas terhadap kualitas dan pendidikan di sekolah formal. (2) Beberapa siswa mengidap penyakit yang tidak memungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran di sekolah formal. (3) Kesibukan siswa dalam kegiatan non akademik, ada yang merupakan pembalap, atau bahkan artis. (4) Kurang mampunya siswa bersosialisasi dengan lingkungan sosial mereka. (5) Anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang tidak bisa dipenuhi di sekolah formal. (6) Faktor dari orang tua yang pekerjaan sering berpindah-pindah sehingga anak-anak susah untuk sekolah di sekolah formal. Sedangkan pembelajaran matematika dari sisi siswa termasuk dalam kategori efektif karena perbandingan antara tutor dengan siswa bisa 1 : 1 untuk siswa individu ataupun maksimal 1 : 6 untuk siswa dengan kelas komunitas, sehingga siswa menjadi lebih fokus dalam menerima pembelajaran. Untuk motivasi siswa dalam pembelajaran matematika secara umum memang tidak terlalu tinggi. Akan tetapi masih ada saja siswa yang memiliki motivasi tinggi belajar matematika. Karena masih ada siswa yang mau belajar matematika dengan baik dan mengikuti pembelajaran dengan baik pula. Sedangkan dari tutor memang kurang efektif akan tetapi dari waktu yang ada itu tetap dimanfaatkan dengan maksimal.

PENDAHULUAN

Matematika adalah sebuah pengetahuan yang bersifat universal. Matematika juga dasar untuk segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia, matematika diajarkan pada semua lini pendidikan di Indonesia, baik pada sekolah SD sampai SMA, pendidikan formal ataupun pendidikan non formal. Matematika tidak begitu saja anak lahir bisa memahaminya. Matematika adalah sebuah ilmu yang harus dipelajari karena pada dasarnya setiap anak yang lahir di dunia ini tidak memiliki kemampuan matematika.

(3)

Secara bahasa homeschooling berasal dari bahasa Inggris yang berarti sekolah rumah. Menurut Satmoko Budi Santoso (Sugiyarti, 2009) secara substansi makna homeschooling pada aspek kemandirian dalam menyelenggarakan pendidikan di lingkungan keluarga.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 27 ayat 1 disebutkan bahwa “(1) kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri dan (2) hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.” Di sinilah homeschooling mengambil andil sebagai lembaga pendidikan informal.

Hal ini dikarenakan pengertian dari homeschooling itu sendiri yang merupakan pendidikan di lingkungan keluarga. Akan tetapi meskipun homeschooling merupakan pendidikan informal yang dipegang penuh oleh keluarga, para penyelenggara homeschooling harus melaporkan kepada pemerintah atau Dinas Pendidikan kabupaten atau kota setempat; hal ini dilakukan dalam rangka menjamin terpenuhinya hak pendidikan dan perkembangan anak yang mengikuti kegiatan homeschooling, agar anak dapat mengikuti ujian nasional kesetaraan Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA).

Terdapat beberapa kelebihan dari model pendidikan homeschooling yang membuat orangtua tertarik memilih pendidikan alternatif ini. Kelebihan tersebut adalah anak-anak yang merasa terbebani dengan sistem pendidikan formal yang ada, juga bisa berprestasi sama atau bahkan bisa lebih dari anak-anak lain yang sekolah di sekolah formal. Kesesuaian antara kebutuhan dari anak tersebut dengan situasi dan kondisi keluarga yang ada. Bisa memaksimalkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, karena pada sekolah reguler biasanya akan terhambat. Selain itu dalam sisi waktu juga lebih bebas tidak ada batasan waktu yang menghalangi. Waktu belajarnya hanya berkisar 2 – 3 hari saja, oleh karena itu lebih bisa untung mengembangkan bakat dan minat siswa, semisal artis ataupun para atlit.

Selain itu dapat menyesuaikan dengan nilai yang menjadi pandangan hidup dalam keluarga tanpa lebih banyak intervensi pengaruh luar alias dapat mengurahi efek-efek akibat dari hal-hal negatif yang saat ini banyak berkembang di dunia luar rumah. Hubungan timbal balik antar lintas umur yaitu antara peserta belajar dan orang tua dalam proses belajar anak yang bersangkutan dapat memberikan sebuah efek positif yang bisa memberikan dukungan mental bahwa orang tua sangat mendukung untuk anaknya mendapatkan hal yang lebih positif. Hal ini sejalan dengan jurnal yang dituliskan oleh Haryanto Budi Wijayarto yang menyatakan bahwa dimana siswa homeschooling lebih tinggi kompetensi sosialnya daripada siswa sekolah reguler.

(4)

Di dalam jurnal internasional oleh Michelle Wichers (2001) yang berjudul “Homeschooling: Adventitious or detrimental for proficiency in higher education” menyimpulkan bahwa : Therefore the hypothesis was supported by a variety of researchers that homeschooled students performed as well or better academically as compared to traditional schooled individuals (Siswa yang belajar di rumah (homeschooling) lebih baik secara akademis dibandingkan dengan individu yang disekolahkan secara tradisional (disekolah)).

Namun dibalik manfaat dan kelebihannya, penerapan homeschooling tentu saja tidak lepas dari berbagai permasalahan yang menyertainya, seperti halnya pendidikan sekolah formal yang memiliki permasalahan dan keterbatasan, maka demikian pula halnya dengan pendidikan homeschooling. Permasalahan yang terjadi dalam pendidikan homeschooling ini dapat dilihat dari interaksi yang terjadi antar setiap anggota yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar homeschooling. Interaksi yang berlangsung antara sesama pelajar, antara pelajar dan tutor, antara pelajar dan orangtua, juga antara sesama orangtua.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai keefektifan dari pembelajaran matematika yang dilaksanakan dalam pembelajaran homeschooling serta sikap siswa terhadap pembelajaran matematika di homeschooling. Penelitian ini diteliti karena melihat homescooling semakin berkembang pada akhir-akhir ini serta mau melihat keefektifan pembelajaran matematika yang diajarkan pada homeschooling dan bagaimana proses pembelajaran selama ini.

Penelitian yang relevan dengan hal ini adalah Latar Belakang Dan Sikap Siswa Homeschooling Terhadap Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus pada Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian bentuk studi kasus dengan jenis pendekatan kualitatif. Menurut Yin dalam Fauziah dan Vibriyanti (2014) menjelaskan studi kasus secara umum merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan nyata. Sedangkan menurut Creswell (2015) Penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplore kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus), melalui pengumpulan yang detail dan mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi atau sumber informasi majemuk (misalnya, pengamatan, wawancara, bahan audivisual, dan dokumen dan berbagai laporan), dan melaporakan deksripsi kasus dan tema kasus.

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini adalah beberapa siswa homeschooling primagama yang belajar sejak awal memilih homeschooling, siswa yang belajar homeschooling yang belajar baru saja masuk homeschooling, serta wawancara dengan pihak tutor pengajar matematika.

(5)

sistematis dengan prosedur yang terstandar, 3) Metode dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu melalui buku-buku, arsip, yang berhubungan dengan yang akan diteliti. Analisis data yang dilakukan lebih ditekankan pada hasil wawancara dengan siswa-siswa yang bersekolah di homeschooling primagama, tutor pengajar. Kemudian dideskripsikan secara kualitatif menggunakan metode Berg dalam Fattah (2016) yaitu reduksi data, display atau penyajian data serta yang terakhir adalah penyimpulan data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Latar Belakang Siswa Homeschooling

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar siswa yang mengikuti homeschooling latar belakangnya adalah keluarga yang berasal dari kemampuan menengah ke atas. Orang tua yang memilih untuk anaknya disekolahakan di homeschooling juga memiliki pendidikan yang tinggi pula.

Sedangkan alasan siswa-siswa tersebut mengikuti pembelajaran homeschooling antara lain :

a. Kesibukan siswa dalam kegiatan non akademik, ada yang merupakan pembalap, atau bahkan artis.

b. Mengidap penyakit yang tidak memungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran di sekolah formal.

c. Tidak nyaman terhadap kualitas dan pendidikan di sekolah formal.

d. Kurang mampunya siswa bersosialisasi dengan lingkungan sosial mereka.

e. Anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang tidak bisa dipenuhi di sekolah formal. f. Faktor dari orang tua yang pekerjaan sering berpindah-pindah sehingga anak-anak

susah untuk sekolah di sekolah formal.

Hal di atas merupakan alasan-alasan yang melatarbelakangi siswa memilih homeschooling. Homeschooling merupakan pilihan yang sudah di dukung oleh pemerintah juga dan diberikan keleluasaan melaksanakan pembelajaran di non formal ini. Hal ini seturut dengan undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 27 ayat 1. Dimana siswa berhak mendapatkan pendidikan non-formal apabila tidak bisa mengikuti pembelajaran formal yang ada di sekolah.

Sesuai dengan tulisan Setya Wijayanta, Heru Raharjo, Eva Yanti Hasibuan (2005) program ini diarahkan pada perintisan pembentukan sekolah alternatif untuk masyarakat yang memerlukan pendidikan yang tidak diperoleh dari sekolah konvensional/formal, penanganan permasalahan pendidikan secara serius oleh pihak yang terkait secara profesional, meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik, mengurangi sistem persekolahan yang konvensional, sehingga peserta didik mendapatkan segala kebutuhan ilmu yang dibutuhkan.

Hal ini sudah dipenuhi oleh homeschooling Primagama. Siswa homeschooling Primagama juga mengedepankan pengembangan siswa sesuai dengan bakat dan minat siswa. Hal ini diwujudkan dengan setiap siswa yang hendak masuk sebagai siswa di homeschooling Primagama harus melakukan tes sidik jari serta tes potensi akademik. Selain itu homeschooling Primagama juga menyediakan kelas – kelas semacam ekstrakulikuler mulai dari memasak, kelas Science, kelas musik, kelas olahraga yang bisa mengembangkan minat dan bakat siswa.

(6)

Pembelajaran dari homeschooling Primagama ini terdiri atas 4 bentuk yaitu : belajar secara komunitas kelas yang terdiri atas paling banyak 6 siswa, kelas individu yang belajar langsung dengan tutor serta pembelajaran tidak langsung antara siswa dengan tutor dengan bantuan skype, dan yang terakhir adalah non pendampingan. Siswa non pendampingan yaitu siswa belajar sendiri di rumah bisa dengan orang tua yang bersangkutan, bisa dengan pihak ketiga yang memberikan bantuan pelajaran kepada siswa yang bersangkutan. Pada siswa model ini akan tetapi dikirimkan soal-soal ulangan harian sesuai dengan keperluan siswa setelah mencapai satu bab sebagai nilai ulangan harian. Sedangkan untuk ulangan tengah semester serta ulangan akhir semester tetap menggunakan yang dari pihak homeschooling Primagama, bisa lewat email ataupun mengikuti langsung di sekolah sesuai jadwal.

Berdasarkan menurut peraturan menteri pendidikan nasional menurut undang-undang nomor 14 tahun 2007 maka struktur kurikulum Paket B untuk tingkat 3 ( derajat terampil 1) atau setara kelas VII dan VII adalah 8 SKK, sedangkan untuk tingkat 4 (derajat terampil 2) atau setara kelas IX adalah 4 SKK. Untuk kejar Paket C program IPA dan IPS untuk tingkat 5 (derajat mahir 1) setara kelas X adalah 4 SKK, sedangkan untuk tingkat 6 ( derajat mahir 2) setara kelas XI-XII adalah 8 SKK.

SKK merupakan penghargaan terhadap pencapaian kompetensi sebagai hasil belajar peserta didik dalam menguasai suatu mata pelajaran. SKK diperhitungkan untuk setiap mata pelajaran yang terdapat dalam struktur kurikulum. Satu SKK dihitung berdasarkan pertimbangan muatan SK dan KD tiap mata pelajaran. SKK dapat digunakan untuk alih kredit kompetensi yang diperoleh dari jalur pendidikan informal, formal, kursus, keahlian dan kegiatan mandiri. Satu SKK adalah satu satuan kompetensi yang dicapai melalui pembelajaran 1 jam tatap muka atau 2 jam tutorial atau 3 jam mandiri, atau kombinasi secara proporsional dari ketiganya. Satu jam tatap muka yang dimaksud adalah satu jam pembelajaran yaitu sama dengan 35 menit untuk Paket A, 40 menit untuk Paket B, dan 45 menit untuk Paket C.

Pada pelaksanaan yang dilakukan oleh homeschooling primagama adalah 60 menit jam tatap muka untuk semua jenis paket pembelajaran baik itu Paket A, Paket B maupun Paket C. Dengan jumlah jam pelajaran selama satu semester sekitar 15-16 jam pelajaran untuk satu mata pelajaran. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan menteri pendidikan nasional tahun 2007.

(7)

Mengenai hasil ujian akhir semester siswa masih banyak sekali yang belum bisa mendapatkan nilai KKM pada saat ujian akhir semester. Nilai asli siswa tersebar dalam tabel berikut:

Berdasakan tabel di atas ketika dibuat prosentase hasil ujian akhir semester dalam bentuk diagram lingkaran adalah sebagai berikut : Akhir Semester yang dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2016 / 2017 ini terlihat bahwa ketercapaian kompetensi dengan ujian masih sangat rendah, yaitu hanya 15 % saja. Hal ini sebetulnya juga sebanding dengan sekolah-sekolah pada umumnya dimana dengan kategori siswa yang pada belajar pada sekolah tersebut dengan input yang biasa-biasa saja.

(8)

beberapa siswa untuk melengkapi alasan nilai-nilai ujian siswa mendapatkan nilai baik walaupun dengan waktu pembelajaran yang terbatas selama proses pembelajaran.

Hasil wawancara kepada siswa 1 yang saat ini posisi berada di Australia, dia masuk siswa homeschooling pada kelas VIII mulai pada bulan juli 2016 . Siswa ini sebelum masuk ke homeschooling primagama dia bersekolah di salah satu SMP Negeri favorit di kota Yogyakarta. Siswa 1 bersekolah di Australia karena mengikuti orang tua yang sedang melakukan study di Australia. Dia selama sekolah di Australia juga tetap bersekolah pada sekolah reguler. Dia bersekolah pada pagi hari kemudian dilanjutkan dengan sekolah di homeschooling Primagama pada pukul 13.00 WIB sampai sekitar pukul 16.00 WIB, atau ketika di Australia sudah pukul 05.00 pm sampai sekitar pukul 08.00 pm. Hal ini menjadi tantangan sendiri untuk siswa 1 dalam belajar pada homeschooling. Siswa merasa sangat terbantu dengan tutor-tutor homeschooling yang sangat mudah untuk bekerjasama dalam pengaturan pembelajaran karena bisa mengganti hari belajarnya. Siswa juga merasa senang dengan tutor-tutor homeschooling Primagama juga sangat mudah akrab.

Siswa ini berkata bahwa pembelajaran matematika di Indonesia masuk dalam kategori susah, berbeda halnya dengan di Australia yang lebih mengajarkan hal yang simpel akan tetapi diajarkan secara lebih mendalam. Siswa ini di Australia masuk sekolah reguler pada kelas VII ketika dibuat setara di Indonesia. Pada tingkatan kelas VII di Australia salah satu bab belajar secara mendalam mengenai penggunaan jangka. Berikut adalah cuplikan wawancaranya :

P : “Siswa 1, bagaimana pendapatmu mengenai pelajaran matematika di homeschooling dengan matematika di Australia ataupun dengan sekolahmu di Indonesia yang dahulu ?”

S1 : “Kalau dibandingkan dengan pelajaran matematika di Australia pelajaran di Indonesia jauh lebih susah mister, di Australia pelajaran matematika setara kelas VII gampang banget mister. Kalau dibandingkan dengan SMP sebelumnya lebih mudah homeschooling, materi sama tapi tingkat kesulitan soal lebih susah sekolah reguler.”

Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran individu dengan berbantuan aplikasi skype pada laptop, komputer, atau bahkan menggunakan smartphone ketika terjadi sesuatu hal yang menyebabkan tidak bisa menggunakan laptop atau komputer. Tutor memberikan pengajaran dengan melakukan share screen, voice call, atau bahkan video call. Proses ini mengharuskan tutor membuat sebuah modul pembelajaran agar bisa memfasilitasi siswa memahami proses pembelajaran. Hal ini sering sekali dilakukan ketika siswa berada pada tempat yang jauh dan buku paket belum sampai pada siswa.

(9)

akhir semester selalu bertanya pada tutor. Terkadang malah menanyakan hal yang susah atau diluar dari materi yang ada pada materi homeschooling.

Siswa ini memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam belajar. Akan tetapi terkadang susah dalam hubungannya waktu karena perbedaan waktu yang terpaut 4 jam dengan Indonesia. Terkadang siswa juga memindahkan waktu pembelajaran pada hari sabtu atau minggu karena waktu pada hari senin – jumat sudah sibuk mentutorsi sekolah regulernya di Australia. Hal ini menunjukan memang siswa memang memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran walaupun mengalami hambatan dalam waktu.

Setelah ujian akhir semester ini selesai siswa ini baru saja mendapatkan buku pelajaran dari Indonesia. Oleh orang tua siswa 1 ini juga tetap diminta untuk mempelajari ulang pembelajaran selama satu semeter. Karena hal ini digunakan nanti untuk persiapan ketika kembali Indonesia kemampuannya akan sama dengan teman-teman yang lain. Sehingga bisa mengikuti pembelajaran dengan baik pada kurikulum Indonesia nantinya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan siswa 1 masuk dalam kategori siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran matematika. Selain itu dia juga bersikap positif terhadap pembelajaran matematika. Hal ini didukung dengan dia yang selalu aktif dalam setiap pembelajaran matematika serta selalu bertanya jika mengalami kesulitan dalam belajar matematika pada tutor.

Siswa 2 yang diwawancara adalah siswa yang berasal dari daerah Wonosobo. Siswa ini mulai belajar masuk homeschooling pada awal tahun ajaran 2016 / 2017, sebagai siswa kelas X IPS. Siswa ini pada saat Sekolah Menengah Pertama kadang mendapatkan bullying dari teman-teman disekolahnya. Oleh karena hal itu orang tua murid memilihkan untuk dia bersekolah di homeschooling. Hal ini bertujuan agar anaknya terhindar dari bullying dari teman-teman sekolahnya. Siswa juga menyatakan bahwa di homeschooling teman-temannya lebih ramah terhadap dirinya. Tutor-tutor juga akrab dengan siswa sehingga komunikasinya lebih mudah.

Dari sisi pembelajaran matematika menurut siswa ini antara pembelajaran sekolah reguler dengan homeschooling lebih fokus pembelajaran di homeschooling. Hal ini dikarenakan siswa merasa lebih fokus dalam pembelajaran, lebih bisa bertanya banyak hal ketika dalam proses pembelajaran. Satu siswa dengan satu pengajar tentunya akan memberikan hasil yang berbeda dengan satu tutor harus belajar dengan 30 siswa sekaligus. Hal ini menjadi salah satu sisi positif dari sebuah pembelajaran homeschooling. Penyerapan materi juga akan lebih mendalam walaupun dengan waktu yang sangat terbatas. Hal ini di dukung dengan sedikit cuplikan wawancara berikut :

Peneliti : “Bagaimana menurutmu tentang pelajaran matematika di HSPG jika dibandingkan dengan sekolahmu dulu?”

Siswa 2 : “Sebenarnya pelajarannya sama saja mas, tapi lebih fokus ketika belajar di HSPG karena satu siswa mendapatkan satu tutor sedangan di sekolah kan satu guru buat banyak siswa.”

Peneliti : “Owh begitu, terus kalau belajar bagaimana biasanya?”

Siswa 2 : “Biasanya saya belajar dulu di HS pada hari itu lalu dilanjutkan les sesuai dengan mapel hari itu apa.”

(10)

Siswa 2 : “Cuma matematika dan bahasa inggris saja mas, tapi les ini hanya sebagai pemantap saja mas buat setelah belajar dari HSPG.”

Dalam proses belajar siswa sendiri di rumah siswa juga menggunakan bantuan dengan tutor les tambahan. Akan tetapi menurut siswa itu hanya sebagai tambahan saja, bukan merupakan hal yang utama karena yang utama adalah pembelajaran di sekolah. Yang dilakukan oleh siswa ini adalah belajar matematika setiap minggu hanya satu kali saja yaitu 60 menit. Setelah selesai belajar dengan tutor di homeschooling maka pada sore hari dilanjutkan belajar matematika dengan les.

Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran individu dengan berbantuan aplikasi skype pada laptop, komputer, atau bahkan menggunakan smartphone ketika terjadi sesuatu hal yang menyebabkan tidak bisa menggunakan laptop atau komputer. Tutor memberikan pengajaran dengan melakukan share screen, voice call, atau bahkan video call. Proses ini mengharuskan tutor membuat sebuah modul pembelajaran agar bisa memfasilitasi siswa memahami proses pembelajaran. Hal ini sering sekali dilakukan ketika siswa berada pada tempat yang jauh dan buku paket belum sampai pada siswa.

Berdasarkan hal di atas maka bisa terlihat motivasi belajar siswa 2 ini termasuk kategori baik. Kalau tidak maka dia hanya akan belajar pada saat itu saja, tanpa berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Siswa ini ketika diminta mengerjakan tugas juga pasti akan mengerjakan tugas tersebut. Ketika siswa tidak bisa belajar karena ada kegiatan yang menghambat proses pembelajaran maka dia pasti akan meminta jam pengganti untuk pembelajaran saat itu. Hal ini juga ditunjukan pada setiap ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester pada semester ini juga hasilnya baik. Dan pada kategori yang tidak harus mengikuti remidi. Itu terjadi pada semua mata pelajaran yang dia ikuti.

Wawancara pada siswa 3 yang masuk menjadi siswa homeschooling Primagama mulai bulan juli 2016. Siswa 3 masuk ke kelas XII IPS, sebelumnya siswa ini bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas swasta di Yogyakarta. Siswa ini memilih sekolah di homeschooling Primagama karena dia mengidap penyakit gangguan saluran kencing sehingga mengharuskan periksa di rumah sakit untuk beberapa hari sekali. Selain itu fisik juga tidak kuat untuk mengikuti kegiatan sekolah formal pada umumnya karena menjadi mudah lelah.

Siswa ini masuk kedalam kelas komunitas dimana jumlah siswa dalam kelas komunitas maksimal adalah 6 orang. Dalam wawancara siswa 3 ini menyatakan dirinya merasakan bisa lebih paham materi matematika ketimbang pelajaran matematika pada sekolah reguler. Siswa 3 beralasan pada sekolah reguler yang dulu dijalaninya perbandingan jumlah tutor dengan siswa adalah 1 : 30. Sedangkan pada homeschooling ini perbandingan siswa dengan tutor maksimal hanya 1 : 6 saja. Dari situ maka siswa 3 mengutarakan bahwa pembelajaran matematika pada homeschooling itu lebih efektif. Kepuasan pelayanan dalam pendidikan menjadi lebih tinggi. Siswa 3 merasakan bahwa lebih mudah memahami pelajaran matematika di homeschooling primagama.

(11)

biasanya dalam belajar dengan tutor les dengan waktu yang lebih lama utamanya untuk mengejar ketinggalan materi yang diajarkan di homeschooling.

Menurut siswa 3 ini pembelajaran homeschooling sangatlah membantu untuk siswa-siswa yang mengalami beberapa kendala dalam sekolah di tempat reguler. Hal ini bisa sebagai salah satu alternatif sekolah dan tetap mendapatkan ijazah walaupun masuk dalam kategori kejar paket. Akan tetapi ada sedikit kelemahan dari homescooling yaitu mengenai ketertiban siswa, kontrol tutor terhadap siswa dirasa masih kurang. Hal ini perlu ditingkatkan lagi menurut siswa 3. Untuk soal-soal yang dilaksanakan ketika ulangan tengah semester ataupun ulangan akhir semester memiliki taraf yang sama antara homeschooling dengan sekolah reguler yang sudah pernah dialami oleh siswa.

Berdasarkan hasil wawancara di atas bisa disimpulkan bahwa siswa 3 ini termasuk siswa yang menilai bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh homeschooling efektif dari sisi penerimaan siswa. Serta memiliki motivasi yang baik juga pada pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari siswa berusaha melakukan belajar lebih ketika dia tidak bisa mengikuti pembelajaran secara reguler pada homeschooling. Dari sisi nilai memang siswa ini tidak mendapatkan nilai yang baik akan tetapi kemauan dia selama pembelajaran termasuk anak yang masih ada kemauan untuk belajar matematika.

Wawancara pada siswa 4 adalah siswa homeschooling Primagama kelas XII IPS. Siswa ini sudah mengikuti homeschooling sejak kelas 6 SD yaitu tahun 2009. Siswa ini termasuk dalam kategori siswa yang sudah lama menjadi siswa homeschooling Primagama. Siswa ini memilih homeschooling karena merasa tidak nyaman dengan sistem pendidikan di sekolah reguler. Kurang mendukung dalam hubungan sosial serta sistem dan suasana belajar yang juga kurang mendukung belajar dengan siswa ini.

Selama masa tujuh tahun belajar di homeschooling Primagama siswa ini sudah pernah belajar dengan sistem komunitas ataupun dengan sistem individu. Berdasarkan wawancara ini siswa menyatakan bahwa belajar dengan sistem individu lebih nyaman ketimbang dengan menggunakan sistem komunitas. Hal ini karena ketika belajar dengan sistem individu siswa bisa menjadi lebih tinggi kualitas belajarnya atau lebih fokus untuk belajar siswa. Karena setiap siswa mendapatkan satu tutor. Dalam proses belajarnya siswa ini sejak pertama kali belajar pernah belajar dengan sistem 60 menit untuk satu kali belajar dalam setiap minggunya.

Siswa 4 merasa bahwa matematika bukan merupakan hal yang susah. Akan tetapi membutuhkan banyak latihan mengenai pelajaran matematika. Hal ini sangat tepat, karena memang matematika adalah pelajaran yang tidak bisa dipelajar dengan membaca saja harus didukung dengan melakukan banyak latihan agar intuisi mengenai matematika lebih paham. Cara belajar siswa ini dengan mengerjakan soal-soal yang sudah diberikan selama pembelajaran kemudian mencari soal-soal yang setipe dengan yang sudah dipelajari. Apabila mengalami kesulitan juga sering menghubungi tutor diluar jam pembelajaran. Hal ini didukung dengan sedikit transkrip wawancara sebagai berikut :

Peneliti : “Bagaimana menurutmu tentang pelajaran matematika dari SD sampai SMA di HSPG?”

(12)

Peneliti : “Betul sekali itu, terus kalau belajar bagaimana biasanya?”

Siswa 4 : “Biasanya saya mencoba mengerjakan soal-soal yang ada di buku tetapi melihat contoh pengerjaan soalnya lebih dalu.”

Peneliti : “Wah betul begitu memang kalau mau belajar Matematika.”

Siswa ini saat ini sudah kelas XII, sehingga ini menyebabkan siswa harus belajar dengan sangat intensif. Oleh karena itu selain belajar bersama dengan tutor siswa juga belajar dengan mengikuti bimbingan belajar sendiri. Hal ini karena tuntutan dalam usaha mendapatkan hasil yang baik dalam Ujian Nasional Paket Kesetaraan. Siswa ini biasanya meluangkan waktu untuk belajar materi matematika minimal 2 jam untuk setiap minggunya. Apalagi ketika akan melaksanakan ulangan harian, ulangan tengah semester ataupun ulangan akhir semester akan belajar lebih banyak lagi. Berdasarkan hal ini berarti siswa tersebut memberikan penilaian positif pada pelajaran matematika. Selain itu juga menunjukan bahwa siswa ini memiliki motivasi yang tinggi dari belajar matematika.

Wawancara berikutnya adalah dengan salah satu tutor yang senior, beliau sudah mengajar sejak awal berdirinya homeschooling Primagama. Pada awalnya bukan berupa sekolah atau program kegiatan belajar masyarakat seperti saat ini. Awalnya hanya berupa bimbingan belajar mempersiapkan Ujian Kejar Paket. Sampai akhirnya berubah menjadi seperti saat ini sebuah program kegiatan belajar masyarakat yang berjalan mirip sekolah reguler dengan sistem rapot dan lain-lain sesuai dengan peraturan dari kementrian pendidikan nasional.

Dalam proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama ini tutor sudah mengalami berbagai jenis siswa, mulai dari siswa yang rendah kemampuannya, sampai kemampuan yang tinggi. Dari berbagai siswa yang ada selama ini kebanyakan memang kurang berminat dan motivasi yang rendah terhadap matematika. Mereka banyak menggangap bahwa matematika itu susah dan tidak perlu untuk kedepannya mereka. Karena mereka kebanyakan apa yang diingini tidak membutuhkan matematika.

Sikap siswa terhadap matematika ini biasanya hampir di setiap tahun pelajaran hampirlah sama. Setiap tahun ajaran dalam untuk paket A atau setara dengan SD dan paket B atau setara SMP masih banyak siswa yang memberikan respon positif terhadap matematika. Karena masih banyak materi matematika yang bisa dihubungkan dengan materi dunia nyata. Hal ini membuat siswa menjadi lebih tertarik pada mata pelajaran matematika. Sedangkan untuk materi SMA biasanya dari satu tingkatan kelas hanya sekitar 2 – 4 siswa saja yang memang memiliki motivasi tinggi dari setiap kelasnya, akan tetapi hanya pada jurusan IPA saja. Sedangkan untuk anak IPS lebih sedikit lagi.

Pada satu tahun ajaran 2014-2015 pernah banyak siswa SMA saat itu memang suka terhadap materi pembelajaran matematika. Mereka dalam kegiatan pembelajaran matematika itu aktif dan tertarik, bukti yang biasa dilihat oleh tutor dalam setiap pembelajaran itu selalu memperhatikan yang sering meminta soal-soal lagi yang berguna untuk menambah kemampuan mereka. Mereka secara umum berarti memang membutuhkan matematika untuk pelajaran mereka, dan berusaha agar mendapatkan nilai – nilai yang baik serta mendapatkan pembelajaran matematika secara mendalam.

(13)

pembelajaran tutor sudah sering melaksanakan berbagai metode yang sudah banyak dikenal oleh guru-guru matematika. Akan tetapi proses pembelajaran yang dilakukan oleh tutor dengan selama ini kurang berjalan efektif. Karena waktu 60 menit untuk mengajar bukan hal yang mudah dengan jumlah waktu satu semester 15 – 16 pertemuan dalam satu semester. Akan tetapi kekurangan hal itu bukan sesuatu hal yang akan bermasalah sekali. Nanti ketika para siswa pada kelas ujung 6 SD, 9 SMP dan 12 SMA akan diadakan kelas intensif untuk mereka. Yang bertujuan mengulang pembelajaran materi pada kelas di bawahnya untuk persiapan Ujian Nasional Paket Kesetaraan.

Pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini dari sisi tutor dilihat dari bagian waktu memang sangat kurang karena materi yang disampaikan hampir sama dengan sekolah reguler. Oleh karena itu tutor lebih sering menggunakan handout untuk mempermudah siswa. Handout itu berisi sedikit ringkasan materi beserta beberapa latihan soal untuk siswa. Hal ini akan lebih efektif dengan situasi siswa yang ada pada homeschooling Primagama.

Sebagian besar siswa homeschooling adalah anak yang kritis. Mereka sering menanyakan apakah kegunaan matematika pada kehidupan sehari-hari dalam kehidupan nanti siswa kemudian. Hal ini lebih sering diutarakan oleh siswa – siswa SMA. Dalam pembelajaran siswa – siswa ini sebetulnya membutuhkan bantuan orang lain untuk membangkitkan motivasi belajar mereka. Siswa dalam satu minggu karena hanya belajar dengan waktu 60 menit maka ketika di rumah tidak melakukan belajar ulang maka materi matematika yang diajarkan selama disekolah akan hilang dengan mudah. Seturut dengan hal in sebtulnya dirumah orang tua juga harus bisa mendukung sistem belajar siswa. Bisa siswa dibantu oleh orang tua langsung ataupun menggunakan bantuan pihak ketiga.

Pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu 60 menit ini ketika siswa merupakan siswa yang memiliki dasar suka terhadap pelajaran matematika maka tidak akan susah. Untuk membangun pengetahuan matematika mereka agaknya susah karena memang memori yang digunakan adalah memori jangka pendek. Untuk bisa menjadi memori jangka panjang maka dibutuhkan bantuan pihak selain tutor dan siswa dalam usahanya mau membangun pengetahuan matematika. Jika ini berjalan dengan lancar maka siswa akan bisa membangun pengetahuan matematika mereka dengan baik. Melihat dari kemampuan siswa – siswa yang hanya bisa dalam memori jangka pendek saja. Sering terjadi siswa-siswa yang pada ulangan hariannya mendapatkan nilai yang baik akan tetapi pada saat ulangan tengah semester, ataupun ulangan akhir semester siswa sering jatuh nilainya. Hanya sebatas pada kompeten saja, tidak bisa mendapatkan nilai yang sangat baik. Perihal ini sebetulnya juga sering terjadi pada banyak sekolah-sekolah yang memang siswanya juga kemampuan menengah saja.

(14)

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka dapat kita simpulkan beberapa hal di bawah ini :

1. Alasan siswa memilih homeschooling

Ada beberapa siswa memilih belajar homeschooling yaitu :

a. Ketidaknyaman terhadap kualitas dan pendidikan di sekolah formal.

b. Kesibukan siswa dalam kegiatan non akademik, ada yang merupakan pembalap, atau bahkan artis.

c. Mengidap penyakit yang tidak memungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran di sekolah formal.

d. Kurang mampunya siswa bersosialisasi dengan lingkungan sosial mereka.

e. Anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang tidak bisa dipenuhi di sekolah formal. 2. Sikap dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika

Siswa berdasarkan hasil wawancara dengan tutor pengajar memang secara umum belum menunjukan sikap postif terhadap pembelajaran matematika. Akan tetapi masih ada saja siswa – siswa yang memiliki sikap positif pada pembelajaran matematika. Siswa – siswa yang memiliki sifat positif pada matematika ini sebagian besar memiliki motivasi yang tinggi pada pembelajaran matematika serta memang suka dengan pembelajaran matematika. Hal tersebut berdasarkan wawancara terhadap keempat siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar matematika. Sebetulnya sikap mereka yang kurang positif itu karena memang mereka merasakan bahwa matematika tidak terlalu penting untuk kehidupan mereka mendatang sesuai bakat mereka saat ini, ataupun pekerjaan yang akan mereka geluti nantinya.

3. Keefektifan pembelajaran matematika di homeschooling

Pembelajaran matematika di homeschooling menurut siswa – siswa merasakan cukup dengan waktu yang diberikan oleh homeschooling saat ini. Secara kepuasaan dalam pembelajaran matematika mereka merasa lebih puas karena perbandingan siswa dengan tutor 1 : 1 pada kelas individu dan 1 : 6 maksimal pada kelas komunitas. Dan ini dinilai lebih efektif oleh siswa yang melaksanakan homeschooling. Sedangkan dari pihak Tutor kalau dilihat dari waktu pembelajaran maka memang kurang efektif karena memang materi belum tersampaikan dengan baik. Akan tetapi dengan waktu yang ada itu bisa dimanfaatkan paling tidak pada materi penting untuk persiapan Ujian Nasional Paket Kesetaraan.

DAFTAR PUSTAKA

(15)

Creswell, John. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di Antara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hanurawan, Fattah. 2016. Metode Penelitian Kualitatif:Untuk Ilmu Psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Peraturan Menteri. 2007 . Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 14 tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. Rahmawati,Ika., Harta,Idris., Subadi,Tjipto.,2012. LATAR BELAKANG DAN SIKAP SISWA

HOMESCHOOLING TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus pada Homeschooling Kak Seto (HSKS) Solo). Universitas Muhammadiyah Surakarta

Susilowati, Sri Adi. 2014. PERENCANAAN, PELAKSANAAN, EVALUASI, DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA PENDIDIKAN INFORMAL ( PATRIAE ACADEMY YOGYAKARTA SETINGKAT KELAS DELAPAN SMP PADA POKOK BAHASAN EKSPONENSIAL TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Undang - Undang. 2003. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Vibriyanthy, Ricca.,(2014). Fauziah,Puji Yanti. Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1

Gambar

tabel berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) pada materi logaritma, siswa yang diberi model pembelajara TPS

Proses perancangan visual tiga dimensi (3D) menggunakan software autodesk 3Ds Max 2010 dan plugin Vray 2.2 dan produk akhir dari perancangan desain booth berupa

Bab keempat: analisis terhadap data hasil penelitian yang berkaitan dengan penyaluran dana zakat pada program pemberdayaan berbasis pendampingan di Dompet Dhuafa

Tanpa mereka sadari bahwa budaya daerah merupakan faktor utama terbentuknya kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah yang mereka miliki merupakan sebuah kekayaan bangsa yang

batu brick yang berpijak diatas andang multi oring, diatas andang tersebut sudah ada batu brick 2,5 palet, pada saat itu ada forklift yang beroperasi akan menambah batu brick

Sedangkan kerusakan yang sebabkan oleh rusaknya as hanya satu kali, kebocoran silinder hidrolik yang disebabkan karena system silinder hidrolik adalah kerusakan

Membantu anda dalam menyembunyikan bagian tubuh yang anda kurang sukai dan menunjukkan fungsi kesopanan.pakaian dan tubuh juga dapa mengkomunikasikan sebuah profesionalisme anda

Perusahaan PT. Inti Sari Rasa merupakan perusahaan yang sudah lama berdiri, namun dalam perjalanannya, produk-produk yang dihasilkan belum banyak dikenal oleh masyarakat