• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seleksi Adaptasi Jenis Tanaman pada Tanah Tercemar Minyak Bumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Seleksi Adaptasi Jenis Tanaman pada Tanah Tercemar Minyak Bumi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI ADAPTASI JENIS TANAMAN

PADA TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI

YAHDIYANI SILMI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Seleksi Adaptasi Jenis Tanaman pada Tanah yang Tercemar Minyak Bumi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014 Yahdiyani Silmi NIM E44100038

________________________

(4)

ABSTRAK

YAHDIYANI SILMI. Seleksi Adaptasi Jenis Tanaman pada Tanah yang Tercemar Minyak Bumi. Dibimbing oleh YADI SETIADI.

Kegiatan operasi minyak bumi meninggalkan limbah yang berdampak pada tanah. Tanah yang tercemar minyak bumi mengandung TPH (Total Petroleum Hidrocarbon). Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah fitoremediasi, kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan kadar TPH dalam tanah. Sebelum kegiatan ini dilakukan perlu diadakan pemilihan jenis tanaman yang tepat. Tujuan penelitian ini untuk menyeleksi empat jenis tanaman (Sorghum bicolor, Pueraria javanica, Tagetes erecta dan Paspalum conjugatum) dan mengkarakterisasikan performa 4 jenis tanaman tersebut pada tanah yang mengandung TPH serta mengetahui tanaman yang paling adaptif yang akan digunakan untuk kegiatan fitoremediasi. Keempat jenis tanaman ditumbuhkan pada tanah dengan konsentrasi TPH 1.41%, 4.69%, 8.15% dan kontrol (0.43%). Parameter yang diukur berupa panjang tanaman, jumlah daun, warna daun, panjang akar, performa akar serta berat kering total. Berdasarkan hasil penelitian, keempat jenis tanaman tersebut adaptif pada tanah dengan konsentrasi TPH 1.41%, 4.69%, 8.15% dan kontrol (0.43%). Pertumbuhan mengalami penurunan pada tanah dengan konsentrasi TPH 8.15%.

Kata kunci: adaptasi tanaman, minyak bumi, performa tanaman, TPH

ABSTRACT

YAHDIYANI SILMI. Selection of Plants Species Adaptation in Petroleum Contaminated Soil. Supervised by YADI SETIADI.

Oil operation leaves the waste that impact to the ground. The soil which contaminated Petroleum contents TPH (Total Petroleum Hidrocarbon). One of the activities which can be done is phytoremediation, which purposes to reduce the level of TPH in the soil. We must choose the appropriate plants species before starting it. The goal of this study was to selection the adaptability of the forth plants species (Sorghum bicolor, Pueraria javanica, Tagetes erecta and Paspalum conjugatum) and characterize how their performance inside the soil containing TPH and know the most adaptive plant for phytoremediation activity. They were being grown in the soil with the consentrations of TPH 1.41%, 4.69%, 8.15% and the control was 0.43%. The parameters which measured were the plant lenght, the number of leaf, leaf color, root lenght, root performance and total dry weight. Based on the result of the study, they adaptived in the soil with TPH consentration 1.41%, 4.69%, 8.15% and the control was 0.43%. The growth was decreasing in the soil with the consentration 8.15%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

SELEKSI ADAPTASI JENIS TANAMAN

PADA TANAH YANG TERCEMAR MINYAK BUMI

YAHDIYANI SILMI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Seleksi Adaptasi Jenis Tanaman pada Tanah yang Tercemar Minyak Bumi

Nama : Yahdiyani Silmi

NIM : E44100038

Disetujui oleh

Dr Ir Yadi Setiadi, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Alhamdulillahirrobil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr Ir Yadi Setiadi, M.Sc selaku pembimbing yang telah membimbing, mendidik dan memberikan arahan, saran dan waktunya,

2. Bapa Muchtar Hadi Santoso, Ibu Siti Amanah, adik Irham Faza dan Yasya Nashuha, tak terlupakan keluarga besar, atas segala doa, motivasi dan kasih sayang yang diberikan,

3. Ibu Ir Fadliah Salim, M.Sc yang telah membantu ide-ide penelitian, memberikan ilmu, dana dan fasilitas penelitian dari awal hingga akhir penelitian sehingga penelitian ini dapat dilakukan,

4. Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MS sebagai ketua sidang dan Bapak Dr Ir Tutut Sunarminto, M.Si sebagai dosen penguji saran dan nasehat yang diberikan. 5. Staf Laboratorium Bioteknologi Hutan; Bu Faiq, Mba Nana, Bu Enni, Ibu

Susan, Pak Husein dan Pak Ari yang telah membantu selama kegiatan penelitian,

6. Bu Yani dan staf Departemen Silvikultur: Bu Aliyah, Pak Ismail, Mas Saepul, 7. Om Beni Wirawan yang membantu pelaksanaan awal kegiatan penelitian, 8. Dwi Wahyuni, Puspita Laksmi Maharani, Gunawan Rukmana, Novita Yanti

Sidabutar, Ludyah Annisah, Dea Dinda Handayani, Aip Heryana, Khaerlita Syahri dan keluarga Silvikultur 47,

9. Ka Fiona, Ka Peni, Mba Etty, dan Mba Nuri, 10. Tri Sintya dan keluarga Assakinah gang cangkir.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Tempat dan Waktu Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Kerja 2

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 12

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kombinasi jenis tanaman dan konsentrasi TPH 6

2 Prosentase hidup keempat jenis tanaman 7

3 Sidik ragam pertumbuhan panjang tanaman 8

4 Pengaruh konsentrasi TPH terhadap pertumbuhan panjang tanaman 8

5 Sidik ragam pertumbuhan jumlah daun 9

6 Pengaruh konsentrasi TPH terhadap pertumbuhan jumlah daun 9

7 Sidik ragam pertumbuhan panjang akar 11

8 Sidik ragam berat kering total tanaman 12

9 Pengaruh konsentrasi TPH terhadap berat kering total tanaman 12 10 Nilai ambang bermasalah pada tanah bekas tambang (Setiadi 2012) 12

DAFTAR GAMBAR

1

Biji yang mulai berkecambah pada uji viabilitas 3

2

Empat jenis biji yang digunakan dalam uji viabilitas dan uji adaptasi 4

3

Bak-bak kecambah berisi empat jenis tanaman yang ditanam pada

tanah yang tercemar minyak bumi 4

4

Panjang tanaman pada S. bicolor, P. javanica, T. erecta dan P. conjugatum selama pengamatan 7

5

Panjang akar pada S. bicolor, P. javanica, T. erecta dan P. conjugatum selama pengamatan 10

6

Berat kering S. bicolor, P. javanica, T. erecta, P. conjugatum 11

7

Kepekaan akar S. bicolor pada awal pengamatan 13

8

Akar S. bicolor pada pengamatan terakhir 13

9

Penebalan ujung akar S. bicolor pada konsentrasi TPH 4.69% dan

8.15% 13

10

Performa P. javanica pada pengamatan pertama 14

11 P

erforma akar P. javanica pada pengamatan terakhir 14

12

Performa T. erecta dan akarnya pada akhir pengamatan 15

13

Performa P. conjugatum pada akhir pengamatan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pengujian tanah 20

2 Hasil sidik ragam setiap parameter 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan operasi pertambangan minyak bumi menimbulkan pencemaran yang berdampak buruk bagi lingkungan. Jika hal ini tidak segera ditanggulangi, pencemaran menjadi tidak terkendali. Pencemaran minyak bumi berasal dari tumpahan dan ceceran minyak bumi selama kegiatan pengeboran, produksi pengilangan dan transportasi minyak bumi sehingga mengakibatkan gangguan pada keseimbangan ekosistem air, tanah maupun laut (Ditjen Migas 2004).

Salah satu kontaminan yang berasal dari minyak bumi atau lumpur minyak bumi adalah senyawa hidrokarbon. Pada konsentrasi toksik senyawa ini akan terakumulasikan pada tanah (Charlena et al. 2009). Tanah yang tercemar minyak bumi mengandung TPH (Total Petroleum Hidrocarbon). Pada tanah yang mengandung TPH tinggi (>3%), kebanyakan tanaman akan mati. Untuk menghindari hal tersebut, lahan tanam perlu dilakukan kegiatan yang disebut fitoremediasi.

Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex situ menggunakan kolam buatan atau reaktor maupun secara in situ pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto 1996). Kegiatan fitoremediasi bertujuan untuk menurunkan konsentrasi TPH tinggi (toksik) menjadi kadar tidak toksik dengan menggunakan tanaman yang bersifat fitoremedian.

Permenhut nomor 18 tahun 2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan mewajibkan perusahaan-perusahaan tambang yang mempunyai lokasi di dalam kawasan hutan untuk menghutankan kembali kawasan tersebut. Penghutanan kembali tanah yang terkontaminasi minyak bumi tidak bisa langsung ditanami spesies pohon. Penanaman pada kawasan hutan tidak dimungkinkan untuk menanam pohon secara langsung jika konsentrasi TPH >3% dapat menyebabkan kematian tanaman pada tingkat seedling, karena itu maka perlu dilakukan kegiatan fitoremediasi untuk menurunkan TPH di tanah sehingga dapat ditanami pohon kembali (Setiadi 2012). Penelitian ini dalam tahap mengidentifikasi dan mendeteksi kemampuan tanaman yang diduga adaptif dan mempunyai fungsi sebagai fitoremedian plant untuk bisa hidup pada konsentrasi TPH yang bersifat toksik.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi tentang tanaman yang dapat tumbuh pada kondisi TPH toksik sehingga dapat dijadikan fitoremedian plant dalam kegiatan fitoremediasi.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah bak kecambah (ukuran 31 cm x 3.5 cm x 23.5 cm), bak penyiram (ukuran 34 cm x 5 cm x 26.5 cm), penggaris, kamera, kalkulator, timbangan, alat tulis, label, tally sheet, laptop, software Ms. Excel 2010 dan SAS 9.1. Sedangkan, bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji empat jenis tanaman yaitu S. bicolor, P. javanica, T. erecta dan P. conjugatum, tanah terkontaminasi minyak bumi yang berasal dari sumur minyak masyarakat di Desa Macang Sakti, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang dengan tiga konsentrasi TPH (1.41%, 4.69% dan 8.15%) dan kontrol (0.43%) serta zeolit berukuran 2 mm.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu uji viabilitas biji dan pengamatan adaptasi dan performa tanaman pada tanah tercemar minyak bumi, yang masing-masing diuraikan sbb:

1. Uji viabilitas biji

Uji viabilitas biji bertujuan untuk mengetahui daya kecambah dan kualitas biji. Langkah ini juga dilakukan untuk menghitung biji-biji sehat yang dapat berkecambah agar dapat menghitung kebutuhan biji yang akan digunakan. Tahapan uji viabilitas terdiri dari persiapan zeolit, perlakuan biji, penanaman biji, pengamatan daya kecambah biji dan perhitungan prosentase daya kecambah biji. Persiapan zeolit sebagai media perkecambahan: Zeolit yang sudah dicuci bersih ditempatkan pada bak kecambah dengan ketebalan 3 cm. Terdapat 4 bak kecambah berisi zeolit untuk masing-masing jenis tanaman.

(13)

3 Penanaman biji: Menanam biji-biji yang akan di kecambahkan pada bak-bak kecambah. Biji S. bicolor dan P. javanica dibenamkan sehingga 2/3 bagian biji tertanam di zeolit, pada biji Tagetes erecta bagian biji yang berwarna hitam dibenamkan ke dalam zeolit, untuk biji P. conjugatum disebar pada permukaan zeolit. Satu bak kecambah untuk satu jenis tanaman yang berjumlah 100 biji.

Gambar 1 Biji yang mulai berkecambah pada uji viabilitas

Pengamatan daya kecambah biji: Pengamatan perkecambahan setiap jenis biji dilakukan dengan menghitung jumlah biji yang tumbuh setiap hari. Kegiatan ini dilakukan hingga grafik perkecambahan banyaknya biji per hari menunjukkan jumlah yang konstan.

Perhitungan prosentase daya kecambah biji: Setelah dilakukan pengamatan jumlah kecambah yang telah tumbuh per hari kemudian menghitung (%) biji hidup, biji normal, biji abnormal (berupa biji yang berjamur serta biji yang berbeda performanya dari biji lainnya yang sehat) dan biji mati setiap jenis tanaman dengan perhitungan sbb:

% biji normal = (Jumlah biji normal) x100% Jumlah seluruh biji ditanam

% biji abnormal= (Jumlah biji abnormal) x100% Jumlah seluruh biji ditanam

% biji hidup = (Jumlah biji hidup) x100% Jumlah seluruh biji ditanam

% biji mati = (Jumlah biji mati) x100% Jumlah seluruh biji ditanam

2. Pengamatan adaptasi dan performa tanaman.

Prosedur ini terdiri dari tahap persiapan media, perlakuan biji, penanaman pada bak kecambah, pemeliharaan dan pengukuran parameter penelitian.

Persiapan media: Keempat macam tanah masing-masing dengan konsentrasi TPH 1.41%, 4.69%, 8.15% dan kontrol (0.43%) yang sudah diayak, ditempatkan pada bak-bak kecambah. Pada permukaan atas tanah dilapisi zeolit yang sudah dicuci bersih dengan ketebalan 2 cm.

(14)

4

erecta dan P. conjugatum tidak dilakukan pematahan dormansi, biji langsung ditanam.

Gambar 2 Empat jenis biji tanaman yang digunakan dalam uji viabilitas dan uji adaptasi

Penanaman biji pada bak kecambah: Penanaman biji dilakukan pada bak kecambah yang berisi media zeolit dan tanah dengan konsentrasi TPH yang berbeda-beda. Biji S. bicolor dan P. javanica dibenamkan sehingga 2/3 bagian biji tertanam di zeolit, pada biji T. erecta bagian biji yang berwarna hitam dibenamkan pada permukaan zeolit, biji P. conjugatum disebar pada permukaan zeolit. Banyaknya biji setiap bak kecambah berbeda sesuai dengan hasil uji viabilitas biji (S. bicolor = 100 biji, P. javanica = 200 biji, T. erecta = 100 biji dan P. conjugatum = 800 biji)

Pemeliharaan: Pemeliharaan berupa penyiraman pada setiap bak kecambah dengan menuangkan air pada bak penyiram yang ditumpuk di bawah bak kecambah. Indikator waktu penyiraman dilakukan jika lapisan zeolit sudah berwarna putih. Media tanam dijaga agar tetap lembab dan tidak jenuh air. Pemeliharaan lain berupa pemberantasan hama dan gulma dilakukan secara fisik.

(15)

5 Pengukuran parameter penelitian: paramenter yang diukur meliputi prosentase daya hidup (%), panjang tanaman (cm), jumlah daun, panjang akar (cm) dan performa akar dan berat kering (gram).

Prosentase daya hidup didapatkan dari prosentase kecambah yang hidup per seluruh biji yang dikecambahkan dengan perhitungan sbb:

(%) daya hidup = (Jumlah biji hidup) x100% Jumlah seluruh biji ditanam

Pengukuran panjang tanaman, jumlah daun, warna daun dan panjang akar dilakukan bersamaan dengan mengambil 3 tanaman disetiap bak. Ketiga parameter diukur ketika akar sudah menembus tanah (1 minggu setelah tanam). Pengamatan dilakukan selama 4 kali (1 bulan).

Pengukuran panjang tanaman sebagai parameter pertumbuhan dilakukan setiap minggu, setelah biji mulai berkecambah. Pengukuran dilakukan dari pangkal batang (titik munculnya akar) hingga ujung daun tertinggi. Perhitungan jumlah daun yang tumbuh, dilakukan setiap minggu. Warna daun diamati sebagai respon toksik, diamati setiap minggu dengan membandingkan Bagan Warna Daun (BWD). Pengukuran panjang akar menggunakan penggaris, diukur mulai pangkal batang sampai ujung akar, dimulai pengukuran ketika akar sudah menembus lapisan tanah. Pengamatan performa akar dilakukan untuk mengetahui respon toksik TPH pada akar.

Pengukuran Berat kering (BK) dilakukan pada saat pemanenan diambil 20 tanaman setiap bak yang mewakili dari setiap ukuran tanaman pada bak kecambah. Sampel setiap jenis tanaman dari setiap bak kecambah dipisahkan akar dan pucuknya, akar dicuci bersih sehingga tidak ada tanah yang tertinggal pada akar. Setelah itu, sampel di oven dengan suhu 105°c selama 24 jam kemudian ditimbang beratnya. Berat Kering Total (BKT) merupakan penjumlahan berat kering akar dan berat kering pucuk.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan model linear sebagai berikut:

Yij : μ + αi + εij

εij = Galat percobaan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SAS 9.1, jika:

a. P-value > α (0.05) jenis tanaman dan konsentrasi TPH tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter panjang tanaman, panjang akar, jumlah daun dan berat kering.

(16)

6

berat kering. Jika terdapat perbedaan nyata dilakukan uji lanjut Duncan`s Multiple Range Test.

Hasil SAS menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan agar mudah menguji tingkat variasi jenis tanaman dan konsentrasi TPH. Uji lanjutan digunakan untuk membandingkan jenis tanaman mana yang paling baik. Tabel 1 menunjukkan kombinasi jenis tanaman dan konsentrasi TPH.

Tabel 1 Kombinasi jenis tanaman dan konsentrasi TPH

Jenis Tanaman Ulangan

Berdasarkan uji viabilitas biji, hasil yang diperoleh untuk prosentase hidup biji S. bicolor adalah 80%, P. javanica adalah 76%, T. erecta adalah 60% dan P. conjugatum adalah 56%. Semua biji hidup tumbuh normal. Sisa biji tidak tumbuh dikarenakan biji keras (S. bicolor dan P. javanica) dan biji kosong (T. erecta dan P. conjugatum).

(17)

7 menunjukkan bahwa konsentrasi TPH tidak berpengaruh pada prosentase hidup tanaman.

Tabel 2 Prosentase (%) hidup keempat jenis tanaman

Jenis tanaman Prosentase hidup (%) pada konsentrasi TPH (%)

kontrol 1.41 4.69 8.15

Pengaruh konsentrasi TPH terhadap pertumbuhan panjang tanaman keempat jenis tanaman terlihat pada Gambar 4. Setiap minggunya, pada keempat jenis tanaman mengalami peningkatan panjang tanaman.

Konsentrasi TPH (%)

Gambar 4 Panjang tanaman pada S. bicolor, P. javanica, T. erecta dan P. conjugatum selama pengamatan

Panjang tanaman tanaman S. bicolor dan T. erecta pada konsentrasi TPH 1.41% lebih tinggi daripada kontrol dengan pertumbuhan 4.85% (S. bicolor) dan 25.58% (T. erecta) melebihi kontrol serta tertinggi dibandingkan dengan dua konsentrasi TPH lainnya. Pada konsentrasi TPH 4.69% terjadi penurunan panjang tanaman pada kedua jenis ini sebesar 7.91% (S. bicolor) dan 51.16% (T.erecta) dibanding kontrol. Pola pertumbuhan panjang tanaman pada S. bicolor memiliki pola pertumbuhan yang sama pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4, dimana panjang tanaman S. bicolor mengalami penurunan panjang tanaman sejalan dengan meningkatnya konsentrasi TPH pada tanah. Perbedaan yang cukup besar terjadi penurunan panjang tanaman pada S. bicolor dengan konsentrasi TPH 4.69% pada minggu ke-2 yaitu sebesar 20.1% dibanding kontrol. Penurunan panjang tanaman seiring dengan kenaikan konsentrasi TPH dalam tanah juga terjadi pada T. erecta.

S. bicolor P. javanica T. erecta P. conjugatum

(18)

8

Hal berbeda terjadi pada P. javanica dan P. conjugatum, pada akhir pengamatan panjang tanaman pada ketiga konsentrasi TPH untuk kedua jenis ini tertinggi pada konsentrasi TPH 4.69% dengan pertumbuhan 7.75% (P. javanica) dan 6.12% (P. conjugatum) melebihi kontrol. P. javanica mengalami kenaikan cukup besar di minggu terakhir pengamatan yaitu 6.8% pada konsentrasi TPH 4.69%. Pola pertumbuhan panjang tanaman pada minggu ke-4 untuk jenis ini menunjukkan pola yang berbeda, dimana pada tiga minggu sebelumnya terjadi penurunan panjang tanaman P. javanica seiring dengan kenaikan konsentrasi TPH pada tanah. Hal sama terjadi pada P. conjugatum, terjadi kenaikan sebesar 20% dibandingkan kontrol di minggu kedua pada konsentrasi TPH 4.69%. Pola pertumbuhan panjang tanaman P. conjugatum pada konsentrasi TPH 4.69% mulai terbentuk pada minggu ke-3 dan ke-4 dimana pada konsentrasi ini diperoleh nilai panjang tanaman paling besar. Namun pada konsentrasi TPH 1.41% terjadi penurunan panjang tanaman sebesar 2.33% (P. javanica) dan 4.08% (P. conjugatum).

Konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69% memberikan pertumbuhan panjang tanaman yang baik pada keempat jenis tanaman. Walaupun terjadi penurunan, penurunan tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan panjang tanaman pada konsentrasi TPH 8.15%. Pada konsentrasi TPH 8.15%, pertumbuhan keempat jenis tanaman mengalami penurunan sebesar 21.17% (S. bicolor), 24.60% (P. javanica), 75.93% (T. erecta) dan 38.30% (P. conjugatum).

Berdasarkan hasil uji sidik ragam pada Tabel 3, konsentrasi TPH berpengaruh nyata pada pertumbuhan panjang tanaman jenis P. javanica, T. erecta dan P. conjugatum. Namun tidak untuk jenis S. bicolor.

Tabel 3 Sidik ragam pertumbuhan panjang tanaman Jenis Tanaman Pertumbuhan panjang tanaman

S. bicolor 0.1176 tn P. javanica 0.0090** T. erecta 0.0002** P. conjugatum 0.0007**

Keterangan: Angka yang diikuti * menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 %, tn menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Tabel 4 Pengaruh konsentrasi TPH terhadap pertumbuhan panjang tanaman Konsentrasi TPH (%) Konsentrasi TPH (%)

Kontrol 1.41 4.69 8.15 P. javanica 13.0000a 12.5000a 13.9667a 9.4333b T. erecta 4.2667a 5.4333a 2.0667b 1.3333b P. conjugatum 4.9333a 4.7000a 5.2333a 2.8333b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %.

(19)

9 pertumbuhan tertinggi pada pada konsentrasi TPH 4.69% dan melebihi kontrol serta konsentrasi TPH 1.41%. pada kedua jenis ini pertumbuhan pada kontrol, konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69% berbeda nyata dengan konsentrasi TPH 8.15%. berbeda dengan jenis T. erecta yang nilai pertumbuhan panjang tanaman semakin kecil dengan meningkatnya konsentrasi TPH. Pada konsentrasi TPH 1.41% pertumbuhan panjang tanaman tertinggi dan melebihi kontrol serta berbeda nyata dengan kedua tingkat konsentrasi lainnya.

Daun

Respon toksik dikarenakan konsentrasi TPH dalam tanah tidak ditunjukkan pada warna daun keempat jenis tanaman. Warna daun untuk jenis kempat tanaman yang ditanam pada tanah dengan konsentrasi TPH 1.41%, 4.69% dan 8.15% tidak menunjukkan warna yang berbeda dibandingkan kontrol. Begitu pula dengan jumlah daun, untuk jenis S. bicolor, P. javanica dan P. conjugatum tidak terdapat perbedaan jelas dengan jumlah daun. Namun pada T. erecta cukup terlihat perbedaan jumlah daun pada akhir pengamatan dimana jumlah daun semakin sedikit seiring meningkatnya konsentrasi TPH tanah. Tabel 5 menunjukkan hasil sidik ragam parameter jumlah daun pada keempat jenis tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan konsentrasi TPH belum berpengaruh pada pertumbuhan daun jenis S. bicolor, P. javanica dan P. conjugatum.

Tabel 5 Sidik ragam pertumbuhan jumlah daun Jenis Tanaman Pertumbuhan jumlah daun S. bicolor 0.0519tn

P. javanica 0.8018tn T. erecta 0.0002** P. conjugatum 0.4872tn

Keterangan: Angka yang diikuti * menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 %, tn menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Konsentrasi TPH berpengaruh pada pertumbuhan jumlah daun T. erecta dimana terjadi penurunan jumlah daun dengan semakin tingginya konsetrasi TPH ditanah. Tabel 6 menunjukkan pertumbuhan jumlah daun pada kontrol dan konsentrasi TPH 1.41% berbeda nyata dibandingkan pertumbuhan jumlah daun pada konsentrasi TPH 4.69% dan 8.15%.

Tabel 6 Pengaruh konsentrasi TPH terhadap pertumbuhan jumlah daun Konsentrasi TPH (%) Konsentrasi TPH (%)

Kontrol 1.41 4.69 8.15 T. erecta 6.0000a 6.0000a 4.0000b 2.0000b

(20)

10

Panjang Akar

Konsentrasi TPH dalam tanah memberikan pengaruh berbeda pada panjang akar keempat jenis tanaman. Semakin tinggi konsentrasi TPH panjang akar S. bicolor dan T. erecta semakin pendek. Panjang akar ketiga konsentrasi TPH untuk kedua jenis ini terpanjang pada konsentrasi TPH 1.41% dengan pertumbuhan 6.38% (S. bicolor) dan 5.08% (T. erecta) melebihi kontrol. Pertumbuhan panjang akar keempat jenis tanaman ditunjukkan pada Gambar 5.

Konsentrasi TPH (%)

Gambar 5 Panjang akar pada S. bicolor, P. javanica, T. erecta dan P. conjugatum selama pengamatan

Panjang akar P. javanica memiliki pola yang menarik dimana terdapat 2 pola pertumbuhan yang berbeda. Pada minggu ke-1 dan ke-2 panjang akar pada konsentrasi TPH 4.69% lebih panjang daripada panjang akar pada konsentrasi TPH 1.41% dan kontrol. Pada minggu ke-3 dan ke-4, panjang akar pada konsentrasi 4.69% melebihi panjang akar pada konsentrasi TPH 1.41%, tetapi keduanya lebih pendek daripada kontrol. Pertumbuhan panjang akar pada jenis ini untuk ketiga konsentrasi TPH tidak ada yang melebihi kontrol. Terjadi penurunan sebesar 32.11% (konsentrasi TPH 1.41%), 22.02% (konsentrasi TPH 4.69%) dan 46.79% (konsentrasi TPH 8.15%) dibanding kontrol. Penurunan yang paling kecil terjadi pada konsentrasi TPH 4.69%.

P. conjugatum memiliki pola pertumbuhan akar yang lebih variatif. Pada minggu pertama ketiga konsentarsi TPH memiliki panjang akar yang melebihi kontrol. P. conjugatum pada konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69% memiliki panjang akar yang melebihi kontrol pada minggu ke-1, ke-3 dan ke-4, panjang akar pada konsentrasi TPH 4.69% terpanjang dibanding yang lain dengan pertumbuhan 14.29% melebihi kontrol. Penurunan besar terjadi pada minggu ke-2 pada konsentrasi TPH 1.41% sebesar 23% dibanding kontrol (Gambar 5).

Tabel 7 menunjukkan pertumbuhan panjang akar paling rendah terjadi pada keempat jenis tanaman pada konsentrasi TPH 8.15%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi TPH belum berpengaruh nyata pada pertumbuhan panjang akar keempat jenis tanaman.

0

S. bicolor P. javanica T. erecta P. conjugatum

(21)

11 Tabel 7 Sidik ragam pertumbuhan panjang akar

Jenis Tanaman Pertumbuhan panjang tanaman S. bicolor 0.2136tn

P. javanica 0.0673tn T. erecta 0.8156tn P. conjugatum 0.8289tn

Keterangan: Angka yang diikuti * menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 %, tn menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Berat Kering

Berat kering tanaman ditunjukkan pada Gambar 6. S. bicolor, P. javanica dan P. conjugatum memiliki berat kering tertinggi pada konsentrasi TPH 4.69%, dimana prosentase peningkatannya dibanding kontrol sebesar 29.26% (S. bicolor), 21.20% (P. javanica) dan 36.36% (P. conjugatum). Berat kering pada konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69% melebihi kontrol. Berbeda dengan jenis T. erecta bahwa berat kering tertinggi dimiliki konsentrasi TPH 1.41% yaitu sebesar 29.62% melebihi kontrol. Pada keempat jenis tanaman, berat kering terkecil dimiliki konsentrasi 8.15% dengan prosentase penurunan dibandingkan kontrol sebesar 4.10% (S. bicolor), 0.82% (P. javanica), 58.33% (T. erecta) dan 45.45% (P. conjugatum).

Konsentrasi TPH (%)

Gambar 6 Berat kering S. bicolor, P. javanica, T. erecta, P. conjugatum Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 8), konsentrasi TPH hanya berpengaruh pada jenis T. erecta. Pada jenis ini semakin meningkat nilai konsentrasi TPH, berat kering semakin berkurang. Pada konsentrasi TPH 1.41% memiliki berat kering terbesar dan melebihi kontrol (Tabel 9).

(22)

12

Tabel 8 Sidik ragam berat kering total Jenis Tanaman Pertumbuhan jumlah daun S. bicolor 0.2776tn

P. javanica 0.7368tn T. erecta 0.0026** P. conjugatum 0.1479tn

Keterangan: Angka yang diikuti * menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 %, tn menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Tabel 9 Pengaruh konsentrasi TPH terhadap berat kering total Konsentrasi TPH (%) Konsentrasi TPH (%)

Kontrol 1.41 4.69 8.15 T. erecta 0.2533a 0.3300a 0.1567b 0.1067b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %.

Pembahasan

Minyak bumi maupun limbahnya merupakan campuran kompleks senyawa organik yang terdiri atas senyawa hidrokarbon dan non hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon merupakan komponen yang terbesar dari minyak bumi (lebih dari 90%) (Charlena 2006). Tanah yang tercemar minyak bumi mengandung TPH (Total Petroleum Hidrocarbons). Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 128 tahun 2003 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi secara biologis, kandungan minyak dalam tanah dinyatakan dengan nilai persen (%) TPH.

Hasil pengujian tanah (Lampiran 1) menunjukan bahwa keempat macam tanah memiliki kandungan TPH 1.41%, 4.69%, 8.15%, dan kontrol (0.43%). Beberapa parameter pengujian menunjukkan nilai yang sesuai dengan nilai ambang batas kriteria bermasalah pada tanah bekas tambang. Setiadi (2012) memberikan nilai ambang bermasalah tanah pada lahan bekas tambang, dinyatakan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Nilai ambang bermasalah pada tanah bekas tambang(Setiadi 2012) Parameter tanah Ambang bermasalah

Sebaran butir (tekstur 3 fraksi) Pasir>80% ; Debu dan liat >60%

(23)

13 Berdasarkan nilai pada tabel 10 nilai KTK pada keempat jenis tanah termasuk toksik. Begitu pula nilai kejenuhan basa serta prosentase fraksi debu dan liat pada tanah dengan TPH 4.69% dan 8.15% juga termasuk toksik.

Menurut Setiadi (2012), tanaman keracunan hidrokarbon minyak bumi memberikan respon toksik berupa akar yang keras bahkan kematian tanaman. Ada tidaknya pengaruh TPH pada tanah diperoleh dari data pengamatan panjang tanaman, daun, akar dan berat kering pada keempat jenis tanaman. Toksik TPH berpengaruh pada keempat jenis tanaman ini.

S. bicolor merupakan tanaman yang tahan terhadap kondisi tanah yang kritis. Fase vegetatif jenis sorghum relatif tahan terhadap kondisi lingkungan yang kekurangan (Eastin et al. 1984). Pada awal pengamatan terlihat beberapa jenis tanaman ini menunjukkan respon kepekaan terhadap TPH dengan memanjangnya akar ke permukaan. Jumlah tanaman dengan performa ini paling banyak terdapat pada tanah dengan konsentrasi TPH 8.15%, performa lain pada konsentrasi ini jumlah bulu akar berkurang (Gambar 7). Pada akhir pengamatan, S. bicolor menunjukkan respon adaptasi toksik pada TPH 4.69% dan 8.15% dimana terjadi penebalan pada ujung akar (Gambar 8 dan 9). Performa ini terlihat pada awal pengamatan hingga akhir pengamatan.

Hasil uji statistik menunjukkan konsentrasi TPH belum berpengaruh pada parameter panjang tanaman, panjang akar, jumlah daun dan berat kering S. bicolor. Hal ini menunjukkan bahwa S. bicolor hingga akhir pengamatan adaptif diantara ketiga jenis lainnya.

Gambar 7 Kepekaan akar S. bicolor pada awal pengamatan

Gambar 8 Akar S. bicolor pada pengamatan terakhir

(24)

14

S. bicolor bersama tanaman pertanian lainnya seperti jagung, dan alfafa efektif mengangkat logam berat dan kontaminan di tanah lainnya karena kemampuannya dalam menjerap dan mengekstraksi kontaminan. Hal ini didukung lagi dengan laju pertumbuhan yang cepat dan biomassa yang besar (Siregar dan Siregar 2010). Feitriani (2012) membuktikan bahwa S. bicolor mampu tumbuh pada tanah tercemar minyak bumi.

Parameter panjang tanaman, akar, serta berat kering P. javanica menunjukkan jenis tanaman ini mampu baik tumbuh pada tanah dengan konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69%, melebihi kontrol bahkan pertumbuhan pada konsentrasi TPH 4.69% paling baik dengan nilai parameter daun tertinggi dibanding ketiga jenis lainnya. P. javanica termasuk dalam famili leguminoseae yang mempunyai akar tunggang. Akar ini mempunyai cabang-cabang lurus. Cabang akar berfungsi untuk menyerap nutrisi tanah. Jenis ini memiliki akar yang menjalar dimana pada masing-masing cabang yang buku-bukunya menyentuh tanah akan tumbuh akar liar (adventitious root). Dengan demikian daerah penyerapan hara akan lebih luas karena fungsi akar ini menyerap nutrisi tanah (AAK 1990). Pada Gambar 10 dan 11 terlihat akar P. javanica pada konsentrasi TPH 8.15%, dimana pada akar primer (akar tunggang) terjadi penebalan ujung akar. Pada akhir pengamatan performa P. javanica pada konsentrasi TPH kontrol, 1.41% dan 4.69% tidak menunjukkan perbedaan.

Gambar 10 Performa P. javanica pada pengamatan pertama

Gambar 11 Performa akar P. javanica pada pengamatan terakhir

(25)

15 menyebabkan akar T. erecta tumbuh lebih cepat daripada pucuknya. Pada konsentrasi 8.15% jenis ini menunjukkan respon toksik berupa adanya penghitaman (karat) pada ujung akar. Konsentrasi TPH berpengaruh pada pertumbuhan panjang tanaman, jumlah daun, dan berat kering tanaman jenis ini.

Gambar 12 Performa T. erecta dan akarnya pada akhir pengamatan

P. conjugatum merupakan jenis rerumputan. Akar rerumputan membentuk akar serabut yang tumbuh dari pangkal batang pokok, akar jenis rerumputan tidak membentuk akar pokok. Bentuk akar ramping, pendek, tidak bercabang banyak serta dapat tumbuh cukup dalam di dalam tanah (Hasan 2012). Hal ini terbukti dengan adaptifnya jenis P. conjugatum. Perbandingan performa akar pada konsentrasi 1.41%, 4.69% dan 8.15% terhadap kontrol jenis ini tidak menunjukkan respon toksik. Performa akar tidak jauh berbeda dengan kontrol. Jenis ini mampu tumbuh baik pada tiga konsentrasi TPH (Gambar 13). Namun, pada konsentrasi TPH 8.15% jenis ini mengalami penurunan pertumbuhan . Hal ini menunjukkan jenis ini mampu tumbuh optimal pada konsentrasi TPH 4.69%. Dimana pada level TPH 4.69%, jenis ini juga tumbuh paling optimal dibandingkan pada kontrol dan konsentrasi TPH 1.41% berdasarkan parameter panjang tanaman, akar dan berat kering tanaman.

(26)

16

Gambar 13 Performa P. conjugatum pada akhir pengamatan

Kegiatan operasi minyak bumi menyebabkan ceceran hidrokarbon di tanah. Hidrokarbon mengandung senyawa beracun seperti fenol, hidrogen sulfida dan logam berat (Sudrajat 1996 dalam Prastikasari 2000). Hidrokarbon memiliki berat molekul rendah yang umumnya bersifat volatil. Swannell (1996) dalam Prastikasari (2000), crude oil ringan yang mengandung komponen naftalena dan alkana dengan berat molekul rendah bersifat toksik terhadap mikroba pendegradasi minyak.

Hidrokarbon minyak bumi merupakan senyawa organik. Senyawa organik yang mempunyai sifat hidrophobik akan mempengaruhi penyerapan dan translokasi senyawa tersebut. Senyawa organik dengan tingkat sedang paling mudah diserap tanaman. Senyawa hidrophobik juga bisa terikat di permukaan akar atau diuraikan dalam akar, tapi tidak bisa ditranslokasikan dalam tumbuhan (Schnoor et al. 1995; Cunningham et al. 1997 dalam Siregar dan Siregar 2010). Adanya kontaminasi senyawa organik atau senyawa kimia lainnya yang sukar diuraikan dan bersifat toksik pada tanah akan menjadi pengganggu bagi pertumbuhan tanaman dan organisme lainnya (Alexander 1999). Tan (1991) menyatakan bahwa didalam penjerapan tanah, molekul organik akan menggantikan air yang terjerap oleh liat. Akar tanaman seharusnya menyerap air dan hara, tetapi adanya minyak dalam tanah akar tanaman akan menyerap minyak. Eksudasi berupa akar mengekskresi sejumlah substansi organik berupa asam organik (Handayanto, Hairiah 2007). Asam ini diserap oleh akar sehingga mempengaruhi respon akar dalam penyerapan hara dalam tanah. Penebalan serta terdapatnya karat pada akar dimungkinkan merupakan bentuk adaptasi tanaman terhadap TPH.

(27)

17 pada TPH 8.15%. T. erecta menunjukkan respon toksik pada performa akar konsentrasi TPH 8.15% serta menurunnya pertumbuhan daun pada konsentrasi TPH 4.69% dan 8.15%. Berbeda dengan ketiga jenis tanaman, tidak terdapat perbedaan pada performa akar P. conjugatum, jenis ini paling baik diantara keempatnya.

Banyaknya percabangan akar lateral yang dimiliki menyebabkan kemampuan dalam mengikat air dan hara lebih tinggi (Priambodo 2002). Terlihat bahwa pada konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69% memiliki percabangan akar lateral yang lebih banyak dibandingkan pada konsentrasi TPH 8.15%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akar menembus tanah dengan konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69% masih bisa ditolerir untuk penyerapan air dan unsur hara.

Dari keempat jenis tanaman yang diteliti, S. bicolor dan P. conjugatum merupakan jenis rumput-rumputan yang memiliki perakaran serabut. Jenis tanaman yang memiliki perakaran serabut, menurut Siregar dan Siregar (2010), sistem perakaran serabut, yang terdiri dari banyak akar halus menyebar ke seluruh tanah akan memberikan kontak maksimum dengan tanah karena luasnya permukaan akar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perakaran serabut adaptif pada tanah yang mengandung TPH seperti ditunjukkan performa akar S. bicolor yang lebih baik dari P. javanica dan T. erecta yang mempunyai sistem perakaran tunggang. Jenis rerumputan memiliki perakaran banyak sehingga mampu menjangkau tanah lebih dalam daripada jenis perakaran tunggang. Penelitian-penelitian yang menggunakan jenis rerumputan sebagai hiperakumulator logam terbukti efektif, karena jenis rerumputan toleran terhadap keadaan tanah yang miskin hara karena terdapat kontaminan (Syarif et al. 2009).

Panjang akar pada keempat jenis tanaman efektif dan melebihi kontrol pada konsentrasi TPH 1.41% dan 4.69%. kedalaman akar (panjang akar) menunjukkan tingkat efektifitas tanaman menjerap hara dan kontaminan berupa hidrokarbon. Menurut Siregar dan Siregar 2010, kedalaman akar merupakan satu faktor dalam pemilihan tanaman untuk kegiatan fitoremediasi, dimana kedalaman akar ini menunjukkan seberapa besar kemampuan akar mengekstraksi kontaminan dan menangkapnya. Schwab (1998) dalam Siregar dan Siregar (2010), adanya tanaman mempengaruhi konsentrasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi. Pertumbuhan tanaman bervariasi menurut spesiesnya. Keberadaan spesies-spesies ini menurunkan kadar TPH dalam tanah.

Pertumbuhan akar yang baik diperlukan untuk pertumbuhan pucuk yang baik pula. Apabila akar mengalami gangguan, pertumbuhan pucuk juga mengalami gangguan. Akar dianggap sumber utama pertumbuhan, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan (Gardner, Pearce 2008). Keempat jenis tanaman tidak menunjukkan respon toksik pada bagian pucuk. Hal ini dimungkinkan waktu penelitian yang pendek, sehingga respon toksik belum ditemukan pada bagian pucuk (daun).

(28)

18

kontrol. Berbeda dengan T. erecta yang sama seperti parameter pertumbuhan lainnya, dimana nilai BKT tertinggi dimiliki konsentrasi TPH 1.41%, melebihi kontrol. Namun tidak pada konsentrasi 4.69% dan 8.15% yang nilainya masih dibawah kontrol.

Keempat jenis tanaman adaptif hingga akhir pengamatan. Setiadi (2014) mengemukakan kriteria tanaman fitoremedian, yaitu adaptif, berumur pendek, memiliki biomassa tinggi dan mampu meng-absorb dan mengubah kontaminan dalam tanah menjadi tidak toksik. Dari keempat kriteria tersebut, tiga kriteria diantaranya yaitu adaptif, berumur pendek dan memiliki biomassa tinggi sudah terpenuhi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hingga akhir pengamatan (selama 4 minggu) S. bicolor, P. javanica, T. erecta dan P. conjugatum adaptif pada tanah dengan konsentrasi TPH 1.41%, 4.69%, 8.15% dan kontrol (0.43%). Pertumbuhan S. bicolor dan T. erecta optimal pada konsentrasi TPH 1.41%, pertumbuhan kedua jenis ini menurun seiring meningkatnya konsentrasi TPH dalam tanah. Pertumbuhan P. javanica dan P. conjugatum paling optimal pada konsentrasi TPH 4.69%. Performa yang ditunjukkan keempat jenis tanaman berbeda, performa ini menunjukkan respon adaptif. S. bicolor dan P. javanica terjadi penebalan akar pada konsentrasi TPH 4.69% dan 8.15%. Akar T. erecta menunjukkan respon akar yang berbeda pada konsentrasi TPH 8.15%. Performa akar P. conjugatum tidak terjadi perbedaan pada semua konsentrasi TPH dalam tanah. Keempat jenis ini dapat dijadikan rekomendasi fitoremedian plant yang akan digunakan pada kegiatan fitoremediasi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, konsentrasi TPH belum berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter pertumbuhan keempat jenis tanaman. Perlu dilakukan penelitian yang sama dengan memperpanjang waktu pengamatannya. Jenis monokotil rerumputan (S. bicolor dan P. conjugatum) memiliki potensi pertumbuhan yang lebih baik dibanding jenis dikotil (P. javanica dan T. erecta) sehingga perlu dilakukan penelitian sejenis untuk menggali jenis rerumputan lainnya yang adaptif pada tanah yang tercemar minyak bumi.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1980. Kacang Tanah. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius

Alexander M. 1999. Biodegradation and Bioremediation Ed ke-2. California: academic Pr.

(29)

19 Bogor.

Charlena, Haris A, Karwati. 2009. Degradasi Hidrokarbon pada tanah tercemar minyak bumi dengan isolat A10 dan D8. Biosains: 125-136.

[Direktorat Jenderal Minyak dan Gas]. 2004. Keselamatan kerja dan lingkungan [internet]. [diunduh 2014 Feb 25]. Tersedia pada http://www.migas.esdm.go.id. Eastin JD, Sillivan CY, Bennett JM, Dhopte AM, Gerik TJ, Gonzalez VA, Lee KW, Oguniela V, Rice JR. 1984. Sorghum sensitivities to environmental stresses. ICRISAT, editor. Sorghum Root and Stalk Rots, a Critical Review: Proceedings of the Consultative Group Discussion on Research Needs and Strategies for Control of Sorghum Root and Stalk Rot Diseases; 1983 Nov-Des 27-2; Brllagio, Italy. Bellagio (IT). India ICRISAT. hlm 131-143.

Feitriani W. 2012. Pengaruh Acinetobacter sp. dan Azotobacter spp. terhadap proses fitoremediasi limbah minyak bumi pada tanaman sorghum (Sorghum bicolor) [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.

Gardner FP, Pearce RB. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susili H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Handayanto, Hairiah. 2007. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Yogyakarta (ID): Pustaka Adipura.

Hasan S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. [Kemehut] Kementrian Kehutanan. 2011. Peraturan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Jakarta (ID): Kemenhut.

[KemenLH]. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi Secara Biologis. Jakarta (ID): KemenLH.

Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): PT. Penerbit IPB Press.

Prastikasari R. 2000. Pengaruh hidrokarbon sebagai sumber karbon terhadap pertumbuhan, produksi rhamnolipida serta aktivitas degradasi hidrokarbon oleh Pseudomonas aeruginosa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priambodo S. 2002. Fitoremediasi logam berat menggunakan kultur akar rambut

Solanum nigrum L [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiadi Y. 2012. Pembenahan lahan pasca tambang. Post Mining Restoration Technical Note. Tidak diterbitkan.

Siregar UJ, Siregar CA. 2010. Fitoremediasi: Prinsip dan Prakteknya dalam Restorasi Lahan Pasca Tambang di Indonesia. Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP.

Subroto MA. 1996. Fitoremediasi. Didalam Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan. Bogor (ID): LIPI. hal 52-69.

Syarif F, et al. 2009. Jenis Rumput-rumputan Berpotensi Akumulator. Di dalam Tumbuhan Akumulator untuk Fitoremediasi Lingkungan Tercemar Merkuri dan Sianida Penambangan Emas. Bogor (ID): LIPI Press.

(30)

20

Lampiran 1 Hasil pengujian tanah* No Parameter

pengujian Satuan

Macam Tanah

Kontrol Pengumpul 1 Pengumpul 2 Crude oil 1 pH

H20 (1:1) 4.3 5.1 4.5 4.7

CaCl2 (1:1) 3.8 3.9 3.6 3.7

2 C organik % 0.53 3.45 2.33 1.30

3 N total % 0.03 0.15 0.08 0.06

4 Rasio C/N 17.7 23.0 29.1 21.7

5 P2O5 tersedia ppm 3.6 2.8 4.9 3.3

Kation-kation dapat ditukar

6 Ca cmol/kg 0.39 0.20 0.27 0.56

7 Mg cmol/kg 0.14 0.05 0.05 0.08

8 K cmol/kg 0.03 0.03 0.03 0.05

9 Na cmol/kg 0.4 0.24 0.25 0.25

10 Total cmol/kg 0.96 0.52 0.60 0.94

11 KTK cmol/kg 3.22 6.11 7.73 4.38

12 KB % 29.81 8.51 7.76 21.46

Al-Hdd

13 Al3+ me/100g 0.36 0.04 2.50 0.82

14 H+ me/100g 0.03 0.06 0.02 0.03

Sebaran butir (Tekstur 3 Fraksi)

15 Pasir % 49.1 9.0 30.2 59.2

16 Debu % 20.3 26.0 14.6 12.6

17 Liat % 30.6 65.0 55.2 28.2

18 TPH % 0.43 8.15 4.69 1.41

*

Hasil berdasarkan pengujian di Laboraorium SEAMEO BIOTROP Contoh uji dihitung terhadap contoh kering 105°c

(31)

21 Lampiran 2 Hasil sidik ragam setiap parameter

Hasil sidik ragam pertumbuhan panjang tanaman S. bicolor

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 131.8866667 43.9622222 2.68 0.1176

Galat 8 131.1333333 16.3916667

Total 11 263.0200000

P. javanica

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 34.50916667 11.50305556 7.88 0.0090

Galat 8 11.67333333 1.45916667

Total 11 46.18250000

T. erecta

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 32.61583333 10.87194444 25.23 0.0002

Galat 8 3.44666667 0.43083333

Total 11 36.06250000

P. conjugatum

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 10.56250000 3.52083333 17.39 0.0007

Galat 8 1.62000000 0.20250000

Total 11 12.18250000

Hasil sidik ragam pertumbuhan jumlah daun S. bicolor

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 1.00000000 0.33333333 4.00 0.0519

Galat 8 0.66666667 0.08333333

Total 11 1.66666667

P. javanica

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 0.91666667 0.30555556 0.33 0.8018

Galat 8 7.33333333 0.91666667

(32)

22 T. erecta

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 20.25000000 6.75000000 27.00 0.0002

Galat 8 2.00000000 0.25000000

Total 11 22.25000000

P. conjugatum

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 0.66666667 0.22222222 0.89 0.4872

Galat 8 2.00000000 0.25000000

Total 11 2.66666667

Hasil sidik ragam pertumbuhan panjang akar S. bicolor

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 22.32666667 7.44222222 1.87 0.2136

Galat 8 31.90000000 3.98750000

Total 11 54.22666667

P. javanica

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 40.34000000 13.44666667 3.55 0.0673

Galat 8 30.28000000 3.78500000

Total 11 70.62000000

T. erecta

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 1.06000000 0.35333333 0.31 0.8156

Galat 8 9.02666667 1.12833333

Total 11 10.08666667

P. conjugatum

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 0.00931629 0.00310543 0.29 0.8289

Galat 8 0.08452016 0.01056502

(33)

23 Hasil sidik ragam pertumbuhan berat kering

S. bicolor

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 0.99862500 0.33287500 1.54 0.2776

Galat 8 1.72946667 0.21618333

Total 11 2.72809167

P. javanica

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 0.00646243 0.00215414 0.43 0.7368

Galat 8 0.04001571 0.00500196

Total 11 0.04647814

T. erecta

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 0.08936667 0.02978889 11.80 0.0026

Galat 8 0.02020000 0.00252500

Total 11 0.10956667

P. conjugatum

Sumber keragaman Db JK KT F hitung Pr > F

TPH 3 0.00241597 0.00080532 2.38 0.1479

Galat 8 0.00273424 0.00034178

(34)
(35)

Lampiran 3 Tata letak bak kecambah di rumah kaca

C3T2 H1T0 C3T3 P2T3 P2T0 P1T3 C3T1 H3T2 H1T1 C1T3 S2T0 P1T2 P1T0 H2T2 H2T1 H1T3 H1T2 S2T1 S1T0 S2T2 P1T1 S3T1 C1T0 H2T3 C2T3 S3T2 S2T3 P2T2 C1T2 C3T0 S3T3 C2T2 C1T1 P2T1 H3T3 S3T0 C2T1 P3T0 P3T2 H3T0 P3T1 H2T0 S1T3 H3T1 C2T0 S1T1 P3T3 S1T2

Keterangan:

 Huruf S, P, H dan C melambangkan jenis tanaman yang dipakai. S : Sorghum bicolor

P : Pueraria javanica H : Tagetes erecta

C : Paspalum conjugatum

 Angka dibelakang huruf melambangkan ulangan.

 Huruf T melambangkan jenis tanah yang digunakan. T0 : Tanah kontrol

T1 : Tanah dengan konsentrasi TPH 8.15% T2 : Tanah dengan konsentrasi TPH 4.69% T3 : Tanah dengan konsentrasi TPH 1.41%

(36)
(37)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 4 Agustus 1992 dari ayah Muchtar Hadi Santoso dan ibu Siti Amanah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Brebes dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Pengaruh Hutan pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa BEM FAHUTAN IPB 2011/2012, sekretaris grup Entomologi Himpunan Profesi Tree Grower Community 2011/2012 dan anggota grup Rehabilitasi Himpunan Profesi Tree Grower Community 2012/2013. Bulan Juli 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di BKPH Rawa Timur KPH Banyumas Barat (Cilacap) dan BKPH Gunung Slamet Barat, KPH Banyumas Timur (Baturaden) serta Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada Juni - Juli 2013. Penulis melaksanakan praktek kerja profesi di Persemaian Permanen Dramaga BPDAS Citarum-Ciliwung pada Maret-Mei 2014.

Untuk mendapatkan gelar sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi berjudul Seleksi Adaptasi Jenis Tanaman pada Tanah Tercemar Minyak Bumi di bawah bimbingan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.

Gambar

Gambar 1 Biji yang mulai berkecambah pada uji viabilitas
Gambar 2 Empat jenis biji tanaman yang digunakan dalam uji viabilitas dan uji adaptasi
Tabel 2 Prosentase (%) hidup keempat jenis tanaman
Tabel 4 Pengaruh konsentrasi TPH terhadap pertumbuhan panjang tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Observasi dari presentasi STFT, TSA maupun CWT menunjukkan kemampuan metode tersebut mendeteksi adanya kecacatan yang terdapat pada roda gigi secara jelas berdasar

Berkaitan dengan hal tersebut, maka diibutuhkan adanya hubungan kewenangan antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah yang dalam hal ini adalah dalam

titik didih dan titik leleh tinggi karena ikatan logam yang sangat kuat, adanya elektron yang dapat bergerak bebas dari satu atom ke atom yang lain menjadikan logam sebagai

Tujuan tes yang penting adalah untuk: (a) mengetahui tingkat kemampuan siswa, (b) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, (c) mendiagnosis kesulitan belajar siswa,

Adapun perbedaan perencanaan dari siklus pertama ke siklus dua mengenai cara atau teknik guru dalam pembelajaran adalah menetapkan dan membatasi waktu pada langkah

Untuk sisi client pengembangan dijalankan pada mobile application berbasis android, dirancang dengan tampilan yang mudah dan menarik agar user dapat mengoperasikan aplikasi

Pipet 10 ml larutan baku 100 µg/ml Nitrit ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Tambahkan 2,5 ml pereaksi sulfanilamida, dan aduk.