• Tidak ada hasil yang ditemukan

. Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan Hipotonis Menggunakan Imagej

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ". Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan Hipotonis Menggunakan Imagej"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PERUBAHAN LUAS ERITROSIT DOMBA

AKIBAT LARUTAN HIPOTONIS MENGGUNAKAN

SOFTWARE IMAGE-J

ETRI MARDANINGSIH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan Hipotonis Menggunakan ImageJadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ETRI MARDANINGSIH. Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan Hipotonis Menggunakan ImageJ. Dibimbing oleh KOEKOEH SANTOSO dan MOKHAMAD FAHRUDIN.

Penggunaan imageJ dalam analisis gambar digital telah digunakan secara luas dalam bidang kesehatan dan biologi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan luas eritrosit domba secara kuantitatif setelah dipapar pada berbagai konsentrasi larutan hipotonis dengan menggunakan imageJ. Analisis luas sel dilakukan pada dua belas sampel, yaitu darah tiga ekor domba dan masing-masing diberi larutan NaCl dengan konsentrasi 0.6%, 0.7%, 0.8%, dan 0.9%. Darah domba dibuat preparat natif kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 920 kali. Gambaran eritrosit di bawah mikroskop diamati melalui komputer dengan bantuan kamera Dino-Eye. Luas eritrosit pada gambar dihitung menggunakanan imageJ. Hasil penelitian ini menunjukkan dilihat bahwa rata-rata luas eritrosit domba yang dipapar dengan konsentrasi NaCl 0.8% meningkat dari 17.25±2.01µm2(p<0.05) menjadi 20.13±2.29 µm2 (p<0.05), pada konsentrasi NaCl 0.7% meningkat menjadi 20.62±2.18 µm2 (p<0.05), dan pada konsentrasi NaCl 0.6% menjadi 21.24±2.42 µm2 (p<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah imageJ dapat digunakan untuk mengukur luas eritrosit domba yang diberi perlakuan hipotonis secara kuantitatif.

Kata kunci: eritrosit domba, imageJ, larutan hipotonis

ABSTRACT

ETRI MARDANINGSIH. Identification of Sheep’s Erythrocytes Size Change in Hipotonic Solution Using ImageJ Software. Supervised by KOEKOEH SANTOSO and MOKHAMAD FAHRUDIN.

ImageJ has been widely used in biological and medical field for analyzing digital image. This research was conducted to examine the quantitative changes of erythrocytes size after exposure to various concentration of hypotonic solution using imageJ. Analysis of cell size was experimented for twelve samples, blood smear from three sheeps and each was given NaCl solution with concentration of 0.6%, 0.7%, 0.8%, and 0.9%. Blood smear was observed using a light microscope with 920 times magnification. Erythrocytes’s image in microscope was observed through a computer (computerized) using Dino-Eye camera. Erythrocytes image then measured using ImageJ. The result of this research showed that eritrocyte’s size in NaCl solution with 0.9% concentration was 17.25±2.01 µm2 (p<0.05), in 0.8% concentration was 20.13±2.29 µm2 (p<0.05), 0.7% concentration was 20.62±2.18 µm2 (p<0.05), and 0.6% concentration was 21.24±2.42 µm2 (p<0.05). It was concluded that sheep’s erythrocytes size in hipotonis solution could measured using software imageJ.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

IDENTIFIKASI PERUBAHAN LUAS ERITROSIT DOMBA

AKIBAT LARUTAN HIPOTONIS MENGGUNAKAN

SOFTWARE IMAGE-J

ETRI MARDANINGSIH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 hingga April 2014 ini ialah fisiologi darah, dengan judul Identifikasi Perubahan Luas Eritrosit Domba Akibat Larutan Hipotonis Menggunakan ImageJ.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta M. Limis dan Ibunda tercinta Elmarnis serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr Drh Koekoeh Santoso dan Bapak Dr Drh Mokhamad Fahrudin selaku pembimbing serta Ibu Drh Titik Sunartatie, MSi selaku dosen pembimbing akademik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu selama pengambilan sampel dan pengumpulan data.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman seperjuangan Anisa Rahma dan Rendi Rifano yang selalu bekerjasama dalam suka dan duka, serta untuk sahabat-sahabat terbaik, Fitri Susana, Susan Fasella, Riena Carlina, dan Ninditya Anggie yang telah memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Esdinawan Carakantara Satrija dan Meta Anggistia yang telah membantu dalam penulisan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 3

Prosedur Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil Error! Bookmark not defined.4

Pembahasan Error! Bookmark not defined.4

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

(10)

DAFTAR TABEL

1 Luas eritrosit domba yang diberi perlakuan hipotonis 5

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan tekanan osmotik dan luas sel 6

2 Citra Greyscale 7

Citra biner hitam putih hasil segmentasi 7

3 Filling holes dan watershed 7

4 Eritrosit yang diberi label 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Metode perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ 11

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Eritrosit (sel darah merah) merupakan salah satu sel darah yang berfungsi untuk mentransportasikan berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh, seperti oksigen, nutrisi, karbondioksida, hormon, dan hasil metabolisme (Soepraptini et al. 2011). Eritrosit mamalia berbentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti sel. Ukuran eritrosit mamalia berbeda-beda tergantung pada jenis hewan. Diameter eritrosit yang dimiliki oleh hewan pelihara antara lain, domba 4.8 µm, sapi 6.0 µm, kambing 3.2 µm, anjing 6.9 µm, kucing 5.4 µm, babi 4.0 µm, dan kuda 5.6 µm (Gregory 2004).

Ukuran eritrosit dapat mengalami perubahan. Perubahan ukuran eritrosit diakibatkan oleh faktor genetik, lingkungan (stres osmotik, toksin, dan radioaktif), infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik. Faktor genetik dapat menyebabkan kelainan pada eritrosit, seperti thalassemia major dan sickle cell anemia (Dewi 2014). Faktor lingkungan, infeksi mikroorganisme, dan iatrogenik pada umumnya menyebabkan hemolisis dan hemoragi sehingga terjadi kelainan, seperti anemia makrositik, anemia mikrositik, dan anemia normositik (Ford 2013). Eritrosit yang terpapar oleh larutan hipotonis ataupun larutan hipertonis akan mengalami perubahan morfologi. Secara kualitatif, larutan hipotonis mengakibatkan eritrosit menggembung sampai terjadi hemolisis sedangkan larutan hipertonis mengakibatkan sel mengerut (Mills et al. 2004). Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dini terhadap perubahan morfologi eritrosit.

Evaluasi perubahan morfologi eritrosit dapat dilakukan melalui pemeriksaan sampel darah menggunakan preparat natif. Analisis ini memiliki hambatan karena hasil analisis yang dilakukan berdasarkan preparat darah tidak selalu sama (Fifin 2010). Ketelitian dan konsentrasi pemeriksa sangat menentukan hasil analisis. Perkembangan teknologi dunia medis sangat diperlukan untuk mengatasi hambatan ini, terutama untuk mengukur perubahan luas eritrosit secara kuantitatif.

(12)

2

Perumusan Masalah

Evaluasi perubahan luas eritrosit melalui pemeriksaan manual pada preparat darah natif memiliki hambatan karena hasil analisis tidak selalu sama dan membutuhkan waktu yang lama untuk menganalisis.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perubahan luas eritrosit secara kuantitatif pada berbagai konsentrasi larutan hipotonis NaCl dengan menggunakan imageJ.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan inovasi di bidang teknologi kedokteran. Inovasi tersebut berupa teknologi pengolahan citra untuk melakukan analisis eritrosit terutama pada perhitungan ukuran eritrosit. Analisis pencitraan ini bisa memberikan hasil pengukuran secara otomatis, tingkat ketelitian, dan konsentrasi yang tinggi sehingga hasil diagnosa tidak berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini difokuskan pada penggunaan imageJ untuk menghitung perubahan luas eritrosit domba akibat pemberian larutan NaCl dengan konsentrasi 0.6%, 0.7%, 0.8%, dan 0.9% secara kuantitatif.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai April 2014. Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Unit Reproduksi dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan pengaruh larutan hipotonis terhadap perubahan luas eritrosit dilakukan di Laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan

(13)

3 digunakan adalah tiga ekor domba garut yang dipelihara di Unit Reproduksi dan Rehabilitasi FKH IPB.

Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah mikroskop cahaya (tipe Nikon YS 100, Nikon Instrument Inc, Japan), kamera Dino-Eye (tipe AM4023X, AnMo Electronic Co, Taiwan) yang memiliki resolusi 1.3 mega pixel, software imageJ (versi 1.46r, NIH, USA), laptop (Toshiba tipe Satellite L645, Toshiba, China), disposable syringe 1 ml dengan jarum suntik ukuran 26 G, tabung reaksi, kaca objek, kaca penutup, pipet eritrosit, dan mikrometer objektif untuk kalibrasi.

Prosedur Penelitian Pembuatan preparat natif

Pembuatan preparat ulas darah diawali dengan pengambilan darah secara aseptis dari tiga ekor domba yang digunakan dalam penelitian. Darah diambil dari 1/3 vena jugularis dengan jarum suntik ukuran 26 G yang dihubungkan dengan disposable syringe. Darah diambil sebanyak 1 ml dari masing-masing domba. Darah tersebut dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi EDTA. Sampel darah dihomogenkan dengan EDTA sebelum dibawa ke laboratorium.

Sampel darah diencerkan menggunakan larutan NaCl 0.6%, 0.7%, 0.8% dan 0.9% dengan langkah sebagai berikut: darah dihisap menggunakan pipet eritrosit sampai batas angka satu kemudian ujung pipet dibersihkan dari noda-noda darah yang menempel dengan menggunakan tisu. Ujung pipet dicelupkan ke dalam cairan pengencer (NaCl 0.6%, 0.7%, 0.8% dan 0.9%) dan cairan tersebut dihisap sampai batas sebelas. Pipet diangkat, lalu ditutup ujungnya menggunakan jari lain dan pangkalnya ditutup dengan jari tengah. Campuran larutan hipotonis dengan darah dihomogenkan dengan cara membuat gerakan angka delapan mendatar. Darah dicampurkan di dalam larutan hipotonis selama lima menit sebelum digunakan untuk preparat natif.

Pembuatan preparat natif darah dilakukan dengan meneteskan sampel darah yang telah diencerkan pada permukaan kaca preparat dan kemudian ditutup menggunakan kaca penutup objek. Dalam penelitian ini dibuat tiga preparat natif dari masing-masing sampel darah untuk setiap perlakuan konsentrasi NaCl.

Pengambilan gambar eritrosit

(14)

4

Perhitungan luas eritrosit menggunakan software imageJ

Hal pertama yang dilakukan untuk menghitung luas eritrosit dengan menggunakan imageJ, yaitu mengalibrasi ukuran gambar. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan gambar yang telah diketahui ukurannya. Dalam penelitian ini, kalibrasi skala gambar dilakukan dengan gambar skala mikrometer (ukuran 100µm) kemudian angka kalibrasi ini digunakan untuk mengukur luas eritrosit yang teridentifikasi oleh DinoCapture (Jacqui 2012).

Pengolahan citra dimulai dengan membuka gambar eritrosit yang telah difoto menggunakan imageJ. Gambar eritrosit tersebut ditampilkan dalam bentuk citra red, green, blue (RGB). Citra RGB disederhanakan menjadi citra greyscale yang hanya memiliki warna keabuan. Citra greyscale kemudian disegmentasi menggunakan threshold untuk memisahkan warna objek dengan warna latar belakang sehingga diperoleh citra hitam dan putih. Setelah itu, dilakukan evaluasi terhadap eritrosit yang telah disegmentasi. Jika ada gambar eritrosit yang berlubang (warna di tengah eritrosit sama dengan warna latar belakang), maka ditutup menggunakan fill holes dan jika ada eritrosit yang berdempet, maka dipisahkan menggunakan watershed. Luas eritrosit dapat dihitung melalui ROI manager atau analyze particle (Reinking 2007).

Analisis Data

Pengaruh larutan hipotonis terhadap luas eritrosit domba secara kuantitatif dihitung menggunakan imageJ (versi 1.46r, NIH, USA). Rata-rata luas eritrosit dihitung menggunakan Microsoft Excell 2007 (Microsoft, USA). Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS (versi 14.0 Softonic Co, Spain) yaitu dengan uji ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%. Hubungan antara tekanan osmotik dan luas eritrosit dihitung menggunakan regresi linear sederhana. Data disajikan dalam bentuk rerata dan standar deviasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume darah terdiri atas 40–50% eritrosit (Bransky et al. 2006). Eritrosit mempunyai membran yang kuat untuk menampung bahan material di dalamnya. Membran sel merupakan bagian yang terletak di luar sitoplasma. Membran sel menjadi komponen yang sangat penting karena berfungsi membungkus organel-organel sel, menjaga aktivitas sel tetap berlangsung, menyeleksi zat atau benda yang akan masuk ke dalam sel, tempat terjadinya beberapa reaksi kimia tertentu, dan penghubung antara bagian luar dan dalam sel (Shahib 2005). Struktur membran eritrosit terdiri atas lipid bilayer, membran protein, dan karbohidrat (Soerodikoesoemo dan Hartiko 1989).

(15)

5 luas eritrosit. Perubahan luas eritrosit pada tiap konsentrasi larutan NaCl yang diberikan dapat diolah menggunakan pengolahan citra digital. Teknologi pengolahan citra yang digunakan pada penelitian ini, yaitu imageJ. Hasil pengolahan citra perubahan luas eritrosit menggunakan imageJ dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas eritrosit domba yang diberi perlakuan hipotonis (µm2)

Domba

Konsentrasi NaCl (%)

0.9 0.8 0.7 0.6

1 15.57±1.95a 18.96±2.54b 19.20±1.97b 20.19±2.56 b 2 17.38±1.75a 19.66±2.16b 20.66±2.19b 21.31±2.03 b 3 18.80±2.33a 21.78±2.18b 22.00±2.41b 22.20±2.68 b Rata-rata 17.25±2.01 20.13±2.29 20.62±2.18 21.24±2.42 Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan

yang nyata pada (p<0.05).

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata luas eritrosit domba yang dipapar dengan konsentrasi NaCl 0.8% meningkat dari 17.25±2.0 µm2 (p<0.05)menjadi 20.13±2.29 µm2 (p<0.05), pada konsentrasi NaCl 0.7% meningkat menjadi 20.62±2.18 µm2 (p<0.05), dan pada konsentrasi NaCl 0.6% menjadi 21.24±2.42 µm2 (p<0.05). Eritrosit pada ketiga domba yang dipapar dengan konsentrasi NaCl 0.8%, 0.7%, dan 0.6% tampak menggembung namun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata luas eritrosit pada ketiga konsentrasi NaCl. Penyebab menggembungnya eritrosit adalah pada larutan hipotonis, air banyak masuk ke dalam sel sebagai respon dari gradient osmosis melalui aquaporin. Aquaporin merupakan bagian dari protein integral yang menyusun protein membran dan bersifat hidrofilik (Pribush et al. 2002). Air yang banyak terakumulasi di dalam sel menyebabkan eritrosit menggembung sehingga luas eritrosit meningkat (Horne 2001). Eritrosit domba satu, dua, dan tiga pada pemaparan konsentrasi NaCl 0.8%, 0.7% dan 0.6% masih bisa mempertahankan kestabilan membran sehingga tidak terjadi hemolisis. Hal ini terjadi karena eritrosit memiliki toleransi osmotik dan dilengkapi dengan sitoskleton khusus untuk memberikan stabilitas mekanik dan fleksibelitas (Li et al. 2007).

Menurut Setiowati (2007), sitoskeleton merupakan filamen-filamen yang teranyam membentuk suatu rangka. Sitoskeleton berinteraksi dengan protein integral untuk menjaga integritas membran. Sitoskeleton berfungsi memberi bentuk dan mempertahan struktur sel, penempatan berbagai organ dalam sel, motilitas sel, pergerakan materi-materi dalam sel, dan mengatur aktivitas biokimia sel. Sitoskeleton berdasarkan struktur dan garis tengahnya dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediet. Sitoskeleton bisa mengikat compleks junctional (JC) yang terdiri dari F-aktin, protein 4,1, dan protein aktin-mengikat dematin, adducin, tropomiosin, dan tropomodulin untuk memelihara keutuhan eritrosit (Smith 1987).

(16)

6

Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi NaCl dan luas eritrosit domba.

Data tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara penurunan konsentrasi NaCl dan peningkatan luas eritrosit. Hubungan antara penurunan konsentrasi NaCl dan peningkatan luas eritrosit dihitung menggunakan analisis regresi linear sederhana yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi NaCl sebagai peubah bebas (x) dan luas eritrosit sebagai peubah tak bebas (y). Hubungan kedua peubah tersebut digambarkan sebagai suatu garis lurus (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Korelasi yang dihasilkan oleh data penelitian pada domba satu memiliki koefisien determinasi (R2) adalah 0.268 dengan persamaan garis y= 28.9-13.8x yang berarti besarnya perubahan luas eritrosit (y) jika terjadi perubahan konsentrasi NaCl (x) satu satuan adalah 13.8 µm2. Domba dua memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 0.348. Persamaan garis regresi linear domba dua adalah y= 29.8-13.5x yang memiliki arti adalah besarnya perubahan luas eritrosit (y) jika terjadi perubahan konsentrasi NaCl (x) satu satuan adalah 13.5 µm2. Nilai R2 domba tiga adalah 0.183 dengan persamaan garis y= 30.1-11.7x. Berdasarkan nilai R2, penurunan tekanan osmotik dan peningkatan luas eritrosit belum terkorelasi sacara linear. Menurut Prasetyowati (2012), jika nilai regresi mendekati ± 1, maka peubah bebas dan tak bebas semakin terkorelasi secara linear.

Pengolahan citra menggunakan imageJ dipengaruhi oleh kualitas gambar yang akan diolah. Gambar diambil eritrosit melalui kamera Dino-Eye yang memiliki resolusi 1.3 mega pixel. Dino-Eye merupakan mikroskop digital yang bisa dihubungkan dengan komputer untuk melihat gambar suatu objek. Dino-Eye adalah bagian penting dari proses pengolahan citra karena alat ini yang menjadi perantara dari sistem, yaitu bagian input gambar dan imageJ. Kualitas gambar yang dihasilkan oleh Dino-Eye dipengaruhi oleh resolusi, tipe, dan fokus kamera (Alfitri et al. 2013).

Citra digital sebelum diolah perlu dikenali oleh sistem perangkat lunak yang dibuat dengan melakukan pembacaan terhadap citra sehingga citra digital dikenali sebagai matriks yang siap diolah untuk program selanjutnya. Citra red, green, and blue (RGB) diubah menjadi citra greyscale dengan kedalaman warna 8 bit. Citra RGB merupakan gambar yang menunjukkan warna yang sebenarnya dari suatu objek (true colour) sedangkan citra greyscale adalah derajat keabuan suatu objek. Tujuannya adalah memudahkan dalam konversi gambar menjadi citra biner hitam dan putih (Hidayat et al. 2013). Gambar eritrosit yang telah diubah dalam

0.90

(17)

7 bentuk citra greyscale akan disegmentasi. Segmentasi merupakan proses untuk memisahkan warna objek (eritrosit) dan latar belakangnya sehingga diperoleh citra area deteksi (Hartadi 2004). Perbedaan warna antara objek dan latar belakang sangat mempengaruhi hasil pengolahan citra. Warna yang kurang kontras antara objek dan latar belakang tidak bisa diolah oleh imageJ sehingga luas eritrosit tersebut tidak bisa dihitung. Proses segmentasi menghasilkan citra biner hitam putih. Konversi citra greyscale menjadi citra biner hitam putih dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 A. Citra greyscale, B. Citra biner hitam dan putih

Pada pengolahan citra sering ditemukan lubang (holes) dan eritrosit yang bertumpuk. Lubang (holes) pada citra didefinisikan sebagai wilayah berlatar belakang yang dikelilingi oleh perbatasan pixel yang terhubung dengan objek. Lubang dan eritrosit yang bertumpuk bisa mengganggu hasil perhitungan. Oleh karena itu, lubang dapat ditutup dengan menggunakan fill holes dan eritrosit bertumpuk dapat dipisahkan dengan menggunakan watershed yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 A. Filling holes, B. Watershed

Proses pengolahan citra digital diakhiri dengan tampilan deskripsi hasil pengolahan dalam bentuk tekstual. Deskripsi tekstual menampilkan luas eritrosit yang telah dipilih dan dihitung melalui ROI manager. Contoh eritrosit yang dipilih dan dihitung melalu ROI manager dapat dilihat pada Gambar 4.

A B

(18)

8

Gambar 4 Eritrosit yang diberi label

Pengolahan citra menggunakan imageJ pada penelitian ini memiliki beberapa kesulitan, diantaranya adalah penghitungan luas eritrosit menggunakan metode ini membutuhkan pixel kamera yang tinggi (Kurniawan et al. 2011). Kamera Dino-Eye yang digunakan pada penelitian ini memiliki resolusi 1.3 megapixel. Resolusi kamera 1.3 megapixel memiliki perbesaran digital 23 kali sehingga kerapatan gambar berkurang dan menghasilkan gambar yang kurang jelas menyebabkan pada saat segmentasi yang menggunakan threshold terjadi kesulitan dalam memperjelas batas membran sel dan latar belakang gambar. Akibatnya, luas sel tersebut tidak bisa dihitung menggunakan imageJ. Selain itu, diafragma mikroskop yang terlalu kecil menyebabkan bagian tepi gambar berwarna hitam, seperti yang terlihat pada gambar 1, 2, dan 3 sehingga eritrosit pada bagian tersebut tidak bisa dihitung.

Kemudahan yang diperoleh dari penggunaan imageJ adalah perhitungan luas sel dapat dilakukan dengan cepat (Jambhekar 2011). Hasil penelitian ini menunjukkan, analisis perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ dapat melihat perbedaan ukuran eritrosit tiap konsentrasi NaCl yang diberikan sehingga dapat diketahui batas toleransi osmotik (batas konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami lisis) suatu sel terhadap larutan hipotonis.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perubahan morfologi (luas) eritrosit akibat perlakuan hipotonis dapat diidentifikasi secara kuantitatif melalui pengolahan citra menggunakan imageJ. Terdapat korelasi antara penurunan tekanan osmotik dengan peningkatan luas eritrosit. Pemberian larutan NaCl dengan konsentrasi 0.8%, 0.7%, dan 0.6% menyebabkan luas eritrosit meningkat dibandingkan larutan NaCl 0.9%.

Saran

(19)

9 metode threshold yang baik supaya yang terdeteksi dan yang teranalisis hanya sel yang menjadi objek penelitian serta bisa menghitung jumlah eritrosit secara otomatis. Mikroskop yang digunakan untuk penelitian ini sebaiknya adalah mikroskop yang memiliki energi panas yang sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Àbramoff DM, Magalhàes PJ, Ram SJ. 2004. Image Processing with ImageJ. Lousiana (US): Laurin Publishing Co. Inc.

Alfitri N, Hendrick, Yondri S, Anggraini T, Efrizon. 2013. Deteksi pestisida pada tomat dengan pengolahan citra menggunakan mikroskop digital. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang; Padang, Indonesia. Padang (ID). [diunduh 2014 Juni 24]. Tersedia pada: www.politekniknegeripadang.ac.id

Bransky A, Korin N, Nemirovsky Y, Dinnau U. 2006. Correlation between erythrocytes deformability and size: a study using a microchannel based cell analyzer. Microvascular research. 73: 7-13.

Dewi TS. 2014. Pengaruh Penyakit Thalassemia terhadap Pertumbuhan Rahang [internet]. [diunduh 2014 Agustus 23]. Tersedia pada: academia.edu.

Fifin. 2010. Pengenalan pola citra leukosit dengan metode ekstraksi fitur citra. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6: 133-137.

Ford J. 2013. Red blood cell morphology. Int J Lab Hematol. 35(3): 351-7.

Gregory TR. 2004. Mammal Erythrocytes Size [internet]. [diunduh 2014 Agustus 23]. Tersedia pada: www. mammals.htm.

Habibzadeh M. 2011. Counting of RBCs and WBCs in noisy normal blood smear microscopic images. Medical Imaging. 79(63).

Hartadi D, Sumardi I. 2004. Simulasi penghitungan jumlah sel darah merah. Transmisi. 8(2) : 1 – 6.

Hidayat A, Alfitri N, Hendrick, Ramiati, Bakhtiar B. 2013. Aplikasi Pengolahan Citra Mikroskopis untuk Pendeteksi Kandungan Formalin pada Tahu menggunakan Kamera CCD (Charge Couple Device). Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013. Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang; Padang, Indonesia. Padang (ID). [diunduh 2014 Juni 24]. Tersedia pada: www.politekniknegeripadang.ac.id.

Horne M. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa Ed ke- 2. Jakarta (ID): EGC.

Jacqui R. 2012. ImageJ: Introduction to Image Analysis [internet]. [diunduh 2014 Agustus 22]. Tersedia pada: http://microscopy. Berkeley. Edu/courses/dib/section.

Jambhekar ND. 2011. Red blood classification using image processing. Science Research Reporter. 1 (3): 151-154.

(20)

10

Li J, Lykotrafitis G, Dao M, Suresh S. 2007. Cytoskelatal dynamic of human erythrocyte. PNAS. 104(12): 4937-4942.

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan: dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.

Mea VD. 2004. Basic Functioning of ImageJ with Pratical Exersice 1[internet]. [diunduh 2014 Juni 28]. Tersedia pada: www.dimi.uniud.it.

Mills JP, Qie L, Dao M, Lim CT, Suresh S. 2004. Nonlinear elastic and viscoelastic deformation of the human red blood cell with optical tweezers. MCB. 1(3): 169-180.

Prasetyowati R. 2012. Regresi Linear [internet]. [diunduh 2014 Juni 29]. Tersedia pada: www.uny.ac.id.

Pribush A, Meyerstein D, Meyerstein N. 2002. Kinetics of swelling and membrane hole formation in hypotonic media. Elsevier: 1558(2): 119-132. Reinking L. 2007. ImageJ Basic [internet]. [diunduh 2014 Juni 28]. Tersedia

pada: www.melville.ch.cam.ac.uk.

Sacher R Pherson R. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Brahm, penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Widmann’s Clinical Interpretation of Laboratory test. Ed ke-11.

Setiowati T, Deswanti F. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta (ID): Azka Pr.

Shahib. 2005. Membran sel [internet]. [diunduh 2014 Februari 6]. Tersedia pada: http://file.upi.edu.

Sharif. 2012. Rekayasa Perangkat Lunak [internet]. [diunduh 2014 Februari 2006]. Tersedia pada: etd.ugm.ac.id.

Smith JE. 1987. Erythrocyte membrane: structure, function, and pathophysiology. Vet Pathol. 24:471-476.

Soepraptini J, Widyayanti K, Estoepangatie ATS. 2011. Perubahan bentuk eritrosit pada hapusan darah anjing sebelum dan sesudah penyimpanan dengan menggunakan citrate phosphate dextrose. JIKH.4(1).

(21)

11 Lampiran 1 Meode perhitungan luas eritrosit menggunakan imageJ

Kalibrasi gambar dengan skala mikrometer

1. Gambar eritrosit yang telah difoto dibuka dari folder penyimpanan dalam bentuk citra red, green, and blue (RGB)

2. Citra RGB disederhanakan menjadi citra greyscale

4. Citra greyscale disegmentasi menjadi citra biner hitam dan putih

(22)

12

6. Hasil perhitungan luas eritrosit

Lampiran 2 Hasil uji statistika pengolahan citra Hasil uji ANOVA

NaCl N

.60 3

.70 3

.80 3

.90 3

Dependent Variable: respon

Source Type III Sum of Squares

df Mean Sguares F Sig.

Corrected Model 28.082(a) 3 9.361 4.829 .033 Intercept 4708.564 1 4708.564 2429.20 .000 NaCl 28.082 3 9.361 4.829 .033 Error 15.507 8 1.938

Total 4752.152 12 Corrected Total 43.588 11

Hasil uji Duncan

NaCl N Subset

1 2

.90 3 17.2471

.80 3 20.1334

.70 3 20.6171

.60 3 21.2369

(23)

13

Analisis Regresi linear

Domba 1

S = 2.40441 R-Sq = 28.6% R-Sq(adj) = 28.3% Y= 28.9 - 13.8x

Predictor Coef SE Coef T P Constant 28.909 1.113 25.97 0.000 NaCl -13.844 1.469 -9.43 0.000 Domba 2

S = 2.05273 R-Sq = 34.8% R-Sq(adj) = 34.5% Y= 29.8 - 13.5x

Predictor Coef SE Coef T P Constant 29.8451 0.9630 30.99 0.000 NaCl 2 -13.459 1.240 -10.85 0.000 Domba 3

S = 2.46838 R-Sq = 18.3% R-Sq(adj) = 17.8% Y= 30.1 - 11.7

(24)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Etri Mardaningsih. Penulis lahir di Payakumbuh pada tanggal 13 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak M. Limis dan Ibu Elmarnis.

Gambar

Grafik pengaruh konsentrasi NaCl terhadap luas eritrosit domba
Gambar 2.

Referensi

Dokumen terkait

1. Pengembangan peningkatan pelayanan tataran transportasi lokal.. Memperjelas dan mengharmonisasikan peran masing–masing instansi di lingkungan pemerintah Kabupaten dan Provinsi

[r]

Peningkatan sarana pelayanan rawat inap rumah sakit memerlukan dana yang cukup besar, hal ini akan memberatkan beban anggaran pemerintah kabupaten yang memiliki kemampuan

Sejalan dengan Informasi yang di dapat dari Maat Sabri selaku narasumber bahwa pada dasarnya semua syair saman itu asli atau original dan dikatakan bahwa syair saman

Diharapkan dengan pidana mati yang dijatuhkan bagi para pelaku tindak pidana narkotika dapat memberantas peredaran narkotika di Indonesia, mengingat pidana penjara sudah tidak

Dalam rangka mensehatkan masyarakat tanpa membedakan tingkat pendidikan dan wilayah maka produsen farmasi obat harus memberikan penjelasan tentang produk obat yang dipasarkan

(1) Penyerahan penyelenggaraan jalan khusus kepada Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a, diusulkan oleh penyelenggara jalan

Liken simpleks kronik atau neurodermatitis merupakan penyakit kulit kronik yang paling sering ditemukan pada wanita.. Sekitar 12% populasi dunia menderita penyakit