• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI

TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

PALAWIJA DAN SAYURAN DI KECAMATAN

RANCABUNGUR, BOGOR

ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor” adalah benar merupakan hasil karya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

ABSTRAK

ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor. Dibimbing oleh R. YAYI MUNARA KUSUMAH.

Tanaman palawija dan sayuran adalah komoditas prospektif untuk dikembangkan di masa depan karena permintaan masyarakat yang terus meningkat. Permasalahan hama dan penyakit menjadi salah satu masalah yang utama dalam peningkatan produktivitas tanaman. Petani dan masyarakat sebagai pelaku pertanian memerlukan pengetahuan mengenai pengendalian hama terpadu untuk mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh informasi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan petani responden dalam pengelolaan hama dan penyakit tanaman di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai November 2013. Penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan secara langsung terhadap 40 responden petani. Penentuan wilayah dilakukan berdasarkan keberadaan komoditas hortikultura dan sayuran. Pengamatan hama dan penyakit dilakukan dengan mengamati jenis-jenis hama, penyakit, dan serangan yang ditimbulkan. Mayoritas petani di kedua desa tersebut berumur lebih dari 40 tahun dan sudah pengalaman bertani selama 22 tahun dengan latar belakang pendidikan mayoritas tamatan sekolah dasar (SD). Status kepemilikan lahan rata-rata dimiliki petani dan sebagian lagi hanya sebagai penggarap lahan. Terdapat 20% petani yang pernah ikut pelatihan SLPHT. Ketidakikutsertaan petani dalam keanggotaan kelompok tani menjadi faktor kurangnya pengetahuan petani. Walaupun tidak mengetahui tentang PHT, namun petani sudah melakukan teknik rotasi tanaman dan penggunaan mulsa dalam budidaya tanaman. Sebagian besar petani percaya dan masih menggunakan pestisida kimia untuk mengurangi hama dan penyakit di lapangan walaupun mereka mengetahui hal tersebut berbahaya untuk lingkungan dan petani..

(4)

iii

ABSTRACT

ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR. Knowledge, Attitude and Act of Farmer Towards Plant’s Pest at Crops and Vegetables in Kecamatan Rancabungur, Bogor. Supervised by R. YAYI MUNARA KUSUMAH

Crops and vegetables are prospective commodities to be developed in the future because of its increasing demands. Pests and diseases become one of main

problems in increasing plant’s productivity. Farmer and communities as farming

actors need knowledge about integrated pest management to reduce pesticides dependence. This study aims at analyzing and obtaining information on knowledge, attitude and action of respondents in controlling pests and diseases in Bantar Kambing village and Pasir Gaok village, Rancabungur sub-district, Bogor, research was conducted from September to November 2013. The study were conducted by direct structured and unstructured interviews to 40 respondent farmers. Region were determined directly based on crops and vegetables location. Pests and diseases observation was conducted by observing types of pests, diseases, and symptoms. Most of the farmers were more than 40 years old and had been farming for 22 years with educational background of elementary school. Averages of land ownership status are owned by farmers and other part is only as a labour. About 20 percent of farmer have participatedon SLPHT training. The farmers who have never participated on training was a factor in farmers lack of knowledge. Despite of less knowledge on integrated pest management (IPM), farmers implemented plants rotation technique and mulching in plants cultivation. Most of farmers believed in and still using chemical pesticides to reduce pests and diseases on field even though they knew it was harmful to the environment and farmers.

(5)

iv

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI

TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

PALAWIJA DAN SAYURAN DI KECAMATAN

RANCABUNGUR, KABUPATEN BOGOR

ANGGI KHOIRUDIN SIREGAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Penelitian Tugas Akhir

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMENPROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

v

Judul Usulan : Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor.

Nama Mahasiswa : Anggi Khoirudin Siregar NIM : A34080044

Disetujui oleh

Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M. Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M. Si Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Palawija dan Sayuran di Kecamatan Rancabungur, Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa, motivasi, dan dukungan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M. Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam melaksanakan serta menyusun skripsi. Terima kasih kepada Dr. Efi Toding Tondok, SP. Msc selaku dosen penguji tamu atas semua masukan, saran, dan kritik kepada penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan proposal ini. Kepada Pak Sudjito, Mas Solihin dan Mas Somad yang selalu memberikan arahan selama proses wawancara petani.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Septian Anugrah, sahabat dan keluarga Departemen Proteksi Tanaman angkatan 45, keluarga di Adam Net dan kepada semua pihak yang terlibat atas kebersamaan, nasihat, semangat, serta dukungan yang tidak akan penulis lupakan.

Semoga penelitian lapangan yang dilaksanakan oleh penulis dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat kepada banyak pihak.

Bogor, Februari 2014

(8)

vii

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang . 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Metode Penelitian 3

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Keadaan Umum Lokasi 4

Karakteristik Petani 4

Karakteristik Kelompok Tani dan SLPHT 6

Karakteristik Usaha Tani 7

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petani Tentang Hama dan Penyakit 8

Permasalahan Hama dan Penyakit . 12

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

(9)

viii

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik usaha tani petani palawija dan sayuran 8 2 Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan Penyakit tanaman 9

DAFTAR GAMBAR

1 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan usia 4 2 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pengalaman bertani 5 3 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pendidikan 5 4 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan kepemilikan lahan 6 5 Jumlah petani responden berdasarkan keanggotaan petani pada kelompok

tani 6

6 Jumlah petani responden berdasarkan keikutsertaan petani pada SLPHT 7 7 Korelasi pendidikan petani terhadap pengetahuan OPT 9 8 Korelasi pendidikan petani terhadap pengetahua jenis OPT 10 9 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap

pestisida sebagai barang membahayakan 11 10 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap

pestisida sebagai solusi yang efektif 11 11 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap

pestisida yang efektif dalam mengendalikan OPT 11 12 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman semusim seperti palawija dan sayuran merupakan komoditas yang prospektif untuk dikembangkan di masa depan. Permintaan atas komoditas ini senantiasa meningkat seiring dengan perkembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berminat pada makanan berprotein nabati, rendah kolesterol. Peningkatan produksi palawija dan sayuran dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang didasarkan pada kebutuhan syarat-syarat tumbuh tanaman. Syarat-syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan seperti media tumbuh yang subur, lingkungan yang baik, cuaca dan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta terbebas dari gangguan hama dan penyakit tanaman. Petani yang menanam tanaman jenis palawija dan sayuran ialah petani yang daerahnya mengalami kekurangan air saat musim kemarau (Khumaini 2013). Selain itu petani juga menaman sayur mayur seperti timun dan kangkung yang tidak membutuhkan pasokan air terlalu banyak (Yusuf 2013).

Permasalahan hama dan penyakit tanaman menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan produksi palawija dan sayuran. Beberapa hama tanaman palawija dan sayuran diantaranya hama oteng-oteng (Aulocophora

similis Oliver), thrips (Thrips parvispinus), dan aphids pada tanaman mentimun;

hama ulat Spodoptera litura, Helicoverpa armigera, dan Ostrinia furnacalis pada tanaman jagung; hama boleng(Cylas sp.) pada ubi jalar; dan hama lalat buah

(Bactrocera sp) pada tanaman paria. Sedangkan penyakit tanaman palawija dan

sayuran yang sering menyerang baik pada batang, daun, ataupun buah diantaranya penyakit embun bulu (Pseudoperonospora cubensis), embun tepung (Oidium sp), bercak daun (Alternaria sp.), bulai (Peronosclerospora maydis), karat daun

(Cercosporium arachidicola), busuk tongkol (Rhizoctonia zeae), dan busuk buah

(Erwinia carotovora).

Petani dan masyarakat pada umumnya masih banyak yang mengartikan pengendalian hama dan penyakit sama dengan penggunaan pestisida. Mayoritas petani akan melakukan pengendalian menggunakan pestisida tanpa memperhitungkan keefektifan dan pengaruh negatif terhadap serangga bermanfaat. Kekhawatiran terhadap serangan hama dan penyakit menyebabkan petani melakukan tindakan pencegahan dengan penyemprotan pestisida secara rutin dan terjadwal tanpa memperhatikan besarnya serangan hama dan penyakit. Cara seperti ini disebut pemberantasan hama dan penyakit secara konvensional (Untung 1996).

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana menimbulkan masalah baru seperti pencemaran lingkungan hidup, merugikan kesehatan manusia dan hewan lain, resisten hama, serta organisme yang bukan sasaran menjadi mati (Untung 2007). Munculnya beberapa masalah ini, menggugah para ahli untuk mencetuskan konsep pengelolaan dan pengendalian hama terpadu (PHT). Program pelatihan PHT untuk petani dikenal dengan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang didahului dengan pelatihan petugas pemandu dan memandu para petani SLPHT (Untung 2007).

(11)

2

residu pestisida terus meningkat. Kondisi ini dipandang sebagai tantangan dan peluang bagi pengembangan komoditas pangan dan hortikultura, baik melalui peningkatan teknologi budidaya maupun peningkatan mutu produk sehingga memiliki daya saing di pasar internasional.

PHT memanfaatkan semua teknik pengendalian secara terintegrasi yang bertujuan untuk mengurangi populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) dan mempertahankannya agar tetap berada di bawah ambang batas ekonomi. Tujuan PHT adalah untuk meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan produktivitas pertanian, melindungi kesehatan produsen dan konsumen, mempertahankan kelestarian lingkungan, dan mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian.

Pelaksanaan PHT merupakan upaya untuk menyadarkan kembali petani terhadap sikap dan tindakan mereka bahwa keberadaan sejumlah kecil hama perlu ditoleransi dan bahkan diperlukan untuk kelangsungan hidup musuh alami, serta mengoptimalkan peran musuh alami. Hal ini perlu disadari sepenuhnya oleh petani sebagai pengelola lahan pertanian. Salah satu bentuk pemasyarakatannya adalah melaksanakan sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT). Dalam SLPHT, petani sebagai pengelola lahan pertanian dilibatkan sepenuhnya. Tujuan SLPHT adalah agar petani berperan aktif belajar bersama petani lainnya tentang cara mengendalikan hama yang hadir di pertanaman mereka.

Sikap merupakan ungkapan perasaan seseorang tentang suatu objek yaitu disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan seseorang terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Selain itu, sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek yang diterima sebelumnya (Purwanto 1998).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh informasi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam pengelolaan hama dan penyakit tanaman palawija dan sayuran di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor.

Manfaat Penelitian

(12)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bogor dengan daerah penelitian di Kecamatan Rancabungur yaitu di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai November 2013.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera digital, dan kuesioner (lampiran 1).

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang telah tersedia kepada petani melalui kuesioner (lampiran 1), sedangkan wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan menanyakan hal-hal yang tidak tercantum dalam kuesioner.

Penentuan wilayah yang disurvei dilakukan berdasarkan keberadaan komoditas palawija dan sayuran. Petani yang menjadi responden sebanyak 40 orang yang dipilih secara acak dan tersebar di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok.Wawancara dilakukan secara langsung di lapangan atau di rumah.

Pengamatan hama dan penyakit dilakukan dengan mengamati jenis-jenis hama dan penyakit serta gejala serangan yang ditimbulkan di lapangan.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(13)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Keadaan umum lokasi survei Kecamatan Rancabungur termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Jenis tanah di daerah ini termasuk dalam jenis tanah latosol yang memiliki tekstur tanah liat dan struktur remah, mempunyai pH tanah antara 4.5 - 6.5, daya menahan air cukup baik serta relatif tahan terhadap erosi, mempunyai kemiringan lereng < 15%. Ketinggian daerah ini sekitar ±140 m dpl. Kecamatan Rancabungur memiliki curah hujan per tahun mencapai ±2247 mm2/tahun, suhu rata-rata antara 20o-30oC, dan kelembaban udara 70%.

Penduduk Kecamatan Rancabungur pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Berbagai komoditas tanaman utama yang diusahakan diantaranya umbi-umbian, jagung, padi, mentimun, paria, terong, oyong, dan lainnya. Daerah pertanian hortikultura seperti sayuran dan buah juga menyebar pada hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar pada wilayah tertentu seperti tanaman jagung di Kecamatan Rancabungur.

Karakteristik Petani

Petani palawija dan sayuran di Kecamatan Rancabungur yang menjadi responden berumur antara 21 – 60 tahun. Mayoritas petani berada pada kelompok umur di atas 40 tahun yaitu sebesar 65% di Desa Bantar kambing dan 60% di Desa Pasir Gaok (Gambar 1). Para petani umumnya memulai kegiatan bertani pada usia 20-25 tahun setelah mereka berkeluarga dan berapa diantaranya sudah mengikuti orang tuanya bertani sejak kecil.

Pengalaman petani dalam bercocok tanam bervariasi antara 10-40 tahun dan rata-rata 22 tahun. Pengelompokan berdasarkan lama pengalaman bertani menunjukkan jumlah yang merata antar kelompok umur pengalaman (Gambar 2). Hal ini memperlihatkan adanya regenerasi petani yang berlangsung setiap tahunnya.

(14)

5

Gambar 2 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pengalaman bertani

Latar belakang pendidikan petani responden beraneka ragam. Hasil survei menunjukkan bahwa 45% petani di desa Bantar Kambing dan 60% di desa Pasir Gaok adalah petani dengan jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) (Gambar 3). Faktor keuangan menjadi faktor utama alasan para petani sekarang yang sudah berusia lebih dari 40 untuk lebih memilih ikut orang tuanya bekerja dibandingkan sekolah. Pengalaman orang tuanya menjadi modal utama pengetahuan mereka dalam bertani. Jenjang pendidikan ini berkaitan langsung dengan mayoritas umur petani responden yang berkisar lebih dari 40 tahun.

Gambar 3 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pendidikan

Status kepemilikan lahan petani palawija dan sayuran terbagi menjadi petani pemilik, petani penggarap dan petani pemilik dan penggarap. Dari hasil wawancara terhadap petani, diperoleh hasil bahwa 65% petani di Desa Bantar Kambing dan 50% di Desa Pasir Gaok bekerja sebagai petani penggarap (Gambar 4). Beberapa petani beranggapan bahwa bertani merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan untuk memanfaatkan lahan yang kosong. Lahan kosong tersebut disewa, dijadikan lahan pertanian dengan sistem bagi hasil 2:1 untuk penggarap.

(15)

6

Gambar 4 Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan kepemilikan lahan

Karakteristik Kelompok Tani dan SLPHT

Hanya sebagian kecil petani di Kecamatan Rancabungur yang menjadi anggota kelompok tani di desa masing-masing. Dari total keseluruhan petani responden, diperoleh hasil bahwa 30% petani di Desa Bantar Kambing dan 35% di Desa Pasir Gaok tergabung ke dalam keanggotaan kelompok tani setempat (Gambar 5). Hal ini yang menyebabkan kurang aktifnya kelompok tani dan sudah lama tidak beraktivitas. Beberapa petani beranggapan bahwa tergabung ke dalam kelompok tani hanya membuat mereka terikat ke dalam suatu perkumpulan. Kebanyakan petani membutuhkan hasil secara langsung di lapangan dibandingkan hanya teori-teori yang dibahas di kelompok tani.

Gambar 5 Jumlah petani responden berdasarkan keanggotaan petani pada kelompok tani

Sebanyak 20% petani di Desa Bantar Kambing dan di Desa Pasir Gaok pernah mengikuti SLPHT (Gambar 6). Sebagian besar petani responden belum pernah mengikuti SLPHT.Salah satu penyebabnya adalah dalam beberapa tahun kebelakang tidak ada lagi SLPHT di kedua desa tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya peran pemerintah daerah terhadap pertanian dan kurang antusiasnya petani terhadap kegiatan SLPHT. Menurut beberapa petani, SLPHT

(16)

7

mengajarkan untuk mengurangi atau bahkan mengganti pestisida kimia dengan pestisida nabati atau cara pengendalian lainnya. Namun, ketersediaan dari pestisida nabati ataupun alat untuk pengendalian lainnya tersebut tidak disediakan secara terus menerus,sehingga petani yang sudah mengikuti SLPHT kesulitan untuk mendapatkannya.

Gambar 6 Jumlah petani responden berdasarkan keikutsertaan petani pada SLPHT

Karakteristik Usaha Tani

Usaha tani palawija dan sayuran di Kecamatan Rancabungur ini tergolong usaha tani yang terletak antara struktur subsisten dan komersial. Struktur semi subsisten umumnya digunakan oleh sebagian besar kegiatan usaha tani yang dikelola oleh masyarakat (perorangan) di negara-negara berkembang. Sistem usaha tani ini selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sebagian hasilnya dijual ke pasar. Hal tersebut terlihat dari penggunaan tenaga kerja dan pemilihan cabang usaha sering didasarkan pada kebiasaan. Sebagian besar petani memanggil kuli tani untuk membantu pada saat membersihkan lahan, menanam tanaman, pada saat panen, ataupun setelah panen. Tanaman yang ditanam pun tidak bergantung dari harga pasar, tetapi bergantung pada keinginan petani menanam tanaman.

Luas lahan yang dimiliki petani untuk budidaya tanaman palawija dan sayuran di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok rata-rata sekitar 1000-5000 m2. Sebagian besar petani di kedua desa menyewa lahan yang mereka gunakan untuk bertani. Hal tersebut dikarenakan mereka ingin memanfaatkan lahan yang kosong di daerah mereka. Komoditas palawija dan sayuran yang sering ditanam antara lain jagung, umbi, singkong, kacang, mentimun, bengkuang dan paria.

(17)

8

Tabel 1 Karakteristik usaha tani petani palawija dan sayuran

No Karakteristik

Proporsi Petani (%)

Rata-Rata (%) Bantar

Kambing

Pasir Gaok 1 Luas garapan (m2)

< 500 0 0 0

500 – 1000 15 25 20.0 1001 – 5000 45 50 47.5

> 5000 40 25 32.5

2 Status kepemilikan lahan

Lahan sewa 65 50 57.5

Lahan sendiri 35 50 42.5

3 Komoditas yang ditanam

Sayuran 40 5 22.5

Palawija 60 95 77.5

4 Asal bibit

Membeli dari perusahaan 50 5 27.5 Membeli dari petani 15 0 7.5 Lainnya (hasil panen

sebelumnya) 35 95 65.0

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Tentang Hama dan Penyakit

(18)

9

Tabel 2 Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan Penyakit tanaman

Pengetahuan

Pengetahuan petani terhadap hama dan penyakit tanaman dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pengetahuan hama dan penyakit (Gambar 7&8). Korelasi positif ini terjadi pada pengetahuan jenis OPT dan perbedaan hama dan penyakit.

(19)

10

Gambar 8 Korelasi pendidikan petani terhadap pengetahua jenis OPT

Pengetahuan (knowledge) adalah keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang dari pengalaman atau pendidikan, secara teori atau praktek untuk memahami suatu subjek (Sarwono 1999). Sedangkan sikap (attitudes) adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan seseorang.

Berdasarkan hasil survei, pengetahuan dan sikap tentang pengendalian hama terpadu sangat minim di kedua desa ini. Hal tersebut berhubungan langsung dengan berhentinya sekolah lapang dan keaktifan kelompok tani. Selain itu, dipengaruhi juga oleh persepsi petani yang masih mempercayakan penggunaan pestisida menjadi satu-satunya cara yang efektif dalam pengendalian OPT. Sebanyak 70% petani responden setuju pestisida itu efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang lahan mereka walaupun sebagian besar (82.5% petani) responden setuju bahwa pestisida adalah barang membahayakan bagi lingkungan dan pengguna/petani. Sebanyak 55% petani setuju penggunaan pestisida masih menjadi solusi yang efektif dibandingkan pengendalian yang lainnya dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Sebanyak 90% petani mengaku aplikasi pestisida kimia telah sesuai dengan anjuran yang tertera pada label pestisida.

(20)

11

Gambar 9 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap pestisida sebagai barang membahayakan

Gambar 10 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap pestisida sebagai solusi yang efektif

(21)

12

Tindakan (practice) adalah keinginan yang berubah menjadi kebutuhan untuk segera dipenuhi. Berdasarkan survei, sebanyak 60% petani di desa Bantar Kambing dan 40% di desa Pasir gaok masih menggunakan pestisida sebagai pilihan yang utama. Tindakan petani dalam penggunaan pestisida tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sebagian besar petani yang masih menggunakan pestisida sebagai pilihan yang utama berasal dari golongan pendidikan SD. Semakin bertambahnya tingkat pendidikan mengakibatkan penurunan kepercayaan petani terhadap penggunaan pestisida sebagai pilihan yang utama (Gambar 12).

Gambar 12 Korelasi pendidikan dengan pengetahuan dan sikap petani terhadap pestisida sebagai solusi utama pengendalian

Permasalahan mengenai hama dan penyakit pada tanaman palawija dan sayuran di Kecamatan Rancabungur dinilai kurang merugikan. Berdasarkan hasil survei, kerugian yang disebabkan oleh permasalahan hama dan penyakit tanaman sebesar 7% (Tabel 2). Hal tersebut dikarenakan kebiasaan pergiliran tanaman yang sudah dilakukan selama beberapa tahun petani responden tersebut bertani. Walaupun sering dilakukan, para petani tidak mengetahui bahwa teknik budidaya dengan pergiliran tanaman termasuk kedalam pengendalian hama dan penyakit terpadu.

Permasalahan Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi tanaman, karena dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam rangka mencapai produktivitas yang tinggi, maka usaha pengendalian terhadap serangan hama perlu mendapatkan perhatian. Perlindungan tanaman mempunyai peranan penting selama proses produksi tanaman. Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan resiko yang harus dihadapi dan dipertimbangkan dalam setiap upaya budidaya tanaman.

Berdasarkan hasil, hama yang banyak menyerang tanaman jagung adalah

Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek

(22)

13

fase vegetative, akan menghambat pertumbuhan tanaman. Sedangkan pada fase generatif, akan terjadi pembusukan pada tongkol jagung. Ketiga ulat tersebut dikendalikan dengan pemberian furadan pada awal tanam ataupun penyemprotan dengan pestisida. Pestisida yang banyak digunakan adalah metomil, lamda sihalotrin, dan deltamethrin. Penyakit yang banyak menyerang pada tanaman jagung adalah bulai. Menurut literatur, penyakit ini disebabkan oleh cendawan

Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P.philippinensis. Gejalanya,

pertumbuhan batang menjadi terhambat, warna menguning, dan sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan berwarna putih. Pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian yang banyak digunakan petani adalah pergiliran tanaman dan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dibuang atau dijadikan pakan ternak.

Hama yang banyak menyerang tanaman mentimun adalah hama oteng-oteng (Aulocophora similis Oliver) dan kutu daun (Aphid gossypii). Hama oteng-oteng termasuk kedalam family Chrysomelidae. Hama ini merusak dan memakan daun, sehingga daun menjadi berlubang dan jika serangan cukup berat maka semua jaringan daun habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya. Aphids menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dari pucuk hingga daun bagian bawah. Serangan hama ini lebih sporadis dan menyebabkan daun mengeras, menggulung ke bawah, dan berembun jelaga berwarna hitam yang dapat menyebabkan proses fotosintesis menjadi terganggu. Pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani responden ialah ketika hama terlihat menyerang, petani langsung melakukan penyemprotan dengan pestisida. Pestisida yang banyak digunakan antara lain, beta-cyfluthrin, deltamethrin, dan imidacloprid. Penyakit yang menyerang tanaman mentimun adalah penyakit embun bulu (downy mildew). Namun, sebagian besar petani tidak mengetahui penyakit ini. Menurut literatur, penyakit ini disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis. Serangan penyakit ini menimbulkan gejala awal berupa bercak kuning yang berbentuk kotak mengikuti alur tulang daun. Serangannya dimulai dari daun yang sudah tua. Semakin lama, bercak kuning semakin lebar dan daun mengering.

Hama yang banyak menyerang tanaman ubi jalar adalah penggerek ubi

(Cylas sp.) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Penggerek ini dinilai kurang

merugikan karena berlakunya pergiliran tanaman oleh petani, sehingga dapat menekan populasi hama tersebut. Menurut Nonci 2005, pengendalian dengan teknik budidaya meliputi penggantian maupun modifikasi cara bercocok tanam yang secara langsung atau tidak langsung dapat menurunkan populasi hama boleng. Cara ini tidak mencemari lingkungan, relatif mudah dilaksanakan, dan kompatibel dengan pengendalian yang lain. Permasalahan lainnya adalah hama tikus. Tidak semua tanaman terserang oleh hama ini. Permasalahan yang utama adalah busuk umbi. Petani menduga hal tersebut dikarenakan adanya perubahan cuaca yang drastis, sehingga ubi menjadi mudah busuk. Berdasarkan literatur, penyakit utama ubi jalar adalah cendawan batang dan tangkai tulang daun atau penyakit kudis yang disebabkan oleh Elsinoe batatas.

(23)

14

Sedangkan tindakan petani berasosiasi dengan tingkat pengalaman usaha tani (Nazirah 2011).

(24)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani di Desa Bantar Kambing dan Desa Pasir Gaok dalam pengelolaan hama dan penyakit dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman petani dalam bertani. Selain itu, keberadaan SLPHT dan keikutsertaan petani dalam SLPHT di kedua desa tersebut sangat mempengaruhi pengelolaan hama dan penyakit tanaman yang dilakukan oleh petani. Namun hingga saat ini petani di kedua desa tersebut masih mengandalkan pestisida kimia dalam pengelolaan hama dan penyakit tanamannya.

Saran

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Khumaini MA. 2013. Petani Karawang pilih tanam palawija selama kemarau [Internet]. Bogor (ID): Antara Bogor; [diunduh 2013 Sept 27]. Tersedia pada: http://bogor.antaranews.com/berita/6060/petani-karawang-pilih-tanam-palawija-selama-kemarau.

Nazirah L. 2011. Pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam pengelolaan hama dan penyakit pepaya di Kecamatan Rancabungur, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nonci N. 2005. Bioekologi dan pengendalian kumbang Cylas formicarius

Fabricus (Coleoptera) (Curculionidae). J Litbang Pert. 24 (2): 63-69. Oka IN. 1995.Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.

Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Prabowo DP. 2009. Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purwanto H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta (ID): EGC.

Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisisus.

Sarwono SW. 1999. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Terapan. Jakarta (ID): Balai Pustaka.

Sulistiyono L. 2002. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Bawang Merah Dalam Penggunaan Pestisida, Nganjuk [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sumarwan U. 2005. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Jakarta (ID): PT. Ghalia Indonesia dengan MMA-IPB.

Untung K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Untung K. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

(26)

17

(27)

18

6. Pernah mengikuti SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) : A. Ya B. Tidak

7. Dari mana anda mendapatkan informasi tentang SLPHT : A. Buku

B. Pengalaman orang lain C. Majalah/koran

D. Televisi/radio E. Lainnya...

8. Apakah saat ini tergabung di dalam kelompok tani? A. Ya B. Tidak Nama Kelompok tani:

9. Pengalaman bertani ... :

10.Bekerja sebagai petani : A. Pemilik B. Penggarap C. Pemilik dan penggarap

11.Total Kepemilikan Lahan (luas) : II. Keadaan Umum

A. Lahan

12.Lokasi lahan : 13.Komoditas :

14.Status kepemilikan lahan : A. Lahan sendiri B. Lahan sewaan 15.Luas lahan :

- Jenis Pestisida (satu jenis atau campur) : -Cara perolehan pestisida :

-Dosis dan frekuensi :

21.Bagaimana mengatasi hama dan penyakit pada tanaman ... di lahan anda: A. Disemprot dengan pestisida

(28)

19

C. Menggunakan perangkap D. Dibiarkan saja

E. Lainnya... B. Produksi

22.Hasil panen/produksi (per 1 kali panen) : 23.Jumlah Panen /tahun :

24.Penjualan hasil panen (harga jual dan tempat penjualan) : 25.Sudah berapa kali melakukan Pemanenan :

III. Permasalahan Hama dan Penyakit : 26.Hama dan penyakit yang ditemukan : Hama:

Penyakit:

27.Masalah hama dan penyakit yang paling sering ditemukan, waktu kejadian, dan kerusakan yang ditimbulkan :

28.Kerugian yang ditimbulkan akibat hama dan penyakit tersebut : IV. Sikap Petani Dalam Menggunakan Pestisida :

29.Pestisida efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman? A. Tidak setuju C. Ragu-ragu

B. Kurang setuju D. Setuju E. Sangat setuju

30.Pestisida adalah barang yang membahayakan bagi lingkungan dan pengguna/petani?

Tidak setuju C. Ragu-ragu

Kurang setuju D. Setuju E. Sangat setuju

31.Apakah anda setuju bahwa penggunaan pestisida dapat menjadi solusi yang efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman? Tidak setuju C. Ragu-ragu

Kurang setuju D. Setuju E. Sangat setuju 32.Pestisida merupakan pilihan utama dalam mengendalikan hama dan

penyakit tanaman?

Tidak setuju C. Ragu-ragu

Kurang setuju D. Setuju E. Sangat setuju

33.Selain menggunakan pestisida, apakah anda menggunakan cara lain? A. Ya B. Tidak

V. Pengetahuan Tentang Pengendalian Hama Penyakit Terpadu dan Pengendalian Hayati

34.Apakah anda mengetahui pengertian pengendalian hama dan penyakit terpadu:

A. Ya B. Tidak

35.Apakah anda mengethui bentuk-bentuk/ cara melakukan pengendalian hama dan penyakit terpadu :

Ya B. Tidak

36.Bentuk pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman sayuran yang sering anda lakukan

(29)

20

Ya B. Tidak

38.Kegiatan pengendalian hama terpadu merupakan suatu cara yang baik dan efisien dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit:

Ya B. Tidak

YA : Aplikasi PHT untuk tanaman .... yang baik itu seperti apa?

39.Apakah anda mengetahui pengertian pengendalian hayati / musuh alami: Ya B. Tidak

YA:

- Parasitoid : - Predator : - Patogen :

40.Dari mana anda mendapatkan informasi tentang pengendalian hama dan penyakit terpadu dan pengendalian hayati:

A. Buku

B. Pengalaman orang lain C. Majalah/Koran

(30)

21

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar  1  Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan usia
Gambar  2  Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan pengalaman
Gambar  4  Karakteristik jumlah petani responden berdasarkan kepemilikan lahan
Gambar  6  Jumlah petani responden berdasarkan keikutsertaan petani pada
+5

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kritikan tajam yang dilontarkan masyarakat kepada lembaga pendidikan, khususnya di PAUD diantaranya adalah bahwa pendidikan telah gagal membangun

Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau bermain.. Siapa saja yang berada dirumah selama anak

Diketahui F tabel 2,77 maka hasil pengujian semua variabel independen memberikan hasil F hitung &gt; F tabel (21,723&gt;2,77 ) dengan tingkat signifikansi kurang dari

menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Profil Kemampuan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Biologi Kelas Program Sual Kurikulum Cambridge

Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah peserta didik Sekolah Menengah Pertama, dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa keterlibatan

2) Perkembangan intelektual: melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan

Data penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran lari sprint melalui penerapan permainan hitam hijau dapat menciptakan pembelajaran lebih aktif, siswa

Penggantian 10% jagung giling dengan sengauk dalam ransum yang mengandung Starpig (perlakuan B), dan penggantian 10% jagung giling dengan sengauk , Starpig dan daun