• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung Berdasarkan Permintaan Pasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung Berdasarkan Permintaan Pasar"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA ALAM

GUNUNG GALUNGGUNG BERDASARKAN

PERMINTAAN PASAR

GDE KRISHNA WARDANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung berdasarkan Permintaan Pasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GDE KRISHNA WARDANA. Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung Berdasarkan Permintaan Pasar. Dibimbing oleh EVA RACHMAWATI dan NANDI KOSMARYANDI.

Kabupaten Tasikmalaya memiliki daya tarik wisata yaitu Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (KWAGG). Potensi wisata yang dimiliki KWAGG belum dikembangkan secara optimal sehingga diperlukan pengembangan kawasan. Pengembangan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan permintaan pasar terhadap KWAGG. Permintaan wisata dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan potensi KWAGG karena dapat mempertemukan kebutuhan dan keinginan para wisatawan terhadap kawasan tersebut. Metode pengambilan data yang digunakan adalah observasi lapang, studi pustaka, wawancara pengelola dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung. Hasil segmentasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tujuan wisata merupakan tujuan yang mendominasi bagi kelompok umur 15-24 tahun dan bagi pengunjung yang berasal dari daerah Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya. Perencanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan segmentasi dominan yang terjadi adalah pembenahan dan perbaikan kolam pemandian, penyediaan area perkemahan, pembenahan jalan dan aksesibilitas menuju kawasan, pengelolaan kebersihan di sekitar objek wisata. Kata Kunci : pengunjung, perencanaan, permintaan pasar, segmentasi,

Tasikmalaya

ABSTRACT

GDE KRISHNA WARDANA. Nature-based Tourism Development in Galunggung Mountain Based on Demand. Supervised by EVA RACHMAWATI and NANDI KOSMARYANDI.

The Tasikmalaya Regency has an attractive tourism object known as Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (KWAGG). The potential of KWAGG has not been optimally utilized and area development is needed. The development can be suited to market demand to meet the tourist needs toward those area. The method of data collection were field observation, literature review, and interview both for management staff and visitors. The results showed that the tourism objectives dominated the reason of visitors. The age of visitors ranged 15-24 years and they locally originated from Tasikmalaya Regency, West Java. The planning processes that need to be done for dominant segmentation are restoration and improvement of swimming pool, camping facilities construction, road and accessibility enhancement, and sanitary management improvement surrounded the tourism object.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA ALAM

GUNUNG GALUNGGUNG BERDASARKAN

PERMINTAAN PASAR

GDE KRISHNA WARDANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung Berdasarkan Permintaan Pasar

Nama : Gde Krishna Wardana NIM : E34090088

Disetujui oleh

Eva Rachmawati SHut, MSi Pembimbing I

Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MScF Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas segala Rahmat dan Berkah-Nya penyusunan penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung Berdasarkan Permintaan Pasar”. Pengumpulan data lapangan dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Eva Rachmawati SHut, MSi dan Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MScF selaku Pembimbing atas arahan, bimbingan, dan saran kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, atas doa dan motivasinya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Perum Perhutani yang telah menyediakan tempat penelitian, teman-teman Anggrek Hitam 46, seluruh anggota Himakova (senior maupun junior), KPH Python Himakova, teman-teman sehobi (keluarga Bismania Indonesia), teman-teman wisma ruwet dan penghuni gelapnya (Fami Ridho Perdana, M Agustian, Chandra A, Afi, Indra, Romi P, M Hendri, Putra) atas tempatnya serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material demi kelancaran penelitian yang dilakukan. Terima kasih juga kepada Putu Rossi Tya Lestari atas semangat dan motivasi yang diberikan selama ini.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan serta pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung. Semoga bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

Metode Pengumpulan Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Pengelolaan dan Objek Wisata di Kawasan Wisata Alam Gunung

Galunggung 4

Karakteristik Pengunjung 7

Preferensi Pengunjung 10

Segmentasi Pengunjung 16

Perencanaan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung 19

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tahap penelitian, jenis data, metode pengumpulan data 3 2 Pertimbangan pengunjung mendatangi Kawasan Wisata

Alam Gunung Galunggung 14

3 Fasilitas standar di kawasan wisata (Gold 1980) 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kawah Gunung Galunggung 6

2 Tangga menuju Kawah Galunggung 6

3 Pemandian Cipanas 6

4 Curug Panoongan 6

5 Data jumlah pengunjung KWAGG 2008-2012 7

6 Karakteristik pengunjung KWAGG 8

7 Asal pengunjung yang mendatangi KWAGG 9

8 Tujuan pengunjung datang ke KWAGG 10

9 Motivasi pengunjung dalam mengunjungi Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung

10 10 Manfaat yang diperoleh pengunjung dalam mengunjungi

Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung

11 11 Kegiatan pengunjung di Kawasan Wisata Alam Gunung

Galunggung

11 12 Tingkat pengetahuan pengunjung terhadap keberadaan

Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung

12 13 Sumber informasi pengunjung dalam mengunjungi Kawasan

Wisata Alam Gunung Galunggung

12 14 Kendaraan yang digunakan pengunjung menuju Kawasan

Wisata Alam Gunung Galunggung

12 15 Pendapat pengunjung mengenai kondisi jalan menuju

Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung

13 18 Segmentasi usia berdasarkan tujuan pengunjung di Kawasan

Wisata Alam Gunung Galunggung

17 19 Segmentasi geografi berdasarkan tujuan pengunjung di

Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (1)

18 20 Segmentasi geografi berdasarkan tujuan pengunjung di

Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (2)

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Tasikmalaya memiliki daya tarik wisata yaitu Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (KWAGG). KWAGG mempunyai tiga obyek wisata yaitu kawah Gunung Galunggung, Curug Panoongan dan Pemandian Cipanas. Daya tarik utama dari KWAGG adalah gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Galunggung.

Potensi wisata yang dimiliki KWAGG belum dikembangkan secara optimal sehingga diperlukan pengembangan kawasan (Disbudpar Kab. Tasikmalaya 2012). Douglass (2006) menyatakan bahwa pengembangan kawasan didasarkan atas penggunaan sumberdaya yang tersedia dan permintaan. Permintaan pasar merupakan jumlah suatu barang atau jasa yang akan dibeli oleh konsumen atau masyarakat pada kondisi, waktu, dan harga tertentu (Hanafiah dan Saefuddin 1993).

Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pengunjung di KWAGG pada tahun 2009 - 2010 dan tahun 2011 - 2012. Jumlah pengunjung yang menurun dapat ditingkatkan dengan melakukan pengembangan di KWAGG. Bentuk pengembangan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan permintaan pasar terhadap KWAGG. Gold (1980) menyatakan bahwa permintaan wisata dibutuhkan untuk mengetahui atau mencari tahu apa yang pengunjung inginkan dan mengetahui peluang terbaik apa yang mampu memuaskan keinginan pengunjung dalam mengembangkan kawasan. Permintaan wisata dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengembangan potensi KWAGG.

Gunung Galunggung merupakan gunung berapi yang masih aktif dan aktivitas vulkaniknya dapat dipantau secara terus menerus. Untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada pengunjung diperlukan pengembangan dan perencanaan mengenai aspek keselamatan bagi para pengunjung yang berada di KWAGG berdasarkan permintaan pasar. Permintaan pasar terhadap KWAGG dapat mempertemukan kebutuhan dan keinginan para wisatawan terhadap kawasan tersebut sehingga pengembangan mengenai fasilitas (sarana dan prasarana) serta aspek keamanan perlu dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengunjung.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah membuat perencanaan pengembangan KWAGG berdasarkan segmentasi pengunjung pada permintaan pasar nyata (actual demand).

Manfaat Penelitian

(12)

2

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di KWAGG, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2013.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, Kamera Nikon D5000, recorder, alat ukur. Sedangkan bahan penelitian adalah panduan wawancara, kuesioner, pustaka, buku panduan lapang flora dan fauna.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi lapang, studi pustaka, wawancara pengelola dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung. Data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

1. Observasi lapang

Observasi lapang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan di KWAGG. Observasi lapang digunakan untuk mengetahui kondisi dan keadaan kawasan secara langsung (ground check). Pengamatan dilakukan dengan cara mengelilingi kawasan untuk mendapatkan data yang akan digunakan.

2. Wawancara Pengelola

Wawancara dilakukan kepada tiga orang narasumber, yaitu kepala administrator Galunggung, dan dua orang petugas loket yang mewakili dari masing-masing pengelola yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya, Perum Perhutani .

3. Penyebaran Kuesioner

Data pengunjung didapatkan dengan cara penyebaran kuesioner kepada pengunjung secara langsung. Batasan yang digunakan adalah pasar nyata yaitu pengunjung yang sedang berkunjung ke KWAGG. Pengunjung dipilih dengan menggunakan convenience sampling, artinya pengunjung yang bersedia diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner. Jumlah responden yang diambil sebanyak 39 orang.

4. Studi Pustaka

(13)

3 Tabel 1 Tahap penelitian, jenis data, metode pengumpulan data

No Tahap Penelitian Metode Pengumpulan Data

1 Identifikasi Potensi dan Daya Tarik Wisata Data yang dikumpulkan meliputi : kondisi umum kawasan yang meliputi letak dan luas kawasan, sejarah kawasan, dan kondisi biologi (flora dan fauna).

Studi pustaka

Identifikasi objek wisata (jenis objek wisata, kondisi fisik dan biologi objek wisata, serta budaya masyarakat sekitar), jenis, jumlah, kondisi sarana dan prasarana.

Observasi lapang dan wawancara pengelola (Perhutani, Disbudpar Tasikmalaya)

2 Identifikasi Karakteristik dan Preferensi Pengunjung

Data yang dikumpulkan meliputi : demografi (umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, asal, jenis kelamin,

3 Identifikasi Pengelolaan Kawasan Wisata Gn. Galunggung

Data yang dikumpulkan meliputi : kebijakan, pengelolaan potensi dan daya tarik wisata, pelayanan terhadap

Analisis Data Potensi Bahaya dan Keselamatan Pengunjung.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar. Potensi bahaya dan daya tarik wisata yang terdapat di kawasan dapat dilihat dari kondisi fisik, kondisi biologi di sekitar objek wisata, serta kondisi sarana prasarana yang disediakan oleh pengelola. Data yang dihasilkan merupakan gambaran umum KWAGG.

Analisis Data Pengunjung.

(14)

4

tersebut adalah 9 - 14 tahun, 15 - 24, 25 - 50 tahun dan >50 tahun (Heriningtyas 2009).

Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Galunggung

Perencanaan pengembangan di KWAGG didasarkan atas karakteristik segmentasi pasar yang terjadi dengan mengkaji kondisi fisik KWAGG. Pengembangan yang dilakukan meliputi perencanaan sarana prasarana yang diperlukan di kawasan serta perencanaan aspek keselamatan pengunjung.

Analisis Pengelola Kawasan Wisata Gunung Galunggung.

Data dari pengelola disajikan dalam bentuk tabulasi. Data dianalisis secara deskriptif. Data pengelolaan KWAGG yang dianalisis secara deskripsi meliputi data kebijakan pengelola, pengelolaan potensi dan daya tarik wisata, pelayanan terhadap pengunjung, rencana pengembangan kawasan, dan masalah lain yang ada di kawasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan dan Objek Wisata di Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung

KWAGG merupakan kawasan wisata yang dimiliki oleh Perum Perhutani KPH Tasikmalaya. Pihak pengelola memiliki rencana untuk mengembangkan kawasan wisata menjadi lebih baik. Dalam melakukan perencanaan diperlukan informasi mengenai hal-hal apa saja yang dibutuhkan pengunjung untuk meningkatkan daya tarik wisatanya. KWAGG, terletak di Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya. Luas KWAGG sebesar kurang lebih 40 ha.

Kondisi biologi di KWAGG didominasi oleh Pinus merkusii (tahun tanam 1999 - 2000), tanaman penghijauan kaliandra dan paku-pakuan. Sedangkan fauna yang dapat ditemukan di KWAGG adalah kadal kebun (Eutrophis multifasciata), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

KWAGG merupakan kawasan gunung api yang masih aktif. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1982. Untuk itu diperlukan pembahasan mengenai aspek keselamatan dan keamanan di kawasan wisata gunung api. Aspek keselamatan dan keamanan meliputi pengelolaan serta penangggulangan terhadap bencana letusan gunung api bagi kawasan dan bagi pengunjung.

Aksesibilitas

(15)

5 Akses transportasi umum dapat menggunakan angkutan kota dari Terminal Indihiang menuju Gunung Galunggung atau dari Terminal Singaparna menuju Gunung Galunggung dengan tarif Rp 6000,00. Sepanjang jalan menuju ke kawasan terdapat pemukiman warga dengan kebun dan kolam ikan yang dimiliki warga serta tegakan tanaman penghijauan kaliandra. Kondisi masyarakat disekitar kawasan berprofesi sebagai pedagang dan penyedia jasa ojek.

Letusan Gunung Galunggung yang terjadi pada tahun 1982 berakibat pada terbentuknya Kawah Gunung Galunggung yang saat ini menjadi salah satu objek wisata andalan di KWAGG. KWAGG mempunyai tiga daya tarik yang digunakan sebagai objek wisata. Ketiga daya tarik tersebut adalah Kawah Galunggung, Pemandian Cipanas Galunggung, dan Curug Panoongan. Gunung Galunggung merupakan gunung api yang masih aktif, maka diperlukan pengelolaan dan penanggulangan mengenai keselamatan dan keamanan bagi pengunjung dan kawasan tersebut. Menurut Heggie (2010) letusan atau erupsi gunung berapi mempunyai bahaya bagi pengunjung selama erupsi dan setelah erupsi. Jenis-jenis ancaman bahaya yang dapat terjadi adalah hujan asam, debu vulkanik, gempa bumi, tanah longsor, banjir lahar, dll.

Gunung Galunggung merupakan gunung berapi yang masih aktif. Untuk meminimalisir bahaya yang dapat terjadi diperlukan langkah-langkah dalam menanggulangi bahaya. Twigg (2004) menyatakan bahwa terdapat empat fase dalam menanggulangi resiko bahaya yaitu pencegahan bencana, persiapan sebelum bencana terjadi, respon saat bencana terjadi, dan pemulihan setelah terjadinya bencana.

Kawah Gunung Galunggung

Kawah Gunung Galunggung (Gambar 1) merupakan salah satu obyek yang terdapat di KWAGG. Harga tiket masuk ke Kawah Gunung Galunggung sebesar Rp 4,200.00. Objek wisata ini berjarak sekitar 3 (tiga) kilometer dari gerbang masuk. Untuk menuju kawah dapat dicapai dengan menaiki 620 buah anak tangga (Gambar 2). Tangga yang disiapkan oleh pengelola merupakan tangga yang terbuat dari semen. Sepanjang tangga menuju kawah dikelilingi oleh semak belukar, tumbuhan bawah, tumbuhan paku-pakuan, dan tanaman penghijauan kaliandra. Pemandangan yang dapat dilihat merupakan cekungan kawah hasil dari letusan Gunung Galunggung dan pemandangan Kota Tasikmalaya dari atas kawah.

Potensi bahaya bagi pengunjung di kawah galunggung yaitu : a. Bahaya vulkanik bagi kesehatan pengunjung (gas belerang),

b. Bahaya lainnya yang dapat terjadi akibat kelalaian pengunjung seperti terperosok ke dalam kawah, terpeleset saat menaiki tangga menuju kawah, kelelahan akibat kondisi fisik yang tidak memungkinkan,

c. Tindakan kriminal dapat terjadi pada malam hari karena minim penerangan.

Pemandian Cipanas Galunggung dan Curug Panoongan

(16)

6

Cipanas memiliki konsep kolam pemandian massal bagi para pengunjungnya. Air panas yang mengalir melewati sungai ditampung dibeberapa kolam pemandian dengan ukuran yang berbeda-beda. Selain kolam air panas, ditempat ini disediakan saung yang dapat digunakan untuk rekreasi atau piknik. Perum Perhutani memiliki komplek pemandian tersendiri yaitu kolam pemandian dengan kapasitas 2-4 orang. Setiap kolam pemandian dilengkapi dengan satu buah saung, satu buah toilet dan satu buah ruang ganti.

Gambar 1 Kawah Galunggung Gambar 2 Tangga menuju kawah

Curug Panoongan merupakan objek wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani (Gambar 4). Untuk bisa mengunjungi curug ini, dikenakan tarif masuk sebesar Rp 10,000.00. Jarak yang ditempuh sekitar sekitar 1 (satu) km dari kolam pemandian air panas atau sekitar 15 menit. Curug ini mempunyai ketinggian kurang lebih 5 meter. Keunikan Curug Panoongan adalah curug tersebut mempunyai dua sumber mata air yaitu sumber mata air dingin dan sumber mata air panas. Akses jalan menuju ke curug pun masih berupa jalan tanah. Potensi bahaya yang dapat berkaitan dengan keselamatan dan keamanan pengunjung di lokasi ini, yaitu :

a. Ancaman bahaya longsor sepanjang jalan menuju curug,

b. Bahaya akibat kelalaian pengunjung seperti terpeleset, tersesat karena kurangnya petunjuk arah menuju curug,

c. Tertular penyakit akibat kolam pemandian yang digabung,

d. Kehilangan barang berharga karena kelalaian pengunjung dan terbatasnya petugas,

(17)

7

Karakteristik Pengunjung

Jumlah Pengunjung

Pengunjung yang mendatangi KWAGG dari tahun ke tahun mengalami perubahan jumlah (Gambar 5). Jumlah pengunjung paling tinggi terdapat pada tahun 2009. Setelah tahun 2009 jumlah pengunjung di KWAGG mengalami penurunan. Musim ramai pengunjung di KWAGG setiap tahunnya menyesuaikan dengan libur sekolah dan perayaan lebaran. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, musim ramai pengunjung di KWAGG berada pada bulan Juli - September.

Gambar 5 Data jumlah pengunjung KWAGG 2008-2012 (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tasikmalaya)

Jenis Kelamin

Pengunjung yang datang ke KWAGG didominasi oleh jenis kelamin pria sebanyak 64,10% (Gambar 6). Mehmetoglu (2006) menyebutkan bahwa aktifitas yang disukai oleh sebagian besar pria adalah aktifitas maskulin yang menggunakan tenaga/fisik. KWAGG memiliki objek wisata yang menggunakan aktifitas fisik untuk menuju ke objek wisata tersebut, yaitu menaiki tangga yang cukup tinggi menuju Kawah Galunggung dan lintas alam untuk menuju Curug Panoongan. Wanita cenderung menyukai aktifitas yang tidak banyak menggunakan aktifitas fisik dan lebih menyukai aktifitas yang terkait dengan budaya serta hal-hal yang bersifat pleasure (Mehmetoglu 2006).

Usia Pengunjung

(18)

8

Gambar 6 Karakteristik pengunjung KWAGG

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pengunjung di KWAGG didominasi oleh pendidikan SMA sebesar 51,28% (Gambar 6). Douglas (1970) menyatakan bahwa pendidikan akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya. Dari data yang diperoleh, pengunjung dengan tingkat pendidikan SMA mempunyai kepedulian yang lebih tinggi terhadap lingkungan di KWAGG.

(19)

9

Status Perkawinan

Status merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan wisata. Yoeti (2008) menyatakan bahwa semakin besar pendapatan yang bebas digunakan, maka semakin besar kemungkinan seseorang melakukan perjalanan wisata yang diinginkan. Pengunjung yang mendatangi KWAGG mayoritas belum menikah dengan presentase sebesar 76,92% (Gambar 6).

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan didominasi oleh pengunjung yang berstatus pelajar/mahasiswa sebesar 61,54% (Gambar 6). Pengunjung dengan pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa memiliki ketersediaan waktu lebih banyak untuk berwisata serta didukung oleh tiket masuk kawasan yang murah dengan harga sebesar Rp 4,200.00.

Gambar 7 Asal pengunjung yang mendatangi KWAGG

Asal Pengunjung

Pengunjung yang datang ke KWAGG didominasi oleh pengunjung yang berasal dari daerah Tasikmalaya (wisatawan lokal) sebesar 30,77% (Gambar 7). Asal pengunjung yang datang ke KWAGG dipengaruhi oleh besarnya jarak atau waktu tempuh yang digunakan oleh pengunjung untuk mencapai kawasan. Pengunjung dari daerah Tasikmalaya dan sekitarnya mendominasi karena secara administratrif KWAGG terletak di Kabupaten Tasikmalaya sehingga lebih mudah diakses oleh wisatawan lokal, dalam hal ini pengunjung yang berasal dari daerah Tasikmalaya. Pada gambar 7 terlihat bahwa terdapat pengunjung yang berasal dari luar daerah Tasikmalaya.

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

(20)

10

Preferensi Pengunjung

Tujuan Pengunjung

Tujuan pengunjung dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu wisata, pendidikan, penelitian, dan tujuan lainnya. Pengunjung yang datang ke KWAGG didominasi oleh pengunjung yang memiliki tujuan untuk berwisata sebesar 81% (Gambar 8). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013) menunjukkan bahwa tujuan pengunjung didominasi oleh tujuan wisata untuk rekreasi dan refreshing.

Gambar 8 Tujuan pengunjung datang ke KWAGG.

Motivasi dan Manfaat yang Diperoleh Pengunjung

Motivasi terbesar pengunjung dalam mengunjungi KWAGG karena KWAGG mempunyai pemandangan yang indah sebesar 51,28% serta ajakan dari teman atau kerabat pengunjung sebesar 20,51% (Gambar 9). Motivasi dipengaruhi oleh ketersediaan waktu yang dimiliki oleh pengunjung. Sebagian besar pengunjung mengunjungi KWAGG pada waktu libur/ week end. Manfaat terbesar yang didapat pengunjung adalah memperoleh kesegaran jasmani dan memperoleh pemandangan yang menarik dari objek wisata yang tersedia di KWAGG yaitu sebesar 33,33% (Gambar 10).

Gambar 9 Motivasi pengunjung dalam mengunjungi KWAGG. 81%

2%

5% 12%

Wisata Pendidikan Penelitian Lainnya

51.28%

7.69% 5.13%

20.51%

7.69% 2.56% 5.13%

(21)

11

Gambar 10 Manfaat yang diperoleh pengunjung dalam mengunjungi KWAGG

Kegiatan Pengunjung

Dari hasil penyebaran kuesioner, didapatkan hasil bahwa sebagian besar kegiatan pengunjung di kawasan ini adalah jalan-jalan di sekitar kawasan sebesar 46% dan melihat pemandangan sebesar 40% (Gambar 11). Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung dipengaruhi oleh kondisi fisik KWAGG yang memungkinkan pengunjung untuk menikmati potensi dengan berjalan kaki. Dengan melakukan kegiatan berjalan-jalan, pengunjung dapat memperoleh kesegaran jasmani dan pemandangan yang menarik (Gambar 11).

Gambar 11 Kegiatan pengunjung di KWAGG.

Sumber Informasi dan Tingkat Pengetahuan Kawasan

Mayoritas pengunjung (82%) yang datang ke KWAGG telah mengetahui keberadaan kawasan (Gambar 12) sedangkan sisanya sebesar 18% belum mengetahui sebelumnya. Sebagian besar (95%) pengunjung mendapatkan informasi keberadaan kawasan melalui teman atau keluarga dan dari internet (Gambar 13).

12.82%

33.33% 33.33%

15.38%

5.13%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

46%

40% 4%

10%

(22)

12

. Gambar 12 Tingkat pengetahuan pengunjung terhadap keberadaan KWAGG.

Gambar 13 Sumber informasi pengunjung dalam mengunjungi KWAGG

Jenis Kendaraan

Pengunjung yang datang ke kawasan ini mayoritas menggunakan kendaraan pribadi sebagai alat transportasi sebesar 69% (Gambar 14). Hal ini disebabkan aksesibilitas menuju kawasan sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum. Kendaraan umum yang tersedia hanya sampai pintu gerbang depan.

Gambar 14 Kendaraan yang digunakan pengunjung menuju KWAGG. 82%

18%

Mengetahui Tidak Mengetahui

95% 2% 3%

Teman/Keluarga Lainnya Teman/Keluarga dan Internet

69% 23%

5% 3%

(23)

13

Kondisi Jalan

Akses menuju lokasi wisata merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan pengunjung untuk mengunjungi suatu kawasan wisata. Akses jalan menuju KWAGG merupakan jalan beraspal dan jalan berbatu. Sebanyak 51% (Gambar 15) responden berpendapat bahwa akses menuju KWAGG buruk serta kurang nyaman untuk dilalui.

Gambar 15 Pendapat pengunjung mengenai kondisi jalan menuju KWAGG.

Push dan Pull Faktor

Pengunjung mempertimbangkan beberapa aspek dalam melakukan kunjungan ke tempat wisata. Aspek keindahan, fasilitas, keamanan, kebersihan, dan pelayanan dari suatu kawasan wisata menjadi pertimbangan pengunjung dalam mengunjungi suatu kawasan wisata (Tabel 2). KWAGG memiliki fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung. Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan ini adalah satu buah penginapan milik Perum Perhutani, toilet, mushola, warung, lahan parkir, media informasi. Menurut pengunjung, aspek fasilitas masih perlu dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung terhadap kawasan. Pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata mempertimbangkan fasilitas yang ada untuk mendapatkan kenyamanan dan kepuasan dari tempat tersebut. Hal ini berhubungan dengan faktor penarik (pull factor) yang dapat mengurangi kepuasan pengunjung terhadap suatu tempat akibat dari kurang baiknya pengelolaan dan perawatan di kawasan tersebut.

Aini (2013) menyebutkan bahwa fasilitas yang harus ditambahkan di KWAGG meliputi sarana kebersihan, keamanan, penginapan, dan pusat informasi. Harapan pengunjung adalah penyediaan tempat penginapan, aksesibilitas jalan, warung, permainan anak, kolam renang, tempat istirahat dan pusat informasi. Sarana prasarana utama dan fasilitas penunjang di KWAGG masih belum memadai (Ramadiana 2011).

.

3%

46% 51%

(24)

14

Tabel 2 Pertimbangan pengunjung dalam mendatangi kawasan wisata

No Aspek Pertimbangan Presentase

1 Daya Jangkau

Eagles dan McCool (2002), tempat wisata membutuhkan fasilitas dan pelayanan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung, staff dan lainnya. Tempat wisata membutuhkan fasilitas untuk informasi, transportasi, akomodasi, makan, keamanan dan rekreasi. Pada aspek keamananan, pengunjung berpendapat sudah merasa aman selama berada di kawasan, namun pengunjung menginginkan adanya penambahan petugas keamanan. Selain itu fasilitas untuk menunjang aspek keamanan harus ditingkatkan. Pengunjung merasa kurangnya penerangan di sekitar kawasan pada saat malam hari.

Aspek kebersihan menjadi pertimbangan pengunjung dalam mengunjungi suatu kawasan. Pengunjung berpendapat bahwa kebersihan di objek wisata yang terdapat di dalam kawasan kurang terjaga. Hal ini disebabkan oleh banyak sampah yang berada di sekitar objek wisata. Selain sampah yang terdapat di objek wisata, kebersihan dan sanitasi pun harus ditingkatkan demi kenyamanan pengunjung.

Aspek pelayanan berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di kawasan wisata. Menurut pengunjung pelayanan yang diberikan pengelola kepada pengunjung sudah ada tetapi hanya sebatas petugas yang tersedia di loket masuk. Sementara pelayanan tidak langsung seperti ketersediaan media informasi masih kurang.

Motivasi pengunjung untuk datang ke tempat ini adalah untuk menikmati pemandangan yang tersedia di KWAGG. Aspek keindahan merupakan aspek penting yang dapat menjadi faktor penarik (pull factor). Pengunjung termotivasi untuk mengunjungi KWAGG karena pemandangan alam yang indah.

(25)

15 adalah faktor penarik yang dimiliki suatu tempat rekreasi agar pengunjung tetap berada di tempat tersebut.

Mohamed dan Othman (2012) menyebutkan bahwa faktor yang mendorong motivasi pengunjung untuk mengunjungi suatu tempat berhubungan dengan element yang dimiliki tempat tersebut. Selain karakter fisik, keadaan di tempat tersebut menjadi faktor pendorong tersendiri bagi pengunjung untuk mengunjungi suatu tempat seperti keadaan sepi, tenang dan dekat dengan alam. Sedangkan untuk faktor penarik dari suatu kawasan dapat terlihat dari cara perawatan dan pengelolaan tempat tersebut. Jika kawasan tersebut dirasa kurang aman bagi pengunjung, pengelolaannya tidak baik maka akan berdampak negatif pada kepuasan pengunjung.

Gambar 16 Hal yang disukai pengunjung di KWAGG.

Hal yang disukai pengunjung dari KWAGG tersaji dalam gambar 12. Objek wisata menjadi hal yang disukai pengunjung dalam mengunjungi suatu kawasan wisata. Objek wisata yang disukai pengunjung (Gambar 16) berkaitan dengan aspek keindahan, keamanan, kebersihan, dan pelayanan oleh pengelola kawasan (Tabel 2). Hal lainnya (Gambar 16) yang disukai dari pengunjung terhadap KWAGG adalah karena cuaca dan udara yang sejuk, suasana yang nyaman dan damai, akses dekat dengan tempat tinggal, serta kesejukan udara di KWAGG. Pengunjung mendapatkan manfaat kesegaran jasmani dengan mengunjungi KWAGG.

Pengunjung tidak menyukai KWAGG dalam beberapa hal. Hal yang paling tidak disukai pengunjung terhadap kawasan adalah mengenai sarana dan prasarana yang terdapat di KWAGG (Gambar 17). Sarana dan prasarana berkaitan dengan aspek daya jangkau, fasilitas dan pelayanan yang tersedia di KWAGG. Sarana dan prasarana menjadi hal yang tidak disukai pengunjung karena menurut pengunjung yang mendatangi KWAGG fasilitas yang disediakan kurang terawat dan kurang memadai serta masih belum tertatanya warung yang terdapat di sekitar objek wisata. Hal ini berdampak pada kebersihan objek wisata yang terdapat di KWAGG.

54%

5% 7%

25% 9%

(26)

16

Gambar 17 Hal yang tidak disukai pengunjung di KWAGG.

Fasilitas jalan yang disediakan pengelola termasuk dalam pertimbangaan daya jangkau pengunjung. Pengunjung berpendapat bahwa kondisi jalan menuju KWAGG buruk, namun pengunjung tetap datang mengunjungi kawasan ini. Hal ini karena jarak yang ditempuh dari pusat Kota Tasikmalaya menuju KWAGG tidak terlalu jauh. Selain itu sulitnya transportasi umum menuju kawasan menjadi kendala bagi pengunjung. Untuk mengatasi sulitnya transportasi, pengunjung menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kawasan.

Kawasan ini memiliki kekurangan disisi pengelolaan dan perawatan kawasan. Hal ini dapat terlihat dari hal yang tidak disukai pengunjung, yaitu pada bagian sarana dan prasarana yang kurang memadai. Pengunjung yang datang ke kawasan ini mempunyai motivasi (push factor) untuk berkunjung namun tidak diimbangi dengan pengelolaan dan perawatan kawasan yang ada, sehingga jika dibiarkan dapat berdampak negatif bagi kepuasan pengunjung.

Segmentasi Pengunjung

Segmentasi adalah proses membagi keseluruhan pasar menjadi sub kelompok atau segmen untuk tujuan pemasaran (Middleton, Clarke 2001). Kotler dan Keller (2009) menjelaskan bahwa segmen pasar yang terbentuk terdiri atas sekelompok konsumen yang memiliki kebutuhan atau keinginan yang sama. Segmentasi pasar merupakan komponen penting dalam menentukan pengembangan suatu kawasan. Segmentasi pasar yang terbentuk dapat digunakan oleh perencana pengembangan suatu kawasan dalam memahami apa yang dibutuhkan oleh pengunjung terhadap kawasan tersebut.

Segmentasi pasar membagi pasar menjadi kelompok kecil berdasarkan faktor demografi, geografi, psikologi dan perilaku pengunjung (Larsen 2010). Segmentasi yang dilakukan berupa pengelompokan usia pengunjung dan asal pengunjung yang mendominasi di KWAGG. Segmentasi dominan yang terbentuk akan dikaitkan dengan tujuan pengunjung. Hasil dari segmentasi ini selanjutnya dijadikan bahan perencanaan pengembangan objek wisata dan sarana prasarana di KWAGG. Data segmentasi yang ada disegmentasi menjadi dua, yaitu segmentasi demografi dan segmentasi geografi.

18%

58% 10%

8% 6%

(27)

17

1. Segmentasi Demografi.

Larsen (2010) mengemukakan bahwa segmentasi demografi sering digunakan dalam segmentasi pasar karena variabel yang digunakan mudah diidentifikasi. Variabel yang dapat digunakan dalam segmentasi demografi adalah usia dan jenis kelamin. Pengunjung yang datang ke KWAGG dibagi menjadi beberapa kelompok umur. Gambar 18 menunjukkan bahwa segmentasi pengunjung di KWAGG terjadi pada rentang usia 15-24 tahun. Artinya, pengunjung dengan usia 15-24 tahun mendominasi kawasan ini dengan tujuan wisata, pendidikan, penelitian dan tujuan lainnya.

Gambar 18 Segmentasi usia berdasarkan tujuan pengunjung di KWAGG

2. Segmentasi Geografi

Segmentasi geografi membagi pengunjung berdasarkan asal pengunjung. Hal ini penting dilakukan karena berhubungan dengan keberadaan kawasan wisata dan tempat tinggal pengunjung. Segmentasi geografi penting dilakukan karena pada kenyataannya perilaku pengunjung dalam membeli suatu produk atau jasa berkaitan erat dengan asal pengunjung (Gunter dan Furnham 1992).

(28)

18

Gambar 19 Segmentasi geografi Kabupaten berdasarkan tujuan pengunjung di KWAGG(1)

Gambar 20 Segmentasi geografi propinsi berdasarkan tujuan pengunjung di KWAGG (2)

Tujuan wisata sebagai tujuan yang didominasi oleh kedua segmen tersebut memperlihatkan bahwa ada motivasi yang dimiliki pengunjung untuk datang ke KWAGG. Dari data segmentasi dominan yang terjadi, pengunjung menginginkan adanya pengembangan sarana dan prasarana serta perencanaan keselamatan di KWAGG. Pengembangan sarana dan prasaranaa yang perlu dilakukan menurut pengunjung dalam segmentasi ini adalah pembenahan dan perbaikan kolam

(29)

19 pemandian, penyediaan area perkemahan, pembenahan jalan dan aksesibilitas menuju kawasan, pengelolaan kebersihan di sekitar objek wisata, serta penambahan sarana rekreasi dan permainan (outbond area).

Perencanaan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung

Perencanaan Kawasan

Perencanaan pengembangan KWAGG didasarkan atas segmentasi dominan yang terbentuk dari permintaan pasar yang terjadi di KWAGG. Segmentasi dominan yang terbentuk adalah segmentasi demografi pada rentang usia 15-24 tahun dan segmentasi geografi pada pengunjung yang berasal dari daerah Tasikmalaya. Douglass (2006) menyatakan bahwa pengembangan kawasan didasarkan atas penggunaan sumberdaya yang tersedia dan permintaan pasar. Dirjen PHKA (2001) menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata alam adalah kegiatan memanfaatkan ruang melalui serangkaian program kegiatan pembangunan untuk pariwisata alam yang meliputi pengelolaan pemanfaatan lahan dan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sesuai dengan azas pemanfaatan lahan dan mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, berhasil guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan.

Perencanaan Fasilitas Keselamatan dan Keamanan

Pengelola mempunyai kewajiban untuk membuat perencanaan mengenai fasilitas yang dibutuhkan serta sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang keselamatan dan keamanan pengunjung selama berada di kawasan. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung yang mendatangi kawasan wisata ini. Gold (1980) menyebutkan bahwa elemen fasilitas standar yang harus ada di kawasan wisata adalah fasilitas kebersihan, air bersih, perlindungan dari cuaca dan api, penerangan, patroli, program wisata, perawatan fasilitas, transportasi/parkir, komunikasi, interpretasi. Namun dalam merencanakan fasilitas yang dapat diberikan bagi pengunjung, harus diimbangi dengan ancaman potensi bahaya yang dapat terjadi. Sejauh ini pengelola hanya menyiapkan jalur evakuasi yang jauh dari kawasan sebagai upaya penyelamatan pengunjung dan masyarakat dari ancaman bahaya.

Perencanaan fasilitas mengenai aspek keselamatan dan keamanan bagi pengunjung dan masyarakat adalah :

1. Pembangunan wisma cinta alam sebagai pusat informasi bagi pengunjung, 2. Perbaikan akses jalan menuju kawasan dan akses transportasi,

3. Penambahan penerangan jalan menuju kawasan,

4. Penyebaran informasi kepada khalayak ramai mengenai media untuk mempublikasikan KWAGG.

5. Fasilitas camping site dan outbond area untuk kegiatan-kegiatan alam bebas bersama keluarga, kerabat, atau teman. Camping site ini dapat dibangun di lokasi yang mempunyai keadaan yang datar. Hal ini diperlukan karena pengunjung yang datang terkadang melakukan kegiatan perkemahan sabtu minggu (PERSAMI).

6. Mendirikan pos pemantau keadaan Gunung Galunggung di gerbang masuk, 7. Menyediakan shelter atau tempat berlindung bagi pengunjung jika terjadi

(30)

20

8. Menyiapkan jalur evakuasi sebagai langkah penyelamatan. 9. Penyediaan fasilitas penginapan bagi pengunjung

Tabel 3 Fasilitas standar di kawasan wisata (Gold 1980)

Element (Gold 1980) Kondisi Di KWAGG Harapan Pengunjung

Fasilitas Kebersihan Tersedia Penambahan

toilet/ruang ganti

Air Bersih Tersedia -

Perlindungan Cuaca/Api Tersedia Pembuatan shelter perlindungan

Penerangan Tersedia Penambahan lampu

jalan

Patroli Tersedia Penambahan petugas

keamanan

Program Wisata Tidak Tersedia Penyediaan outbond area dan camping site

Perawatan Fasilitas Tersedia Perawatan sarana dan prasarana yang sudah ada

Transportasi/Parkir Tersedia Penambahan lahan

parkir dan

mempermudah transportasi umum

Komunikasi Tidak Tersedia Perbaikan pelayanan

dan media pemasaran

Interpretasi Tersedia Penambahan dan

perawatan papan interpretasi yang ada

Langkah-langkah dalam menanggulangi bencana diperlukan di KWAGG selain perencanaan fasilitas yang dilakukan. Langkah-langkah yang dapat diberikan menurut Twigg (2004) adalah :

1. Pencegahan bencana, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data potensi bencana dari Gunung Galunggung serta pemetaan kawasan rawan bencana di kawasan.

2. Persiapan sebelum bencana terjadi, langkah ini dapat dilakukan dengan memonitor keadaan Gunung Galunggung atau memberi peringatan dini mengenai ancaman bahaya (letusan) dengan koordinasi pihak-pihak terkait. Selain itu mulai merencanakan jalur evakuasi bagi masyarakat atau pengunjung yang ada di kawasan. Langkah lainnya dapat dilakukan dengan penutupan kawasan.

(31)

21 4. Pemulihan setelah terjadi bencana, langkah ini dilakukan ketika bencana sudah terjadi. Langkah ini dilakukan untuk mengembalikan kondisi kawasan seperti sebelum terjadi bencana.

Perencanaan Fasilitas Objek Wisata

1. Kawah Galunggung

Fasilitas yang terdapat di kawasan Kawah Galunggung saat ini terbatas pada toilet, musholla, warung, tangga menuju kawah, lahan parkir. Fasilitas yang tersedia saat ini masih perlu dikembangkan untuk meningkatkan arus kunjungan di KWAGG. Perencanaan fasilitas yang dilakukan meliputi :

1) Penambahan dan perawatan fasilitas kebersihan di Kawasan Kawah Gunung Galunggung,

2) Perawatan musholla yang tersedia,

3) Penataan warung yang ada di Kawasan Kawah Gunung Galunggung oleh pengelola,

4) Pembangunan pos kesehatan bagi pengunjung sebagai upaya dalam menanggulangi kecelakaan yang terjadi,

5) Membuat jalur pemisah di tangga menuju kawah untuk kenyamanan pengunjung,

6) Membuat pagar pengaman di pinggir kawah untuk keselamatan pengunjung,

7) Menyediakan tempat sampah untuk menjaga keindahan kawasan,

8) Menyediakan penerangan jalan di sekitar jalan menuju kawah untuk memberikan rasa aman kepada pengunjung pada malam hari,

9) Memperluas lahan parkir di Kawasan Kawah Gunung Galunggung,

10)Membuat papan informasi tentang kawasan yang bertujuan untuk memberikan informasi secara tidak langsung kepada pengunjung,

11)Menambah petugas keamanan di kawasan untuk memberikan rasa aman bagi pengunjung,

2. Pemandian Cipanas dan Curug Panoongan

Fasilitas yang tersedia di Pemandian Cipanas adalah ruang ganti, saung/aula berkumpul pagi pengunjung, toilet, dan musholla. Pemandian Cipanas dikelola oleh Pemda Tasikmalaya. Fasilitas yang tersedia di Curug Panoongan meliputi satu buah saung peristirahatan. Fasilitas yang ada saat ini masih perlu dikembangkan karena arus kunjungan setiap tahunnya terus meningkat dan diperlukan perawatan fasilitas dari seluruh pihak. Perencanaan fasilitas meliputi : A.Perum Perhutani

1. Penyediaan tempat sampah di sekitar komplek pemandian yang di kelola Perum Perhutani untuk menjaga kebersihan,

2. Pembangunan akses jalan menuju Curug Panoongan untuk memudahkan pengunjung,

3. Pencegahan bencana longsor dengan membuat tebing batu penahan tanah sepanjang jalan menuju curug.

4. Pembuatan pos kesehatan untuk mengantisipasi kecelakaan akibat kelalaian pengunjung.

5. Membuat papan arah menuju ke curug. B.Pemda Tasikmalaya

1. Penataan warung yang terdapat di dalam pemandian,

(32)

22

3. Pembangunan kolam-kolam pemandian bagi pengunjung yang mempunyai penyakit menular tertentu untuk meminimalisir pengunjung lain tertular penyakit. Pemisahan kolam ini dapat dilakukan dengan memberi informasi tentang penyakit yang dapat disembuhkan di kolam tersebut,

4. Perawatan saung peristirahatan,

5. Pembangunan pos kesehatan bagi pengunjung, 6. Penyediaan toilet dan ruang ganti yang memadai,

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Segmentasi pengunjung yang terbentuk adalah segmentasi demografi dengan rentang usia 15 - 24 tahun. Segmentasi geografi yang dominan adalah pengunjung yang berasal dari daerah Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya. Perencanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan segmentasi dominan yang terjadi adalah pembenahan dan perbaikan kolam pemandian, penyediaan area perkemahan, pembenahan jalan dan aksesibilitas menuju kawasan, pengelolaan kebersihan di sekitar objek wisata. Fasilitas yang dapat direncanakan bagi segmentasi dominan tersebut adalah pembangunan wisma cinta alam, sarana rekreasi dan permainan (outbond area) dan penyebaran informasi KWAGG melalui berbagai macam media.

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada pengelola adalah segera menambah dan memperbaiki fasilitas yang ada untuk meningkatkan kepuasan pengunjung, memberikan informasi kepada pengunjung melalui media jika terdapat ancaman bahaya yang akan terjadi di KWAGG. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai potential demand dalam merencanakan potensi kawasan untuk menarik wisatawan yang berada di luar daerah Tasikmalaya.

DAFTAR PUSTAKA

Aini YS. 2013. Pengembangan Wisata Alam Di Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat [skripsi] Bogor (ID): Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

(33)

23 [Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya. 2012. Profil Investasi 2012.Tasikmalaya (ID): Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Douglass JR. 1970. Forest Recreation. New York (US): McGraw-Hill.

Douglass RW. 2006. Forest Recreation: Third Edition. New York (US): Pergamon Press.

Eagles PFJ, McCool SF. 2002. Tourism in National Parks and Protected Areas Planning and Management. New York (US): CABI Publishing.

Goeldner CR, Ritchie JRB. 2003. Tourism Principles, Practices, Philosophies (Ninth Edition). New Jersey (US): John Wiley & Sons Inc.

Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. California (US): McGraw-Hill Book Company.

Gunter B, Furnham A. 1992. Consumer Profiles: An Introdustion to Psychographics. London (UK): Routledge.

Hanafiah AM, Saefuddin AM. 1993. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): UI Press.

Heggie TW. 2010. Geotourism and Public Safety in Volcanic Environments Chapter 5 Volcano and Geothermal Tourism Sustainable Geo-Resources for Leisure and Recreation. London (UK): Earthscan.

Heriningtyas E. 2009. Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Erlangga.

Larsen N. 2010. Market Segmentation-A Framework For Determining The Right Target Customers [thesis]. Aarhus School of Business.

Mehmetoglu. 2006. Typologising Nature-Based Tourists by Activity-Theoretical and Practical Implications. Tourism Management 28:651-660.

Matthieson A, Wall G. 1982. Tourism: Economic, Social and Environmental Impacts. London (UK): Longman.

Middleton VTC, Clarke J. 2001. Marketing in Travel and Tourism (Third Edition). Oxford (UK): Butterworth Heinemann.

Mohamed N, Othman N. 2012. Push and Pull Factor: Determining the Visitors Satisfactions at Urban Recreational Area. Procedia - Social and Behavioral Sciences 49(2012):175 – 182.

Nurchasanah S. 2005. Kajian Biofisik, Wisatawan, dan Masyarakat di Sekitar Lokawisata Baturaden Kabupaten Banyumas [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ramadiana GM. 2011. Pengaruh Komunikasi Pemasaran Obyek Wisata Terhadap Perilaku Wisatawan (Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat) [skripsi] Bogor (ID): Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Twigg, J. 2004. Disaster risk reduction: Mitigation and preparedness in development and emergency programming. Good Practice Review No.9. London (UK): Overseas Development Institute, Humanitarian Practice Network.

(34)

24

Williams S. 1998. Tourism Geography. London (UK) :Routledge.

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 25 November 1991 dari pasangan Ir I Putu Wardana, MSc dan Dr Ir Endang Yuli Purwani, MSi Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar di SDN Polisi V Bogor 1997-2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Regina Pacis Bogor 2003-2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Regina Pacis Bogor pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) IPB.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova), Ketua Biro Informasi dan Komunikasi (Infokom) Himakova 2011-2012, dan anggota Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH Python). Penulis pernah mengikuti kegiatan Eksplorasi Fauna, Flora, dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2011) dan TWA Sukawayana – CA. Tangkuban Perahu, Sukabumi (2012), Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat (2011) dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (2012). Selain itu, penulis menjadi asisten pada bagian Rekreasi Alam dan Ekowisata (DKSHE).

Gambar

Tabel 1 Tahap penelitian, jenis data, metode pengumpulan data
Gambar 1 Kawah Galunggung                   Gambar 2 Tangga menuju kawah
Gambar 5 Data jumlah pengunjung KWAGG 2008-2012 (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tasikmalaya)
Gambar 6 Karakteristik pengunjung KWAGG
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Sumatera Utara... Universitas

DALAM ACARA UJI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TAHUN

Penerapan hasil belajar “membuat potongan sayuran” pada praktik pengolahan makanan kontinental di SMK Negeri 3 Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

ceramah, diskusi, latihan Ketepatan memilih peralatan pemotretan yang digunakan untuk menghasilkan gambar yang

In a later work, The Experience of Freedom of 1988, Nancy presents an even more elaborate defense of the links between experience and freedom, which involves the

SIM penalaran adalah sistem informasi yang hanya dapat digunakan oleh mahasiswa ITS untuk kegiatan ilmiah seperti PKM dan lomba-lomba dengan kriteria khusus lainnya.. Sistem ini

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan menjadi satu pengertian yang menjelaskan keiikutsertaan dan keterlibatan yang menjadi subjek pelaku yang

[r]