• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di provinsi jawa barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di provinsi jawa barat"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK PENERIMAAN PAJAK DAERAH

TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI

PROVINSI JAWA BARAT

VINA OKTRINA SIMANJUNTAK

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa dan Indonesia dan sebagai daerah pusat perindustrian keberadaan infrastruktur di Jawa Barat sangat penting dalam menentukan pembangunan ekonomi baik di Jawa Barat maupun Jawa dan Indonesia. Namun demikian, kondisi jalan di sebagian besar wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat dalam kondisi tidak baik atau rusak dan rusak berat, sementara di pihak lain pajak daerah di setiap kabupaten/kota mengalami pertumbuhan yang positif. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara penerimaan pajak daerah dengan pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan metode ekonometrik data panel dengan 26 kabupaten/kota periode 2008 sampai dengan 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pajak daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap pembangunan infrastruktur jalan. Variabel lain yang berpengaruh signifikan adalah pertumbuhan sektor industri dan pertumbuhan penduduk yang keduanya berpengaruh positif.

Kata kunci: Data Panel, Infrastruktur Jalan, Pajak Daerah, Provinsi Jawa Barat

ABSTRACT

VINA OKTRINA SIMANJUNTAK. Analysis of The Impact of Local Tax Revenue forward Road Infrastructure Development in West Java Province. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI.

West Java is one of the provinces in Indonesia that has an important role in the economic growth of Java Island and Indonesia and as a regional industrial center, the availability of infrastructure in West Java is very important to determine the economic development both in West Java and Java Island or Indonesia. However, most of regency/municipality in West Java has a damaged condition while the local tax revenue in every regency/municipality has a positive growth. Thus, the main purpose of this study is to analyze the relation between local tax revenue and road infrastructure development in West Java Province. This study used panel data using 26 regency/municipality in West Java Province in the period of 2008-2011. The result show that the local tax significantly positive impact on the road infrastructure development. The other variables that significantly positive impact on the road infrastructure development are the industrial and popolation growth.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

ANALISIS DAMPAK PENERIMAAN PAJAK DAERAH

TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI

PROVINSI JAWA BARAT

VINA OKTRINA SIMANJUNTAK

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Dampak Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Yeti Lis Purnamadewi MSc Agr selaku pembimbing yang senantiasa memberikan arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Bapak Dr Alla Asmara SPt Msi selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr Eka Puspitawati selaku komisis pendidikan dalam ujian sidang penulis yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan hasil skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada orangtua tercinta Bapak Johnny Walker Simanjuntak dan Ibu Risma Sitompul, kakak dan abang tersayang Gusty Elfa Simanjuntak, dan Andreas Simanjuntak atas nasihat, doa, dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman satu bimbingan Shintia, Ria, Emma, Cynthia, Intan dan Fakhri atas bantuan saran dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. Terakhir penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada sahabat terdekat Efita, Laura, Novia, Yola, keluarga besar PMK IPB terkhusus keluarga Komisi Kesenian 2012, Wisma Jenius, Kelompok Pra Alumni PMK IPB angkatan 47, sahabat Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 47 dan semua pihak yang telah turut serta memberi semangat dan mendoakan yang terbaik bagi penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi 8

Pajak Daerah Sebagai Instrumen Pembangunan Ekonomi Daerah 9 Peranan Infrastruktur Jalan dalam Pertumbuhan Ekonomi 10

Penelitian Terdahulu 12

Kerangka Pemikiran 13

METODE PENELITIAN 14

Lokasi Penelitian 14

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data 15

Metode Analisis 15

Definisi Operasional 22

Hipotesis 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Perkembangan Perekonomian, Penerimaan dan Alokasi Pajak Daerah serta

Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat 24

Hubungan Kondisi Infrastruktur Jalan dengan Penerimaan Pajak Daerah di

Provinsi Jawa Barat 32

Analisis Dampak Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pembangunan

Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat 40

SIMPULAN DAN SARAN 47

Simpulan 47

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) provinsi-provinsi di Pulau Jawa tahun

2011 hingga 2013 (Persen) 2

2 Realisasi PAD seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008

hingga 2011 (juta rupiah) 5

3 Data dan sumber data penelitian analisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat 15

4 Kerangka identifikasi autokorelasi 20

5 Laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen) 25 6 PDRB per kapita ADHB 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun

2008 hingga 2011 (juta rupiah) 26

7 Laju pertumbuhan PDRB industri pengolahan 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen) 27 8 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat

tahun 2008 hingga 2011 (ribu rupiah) 29

9 Realisasi pengeluaran belanja tidak langsung dan belanja langsung seluruh kabupaten/kota Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen) 31 10Hasil estimasi model persamaan dampak penerimaan pajak daerah

terhadap pembangunan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat dengan model fixed effect dengan cross section weighting 42 11Persentase jumlah penduduk seluruh kabupaten/kota Jawa Barat tahun

2008 hingga 2011 (persen) 46

DAFTAR GAMBAR

1 Kontribusi infrastruktur terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000 Jawa Barat tahun 2008 hingga 2013 3 2 Persentase panjang jalan menurut kondisi dan tingkat kewenangan di

Jawa Barat tahun 2011 4

3 Persentase panjang jalan kondisi rusak seluruh kabupaten/kota Jawa

Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen) 6

4 Kerangka Pemikiran 14

5 Panjang jalan kondisi baik dan rusak seluruh kabupaten/kota Provinsi

Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen) 30

6 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan penerimaan pajak daerah dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun

2011 33

7 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan jumlah kendaraan dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun 2011 35 8 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan

PDRB dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun 2011 36 9 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan

industri dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun 2011 37 10Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan nilai pertumbuhan

(12)

faktor yang diduga mempengaruhinya (persen). 50

2 Hasil uji Chow 52

3 Hasil uji Hausman 52

4 Hasil uji multikolinearitas 52

5 Hasil uji autokorelasi 53

6 Hasil estimasi analisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat dengan

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu alternatif sumber penerimaan daerah berdasarkan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah adalah pajak daerah. Pajak daerah merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penerimaan daerah. Menurut Siahaan (2005) pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan Peraturan Daerah (Perda), dengan wewenang pemungutan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Secara umum sumber pembiayaan pembangunan daerah terdiri atas dua kategori yaitu konvensional dan non-konvensional. Pembiayaan pembangunan yang bersumber dari kategori konvensional berasal dari PAD, Dana Alokasi Umum atau Dana Alokasi Khusus (DAU/DAK), bantuan dana kontingensi, dana darurat, pajak, dan retribusi. Sumber non-konvensional berasal dari kemitraan pemerintah swasta, kewajiban paksa, investasi, serta pembiayaan oleh masyarakat. Salah satu komponen penerimaan pemerintah daerah yang bersumber dari PAD sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah adalah pajak daerah yang berperan sebagai faktor utama pembiayaan pembangunan pemerintah daerah. Sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah, pajak daerah memiliki peran penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta berperan sebagai sarana redistribusi pendapatan.

Peran penting pajak daerah dapat dilihat dalam kegiatan pembiayaan pemerintah seperti belanja pegawai dan pembiayaan proyek pembangunan. Pembangunan dalam hal ini berupa pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur daerah seperti jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas keamanan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi baik ditingkat nasional maupun daerah. Wahyuni (2009) menjelaskan bahwa ketersediaan infrastruktur yaitu sarana kesehatan, listrik, jalan, serta air bersih secara parsial berpengaruh secara positif terhadap produktivitas ekonomi. Syahputri (2013) juga menjelaskan bahwa melalui perkembangan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air bersih produktivitas pada berbagai aspek kegiatan ekonomi akan meningkat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.

(14)

biaya produksi. Firdaus dan Prasetyo (2009) juga menjelaskan bahwa jalan memiliki peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ekonomi karena dalam kegiatan distribusi produksi atau barang dan jasa hasil produksi sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur jalan. Selain itu, penambahan jumlah panjang jalan dapat meningkatkan keterbukaaan akses antar wilayah serta memperlancar kegiatan dan produktivitas ekonomi.

Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Pulau Jawa dan Indonesia. Provinsi Jawa Barat juga dikenal sebagai pusat kegiatan industri manufaktur dan strategis nasional yang berbatasan dengan Ibukota negara yaitu DKI Jakarta. Selain itu, Provinsi Jawa Barat juga memiliki peran penting dalam pembangunan nasional yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, Penanaman Modal Asing (PMA), produksi beras nasional, dan berkontribusi sebagai produsen komoditi ekspor nasional.

Berdasarkan Tabel 1 peranan perekonomian Provinsi Jawa Barat terhadap perekonomian nasional pada tahun 2013 mencapai 14.12 persen. Berdasarkan peranan perekonomian Pulau Jawa terhadap perekonomian nasional sebesar 57.99 persen dapat diketahui peranan perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian Pulau Jawa adalah sebesar 24.35 persen atau hampir seperempat PDRB Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan perekonomian Provinsi Jawa Barat memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian Pulau Jawa dan nasional.

Sebagai penggerak perekonomian Pulau Jawa dan nasional, Jawa Barat memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan pergerakannya relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan dan relatif sama dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Nilai laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dari tahun 2010 hingga tahun 2012 adalah sebesar 6.20 persen, 6.48 persen, dan 6.21 persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun tersebut adalah sebesar 6.22 persen, 6.49 persen, dan 6.26 persen, hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki kinerja ekonomi yang baik. Namun meskipun kondisi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tinggi dan relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional apabila ditinjau

Tabel 1 Perbandingan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) provinsi-provinsi di Pulau Jawa tahun 2011 hingga 2013 (Persen)

Provinsi Terhadap Pulau Jawa

Terhadap Total PDRB (33 Provinsi)

2011 2012*) 2013**) 2011 2012*) 2013**) DKI Jakarta 28.30 28.44 28.58 16.30 16.39 16.57 Jawa Barat 24.83 24.47 24.35 14.30 14.11 14.12 Jawa Tengah 14.36 14.34 14.19 8.27 8.26 8.23

DIY 1.49 1.47 1.45 0.86 0.85 0.84

Jawa Timur 25.47 25.80 25.86 14.67 14.87 14.99

Banten 5.54 5.49 5.56 3.19 3.17 3.23

Pulau Jawa 100.00 100.00 100.00 57.59 57.65 57.98 Sumber: BPS Jawa Barat, 2014

(15)

berdasarkan besar PDRB per kapita dan PDB per kapita nasional, PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 hingga tahun 2012 lebih rendah dibandingkan PDB per kapita nasional pada tahun yang sama yaitu sebesar 17.92, 19.62, 21.27 juta rupiah sedangkan untuk PDB perkapita nasional adalah sebesar 27.03, 30.66, dan 33.53 juta rupiah.

PDRB per kapita merupakan indikator yang menggambarkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam suatu daerah tertentu, maka semakin tinggi pula besar PDRB per kapita didalam daerah tersebut begitu pula sebaliknya. Aktivitas ekonomi dalam hal ini adalah kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi. Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dinilai cukup tinggi namun PDRB per kapitanya masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat nasional. Hal ini menunjukkan adanya suatu indikasi dimana aktivitas ekonomi di daerah Jawa Barat masih belum maksimal dan kualitas infrastruktur fisik sebagai pendukung aktivitas ekonomi masih tergolong rendah. Aktivitas ekonomi pada dasarnya membutuhkan mobilisasi barang dan jasa ataupun manusia sehingga tidak terlepas dari peranan dan ketersediaan infrastruktur fisik yaitu infrastruktur jalan yang berkualitas.

Ketersediaan infrastruktur jalan dalam suatu daerah dapat menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan peningkatan kebutuhan sarana transportasi dalam pelaksanaan kegiatan seperti distribusi barang dan jasa. Kegiatan ekonomi khususnya di Provinsi Jawa Barat membutuhkan peningkatan pembangunan infrastruktur jalan yang lebih berkualitas untuk meningkatkan mobilisasi dan memperlancar penyaluran barang dan jasa. Peranan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat sangat penting terutama dalam meningkatkan produktivitas masyarakat dalam kegiatan ekonomi.

Sumber: BPS Jawa Barat, 2014 (diolah) Keterangan: *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Gambar 1 Kontribusi infrastruktur terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000 Jawa Barat tahun 2008 hingga 2013

2008 2009 2010 2011 2012*) 2013**)

Jalan Raya 2.17 2.25 2.28 2.35 2.38 2.34

Listrik 1.72 1.79 1.89 1.77 1.83 1.84

Air Bersih 0.13 0.13 0.14 0.13 0.14 0.14

0 0.5 1 1.5 2 2.5

P

e

r

se

(16)

Gambar 1 menunjukkan bahwa infrastruktur jalan memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian Jawa Barat dibandingkan dengan infrastruktur air dan listrik. Kontribusi infrastruktur jalan terhadap perekonomian Jawa Barat cenderung meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2008 hingga tahun 2013. Tahun 2008 kontribusi infrastruktur jalan sebesar 2.17 persen, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 2.34 persen meskipun mengalami penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya namun infrastruktur jalan masih memberikan kontribusi terbesar dibandingkan air dan listrik.

Berdasarkan Gambar 1 jenis infrastruktur jalan jika dibandingkan dengan dua jenis infrastruktur lainnya memiliki kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Jawa Barat. Infrastruktur jalan memiliki hubungan yang erat dengan sektor transportasi darat yang berperan penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian di Provinsi Jawa Barat khususnya dalam kegiatan distribusi hasil industri ke berbagai daerah mengingat bahwa Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra industri di Indonesia. Peranan sektor transportasi darat khususnya infrastruktur jalan dapat memperlancar arus faktor produksi, memperlancar mobilitas penduduk serta memudahkan lalu lintas barang antar daerah sehingga kontribusi infrastruktur jalan dibandingkan jenis lainnya lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sumber: BPS Jawa Barat, 2011 (diolah) Keterangan: *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Gambar 2 Persentase panjang jalan menurut kondisi dan tingkat kewenangan di Jawa Barat tahun 2011

Jika ditinjau berdasarkan tingkat kewenangan infrastruktur jalan, jalan terdiri atas jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. Berdasarkan Gambar 2, infrastruktur jalan negara di Jawa Barat dengan kondisi baik merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan jalan ditingkat provinsi dan kabupaten/kota. Kondisi jalan yang baik pada jalan negara adalah sebesar 0.523 persen, 0.506 persen untuk jalan provinsi, dan untuk jalan kabupaten/kota sebesar 0.440 persen dari keseluruhan panjang jalan di Jawa Barat. Selain itu, Gambar 3 juga menunjukkan tingginya kondisi jalan rusak dan rusak berat di provinsi dan kabupaten/kota Jawa Barat apabila dibandingkan dengan jalan negara. Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui kualitas jalan provinsi dengan kondisi

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600

Baik Sedang Rusak Rusak Berat

P

er

se

n

Kualitas Infrastruktur Jalan

Negara

Provinsi

(17)

rusak dan rusak berat adalah sebesar 0.145 dan 0.096 persen, jalan kabupaten/kota sebesar 0.190 dan 0.171 persen, sedangkan untuk jalan negara adalah sebesar 0.013 dan 0.016 persen.

Kondisi buruk infrastruktur jalan secara umum disebabkan oleh kondisi alam seperti bencana alam, keterbatasan dana dalam proses pembangunan dan pemeliharaan jalan. Infrastruktur jalan dinyatakan berada dalam kondisi baik apabila memenuhi persyaratan teknis jalan yang terdiri atas kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, dan penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya serta tidak terputus yang memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan dan lingkungan. Pembangunan infrastruktur jalan berkaiatan erat dengan dana pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan daerah untuk kepentingan publik.

Salah satu sumber dana pemerintah daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), PAD terdiri atas beberapa komponen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Tabel 2 menunjukkan bahwa realisasi PAD seluruh kabupatan/kota di Jawa Barat beserta komponennya mengalami peningkatan tahun 2008 hingga 2011. Selain itu, berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pajak daerah merupakan salah satu komponen PAD dengan kontribusi tertinggi dibandingkan dengan komponen lainnya. Pajak daerah merupakan salah satu unsur penting PAD yang berperan penting dalam kegiatan pemerintah daerah seperti penyelenggaraan pemerintah dan pembiayaan proyek pembangunan daerah.

Berdasarkan tingkat kewenangan daerah, pajak daerah pada tingkat provinsi berperan penting dalam kegiatan pemerintah daerah provinsi seperti belanja pegawai hingga pembiayaan proyek yang menjadi kebutuhan provinsi. Pajak daerah kabupaten/kota juga memiliki peran yang sama dengan pajak daerah provinsi, hanya ruang lingkup pengelolaan atau alokasinya lebih kecil yaitu urusan daerah kabupaten/kota sesuai dengan tingkat kewenangan masing-masing pemerintah daerah. Pembangunan infrastruktur jalan membutuhkan alokasi dana pemerintah (pajak daerah) secara maksimal untuk menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Pelayanan publik yang lebih baik dalam hal ini berupa

Tabel 2 Realisasi PAD seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (juta rupiah)

Jenis Penerimaan Tahun

2008 2009 2010 2011

Pendapatan Asli Daerah

2 671 195 3 038 291 3 640 589 5 868 899 - Pajak Daerah 1 014 755 1 129 999 1 408 366 3 291 553 - Retribusi Daerah 1 066 534 1 008 090 793 588 794 117 -Hasil Perusahaan Milik

Daerah dan

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

133 907 185 987 233 426 214 469

- Lain-lain PAD yang Sah

(18)

kemudahan akses antarwilayah dalam kegiatan ekonomi khususnya yang kemudian akan meningkatkan produktivitas ekonomi Provinsi Jawa Barat khususnya di setiap kabupaten/kota didalamnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, ketersediaan kondisi infrastruktur jalan yang lebih baik membutuhkan perhatian pemerintah daerah yang lebih serius. Namun pembangunan infrastruktur jalan hingga saat ini belum menjadi fokus utama pemerintah daerah khususnya daerah tingkat kabupaten/kota Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kondisi infrastruktur jalan yang buruk. Pemerintah daerah dalam mengusung pembangunan hendaknya mampu memberikan suatu kebijakan untuk memaksimalkan alokasi dana pemerintah dalam proses pembangunan infrastruktur jalan. Mengingat bahwa salah satu sumber penerimaan daerah yang berperan penting dalam proses pembangunan daerah adalah pajak daerah, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

Perumusan Masalah

Pajak daerah merupakan salah satu sumber PAD yang berperan penting dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah dan proyek pembangunan daerah. Peningkatan pajak daerah seluruh kabupaten/kota Jawa Barat pada tahun 2008 hingga 2011 seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2 ternyata belum menentukan pembangunan infrastruktur jalan yang lebih baik di wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Satu sisi pendapatan daerah yaitu pajak daerah mengalami peningkatan namun sebagian besar kondisi infrastruktur jalan di Jawa Barat masih berada dalam kondisi rusak.

Sumber: BPS Jawa Barat, 2008-2011 (diolah)

Gambar 3 Persentase panjang jalan kondisi rusak seluruh kabupaten/kota Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen)

Gambar 3 menunjukkan persentasi panjang jalan dalam kondisi rusak 26 kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan total panjang jalan masing-masing daerah. Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa kondisi jalan rusak di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat masih terbilang cukup tinggi. Berdasarakan gambar

(19)

tersebut dapat diketahui pula beberapa daerah justru mengalami peningkatan kerusakan jalan setiap tahun. Penerimaan pajak daerah yang tinggi seharusnya dapat memberikan dampak terhadap pembangunan infrastruktur jalan ke arah yang lebih baik sesuai dengan peran pajak daerah sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Dengan demikian perlu mengkaji tentang sejauhmana peran pajak daerah dalam pembangunan infrastruktur jalan dan kemungkinan adanya pengaruh lainnya yang menghambat pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, adapun beberapa rumusan masalah yang dapat penulis angkat adalah:

1. Bagaimana perkembangan perekonomian, penerimaan dan alokasi pajak daerah serta infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2008 hingga tahun 2011?

2. Bagaimana hubungan antara kondisi infrastruktur jalan dengan penerimaan pajak daerah di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat?

3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2008 hingga tahun 2011?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji perkembangan perekonomian, penerimaan dan alokasi pajak daerah serta infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2008 hingga tahun 2011.

2. Mengkaji hubungan antara kondisi infrastruktur jalan dengan penerimaan pajak daerah di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

3. Menganalisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2008 hingga tahun 2011.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menilai keefektifan manfaat kebijakan pajak daerah, khususnya peran pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antara pajak daerah dengan peningkatan kualitas jalan di Provinsi Jawa Barat khususnya jalan kabupaten/kota. Penelitian ini kedepannya dapat menjadi sumber referensi dan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang terkait dengan pajak daerah dan pembangunan infrastruktur jalan.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

yang dilakukan terbatas pada 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011. Penelitian ini menggunakan jenis pajak yaitu pajak daerah dan jenis infrastruktur fisik jalan yang kemudian dikhususkan kepada jenis jalan kabupaten/kota. Penelitian ini lebih memperhatikan penerimaan pajak daerah dan pembangunan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat yang dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan jalan dalam suatu daerah.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki peran penting dalam peningkatan taraf hidup masyarakat yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi pada hakikatnya mengubah sistem sosial menuju kondisi yang lebih baik dan maju baik ditinjau dari segi material maupun spiritual. Menurut Jhingan (2004) tujuan pokok pembangunan ekonomi adalah membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan, dan industri. Keberhasilan pembangunan ekonomi memerlukan proses pertumbuhan yang bertumpu pada kemampuan perekonomian domestik, karena bantuan dana dari luar negeri hanya mampu mengawali dan mendorong proses pembangunan.

Menurut Todaro dan Smith (2006) pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselarasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan ekonomi memiliki empat pendekatan yakni modifikasi dari teori-teori klasik yaitu: (1) model pertumbuhan-tahapan-linear, (2) teori dan pola perubahan struktural, (3) revolusi ketergantungan-internasional, dan (4) kontrarevolusi pasar bebas neoklasik.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian negara yang berkesinambungan menuju kepada kondisi yang lebih baik selama periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

(21)

Pajak Daerah Sebagai Instrumen Pembangunan Ekonomi Daerah Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Bab IV pasal 5 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan daerah yang sah. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (rugi-laba, deviden, dan penjualan saham), dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah seperti jasa giro serta hasil penjualan aset milik daerah. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, Jhingan (2004) menjelaskan bahwa pajak dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut: (1) membatasi konsumsi, (2) meningkatkan dorongan untuk menabung dan menanam modal, (3) mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah, (4) memodifikasi pola investasi, (5) mengurangi ketimpangan ekonomi, dan (6) memobilisasi surplus ekonomi. Selain itu, pemerintah dalam menggunakan pajak bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah untuk menutupi pengeluaran dalam penyediaan sarana sosial seperti sekolah, jalan, dan lain-lain. Kemudian pajak juga digunakan sebagai alat kebijakan fiskal yang mengatur tingkat pengeluaran total dalam perekonomian, sarana distribusi pendapatan dan kekayaan, serta mampu mengendalikan volume impor.

Secara umum, pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib pajak dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa pengenaan pajak akan menjamin kas negara. Selain itu, pengenaan pajak berdasarkan undang-undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi wajib pajak sehingga tidak dapat sewenang-wenang dalam menetapkan besarnya pajak (Siahaan 2005).

Pajak daerah memiliki dua peranan penting yaitu sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary) dan sebagai pengatur (regulatory). Peranan tersebut menunjukkan bahwa suatu jenis pajak dapat berperan sebagai sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai pengatur, pajak daerah berperan dalam alokasi dan distribusi dalam suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah atau wilayah tertentu untuk pencapaian tujuan-tujuan tertentu.

(22)

kabupaten/kota. Jenis pajak provinsi terdiri atas; a) pajak kedaraan bermotor, b) bea balik nama kendaraan bermotor, c) pajak bahan bakar kendaraan bermotor, d) pajak air permukaan, dan e) pajak rokok. Untuk jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas: a) pajak hotel dan restoran, b) pajak hiburan, c) pajak reklame, d) pajak penerangan jalan, e) pajak mineral bukan logam dan batuan, f) pajak parkir, g) pajak air tanah, h) pajak sarang burung walet, i) pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan j) bea perolehan hak tas tanah dan bangunan. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam hal ini memiliki kewenangan untuk memperoleh sumber pendapatan daerah (seperti pajak daerah) guna membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan daerah yang menjadi tanggung jawab pemerintah masing-masing daerah.

Peranan Infrastruktur Jalan dalam Pertumbuhan Ekonomi

Infrastruktur merupakan sistem fisik yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan kegiatan masyarakat baik dibidang ekonomi maupun sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kamus ekonomi, infrastruktur merupakan akumulasi investasi oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang terdiri atas jalan raya, jalan kereta api, perumahan, rumah sakit, sekolah, persediaan air dan lain sebagainya. Selain itu, infrastruktur dalam hal ini juga terdiri atas barang yang tidak dapat diraba seperti tenaga kerja yang terdidik atau terlatih yang diciptakan oleh investasi pada modal Sumbar Daya Manusia (SDM).

Infrastruktur memiliki enam kategori besar yaitu kelompok jalan, kelompok pelayanan transportasi, kelompok air, kelompok manajemen limbah, kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar, dan kelompok produksi dan distribusi energi. Berdasarkan World Bank (1994) infrastruktur terbagi menjadi beberapa komponen yaitu: (1) infrastruktur ekonomi, yaitu infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi yang meliputi public utilities (tenaga listrik, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), pekerjaan umum (jalan, bendungan, kanal, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, bandara, dan sebagainya), serta (2) infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.

Sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, salah satu infrastruktur yang sangat penting adalah jalan. Kemampuan dalam membangun dan memelihara jalan dapat mempengaruhi laju investasi dalam suatu wilayah yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan eknomi wilayah tersebut.

(23)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya yakni terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali untuk meningkatkan output dan pendapatan. Akumulasi modal dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal secara fisik seperti pengadaan pabrik baru, mesin, peralatan dan bahan baku. Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan investasi terhadap fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi, dan sosial seperti pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih, dan fasilitas komunikasi. Melalui pengadaan infrastruktur atau investasi infrastruktur yang dilaksankan oleh pemerintah maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat karena dapat meningkatkan pendapatn dan output.

Salah satu jenis infrastruktur yang berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi adalah infrastruktur jalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2013 tentang jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Selain itu, jalan merupakan salah satu prasarana transportasi berperan dalam kesejahteraan masyarakat dan mengendalikan struktur pengembangan wilayah. Penyelenggaraan jalan mampu menjamin peranan jalan yang berdasarkan rencana tata ruang wilayah dengan memperhatikan hubungan antarkawasan atau dalam kawasan serta dilaksanakan secara konsepsional dan menyeluruh.

Studi mengenai pengaruh pembangunan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan dengan hasil yang menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh hasil studi oleh Syahputri (2013) yang dilaksanakan di Jawa Barat menunjukkan bahwa peningkatan infrastruktur jalan yang ditandai dengan penambahan jumlah panjang jalan yang tersedia (km) memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Barat. Infrastruktur fisik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa infrastruktur fisik juga berperan dalam pertumbuhan PDB per kapita. Infrastruktur fisik secara khusus infrastruktur jalan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan standar hidup masyarakat baik ditingkat nasional maupun daerah serta mampu memberi sumbangan pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

(24)

Penelitian Terdahulu

Nurfitriani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Jalan Tol di Indonesia” dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan varibel-variabel yang terdiri atas PDB per kapita, tenaga kerja, dana pemerintah, investasi swasta, jumlah kendaraan, dan dummy kebijakan secara keseluruhan di Indonesia. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa PDB per kapita, tenaga kerja, dana pemerintah, investasi swasta, jumlah kendaraan, dan dummy kebijakan berpengaruh secara positif dan nyata terhadap perkembangan jalan tol di Indonesia yang dapat dilihat dari penambahan panjang jalan tol.

Lestari (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis bentuk keterkaitan antara jumlah pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan berbagai variabel ekonomi lainnya yakni pendapatan per kapita, investasi, dan pengangguran dengan jumlah kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, pendapatan perkapita, inflasi dan krisis ekonomi, memberikan pengaruh nyata terhadap variabel kemiskinan. Selain itu, pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur secara signifikan dipengaruhi oleh jumlah penerimaan pemerintah, dan jumlah penduduk miskin, kedua variabel ini memberikan pengaruh positif.

Maimunah (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peranan infrastruktur jalan terhadap perekonomian regional di Indonesia dengan menggunakan metode data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur jalan berpengaruh nyata dan positif terhadap perekonomian regional. Selain itu, hasil analisis yang dilakukan juga menunjukkan bahwa jenis jalan kabupaten/kota memberikan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian daerah.

Syahputri (2013) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Peran Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat”. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan data panel. Berdasarkan metode analisis yang digunakan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih di Provinsi Jawa Barat selalu meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu hasil analisis juga menunjukkan infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Barat.

Tunjung (2010) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kontribusi dan Pengaruh Pajak Daerah terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor”. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi berganda. Berdasarkan metode yang digunakan, hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor tahun 2004-2009 dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Selain itu, kontribusi dari pajak daerah menduduki peringkat pertama. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu 48.33 persen dan terendah 40.93 persen pada tahun 2005. Rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Bogor sebesar 45.48 persen.

(25)

deskriptif, peubah ganda, dan analisis komponen utama. Berdasarkan metode yang digunakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen PAD yang memberikan kontribusi terbesar adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Berdasarkan hasil analisis komponen utama, penerimaan pajak daerah di Kota Depok dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi, jumlah rumah tangga serta jumlah pemasangan reklame. Penerimaan retribusi daerah di Kota Depok dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi, jumlah izin trayek, dan jumlah rumah tangga.

Efendi (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain terhadap pertumbuhan ekonomi dan luas lahan sawah di koridor ekonomi Jawa dengan menggunakan metode data panel. Berdasarkan metode yang digunakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang jalan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi Jawa namun berpengaruh negatif terhadap luas lahan sawah di koridor ekonomi Jawa.

Presetyo dan Firdaus (2009) melakukan penelitian yang berjudul tentang

“Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia” dengan menggunakan metode analisis data panel. Berdasarkan metode yang dilakukan, hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur baik listrik, jalan maupun air bersih mempunyai pengaruh yang positif terhadap perekonomian di Indonesia. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa panjang jalan memiliki peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ekonomi yakni berperan penting dalam distribusi faktor produksi atau barang dan jasa hasil produksi.

Tarigan dan Saputra (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan moda transportasi dan infrastruktur jalan di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tahun 2000 hingga 2010. Penelitian ini menggunakan metode analisa statistic correlation product moment. Berdasarkan metode analisis yang digunakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan moda transportasi berpengaruh signifikan pada kedua lokasi penelitian yang didominasi oleh kendaraan jenis sepeda motor. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah kendaraan, PDRB, jumlah penduduk, jumlah universitas, jumlah wisatawan, dan jumlah penduduk uang bekerja adalah variabel yang menyebabkan pertumbuhan moda transportasi. Berdasarkan analisis varians (ANOVA) yang dilakukan dalam penelitian ini, pertumbuhan kendaraan bermotor dan infrastruktur jalan tidak mengalami perbedaan yang nyata/signifikan. Melalui analisi korelasi, dapat diketahui bahwa tidal terdapat hubungan yang kuat antara pertumbuhan transportasi dengan infrastruktur jalan.

Kerangka Pemikiran

Pajak daerah memiliki peran penting dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah serta pembangunan daerah. Salah satu pembangunan yang cukup penting dalam perekonomian Jawa Barat adalah pembangunan infrastruktur fisik yaitu jalan. Pembangunan infrastruktur jalan dilaksanakan untuk meningkatkan mobilitas daerah khususnya dalam kegiatan ekonomi mengingat bahwa Jawa Barat merupakan sentra industri di Indonesia.

(26)

analisis deskriptif. Analisis deskriptif dalam penelitian ini juga digunakan untuk melihat perkembangan perekonomian, penerimaan pajak daerah serta alokasinya dan perkembangan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, untuk melihat bagaimana dampak atau sejauhmana pengaruh pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan dilakukan dengan analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis data panel. Selain melihat pengaruh pajak daerah terhadap infrastruktur jalan, penelitian ini juga menggunakan panel data untuk melihat bagaimana pengaruh variabel lain seperti laju pertumbuhan PDRB, laju pertumbuhan jumlah kendaraan, laju pertumbuhan industri, serta nilai pertumbuhan jumlah penduduk terhadap pembangunan infrastruktur jalan. Hasil dari analisis dampak tersebut kemudian digunakan untuk mengambil kebijakan yang mendorong pembangunan jalan baik dari sisi pajak daerah, PDRB, jumlah kendaraan, industri, dan jumlah penduduk.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan bahwa provinsi ini merupakahan salah satu wilayah yang cukup maju sehingga menjadi tujuan investasi, migrasi penduduk dan pusat industri, namun kondisi infrastruktur jalan khususnya masih kurang baik. Dalam studi ini Jawa barat disagregasi menurut kabupaten/kota di Jawa Barat yang terdiri dari 26 kabupaten/kota. Waktu penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah bulan Maret hingga Mei 2014 dengan memusatkan perhatian pada kondisi perekonomian, infrastruktur jalan, penerimaan daerah serta faktor lain di 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis Deskriptif

Pajak Daerah Kabupaten/Kota

Jawa Barat

Infrastruktur Jalan

Implikasi Kebijakan Analisis Data Panel

Ekonomi Wilayah

- PDRB

- Jumlah Kendaraan - Industri

(27)

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dalam bentuk data panel, yaitu gabungan antara data time series (deret waktu) periode 2008 sampai 2011 dengan data cross section yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS-RI) dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Metode pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu melakukan studi telaah terhadap buku, literatur, catatan dan laporan tertentu yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Sumber referensi dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal, skripsi, internet, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian yang dilaksanakan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 26 kabupaten/kota di Jawa Barat, panjang jalan dengan kondisi baik, jumlah kendaraan, pajak daerah, dan jumlah penduduk pada 26 kabupaten/kota di Jawa Barat. Tabel 3 menunjukkan data dan sumber data yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis kuantitatif yaitu metode data panel. Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengkaji tentang perkembangan perekonomian, penerimaan pajak daerah, serta perkembangan infrastruktur jalan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan regresi panel data dengan taraf nyata 10 persen untuk menganalisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat. Metode ini memungkinkan dalam menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel serta komparasi antar variabel yang diteliti.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode analisis yang menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik masalah yang diteliti secara tepat. Selain itu,

Tabel 3 Data dan sumber data penelitian analisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat

Data Sumber Data

Panjang jalan dengan kondisi baik Jawa Barat dalam Angka (BPS) Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) kabupaten/kota di Jawa Barat

Tinjauan Regional berdasarkan PDRB kabupaten/kota (BPS) Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat dalam Angka (BPS) Jumlah kendaraan Jawa Barat dalam Angka (BPS) Jumlah kendaraan Jawa Barat dalam Angka (BPS) Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) industri di Jawa Barat

(28)

analisis deskriptif juga menggambarkan kondisi dari subjek ataupun objek penelitian melalui gambar maupun tabel. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran secara umum tentang peran pajak daerah dan perkembangan infrastrutur jalan di Provinsi Jawa Barat. Analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji hubungan variabel lainnya yang digunakan dalam penelitian ini dengan kondisi infrastruktur jalan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan pemetaan. Analisis Ekonometrika Data Panel

Selain metode deskriptif, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data panel (pooled data) untuk menjelaskan dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat. Data panel merupakan gabungan antara data time series dengan data cross section. Model data panel muncul karena gabungan antara kedua data yaitu data time series dan data cross section akan secara utuh menggambarkan perilaku variabel ekonomi (Widarjono 2013). Penggunaan metode analisis data panel memberikan beberapa kelebihan yaitu mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar hal ini disebabkan oleh gabungan dua data (time series dan cross section). Selain itu, kelebihan lainnya adalah dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variable).

Penelitian ini mencakup 104 jumlah observasi yang diperoleh dari 26 data cross section dan 4 data time series. Jika dibandingkan dengan model lain, penggunaan model data panel lebih akurat karena dengan model data panel, marginal effect dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi yaitu individu dan waktu sehingga parameter yang diestimasi lebih akurat. Kelebihan lain yang dapat ditemukan dalam metode analisis data panel adalah mengurangi masalah identifikasi. Analisis data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja dan time series saja (Firdaus 2011). Observasi pada cross section yang sama secara berulang membuat data panel juga lebih baik dalam studi dynamics of adjustment atau dalam mempelajari perubahan dinamis. Berikut ini merupakan notasi yang digunakan dalam teknik estimasi data panel, yaitu:

Yit = nilai variabel terikat (dependent variable) untuk setiap unit individu (cross

section unit) pada periode t dimana i = 1,...,n dan t = 1,...,T.

Xjit = nilai variabel penjelas (explanatory variable) ke-j untuk setiap unit

individu ke-i pada periode t, dimana K variabel penjelas diberi indeks dengan j = 1,...,K.

Pendekatan yang secara umum diaplikasikan dalam data panel terdiri atas tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

(29)

Berdasarkan model tersebut, i merupakan kabupaten/kota pada data cross section dan t merupakan periode pada data time series. Penggabungan atau kombinasi kedua data tersebut mampu meningkatkan derajat kebebasan yang dapat meningkatkan efisiensi. Meskipun pendekatan PLS dapat meningkatkan efisiensi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter  bias karena tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda.

2. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Pendekatan FEM merupakan pendekatan yang muncul karena antara efek individu dan peubah penjelas memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari intersep (Firdaus 2011). Nilai intersep pada metode FEM berbeda-beda antar individu karena karakteristik tersendiri yang terdapat pada setiap individu tersebut. Untuk membedakan setiap intersep, pada metode ini dapat memasukkan variabel boneka (dummy variable) yang berguna untuk membuat perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda dalam data cross section dan time series. Pendekatan dengan menggunakan variabel dummy dikenal dengan model Least Square Dummy Variable (LSDV). Model ini didefinisikan kedalam persamaan dibawah ini:

Berdasarkan model tersebut, 0i merupakan intersep dan 1, 2 merupakan slope. Untuk menunjukkan adanya perbedaan intersep pada setiap unit cross section, pada model tersebut dilakukan penambahan subscript i. Meskipun terdapat perbedaan intersep pada pada masing-masing unit cross section, intersep pada masing-masing unit cross section tidak berbeda antar waktu atau disebut juga dengan time invariant.

3. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Pendekatan REM merupakan pendekatan yang muncul karena antara efek individu dan regresor tidak memiliki korelasi. Asumsi ini menyebabkan komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan kedalam error. Hal tersebut menyebabkan pendekatan REM disebut juga sebagai model komponen error (error component model). Nilai intersep pada metode REM dari masing-masing individu adalah sebagai berikut:

, dengan i = 1,2,,N

(30)

Penggunaan analisis data panel dalam mengolah data menggunakan software Eviews 6 yaitu program analisis data, regresi, dan peramakan yang dapat membantu penelitian di bidang ekonometrika.

Metode Pemilihan Model Data Panel (Uji Kesesuaian Model)

Model pendekatan terbaik dalam analisis data panel statis ditentukan dengan melakukan uji ekonometrika yaitu uji Chow, uji Hausman, dan uji LM. Beberapa penelitian tidak melakukan tahapan uji Chow dalam penentuan model data panel statis, melainkan lebih mengacu kepada hasil uji Hausman untuk memilih model fixed effect atau model random effects. Berdasarkan serangkaian uji-uji tersebut, model yang digunakan untuk mengestimasi model persamaan dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat adalah model fixed effect dengan cross section weighting.

Tahapan uji kesesuaian model secara detail, akan diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1. Uji Chow, yaitu pengujian yang bertujuan untuk memilih antara model PLS atau FEM. Pemilihan dilakukan dengan melihat signifikansi model FEM yang dilakukan dengan uji F-statistik. Hipotesis dalam pengujian ini adalah:

H0 : Model PLS H1 : Model FEM

Uji F-statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n : jumlah data cross section T : jumlah data time series

K : banyaknya parameter dalam model FEM RSS1 : Residual sum of square untuk model PLS RSS2 : Residual sum of square untuk model FEM

Jika nilai F-statistik > nilai F tabel pada tingkat signifikansi tertentu, maka sudah cukup bukti untuk menolak H0, dimana asumsi koefisien intersep dan slope konstan tidak berlaku, sehingga model yang digunakan adalah model FEM.

2. Uji Hausman, yaitu pengujian yang bertujuan untuk memilih antara FEM atau REM. Hipotesis dalam pengujian ini adalah:

H0 : E ( xit) = 0, Model Random Effect H1: E ( xit)  0, Model Fixed Effect

(31)

3. Uji LM, yaitu pengujian yang bertujuan untuk memilih antara REM atau PLS. Hipotesis dalam pengujian ini adalah:

H0 : Model PLS H1 : Model REM

Dasar penolakan H0 adalah dengan membandingkan statistik LM dengan nilai chi-square.

Perumusan Model

Pengolahan data ada penelitian ini menggunakan software Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007. Salah satu tahapan dalam penelitian ini adalah merumuskan model umum yang akan digunakan untuk dianalisis dengan fungsi regresi. Model umum yang digunakan dalam menganalisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat adalah:

dimana:

JLNBit = Panjang jalan dengan kondisi baik pada kabupaten i tahun t (persen)

LPJKDit = Laju pertumbuhan pajak daerah pada kabupaten i tahun t (persen)

LJKit = Laju pertumbuhan jumlah kendaraan umum dan bukan umum pada kabupaten i tahun t (persen)

LPDRBit = Laju pertumbuhan PDRB ADHK pada kabupaten i tahun t (persen)

LPINDit = Laju pertumbuhan industri pada kabupaten i tahun t (persen) NPOPit = Nilai pertumbuhan jumlah penduduk pada kabupaten i tahun t (persen)

0 = intersep model yang berubah-ubah tiap kabupaten/kota i = slope variabel (i = 1, 2, 3, 4)

i = error/simpangan

Perumusan model tersebut disusun berdasarkan hipotesis dan studi literatur yaitu studi yang dilakukan oleh Nurfitriani (2011) tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan jalan tol di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada model studi Nurfitriani (2011) dengan beberapa perubahan tertentu sesuai dengan kondisi daerah yang menjadi objek penelitian. Variabel pada model tersebut merupakan variabel yang diduga memengaruhi pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat dengan penambahan variabel yang dibutuhkan untuk mengkaji kemungkinan faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat. Model ini akan diestimasi dengan menggunakan metode analisis data panel karena model ini terdiri atas data cross section dan time series.

Pengujian Model

(32)

1. Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term terdistribusi secara normal atau tidak. Uji asumsi normalitas dapat dilakukan dengan melakukan uji Jarque-Bera atau dengan melihat plot dari sisaan. Berikut merupakan hipotesis dalam uji normalitas:

H0 : Residual terdistribusi normal H1 : Residual tidak terdistribusi normal

Penolakan H0 dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque-Bera dengan taraf nyata α sebesar 0.05. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih

besar dari taraf nyata α maka tidak cukup bukti untuk menolak H0 yaitu residual terdistribusi normal.

2. Multikolinearitas

Indikasi adanya multikolinearitas tercermin dati adanya standard error yang besar dan nilai statistik T yang rendah. Apabila koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan dan hasil F hitungnya signifikan, maka hal tersebut juga merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Salah satu cara untuk menghilangkan multikolinearitas adalah dengan membuang variabel yang tidak signifikan.

3. Autokorelasi

Deteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan metode Durbin-Watson (DW). Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan membandingkan DW-statistik dengan DW-tabel. Jika error dari periode waktu yang berbeda saling berkorelasi maka akan muncul korelasi serial. Munculnya autokorelasi membuat model manjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Kriteria untuk menentukan adanya masalah autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.

4. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas umumnya ditemukan pada data cross section. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heterokedastisitas pengujian yang dilakukan adalah uji White Heteroskedasticity yang diperoleh dari hasil estimasi model. Jika nilai chi square hitung nR2 lebih besar dari nilai 2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu () maka ada heterokedastisitas dan sebaliknya ika nilai chi square hitung nR2 lebih kecil dari nilai 2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu () maka tidak ada heterokedastisitas pada model.

Tabel 4 Kerangka identifikasi autokorelasi

Nilai DW Hasil

4-dl < DW < 4 Tolak H0, korelasi serial negatif 4-dl < DW < 4-du Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4-du Terima H0, tidak ada korelasi serial du < DW < 2 Terima H0, tidak ada korelasi serial dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan

(33)

Uji Kriteria Statistik

Uji kriteria statistik merupakan bentuk evaluasi model berdasarkan kriteria statisitik yang dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:

a. Koefisien Determinasi R2

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Besaran dari R2 selalu bernilai postif dimana terletak antara angka nol hingga satu (0 < R2 < 1). Jika nilai R2 mendekati satu atau satu maka variabel dependen dapat dijelaskan oleh garis regresi, sedangkan jika nilai R2 semakin mendekati nol atau nol maka tidak ada varians variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. Nilai R2 dapat ditemukan dengan menggunakan rumus:

dimana:

R2 : Koefisien determinasi JKR : Jumlah Kuadrat Regresi JKT : Jumlah Kuadrat Total b. Uji F-statistic

Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model persamaan yang digunakan secara bersamaan signifikan memengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar merupakan nilai yang lebih baik dibandingkan F-statistic yang bernilai rendah. Nilai Prob (F-statistic) merupakan tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Berikut merupakan hipotesis pada uji F-statistic:

H0 : 1 = 2 = ... = i = 0

H1 : minimal ada salah satu i 0

Jika nilai Prob (F-statistic) lebih kecil dari nilai taraf nyata () maka dapat dikatakan tolak H0, dimana dengan tingkata keyakinan 1 -  dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model secara bersamaan signifikan memengaruhi variabel dependen.

c. Uji t-statistic

Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara statistik sifat signifikan atau tidak dari koefisien masing-masing variabel dalam model. Berikut merupkan hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini:

H0 = i = 0, i = 1, 2, 3, ... , k. H1 = i 0

(34)

besar nilai t-hitung, semakin kuat pula bukti bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik.

Definisi Operasional

Variabel endogen adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah panjang jalan dengan kondisi baik yang dinyatakan dalam persen. Variabel eksogen merupakan variabel yang dimasukkan ke dalam penelitian untuk mengendalikan atau menghilangkan pengaruh tertentu pada model penelitian agar kesimpulan yang ditarik tidak bias atau salah persepsi. Definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Panjang Jalan dengan Kondisi Baik

Klasifikasi jalan menurut status terdiri atas jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan kabupaten merupakan jalan yang menghubungkan antar ibukota provinsi yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi. Jalan kabupaten yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis jalan kebupaten berdasarkan kondisinya yaitu panjang jalan dengan kondisi baik. Jalan dengan kondisi baik merupakan jalan yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berdasar pada keinginan pengguna jalan yaitu kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang), tidak ada hambatan macet, dan dapat digunakan sepanjang tahun. Variabel jalan dengan kondisi baik dihitung dengan membagi panjang jalan dengan kondisi baik di kabupaten/kota i dengan total panjang jalan di kabupaten/kota i yang yang dinyatakan dalam persen.

b. Laju Pertumbuhan Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pajak yang diterima dan dikelola oleh pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang dialokasikan untuk membiayai pembiayaan belanja pegawai dan pembiayaan proyek pembangunan daerah. Dalam penelitian ini, pajak daerah diwakili oleh variabel laju pertumbuhan pajak daerah atau perubahan jumlah penerimaan pajak 26 kabupaten/kota di Jawa Barat. Nilai laju pertumbuhan pajak daerah diperoleh dengan perhitungan total pajak daerah pada kabupaten/kota i tahun t dikurangi total pajak daerah pada kabupaten/kota i tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dibagi dengan total pajak daerah pada kabupaten/kota i tahun t-1 (sebelumnya). Variabel laju pertumbuhan pajak daerah 26 kabupaten/kota di Jawa Barat dalam penelitian ini dinyatakan dalam persen.

c. Laju Pertumbuhan PDRB

(35)

t-1 (sebelumnya). Variabel laju pertumbuhan PDRB 26 kabupaten/kota di Jawa Barat dalam penelitian ini dinyatakan dalam persen.

d. Laju Pertumbuhan Jumlah Kendaraan

Variabel laju pertumbuhan jumlah kendaraan dalam penelitian ini menggunakan total jenis kendaraan umum an bukan umum. Kendaraan umum merupakan sarana atau kendaraan bermotor yang disediakan oleh pemerintah untuk dipergunakan oleh masyarakat dengan punutan bayaran tertentu. Sedangkan kendaraan bukan umum merupakan kendaraan pribadi atau kendaraan yang ketersediaannya tidak berasal dari pemerintah melainkan dari masyarakat itu sendiri. Variabel yang mewakili kendaraan umum dan bukan umum dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan jumlah kendaraan umum dan bukan umum yakni perubahan jumlah kendaraan umum dan bukan umum di 26 kabupaten/kota Jawa Barat. Nilai laju pertumbuhan jumlah kendaraan umum dan bukan umum diperoleh dengan perhitungan total jumlah kendaraan pada kabupaten/kota i tahun t dikurangi total jumlah kendaraan pada kabupaten/kota i tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dibagi dengan total jumlah kendaraan pada kabupaten/kota i tahun t-1 (sebelumnya). Variabel laju pertumbuhan jumlah kendaraan dalam penelitian ini dinyatakan dalam persen.

e. Laju Pertumbuhan Industri

Penelitian ini menggunakan laju pertumbuhan PDRB sektor industri yakni perubahan kondisi perekonomian 26 kabupaten/kota di Jawa Barat yang dilihat berdasarkan penerimaan sektor industri dalam perekonomian seluruh kabupaten/kota Jawa Barat. Nilai laju pertumbuhan industri diperoleh dengan perhitungan PDRB sektor industri pengolahan pada kabupaten/kota i tahun t dikurangi PDRB sektor industri pengolahan pada kabupaten/kota i tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dibagi dengan PDRB sektor industri pada kabupaten i tahun t-1 (sebelumnya). Variabel laju pertumbuhan industri dalam penelitian ini dinyatakan dalam persen.

f. Nilai Pertumbuhan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu modal penting dalam pelaksanaan pembangunan karena penduduk merupakan objek sekaligus subjek pembangunan. Variabel yang mewakili jumlah penduduk dalam penelitian ini adalah nilai pertumbuhan penduduk. Nilai pertumbuhan penduduk diperoleh dengan perhitungan jumlah penduduk pada kabupaten/kota i tahun t dikurangi jumlah penduduk pada kabupaten/kota i tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dibagi dengan jumlah penduduk pada kabupaten i tahun t-1 (sebelumnya). Variabel nilai pertumbuhan penduduk dalam penelitian ini dinyatakan dalam persen.

Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan untuk dianalisis, adapun jawaban sementara atas permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pajak daerah berpengaruh positif terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat.

Gambar

Tabel 1 Perbandingan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB)  provinsi-provinsi di Pulau Jawa tahun 2011 hingga 2013 (Persen)
Gambar 1 Kontribusi infrastruktur terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Gambar 2 Persentase panjang jalan menurut kondisi dan tingkat kewenangan di
Tabel 2 Realisasi PAD seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (juta rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan fenomena ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 tahun 2004

Adapun struktur organisasi Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas MIPA UNDIP (lihat lampiran A) yaitu:.. Mempunyai tugas merumuskan kebijakan akademik

Dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam skripsi ini adalah “Bagaimana membuat rancangan aplikasi sistem pendukung keputusan

Di Khulna Bangladesh, di mana skim pengutipan primer dijalankan dengan melibatkan pelbagai pihak yang berkepentingan daripada sektor awam dan swasta meliputi

- In connection with the corporate guarantee provided by the Company on BIB Credit Agreement, the Company confirm that BIB cash is sufficient, thus BIB Credit

Secara ideal, setiap koridor ekonomi memerlukan universitas yang memiliki kapasitas penelitian yang relevan (walaupun terbatas, paling tidak pihak perguruan tinggi dapat

Dengan propaganda itu maka kelompok masyarakat dapat mendesak kepada pemerintahnya untuk mengubah kebijakan yang dikehendaki oleh negara yang melakukan

Berbagai masalah tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang terjadi belakangan ini terutama tindak pidana yang dilakukan oleh anak, dimana dalam tahap penyidikan masih