• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI MAHONI

(

Swietenia mahagoni

Jacq.)

SEBAGAI KANDIDAT OBAT

ANTIDIABETES

AULIA MANAR NAFISA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetesadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

(3)

ABSTRAK

AULIA MANAR NAFISA. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)sebagai Kandidat Obat Antidiabetes. Dibimbing oleh TUTIK WRESDIYATI dan SITI SA’DIAH.

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit dengan kelainan metabolisme glukosa, protein, dan lemak. DM merupakan salah satu contoh kondisi stres oksidatif, sehingga membutuhkan tambahan antioksidan eksogen. Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) mempunyai potensi sebagai antioksidan yang dapat digunakan sebagai obat antidiabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan metode ekstraksi (maserasi dan refluks) dan jenis pelarut yang berbeda (etanol 96% dan air). Aktivitas antioksidan dari semua ekstrak, dievaluasi dengan metode DPPH yang diukur dengan nilai IC50. Nilai IC50 dari ekstrak biji mahoni yang telah didapat adalah 1.03 mg/ml, 1.87 mg/ml, 4.09 mg/ml, dan 1.15 mg/ml masing-masing pada ekstrak biji mahoni maserasi etanol (ME), ekstrak biji mahoni maserasi air (MA), ekstrak biji mahoni refluks etanol (RE), dan ekstrak biji mahoni refluks air (RA). Hasil uji DPPH menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni yang menggunakan metode maserasi dan pelarut etanol, memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik dibandingkan dengan ekstrak lainnya (MA, RE, dan RA).

(4)

ABSTRACT

AULIA MANAR NAFISA Antioxidant Activity from Mahagony seed extract (Swietenia mahagoni Jacq.) as Candidates of Antidiabetic Medicine. Supervised by TUTIK WRESDIYATI and SITI SA'DIAH.

Diabetes mellitus (DM) is a progressive chronic degenerative disease with glucose, protein, and lipid metabolic dysfunction. DM is one of oxidative stress conditions that requiring additional exogenous antioxidants. Mahagony is potential for antioxidant which can be used as an antidiabetic medicine. The objective of this research is to compare antioxidant activity of several Swietenia mahagony seed extracts from different methods of extraction (reflux and maceration) and type of solvents (ethanol and water). Antioxidant activity of all extract were evaluated by DPPH method and quantified the IC50 values. The IC50 values of all extracts are 1.03 mg/ml, 1.87 mg/ml, 4.09 mg/ml, and 1.15 mg/ml, respectively to ethanol maceration extract (ME), water maceration extract (MA), ethanol reflux extract (RE), and water reflux extract (RA). The result showed that extract resulted from maceration method using ethanol has the highest antioxidant activity, compare to the others (MA, RE, and RA).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIJI MAHONI

(

Swietenia mahagoni Jacq.)

SEBAGAI KANDIDAT OBAT

ANTIDIABETES

AULIA MANAR NAFISA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes

Nama : Aulia Manar Nafisa NIM : B04100155

Disetujui oleh

Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD PAVet Siti Sa’diah, MSi Apt.

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Judul skripsi yang telah

dilaksanakan adalah “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas akhir tahap sarjana (S1) di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Disadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk membantu kesempurnaan penulisan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak yang mendukung dan memberikan arahan di dalam penelitian ini, khususnya kepada Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD PAVet sebagai pembimbing pertama dan Siti

Sa’diah, MSi Apt. sebagai pembimbing kedua yang selalu sabar dan terus memberi arahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah mendanai penelitian ini melalui Skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Penelitian Dasar untuk Bagian dengan nomor kontrak 281/IT3.41.2/L2/SPK/2013 atas nama Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD PAVet. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada teman satu penelitian Venny F dan Melly yang selalu memberi motivasi dan saling memberi semangat dalam mengerjakan penelitian, kedua orangtua dan keluarga yang telah memberi semangat dan doanya, serta teman-teman angkatan 47, adik angkatan, maupun kakak alumni yang telah memberikan motivasi dan arahan untuk menjadikan penulisan skripsi ini lebih baik. Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Oktober 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Antioksidan dan Radikal Bebas 2

Uji Aktivitas Antioksidan 3

Mahoni 4

Ekstraksi 5

METODE 6

Tempat dan Waktu Penelitian 6

Bahan 6

Alat 6

Prosedur Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 13

(9)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak biji mahoni maserasi air (MA), maserasi etanol (ME), refluks air (RA), dan refluks etanol

(RE). 5

2 Nilai IC50 ekstrak biji mahoni. 9

DAFTAR GAMBAR

1 Perubahan struktur Diphenylpycrilhidrazil menjadi

Diphenylpycrilhydrazine 3

2 Biji mahoni sebelum dan sesudah dipisahkan kulitnya 4

3 Empat jenis ekstrak biji mahoni 7

4 Grafik aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni 8

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dan gangguan metabolisme glukosa, lipid, dan protein (WHO 2013). Penyakit ini mempunyai morbiditas maupun mortalitas yang tinggi sehingga menjadi permasalahan kesehatan dunia (Wild et al. 2004). Terdapat 3.4 milyar orang meninggal pada tahun 2004 akibat kadar glukosa darah yang tinggi. Angka kematian tersebut diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya prevalensi penyakit diabetes mellitus dari tahun ke tahun menunjukkan perlunya perhatian serius dalam menangani penyakit tersebut. Salah satu penanganan pada pasien diabetes dapat dilakukan melalui terapi pemberian obat antidiabetes secara oral (WHO 2013).

Hiperglikemia menyebabkan terjadinya autooksidasi glukosa, aktivasi jalur metabolisme poliol, dan glikasi non enzimatik pada protein (Setiawan dan Suhartono 2005). Mekanisme tersebut akan mempercepat pembentukan senyawa oksigen reaktif yang dapat meningkatkan kerusakan lipid, DNA, dan protein pada berbagai jaringan. Hal ini merupakan awal kerusakan oksidatif yang dikenal sebagai stres oksidatif (Rahimi et al. 2005).

Kandungan antioksidan pada kondisi stres oksidatif diabetes mellitus telah dilaporkan menurun pada jaringan hati dan pankreas (Wresdiyati et al. 2003; 2008). Antioksidan eksogen diperlukan untuk membantu menghambat kerusakan oksidatif dalam tubuh. Peningkatan suplai antioksidan yang cukup, akan membantu mencegah komplikasi klinis diabetes mellitus. Terdapat penelitian yang dapat membuktikkan bahwa antioksidan pada hewan percobaan dapat menghambat tahap awal retinopati, nefropati, dan neuropati. Begitu pula pada penelitian manusia yang dapat menghambat komplikasi microvaskular, penurunan insiden penyakit jantung koroner, perbaikan sistem saraf otonom jantung, dan perbaikan vasodilatasi (Nathan et al. 2008).

Antioksidan eksogen dapat berasal dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang sering digunakan dalam pengobatan diabetes adalah Swietenia mahagoni Jacq. (biji mahoni) (Hariana 2007). Menurut Rasyad et al. (2012) dan Wresdiyati et al. (2014), senyawa antioksidan yang dimiliki oleh mahoni adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid/steroid, dan saponin. Biji mahoni dapat digunakan sebagai obat antidiabetes karena mengandung antioksidan yang dapat menghambat kerusakan oksidatif dalam tubuh (Hariana 2007).

(11)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan aktivitas antioksidan menggunakan 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazil (DPPH), dari 4 jenis ekstrak biji mahoni dengan metode ekstraksi (maserasi dan refluks) dan jenis pelarut (etanol dan air) yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan yang paling baik diantara keempat ekstrak biji mahoni dengan metode ekstraksi dan jenis pelarut yang berbeda. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai isolasi dan karakteristik senyawa aktif yang mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni sebagai kandidat antidiabetes.

TINJAUAN PUSTAKA

Antioksidan dan radikal bebas

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas, yaitu dengan cara mendonorkan elektronnya sehingga dapat menetralisir dan menghancurkan radikal bebas (Kikuzaki et al. 2002). Terdapat dua jenis antioksidan, yaitu antioksidan yang ada di dalam tubuh (endogen) dan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (eksogen). Antioksidan endogen yang paling utama adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan endogen lain yaitu transferrin, albumin, dll. Antioksidan eksogen antara lain adalah vitamin C, vitamin E, maupun senyawa lain yang berasal dari buah-buahan atau sayuran (Lien et al. 2008).

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Senyawa ini dapat bermuatan positif atau negatif dan sifatnya sangat reaktif. Terdapat dua jenis radikal bebas yaitu radikal bebas yang ada di dalam tubuh (endogen) dan radikal bebas yang berasal dari luar tubuh (eksogen). Radikal bebas endogen diantaranya berupa Reactive Oxgen Species (ROS), superoksida (O2•-), hidroksil (OH•), dan peroksil (RO2•). Radikal bebas eksogen diantaranya berupa polusi udara, asap kendaraan, berbagai bahan kimia, makanan yang telah hangus (carbonated), limbah industri, dan sinar UV(Halliwell 2001; Droge 2002). Radikal bebas dalam keadaan normal berfungsi sebagai senyawa antara atau produk dalam reaksi yang dikatalisis enzim seperti pada rantai transport elektron di mitokondria (Rahman 2007). Sebaliknya jika berlebihan, radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul seperti DNA, protein, dan lipid di dalam tubuh. Kerusakan tersebut dapat memicu terjadinya berbagai macam penyakit (Halliwell 2001).

(12)

3

insulin atau keduanya (Karunakaran dan Park 2013). Diabetes dibagi menjadi dua tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 (disebut juga insulin dependent diabetes mellitus atau IDDM) disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas, yang dapat berasal dari reaksi autoimun, infeksi virus, dan mungkin faktor genetik. DM tipe 2 (disebut juga non insulin dependent diabetes mellitus atau NIDDM) disebabkan oleh resistensi reseptor insulin di sel target insulin yang menyebabkan hormon insulin tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Takada 2008).

Kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) menyebabkan timbulnya stres oksidatif pada penderita diabetes (Rahimi et al. 2005). Stres oksidatif ditandai dengan adanya penurunan aktivitas antioksidan endogen serta meningkatnya kerusakan biomolekul secara oksidatif, sehingga diperlukan antioksidan eksogen untuk menghambat kerusakan oksidatif dalam tubuh (Tiwari 2004).

Uji Aktivitas Antioksidan

Keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu ekstrak dapat diketahui melalui uji aktivitas antioksidan. Terdapat berbagai metode pengukuran aktivitas antioksidan. Pada prinsipnya metode tersebut digunakan untuk mengevaluasi adanya aktivitas penghambatan proses oksidasi oleh senyawa antioksidan yang terdapat dalam bahan pangan atau contoh ekstrak bahan alam. Salah satu metode yang umum digunakan yaitu dengan menggunakan radikal bebas 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazil (DPPH) (Prakash 2001). Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan DPPH bersifat mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman. Larutan DPPH yang berperan sebagai radikal bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan. Hal ini akan menyebabkan DPPH berubah menjadi 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazine yang bersifat non-radikal yang tidak berbahaya. Meningkatnya jumlah 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazine akan ditandai dengan berubahnya warna ungu pada larutan menjadi warna kuning pucat (Molyneax 2004). Perubahan struktur DPPH tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perubahan struktur 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazil menjadi 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazine

Sumber: Yuhernita dan Juniarti (2011)

(13)

4

memberikan absorbansi kuat pada panjang gelombang 517 nm. Hasil dari metode DPPH umumnya dibuat dalam bentuk IC50 (Inhibitor Concentration 50), yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan menyebabkan tereduksi aktivitas DPPH sebesar 50% (Prakash 2001). Semakin besar aktivitas antioksidan suatu ekstrak, maka nilai IC50-nya akan semakin kecil. Molyneax (2004) menyatakan bahwa suatu senyawa antioksidan dikatakan baik jika nilai IC50-nya semakin kecil.

Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)

Menurut BPDAS (2010), terdapat dua jenis mahoni yaitu mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni Jacq.) dan mahoni berdaun lebar (Swietenia macrophylla King). Swietenia mahagoni Jacq. memiliki daun dan buah yang relatif lebih kecil dan lebih melengkung, sedangkan Swietenia macrophylla King memiliki daun yang lebih besar dan lebar serta buah yang lebih besar (Hariana 2007). Pada penelitian ini, digunakan mahoni jenis Swietenia mahagoni Jacq. Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) merupakan tumbuhan tropis dan merupakan salah satu tanaman obat. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar di hutan jati, di tempat yang dekat dengan pantai atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung, dan memiliki rasa yang pahit (BPDAS 2010; Hariana 2007). Tumbuhan mahoni mengandung saponin, flavonoid, dan alkaloid (Rasyad et al. 2012; Wresdiyati et al. 2014). Tumbuhan ini memiliki efek famakologis antipiretik, antijamur, menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes mellitus), kurang nafsu makan, rematik, demam, dan masuk angin (Naveen 2014). Gambar 2 merupakan gambar biji mahoni sebelum dan sesudah dipisahkan kulitnya.

Gambar 2 Biji mahoni sebelum (A) dan sesudah (B) dipisahkan kulitnya

(14)

5

Tabel 1 Kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak biji mahoni maserasi air (MA), maserasi etanol (ME), refluks air (RA), dan refluks etanol (RE)

No Parameter uji MA ME RA RE

1 Kadar Air (%) 13.58 2.22 9.57 2.88

2 Kadar abu (%) 5.42 2.48 3.26 2.23

3 Kadar abu tidak larut asam (%) 0.35 0.12 0.31 0.21

4 Rendemen (%) 28.87 41.67 14.95 21.61

5 Organoleptik Bentuk serbuk serbuk serbuk serbuk

Bau khas khas khas khas

[keterangan (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi] Sumber : Wresdiyati et al. (2014)

Ekstraksi

(15)

6

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium PAU Fakultas Teknologi Pertanian, dan Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan di dalam penelitian ini berupa alat refluks, sonikator, ELISA reader, microplate, gelas ukur, gelas piala, timbangan digital, labu erlenmeyer, rak tabung, aluminium foil, vacum rotary evaporator, batang pengaduk, penangas air, neraca analitik, vortex, micropipet, aluminium foil, dan labu takar. Bahan yang digunakan berupa biji mahoni, etanol 96%, air, dan larutan DPPH.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Ekstrak dengan Metode Refluks dan Maserasi

Metode refluks dimulai dengan memasukkan serbuk biji mahoni dan etanol 96 % atau air ke dalam alat refluks dengan perbandingan 1 : 5. Kemudian alat refluks dipanaskan sesuai dengan titik didih pelarut selama 6 jam dan didiamkan selama 12 jam. Hasil yang diperoleh disaring, hingga terpisah ampas dan filtratnya. Ampas direfluks kembali dengan pelarut yang baru dan proses diulang sebanyak 3x ulangan.Metode maserasi dimulai dengan merendam serbuk biji mahoni pada larutan etanol 96 % atau air dengan perbandingan 1 : 5 selama 24 jam. Hasil yang diperoleh disaring, hingga terpisah ampas dan filtratnya. Ampas dimaserasi kembali dengan pelarut baru dan proses diulang sebanyak 3x ulangan. Selanjutnya, total dari masing-masing filtrat hasil maserasi dan refluks, diuapkan menggunakan alat vacum rotary evaporator pada suhu 50 oC hingga diperoleh empat jenis ekstrak kering.

Uji Aktivitas Antioksidan

(16)

7

Analisis Data

Nilai absorbansi larutan uji dan larutan kontrol yang telah dibaca, dibuat perhitungan % inhibisi dengan persamaan sebagai berikut.

Hambatan (% inhibisi) = (absorbansi kontrol – absorbansi sampel) x 100 absorbansi kontrol

Nilai persen inhibisi kemudian dibuat kurva terhadap konsentrasi larutan uji (mg/ml) dengan persamaan regresi Y = a ln x + b. Nilai IC50 sebagai parameter aktivitas antioksidan dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dengan memasukkan nilai 50% pada y sehingga diketahui nilai konsentrasi ekstrak yang dapat menghambat DPPH sebanyak 50% (Andayani et al. 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Empat jenis ekstrak dengan metode (maserasi dan refluks) dan jenis pelarut (etanol dan air) yang berbeda telah dihasilkan pada penelitian ini. Keempat ekstrak biji mahoni tersebut adalah ekstrak biji mahoni maserasi etanol, maserasi air, refluks etanol, dan refluks air (Gambar 3).

(17)

8

Pelarut air dan etanol digunakan dalam penelitian ini karena merupakan pelarut yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Air dan etanol mempunyai sifat yang mudah diperoleh dan relatif lebih aman untuk kesehatan dibandingkan dengan pelarut organik lain. Etanol merupakan pelarut organik yang sering digunakan sebagai pelarut obat herbal dan aman dikonsumsi (Low 2009). Pelarut etanol mempunyai gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat non polar, sehingga dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun non polar. Sebaliknya, pelarut air adalah pelarut polar yang dapat mengekstrak senyawa yang sifatnya polar, namun tidak dapat mengekstrak senyawa yang bersifat nonpolar (Pasaribu 2011). Metode maserasi dan refluks digunakan pada penelitian ini karena metode ini paling sederhana dan mudah digunakan. Metode ekstraksi maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan tanpa proses pemanasan, sedangkan metode ekstraksi refluks adalah salah satu metode esktraksi yang dilakukan dengan proses pemanasan (Ditjen POM 2000; DepKes RI 2000).

Ekstrak biji mahoni yang telah dihasilkan, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH. Hasil dari metode DPPH umumnya dinyatakan dalam bentuk IC50 (Inhibitor Concentration 50). Nilai IC50 diperoleh dengan menghitung nilai absorbansi ekstrak biji mahoni pada beberapa konsentrasi. Nilai absorbansi dinyatakan dalam % inhibisi yang selanjutnya digunakan untuk menghasilkan persamaan regresi (Gambar 4), sehingga nilai IC50 dari masing-masing ekstrak dapat diketahui (Tabel 2). Perhitungan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 1-4.

(18)

9

Tabel 2 Nilai IC50 ekstrak biji mahoni

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak biji mahoni maserasi etanol adalah 1.026 mg/ml, ekstrak refluks air 1.150 mg/ml, ekstrak maserasi air 1.867 mg/ml, dan ekstrak refluks etanol 4.087 mg/ml. Nilai IC50 terkecil pada penelitian ini dihasilkan oleh ekstrak biji mahoni maserasi etanol. Menurut Molyneax (2004), semakin kecil nilai IC50 dari suatu ekstrak, maka aktivitas antioksidannya akan semakin baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni dengan maserasi etanol memiliki aktivitas antioksidan yang paling baik diantara ketiga ekstrak biji mahoni lainnya (MA, RE, dan RE). Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kadar flavonoid yang juga paling tinggi pada ekstrak maserasi etanol, seperti yang telah dilaporkan oleh Wresdiyati et al. (2014) (Tabel 1).

Pelarut etanol dengan metode maserasi menghasilkan ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol metode refluks (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antioksidan yang lebih terekstrak oleh etanol, namun sifatnya tidak tahan terhadap pemanasan. Sebaliknya, pelarut air dengan metode refluks menghasilkan ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air metode maserasi (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antioksidan yang lebih terekstrak oleh air, namun sifatnya tahan terhadap pemanasan.

Salah satu senyawa yang diduga lebih terekstrak oleh etanol dan sifatnya tidak tahan terhadap pemanasan adalah flavonoid. Flavanoid merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil), sehingga bersifat polar dan dapat larut dalam pelarut seperti etanol. Senyawa ini juga tidak tahan terhadap pemanasan (Rompas et al. 2012). Flavonoid sebagai antioksidan dapat melindungi kerusakan progresif

sel β pankreas yang disebabkan karena adanya stres oksidatif, sehingga senyawa

ini dapat menurunkan kejadian diabetes mellitus (Song et al. 2005). Efek antioksidan senyawa ini disebabkan oleh penangkapan radikal bebas melalui donor atom hidrogen dari gugus fungsi hidroksi flavonoid (Amic et al. 2003). Ikatan rangkapnya juga dapat meningkatkan flavonoid sebagai radical-scavenger (peredam radikal bebas) (Parul dan Kumar 2007).

Senyawa antioksidan lain yang diduga lebih terekstrak oleh air dan tahan terhadap pemanasan adalah saponin. Saponin memiliki gugus gula (heksosa) yang dapat larut dalam air (Lindeboom 2005). Senyawa ini dapat meredam radikal bebas sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan (Jagtap dan Bakpat 2010). Saponin dapat digunakan sebagai obat generik yang dapat mengobati penyakit diabetes. Senyawa ini dapat menghambat absorpsi glukosa, sehingga dapat berguna sebagai agen terapi diabetes mellitus (Lindeboom 2005).

Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak biji mahoni dengan 2 pelarut (air dan etanol) dan 2 metode ekstraksi (maserasi dan refluks) yang berbeda, memiliki aktivitas antioksidan yang lemah. Menurut Molyneax (2004), suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0.05

Sampel IC50 (mg/ml)

Ekstrak Maserasi Etanol (ME) 1.026

Ekstrak Maserasi Air (MA) 1.867

Ekstrak Refluks Etanol (RE) 4.087

(19)

10

mg/ml, kuat apabila nilai IC50 antara 0.05-0.1 mg/ml, aktivitas sedang apabila nilai IC50 antara 0.1-0.15 mg/ml dan lemah bila nilai IC50 antara 0.15-0.2 mg/ml. Walaupun ekstrak biji mahoni mempunyai aktivitas antioksidan yang lemah, ekstrak tersebut dapat digunakan sebagai kandidat obat antidiabetes karena ekstrak biji mahoni dapat menghambat enzim alfa-glukosidase dalam tikus percobaan menurut Wresdiyati et al. (2014).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nilai IC50 ekstrak biji mahoni maserasi etanol adalah 1.026 mg/ml, maserasi air adalah 1.867 mg/ml, refluks etanol adalah 4.087 mg/ml, dan refluks air adalah 1.150 mg/ml. Aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni yang paling baik adalah ekstrak dengan metode maserasi dan pelarut etanol.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi dan karakteristik senyawa aktif yang mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni sebagai kandidat antidiabetes.

DAFTAR PUSTAKA

Amic D, Dusanka DA, Beslo D. 2003. Structure-radikal scavenging activity relationship of flavonoids. Crotia Chem Acta. 76(1):55-61.

Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksian, kadar fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum L.). JSTek. 13(1):3.

[BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pemali Jratun Departemen Kehutanan RI. 2010. Mahoni. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 28]. Tersedia pada: http://www.bpdaspemalijratun.net/index.php?option=com_content& view=article&id=61:mahoni&catid=18:tanaman-berkayu&Itemid=31. [DepKes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Volume ke-5. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Tradisional Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm 7-12.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta(ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Droge W. 2002. Free radicals in the physiological control of cell function. Physiol Rev. 82(5):47-95.

Halliwell Barry. 2001. Free Radicals and Other Reactive Species In Disease Encyclopedia Of Life Sciences. Singapore (SG): Nature Publishing Group Hariana A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta (ID): Penebar Swaday. Jagtap UB, Bapat VA. 2010. Artocarpus: A review of its traditional uses,

(20)

11

Karunakaran U, Park KG. 2013. A systematic review of oxidative stress and safety of antioxidants in diabetes: focus on islets and their defense. Dmj. 37(2):106-112.

Kikuzaki HM, HisamotoK, Hirose K. 2002. Antioxidant properties of ferulic acid and its related compound. J Agric Food Chem. 50(1):2161-2168.

Lien, Hua H, Chuong P. 2008. Free radicals, antioxidants in disease and health. IJBS. 4(2):89-96

Lindeboom N. 2005. Studies on The Characterization, Biosynthesis and Isolation of Starch and Protein from Quinoa (Chenopodium quinoa Wild). Saskatoon Canada (US): University of Saskatchewan.

Low D. 2009. Smart talk on supplements and botanicals. JCAM. 15(1):101-102. Molyneax P. 2004. The use of the stable free radical dyhenylpicrylhydrazil

(DPPH) for estimating antioxidant activity. JSTek. 26(2):211-219.

Nathan MD, Buse J, Mayer B, et al. 2008. Medical management of hyperglycemia in type 2 diabetes a consebsus algorithm for the initiation and adjustment of therapy. Diabet Care. 31(12):1-11.

Naveen YP, Divya R, Ahmed F, et al. 2014. Pharmacological effects and active phytoconstituents of Swietenia mahagoni: a review. J Integr Med. 12(2):86-93.

Parul L, Kumar D. 2007. Quercetin: a versatile flavonoid. IJMU. 2(2):22-37. Pasaribu G. 2011. Inhibition activity of alpha glucosidase from several stem bark

of raru. J Penelitian Hasil Hutan. 29(1):10-19

Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2001. Antioxidant activity. Medallions Labs. 19(2):1-4.

Rahimi R, Nikfar S, Larijani B, et al. 2005. A review on the role of antioxidants in the management of diabetes and its complications. Biomed

Rompas RA., Edy HJ, Yudistira. 2012.Isolasi dan identifikasi flavonoid dalamdaun lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon. 1(2):59-63. Setiawan B, Suhartono E. 2005. Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada

Diabetes Melitus. Maj Kedokt Indon. 55(2):86-91.

Song Y, JoAnn EM, Julie EB, et al. 2005. Associations of dietary flavonoids with risk of type 2 diabetes, and markers of insulin resistance and systemic inflammation in women : A prospective study and cross-sectional analysis. JACN. 5(24):376-84

Takada J. 2008. Metabolic recovery of adipose tissue is associated with improvement in insulin resistance in a model of experimental diabetes. J Endocr. 198(1):51-60

Tiwari AK. 2004. Antioxidants: New-generation therapeutic base for treatment of polygenic disorders. JCRS. 86(8):1093

(21)

12

Wild S, Roglic G, Green A, et al. 2004. Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabet Care. 27(1):1047-1053. Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K. 2003. Immunohistochemical

study of superoxide dismutase in the liver of alloxan diabetes mellitus Macaques. Hayati J Bio. 10(2):61-65.

Wresdiyati T, Astawan M, Kesenja R, Lestari PA. 2008. Pengaruh pemberian tepung buah pare (Momordica charantia L) pada sel β dan SOD pankreas tikus diabetes mellitus. J Bahan Alam. 6(5):193-200.

Wresdiyati T, Winarto A, Sa’diah S. 2014. Alpha-glucosidase inhibitor and hypoglycemic effect of Swietenia mahagony Jacq. seed extract. Hayati J Bio (in press).

(22)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Maserasi Etanol)

Rumus :

(23)

Lampiran 2 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Maserasi Air)

Rumus :

Absorbansi Blanko – Absorbansi Sampel

Hambatan (%) = x 100 %

Absorbansi Blanko

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.123) X 100 % = 69.25 % 0.4

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.113) X 100 % = 71.75 % 0.4

Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.188) X 100 % = 53 % 0.4

Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.183) X 100 % = 54.25 % 0.4

Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.242) X 100 % = 39.5 % 0.4

Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.227) X 100 % = 43.25 % 0.4

Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.28) X 100 % = 30 % 0.4

Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.275) X 100 % = 31.25 % 0.4

Dari persamaan regresi linier y = 18,935ln(x) + 37,15 untuk ulangan 1 dan y = 19,116ln(x) + 39,234 untuk ulangan 2, nilai IC50 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

(ulangan 1) ln x = 50 - (37,15) (ulangan 2) ln x = 50 - (39,234)

18,935 19,116

= 0.678637 = 0.563193

IC50 = EXP 0.678637 IC50 = EXP 0.563193 IC50 = 1.97119 mg/ml IC50 = 1.756272 mg/ml

(24)

Lampiran 3 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni refluk Etanol)

Rumus :

Absorbansi Blanko – Absorbansi Sampel

Hambatan (%) = x 100 %

Absorbansi Blanko

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.217) X 100 % = 45.75 % 0.4

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.175) X 100 % = 56.25 % 0.4

Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.199) X 100 % = 50.25 % 0.4

Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.201) X 100 % = 29.75 % 0.4

Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.272) X 100 % = 32 % 0.4

Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.270) X 100 % = 32.5 % 0.4

Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.293) X 100 % = 26.75 % 0.4

Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.297) X 100 % = 25.75 % 0.4

Dari persamaan regresi linier y = 10,856ln(x) + 32,502 untuk ulangan 1 dan y = 15,689ln(x) + 32,124 untuk ulangan 2, nilai IC50 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

(ulangan 1) ln x = 50 - (32,502) (ulangan 2) ln x = 50 - (32,124)

10,856 15,689

= 1.611828 = 1.139397

IC50 = EXP 1.611828 IC50 = EXP 1.139397 IC50 = 5.011963 mg/ml IC50 = 3.124884 mg/ml

(25)

Lampiran 4 Perhitungan Larutan Uji (Ekstrak Biji Mahoni Refluk Air)

Rumus :

Absorbansi Blanko – Absorbansi Sampel

Hambatan (%) = x 100 %

Absorbansi Blanko

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.357) X 100 % = 10.75 % 0.4

Hambatan (%) 5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.175) X 100 % = 56.25 % 0.4

Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.097) X 100 % = 75.75 % 0.4

Hambatan (%) 2.5 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.126) X 100 % = 68.5 % 0.4

Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.176) X 100 % = 56 % 0.4

Hambatan (%) 1.25 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.185) X 100 % = 53.75 % 0.4

Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 1 = 0.4 - (0.275) X 100 % = 31.25 % 0.4

Hambatan (%) 0.625 mg/ml ulangan 2 = 0.4 - (0.304) X 100 % = 24 % 0.4

Dari persamaan regresi linier y = -6,023ln(x) + 46,869 untuk ulangan 1 dan y = 16,086ln(x) + 41,461 untuk ulangan 2, nilai IC50 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

(ulangan 1) ln x = 50 - (46,869) (ulangan 2) ln x = 50 - (41,461)

-6,023 16,086

= -0.51984 = 0.530834

IC50 = EXP -0.51984 IC50 = EXP 0.530834 IC50 = 0.594615 mg/ml IC50 = 1.70035 mg/ml

Gambar

Gambar 1 Perubahan struktur 1,1-diphenil-2-pycrylhidrazil menjadi
Tabel 1 Kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak biji mahoni maserasi air (MA), maserasi etanol (ME), refluks air (RA), dan refluks etanol (RE)
Gambar 3 Empat jenis ekstrak biji mahoni. (A) Ektrak biji mahoni maserasi
Gambar 4  Grafik aktivitas antioksidan ekstrak biji mahoni. (A) Ekstrak maserasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Di terbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang mengamanatkan partisipasi dari masyarakat mulai dari

Judul : Pelatihan guru teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) SMP dalam rangka mendukung pelaksanaan kurikulum 2004 bagi para guru TIK SMP di

Usaha warung tenda pecel lele di Kota Bogor merupakan salah satu. usaha mikro dengan omset yang

Kelayakan kit praktikum berdasarkan aspek kepraktisan menunjukkan bahwa hasil observasi guru diperoleh persentase rata-rata sebesar 86,8% dengan kriteria sangat baik dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penerapan Kode Etik Pustakawan informan atau pustakawan di Perpustakaan Utsman Bin Affan Universitas Muslim Indonesia

Dengan adanya MOU (Memorandum Of Understanding) , maka selain dinas yang mengawasi dan mengelola wisata juga dibantu oleh organisasi Pemuda Pancasila. Oleh karena itu,

Tercapainya penerapan untuk menegakkan tata tertib sekolah, tidak terlepas dari peran seorang guru yang selalu mengawasi, memeriksa, dan memberi tindak lanjut kepada siswa

sangat berperan dalam pembelajaran menulis kreatif (mengarang) yaitu dapat memicu kreativitas siswa. Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan