• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tumbuhan Pangan Dan Obat Oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung Di Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Tumbuhan Pangan Dan Obat Oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung Di Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH

MASYARAKAT DESA SEMBALUN BUMBUNG DI

SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

ARMY SELVILIA RIFFANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)

ABSTRAK

ARMY SELVILIA RIFFANI. Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani. Dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL AM ZUHUD.

Pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung erat kaitannya dengan kebutuhan akan pangan dan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman serta peranan tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sembalun Bumbung. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Juni – Juli 2015 di Desa Sembalun Bumbung melalui observasi langsung dan wawancara dilakukan terhadap 34 responden dengan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 127 spesies dari 48 famili tumbuhan pangan dan 102 spesies dari 44 famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan. Selain digunakan sebagai tumbuhan pangan dan obat, tumbuhan tersebut juga digunakan sebagai pakan ternak, pewarna, rekreasi, ritual adat, pestisida nabati, dan lainnya. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung dalam hal ini juga sudah mampu memenuhi kebutuhan akan pangan dan obat secara mandiri.

Kata kunci: desa Sembalun Bumbung, pemanfaatan, tumbuhan obat, tumbuhan pangan.

ABSTRACT

ARMY SELVILIA RIFFANI. Edible and Medicinal Plants Utilization by Sembalun Bumbung Village Community Around Gunung Rinjani National Park. Supervised by SISWOYO and ERVIZAL AM ZUHUD.

Edible and medicinal plants is an unity that can not be separated from human life. Utilization of edible and medicinal plants by Sembalun Bumbung Village in daily lives were closely related to fulfillment of food and health. This study aimed to identify the diversity and the role of edible and medicinal plants in community daily lives. The data was collected on June until July 2015 at Sembalun Bumbung Village through direct observation and interview with 34 respondents determined using snowball sampling method. The result showed that there were 127 spesies from 48 family that used as food plants and 102 spesies from 44 family that used as medicinal plants. Besides its use as food and medicine, the plants were also used as animal feed, dyes, recreation, traditional ceremony, pesticides, etc. In this case, Sembalun Bumbung Village community has been able to fulfillment of food and medicine independently.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH

MASYARAKAT DESA SEMBALUN BUMBUNG DI

SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

ARMY SELVILIA RIFFANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Nama NIM

Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani : Army Selvilia Riffani

: E34110101

r Siswo o MSi

P embimbing I

Tanggal Lulus: 2 7 JAN

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ervizal AM MS

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 sampai Juli 2015 ini ialah etnobotani, dengan judul Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Siswoyo, MSi dan Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS selaku dosen pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Harnios Arief, MSc dan Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MScF selaku ketua sidang dan dosen penguji atas arahan, saran, dan motivasi yang diberikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Agus Budiono selaku kepala Taman Nasional Gunung Rinjani, Bapak Zulfahri selaku kepala SPTN II Resort Sembalun, Bapak Abdul Basit beserta jajaran staf Taman Nasional Gunung Rinjani, Bapak Mantan, Bapak Supardi, dan Bapak Tika yang telah membantu selama pengumpulan informasi dan data di lapang. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Arif Riyanto, Ibunda Iswahyuni Puji Rahayu, Argavian Yudha Algani, Arviolisa Nindya Elsani, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada seluruh teman-teman KSHE 48 atas dukungan dan bantuan selama penyusunan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Januari 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat, Bahan, dan Instrument Penelitian 2

Jenis Data yang Dikumpulkan 3

Metode Pengambilan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6

Karakteristik Responden 8

Keanekaragaman Famili Tumbuhan Pangan dan Obat 9

Tumbuhan Pangan 10

Pembagian Manfaat Kelompok Tumbuhan Pangan 19

Tumbuhan Pangan Fungsional 23

Tumbuhan Obat 25

Penggunaan Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit 33 Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Pemanfaatan Tumbuhan 36

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan metode pengambilan data 3

2 Tata guna lahan di Desa Sembalun Bumbung 6

3 Famili dan spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan 10 4 Contoh spesies tumbuhan pangan hutan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Desa Sembalun Bumbung 11

5 Contoh spesies tumbuhan pangan non hutan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Desa Sembalun Bumbung 14

6 Cara pengolahan tumbuhan pangan 18

7 Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan pangan di alam yang

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung 18 8 Pengelompokan spesies tumbuhan pangan berdasarkan manfaat 19

9 Bahan pangan kelompok sereal dan umbi 20

10 Bahan pangan kelompok sayur-sayuran 20

11 Bahan pangan kelompok buah-buahan 21

12 Bahan pangan kelompok kacang-kacangan 22

13 Bahan pangan kelompok minuman 22

14 Bahan pangan kelompok rempah-rempah 22

15 Famili tumbuhan pangan fungsional 24

16 Contoh spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Desa Sembalun Bumbung 24

17 Contoh spesies tumbuhan obat hutan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Desa Sembalun Bumbung 25

18 Contoh spesies tumbuhan obat non hutan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat Desa Sembalun Bumbung 27

19 Cara pengolahan tumbuhan obat 32

20 Cara pemakaian tumbuhan obat

32

21 Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan obat di alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa sembalun Bumbung 33 22 Persentase spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok

penyakit/penggunaan tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung 34 23 Contoh spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/

penggunaan tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung 35

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Karakteristik kelas umur responden 8

3 Tingkat pendidikan responden 8

4 Mata pencaharian responden 9

5 Aren (Arenga pinnata) 12

(11)

8 Kebun strawberry (Fragaria x ananassa) di Desa Sembalun

Bumbung 15

9 Habitus tumbuhan pangan yang dimanfaatkan 16

10 Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan 17

11 Kondisi penyebaran tumbuhan pangan di alam 18 12 Rempah-rempah yang diperdagangkan di Desa Sembalun Bumbung 23

13 Ashitaba (Angelica keiskei koidzumi) 28

14 Pembuatan ‘sembe’ dari campuran tumbuhan leko (Piper betle), buaq (Areca catechu), dan kapur oleh Mangku Patara Guru 29 15 (a) Memangge (Drymaria cordata); (b) Pekarangan: Mint (Mentha

piperita). 30

16 Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan 30

17 Bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan 31

18 Kondisi penyebaran tumbuhan obat di alam 33

LAMPIRAN

1 Responden yang diwawancarai di Desa Sembalun Bumbung 42 2 Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa

Sembalun Bumbung 43

3 Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan pangan di

alam 49

4 Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun

Bumbung 55

5 Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan obat di

alam 63

6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok

penyakit 68

7 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya. 72

8 Tumbuhan pangan fungsional 74

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Interaksi antara manusia dengan tumbuhan sudah lama terjadi, karena secara alamiah manusia selalu bergantung pada tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Interaksi tersebut sudah berjalan lama dan umumnya memiliki tatanan yang telah disepakati dan dilaksanakan bersama dalam menjaga keseimbangan dengan alam lingkungan sekitarnya (Purwanto 1999). Pengetahuan tentang tumbuhan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia tidak didapatkan dalam waktu singkat, mereka mendapatkannya dengan sistem trial and error selama puluhan bahkan ribuan tahun pengalaman (Pharmacotherapy 2009). Sejalan dengan pemanfaatan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan juga telah berlangsung sejak munculnya peradaban manusia dimuka bumi (Walujo 2011). Dengan kata lain, pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena sifatnya yang saling melengkapi satu sama lain.

Kebutuhan pangan dan obat dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya kegiatan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dan obat (Rahayu 2013). Nilai impor pangan periode tahun 2010 – 2013 mencapai US$ 61.25 miliar dengan volume 76.63 juta ton (didominasi sub sektor hortikultura) namun cenderung mengalami penurunan sebesar 3.07% tiap tahunnya (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2014). Nilai impor obat herbal periode Januari – Juni 2013 mencapai US$ 7.26 juta dengan volume 7.2 juta ton, sedangkan periode Januari – Juni 2014 sebesar US$ 1.54 juta dengan volume 1.6 juta ton (didominasi oleh jahe). Nilai tersebut turun 68.65% dari tahun 2013 (Murdopo 2014).

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :

1. Dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan pangan dan obat lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.

2. Data dan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menentukan strategi bagi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya hayati pangan dan obat lokal yang berkelanjutan berbasis pengetahuan lokal.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni - Juli 2015.

(15)

Alat, Bahan, dan Instrument penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Instrument penelitian: tally sheet dan panduan wawancara.

2. Perlengkapan wawancara: alat tulis, kamera, dan alat perekam suara.

3. Perlengkapan pembuatan herbarium: alkohol 70%, sprayer, kertas koran, plastik spesimen, selotif, dan benang.

4. Pengolahan data: program Microsoft Office Excel 2010. 5. Dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian.

Objek penelitian ini adalah spesies tumbuhan pangan dan obat lokal yang diketahui dan dimanfaatkan masyarakat di Desa Sembalun Bumbung.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan metode pengambilan data.

No Jenis data Uraian Sumber data Metode

Masyarakat Wawancara

3. Jenis-jenis

(16)

Metode Pengambilan Data

Studi literatur

Data sekunder berupa kondisi umum Desa Sembalun Bumbung dan data demografi penduduk dikumpulkan melalui kajian pustaka. Kajian pustaka dilakukan dengan merekapitulasi informasi dari berbagai literatur dan penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain dengan lokasi penelitian dan/atau topik kajian yang sama dengan penelitian ini.

Survei lapang

Kegiatan survei lapang dilakukan untuk mengetahui kondisi umum lokasi pengambilan data. Desa Sembalun Bumbung dipilih menjadi lokasi untuk pengambilan data. Lokasi ini dipilih karena sebelumnya belum ada yang melakukan pengumpulan informasi dan data mengenai tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

Wawancara

Wawancara mengenai bentuk pemanfaatan tumbuhanoleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung dilakukan secara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara semi terstruktur. Teknik penarikan contoh untuk menentukan responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling. Metode ini dilakukan dengan cara memilih responden kunci (key person), selanjutnya responden kunci menyarankan responden berikutnya untuk diwawancarai hingga tidak ditemukan informasi baru dari responden selanjutnya. Dalam penelitian ini total jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 34 orang.

Dokumentasi, pengambilan contoh tumbuhan pangan maupun obat dan pembuatan herbarium

Dokumentasi spesies tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat dengan cara pengambilan gambar atau foto. Pengambilan contoh tumbuhan dilakukan untuk memverifikasi spesies tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan hasil wawancara sebelumnya. Spesies-spesies yang tidak dapat diidentifikasi, diambil beberapa contoh untuk diherbarium dan selanjutnya diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, bidang Botani, LIPI Cibinong.

Pengolahan dan Analisis Data

Karakteristik responden

Karakterisistik responden dibedakan ke dalam kelas umur, jenis kelamin, pendidikan dan mata pencaharian.

Persen famili

%Famili =Σ Spesies famili tertentuΣ Seluruh famili spesies x %

Persen habitus

(17)

yangdigunakan untuk menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut :

%Habitus = Σ Spesies habitus tertentuΣ Seluruh habitus spesies x %

Persen bagian yang dimanfaatkan

Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke bagian bawah/akar (Tanjungsari 2014). Satu spesies tumbuhan memungkinkan beberapa bagiannya dimanfaatkan oleh masyarakat.

%Bagian yang dimanfaatkan =Σ Bagian tertentu yang dimanfaatkanΣ Seluruh bagian yang dimanfaatkan x %

Cara pengolahan dan pemakaian tumbuhan

Satu spesies tumbuhan memungkinkan untuk diolah dan digunakan dalam berbagai cara. Menurut Tanjungsari (2014), persentase cara pengolahan tumbuhan obat dan pangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

%Cara pengolahan =Σ Spesies dengan pengolahan tertentuΣ Seluruh cara pengolahan x %

Pemakaian satu spesies tumbuhan obat dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kebutuhan. Menurut Tanjungsari (2014), persentase cara pemakaian tumbuhan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

%Cara pemakaian =Σ Spesies dengan pemakaian tertentuΣ Seluruh cara pemakaian x %

Penyebaran dan status pembudidayaan tumbuhan

Tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung menyebar pada beberapa tipe habitat. Satu spesies tumbuhan memungkinkan untuk tumbuh di berbagai tipe habitat. Menurut Tanjungsari (2014), penyebaran tumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

%Penyebaran =Σ Spesies yang tersebar pada habitat tertentuΣ Seluruh habitat spesies x %

Status tumbuhan di alam terdiri dari 2 kategori, yaitu kategori liar dan budidaya. Dihitung dengan rumus :

%Status pembudidayaan = Σ Spesies kategori status pembudidayaan Σ Seluruh status pembudidayaan spesies x %

Sifat pemanfaatan

(18)

%Pemanfaatan =Σ Spesies tumbuhan kategori pemanfaatan tertentu Σ Seluruh kategori pemanfaatan spesies x %

Kelompok penyakit dan penggunaan tumbuhan obat

Pembagian kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat dilakukan dengan cara penyaringan (screening) terhadap khasiat masing-masing tumbuhan obat sesuai kelompok penyakit/penggunaannya (Oktaviana 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak, luas, dan wilayah

Desa Sembalun Bumbung terletak di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Desa ini memiliki ketinggian tempat 1 117 mdpl dengan topografi relatif berbukit dan suhu rata-rata 30⁰ C. Desa Sembalun Bumbung yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, memiliki luas wilayah 5 797 Ha atau setara dengan 26.76% dari luas total Kecamatan Sembalun (21 661 Ha). Desa Sembalun Bumbung terbagi menjadi beberapa dusun, antara lain Dusun Jorong, Jorong Utara, Daya Rurung Barat, Daya Rurung Timuk, Lauk Rurung Barat, Lauk Rurung Timuk, dan Batu Jalik. Untuk batas-batas wilayahnya, yaitu sebelah utara Desa Sembalun Bumbung berbatasan dengan Desa Sembalun Timba Gading, sebelah selatannya berbatasan dengan Desa Sapit, sebelah timurnya berbatasan dengan Desa Belantung dan sebelah baratnya berbatasan dengan Desa Bayan. Kondisi jalan menuju Desa Sembalun Bumbung beraspal sehingga untuk menuju ke lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor ±3 jam dari Kota Mataram.

Penggunaan lahan sebagian besar diperuntukan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Pemanfaatan lahan lainnya berupa pemukiman, pusat desa, sawah, pekarangan, kebun TPU, dan fasilitas umum seperti lapangan, sekolah, masjid, wisma pemda dan pusat kesehatan (Tabel 2).

Tabel 2 Tata guna lahan di Desa Sembalun Bumbung.

No Penggunaan lahan Luas (Ha)

1 Pekarangan 35.75

2 Sawah 1 326

3 Kebun 623.64

4 Fasilitas umum 2.79

5 Pemukiman 3 311.39

6 Hutan 394.933

7 Lain-lain 102.497

Sumber: Balai Desa Sembalun Bumbung (2014).

(19)

atas bukit. Sektor perkebunan yang dikembangkan di Desa Sembalun Bumbung adalah kopi (Coffea sp) dan tembakau (Nicotiana tabacum).

Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya

Jumlah penduduk Desa Sembalun Bumbung sebanyak 6 958 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 3 280 jiwa dan perempuan 3 678 jiwa dengan total kepala keluarga (KK) sebanyak 2 380 KK. Mata pencaharian masyarakat Desa Sembalun Bumbung beragam sesuai dengan latar belakang kehidupan seperti Petani, PNS, pedagang, buruh, porter dan tukang ojek. Tetapi secara umum, mata pencaharian masyarakat Desa Sembalun Bumbung adalah petani. Berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat, hubungan emosional dalam keluarga sangatlah kuat karena, dalam satu desa umumnya masih memiliki hubungan kekerabatan. Prinsip gotong royong dijunjung masyarakat di desa ini yang terlihat ketika tetangga sekitar turut membantu jika hajatan suatu keluarga mengalami hambatan. Pembagian peran dilakukan untuk mempermudah kegiatan hajatan yakni wanita memasak dan/atau memberikan bantuan bahan masakan yang dibutuhkan, sedangkan para lelaki mencari kayu bakar di hutan dan kebun sekitar.

Penduduk Desa Sembalun Bumbung sebagian besar merupakan penduduk asli Pulau Lombok (Suku Sasak), tetapi terdapat juga warga pendatang yang berasal dari Pulau Bali, Jawa, Sumatera dan Sumbawa. Kata ‘Sasak’ secara etimilogis menurut Dr. Goris S. berasal dari kata ‘Sah’ yang berarti pergi dan

Shaka’ yang berarti leluhur. Berarti kata ‘Sasak’ bisa diartikan pergi ke tanah leluhur. Dari etimologis ini diduga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawayang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak (Aloevera 2011 diacu dalam Metananda 2012).

Sebagian besar masyarakat di Desa Sembalun Bumbung menganut agama Islam dan bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Sasak. Namun, pengaruh Islam yang masuk ke Lombok (diperkirakan masuk sekitar abad ke-16) juga

berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti ‘wektu

telu’. ‘Wektu telu’ merupakan waktu peralihan dari kepercayaan Animisme ke Islam. Pada saat ini, keberadaan ‘wektu telu’ sudah kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam (Metananda 2012). Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di Pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat Pulau Lombok saja khususnya di Kota Mataram (Metananda 2012). Hal tersebut dibuktikan dengan masih ditemukannya beberapa bangunan di sepanjang Kota Mataram yang memiliki corak Hindu seperti Pure yang ada di Bali.

(20)

Karakteristik Responden

Wawancara dilakukan terhadap 34 orang responden, yang terdiri dari 21 orang laki-laki (61.76%) dan 13 orang perempuan (38.24%). Sebagaian besar responden merupakan penduduk asli Pulau Lombok (91.18%) dan sisanya adalah pendatang dari Jawa, Bali, dan Bima (8.82%) Umumnya responden yang diwawancarai adalah laki-laki karena laki-laki memiliki pengalaman, aktivitas, dan pengetahuan yang lebih tentang pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat, terutama yang berasal dari hutan.

Kelompok umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian

Responden dibagi menjadi 4 kelompok umur, yaitu kelas umur remaja 12 - 25 tahun, dewasa 26 - 45 tahun, lansia 46 - 65 tahun dan manula >65 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009). Sebagaian besar responden (52.94%) berada pada kelas umur dewasa 26 – 45 tahun (Gambar 2).

Gambar 2 Karakteristik kelas umur responden.

Selang kelas umur 26 – 45 tahun menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) merupakan kelas umur dewasa produktif. Menurut Kodir (2009), tingkat usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Semakin bertambahnya usia, pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan juga semakin bertambah. Akan tetapi semakin lanjut usia seseorang, kapasitas untuk menambah pengalaman, pengetahuan, daya ingat, dan kesempatan untuk menginformasikan jenis tumbuhan pangan dan obat semakin menurun.

Tingkat pendidikan responden di Desa Sembalun Bumbung didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar (SD), yaitu sebesar 44.12% (Gambar 3).

Gambar 3 Tingkat pendidikan responden.

(21)

Tingkat pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat. Berdasarkan hasil wawancara, sumber pengetahuan yang responden dapatkan mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat mayoritas berasal dari nenek moyang (turun temurun) maupun pengalaman pribadi.

Masyarakat Desa Sembalun Bumbung sebagian besar (46.67%) bermatapencaharian sebagai petani (Gambar 4). Hal tersebut sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang ada yaitu lahan yang luas, tanah yang subur, dan iklim yang sesuai untuk bercocok tanam.

Gambar 4 Mata pencaharian responden

Beberapa masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani juga memiliki pekerjaan lain untuk menunjang perekonomiannya karena hasil panen tidak selalu bisa diandalkan setiap saat. Beberapa pekerjaan tersebut antara lain peternak dan lainnya yang terdiri dari porter, ojek, pedagang, wiraswasta, dan karyawan (Balai Desa Sembalun Bumbung 2014). Kegiatan berkebun masyarakat Desa Sembalun Bumbung rutin dilakukan, karena setiap keluarga mempunyai kebun masing-masing walaupun telah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau pensiunan.

Keanekaragaman Famili Tumbuhan Pangan dan Obat

Teridentifikasi sebanyak 127 spesies dari 48 famili tumbuhan pangan dan 102 spesies dari 44 famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung. Spesies tumbuhan tersebut bisa ditemukan di hutan maupun non hutan (Tabel 3). Hasil penelitian Metananda (2012), masyarakat Desa Jeruk Manis, Kabupaten Lombok Timur memanfaatkan 136 spesies dari 53 famili sebagai tumbuhan pangan dan 156 spesies dari 62 famili sebagai tumbuhan obat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat antar desa dalam satu kabupaten.

Salah satu contoh perbedaannya adalah dalam memanfaatkan tumbuhan bage (Tamarindus indica) sebagai bahan penyedap masakan yang ternyata ditemukan di Desa Jeruk Manis dan Sembalun Bumbung. Masyarakat Desa Jeruk

(22)

Sedangkan masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai campuran minumam dalam ritual adat ‘sembe’. Menurut Rahayu et al. (2012), perbedaan pengetahuan masyarakat tradisional akan pemanfaatan tumbuhan dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan, kondisi lingkungan, transformasi budaya, intervensi teknologi, dan interaksi antar masyarakat. Pengetahuan lokal tersebut umumnya dipelajari secara in situ dari satu generasi ke generasi berikutnya (Purwanto 2002).

Tabel 3 Famili dan spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan

Pangan Obat

Spesies tumbuhan pangan di Desa Sembalun Bumbung

Pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup terpenting bagi manusia, selain sandang dan papan (Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2011). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan menyatakan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Ada dua macam bahan pangan, yaitu bahan pangan hewani dan nabati (tumbuh-tumbuhan).

(23)

padi merupakan penyumbang energi tertinggi dalam ketersediaan pangan dengan produksi beras bersih sebesar 995 035 ton dan konsumsinya sebesar 118.1 kg/kapita/tahun atau setara dengan 323.5 gr/kap/hari pada tahun 2010 (Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi secara umum di Provinsi Nusa Tenggara Barat (dalam hal ini juga termasuk Desa Sembalun Bumbung) masih bertumpu pada beras. Untuk memenuhi kebutuhan pangan nabati, masyarakat Desa Sembalun Bumbung mendapatkannya dari hutan maupun hasil budidaya tanpa harus membeli. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan hewani, masyarakat harus membelinya di pasar terdekat atau penjual keliling.

Desa Sembalun Bumbung termasuk salah satu desa yang sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nabati secara mandiri melalui hasil budidaya, namun ketergantungan masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan tidak bisa lepas begitu saja. Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya pemanfaatan beberapa jenis tumbuhan pangan yang berasal dari hutan (Tabel 4).

Tabel 4 Contoh spesies tumbuhan pangan hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.

Contoh

spesies Nama ilmiah

Bagian yang

dimanfaatkan Manfaat Aren Arenga pinnata*) Buah, pangkal

batang

Buah1), minuman2) Rotan Daemonorops sp. Batang muda,

buah**)

Sayur3), buah

Sagu Metroxylon sp. Batang Karbohidrat

Kayu manis Cinnamomum burmannii*) Kulit batang Rempah-rempah4)

Jot Syzygium cumini Buah Buah

Lebui Cajanus cajan*) Biji

Kacang-kacangan5) Lelencing Melastoma sanguineum Daun muda Sayur Lembuktung Rubus rosufolius Buah Buah Bambu Dendrocalamus asper*) Batang

muda/rebung

Sayur Kulat Pleurotus ostreatus*) Seluruh bagian Sayur Pengeang Trevesia burckii Daun muda Sayur Pakis Diplazium esculentum Daun muda Sayur

Keterangan : *): sudah dibudidayakan; **): Pangan darurat;1): Buah sebagai sumber serat pangan, vitamin, dan mineral;2): Minuman sebagai sumber mineral dan ion tubuh; 3): Sayur sebagai sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan karbohidrat; 4): Rempah-rempah sebagai sumber vitamin dan stimulan; 5) Kacang-kacangan sebagai sumber serat pangan, mineral, protein, zat besi dan vitamin.

(24)

rendah, akan tetapi serat kolang-kaling baik untuk kesehatan tubuh terutama untuk saluran pencernaan (Lempang 2012). Selama ini, permintaan produk yang bahan bakunya dari pohon aren masih dipenuhi dengan mengandalkan pohon aren yang tumbuh liar (Lempang 2012). Oleh karena itu, pemanfaatan tumbuhan aren harus diimbangi dengan kegiatan penanaman karena pada prinsipnya pengembangan pohon aren di Indonesia sangat prospektif (Lempang 2012).

Gambar 5 Aren (Arenga pinnata).

Pakis (Diplazium esculentum) juga merupakan tumbuhan pangan hutan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Sembalun Bumbung. Tingkat permintaan yang tinggi terhadap pakis mendorong beberapa masyarakat untuk menjadikannya sebagai sumber pendapatan finansial. Pedagang di Sembalun Bumbung menjual pakis dengan harga Rp 3 000 per ikat. Pedagang pakis mencari pakis di hutan seminggu sekali, hal tersebut disebabkan karena pasar yang berada di Desa Sembalun Bumbung hanya buka 2 kali dalam seminggu. Sedangkan masyarakat yang bukan pedagang, akan mencari pakis ketika mereka membutuhkannya (waktu pencarian tidak menentu).

Lebui (Cajanus cajan) merupakan jenis kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung dan bisa ditemukan di hutan maupun kebun (Gambar 6a). Tumbuhan ini toleran terhadap lahan yang kurang subur dan relatif kering, bahkan bisa tumbuh di berbagai kondisi tanah (Fathurrahman 2005). Bentuk kulit pembungkus bijinya berwarna hijau seperti kedelai, hanya saja sedikit berbulu dan lengket. Biji lebui berbentuk bulat, berwarna hitam dan berukuran sebesar biji kacang tanah. Lebui diolah dengan cara dijadikan sayur berkuah/sup. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan tumbuhan ini sebagai salah satu pangan sumber protein.

(25)

(a) (b)

Gambar 6 (a) Lebui (Cajanus cajan); (b) Lembuktung (Rubus rosifolius). Bambu (Dendrocalamus asper) merupakan salah satu tumbuhan liar yang berasal dari hutan dan sudah dibudidayakan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung. Tumbuhan ini dimanfaatkan bagian batangnya oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung sebagai bahan bangunan, anyaman dan kerajinan, ajir, dan pangan (rebung). Di Desa Sembalun Bumbung, bambu yang tumbuh dekat dengan kebun masyarakat diberi sekat-batas berbentuk lingkaran yang terbuat dari anyaman bambu. Hal tersebut bertujuan supaya hewan ternak tidak merusak bambu-bambu tersebut (Gambar 7).

Gambar 7 Bambu (Dendrocalamus asper) yang diberi sekat pembatas. Lelencing (Melastoma sanguineum) merupakan tumbuhan pangan hutan yang berpotensi untuk dikembangkan dan sampai saat ini belum tersentuh oleh teknologi. Bagian pucuk daun lelencing dapat dikonsumsi secara langsung maupun dengan pengolahan terlebih dahulu. masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan pucuk daun lelencing sebagai bahan campuran ke daging rusa yang akan dikonsumsi.

(26)

dengan tanah lainnya (Sukarman dan Ai 2014). Daerah penyebaran tanah Andosol di Pulau Lombok adalah di sekitar Gunung Rinjani yang meliputi Kabupaten Lombok Barat sampai Lombok Timur. Di Kabupaten Lombok Barat tanah Andosol terdapat di daerah Gondang-Selengan, sementara itu di Kabupaten Lombok Timur tanah Andosol menyebar di sekitar Sembalun (Tim Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2013 yang diacu dalam Sukarman dan Ai 2014).

Tabel 5 Contoh spesies tumbuhan pangan non hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.

Contoh

spesies Nama ilmiah

Bagian yang

dimanfaatkan Manfaat Cabai merah Capsicum Annum Buah Rempah-rempah4) Kentang Solanum tuberosum Umbi Sayur3) (sumber

karbohidrat)

Antap Vigna sinensis Buah Sayur

Buncis Phaseolus angularis Biji Kacang-kacangan5)

Arcis Pisum sativum Buah Sayur

Komak Dolichos lablab Buah Sayur

Kol Brassica oleracea Daun Sayur

Bage Tamarindus indica Buah Rempah-rempah,

minuman2)

Turi Sesbania grandiflora Bunga Sayur

Jambu jebet Annacardium ocidentale Buah, biji Buah1), kacang-kacangan

Tithonium diversifolium Daun muda Sayur Bebalung

adang*)

Euphorbia pulcehrrima Daun muda (merah)

Sayur Strawberry Fragaria x ananassa Buah Buah

Keterangan: *): liar; 1): Buah sebagai sumber serat pangan, vitamin, karbohidrat,dan mineral; 2): Minuman sebagai sumber mineral dan ion tubuh; 3): Sayur sebagai sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan karbohidrat; 4): Rempah-rempah sebagai sumber vitamin dan stimulan; 5) Kacang-kacangan sebagai sumber serat pangan, mineral, protein, dan vitamin.

(27)

merupakan salah satu indikator mutu cabai merah yang dicerminkan oleh kandungan capsaicin. Capsaicin merupakan senyawa utama dari capsaicinoid yang terdapat dalam buah cabai (Renate et al. 2014).

Komak (Dolichos lablab), buncis (Phaseolus angularis), kedelai (Glycine max), dan antap (Vigna sinensis) merupakan tumbuhan famili Fabaceae yang dibudidayakan di kebun, pekarangan maupun sawah oleh masyarakat sebagai bahan pangan sayur. Tumbuhan ini banyak mengandung protein, nitrogen dan kalsium, toleran terhadap pemangkasan dan kekeringan, dan potensial sebagai hijauan pakan ternak (Zaed et al. 2008). Dari sisi konservasi, lahan yang ditumbuhi spesies dari famili Fabaceae ini dapat berperan sebagai penutup lahan (cover crop) sehingga mengurangi aliran permukaan dan laju erosi (Zaed et al. 2008). Menurut Lewis et al. (2005) yang diacu dalam Danarto (2013) menyatakan bahwa famili Fabaceae bermanfaat untuk menyuburkan tanah karena kemampuannya untuk memfiksasi nitrogen dari atmosfer melalui bintil akar. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung juga memanfaatkan jenis tumbuhan tersebut sebagai obat, pakan ternak, tumbuhan selingan, dan peralihan baik di kebun maupun sawah.

Strawberry (Fragaria x ananassa) merupakan tumbuhan dari famili Rosaceae (mawar-mawaran) genus Fragaria. Strawberry yang dibudidayakan di pekarangan rumah biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman selingan supaya pekarangan tetap produktif, sedangkan yang dibudidayakan di kebun biasanya dimanfaatkan sebagai objek wisata, yaitu wisata petik strawberry (Gambar 8). Harga per kg strawberry yang sudah dipetik bisa dijual dengan harga Rp 30 000 – 50 000. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung bisa menambah pendapatan finansial mereka melalui kegiatan penjualan strawberry, baik hasil yang dijual secara langsung ke pengunjung maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum, di pasar-pasar tradisional dan super market.

(28)

Dilihat dari ketersediaan bahan pangan yang melimpah menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Sembalun Bumbung tidak perlu bergantung terhadap pangan luar dan dapat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Karena berdasarkan sifat pemanfaatannya, sebesar 56.69% tumbuhan pangan lokal yang dibudidayakan memang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri (subsisten), sisanya 43.31% tumbuhan pangan dimanfaatkan secara subsisten-komersial sebagai penghasilan utama.

Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012). Tumbuhan pangan lokal yang sudah ada sejak dulu, kini memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari (Metananda 2012). Cukup dengan ketersedian tumbuhan pangan lokal yang tumbuh melimpah di desa ini, masyarakat Desa Sembalun Bumbung dapat mencapai kesejahteraannya di bidang pangan. Bahan pangan lokal yang dibudidayakan dan merupakan komoditas unggulan juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan finansial. Untuk pangan pokok, penyediaannya harus dipenuhi dari produksi domestik dengan memanfaatan sumberdaya yang ada secara optimal (Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2011).

Habitus tumbuhan pangan

Habitus merupakan perawakan dari suatu jenis tumbuhan. Terdapat 7 habitus tumbuhan pangan hutan dan non hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung, antara lain herba, pohon, liana, perdu, semak, bambu, dan epifit. Habitus tumbuhan pangan hutan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pohon, yaitu sebesar 64.71%. Sedangkan pangan non hutanadalah herba, yaitu sebesar 43.10% (Gambar 9).

Gambar 9 Habitus tumbuhan pangan yang dimanfaatkan.

Pohon terdiri dari berbagai bagian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena tidak hanya bagian buah saja yang dimanfaatkan untuk pangan tetapi juga bagian lainnya seperti daun (Rahayu 2013). Habitus herba tidak membutuhkan ruang yang luas untuk tumbuh karena hanya memerlukan pekarangan rumah untuk melakukan penanaman (Arizona 2011), selain itu perlakuan dan

0

Herba Pohon Liana Perdu Semak Bambu Epifit

(29)

perawatannya tergolong mudah. Habitus herba banyak ditemukan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung karena habitus ini memiliki daya saing yang kuat dan mudah beradaptasi terhadap tumbuhan disekitarnya seperti semak, perdu bahkan pohon (Hutasuhut 2011).

Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan

Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sembalun Bumbung berdasarkan bagiannya yang digunakan terdiri atas 12 kelompok bagian, yaitu buah, daun, daun muda, biji, umbi, batang, bunga, seluruh bagian, rimpang, batang muda, buah muda, dan kulit batang (Gambar 10).

Gambar 10 Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan.

Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai pangan adalah buah, yaitu sebesar 41.10%. Bagian buah bisa dikonsumsi secara langsung maupun diolah sebagai bahan untuk dijadikan sayur sesuai kebutuhan masyarakat. Buah yang dimanfaatkan sebagai sayur tergolong mudah didapatkan di Desa Sembalun Bumbung dan pemanfaatan bagian buah sebagai bahan pangan tidak memberikan dampak negatif pada tumbuhan. Tidak seperti pemanfaatan bagian akar atau batang yang merupakan salah satu bagian vital tumbuhan. Namun, terdapat pula tumbuhan seperti pisang (Musa sp) yang lebih dari satu bagian dapat diambil manfaatnya sehingga menyebabkan tingginya laju pemanfaatan tumbuhan tersebut.

Cara pengolahan tumbuhan pangan

Pengolahan merupakan proses penting pada tumbuhan pangan sebelum dikonsumsi. Cara pengolahan tumbuhan pangan masyarakat Desa Sembalun Bumbung masih sangat sederhana, baik dimasak atau dikonsumsi langsung.

Tumbuhan pangan dimasak dalam berbagai cara, antara lain dibakar, direbus, digoreng, dan sebagai campuran bahan lain (Ayu 2012). Pengolahan tumbuhan pangan paling banyak dilakukan dengan cara dimasak, yaitu sebesar 60.69%, karena cara ini merupakan cara yang paling praktis dilakukan (Tabel 6).

(30)

Tabel 6 Cara pengolahan tumbuhan pangan.

No Pengolahan Persentase (%)

1 Dimasak (‘kla’) 60.69

2 Tanpa pengolahan 33.79

3 Diambil airnya/sarinya 2.76

4 Dikeringkan 2.76

Total 100.00

Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan pangan

Tumbuhan pangan yang terdapat di Desa Sembalun Bumbung menurut statusnya pembudidayaannya tergolong ke dalam tumbuhan budidaya dan liar (Tabel 7). Tumbuhan pangan liar hutan maupun non hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung, yaitu sebesar 18.90% sedangkan sebesar 81.10% tumbuhan pangan sengaja dibudidayakan oleh masyarakat baik di sawah, kebun maupun pekarangan (Tabel 7).

Tabel 7 Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan pangan di alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa sembalun Bumbung.

Status pembudidayaan

Jumlah spesies

Persentase

spesies (%) Contoh spesies Liar(hutan+non hutan) 24 18.90 Dame (Syzygium sp) Budidaya 102 81.10 Komak (Dolichos lablab)

Total 127 100.00

Pemanfaatan tumbuhan pangan yang dibudidayakan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan liar dari hutan maupun non hutan. Hal tersebut disebabkan karena tumbuhan liar yang dimanfaatkan oleh masyarakat hanya sebagai pangan alternatif bukan sebagai pangan pokok, sedangkan pangan pokok rata-rata dibudidayakan.

Terdapat beberapa habitat tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sembalun Bumbung, diantaranya adalah pekarangan, kebun, sawah, pinggir jalan, dan hutan. Spesies tumbuhan pangan yang dibudidayakan selain berkaitan dengan kondisi biofisik lingkungan yang sesuai, juga berkaitan dengan kondisi penyebaran tumbuhan tersebut. Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat paling banyak terdapat di pekarangan rumah, yaitu sebesar 43.15% (Gambar 11).

Gambar 11 Kondisi penyebaran tumbuhan pangan di alam.

(31)

Tumbuhan yang dibudidayakan di pekarangan dapat menghemat biaya dan tenaga karena mudah diperoleh (letaknya yang berada di dekat rumah). Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di desa ini sudah memanfaatkan pekarangan secara optimal sehingga bisa mendatangkan berbagai manfaat. Pekarangan disebut sebagai warung hidup karena dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga tanpa harus membelinya (Irianti et al. 2013). Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tumbuhan dari pekarangan juga dapat dijual sehingga bisa memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Menurut hasil wawancara, budaya bertani sudah ada sejak zaman dahulu sehingga bibit yang diperoleh berasal dari turun temurun dan hutan. Namun,ada juga bibit yang berasal dari luar negeri, contohnya ashitaba (Angelica keiskei koidzumi) yang berasal dari Jepang dan kentang (Solanum tuberosum) yang berasal dari Finlandia.

Pembagian Manfaat Kelompok Tumbuhan Pangan

Pemanfaatan bahan pangan menurut Mahmud et al. (2009) terbagi ke dalam 12 kelompok, antara lain kelompok serealia, umbi berpati, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, daging, hasil laut (ikan, kerang, dan udang), telur, susu,lemak, gula, sirup, confectionary, dan bumbu-bumbu. Kelompok tumbuhan tersebut memiliki fungsi penting bagi tubuh diantaranya sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin dan mineral (Ayu 2012).Pengelompokan tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung terdiri dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, umbi dan sereal, dan fungsi lainnya seperti bumbu dan minuman (Tabel 8).

Tabel 8 Pengelompokan spesies tumbuhan pangan berdasarkan manfaat.

No Manfaat Jumlah spesies Total spesies

Hutan Non hutan

1 Sereal - 4 4

2 Umbi - 5 5

3 Sayur-sayuran 8 44 39

4 Buah-buahan 7 41 48

5 Kacang-kacangan 1 3 3

6 Bumbu/rempah 1 27 27

7 Minuman 1 6 6

Keterangan: Satu spesies tumbuhan dapat memiliki manfaat ganda dan dapat juga ditemukan di kedua lokasi (hutan dan non hutan).

Sereal dan umbi

Bahan pangan di alam yang mengandung karbohidrat, baik dari hutan maupun non hutan bermacam-macam jenisnya. Bahan pangan ini dapat diolah lebih lanjut untuk dijadikan: nasi, bubur, kue, dan olahan yang dapat menjadi sumber energi lainnya. Teridentifikasi sebanyak 4 jenis tumbuhan kelompok sereal dan 5 jenis tumbuhan kelompok umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung (Tabel 9).

(32)

dipanen dalam bentuk gabah kering di dalam gudang penyimpanan padi. Tujuannya adalah sebagai sumber kebutuhan beras hingga tiba masa panen selanjutnya dan juga sebagai bibit untuk penanaman selanjutnya. Selain dimanfaatkan sebagai makanan pokok, padi juga dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai obat untuk asma, pakan ternak, dan ritual adat ‘ngayu ayu’ . Tabel 9 Bahan pangan kelompok sereal dan umbi.

Kelompok Contoh spesies Nama ilmiah Status Habitat Sereal Jagung

Keterangan: B: Budidaya; L: Liar; S: Sawah; H: Hutan; P: Pekarangan; K: Kebun.

Sayur-sayuran

Sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang kaya akan sumber vitamin dan mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Serat pangan dalam sayuran merupakan bagian penting karena komponen ini dapat membantu mengurangi level kolesterol dalam darah, mendukung kesehatan saluran pencernaan, dan memberikan efek rasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi makanan yang berlebih (Andarwulan 2014). Selain itu, sayuran juga berfungsi sebagai bahan pelengkap hidangan dengan harga yang terjangkau dan murah (Melfika et al. 2012).

Umur panen sayuran yang dibudidayakan di Desa Sembalun Bumbung pada umumnya relatif pendek (kurang dari satu tahun) dan secara umum bukan merupakan tumbuhan musiman, artinya hampir semua jenis sayuran dapat dijumpai sepanjang tahun (tidak mengenal musim). Karakteristik ini sedikit berbeda dengan beberapa jenis buah-buahan yang hanya dijumpai pada musim-musim tertentu saja (Winarti 2010). Teridentifikasi sebanyak 39 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai sayuran oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung (Tabel 10).

Tabel 10 Bahan pangan kelompok sayur-sayuran.

Contoh spesies Nama ilmiah Status Habitat

Bokar

(33)

Sayur yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Sembalun Bumbung sebagian besar merupakan jenis yang dibudidayakan, baik di pekarangan, kebun maupun pematang sawah. Jenis sayuran yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung ada juga yang berasal dari hutan, contohnya adalah lelencing (Melastoma sanguineum) dan pakis (Diplazium esculentum).

Buah-buahan

Buah merupakan sumber karbohidrat dalam bentuk gula alami, vitamin, mineral, dan lemak. Vitamin dalam buah bekerja sebagai antioksidan untuk mengikat dan menghancurkan radikal bebas serta melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun (Padmiari 2011). Buah merupakan salah satu pangan yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu dan apabila kekurangan ataupun kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan khususnya sistem pencernaan (Melfika et al. 2012). Sama halnya dengan sayur, mengkonsumsi buah dapat memberikan efek rasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi makanan yang berlebih. Teridentifikasi sebanyak 48 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai buah-buahan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung (Tabel 11).

Tabel 11 Bahan pangan kelompok buah-buahan.

Contoh spesies Nama ilmiah Status Habitat Apel

Keterangan: B: Budidaya; PJ: Pinggir jalan; P: Pekarangan; K: Kebun.

Buah yang terdapat di Desa Sembalun Bumbung mayoritas dibudidayakan di kebun dan pekarangan. Jenisbuah-buahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung ada juga yang berasal dari hutan,contohnya ara (Ficus racemosa), alpukat (Persea americana), aren (Arenga pinnata), juwet/jot (Syzygium cuminii), lembuktung (Rubus rosifolius), mangga hutan (Mangifera sp), dan dame (Syzygium sp).

Kacang-kacangan

(34)

Tabel 12 Bahan pangan kelompok kacang-kacangan.

Contoh spesies Nama ilmiah Status Habitat Buncis

Keterangan: B: Budidaya; H: Hutan; P: Pekarangan; K: Kebun; S: Sawah.

Minuman

Teridentifikasi sebanyak 6 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk minuman (Tabel 13).

Tabel 13 Bahan pangan kelompok minuman.

Contoh spesies Nama ilmiah Status Habitus Aren

Keterangan: B: Budidaya; H: Hutan; P: Pekarangan; K: Kebun.

Masyarakat Desa Sembalun Bumbung membudidayakan kopi (Coffea sp) di kebun maupun pekarangan rumahnya. Biji kopi yang dipanen kemudian dijemur beberapa hari di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering. Biji kopi yang sudah kering kemudian disangrai lalu ditumbuk hingga menjadi bubuk.

Bumbu penyedap/rempah-rempah

Teridentifikasi sebanyak 27 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan rempah-rempah/bumbu penyedap makanan (Tabel 14).

Tabel 14 Bahan pangan kelompok rempah-rempah.

Contoh spesies Nama ilmiah Status Habitat

Laos

Keterangan: B:Budidaya; H: Hutan; P: Pekarangan; PJ: Pinggir jalan; K: Kebun.

(35)

minuman, tetapi juga berfungsi untuk kesehatan. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam rempah-rempah sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh.

Rempah-rempah oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung mayoritas digunakan sebagai obat herbal karena penggunaan rempah-rempah seperti laos (Languas galanga), kunyit (Curcuma domestica), dan sereh (Cymbopoghon nardus) sebagai bumbu masakan dan minuman hanya pada waktu tertentu saja, misalnya pada saat masyarakat melaksanakan hajatan besar. Rempah tersebut biasanya diletakkan dalam wadah yang terbuat dari anyaman daun aren (Arenga pinnata) atau bambu (Bambusa sp) berbetuk persegi (Gambar 12). Rempah-rempah seperti sidawayah (Woodfordia floribunda), kayu manis (Cinnamomum burmannii), dan jinten (Cuminum cyminum) dijual dengan harga Rp 2 000 per bungkus sedangkan sang (Piper nigrum) dijual dengan harga Rp 3 000 per bungkus.

Gambar 12 Rempah-rempah yang diperdagangkan di Desa Sembalun Bumbung. Tumbuhan Pangan Fungsional

Pangan fungsional didefinisikan sebagai pangan atau makanan yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi proses fisiologis sehingga meningkatkan kesehatan atau mencegah timbulnya penyakit pada individu (Marsono 2007). Pangan fungsional dapat digunakan sebagai makanan untuk mencegah berbagai penyakit misalnya obesitas, diabetes, hipertensi, jantung dan kanker bahkan dapat meningkatkan imunitas, memperlambat penuaan, dan meningkatkan penampilan fisik (Marsono 2007).

Teridentifikasi sebanyak 51 spesies dari 26 famili tumbuhan yang berpotensi dikembangkan menjadi tumbuhan pangan fungsional (Lampiran 7).Famili Zingiberaceae, Musaceae, Euphorbiaceae, dan Apiaceae merupakan famili dengan persentase terbesar (7.84%) sebagai tumbuhan pangan fungsional yang berpotensi untuk dikembangkan (Tabel 15).

(36)

Tabel 15 Famili tumbuhan pangan fungsional.

No Famili Jumlah spesies Persentase spesies (%)

1 Apiaceae 4 7.84

Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat juga memanfaatkan 5 jenis tumbuhan pangan fungsional liar yang berasal dari hutan, yaitu ara (Ficus racemosa), bage (Tamarindus indica), kayu manis (Cinnamomum burmanii), pakis (Diplazium esculentum), dan rotan (Daemonorops sp). Jenis-jenis tumbuhan pangan fungsional merupakan jenis-jenis tumbuhan yang didominasi oleh tumbuhan budidaya (Tabel 16).

Tabel 16 Contoh spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.

Contoh

spesies Nama ilmiah

Bagian yang

dimanfaatkan Manfaat Adas Foeniculum vulgare Biji Rempah3), obat jantung Mint Mentha piperita Daun Rempah, obat TBC, batuk Delima Punica granatum Buah, daun Buah1), obat demam,

bubus*)

Sager Sauropus androgynus Daun Sayur2), obat pelancar ASI Lekong Aleurites moluccana Biji, daun Rempah, bubus

Pisang Musa sp Buah, batang Seledri Apium graveolens Daun, batang Rempah, obat darah tinggi

Keterangan : *): Bubus: menempelkan daun di atas kepala anak kecil yang demam; 1): Buah sebagai sumber serat pangan, vitamin, dan mineral; 2): Sayur sebagai sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan karbohidrat; 3): Rempah-rempah sebagai sumber vitamin dan stimulan.

(37)

Nanan 2005). Senyawa fitokimia yang terkandung dalam tumbuhan-tumbuhan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk fungsinya dalam pencegahan terhadap penyakit (Winarti dan Nanan 2005).

Tumbuhan Obat

Spesies tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung

Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat. Menurut Zuhud et al. 1994, tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi tumbuhan obat tradisional (spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional), tumbuhan obat modern (spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis), dan tumbuhan obat potensial (spesies tumbuhan yang diduga mengandung ataumemiliki khasiat obat tetapi belum dapat dibuktikan secara medis). Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat beberapa dapat dijumpai di hutan sekitar Desa Sembalun Bumbung (Tabel 17).

Tabel 17 Contoh spesies tumbuhan obat hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.

Contoh spesies Nama ilmiah Bagian yang

dimanfaatkan Manfaat Andar

nyawa/edelweis

Anaphalis longifolia Daun Penyakit kulit Ara Ficus racemosa Kulit batang Penyakit dalam

Cemara Casuarina

junghuniana

Getah Sakit perut, diare

Lemboke Ficus septica Daun Penyakit jantung

Johar Cassia siamea Kulit batang Penyakit dalam

Melela Vacciniumsp Daun Antiseptik luka

Lita*) Alstonia scholaris Kulit batang Malaria, ginjal, aprodisiak, pasca melahirkan, KB

Segundi Vitex trifolia Daun Malaria

Suren*) Toona sureni Kulit batang Bisul

Keterangan : *): liarhutan yang sudah dibudidayakan.

(38)

Lita (Alstonia scholaris) merupakan tumbuhan dari famili Apocynaceae yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung sebagai obat. Masyarakat memanfaatkan air rebusan kulit batang/babak lita sebagai obat untuk penyakit malaria dan berbagai macam penyakit lainnya. Pemanfaatan kulit batang pohon yang berlebih dapat mengganggu kelestarian pohon lita di alam karena bagian kulit batang merupakan pelindung bagian pohon dari serangan penyakit yang berasal dari luar. Apabila pelindung dari pohon diambil, dikhawatirkan pohon tersebut akan lebih mudah terserang oleh penyakit dan tidak menutup kemungkinan pohon akan mati. Berdasarkan hasil wawancara dengan belian/dukun yang memanfaatkan kulit batang lita sebagai obat, kulit batang lita yang diambil merupakan pohon yang sudah dibudidayakan. Akan tetapi hal tersebut berbeda dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat umum, mereka mengambil kulit batang lita langsung dari alam namun pengambilan kulit batang ini terbatas.

Ara (Ficus racemosa) atau tin merupakan tumbuhan famili Moraceae yang berasal dari timur tengah dan sudah tersebar ke berbagai dataran Eropa hingga Asia (Husaeni 2008). Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan air rebuasan bagian kulit batang ara sebagai obat untuk mengobati penyakit dalam. Kulit batang pohon ara mengandung senyawa kimia alkaloid, karbohidrat, flavonoid, glikosid, saponin, tanin, fenol, triterpenoid, dan lemak yang berkhasiat sebagai antibakteri (Salem et al. 2013). Selain dimanfaatkan sebagai obat, buah ara yang masih muda juga dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung sebagai bahan pangan.

Cemara (Casuarina junghuhniana) merupakan tumbuhan dari famili Casuarinaceae yang dimanfaatkan bagian getah dan kulit batangnya oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung. Getah dari pohon cemara yang berwarna kekuningan dicampur ke dalam minuman sebelum dikonsumsi. Menurut masyarakat Desa Sembalun Bumbung, getah pohon cemara sangat ampuh untuk mengobati sakit perut dan diare. Namun, sampai saat ini informasi mengenai khasiat getah dari pohon cemara sebagai obat masih sedikit.

Melela (Vaccinium sp) merupakan tumbuhan berhabitus perdu dari famili Ericaceae yang dimanfaatkan bagian getahnya oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung sebagai antiseptik alami. Responden menyebutkan bahwa getah dari jenis tumbuhan ini paling ampuh untuk mengobati infeksi. Namun, penggunanya harus siap apabila menggunakan getah dari melela karena akan sangat perih. Tempat tumbuh melela sendiri berada di atas Gunung Rinjani dan biasanya tumbuh berdekatan dengan andar nyawa (Anaphalis longifolia). Oleh sebab itu, tumbuhan yang sangat berkhasiat ini jarang digunakan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung karena jauhnya lokasi pengambilan (faktor jarak).

(39)

Tabel 18 Contoh spesies tumbuhan obat non hutan yang dimanfaatkan oleh Ashitaba Angelica keiskei

koidzumi

Seluruh bagian Penyakit dalam Temulawak Curcuma

xanthorrhiza

Rimpang Sakit perut, penambah nafsu makan

Tembakau Nicotiana tabacum Daun Penguat gigi, pensteril pencernaan

Bangle Zingiber purpureum Rimpang Penyakit dalam, alergi Gegobang Centella asiatica Seluruh bagian Penurun darah tinggi,

luka bakar,obat demam Mint Mentha piperita Daun Batuk, TBC, jantung Memangge Drymaria cordata Daun Pembalut patah tulang Nangka Artocarpus

Famili Zingiberaceaeseperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma domestica), kunyit putih (Curcuma mangga), jae (Zingiber officinale), sekur (Kaempferia galanga), dan bangle (Zingiber purpureum) secara umum banyak digunakan oleh masyarakat, karena selain berkhasiat sebagai obat, jenis dari famili Zingiberaceae sudah dikenal secara luas dan banyak digunakan sebagai bumbu masak dan pewarna makanan. Jenis dari famili Zingiberaceae mudah didapatkan, harganya terjangkau, mudah dibudidayakan dengan ruang tumbuh yang terbatas. Responden juga menyatakan bahwa famili Zingiberaceae bermanfaat sebagai bumbu masak, pewarna, dan mengobati berbagai macam penyakit seperti alergi, jantung, kurang nafsu makan, penurun panas/demam, luka luar, maag, keseleo, sakit perut, perawatan pasca melahirkan, perawatan wajah, dan pelancar haid.

Ashitaba (Angelica keiskei koidzumi) merupakan salah satu tumbuhan obat yang dibudidayakan dan merupakan tumbuhan introduksi dari Jepang sehingga belum banyak dikenal di Indonesia (Gambar 13). Ashitaba mirip dengan seledri tetapi bentuk tumbuhannya lebih tinggi dan besar. Di Indonesia, tumbuhan ashitaba dapat tumbuh di Lombok Timur yang berlokasi di Desa Sembalun (Sembiring 2011). Ashitaba masuk ke Desa Sembalun sekitar tahun 1990-an yang dibawa oleh peneliti Jepang. Awalnya masyarakat tidak berminat terhadap tumbuhan ini, namun karena banyak manfaat yang dirasakan untuk kesehatan dan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya yang cocok, maka tumbuhan ini mulai dibudidayakan oleh masyarakat. Ashitaba juga dikenal dengan sebutan ‘Daun

(40)

mengeluarkan getah berwarna kuning dari golongan senyawa flavonoid yang disebut chalcone. Menurut hasil penelitian Baba et al. (2009), chalcone memiliki dua senyawa flavonoid yaitu xantoangeol dan 4-hidrooxyricine. Senyawa ini memiliki struktur molekul yang aktif dan merupakan antioksidan yang sangat potensial melebihi teh hijau dan kedelai. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan getah ashitaba sebagai obat untuk berbagai macam penyakit dalam dan daunnya sebagai sayur. Getah ashitaba bisa dijual dengan harga Rp 2 juta per liter.

Gambar 13 Ashitaba (Angelica keiskei koidzumi).

Sirih (Piper betle) atau dalam bahasa Sembalun Bumbung disebut leko, merupakan tumbuhan famili Piperaceae yang bersifat menghangatkan tubuh dan terasa pedas. Kandungan zat-zat kimia leko yang bermanfaat bagi tubuh mayoritas berada pada daunnya. Sirih mengandung minyak atsiri berupa betle phenol, siskuiterpen, pati, diatase, gula, tanin dan estragol (Hanum et al. 2012). Selain itu, kerabat dari tumbuhan lada ini juga mengandung eugenol, karvakol, cadinene, kavicol, caryophyllene, cyneole, dan p-cymene (Hariana 2008b). Hariana (2008b) juga menjelaskan bahwa leko memiliki khasiat antara lain sebagai peluruh kentut, menghentikan batuk, mengurangi peradangan, dan menghilangkan gatal. Sutomo et al. (2009) menambahkan bahwa leko juga berfungsi sebagai penghilang bau badan, bau mulut, penguat gigi, mengobati sariawan, dan pendarahan pada gusi. Eugenol yang terkandung dalam daun berfungsi mencegah ejakulasi dini, mematikan cendawan penyebab keputihan (Candida albicans), analgesik, dan anestetik. Tanin yang terkandung pada daun berfungsi sebagai astringen, pelindung hati, antidiare, dan antimutagenik (Hariana 2008b).

Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan air rebusan daun leko sebagai obat untuk memperlancar haid, penghangat tubuh, luka luar, dan cacar air. Perasan air daun leko juga dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk tanaman pertanian. Selain itu, campuran daun leko, buaq (Areca catechu), dan kapur digunakan untuk ritual adat ‘sembe’ (Gambar 14).

(41)

campuran leko, buaq, dan kapur dioleskan ke kening pendaki sebelum mendaki ke Gunung Rinjani kemudian pendaki akan diberi minuman campuran gula dengan bage(Tamarindus indica). Menurut penuturan ama Misdi selaku pemangku Patara Guru, ritual ini bertujuan untuk memberitahu para penunggu gaib Gunung Rinjani bahwa ada orang yang akan mendaki supaya diberikan keselamatan dan terhindar dari gangguan ketika naik maupun turun gunung. Minuman gula bage yang diberikan dipercaya bisa menahan rasa haus pendaki selama melakukan pendakian.

Gambar 14 Pembuatan ‘sembe’ dari campuran tumbuhan leko, buaq dan kapur oleh Mangku Patara Guru.

Tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan tumbuhan dari famili Solanaceae. Tumbuhan ini merupakan salah satu komoditas unggulan di Sembalun. Masyarakat Desa Senaru dan Sajang yang sudah lanjut usia masih banyak yang memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat kunyah pengganti sikat gigi atau ‘nyusut’ untuk menguatkan gigi. Tembakau yang sudah diiris tipis dikeringkan dan langsung dikonsumsi dengan cara dikunyah. Setelah selesai digunakan, kunyahan tembakau disimpan untuk digunakan lagi selanjutnya. Air kunyahan tembakau yang tertelan dipercaya berkhasiat sebagai obat untuk pensteril pencernaan. Tembakau mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol dan minyak terbang. Alkaloid yang terkandung terutama berupa nikotin yang berkhasiat mengobati luka.

(42)

(a) (b)

Gambar 15 (a) Memangge (Drymaria cordata); (b) Mint (Mentha piperita). Tumbuhan obat sengaja ditanam oleh masyarakat karena selain bermanfaat sebagai estetika, juga sebagai apotek dan warung hidup. Sebesar 53.92% tumbuhan obat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung untuk memenuhi kebutuhan obat secara mandiri tanpa harus membeli obat ke dokter, sebesar 43.14% tumbuhan obat dimanfaatkan secara subsisten-komersial (biasanya dilakukan oleh pedagang dan belian/dukun) dan hanya 2.94% saja tumbuhan obat yang khusus dikomersialkan tanpa digunakan untuk keperluan sendiri.

Habitus tumbuhan obat

Habitus merupakan perawakan dari suatu jenis tumbuhan. Habitus tumbuhan obat hutan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pohon, yaitu sebesar40.91% sedangkan habitus tumbuhan obat non hutan didominasi oleh herba, yaitu sebesar 51.16% (Gambar 16).

Gambar 16 Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan. Bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan

Tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sembalun Bumbung berdasarkan bagiannya yang digunakan terdiri atas 11 kelompok bagian (Gambar 17).

0 10 20 30 40 50 60

Herba Pohon Liana Perdu Semak Bambu Epifit

18.18

40.91

13.64 18.18

0.00 4.55 4.55

51.16

30.23

6.98 9.30

1.16 1.16 0.00

Per

se

nt

as

e

(%

)

Habitus

(43)

Gambar 17 Bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan.

Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun (23.53%). Pemanfaatan bagian daun sebagai obat disebabkan karena daun mudah untuk diperoleh di alam, mudah diolah sebagai obat, dan memiliki daya regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas. Selain itu, daun merupakan bagian yang digunakan oleh tumbuhan sebagai tempat untuk berfotosintesis sehingga bahan aktif yang terdapat di dalam daun lebih banyak (Tanjungsari 2014). Pemanfaatan daun tidak menimbulkan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu spesies dibandingkan dengan bagian batang atau akar dari tumbuhan tertentu (Fakhrozi 2009). Hal tersebut disebabkan karena hanya beberapa helai daun saja dari suatu jenis tumbuhan yang diambil dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung. Penggunaan daun, buah, cabang, dan ranting sebagai bahan mentah dalam pengobatan tradisional tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup tumbuhan, tetapi bila akar, kulit kayu atau seluruh bagian tumbuhan digunakan, maka hal itu sudah merupakan ancaman bagi keberadaan spesies tersebut (Zuhud 1994).

Cara pengolahan dan pemakaian tumbuhan obat

Tumbuhan obat juga harus diolah terlebih dahulu dengan berbagai cara sehingga ekstrak dari tumbuhan obat tersebut keluar dan efektif digunakan dalam pengobatan. Pengolahan dilakukan baik pada obat tunggal maupun ramuan. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung mengolah tumbuhan obat dalam berbagai cara sesuai dengan kebutuhan pengobatan (Tabel 19).

Pengolahan tumbuhan obat dengan cara direbus paling banyak dilakukan oleh masyarakat, yaitu sebesar 36.92%. Cara perebusan umum digunakan karena cara tersebut paling murah dan mudah dilakukan. Mayoritas masyarakat merebus tumbuhan obat langsung dalam kondisi segar. Selain dalam kondisi segar, terdapat pula sediaan tumbuhan obat dalam kondisi kering.

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Jenis dan metode pengambilan data.
Tabel 2 Tata guna lahan di Desa Sembalun Bumbung.
Gambar 3   Tingkat pendidikan responden.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi adanya kontaminasi aflatoksin dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain thin layer chromatography (TLC), high performance liquid chromatography (HPLC),

(2011) yang menggunakan limbah kulit pisang sebagai salah satu sumber pectin dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan edible film / edible coating yang merupakan

Dengan demikian, peneliti berharap, penelitian ini setidaknya mampu mendeskripsikan persoalan utama yang ingin peneliti ketahui dari pemberitaan kasus pasir

1) Interest rate risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman. Jika tingkat bunga semakin tinggi maka akan terjadi

Sensor suhu dikaji dengan mengamati perubahan intensitas laser yang dilewatkan pada balok kaca yang berisi ferofluida kromium ferit6. Salah satu teori menyebutkan

Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung efisiensi removal kromium heksavalen (Cr 6+ ) menggunakan adsorben ampas tebu yang sesuai dengan baku mutu Peraturan Gubernur Jawa

penguatan/pelemahan kinerja, sehingga dalam kajian ini diberi judul “Pengaruh Person Organization Fit dan Organizational Citizenship Behavior terhadap Kinerja Pegawai

Kemaslahatan yang terdapat nas} secara tegas menjelaskan dan mengakui keberadaannya dan terdapat dalil untuk memelihara dan melindunginya. Contohnya, dalil nas