• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha Kerupuk Udang Di Provinsi Jambi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha Kerupuk Udang Di Provinsi Jambi."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

USAHA WANITA WIRAUSAHA KERUPUK UDANG

DI PROVINSI JAMBI

ELVIN DESI MARTAULI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha Kerupuk Udang di Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

(4)

RINGKASAN

ELVIN DESI MARTAULI. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha Kerupuk Udang di Provinsi Jambi. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA dan ANNA FARIYANTI.

Usaha kerupuk udang di Jambi masih sangat potensial untuk dikembangkan dilihat dari ketersediaan bahan baku. Keberadaannya ini diharapkan mampu mengangkat produksi sekaligus sebagai arah pengembangan komoditas udang sebagai bahan baku kerupuk. Peluang ketersediaan bahan baku usaha ini masih dapat dimanfaatkan oleh wanita wirausaha di Provinsi Jambi untuk dapat berkembang. Faktor yang diduga penyebab belum berkembangnya usaha kerupuk udang ini yaitu dukungan perbankan dalam hal permodalan. Karena masih rendahnya dukungan permodalan usaha yang dijalankan cenderung tetap dan tidak merata diantara pelaku usaha.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi profil individu dan profil usaha wanita; (2) Menganalisis pengaruh lingkungan eksternal, lingkungan internal dan perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha wanita wirausaha kerupuk udang di Provinsi Jambi; (3) Menganalisis pengaruh lingkungan eksternal, lingkungan internal dan karakteristik individu terhadap perilaku kewirausahaan wanita wirausaha kerupuk udang di Provinsi Jambi. Penelitian ini terletak di Provinsi Jambi pada Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, ini dikarenakan dikedua kabupaten yang memproduksi kerupuk udang di Provinsi Jambi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu sebanyak 105 wanita wirausaha yang mengolah hasil sumber daya kelautan berupa udang menjadi kerupuk, sedangkan teknik pengambilan responden secara sensus. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS). Variabel laten eksogen dalam penelitian ini adalah karakteristik individu, lingkungan eksternal, lingkungan internal. Sedangkan variabel laten endogen yaitu perilaku kewirausahaan dan kinerja usaha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita wirausaha kerupuk udang di Provinsi Jambi berusia 36-40 tahun, dengan tingkat pendidikan SMP dan SD, jumlah tanggungan keluarga 4-6 orang dan rata-rata pernah mengikuti pelatihan dibidang kewirausahaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Sedangkan untuk umur usaha yaitu diatas lima tahun, dengan pengalaman yang cukup diharapkan akan mampu dapat meningkatkan kemampuan wanita wirausaha dalam mengembangkan usaha kerupuk udang agar dapat bersaing dengan daerah lainnya.

(5)

pemerintah, kemajuan teknologi, permintaan pasar dan dukungan perbankan (lembaga terkait) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha (pendapatan, volume penjualan dan wilayah pemasaran). Perilaku kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha dengan indikator manifestt yang cukup tinggi yaitu keberanian mengambil risiko, dengan berani mengambil risiko wanita wirausaha akan mampu dalam menghadapi permasalahan usaha kedepannya. Tetapi, pada indikator inovasi memiliki nilai loading factor yang rendah, ini mengindikasikan bahwa tingkat inovasi produk yang dilakukan oleh wanita wirausaha masih rendah, baru hanya sebatas pembuatan kerupuk udang dalam bentuk stick saja tanpa ada pemberian varians rasa.

Hasil lain menunjukkan bahwa lingkungan internal memberikan pengaruh positif dan signifikan yang besar terhadap perilaku kewirausahaan. Berdasarkan hasil diskusi dengan responden bahwa kegiatan pemasaran yang baik, seperti promosi dan saluran distribusi, penggunaan modal (baik modal sendiri maupun pinjaman), kemudahan memperoleh bahan baku, dan lain-lain akan memotivasi dan membuat wanita wirausaha menjadi lebih kreatif. Tetapi lingkungan eksternal dengan indikator dukungan pemerintah dan permintaan pasar terhadap kerupuk udang mampu peningkatan minat berwirausaha. Sedangkan lingkungan eksternal tidak mempengaruhi perilaku kewirausahaan, seperti dukungan perbankan masih belum dirasakan oleh wanita wirausaha baik itu dari pemerintah maupun bank. Dengan keterbatasan dana wanita wirausaha di Provinsi Jambi belum dapat melakukan inovasi dari produk kerupuk yang dibuatnya. Peningkatan kinerja usaha yang dilihat dari pendapatan usaha akan menarik minat untuk dapat mempertahankan usaha yang dijalankan pada saat ini. Tetapi diperlukan bantuan dan dukungan baik pemerintah maupun pihak terkait dalam penyediaan teknologi, akses kemudahan dalam finansial, ketersediaan terhadap pasar sehingga sumber daya wanita yang ada untuk tetap eksis dan dapat menambah jumlah wanita wirausaha yang ada di daerah maupun di Indonesia sendiri.

(6)

SUMMARY

ELVIN DESI MARTAULI. Factor’s Affecting Business Performance Of Women Entrepreneurs Prawn Crackers in Jambi Province. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA and ANNA FARIYANTI.

Prawn cracker business in Jambi has its potentiality to be developed due to the availability of the raw material. The availability of the raw material is expected to increase the production. Opportunities availability of raw materials business can still be used by women entrepreneurs in Jambi province in expected order to thrive. Factors suspected cause of underdeveloped venture prawn crackers is that the support of banks in terms of capital. Because of the low capital support business run tend to remain and unevenly distributed among businesses.

The objectives of this research are: (1) to identify the characteristics of individual and the characteristic of woman’s business; (β) to analyze the influence of the external environment, internal environment on the entrepreneurial behavior and business performance; (3) to analyze the external environment, internal environment and the individual characteristics of entrepreneurial behavior towards women entrepreneurs crackers in Jambi Province. This research was located in Jambi Province precisely in Tanjung Jabung Timur and Tanjung Jabung Barat, is because in both districts that produce crackers in Jambi Province. The data were collected through 105 question naires into 105 woman entrepreneurs who produce marine resources of shrimp into prawn crackers. Census technique was used to obtain the data. The analysis method which used was Structural Equation Modelling (SEM) with Partial Least Square (PLS) approach. Exogenous latent variables were personal characteristics, external environment, internal environment. While the endogenous latent variables wereis characteristics of the business and entrepreneurial behavior.

The result of this research are the average of woman entrepreneurs age in Jambi Province are 36-40 years old, the average level of education were middle school, the average number of dependents in family were 4-6 people which attended entrepreneurship training before. On average, the prawn crakers business last for 5 years, with considerable experience is expected to be able to improve the ability of women entrepreneurs in developing businesses prawn crackers in order to compete with other regions.

(7)

entrepreneurs will be able to face future problems business. However, the innovation indicator has a low loading factor values, this indicates that the level of product innovation by women entrepreneurs are still low, new only to the extent of making crackers in stick form without any sense of granting variances.

The results outher showed that the internal environment provides a positive and significant influence greatly to the entrepreneurial behavior. Based on discussions with the respondents that good marketing activities, such as promotion and distribution channels, the use of capital (both equity and loans), the ease of obtaining raw materials, and others will motivate and make women entrepreneurs to be more creative. But the external environment with the indicator of government support and market demand for shrimp crackers were able to increase interest in entrepreneurship. While the external environment does not affect entrepreneurial behavior, such as banking support is still felt by women entrepreneurs both from the government and banks. With limited funding women entrepreneurs in Jambi province have not been able to innovate on products crackers are made. Improved operating performance seen from revenues will be of interest to be able to maintain the business carried on at the moment. However, it needs the help and support of both the government and the people involved in the provision of technology, ease of access to finance, the availability on the market so that the resources that exist for women still exist and can increase the number of women entrepreneurs in the region and in Indonesia itself.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

USAHA WANITA WIRAUSAHA KERUPUK UDANG

DI PROVINSI JAMBI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 sampai Agustus 2015 ini ialah kewirausahaan, dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha Kerupuk Udang di Provinsi Jambi. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada :

1. Dr Ir Lukman Mohammad Baga, MAEc dan Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan, motivasi serta bantuan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen evaluator pada pelaksanaan kolokium proposal penelitian yang telah banyak memberikan arahan dan masukan untuk penelitian ini.

3. Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen penguji luar komisi dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji perwakilan program studi pada ujian tesis.

4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis dan Dr Ir Suharno, MADev selaku sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan bantuan selama penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis ini.

5. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIRJEN-DIKTI) yang memberikan Beasiswa Program Pendidikan Dalam Negeri (BPPDN) kepada penulis. 6. Sahabat JWJ dan teman-teman seperjuangan Magister Sains Agribisnis

(MSA angkatan 4) Institut Pertanian Bogor.

7. Penghormatan tertinggi yang penulis berikan sebagai ucapan terima kasih kepada Ayahanda Anggiat Panjaitan, ibunda Meliana Siahaan, abangku Maruli Sitorus serta adik-adikku Ellen Panjaitan dan Victor Elieser Panjaitan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2016

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

2 TINJUAN PUSTAKA 8

Peranan Wanita Wirausaha Dalam Pertumbuhan Ekonomi 8

Pengaruh Faktor Lingkungan Eksternal-Internal Terhadap Kinerja Usaha 9

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha 12

Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kewirausahaan 14

3 KERANGKA PEMIKIRAN 15

Kerangka Teori 15

Kerangka Penelitian Operasional 28

Hipotesis Penelitian 32

4 METODE PENELITIAN 32

Lokasi dan Waktu Penelitian 32

Jenis dan Sumber Data 32

Metode Pengumpulan Data 32

Metode Analisis Data 33

Definisi Operasional 39

5 KONDISI UMUM PENELITIAN DI PROVINSI JAMBI 40

Profil Individu Wanita Wirausaha 46

Profil Karakteristik Usaha Responden 49

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 64

7 SIMPULAN DAN SARAN 81

Simpulan 81

Saran 82

DAFTAR PUSTAKA 83

DAFTAR LAMPIRAN 89

(14)

DAFTAR TABEL

1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

(UMKM) di Provinsi Jambi Tahun 2010-2014 3

2. Jumlah unit usaha miko kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi

Jambi tahun 2013 4

3. Total Wirausaha, Total Produksi Dan Total Wanita Wirausaha Tahun 2011-2013 Pada Sentra Kerupuk Udang di Provinsi Jambi 5 4. Variabel Laten Dan Manifest (Indikator) Pada Model Persamaan

Structural 34

5. Definisi Operasional Variabel-Variabel Manifest 39 6. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi 41 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Provinsi Jambi tahun

2013 41

8. Lapangan Usaha Masing-Masing Sektor Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja (umur 15 tahun keatas) 42

9. Sebaran Responden Wanita Wirausaha Berdasarkan Usia 46 10. Sebaran Responden Wanita Wirausaha Berdasarkan Pendidikan 47 11. Sebaran Wanita Wirausaha Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Keluarga 48

12. Sebaran Wanita Wirausaha Berdasarkan Pengalaman Kerja 48 13. Sebaran Wanita Wirausaha Berdasarkan Keikutsertaan Dalam

Pelatihan Bidang Kewirausahan 49

14. sebaran Wanita Wirausaha Berdasarkan Modal Awal 50 15. Sebaran Wanita Wirausaha Berdasarkan Lama Berwirausaha 50 16. Sebaran Wanita Wirausaha Berdasarkan Lama Operasional Harian 51 17. Sebaran Wanita Wirausaha Berdasarkan Omset Penjualan Per Bulan 51 18. Sebaran Penilaian Wanita Wirausaha Terhadap Karakteristik Individu 53 19. Sebaran Penilaian Wanita Wirausaha Terhadap Lingkungan Internal 56 20. Sebaran Penilaian Wanita Wirausaha Terhadap Lingkungan Eksternal 58 21. Sebaran Penilaian Wanita Wirausaha Terhadap Perilaku

Kewirausahaan 61

22. Sebaran Penilaian Wanita Wirausaha Terhadap Kinerja Usaha 62 23. Indikator Yang Tidak Valid Berdasarkan Nilai Loading Factor 65 24. Reabilitas Model Berdasarkan Nilai AVE dan Composite Reability 67 25. Sebaran Nilai R-Square (R2) Pada Analisis Evaluasi Model Struktural 67 26. Nilai koefisien jalur, rataan, simpangan baku, t-value 68 27. Koefisien Parameter Jalur Faktor Lingkungan Eksternal Dan Internal,

Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha 69 28. Loading factor dan t-value Indikator Terhadap Lingkungan Eksternal 71 29. Loading factor dan t-value Indikator Terhadap Lingkugan Internal 72 30. Loading factor dan t-value Indikator Terhadap Kinerja Usaha 74 31. Koefisien Parameter Jalur Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap

Perilaku Kewirausahaan 75

32. Loading factor dan t-value Indikator Terhadap Karakteristsik Individu 77 33. Loading factor dan t-value Indikator Terhadap Perilaku

(15)

DAFTAR GAMBAR

1. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di

Provinsi Jambi tahun 2015 3

2. Motivasi mempengaruhi kinerja 19

3. Model pengaruh individu terhadap perilaku dan kinerja 20 4. Model komponen lingkungan bisnis eksternal dan internal 22 5. Model lingkungan bisnis : lingkungan internal-eksternal 23 6. Model komponen variabel yang mempengaruhi kinerja bisnis 27 7. Kerangka penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

usaha wanita wirausaha kerupuk udang” 31

8. Model Partial Least Square (PLS-SEε) “faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja usaha wanita wirausaha” 38

9. Peta wilayah Provinsi Jambi 40

10. Proses pencetakan adonan kerupuk udang 44

11. Kerupuk udang yang telah dikukus 45

12. Proses penjemuran kerupuk udang 45

13. Pengemasan kerupuk udang yang siap untuk dipasarkan 46 14. Standardized loading factor awal pada model pengukuran faktor

faktor yang mempengaruhi kinerja usaha 65

15. Nilai t-value struktural faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

usaha 66

DAFTAR LAMPIRAN

1. Proses produksi kerupuk udang di Provinsi Jambi 90 2. Hasil uji validitas berdasarkan nilai loading factor pada outer model

awal di Provinsi Jambi 91

3. Hasil uji validitas berdasarkan nilai loading factor pada outer model

akhir di Provinsi Jambi 92

(16)
(17)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dunia kewirausahaan sampai saat ini masih merupakan bidang yang banyak dikuasai oleh pria dibandingkan oleh wanita. Hal ini disebabkan oleh pria lebih berani dalam mengambil keputusan dalam kegiatan usahanya (Casson et al. 2006). Hampir diseluruh negara-negara di dunia, kegiatan produktivitas yang dijalankan oleh wanita lebih rendah dibandingkan oleh pria. Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam pendapatan disegala bentuk aktivitas ekonomi. Seperti pada sektor pertanian, kewirausahaan dan manufaktur. Pada bidang kewirausahaan, usaha yang dijalankan oleh wanita memiliki rata-rata pendapatan yang lebih rendah daripada usaha yang dijalankan oleh pria. Contohnya di China, kesenjangan pendapatan wanita lebih rendah 69 persen dibandingkan oleh pria. Akan tetapi, perkembangan wirausaha dalam suatu negara tidak akan terlepas dari partisipasi dan peran wanita (World Bank 2016). Partisipasi wanita sebagai wirausaha meningkat cukup signifikan selama satu dekade terakhir baik itu di negara-negara maju maupun negara berkembang walaupun jika dilihat dari pertumbuhan jumlah wanita pemilik usaha (women-owned business) secara sistematis tetap lebih rendah jika dibandingkan dengan pria (Widowati 2012). Perkembangan kewirausahaan wanita memiliki potensi untuk dapat dikembangkan. Laporan Global Entrepreneurship Monitor (2015) terjadi peningkatan aktivitas kewirausahaan wanita dari total Early-Stage Entrepreneurship Activity (TEA) di beberapa negara, contohnya 41 persen di Nigeria dan Zambia lebih rendah 2 persen di Suriname dan Jepang. Sedangkan untuk di 10 negara, wanita lebih mungkin menjadi wirausaha dibandingkan pria, seperti El Salvador dan Brazil di Amerika Latin dan Karibia; Vietnam, Indonesia, Malaysia dan Filipina di Asia Tenggara; dan Zambia, Nigeria, Uganda dan Ghana di Afrika. Namun menurut Tambunan (2009), di banyak negara terutama di mana tingkat perkembangan ekonomi tercermin dari tingkat pendapatan per kapita dan tingkat industrialisasi yang masih rendah, potensi ini sebagian besar masih belum dimanfaatkan, padahal peluang yang lebih besar bagi wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi baik sebagai pengusaha sukses atau sebagai karyawan bergaji pasti akan banyak membantu dalam penanggulangan kemiskinan. Maclean et al. (2012) menyatakan bahwa kurang dari 10 persen pengusaha di Asia Selatan, seperti Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka adalah wanita.

(18)

2

wanita terlihat pula dari jumlah pelaku UMKM di Indonesia. Pada tahun 2013 jumlah UMKM di Indonesia yaitu 56 juta unit usaha, namun pemilik usaha ini tidak semuanya dihitung sebagai wirausaha dengan penilaian Kemenkop yaitu hanya berjumlah 1.65 persen dari 250 juta penduduk (Sasongko 2015).

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia berpotensi untuk dapat dikembangkan kewirausahaan melalui peningkatan kinerja usaha wanita wirausaha. Pelaku usaha kecil dan mikro di Indonesia 60 persennya adalah wanita, dan banyak bergerak dalam usaha rumahan berupa usaha kerajinan dan olahan pangan (Chusna 2013). Selain itu juga, peran wanita di sektor UMKM umumnya terkait dengan bidang perdagangan dan industri pengolahan seperti warung makan, pengolahan makanan dan industri kerajinan. Meskipun belum terdapat data yang pasti mengenai jumlah wanita wirausaha di Indonesia, tetapi diilustrasikan sejak berdirinya pada 10 Februari 1975, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) telah memiliki jumlah anggota sebanyak 15 000 yang tersebar diseluruh wilayah negara Indonesia. Mayoritas kinerja usaha wirausaha wanita di Indonesia tidak mengalami kemajuan Chusna (2013). Sedangkan menurut Purwadi (2013) jumlah wirausaha wanita di Indonesia kurang dari 0.1 persen dari total penduduk Indonesia atau kurang dari 240 000 jumlah wirausaha wanita. Kinerja usaha wirausaha wanita yang masih kurang berkembang karena masih sedikitnya dukungan dari pemerintah terutama dalam akses permodalan (Sumantri 2013).

Kelompok usaha pengolahan makanan dan minuman memiliki jumlah terbanyak diantara jumlah total UMKM yaitu 34.94 persen (BPS 2014). Usaha makanan dan minuman menjadi salah satu penopang pertumbuhan industri non migas nasional. Pertumbuhan sektor pangan selalu positif dan menjadi salah satu usaha dengan pertumbuhan tertinggi diantara usaha non migas lainnya. Pertumbuhan usaha pangan olahan berupa makanan dan minuman nasional akan tetap meningkat dikarenakan produk yang selalu dibutuhkan di segmen konsumsi dan sektor ini belum akan menemui titik jenuh walaupun pertumbuhannya lambat yaitu sekitar empat persen (Bukhari 2013). Usaha pengolahan makanan dan minuman biasanya pada usaha rumahan. Usaha rumahan ini adalah suatu sistem produksi yang menghasilkan produk melalui proses nilai tambah dari bahan baku tertentu, yang dikerjakan di lokasi rumah dan bukan di pabrik. Salah satu ciri-ciri dari modal dan sumber modalnya, yaitu modal untuk kelas melati antara di bawah Rp 1 juta - Rp 5 juta yang berasal dari modal sendiri (Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak 2012).

(19)

3 usaha secara efektif, sehingga terjadi peningkatan kinerja usaha dibandingkan dengan pria.

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang memiliki produksi hasil perikanan laut yang memiliki prosepek untuk dikembangkan. Provinsi Jambi dan Provinsi Jambi adalah dua kabupaten yang berada dipesisir pantai Provinsi Jambi yang menghasilkan produksi laut yaitu udang. Potensi sumberdaya ini juga diikuti dengan peluang dan peran pemerintah di Provinsi Jambi dan Provinsi Jambi. Pemerintah memberikan pelatihan dan sosialisasi teknologi sederhana pengolahan udang kepada para wanita di beberapa perkotaan sampai pedesaan di Provinsi Jambi melalui instansi pemerintahan. Kegiatan pelatihan ini telah menumbuhkan usaha baru yaitu disektor kelompok kerajinan rumah tangga di Provinsi Jambi (Gambar 1).

Gambar 1 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di Provinsi Jambi tahun 2015

Sumber : BPS Provinsi Jambi (2016)

Gambar 1 menjelaskan bahwa nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga tahun 2015 tercatat sebesar Rp 38.9 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar (28.1%), pertambangan dan penggalian sebesar (18.1%) serta sektor industri pengolahan sebesar (10.9%) yang terdiri dari pengolahan karet (6.5%) dan pengolahan makanan-minuman (4.4%). Sehingga, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2014. Sedangkan perkembangan jumlah unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Jambi pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi Jambi tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Unit

Usaha

Investasi (Rp. 000)

Tenaga Kerja (orang)

Nilai Produksi (Rp.000)

2010 15 245 50 731 679 40 695 167 104 984

2011 15 720 51 252 830 41 036 172 118 126

2012 16 169 51 147 861 42 336 177 491 381

2013 16 318 53 916 548 43 427 186 365 650

2014 17 800 54 967 075 44 400 192 865 650

(20)

4

Perkembangan UMKM di Provinsi Jambi dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami peningkatan pertumbuhan unit usaha. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap pertumbuhan jumlah unit usaha sebesar (20%). Pertumbuhan unit usaha dicerminkan oleh peningkatan kinerja usaha atau terjadi peningkatan produksi dan volume penjualan. Artinya pertumbuhan jumlah unit usaha pada Tabel 1, juga dipedomani sebagai peningkatan kinerja usaha yang terjadi dan berdampak pada investasi yang meningkat serta pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya Tabel 2, terlihat pada unit usaha yang dikelompokkan pada kerajinan rumah tangga yaitu industri kerupuk, keripik dan peyek merupakan salah satu hasil kerajinan rumah tangga yang dikelola oleh wanita.

Tabel 2 Jumlah unit usaha miko kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi Jambi tahun 2013

No Jenis usaha

Usaha kerajinan rumah tangga Jumlah

usaha (unit)

tenaga kerja (Orang)

1 Industri furnitur dari kayu 1859 4050

2 Penggilingan padi dan penyosohan beras 1358 6790

3 Industri kerupuk, keripik, peyek dan sejenisnya 1262 3786

4 Industri barang anyaman dari bukan rotan dan

bambu

2093 5465

5 Industri barang bangunan dari kayu 838 6704

6 Industri Tempe/Tahu Kedelai 1796 3980

7 Industri barang anyaman dari rotan dan bambu 591 2955

8 Industri barang kimia lainnya 1451 2255

9 Industri penggergajian kayu 388 1940

10 Industri kopra 1351 1404

11 Industri pakaian jadi (batik dan sejenisnya) 956 2188

12 UMKM lainnya 4725 8547

Total UMKM 16 318 43 427

Sumber : Disperindag Provinsi Jambi (2016)

(21)

5 mengembangkan usaha seperti pria. Sehingga penting melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha yang dijalankan oleh wanita.

Rumusan Masalah

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Jambi, merupakan salah satu jenis usaha yang diminati oleh wanita wirausaha dan mengalami pertumbuhan bisnis. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Jambi ini, didominasi oleh usaha dibidang makanan (80%), (Dinas UMKM Provinsi Jambi 2016). Pertumbuhan bisnis usaha makanan di Provinsi Jambi ini terdiri dari pengolahan hasil pertanian, perikanan dan peternakan. Walaupun belum berkembang secara pesat, tetapi usaha yang dijalankan oleh wanita ini telah mampu memberikan peningkatan peran wanita perkembangan sumber daya manusia (SDM) Provinsi Jambi khususnya pada kaum wanita. Salah satu usaha pengolahan makanan yang digeluti oleh wanita di Provinsi Jambi adalah usaha kerupuk udang.

Usaha kerupuk udang di sentra produksi kerupuk di Provinsi Jambi, berdasarkan Tabel 3 jika dilihat dari jumlah total wanita cukup baik walaupun berlum mengalami peningkatan skala usaha, akan tetapi jika dilihat dari produksi mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kegiatan pembuatan kerupuk udang tidak dilakukan setiap hari. Kegiatan produksi kerupuk udang ini tergantung pada ketersediaan udang, dikarenakan menurut wanita pembuat kerupuk udang jika udang disimpan terlalu lama akan menghasilkan kualitas yang berbeda. Sehingga sampai pada saat ini masih mengandalkan hasil udang yang segar. Di indikasi inilah menyebab terjadinya penurunan kerupuk udang. Selain itu, motivasi wanita dalam menjalankan usaha ini berbeda-beda ada yang hanya ikut-ikutan dan ada yang karena memiliki hobby memasak sehingga dapat menyalurkan kemampuannya untuk membuat kerupuk udang. berdasarkan fakta dilapangan bahwa inovasi produk seperti penambahan varians rasa tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan belum adanya pelatihan, sehingga belum dilakukan. Padahal diketahui inovasi itu sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan usaha, melalui inovasi akan mampu mencari hal yang baru sehingga akan berdampak pada meningkatkan kinerja usaha (Okpara 2007).

Tabel 3 Total wirausaha, total produksi dan total wanita wirausaha tahun 2011-2013 pada sentra kerupuk udang di Provinsi Jambi

Tahun

Total wirausaha

(orang)

Total wanita wirausaha

(orang)

Total produksi (kg/thn)

Persentase (%)

2011 70 62 327 680 29.59

2012 106 105 471 271 42.55

2013 119 105 308 508 27.86

(22)

6

Selain dikarenakan perilaku kewirausahaan seperti inovasi yang belum dilakukan oleh wanita, karakteristik individu juga berperan dalam peningkatan kinerja usaha seperti pendidikan formal dan pendidikan non formal (pelatihan) yang diikuti oleh wanita. Berdasarkan fakta di lapangan, pelatihan yang diberikan oleh pemerintah daerah sudah cukup baik, hal ini terlihat dari kegiatan pelatihan yang dilakukan beberapa kali dalam setahun dan evaluasi setiap bulannya. Menurut Casson et al. (2006), pendidikan dan pelatihan memegang peranan penting dalam pertumbuhan wirausaha. Hal ini dikarenakan bahwa penemuan kewirausahaan melibatkan "kombinasi kembali" dari ide-ide dan praktek. Sedangkan menurut Noersasongko (2005) bahwa pengusaha yang mengikuti banyak pelatihan lebih berhasil daripada pengusaha yang kurang atau tidak mendapat pelatihan, dikarenakan banyak memperoleh informasi untuk meningkatkan kinerja usahanya.

Faktor lingkungan juga akan ikut menentukan kinerja usaha berhasil atau tidak. Lingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan internal ini terjadi didalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh wanita dan dapat dikontrol oleh wanita itu sendiri. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan luar, seperti kebijakan pemerintah. Faktanya untuk meningkatkan kinerja usaha wirausaha wanita telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah pemerintah telah mengeluarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, di mana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro. Tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan permodalan. Permodalan merupakan suatu hal yang penting yang diperlukan untuk memanjukan dan mengembangkan usaha (Dewanti 2010). Tetapi kondisi dilapangan menunjukkan bahwa kredit permodalan yang disediakan oleh pemerintah sulit didapat bahwa tidak ada begitu pula dengan perbankan. Dengan kata lain keterbatasan permodalan akan berdampak terhadap lingkungan internal dan kinerja usaha. Christine (2014) mengatakan bahwa sulitnya wanita untuk mendapatkan kredit permodalan dikarenakan kepercayaan bank terhadap usaha wanita masih rendah. Hal ini dikarenakan, usaha yang dijalankan oleh wanita merupakan usaha kecil dan berisiko untuk gagal bertahan. Selain itu juga, menurut Kementrian Pemberdayan Wanita dan Perlindungan Anak (2012) menyatakan kondisi wanita wirausaha mikro dan kecil saat ini masih belum menggembirakan. Kendala terbesar yang dihadapi oleh wanita wirausaha mikro, kecil dan menengah pada umumnya pada aspek pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi serta rendahnya penguasaan wanita terhadap aset produksi. Permasalahan yang sering dihadapi wanita wirausaha kecil terutama dalam hal pemasaran, peningkatan kualitas produk, manajemen usaha dan akses perbankan. Permasalahan yang muncul erat kaitannya dengan bagaimana kinerja usaha dari usaha mikro tersebut berjalan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, yaitu :

(23)

7 2. Bagaimana pengaruh lingkungan eksternal, lingkungan internal dan perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha wanita wirausaha kerupuk udang di Provinsi Jambi?

3. Bagaimana pengaruh lingkungan eksternal, lingkungan internal dan karakteristik individu terhadap perilaku kewirausahaan wanita wirausaha kerupuk udang di Provinsi Jambi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan yang melandasi penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi profil individu dan profil usaha wanita wirausaha. 2. Menganalisis pengaruh lingkungan eksternal, lingkungan internal dan

perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha wanita wirausaha.

3. Menganalisis pengaruh lingkungan eksternal, lingkungan internal dan karakteristik individu terhadap perilaku kewirausahaan wanita wirausaha.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan usaha kerupuk udang kedepannya yang ada di Provinsi Jambi secara umum dan khusunya pada sentra kerupuk udang pada penelitian ini. Melalui penelitian ini akan dapat mengkaji tentang kinerja usaha dan dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja usaha dari wanita wirausaha sehingga dapat dilakukan dalam pengambilan kebijakan dalam memperbaiki kinerja usaha untuk lebih baik lagi dan dapat berkembang.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha kerupuk udang yang dilakukan oleh wanita wirausaha di Provinsi Jambi. Kinerja usaha yang dikaji dalam penelitian ini adalah pada usaha dalam menjalankan usaha wanita wirausaha. Udang merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang cukup potensial di Provinsi Jambi dan Provinsi Jambi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha dilihat dari karakteristik individu pada wanita wirausaha, lingkungan usaha yang terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal, perilaku kewirausahaan.

(24)

8

2

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Wanita Wirausaha dalam Pembangunan Ekonomi

Wube (2010) menyatakan bahwa kegiatan produktif yang dilakukan oleh wanita memberdayakan secara ekonomi, memungkinkan wanita untuk berkontribusi lebih tinggi dalam pembagunan ekonomi. Kegiatan produktif skala kecil dan menengah, sektor formal atau non formal sebagai aktivitas kewirausahaan wanita, tidak hanya sebagai sarana kelangsungan hidup ekonomi, tetapi akan berdampak sosial yang positif bagi wanita sendiri. Penelitian terhadahulu oleh Schorling (2006) di Ethiopia pengembangan usaha mikro dan kecil (UMK) untuk pembangunan ekonomi, dimulai tahun 1980-an. Alasan dilakukan pengembangan UMK adalah sebagai upaya yang lebih baik untuk mengurangi kemiskinan, penguat untuk pengembangan dan produktivitas yang berkelanjutan, penting dalam sektor perdagangan dan dasar untuk ekonomi pemberdayaan wanita dan laki-laki.

Kontribusi wanita terhadap pertumbuhan ekonomi di Saudi ditemukan hasil bahwa wanita sebagai tenaga kerja ikut dalam berpartisipasi untuk meningkatkan PDB di Saudi. Partisipasi yang sama dari wanita di masyarakat dapat mengembangkan ekonomi. Akan tetapi terdapat hambatan yang dihadapi oleh wanita yaitu kurangnya program pendidikan dan kesadaran akan pentingkan pendidikan. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kontribusi wanita dan pembangunan ekonomi. Sedangkan pembangunan ekonomi diukur dari segi kontribusi tingkat GDP dan wanita itu dievaluasi dalam hal pendidikan dan tenaga kerja tenaga kerja partisipasi (Elimam et al. 2014).

Meng (1998) menjelaskan bahwa di Asia Selatan dan Timur, partisipasi wanita di sebagian besar negara Asia terkait erat dengan pembangunan ekonomi nasional. Hal ini tidak hanya dibuktikan dengan fakta bahwa tingkat partisipasi wanita telah meningkat secara bertahap dalam dua dekade lalu dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, tetapi juga karena pangsa wanita dalam sektor non-pertanian. Lebih lanjut Meng (1998), kegiatan jauh lebih tinggi di Jepang dan NIC daripada di negara-negara ASEAN dan India, menunjukkan bahwa hubungan terbalik berbentuk antara partisipasi perempuan dan pengembangan ekonomi. Ini berarti bahwa partisipasi wanita akan meningkat dengan pertumbuhan ekonomi.

(25)

9 Narayan dan Geethakutty (2003) pada penelitian pada di India mengungkapkan dengan latar belakang pembangunan nasional dibidang sosial, ekonomi dan politik. Hasil yang diperoleh bahwa terdapat peluang ekonomi bagi usaha-usaha kecil sehingga mendorong munculnya usaha baru. Serta mendorong wirausaha-wirausaha lokal untuk dapat melihat peluang yang sama antara pria dan wanita. Selain itu wanita di India juga banyak yang sukses di bidang kewirausahaan. Tetapi kesuksesan wanita di India banyak dalam bidang pengolahan pangan masih tergolong rendah hanya sekitar 18.20 persen. Pengolahan pangan yang dilakukan oleh wanita masih bersifat tradisional.

Penelitian yang dilakukan Febriani (2012) pada wanita sebagai wirausaha kecil, selain bergerak dalam usaha pertokoan, industri pangan dan minuman, konveksi atau garmen, salon juga sebagai produsen dalam memproduksi aksesoris dan kerajinan. Sedangkan penelitian Senik (2011) di Malaysia pada industri kecil pengolahan pangan memiliki peran untuk kemajuan ekonomi serta terdapat keterlibatan pemerintah untuk pengembangan industri kecil pangan ini. Produk makanan olahan telah menjadi pilihan bagi penduduk di Malaysia. Hal ini dikarenakan peningkatan standar hidup dan daya beli konsumen di negara tersebut (Theo dan Chong 2007). Onwurafor dan Enwelu (2013) menyimpulkan bahwa tingkat keterlibatan wanita wirausaha di pedesaan dalam pengolahan produk pasca panen di Enugu tergolong rendah. Hal ini terjadi karena mayoritas wanita tidak berbekal pelatihan kewirausahaan serta terkendala dengan kurangnya dan ketidakmampuan untuk menerapkan teknik pengolahan modern. Hal ini bertentangan dengan yang terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa pengelolahan produk dalam bentuk pertanian perikanan maupun peternakan justru banyak dikelola oleh wanita wirausaha (Sumantri 2013).

Pengaruh Faktor Lingkungan Eksternal-Internal Terhadap Kinerja Usaha

(26)

10

menjelaskan hubungan antara pengaruh lingkungan terhadap kinerja perusahaan

Wube (2010) meneliti faktor –faktor yang mempengaruhi kinerja wanita wirausaha pada usaha mikro dan kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita wirausaha di Usaha Mikro Kecil (UMK) dipengaruhi kurangnya karakteristik kewirausahaan, manajerial dan keterampilan pemasaran; kurangnya aksesibilitas terhadap informasi, kesulitan mengakses sumber keuangan (kurangnya modal), peralatan teknologi dan pengetahuan sederhana; ketidaksesuaian standardisasi, kualitas produk rendah, kurangnya dukungan pemerintah, rendahnya akses terhadap teknologi tepat guna. Selanjutnya Wube (2010) menemukan karakteristik wanita wirausaha di kota Dessie menunjukkan bahwa wanita tidak memiliki keluarga wirausaha, sehingga mengambil kewirausahaan sebagai pilihan terakhir dan lain-lain. Pelatihan kewirausahaan tidak diberikan kepada wanita wirausaha di kota; atau meskipun diberikan, mungkin fokus pada konsep teori dari yang mengakar pelatihan praktis. Atau bahkan jika disampaikan praktis, perhatian mungkin tidak diberikan oleh wanita wirausaha. Bahkan jika hal ini terjadi, wanita wirausaha sektor UMK masih berkontribusi untuk pengembangan negara.

Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan lingkungan usaha dilakukan oleh Suharyono (2010) yang meneliti mengenai analisis kapabilitas organisasi dan lingkungan usaha terhadap kinerja bisnis dan implikasinya bagi pengembangan usaha di pasar tradisional spesifik PD Pasar Jaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1) omset pelaku usaha merupakan yang dominan dan berbeda nyata dengan pelaku usaha di pasar tradisonal spesifik lainnya.Hal ini dikarenakan perbedaan skala usaha dari aspek modal dan jumlah pekerja, serta perbedaan pengalaman usaha; (2) aspek manajemen dan bisnis menjelaskan bahwa peubah lingkungan usaha internal secara langsung berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja pemasaran, sedangkan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja bisnis; (3) kinerja pemasaran secara langsung berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja bisnis.

Pengaruh lingkungan eksternal dan internal terhadap kinerja usaha pada penelitian empiris yang dilakukan oleh Munizu (2010), menyatakan bahwa kinerja sektor usaha mikro dan kecil (UMK) dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal, jika dilihat dari hubungan antara lingkungan internal dan eksternal Munizu (2010) pada usaha mikro dan kecil di Sulawesi Selatan ditemukan hasil bahwa faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari aspek kebijakan pemerintah, aspek sosial budaya dan ekonomi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap faktor internal yang memberikan berkontribusi sebesar 98 persen. Sedangkan faktor lingkungan internal yang terdiri dari aspek sumber daya manusia, keuangan, produksi, dan pemasaran memiliki pengaruh yang postif dan signifikan terhadap kinerja UMK sebesar 79.2 persen.

(27)

11 pertumbuhan penjualan. Lebih lanjut Sofyan dan Ina (2015) mengatakan bahwa pengaruh lingkungan pada pilihan strategi dan kinerja perusahaan, dan hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja tinggi akan menyesuaikan kompleksitas lingkungan eksternal dengan menggunakan variabel lingkungan sebagai sumber kontrol yang efektif dalam perusahaan. Adanya perubahan mendasar dalam ekonomi global seperti persaingan yang semakin ketat, perkembangan teknologi yang cepat, peningkatan biaya pengembangan, biaya produksi dan biaya pemasaran produk baru, untuk bersaing di arena, setiap perusahaan tidak bisa menanggung biaya tetap yang begitu besar. Dalam mitra bisnis gilirannya diperlukan (partner). kemitraan strategis antara organisasi (baik pemerintah dan swasta) bertujuan untuk alasan berikut, untuk memberi jalan ke pasar, mengurangi risiko yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, kemampuan untuk saling melengkapi, dan untuk mendapatkan sumber daya di luar yang dapat diproduksi oleh perusahaan. Kemitraan menjadi penting karena kompleksitas dan lingkungan risiko dalam perekonomian dunia, serta kemampuan terbatas dan sumber daya dari perusahaan.

Teoh dan Chong (2007) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kinerja usaha wanita wirausaha di Malaysia yaitu manajemen, pengalaman ukuran usaha dan kebijakan pemerintah sebagai pembuat keputusan. Kebijakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam mempromosikan kewirausahaan terutama di kalangan wanita, ada lebih menjadi bersaing dengan wirausaha laki-laki dengan cara melakukan pembinaan, memfasilitasi usaha dan membantu dalam menghadapi kendala-kendala. Caranya yaitu memudahkan perizinan, dukungan keuangan yang lebih diperlukan dalam berbagai bentuk. Hal ini dikarenakan, pemerintah di Malaysia dapat menyadari potensi yang dimiliki wanita dan memaksimalkannya, sehingga akan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi negara. Dragnić (β01δ) menyatakan bahwa lingkungan internal biasanya dihubungkan dengan tingkat Pencapaian kinerja badan usaha. Namun, langka studi yang meneliti dampak dari lingkungan internal secara keseluruhan (kombinasi dari semua / sebagian besar faktor internal) pada strategi bisnis dan kinerja. Sedangkan lingkungan eksternal terutama mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan badan usaha, lingkungan eksternal mempengaruhi strategi dan kinerja bisnis.

(28)

12

Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha

Wube (2010) menyatakan bahwa wanita kurang berani dalam mengambil risiko terhadap usaha yang dijalankan, sehingga menjadi penyebab sering gagalnya usaha yang dijalankan oleh wanita. Ahmadi dan Yaghoubi (2010) menyatakan bahwa kewirausahaan berhubungan erat dengan keberanian dalam mengambil risiko oleh seorang wirausaha. Konsep ini pertama kali disampaikan oleh Richard Kontilton, seorang ekonom Perancis, pada tahun 1734, beliau merupakan seorang ekonom, yang memiliki definisi konsep kewirausahaan berdasarkan “pengambilan risiko yang tidak tergaransi". Jong dan Wennekers (2008) menyatakan mendefinisikan bahwa kewirausahaan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga pada akhirnya mampu untuk bersaing kedepannya. Puspitasari (2013) menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja usaha secara signifikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha antara lain sifat individu, lingkungan ekonomi, dan lingkungan fisik.

Hisrich et al. (2008) mengatakan proses kewirausahaan merupakan proses untuk mengembangkan usaha baru, produk baru, dan membawa produk yang ada ke pasar yang baru. Pengusaha harus mampu menemukan, mengevaluasi dan mengembangkan sebuah peluang melalui tahapan; (1) identifikasi dan evaluasi peluang, (2) Pengembangan rencana bisnis, (3) Penetapan sumberdaya yang dibutuhkan, dan (4) Manajemen perusahaan. Seorang wirausahawan akan berperilaku kreatif, mampu melakukan terobosan baru dan bersedia mengambil risiko. Perilaku kewirausahaan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja usaha menurut Wirasasmita (2011), perusahaan yang memiliki perilaku kewirausahaan yang akan menerapkan sifat inovatif dalam produksi dapat meminimalkan biaya atau mencegah kenaikan biaya dan memaksimalkan output, dikarenakan terdapat kombinasi input baru yang menghasilkan output yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Dirlanudin (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa perilaku wirausaha berpengaruh langsung dan bernilai positif terhadap keberhasilan usaha kecil pada industri agro. Indikator keberhasilan pengusaha kecil yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu peningkatan jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan, perluasan pangsa pasar, kemampuan bersaing, dan peningkatan pendapatan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga itu sendiri. Lebih lanjut Dirlanudin (2010) menyebutkan bahwa perilaku kewirausahaan dipandang penting dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan keluarga karena membantu dalam menciptakan lapangan kerja dan kekayaan bagi anggota keluarga. Tanpa perilaku kewirausahaan, usaha keluarga kemungkinan akan menjadi stagnan/tidak berkembang. Sehingga akan membatasi potensi untuk mencapai kesuksesan perusahaan dan pertumbuhan di masa akan datang.

(29)

13 terhadap kinerja usaha di Papua. Perilaku kewirausahaan seperti inovatif, berani mengambil risiko, kemauan/daya saing, kerja keras, kejujuran, keuletan, kreatifitas, komunikatif dan kejelian mampu memberikan dukungan yang berarti untuk mentransformasi budaya etnis dalam meningkatkan kinerja usaha. perilaku kewirausahaan telah mampu memanfaatkan peluang-peluang yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan usaha agribisnis di Papua. Melalui perilaku kewirausahaan hendaknya dapat meningkatkan kapasitas agar dapat menjadikan UKM menjadikan usaha yang handal.

Perilaku kewirausahaan yang dicerminkan oleh pemimpin perusahaan merupakan faktor kunci dalam kinerja perusahaan dengan menciptakan lapangan kerja (Runyan et al. 2008). Jika dilihat dari pengaruh entrepreneurial orientation dan small business orientation terhadap usaha kecil dengan melakukan inovasi, yaitu dengan memperkenalkan barang baru dan metode baru yang lebih efektif dan efisien, membuka pasar baru dan mencari peluang sumber pasokan baru, bersikap proaktif, serta berani mengambil risiko. Runyan et al. (2008) menyatakan pengusaha yang mampu berorientasi pada usaha kecil, memiliki preferensi yang kurang dalam berinovasi, cara memaskan rendah dan hanya berorientasi untuk kebutuhan hidup harian saja. Sedangkan kinerja yang dihasilkan perusahaan dengan entrepreneurial orientation akan lebih baik dalam meningkatkan pendapatan.

Penelitian tentang inovasi dan risiko oleh Hadiyati (2011) menyatakan bahwa kreativitas dan inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan usaha kecil. Hadiyati (2011) kreativitas seorang wirausaha dapat terlihat dari pengalaman, suka memperhatikan dan melihat dengan cermat, memiliki rasa sungguh-sungguh, menjadi pendobrak terhadap sesuatu yang baru, memiliki rasa toleransi terhadap sesuatu yang tidak jelas, independent dalam pengambilan keputusan dalam masalah, berpikir dan bertindak dengan cepat, percaya diri, rela sikap mengambil resiko yang diperhitungkan, gigih, rasa sensitif yang tinggi terhadap permasalahan, ide-ide yang dimiliki tidak terbatas, flesksibel, terbuka terhadap fenomena yang belum jelas, motivasi, selektif. Lebih lanjut lagi menurut (Hadiyati 2011) sikap seorang wirausaha terhadap inovasi yang seperti menganalisis peluang, apa yang harus dilakukan untuk memuaskan peluang, sederhana dan terarah, memiliki visi dan misi yang jelas. Sehingga berdasarkan analisis yang dilakukan, disimpulkan bahwa kreatifitas dan inovasi memiliki pengaruh terhadap perilaku kewirausahaan seorang wirausaha dalam menjalankan kegiatan dibidang kewirausahaan.

Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kewirausahaan

(30)

14

menjalankan bisnis adalah pendidikan, sikap dan pengalaman. Keberhasilan sebuah usaha dimulai pendekatan karakteristik individu wirausaha. Karakteristik individu dikukur melalui pengalaman, pendidikan, pelatihan dan jaringan (Nishanta 2009). Sementara itu, faktor individual juga dapat mempengaruhi intensi untuk mengembangkan usaha, dalam konteks usaha mikro, karakteristik psikologis yang cenderung mendominasi seseorang untuk berperilaku entrepreneurial (mengembangkan usaha) adalah motivasi awal mendirikan usaha dan self-efficacy (Inggarwati dan Kaudin 2010).

Rahardjo (2010) dalam penelitiannya di Purwokerto mengenai hubungan karakteristik individu dengan keputusan menjadi seorang wirausaha yaitu seperti aspek sikap terhadap perilaku berwirausaha, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Terdapat hasil lain yang diperoleh pada penelitiannya yaitu terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan keputusan menjadi seorang wirausaha baru didaerah tersebut. Karakteristik individu menjadi penyebab utama bagi seorang wirausaha dalam keputusan dalam menjalankan usahanya. Semakin baik karakteristik individu yang dimiliki akan memberikan keputusan yang tepat terhadap usahanya. Casson et al. (2006) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri yang siap dalam menghadapi tantangan.

Zimmerer, Scarborough, dan Wilson (2008) mengemukakan bahwa seorang wirausahawan (entrepreneur) merupakan seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko terhadap ketidakpastian usaha untuk mencapai keuntungan dengan melihat peluang dan sumber daya yang tersedia. Dari penjelasan tersebut dikemukakan bahwa terdapat beberapa indikator kewirausahaan, yaitu inovasi, dan risiko. Indikator tersebut sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Noersasongko (2005) dan Puspitasari (2013). Lebih lanjut hubungan inovasi, dan risiko dengan kinerja usaha dijelaskan oleh Noersasongko (2005). Sedangkan Puspitasari (2013) menyatakan inovasi dan risiko sebagai variabel pada perilaku kewirausahaan. Sehingga disimpulkan bahwa kewirausahaan dianggap memiliki pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan usaha, tetapi pada penelitian ini hanya menggunkan dua indikator kewirausahaan yaitu inovasi dan risiko.

(31)

15

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teori

Variabel-variabel pengamatan atau indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini, dibangun berdasarkan teori dan adaptasi dari model penelitian sebelumnya, yang menyatakan ada hubungan antara karakteristik individu, perilaku kewirausahaan, lingkungan eksternal-internal dengan kinerja usaha. Teori-teori yang digunakan untuk membangun PLS-SEM akan dijabarkan pada bab ini.

Teori Kewirausahaan dan Wanita Wirausaha

Perkembangan teori kewirausahaan tidak terlepas dari sejarah yang mencatat mencakup konsep/definisi akan kewirausahaan, yang dilihat dari berbagai sudut pandang keilmuan baik dari aspek antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, manajemen dan teknologi (Tonge 2001). Konsep pemahaman kewirausahaan tergantung pada aspek dan konteks teori kewirausahaan dibangun dan digunakan. Menurut Drucker (1996) menyebutkan bahwa secara terminology, kewirausahaan (entrepreneurship) berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre, bahasa Jerman yaitu unternehmen, dan dalam bahasa Inggris sama yaitu toundertake yang memiliki makna positif sebagai semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar

Adegbite et al. (2006) kewirausahaan dalam kamus bahasa Inggris yaitu the Oxford Dictionary, kata entrepreneur (wirausahawan) didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan, mengelola dan memprediksi dan mau menerima risiko dari kegiatan bisnis yang dijalani. (Kao et al. 1996) bahwa kewirausahaan mampu untuk menciptakan kekayaan bagi individu dan berdampak pada nilai tambah bagi masyarakat dengan penciptaan usaha baru dan inovasi yang dilakukan. Senada dengan pendapat Robert C. Ronstad (Kuratko 2009), kewirausahaan merupakan proses dinamis menciptakan kekayaan melalui produk dan jasa yang dihasilkan. Produk atau jasa yang dihasilkan tersebut mungkin tidak sesuatu yang baru, akan tetapi memiliki nilai lebih dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini lah yang disebut dengan kemampuan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terampil, kreatif dan inovatif.

(32)

16

kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang. Disimpulkan bahwa inovasi adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Seorang wirausahawan harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk berinovasi terhadap usahanya.

Peran kewirausahaan dalam kegiatan perekonomian suatu negara dilihat ditentukan dari wirausaha yang berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai dasar, sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan siasat dalam menghadapi tantangan hidup yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko (Bygrave dan Zacharakis 2010). Banyak definisi-definisi mengenai seorang wirausaha oleh beberapa ahli kewirausahaan. Seperti Joseph Schumpeter dalam Casson et al. (2006) mendefinisikan wirausaha adalah seorang individu yang mampu inovatif. Seorang individu wirausaha berfungsi untuk dapat melakukan perbaharuan terhadap dalam proses produksi dengan memanfaatkan hasil-hasil penemuan, seperti teknologi yang belum pernah dicoba untuk memproduksi sebuah komoditas baru atau produksi lama dengan cara yang baru, membuka cara baru menyediakan bahan baku, outlet baru, reorganisasi dalam industri-industri yang telah ada. Bygrave dan Zacharakis (2010) wirausaha merupakan orang yang mampu untuk dapat mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan cara memperkenalkan barang dan jasa yang baru atau penciptaan dalam bentuk organisasi baru dengan melakukan mengolah bahan baku baru.

Lebih lanjut Bygrave dan Zacharakis (2010) wirausaha memiliki kemampuan, sikap mandiri, kreatif, inovatif, ulet, berpandangan jauh ke depan, dan berani dalam mengambil risiko. Schumpeter dalam Alma (2010), bahwa wirausahawan merupakan individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan merupakan individu-individu yang berani mengambil risiko, mengkoordinasi, mengelola sumber-sumber modal, sarana produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang kreatif dan inovatif. Jadi kemampuan dalam berwirausaha adalah menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko demi mencapai keuntungan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumberdaya yang diperlukan (Zimmerer dan Scarborough 2008).

Wanita wirausaha merupakan orang yang menerima peran yang menantang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan menjadi mandiri dari segi ekonomi. Wanita wirausaha pada industri kecil kerupuk udang melakukan kegiatan usaha dari sistem hulu, hilir, dan pemasaran. Kegiatan wanita wirausaha lebih banyak dipilih pada sub sistem hilir karena menurut Saragih (2010), sub sistem hilir merupakan sub sistem yang menjadi bagian dari dunia usaha di Indonesia mulai dari usaha mikro, rumah tangga, kecil-menengah, koperasi maupun usaha korporasi. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pasca panen atau pengelolahan merupakan downstream industry yang memiliki multiplier income sangat tinggi.

(33)

17 berbisnis mengenai pria, kebanyakan wanita bergerak di bidang jasa dan retail serta bersifat tradisional; (2) dalam proses kewirausahaan wanita menekankan kualitas dari pada efisiensi, lebih takut pada risiko dan dalam keputusan manajerial kurang bagus dari pada pria karena melibatkan hati dan perasaan (Casson et al. 2006). Wanita wirausaha adalah sebuah fenomena yang signifikan dan berkembang di dunia. Pada banyak negara, wanita wirausaha terdiri atas sepertiga dari populasi wirausaha (Cason et al. 2006). Wanita wirausaha dalam UMKM memilih industri manufaktur pada kelompok-kelompok industri makanan dan minuman, tembakau, tekstil dan pakaian jadi, kulit dan produk-produk mineral non logam. Wirausaha pada industri manufaktur tidak memerlukan pendidikan yang tinggi atau keahlian-keahlian khusus (Cason et al. 2006). Wanita dimotivasi untuk membuka usaha karena ingin berprestasi dan adanya kegagalan dalam pekerjaan sebelumnya.

Karakteristik Individu Terhadap Perilaku Kewirausahaan

Karakteristik personal atau karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendidikan, pengalaman, pelatihan dan dukungan keluarga dan motivasi. Definisi karakteristik personal menurut Riyanti (2003) karakteristik adalah ciri-ciri atau sifat, personal adalah diri pribadi/individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik personal adalah ciri-ciri atau sifat yang ada didalam diri seorang pribadi individu. Sedangkan Hisrich et al. (1992) berpendapat bahwa karakteristik yang dimiliki pada seorang wirausaha terdiri dari latar belakang lingkungan keluarga, pendidikan, pengalaman bekerja.

Kajian empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, tinggi rendahnya kinerja usaha selalu dikaitkan dengan karakteristik individu SDM-nya. Beberpa kajian teoritis mengenai karakteristik individu seperti, Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan terdapat tujuh unsur karakteristik individu, yaitu (1) pendidikan, (2) tempat tinggal, (3) pekerjaan orang tua, (4) kecakapan dalam manajemen, (5) kesehatan, (6) umur, dan (7) perilaku. Alma (2010) juga menyatakan bahwa terdapat lima unsur karakteristik individu yang menyebabkan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha, seperti (a) pendidikan; (b) lingkungan keluarga (silsilah dalam keluarga dan pekerjaan orang tua); (c) nilai-nilai personal; (d) usia; (e) pekerjaan sebelumnya. Rogers (2003) dalam Alma (2010) bahwa karakteristik individu yang mempengaruhi proses adopsi inovasi, seperti: umur, status sosial ekonomi, berani mengambil risiko, pola hubungan yaitu lokalit atau kosmopolit, sikap terhadaps perubahan sosial, pendidikan, motivasi, aspirasi, kemampuan dalam mengotrol masa depan, dogmatisme (sistem kepercayaan yang tertutup).

(34)

18

tersebut ke dalam tiga komponen, yaitu: (1) karakteristik biologis (umur, jenis kelamin, pendidikan); (2) latar belakang wirausaha (pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan keluarga); dan (3) motivasi (ketekunan, kegigihan, dan kemauan keras untuk berhasil).

Winardi (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa di antara karakteristik yang berkaitan dengan persoalan “entrepreneurship” dapat dipelajari atau sulit dipelajari. Ada sepuluh macam karakteristik yang dapat dipelajari, diantanya sebagai berikut : (1) Komitmen dan determinasi yang tiada batas; (2) Dorongan atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi; (3) Orientasi ke arah peluang-peluang serta tujuan-tujuan; (4) Lokus pengendalian internal; (5) Toleransi terhadap ambiguitas; (6) Keterampilan dalam hal menerima risiko yang diperhitungkan; (7) Kurang dirasakan kebutuhan akan status dan kekuasaan; (8) Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah.

Pendapat yang berbeda di ungkapkan oleh Meredith et al. (1984) bahwa karakteristik yang ada pada seorang wirausaha, seperti (1) Fleksibel dan supel dalam pergaulan; (2) Mempunyai kemampuan untuk dapat memanfaatkan setiap peluang yang tersedia; (3) Memiliki pandangan ke depan, cerdik serta lihai; (4) Memiliki kemampuan yang tanggap terhadap situasi dan kondisi yang berubah-ubah; (5) Memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu bekerja secara mandiri; (6) Optimis dan dinamis; (7) Motivasi tinggi; (8) Mengutamakan prestasi dan mampu memperhitungkan penghambat dan penunjang dalam usahanya; (9) Disiplin diri yang tinggi; (10) Berani mengambil risiko dengan kegagalan yang telah diperhitungkan.

Fielden dan Davidson (2005) menyatakan faktor penarik yang menyebabkan keterlibatan wanita dalam dunia kewirausahaan, yaitu kemerdekaan dan pencapaian pribadi sebagai motivasi utama bagi perempuan untuk memulai atau untuk membeli bisnis (Holmquist dan Sundin 1988). Menurut Robbins (1987) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Brush (1990) menyarankan bahwa penelitian masa depan menjadi pengusaha perempuan harus menguji motif baru seperti fleksibilitas, kontribusi sosial, dan afiliasi. Motivasi penarik lainnya adalah keinginan untuk mengontrol masa depan wirausaha wanita dan nasib keuangan, kebutuhan penentuan nasib sendiri dan kemandirian finansial, kepercayaan dalam melakukan hal-hal dengan cara yang lebih baik (Capowski 1992), dan keinginan untuk mewujudkan ambisi sendiri atau untuk menghadapi tantangan (Breen et al. 1995)

(35)

19 organisasi usaha. Pengertian dari perilaku kewirausahaan menurut Khaty et al. (2005) adalah tindakan yang terdiri dari kegiatan mengumpulkan informasi,mengolahnya, identifikasi peluang, pengambilan risiko, mengelola perusahaan baru dan masuk pasar, mencari dukungan finansial, keahlian teknologi dan input lainnya. Senada dengan hal tersebut, Kuratko (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan tidak hanya sekedar penciptaan bisnis semata, namun disertai dengan perilaku aktif mencari peluang, berani mengambil risiko, serta memiliki kegigihan dalam berkreativitas untuk menghasilkan bisnis yang inovatif.

Fielden dan Davidson (2005); Hisrich dan Brush (1985) mengklasifikasikan motivasi sebagai faktor pendorong dan penarik. Hasil temuan Hisrich dan Brush (1986) mengungkapkan bahwa sebagian besar faktor pendorong wanita frustrasi, ketidakpuasan kerja, penyebaran, perceraian dan kebosanan dalam pekerjaan sebelumnya. Sedangkan faktor penarik wanita berwirausaha yaitu meliputi: kemerdekaan, otonomi, pendidikan dan keamanan keluarga.

Fielden dan Davidson (2005) pada Gambar 2, ada teori yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang

disingkat menjadi “ACHIEVE” yang artinya Ability (kemampuan

pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan), Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non material), Environment), Validity (pedoman/petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja). Menurut Davies (1989) dalam Fielden dan Davidson (2005), juga mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan secara psikologik terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality, yang artinya karyawan yang memiliki diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan keterampilan dalam mengerjakan tugas sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

Gambar 2 Motivasi mempengaruhi kinerja

Sumber : Fielden dan Davidson (2005)

Keberhasilan usaha merupakan tujuan utama dalam menjalankan sebuah usaha. Salah satu langkah untuk mengukur keberhasilan adalah dengan melakukan penilaian kinerja individu dan kinerja usaha. Penilaian kinerja menjadi penting, dikarenakan untuk mengukur sebuah kesukesan usaha maupun individunya itu sendiri, penilaiannya juga dapat menjadi masukan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja individu (Riyanti 2003).

Motivasi Pendorong Kinerja Hasil

(36)

20

Perbedaan dimensi dari sumberdaya manusia pada Gambar 3, juga menjadi penting dalam menjelaskan kinerja wirausaha untuk keberlangsungan hidup usaha, melalui sumberdaya yang berkualitas akan mampu menciptakan hasil yang memuaskan (Cason et al. 2006).

Gambar 3 Model pengaruh individu terhadap perilaku dan kinerja

Sumber : Gibson (1987)

Gambar 3 berdasarkan teori yang dikemukanan Gibson (1987) untuk membentuk perilaku dan kinerja diperlukan tiga komponen faktor psikologis, individu, dan organisasi. Akan tetapi yang akan dibahas yaitu karakteristik individu, ini dikarenakan faktor individu digunakan untuk mengetahui perilaku dan kinerja dari seorang wirausaha. Karakteristik individu Gibson (1987) terdiri dari keluarga, pendidikan, pengalaman, motivasi dan pendidikan non formal. Karakter wirausaha erat pengaruhnya terhadap kinerja usaha. Berdasarkan kajian teoritis dan empiris sebelumnya, karakteristik individu wanita wirausaha yang dianggap penting untuk dapat mengukur perilaku kewirausahaan di dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pendidikan formal

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan usaha, dengan asumsi bahwa semakin tingginya pendidikan yang dimiliki oleh seseorang maka akan berdampak bagi pengetahuan dalam mengelola usaha yang dijalankannya (Riyanti 2003). Sedangkan menurut Alma (2010) bahwa tingkat pendidikan yang memadai penting bagi wirausaha, terutama dalam menjaga kontinuitas usaha dan mengatasi masalah yang dihadapi.

2. Pengalaman

Staw (1991) dalam Riyanti (2003) berpendapat bahwa pengalaman usaha merupakan prediktor terbaik bagi keberhasilan usaha yang sedang dilakukan, terutama jika usaha baru tersebut berkaitan dengan pengalaman usaha sebelumnya. Wirausaha yang berpengalaman dalam mengelola usaha sebelumnya mampu melihat peluang untuk melakukan usaha baru (Riyanti 2003).

3. Pendidikan informal (pelatihan)

Bergevoet (2005) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan kinerja usaha. Untuk meningkatkan kompetensi kinerja usaha dibutuhkan program pelatihan perlu dirancang dan diberikan.

4. Dukungan keluarga

Perilaku Individu (apa yang dikerjakan)

Kinerja Pendidikan

Karakteristik Individu Pengalaman

(37)

21 Menurut Alma (2010) bahwa lingkungan keluarga (silsilah dalam keluarga, pekerjaan orang tua) yang memberikan dukungan terhadap seseorang dalam memulai usaha, akan ikut berperan dalam psikologi bagi seorang wirausaha dalam memulai usaha.

5. Motivasi

Bird (1996) bahwa faktor individu seperti motivasi, ketekunan, kegigihan dan kemauan kerja keras seorang wirausaha akan mampu untuk dapat menciptakan keberhasilan dalam sebuah usaha.

Pengaruh Lingkungan Eksternal-Internal Terhadap Perilaku Kewirausahaan dan Kinerja Usaha

Banyak definisi yang mengungkapkan tentang pengertian lingkungan eksternal dan internal, seperti menurut Chuck Williams (2001) dalam Pearce dan Robinson (2013) bahwa lingkungan eksternal merupakan keadaaan yang terjadi di luar usaha yang dijalankan, tetapi ikut memiliki potensi untuk mempengaruhi usaha. Sedangkan Pearce dan Robinson (2013) lingkungan internal merupakan lingkungan perusahaan yang ada di organisasi dan biasanya memiliki implikasi langsung dan spesifik pada perusahaan. Pemilik/ manajer perusahaan harus melihat ke dalam perusahaan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang akan menentukan apakah perusahaan mampu memanfaatkan peluang yang ada sambil menghindari ancaman.

Hitt dan Hoskisson (2011) membagi lingkungan organisasi menjadi tiga komponen utama, yaitu lingkungan umum, lingkungan tugas atau operasional, dan lingkungan internal, yaitu :

1. Lingkungan umum termasuk elemen-elemen dalam masyarakat luas yang dapat mempengaruhi perusahaan di dalamnya. Unsur-unsur ini dikelompokkan ke dalam lingkungan tujuh segmen yang terdiri dari segmen demografi, ekonomi, politik/hu

Gambar

Tabel 1  Perkembangan jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah
Tabel 2 Jumlah unit usaha miko kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi
Tabel 3  Total wirausaha, total produksi dan total wanita wirausaha tahun 2011-2013 pada sentra kerupuk udang di Provinsi Jambi
Gambar 5  Model lingkungan bisnis : lingkungan internal-eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah pertama adalah mendaftar keseluruhan pemilik televisi di desa cara ini lebih mudah kalau peneliti menghubungi instansi yang mengurus register televisi. Setelah

Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup manusia  dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikan.. Pendidikan sebagai gejala sekaligus

empirik Penemuan secara kebetulan, x kpastian, x rencana, xsistematis x terkontrol x efisien Pendapat org hebat selalu dianggap benar. Pdhal tdk benar:

Salah satu prinsip pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M-PAN/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

[r]

1. Mempunyai daya pemanasan yang tinggi karena mempunyai nilai kalori yangrelatif lebih tinggi per-satuan beratnya dibanding bahan bakar lain untukkegunaan yang

Pada pengguna napza, kontrol diri menjadi sangat kurang, rasa malu menipis, kesadaran memudar, dan semuanya ini memudahkan untuk terjun ke dalam seks bebas dan penuh risiko

Melalui analisis data dengan uji-t diperoleh p>0.05 (p= 0,302), sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua