• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN

TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI

GURANDIL

(Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor)

AMI KUSUMA HANDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

AMI KUSUMA HANDAYANI. Dampak Industri Pertambangan Emas Tanp Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh IVANOVICH AGUSTA.

Kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial masyarakat. Dampak industri pertambangan dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan dilihat dari perubahan aspek aktivitas, minat, dan pendapat seseorang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode acak sederhana (simple random sampling) dan menggunakan rank Spearman untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil dari penelitian ini adalah adanya dampak industri pertambangan yang tinggi dilihat dari perubahan tingkat kesempatan kerja menjadi penambang liar. Terdapat hubungan positif yang sedang antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat karena masyarakat mengalami perubahan yang tinggi dilihat dari kesempatan kerja, tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan. Begitupun dengan respons masyarakat dengan gaya hidup terdapat hubungan positif yang sedang dikarenakan perubahan gaya hidup masyarakat yang tinggi.

Kata Kunci: industri, pertambangan, gaya hidup, respons masyarakat

ABSTRACT

AMI KUSUMA HANDAYANI. Gold mining without authorization effect toward gurandil social and economy life case of Pangkal Jaya Village, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Supervised by IVANOVICH AGUSTA.

Rural industrialization was synergy in order to promote the economic empowerment of rural farmers.Various changes that occur in response to industrial development and the accompanying impact will vary depending on a subjective definition of the affected private interests and social values of the society. The impact of the mining industry can affect people's lifestyles countryside views of change aspects activities, interests, and one person's opinion. The method used in this study is a randomized method (simple random sampling) and using the Spearman rank to analyze the relationship between variables. The results of this study is the impact of the mining industry seen from the change rate of employment become illegal miners. There is a moderate positive relationship between the impact of the mining industry to the community because the community's response to the changes lofty views of employment, the level of expenditure and income level. Likewise with the public response to the lifestyle there is a positive relationship are due to changes in lifestyle society.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN

TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI

GURANDIL

(Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung,

Kabupaten Bogor)

AMI KUSUMA HANDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Nama : Ami Kusuma Handayani NIM : I34110054

Disetujui oleh

Dr Ivanovich Agusta, SP MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi berjudul “Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupann Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor” ini dengan baik. Laporan ini disusun sebagai syarat pelaksanaan penelitian pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain itu laporan ini juga disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap masyarakat pedesaan khususnya dalam bidang pertanian dan sangat berguna dalam memperluas wawasan penulis dalam menganalisis hubungan pengaruh industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Masyarakat Desa Pangkal Jaya, khususnya tiga puluh lima responden gurandil dan beberapa informan yang sudah bersedia merelakan sedikit waktu untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk penulisan skripsi.

2. Hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Hj Dra Novi Andayani Praptiningsih, MSi dan Ir Agung Nugroho Hartono, adik tersayang Rahmatallah dan Hidayatullah yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis.

3. Dr Ivanovich Agusta, SP Msi, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

4. Teman-teman tercinta Syahwil Hidayat, Fatimah Solihah, Sifna Audia Qalabi, Mutiara Irfarinda, Yuana Zahra, Debby Faradiba, Singit dan I Made Astu Pradnyana atas dukungan dan semangatnya layaknya keluarga. 5. Teman-teman BEM FEMA 2014/2015, khususnya Divisi Pengembangan

Olahrga Budaya dan Seni (PBOS) atas semangatnya.

6. Teman-teman seperjuangan SKPM 48 atas semangat dan kebersamaan selama ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang dampak industri pertambangan.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xxi

DAFTAR LAMPIRAN xxi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

PENDEKATAN TEORETIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Konsep Dampak Industri Pertambangan 5 Konsep Respons Masyarakat 6

Konsep Gaya Hidup 7

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis Penelitian 11

Definisi Operasional 11

PENDEKATAN LAPANGAN 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17 Teknik Pengambilan Responden dan Informan 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan 21 Kondisi Demografi dan Sosial Budaya 22

Kependudukan 22

Ketenagakerjaan 23

Pendidikan 24

Kondisi Sarana dan Prasarana 24 Struktur Sosial dan Kebudayaan 25

(14)
(15)

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN 27 Tingkat Kesempatan Kerja 27

Tingkat Migrasi 28

RESPONS MASYARAKAT 31

Tingkat Jual Beli Lahan 31

Tingkat Pendidikan 34

Tingkat Pendapatan 36

Tingkat Pengeluaran 37

GAYA HIDUP 39

Tingkat Aktivitas 39

Tingkat Minat 43

Tingkat Opini 45

HUBUNGAN ANTARA DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN, RESPONS MASYARAKAT DAN GAYA HIDUP

47 Hubungan Dampak Industri Pertambangan dengan Respons Masyarakat 47 Hubungan Respons Masyarakat dengan Gaya Hidup 48

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 55

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan konsep indikator industri pertambangan 6 2 Perbandingan konsep indikator respons msyarakat 7

3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup 9

4 Definisi operasional industri pertambangan 11

5 Definisi operasional respons masyarakat 12

6 Definisi operasional gaya hidup 14

7 Pemilihan informan 18

8 Jenis dan metode pengumpulan data 18

9 Luas lahan menurut jenis penggunaan di Desa Pangkal Jaya 18

10 Jumlah penduduk Desa Pangkal Jaya 22

11 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Pangkal Jaya 23

12 Usia penduduk Desa Pangkal Jaya 23

13 Jumlah rumah tangga per RW Desa Pangkal Jaya 23 14 Data pendidik sekolah formal dan non formal Desa Pangkal Jaya 24 15 Tingkat pendidikan penduduk Desa Pangkal Jaya 24 16 Data sarana dan prasarana pendidikan Desa Pangkal Jaya 25 17 Data kelompok budaya dan kesenian Desa Pangkal Jaya 25

18 Tempat peribadatan Desa Pangkal Jaya 26

19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

28 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di beli

lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

29 21 Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 31 22 Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

31 23 Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

32 24 Jumlah dan persentase penggunaan lahan milik responden di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

32 25 Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

(18)
(19)

26 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan istri dan anak di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

36 27 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

36 28 Jumlah dan persentase tingkat pengeluaran responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

Desa Pangkal Jaya tahun 2015

40 31 Jumlah dan persentase frekuensi kegiatan sosial yang dilakukan

responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

40 32 Jumlah dan persentase liburan yang dilakukan responden di Desa

Pangkal Jaya tahun 2015

41 33 Jumlah dan persentase media hiburan televisi yang dimiliki responden

di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

41 34 Jumlah dan persentase olahraga sepakbola yang dilakukan responden

di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

42 35 Jumlah dan persentase media komunikasi handphone yang dimiliki

responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

42 36 Jumlah dan persentase jenis lantai bangunan tempat tinggal responden

di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

43 37 Jumlah dan persentase jenis dinding bangunan tempat tinggal

responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015

43 38 Persentase persepsi aktivitas di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 45 39 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 46 40 Persentase persepsi opini di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 47 41 Jumlah dan persentase tingkat gaya hidup responden di Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

47 42 Hasil uji korelasi Rank Spearman dampak industri pertambangan

dengan respons masyarakat

50 43 Hasil uji korelasi Rank Spearman respons masyarakat dengan gaya

hidup

(20)
(21)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 10

2 Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati 33

3 Pendidikan terakhir responden 35

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal pelaksanaan penelitian 58

2 Sketsa Desa Pangkal Jaya 59

3 Hasil uji reliabilitas dan uji korelasi Rank Spearman 60 4 Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait Desa Pangkal

Jaya tahun 2015

61 5 Deskripsi statistik pengeluaran pangan di Desa Pangkal Jaya tahun

2015

62 6 Deskripsi statistik pengeluaran sandang di Desa Pangkal Jaya tahun

2015

65

(22)
(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya jumlah pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus meningkat. Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan perkapita yang masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Salah satu alternatif yang mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan adalah dengan mengembangkan sektor yang potensial. Salah satu sektor yang potensial tersebut adalah sektor industri. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Menurut data statistik dari BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2013 angka produksi minyak bumi dan gas alam terus menurun dari tahun ke tahun. Demikian dengan angka produksi bahan tambang emas terus menurun dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013 produksi emas per kg berturut-turut 127.716, 106.316, 76.763, 69.291 dan 59.066. Data tersebut menujukan penurunan produksi hasil tambang yang signifikan. Oleh karena itu diperlukan adanya penanggulangan baik dalam menghadapi masalah kelangkaan minyak bumi maupun hasil tambang seperti emas. Karena diramalkan dalam beberapa tahun kedepan sumberdaya tersebut akan habis.

Pengembangan industri yang berkembang pesat menjadi perhatian pemerintah. Hal ini dibuktikan sejalan dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 yaitu Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan ini meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha pertambangan, perlu mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada Indonesia. Menurut Sulistyaningsih (2013) pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir.

(24)

2

yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan demikian, masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas dari berbagai perkembangan, perubahan, dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek demografi, ekonomi, organisasi, politik, IPTEK dan lainnya.

Minat manusia dalam berbagai barang dipengaruhi oleh gaya hidup dan barang yang mereka beli mencerminkan gaya hidup tersebut. Gaya hidup seseorang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya, ada orang yang cepat mengikuti perubahan gaya hidup atau trend masa kini dan ada juga orang yang tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Orang yang mengutamakan gaya hidup akan selalu berusaha mengikuti perkembangan produk masa kini, walaupun untuk memperolehnya harus mengeluarkan biaya yang cukup besar asalkan dapat mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup konsumtif adalah gaya hidup yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, hal ini terjadi pada kehidupan masyarakat yang telah mengalami perubahan secara signifikan semenjak adanya industrialisasi. Istilah gaya hidup konsumtif diartikan sebagai aktifitas yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, yang menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada masyarakat ini dilakukan secara berlebihan. Budaya konsumen atau mengkonsumsi barang dan gaya hidup masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju budaya dan perilaku kehidupan yang konsumtif. Perilaku dan gaya hidup konsumtif ternyata bukan hanya milik orang kaya dan orang kota, melainkan juga ditiru bahkan dilkakukan oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat yang ada di desa. Hal ini sudah dirasakan dan membudaya di masyarakat.

(25)

Masalah Penelitian

Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana dampak industri pertambangan mempengaruhi respon masyarakat?

Gaya hidup menurut Plummer (2003) adalah cara hidup yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psikografik. Psikografik merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Sumarwan (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana respons masyarakat mempengaruhi gaya hidup masyarakat?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan dan secara khusus untuk:

1. Menganalisis sejauh mana dampak industri pertambangan mempengaruhi respons masyarakat di pedesaan.

(26)

4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah petani dalam penerapan strategi nafkah petani, khususnya kepada :

1. Civitas Akademika untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak industri pertambangan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai hubungan dampak industri pedesaan, respons masyarakat dan gaya hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan mengenai Peti dan gaya hidup.

2. Masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak industri pertambangan dan perubahan gaya hidup. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai dampak indsutri pertambangan liar di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan masyarakat untuk lebih memahami keterlibatan dan peran mereka dalam respons masyarakat dan gaya hidup.

(27)

PENDEKATAN TEORETIS

Tinjauan Pustaka

Dampak Industri Pertambangan

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Yustika (2000) menyatakan bahwa pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja yang dari semula bermata pencaharian utama pada sektor pertanian, bergeser ke sektor lain seperti pada sektor industri, serta perdagangan dan jasa.

(28)

6

Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

Tabel 1 Perbandingan konsep indikator industrialisasi

Chenery (1996) Rahardjo (1984) Purwanto (2003) Kenaikan Permintaan

Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Proses merespons terlebih dulu diawali dengan interpretasi masyarakat. Dalam hal ini bagaimana interpretasi masyarakat atas industri yang ada di lingkungannya. Di dalam proses pendifinisian gejala pembangunan industri tersebut terlibat pula kepentingan pribadi dan nilai-nilai sosial yang dianut masing-masing warga tersebut. Dalam penelitian Sulasmono (1994) dilihat jika respon kaitannya dengan definisi subyektif seseorang hanyalah kepentingan ekonomi dan kepentingan politik. Kelas atas masyarakat cenderung lebih siap untuk merespon peluang-peluang usaha yang muncul. Faktor pengalaman (sudah menekuni dunia usaha) dan ketersediaan modal yang umumnya dimiliki kelas atas membuat mereka lebih siap menangkap peluang. Kehadiran industri besar semakin memperbesar peluang warga kelas atas untuk mengakumulasi kekayaan lewat dunia usaha. Kelas bawah masyarakat tidak siap memanfaatkan peluang usaha yang ada karena tiadanya modal (dahulukan selamat, takut mengambil resiko).

(29)

politik berpengaruh pada kemampuan warga masyarakat untuk merespons peluang-peluang yang bersifat terbatas. Pemanfaatan peluang terbatas (seperti menjadi pegawai kantor dan Satkam pabrik, atau memasok makanan pekerja pabrik dan memperdagangkan limbah padat industri) memerlukan koneksi dengan pihak pabrik. Oleh karena itu elit formal lebih mampu merespons peluang-peluang yang bersifat terbatas tersebut. Bentuk responnya seperti antara lain menyediakan tempat pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan warung untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik. Latar belakang keagamaan juga mempengaruhi respon masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dan menginternal dalam masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk menutup diri atau juga bahkan terbuka karena memang diperbolehkan oleh agama. Terkait ini menarik untuk melihat hasil penelitian Sulasmono (1994) mengungkapkan bahwa tidak terdapat petunjuk bahwa agama berpengaruh terhadap bentuk-bentuk respons masyarakat terhadap pembangunan industri besar dan akibat-akibat iringannya. Sikap menutup diri warga Abangan terhadap kaum pendatang, bukan dipengaruhi oleh status mereka sebagai orang Abangan, tetapi lebih berkaitan dengan status mereka sebagai bekas anggota partai terlarang.

Tabel 2 Perbandingan Konsep Indikator Respon Masyarakat Terhadap Industrialisasi

Purwanto (2003) Sulasmono (1994) jual beli lahan Pemanfaatan peluang terbatas tingkat pendidikan meningkat

tingkat pendapatan meningkat peluang-peluang usaha yang muncul

Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Winata (2006) didefinisikan secara luas bagaimana orang-orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka (opini-opini). Gaya hidup dapat dipandang sebagai pola unik dari hidup seseorang dimana mempengaruhi dan direfleksikan dengan perilakunya. Jadi, gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup mencakup lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, akan tetapi hal itu menyangkut keseluruhan bentuk tindakan dan interaksi sepenuhnya. Penelitian gaya hidup dengan menggunakan variabel-variabel AIO (activities, interests and opinions) telah digunakan sejak tahun 1970 oleh para peneliti.

(30)

8

pasar. Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, Interest, Opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat, dan pendapat konsumen. Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya (Sumarwan, 2003). Untuk memahami bagaimana gaya hidup, sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrumen untuk mengukur gaya hidup yang berkembang, sebagaimana yang ditulis oleh Haryanto (2005) dalam penelitiannya bahwa di dalam kajian literatur mengindikasikan tiga pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya hidup yaitu Pendekatan analitis dan sintesis, Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan Pendekatan Activities, Interests, and Opinions (AIO). Pendekatan analitis dan sintesis menjelaskan lima dimensi untuk mengungkap gaya hidup, yaitu Morfologi, Hubungan sosial, Domain, Makna, dan Style.

Penelitian Walker dan Li (2006) menemukan bahwa gaya hidup pada masing-masing kelas yaitu kelas satu berorientasi pada sub-urban, gaya hidup auto-oriented dengan tempat tinggal yang lebih besar, parkir offstreet, banyak rumah single, dan waktu perjalanan ke tempat kerja lebih pendek, kualitas sekolah yang bagus, tempat belanja menengah atas (toko khusus dan lapangan). Christensen (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda antara organisme, situasi atau lingkungan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Activities, Interests, and Opinions (AIO).

Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta.

(31)

dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat.

Tabel 3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup

Walker (2006) Susanto (2010) Kottler (2002) Aktivitas:

(32)

10

Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui adanya hubungan antara dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan. Berdasarkan kerangka analisis adanya kebijakan pertambangan dapat mempengaruhi berkembangnya sektor industri pertambangan. Pembangunan industri pedesaan yang demikian tentu akan menimbulkan dampak pada daerah dimana industri tersebut berada. Namun yang jelas kehadiran industri tersebut menimbulkan kesempatan semakin terbukanya untuk bekerja di luar bidang pertanian, yang sebelumnya merupakan bidang pekerjaan yang dominan. Dari dampak tersebut menimbulkan respon dari masyarakat. Kehadiran industri tidak dapat dipungkiri menarik arus migrasi penduduk untuk bekerja sebagai gurandil. Masyarakat desa yang sudah banyak bekerja sebagai gurandil dan juga ditambah lahan pertanian yang sudah menurun karena tersingkir oleh pabrik industri menimbulkan kesempatan kerja di bidang pertanian menjadi semakin rendah. Maka terjadilah perubahan pemilikan tanah yang diperoleh dari para petani maupun penduduk asli pemilik lahan tersebut. Demikian respon lain masyarakat dengan bertambahnya mata pencaharian baru didesanya. Kehadiran industri berakibat pada perubahan sosial ekonomi yang meliputi kegiatan ekonomi, psikis dan relasi sosial. Perubahan pada pemilikan dan pemanfaatan lahan berimbas juga pada perubahan profesi, perubahan pendapatan dan pengeluaran. Perubahan ini menyebabkan pula pada perubahan pendapatan. Dengan hadirnya industri ini ternyata mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat. Begitupula dengan modernisasi yang terjadi akan sangat berdampak pada gaya hidup yang berbeda dengan sebelumnya. Gaya hidup yang diukur dari minat, aktivitas, dan pendapat seseorang dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat tersebut tinggi atau rendah. Respons masyarakat dengan adanya jual beli lahan, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan yang meningkat juga sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan.

Keterangan:

: Hubungan (kuantitatif) : Hubungan (kualitatif)

(33)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1. H0: Tidak terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respon masyarakat pedesaan

H1: Terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respon masyarakat pedesaan

2. H0: Tidak terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat pedesaan

H1: Terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat pedesaan

Definisi Operasional

Dampak Industri Pertambangan

Rahardjo (1984) menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia (human relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di sekitarnya.

Tabel 4 Definisi operasional dampak industri pertambangan No Variabel Definisi

(34)

12

Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang bersangkutan.

Tabel 5 Definisi operasional respons masyarakat

(35)
(36)

14 dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel, Blackwell dan Miniard, 2005) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time and money). Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Activities, Interests, and Opinions (AIO).

Tabel 6 Definisi operasional gaya hidup

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis Data

2 Liburan Kegiatan seseorang dalam memanfaatkan

3 Hiburan Kegiatan seseorang dalam memanfaatkan

4 Komunitas Kegiatan seseorang bersama

(37)

4.Voli

9 Aktivitas Berbagai jenis kegiatan yang

10 Minat Berbagai prioritas yang dianggap

(38)
(39)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian sensus individu masyarakat. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan. Hasil uraian dijelaskan secara inferensial dan terfokus pada hubungan antara variabel dampak industrialisasi, respons masyarakat dan gaya hidup untuk menguji hipotesa.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah pengembangan industri. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan karena adanya pengembangan industri di Desa Pangkal Jaya yaitu dengan adanya penambangan emas. Penelitian dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pengambilan Responden dan Informan

(40)

18

Tabel 7 Pemilihan informan

Kerangka Berfikir Informan Dampak Industri Pertambangan -Ketua RT/RW

-Pak Usup -Gurandil Respons Masyarakat -Ketua RT/RW

-Pak Jaya -Gurandil Gaya Hidup -Pak Heri -Gurandil

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan data primer dan sekunder, wawancara mendalam kepada responden dan informan, melakukan pengamatan berperan serta secara langsung dilapangan dan penyebaran kuesioner.

Tabel 8 Jenis dan metode pengumpulan data

No Kebutuhan data

(41)

Pengamatan dilakukan agar peneliti dapat melihat, merasakan dan memaknai pola perilaku sosial yang terjadi pada dunia tineliti sehingga sehingga memungkinkan adanya pembentukan pengetahuan secara bersama. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah dengan penyebaran kuesioner kepada responden dan mengambil data-data dari penelitian sebelumnya dan dari dokumen serta arsip dari Desa Pangkal Jaya. Setelah turun ke lapangan mengambil data, kuesioner diuji reliabilitasnya lalu hasilnya adalah cronbach alpha sebesar 0.635 atau sebesar 63,5% dari selang kepercayaan 90% yang dapat dilihat pada lampiran 5 diakhir laporan.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 dan SPSS for windows 20.0. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007.

Dalam penelitian ini, menggunakan analisis hubungan (correlation). Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah kedua variabel tersebut memang mempunyai hubungan yang signifikan, bagaimana arah hubungan dan seberapa kuat hubungan tersebut. Karena data yang digunakan berupa data ordinal dan interval, maka analisis datanya juga menggunakan korelasi spearman rank, yaitu digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel. Hasil dari pengamatan dan wawancara dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Data sekunder diperoleh melalui literatur yaitu buku-buku, podes, bps, profil desa, informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil desa, masyarakat dan tingkat taraf hidup.

(42)
(43)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan

Desa Pangkal Jaya memiliki luas wilayah 370 Ha, yang terdiri dari Dua Dusun dengan 13 Rukun Warga (RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Desa Pangkal Jaya memiliki batas wilayah administratif yaitu bebatasan sebelah utara dengan Desa Kalong Liud, sebelah timur berbatasan dengan Desa Hambaro, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar Karet dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Nanggung dan Parakanmuncang (dengan batas Kali Cikaniki). Desa Pangkal Jaya merupakan desa yang berada di daerah Perbukitan, dengan ketinggian antara 400 - 650 m dpl (diatas permukaan laut). Sebagian besar wilayah Desa Pangkal Jaya adalah Bukit Dengan kemiringan antara 150 - 200 di sebelah timur dibatasi oleh perbukitan “Sibentang” yang sekaligus menjadi batas dengan Desa Hambaro, dan disebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar karet. Aspek Hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah desa.

Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai di wilayah Desa Pangkal Jaya membentuk pola daerah aliran sungai, yaitu linear tercatat beberapa sungai maupun solokan baik skala kecil, sedang, dan besar. Disamping itu ada pula beberapa mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih, maupun sumber air untuk pertanian. Mata air utama yang menghidupi masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah diantaranyam mata air Ciketug, mata air Cisawer, mata air Ciparanje dan mata air Citundun. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Pangkal Jaya Digunakan secara produktif, dan hanya sedikit saja yang tidak dipergunakan. Hal ini menunjukan bahwa kawasan Desa Pangkal Jaya memiliki sumber daya alam yang memadai dan siap untuk diolah. Luas lahan berupa sawah teknis seluas 10 ha, semi teknis 10 ha, tadah hujan 370 ha, dan yang lainnya berupa pekarangan 160 ha, hutan rakyat 80 ha, hutan negara 0 ha, dan lain – lain 40 ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luas tanah danpenggunaannya dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Luas lahan menurut jenis penggunaan di desa Pangkal Jaya

Jenis Penggunaan Jumlah Persentase (%)

Sawah Teknis 10 2.70

Sawah Tadah Hujan 150 40.54 Pekarangan Pemukiman 80 21.60

Hutan Rakyat 90 24.32

Lain-lain 40 10.81

Jumlah 370 100,00

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

(44)

22

dicapai kendaraan roda empat. Hal ini bisa terlihat banyaknya jumlah pengemudi ojeg di Desa Pangkal Jaya yaitu sebanyak 12 orang.

Kondisi Demografi dan Sosial Budaya

(1) Kependudukan

Penduduk Desa Pangkal Jaya berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 tercatat sebanyak 6520 Jiwa, Tahun 2009 sebanyak 6470 Jiwa, Tahun 2008 sebanyak 6348 Jiwa, Tahun 2007 sebanyak 6264 Jiwa, mengalami kenaikan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0, 76 – 1,8% yang dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 10 Jumlah penduduk desa Pangkal Jaya

No Tahun Jumlah Laju Pertumbuhan (%)

1 2013 6.520 0,76 %

2 2012 6.470 1,88 %

3 2011 6.348 1,3 %

Sumber: Profil Pangkal Jaya

Jumlah Penduduk hasil sensus tahun 2011 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki berjumlah 3474 dan jenis kelamin perempuan berjumlah 3126 jiwa yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat bahwa persentase jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki sebesar (52,71%) lebih besar dibandingkan persentase jumlah penduduk jenis kelamin perempuan yaitu sebesar (47,29%).

Tabel 11 Jumlah penduduk hasil sensus

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 3.474 52,71

2 Perempuan 3.126 47,29

Jumlah 6.590 100,00

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

(45)

Tabel 12 Usia penduduk hasil sensus

No Jenis Jumlah

1 Usia Bayi (0-1 Tahun) 104

2 Usia Anak-anak 2-7 Tahun 756

3 Usia SD 8-13 Tahun 864

4 Usia Remaja 14-17 Tahun 544

5 Usia Dewasa 18-40 Tahun 2.848

6 Usia Dewasa Akhir >40 Tahun 1.474

Jumlah 6.590

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Jumlah rumah tangga di Desa Pangkal Jaya Tahun 2007, sebanyak 1478 Rumah Tangga/KK, Tahun 2008, sebanyak 1502 Rumah Tangga/KK, Tahun 2009 sebanyak 1544 Rumah Tangga/KK. Proyeksi jumlah penduduk di Desa Pangkal Jaya Tahun 2011 berjumlah 6620 Jiwa, Tahun 2012 berjumlah 7012 Jiwa.

Tabel 13 Jumlah rumah tangga per RW desa Pangkal Jaya

No RW Jumlah Rumah Tangga

1 RW.01 110

2 RW.02 162

3 RW.03 156

4 RW.04 101

5 RW.05 98

6 RW.06 128

7 RW.07 236

8 RW.08 178

9 RW.09 154

10 RW.10 105

11 RW.11 156

Jumlah 1.584

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya (2) Ketenagakerjaan

Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenaga kerjaan di Desa Pangkal Jaya sampai akhir Tahun 2011, masih menunjukan keadaan kondusif, walaupun di pihak lain masih di hadapkan pada keterbatasan lapangan kerja dan jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Keadaan ini semakin sulit di kendalikan sebagai akibat krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM. Banyaknya pencari kerja di Desa Pangkal Jaya adalah sebagai akibat penambahan tenaga kerja baru dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi ini terus berlangsung di berbagai lapisan dan tingkatan sektor-sektor usaha startegis yang banyak menyerap tenaga kerja. Keadaan seperti ini memberikan kontribusi sangat besar terhadap jumlah pencari kerja yang tidak terproyeksikan sebelumnya.

(46)

24

pencari kerja perempuan yang dapat di tempatkan lebih besar dari pada laki-laki yaitu 28 orang dan laki-laki sebesar 22 orang.

(3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar perbangunan. Sehingga pendidikan adalah sebuah Investasi (modal) di masa yang akan datang. Di Desa Pangkal Jaya Tahun 2011-2013, jumlah guru dan murid tiap tahunnya mengalami peningkatan. Guru pada Tahun 2010 berjumlah = 38 Orang, dengan jumlah murid PAUD sebanyak 202 Orang, SD sebanyak 1.232 Orang, SLTP sebanyak = 182 Orang, SLTA sebanyak = 129 Orang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada table di bawah ini.

Tabel 14 Data pendidik atau sekolah formal dan non formal

No Uraian PAUD SD SLTP SLTA

1 Guru 16 19 3 -

2 Murid 202 1.232 182 129

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Jumlah sarana prasarana sekolah, maupun jenjang terus di upayakan kuantitas maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai TK/PAUD/RA sampai dengan SLTA. Rekapitulasi tingkat pendidikan penduduk Desa Pangkal Jaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15 Tingkat pendidikan penduduk

No Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 446 10,34

2 TamatSD 2.562 59,42

3 Tamat SLTP 867 20,11

4 Tamat SLTA 328 7,60

5 D1 0 0,00

6 D2 84 1,9

7 D3 0 0,00

8 S1 24 0,55

Jumlah 4.311 100,00

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Kondisi Sarana dan Prasarana

(47)

SLTP, baik formal maupun non formal. Nama dan Jumlah sarana Pendidikan ada di Desa Pangkal Jaya dapat di lihat pada tabel 20 di bawah ini.

Tabel 16 Data sarana dan prasarana pendidikan

No Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi Jumlah

Murid 1 PAUD Kakatua PAUD Swasta Kp. Pangaduan Kuda 82

2 PAUD Darussa’adah PAUD Swasta Kp. Ciketug 64

3 PAUD Al-Muhimmah PUD Swasta Kp. Tapos 56

4 SDN Pangkal Jaya SD Negeri Kp. Parengpeng 286

5 SDN Ciketug SD Negeri Kp. Pangkalan 254

6 SDN Wates SD Negeri Kp. Pangaduan Kuda 267

7 SDN Tapos SD Negeri Kp. Tapos 225 8 MTsS Al- Madaniyah SLTP Swasta Kp. Pangaduan Kuda 56

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Struktur Sosial dan Kebudayaan

Kebudayaan yang ada di desa Pangkal Jaya Merupakan modal dasar pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan di laksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan pariwisata yang di jiwai oleh mayoritas Keluhuran Nilai Agama Islam. Salah satu aspek yang di tangani dan terus di lestarikan secara berelanjutan adalah pembinaan berbagai aspek kelompok kesenian. Pemerintahan terus membina kelompok dan organisasi kesenian yang ada, walaupun dengan keterbatasan dana yang di alokasikan, namun semangat para pewaris kebudayaan di Desa Pangkal Jaya terus berusaha menjaga, merawat serta memeliharanya agar budaya dan kelompok kesenian tersebut terus terpelihara. Beberapa kelompok kesenian yang ada di Desa Pangkal Jaya yang masih eksis dan terawat walaupun kondisinya sangat memprihatinkan di antaranya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 17 Data kelompok budaya dan kesenian No Jenis kelompok Budaya dan

Kesenian

Jumlah Keterangan

1 Degung 1 Pasif

2 Qasidah 5 Aktif

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

(48)

26

Saat menjadi skala prioritas program kegiatan kepemimpinannya. Di samping itu pula masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa Pangkal Jaya yang dulu sempat ada dan sekarang menjadi tenggelam, dan hal ini perlu di kembalikan pada beberapa tahun mendatang, sehingga anak cucu di desa Pangkal Jaya akan teringat kembali akan semua peninggalan budaya nenek moyangnya, yang mana kondisi akhir-akhir ini (anak generasi / kelahiran 70’an sampai dengan sekarang) sudah banyak kehilangan dan sudah tidak mengenal lagi budaya karuhun.

Selain itu, agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Desa Lulut adalah agama Islam. Menurut Sjaf (2012), hal ini menyebabkan tokoh agama menjadi salah satu pemimpin informal yang disegani dan dijadikan ujung tombak dalam menyelesaikan masalah dan persoalan yang dihadapi oleh warga Desa Lulut. Adanya mayoritas penduduk yang memeluk agama Islam ini mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana peribadatan seperti masjid atau mushollah dan sanggar. Selain digunakan untuk ibadah sholat, masjid atau mushollah di Desa Lulut banyak digunakan untuk pengajian ibu-ibu (majlis ta’lim), pengajian warga (umum), dan pengajian TPA (Tempat Pendidikan Al-Quran). Sementara itu, sanggar hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dalam lingkup keluarga atau kerabat terdekat saja. Sarana tempat peribadatan dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 18 Tabel tempat peribadatan

No Jenis Jumlah

1 Masjid 12

2 Mushola 9

3 Madrasah 6

Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya

Pola Adaptasi Ekologis

(49)

DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN

Tingkat Kesempatan Kerja

Kehadiran industri menyebabkan berbagai perubahan-perubahan di bidang sosial dan ekonomi masyarakat. Pada penelitian ini perubahan yang dimaksud adalah kesempatan kerja sebagai buruh meningkat. Adanya industri di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor secara nyata telah membuka kesempatan kerja di bidang non pertanian, dalam hal ini khususnya bekerja di industri sebagai buruh atau yang biasa disebut gurandil. Menurut penuturan salah satu warga yang merupakan tokoh masyarakat,

“Dampak industri bagi masyarakat, karena dengan adanya pongkor menjadikan masyarakat desa Pangkal Jaya menjadi masyarakat yang awalnya produktif menjadi konsumtif, yang awalnya masyarakat itu tradisional menjadi masyarakat modern. Wujud realnya adalah para orang tua mulai menghiasi dirinya dengan perhiasan, emas-emas dan barang-barang mahal yang biasanya dipakai untuk kegiatan, dari kalangan bapak-bapak mulai membeli apa yang mereka inginkan, dari kalangan remaja mulai bergaya layaknya pemuda metropolis. Akibatnya persaingan hidup mulai timbul, seperti : perselingkuhan, pergaulan bebas, dan meningkatnya angka kriminalitas, perubahan ini terjadi secara langsung dikarenakan adanya pekerjaan menjadi gurandil mempunyai peran yang sangat penting dalam mendesain perubahan dalam masyarakat”

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dalam komunitas gurandil di Desa Pangkal Jaya terdapat tingkatan strata dalam penggolongan anggota komunitas gurandil. Strata tersebut adalah gurandil yang memiliki lobang memiliki strata tertinggi, gurandil yang memiliki gelondongan (pengolahan lumpur menjadi emas) memiliki starta sedang dan gurandil jitrek (g track) yang bertugas menjadi kuli menggali lobang dan kuli panggul hasil penggalian. Oleh karena itu penjelasan deskriptif dalam penelitian ini akan disajikan berdasarkan ketiga strata dalam gurandil di Desa Pangkal Jaya.

(50)

28

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Jenis Pekerjaan Sebelum Industri Sesudah Industri Perubahan

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Hasil penelitian menunjukkan frekuensi jenis pekerjaan responden sebelum dan sesudah adanya industri pertambangan. Sebesar (8.6%) sebelum adanya industri responden bekerja dibidang swasta, (28.6%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai pedagang, (17.1%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai buruh, (5.7%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai petani, (8.6%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai wiraswasta dan (31,4%) sebelum adanya industri responden tidak bekerja. Sedangkan perubahan yang signifikan terjadi setelah adanya industri yaitu sebesar (91,4%) responden bekerja sebagai buruh dan hanya (8.6%) responden bekerja sebagai petani. Dapat dilihat bahwa responden sebelum adanya industri banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetapi setelah adanya industri pekerjaan mereka beralih menjadi gurandil atau bekerja sebagai buruh.

Tingkat Migrasi

(51)

keluarnya tidak ada karena kebanyakan pendatang menetap dan memperistri masyarakat Desa Pangkal Jaya sehingga menjadi warga disana.

Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Migrasi Masuk Suami Istri

Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase (%) G. Lobang

Hasil penelitian menunjukkan adanya frekuensi migrasi masuk responden baik suami maupun istri setelah adanya industri pertambangan. Sebesar (42.9%) suami adalah pendatang dan sebesar (57.1%) suami adalah masyarakat asli Desa Pangkal Jaya. Sedangkan sebesar (26.7%) istri adalah pendatang dan sebesar (73.3%) istri adalah masyarakat asli Desa Pangkal Jaya.

(52)
(53)

RESPONS MASYARAKAT

Tingkat Jual Beli Lahan

Kebutuhan akan lahan terutama untuk keperluan perumahan dan untuk memenuhi sarana dan prasarana lainnya termasuk lokasi produksi pertanian dan gelondongan untuk pengolahan emas. Sebagai konsekuensi masuknya industri berdampak pada perubahan pemilikan lahan. Terjadilah jual-beli lahan baik tanah pekarangan, maupun tanah sawah yang dijual oleh penduduk asli kepada pendatang baru maupun kepada tetangganya sendiri. Pembelian lahan di Desa Pangkal Jaya dari 35 responden penelitian sebanyak (60%) membeli lahan dan sebanyak (40%) tidak membeli lahan.

Tabel 21 Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Pembelian Lahan Jumlah Persentase (%)

G. Lobang

Dari hasil penelitian, perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya didapat dari warisan dan membeli dari pendatang atau tetangga. Perolehan lahan yang diperolah dari warisan adalah sebesar (52,4%) dan lahan yang diperoleh dari membeli sebesar (47,6%). Dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang memiliki lahan adalah sebanyak 21 orang. Oleh karena itu pada tabel perolehan lahan milik responden hanya bertotal 21 orang. Dan dari 21 orang tersebut responden cenderung lebih banyak diperoleh dari warisan daripada membeli.

Tabel 22 Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Perolehan Lahan Jumlah Persentase (%)

(54)

32

Dari hasil penelitian, penjual lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya didapat dari pendatang atau tetangga. Penjual lahan yang dibeli dari tetangga adalah sebesar (70%) dan lahan yang dibeli dari pendatang sebesar (47,6%). Dapat dilihat bahwa dari 21 responden yang memiliki lahan hanya terdapat sebanyak 10 orang yang mendapatkan lahan ddengan cara membeli. Oleh karena itu pada tabel perolehan lahan milik responden hanya bertotal 10 orang. Dan dari 10 orang tersebut pembelian lahan responden cenderung lebih banyak diperoleh dari tetangga daripada pendatang.

Tabel 23 Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Penjual Lahan Jumlah Persentase (%)

G. Lobang Jaya digunakan sebagai pertokoan, kebun dan sawah. Lahan yang digunakan sebagai pertokoan adalah sebesar (2,9%), lahan yang digunakan sebagai kebun adalah sebesar (28,6%) dan lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar (28,6%). Dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang memiliki lahan adalah sebanyak 21 orang. Oleh karena itu pada tabel kegunaan lahan milik responden hanya bertotal 21 orang. Dan dari 21 orang tersebut responden kegunaan lahan cenderung lebih banyak digunakan sebagai kebun dan sawah.

Tabel 24 Jumlah dan persentase kegunaan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Kegunaan Lahan Jumlah Persentase (%)

(55)

Dari hasil penelitian, status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati responden di Desa Pangkal Jaya ada beberapa macam yaitu milik sendiri, bebas sewa, milik orangtua dan lainnya. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan milik sendiri adalah sebesar (80%), status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan bebas sewa adalah sebesar (1,4%), status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan milik orangtua adalah sebesar (17,2%) dan lahan yang diperoleh dari membeli sebesar (1,4%).

(56)

34

Tabel 25 Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Luas Tanah Jumlah Persentase (%)

Rendah : luas tanah ≤ 35 m2

Aktivitas jual-beli lahan pada kelompok responden semenjak adanya industri terjadi sudah cukup lama karena banyak pendatang yang datang ke Desa Pangkal Jaya sehingga membeli lahan dari warga setempat. Adapun pembeli lahan tersebut biasanya digunakan sebagai kebun dan sawah karena kebanyakan pekerjaan warga setempat adalah sebagai petani dan masih menggeluti sistem pertanian. Peneliti mendatangi rumah tokoh masyarakat dan bertanya tentang bagaimana perubahan sosial ini terjadi pada masyarakat yang dulunya masyarakat agraris sekarang menjadi masyarakat modern, beliau pun menuturkan kepada saya,

“perubahan disini awalnya karena adanya pongkor sama Antam, ada pembebasan lahan dari perusahaan antam. Ini sudah dua kali melakukan pembebasan lahan atau tanah di desa ini, ya bayarannya tergantung tanah yang di jual sih neng. Sebagian besar orang-orang sini menggunakan uang itu buat foya-foya, namun sebagian ada yang buat beli tanah baru sama tetangga. Tapi begitu uangnya habis yang udah gak punya apa-apa ya akhirnya jadi gurandil ke pongkor

Menurut penuturan informan pembebasan lahan atau adanya jual-beli lahan juga merupakan satu hal yang berpengaruh dalam perubahan kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Desa Pangkal Jaya. Aktivitas jual-beli lahan mengindikasikan respons masyarakat terhadap industri yang berkembang dalam bentuk jual-beli lahan masih cenderung rendah. Hal ini karena kepemilikan lahan dan keuangan oleh responden yang minim sehingga kegiatan jual-beli lahan sulit untuk dilakukan. Hal ini karena pertambahan penduduk yang tinggi karena adanya industri menyebabkan kebutuhan akan perumahan juga meningkat.

Tingkat Pendidikan

(57)

Tingkat pendidikan dari 35 responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah sebesar (67,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SD adalah sebesar (17,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SMP adalah sebesar (5,9%) dan tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SMA adalah sebesar (8,8%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan responden cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah karena 67% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tidak tamat SD.

Gambar 3 Pendidikan Terakhir Responden

(58)

36

sebesar (4,8%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SD adalah sebesar (14,3%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SMP adalah sebesar (71.4%) dan tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SMA adalah sebesar (9,5%).

Tabel 26 Jumlah dan persentase sebaran tingkat pendidikan istri dan anak di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Pendidikan Terakhir

Dapat dilihat bahwa kebanyakan anak responden cenderung memiliki tingkat pendidikan cenderung tinggi dibandingkan orangtuanya karena sebesar 71% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SMP. Hal ini membuktikan bahwa semenjak suami atau kepala keluarga bekerja sebagai gurandil karena adanya industri pertambangan maka tingkat pendidikan keluarga seperti anak semakin tinggi walaupun dengan terbatasnya akses.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan masyarakat diukur dengan melihat pendapatan responden penelitian dalam satu bulan terakhir dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan responden. Dari hasil data yang diperoleh dari lapangan didapati bahwa pendapatan rata-rata responden sebelum adanya industri adalah sebesar Rp. 671,428,- per bulan. Sedangkan, setelah masuknya industri pendapatan rata-ratanya mencapai Rp3.272.571,- per bulan.

Tabel 27 Jumlah dan persentase pendapatan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Pendapatan Jumlah Persentase (%)

Rendah : pendapatan ≤ Rp 1.932.174,6,-

Sedang : Rp 1.932.174,6,- < pendapatan < Rp 4.612.968,3,- Tinggi : pendapatan ≥ Rp

(59)

pertambangan liar dengan bekerja sebagai gurandil dibandingkan sebelum adanya industri yang bekerja sebagai pedagang maupun petani. Jika tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan setengah dari standar deviasi maka tingkat pendapatan rendah adalah kurang dari atau sama dengan Rp 1.932.174,6,- yaitu sebanyak (28,57%), tingkat pendapatan sedang adalah lebih dari Rp 1.932.174,6,- dan kurang dari Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak (45,71%) dan tingkat pendapatan sedang adalah lebih dari atau sama dengan Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak (25,71%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan pendapatan responden di Desa Pangkal Jaya cenderung sedang karena sebanyak 45% dari responden memiliki pendapatan sedang. Hal ini dikarenakan ada yang memiliki pekerjaan ganda seperti menjadi gurandil dan petani. Selain itu frekuensi gurandil yang kegunung pun berbeda-beda, ada yang sering dan ada yang jarang. Oleh karena itu pendapatan mereka pun berbeda jauh karena tingkat frekuensi menambang yang berbeda-beda.

Tingkat Pengeluaran

Tingkat pengeluaran masyarakat diukur dengan melihat pengeluaran responden penelitian dalam satu tahun terakhir terakhir. Lalu dilihat berdasarkan pengeluaran mingguan, bulanan dan tahunannya. Dari hasil data yang diperoleh dari lapangan didapati bahwa pengeluaran rata-rata responden setahun terakhir mencapai Rp. 3.969.828,- per bulan.

Tabel 28 Jumlah dan persentase pengeluaran di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Pendapatan Jumlah Persentase (%)

Rendah : pengeluaran ≤ Rp 1.324.317,8,-

Sedang : Rp 1.324.317 < pengeluaran < Rp 6.615.339,3,- Tinggi : pengeluaran ≥ Rp

Pengeluaran pangan rata-rata keluarga (Lampiran 6) adalah konsumsi pangan keluarga dalam sebulan terakhir ataupun setahun terakhir. Keluarga yang perolehan pendapatanya rendah maka mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan pokok. Sementara untuk perolehan pendapatan yang cukup baik dapat memerikan peluang lebih besar pangan yang baik dari segi kualitas dan kuantitas.

(60)
(61)

GAYA HIDUP

Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Gaya hidup kalau di definisikan lebih luas adalah sebagai cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktifitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereke sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat).

Tingkat Aktivitas

Tingkat aktivitas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memanfaatkan waktunya. Aktivitas yang terdapat di Desa Pangkal Jaya adalah kegiatan sosial, liburan dan olahraga. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, umur responden Desa Pangkal Jaya merupakan pasangan usia produktif dan beberapa pasangan sedang mencapai puncak karirnya. Dengan demikian, upaya untuk menambah pendapatan keluarga masih memungkinkan guna mencapai tingkat kesejahteraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden terbanyak adalah pada usia 21-25 tahun yaitu sebesar (28,57%). Dapat dilihat bahwa rata-rata usia responden berada pada usia produktif.

Tabel 29 Jumlah dan persentase umur responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor

Umur Jumlah Persentase (%)

Gambar

Tabel 3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4 Definisi operasional dampak industri pertambangan
Tabel 5 Definisi operasional respons masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode Case Based Reasoning (CBR) yang diimplementasikan pada Sistem Pendukung Keputusan Konseling Siswa dapat memberikan solusi untuk masalah perilaku siswa,

[r]

usahanya hanya usaha simpan pinjam. Usaha Simpan Pinjam Koperasi adalah unit usaha koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam sebagai bagian dari kegiatan

Telah mengikuti pelatihan dengan sekurang-kurangnya substansi: Rencana program kesehatan dan teknis lainnya sesuai dengan bidang tugas, yang dipenuhi paling lama 1 (satu) tahun

[r]

maupun badan hukum dalam bentuk uang; 2) makna atau arti dari ‗uang‘ yang dimaksud mencakup ‗surat berharga‘; 3) status hukum the wakaf tunai adalah boleh ( jawaz);

Baharuddin, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Era Otonomi Pendidikan, Jurnal el-Harakah, Vol.63.No.1, Januari-April 2006,.. Baso Intang Sappaile,

[r]