EVALUASI KECERNAAN SECARA
IN VITRO
DAN KUALITAS FISIK
POLLARD
, DEDAK PADI, ONGGOK, DAN
AMPAS RUMPUT LAUT
ALFIAN UMAR KARIM
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kecernaan Secara In Vitro dan Kualitas Fisik Pollard, Dedak Padi, Onggok, dan Ampas Rumput Laut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
ABSTRAK
ALFIAN UMAR KARIM. Evaluasi Kecernaan secara In Vitro dan Kualitas Fisik Pollard, Dedak Padi, Onggok, dan Ampas Rumput Laut. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan DIDID DIAPARI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan secara in vitro dan kualitas fisik pollard, dedak padi, onggok, dan ampas rumput laut. Rancangan penelitian pada peubah kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, NH3 dan
VFA menggunakan rancangan acak kelompok (4x3). Pada peubah karakterisitik fisik menggunakan rancangan acak lengkap (4x3). Perlakuan penelitian ini antara lain pollard, dedak padi, onggok, dan ampas rumput laut. Hasil penelitian dari kecernaan bahan kering menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) dan perbedaan yang nyata (P<0.05) pada kecernaan bahan organik, tetapi tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada NH3 dan konsentrasi VFA. Pollard
mempunyai nilai KCBK terbesar dibandingkan dari dedak padi, onggok, dan ampas rumput laut. Ampas Rumput Laut mempunyai nilai KCBO terbesar dibandingkan dari pollard, onggok dan dedak padi. Pollard, dedak padi, dan onggok mempunyai nilai ukuran partikel medium, sedangkan ampas rumput laut tergolong kasar. Nilai pH semua bahan pakan yang digunakan berkisar antara 5.17 sampai 6.17.
Kata kunci: ampas rumput laut, dedak padi, kecernaan, onggok, pollard
ABSTRACT
ALFIAN UMAR KARIM. In Vitro Digestibility and Physical Quality Evaluation of Pollard, Rice Bran, Cassava Meal, and Seaweed Waste. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan DIDID DIAPARI.
This study was aimed to evaluate in vitro digestibility and physical quality of pollard, rice bran, cassava meal, and seaweed waste. The design experiment of dry matter digestibility, organic matter digestibility, NH3 and VFA were based on
randomized block design (4x3). The physical characteristic were based on randomized complete design (4x3). The treatments were Pollard, Rice Bran, Cassava Meal, and Seaweed Waste. The results of dry matter digestibility gave significant effect (P<0.01) and organic matter digestibility (P<0.05), but gave no significant effect on NH3 and VFA concentrations. Dry matter digestibility score of
pollard is higher than rice bran, casava meal, and seaweed waste. Organic matter digestibility score of seaweed waste is higher than pollard, casava meal, and rice bran. Pollard, rice bran, and casava meal have medium particle size score, but seaweed waste has crude particle size. pH score of all the feed ingredients in this study were 5.17 to 6.17.
Keywords: cassava meal, digestibility, pollard, rice bran, seaweed waste
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
EVALUASI KECERNAAN SECARA
IN VITRO
DAN KUALITAS FISIK
POLLARD
, DEDAK PADI, ONGGOK, DAN
AMPAS RUMPUT LAUT
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2016
Judul Skripsi : Evaluasi Kecernaan secara In Vitro dan Kualitas Fisik Pollard, Dedak Padi, Onggok, dan Ampas Rumput Laut
Nama : Alfian Umar Karim NIM : D24110054
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc Pembimbing I
Dr Ir Didid Diapari, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 ini ialah Evaluasi Kecernaan secara In Vitro dan Kualitas Fisik Pollard, Dedak Padi, Onggok, dan Ampas Rumput Laut.
Ampas rumput laut merupakan hasil samping pengolahan agar yang dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi. Penampilan fisik ampas rumput laut menyerupai onggok, pollard, dan dedak padi. Pemanfaatan ampas rumput laut dapat dilkukan untuk memenuhi kecukupan pakan ternak ruminansia. Penelititan ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan secara in vitro dan kualitas fisik pollard, dedak padi, onggok, dan ampas rumput laut. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.
Bogor, April 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Materi 2
Lokasi dan Waktu 2
Prosedur 2
Rancangan dan Analisis data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik 6
Karakteristik Fermentasi Rumen secara In Vitro 7
Kualitas Fisik Bahan Pakan 8
Hubungan antara Sifat Fisik dan Nilai Kecernaan 9
SIMPULAN DAN SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrien bahan pakan 2
2 Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KCBO) 6 3 Karakteristik fermentasi rumen secara in vitro 7
4 Kualitas sifat fisik bahan 8
DAFTAR GAMBAR
1
Hubungan antara nilai rata-rata ukuran partikel dan kecernaan bahan kering 9 2 Hubungan antara rataan nilai tengah ukuran partikel dan kecernaan bahankering 9
3 Hubungan antara nilai rata-rata ukuran partikel dan kecernaan bahan organik 10 4 Hubungan antara rataan nilai tengah ukuran partikel dan kecernaan bahan
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering 13
2 Uji duncan kecernaan bahan kering 13
3 Uji duncan kecernaan bahan kering 13
4 Hasil analisis ragam kecernaan bahan organik 13
5 Uji duncan kecernaan bahan organik 13
6 Hasil analisis ragam pH rumen 14
7 Hasil analisis ragam NH3 14
8 Hasil analisis ragam VFA 14
9 Hasil analisis ragam ukuran partikel 14
10 Uji duncan ukuran partikel 14
11 Hasil analisis ragam nilai tengah ukuran partikel 15
1
PENDAHULUAN
Pakan ruminansia terdiri atas konsentrat dan hijauan. Konsentrat merupakan suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama hijauan untuk kecukupan nutrien dari keseluruhan pakan karena mengandung serat kasar rendah, mudah dicerna, mengandung pati maupun protein tinggi, sehingga nilainya lebih baik dari hijauan. Fungsi utama konsentrat adalah untuk mencukupi kebutuhan atau melengkapi nutrien yang belum dipenuhi oleh pakan yang berasal dari hijauan (Saloko, 2005). Adapun pemanfaatan konsentrat atau limbah pertanian yang mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi dapat diberi perlakuan dalam bentuk fisik, kimia, maupun secara biologi, bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel, melonggarkan ikatan sellulosa, hemisellulosa, lignin, merubah struktur kristal sellulosa serta meningkatkan palatabilitas dan kecernaan bahan pakan (Saloko, 2005). Konsentrat pada umumnya merupakan limbah atau hasil samping dari pengolahan di bidang pertanian. Beberapa bahan pakan tersebut seperti dedak padi, onggok, dan pollard mudah untuk didapat sebagai bahan pakan.
Ampas rumput laut merupakan hasil samping pengolahan agar yang dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi. Penampilan fisik ampas rumput laut menyerupai onggok, pollard, dan dedak padi. Pemanfaatan ampas rumput laut dapat dilakukan untuk memenuhi kecukupan pakan ternak ruminansia. Tingginya produksi rumput laut di Indonesia yaitu sekitar 3.082.112 ton pada tahun 2010 (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011). Pengolahan rumput laut menjadi agar-agar menghasilkan limbah rumput laut dalam jumlah yang sangat berlimpah yaitu sebesar 65-70% dari total bahan baku (Faujiah, 2012).
Nilai kecernaan pakan penting diketahui untuk mengetahui kualitas pakan tersebut. McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa kecernaan suatu pakan didefinisikan sebagai bagian dari pakan yang tidak diekskresikan melalui feses dan diasumsikan bagian tersebut diserap oleh hewan. Nilai kecernaan pakan ternak dapat dilakukan dengan metode in vitro. Kecernaan secara in vitro dipengaruhi oleh pencampuran pakan, cairan rumen dan inokulan, pH kondisi fermentasi, pengaturan suhu fermentasi, lamanya waktu inkubasi, ukuran partikel sampel dan larutan penyangga. Teknik kecernaan in vitro memiliki keuntungan cepat dan murah. Metode in vitro juga dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi produk akhir fermentasi. Di dalam saluran pencernaan terdapat berbagai macam produk yang berperan penting dalam menghasilkan daging yang berkualitas baik. Salah satu produk bagi ruminan dan merupakan perombakan dari karbohidrat adalah VFA, sedangkan NH3 merupakan sumber protein yang kemudian akan dipergunakan oleh mikroba rumen sebagai sumber protein (Parakkasi, 1999). Penelitian mengenai kecernaan dan sifat fisik perlu dilakukan karena nilai sifat fisik pakan seperti ukuran partikel mempengaruhi laju rata-rata pakan pada saluran pencernaan yang akan mempengaruhi kecernaan pakan (Marpaung, 2011).
2
METODE
Materi
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pepsin-HCl 0.2%, larutan Na2CO3, H2SO4, indiktor PP(phenolothalien), HgCl2 jenuh, NaOH 0.5 N, asam borat,
cairan rumen domba yang berasal dari Rumah Potong Hewan Empang Bogor, dedak padi, pollard, onggok yang diperoleh dari PT. Indofeed, dan ampas rumput laut yang berasal dari pabrik pengolahan agar. Peralatan yang digunakan adalah pH meter, vibrator ball mill, termos, shaker waterbath, gas CO2, tabung fermentor,
tutup karet, alat destilasi, alat titrasi, kertas Whatman no.41, oven 105oC, tanur 600oC, cawan Conway, cawan porselen, tabung reaksi, dan alat vakum. Kandungan nutrisi bahan pakan sumber energi yang digunakan pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan
Bahan pakan BK Abu PK LK SK BETN TDN*** Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2015), ***Hasil Perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1980)
%TDN=22.822-1.44(SK)-2.875(LK)+1.009(BETN)+2.371(PK)+0.017(SK)2–
1.023(LK)2+0.012(SK)(BETN)–0.096(LK)(BETN)–0.085(LK)(PK)+0.020(LK)2(PK)
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratoium Ilmu Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juli sampai dengan September 2015.
Prosedur
Prosedur Fermentasi Secara In Vitro
Metode yang digunakan mengacu pada metode Tilley dan Terry (1963) yakni ransum yang ditambahkan pada perlakuan masing-masing ditimbang sebanyak 0.5 gram, dan dimasukan ke dalam tabung fermentor. Saliva buatan (larutan McDougall) sebanyak 40 ml dan cairan rumen sebanyak 10 ml dimasukan ke dalam tabung fermentor yang telah berisi sampel. Kemudian, Gas CO2
3
dengan penutup karet berventilasi. Setelah 4 jam, tutup karet tabung fermentor dibuka dan diteteskan 2 -3 tetes HgCl2 untuk membunuh mikroba. Seluruh isi dari
tabung fermentor (inkubasi tiga jam) disentrifuge untuk mendapatkan supernatan yang digunakan untuk analisis NH3 dan VFA.
Prosedur Analisis NH3
Pengukuran NH3 digunakan teknik mikrodifusi Conway. Cara pertama
bibir cawan Conway diolesi dengan vaselin. Supernatan yang berasal dari proses fermentasi di ambil 1 ml kemudian di tempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway. Larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1 ml di tempatkan pada salah satu ujung
cawan Conway bersebelahan dengan supernatant (tidak boleh tercampur). Selanjutnya larutan asam borat berindikator sebanyak 1 ml ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan conway yang sudah siap ditutup rapat hingga kedap udara, larutan Na2CO3 di campur dengan
supernatant hingga merata dengan cara cawan tersebut digoyangkan dan dimiringkan. Setelah itu di biarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam dalam suhu kamar, cawan tersebut dibuka kemudian asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi
merah. Produksi NH3 dapat dihitung dengan rumus :
NH3 = (ml Titrasi x Normalitas H2SO4x 1000) mM
Prosedur Analisis VFA total
Pengukuran kadar VFA total ditentukan dengan destilasi uap. Prosedur analisis VFA yaitu supernatan sebanyak 5 ml dan H2SO4 sebanyak 1 ml dimasukan
ke dalam tabung destilasi yang dipanaskan dengan uap air. Erlenmeyer yang telah berisi 5 ml NaOH 0,5 N diletakan pada bagian bawah kondensor untuk menampung 300 ml cairan hasil destilasi. Setelah cairan destilasi terisi sebanyak 300 ml, cairan Pp atau phenoptalien ditambahkan sebanyak 2 tetes sebagai indikator dan dititrasi dengan HCl 0,5 N. Produksi VFA total dapat dihitung dengan rumus :
VFA Total = (B-S) x Normalitas HCl x 1000/5 g sampel x BK sampel
Keterangan : B = Volume titrasi blanko, S = Volume titrasi sampel Prosedur Pengukuran Kecernaan Bahan Kering dan Organik
Pengukuran kecernaan bahan kering diawali dengan penimbangan kertas Whatman 41 dan cawan porselen yang akan digunakan. Selanjutnya, hasil fermentasi berupa cairan supernatan disaring dengan kertas Whatman 41. Residu yang tidak tersaring oleh kertas Whatman 41 disimpan pada cawan porselen yang telah diketahui bobotnya. Cawan yang berisi residu tersebut dimasukan kedalam oven pada temperatur 1050C.
4
Seluruh sampel yang akan diuji dihaluskan hingga mencapai ukuran 1 mm Ukuran partikel bahan pakan diukur dengan mengunakan metode dry-sieving. Sekitar 100 g dari masing-masing sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke sieve yang paling atas dan digetarkan dari satu sisi ke sisi lainnya selama 10 menit, kemudian ditimbang sisa bahan yang tertinggal pada tiap sieve (Giger-Reverdin 2000). Modulus of Finess (MF) atau tingkat kehalusan adalah pengukuran kekasaran atau kehalusan agregat tertentu dihitung dengan menggunakan rumus :
Σ (% bahan tiap mesh × No Perjanjian ) MF =
100
Selanjutnya bahan dikategorikan berdasarkan nilai MF dengan ketentuan sebagai berikut:
a Nilai MF= 4,1≤ x ≤7,0 : kategori bahan kasar; b Nilai MF= 2,9≤ x <4,1 : kategori bahan sedang;
c Nilai MF= x<2,9 : kategori bahan halus (Henderson dan Perry, 1976).
Modulus of Uniformity (MU) atau ukuran keseragaman dihitung dengan rumus : MU= Coarse : Medium : Fine
= Σ(%bahan sieve no7+6+5) : Σ (%bahan sieve no4+3) : Σ (%bahan sieve no2+1)
10 10 10
Rataan ukuran Partikel (D) dihitung dengan menggunakan rumus : D= (0,0041)x2mfx2,54x10x1000 μm (Henderson dan Perry, 1976).
Nilai Tengah Ukuran Partikel
Nilai tengah ukuran partikel atau median particle size (D50) bahan pakan ditentukan dengan memplotkan hasil yang diperoleh dari pengukuran ukuran partikel terhadap logaritma ukuran saringan. D50 adalah nilai tengah ukuran partikel yang dibaca secara langsung sebagai kesesuaian hasil penyaringan yang sebenarnya yang dapat menahan 50% partikel (Giger-Reverdin 2000).
Analisis Regresi dan Korelasi
Regresi linier sederhana bertujuan mempelajari hubungan linier antara dua variabel. Dua variabel ini dibedakan menjadi variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y). Variabel bebas adalah variabel yang bisa dikontrol sedangkan variabel tak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas.
Bentuk umum regresi linier sederhana :
5
A dan b disebut parameter-parameter regresi yang akan dihitung. Menghitung a dan b dengan metode kuadrat kecil (least square methode).
Rumus :
b= ∑xiy-(∑xi)(∑yi)/n ∑xi2-∑xi2/n a= y-bx
Keterangan :
Yi : Dependen variabel Xi : Independen variabel n : jumlah pasangan data
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada peubah kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik, NH3 dan VFA total adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok. Kelompok yang digunakan berupa pengambilan cairan rumen domba yang berbeda. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan pada peubah karakteristik sifat fisik bahan. Ransum perlakuan yang diberikan adalah ransum pada periode grower sebagai berikut:
R1 : Pollard R2 : Dedak padi R3 : Onggok
R4 : Ampas rumput laut
Model matematika RAK yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = μ + Ʈi + βj + εij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j µ = rataan umum
Model matematika RAL yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = μ + Ʈi + εij
Keterangan:
6
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance) berdasarkan Steel dan Torrie (1993). Apabila diperoleh hasil berbeda nyata akan dilanjutkan dengan Uji Lanjut Duncan.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini, yaitu: 1.Kecernaan bahan kering dan bahan organik 2.Konsentrasi NH3
3.VFA total
4.Kualitas fisik (pH, ukuran partikel, nilai tengah ukuran partikel) 5.Analisis Regresi dan Korelasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik
Nilai rataan kecernaan bahan kering dan bahan organic pollard, dedak padi, onggok, dan ampas rumput laut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO)
Perlakuan Parameter
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada KCBK(%) dan perbedaan yang nyata (P<0.05) pada KCBO(%)
7
Nilai KCBK Pollard tersebut hampir mendekati hasil dari penelitian Chuzaemi et al. (1997) yaitu sebesar 78.84%. Pollard memiliki kandungan serat kasar 6.6% yang lebih rendah dibandingkan dengan dedak padi dengan kandungan serat kasar 10% dan onggok 7.1%. Nilai KCBK paling rendah didapatkan pada ampas rumput laut yang memiliki nilai serat kasar yang paling tinggi yaitu 10.8%. Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa serat kasar merupakan komponen yang sulit dicerna sehingga menyebabkan menurunnya nilai kecernaan.
Nilai KCBO terbesar didapatkan oleh perlakuan Ampas Rumput Laut yaitu 86.71%. Nilai KCBO ampas rumput laut yang dihasilkan sangat besar dikarenakan bahan organik dari ampas rumput laut yang jauh lebih sedikit dari perlakuan lainnya karena memiliki kandungan abu yang lebih besar yaitu 62.2% dibandingkan dengan onggok dengan kandungan abu 20.9% dan dedak padi 10.1%. Pollard memiliki kandungan abu lebih rendah dibandingkan dedak padi dan onggok yaitu 4.2%. Bahan selain mineral yang terkandung pada bahan pakan yang menyebabkan tingginya nilai KCBO. Nilai kecernaan bahan organik dari suatu pakan dapat menentukan kualitas pakan tersebut (Sutardi 1980). Elita (2006) menyatakan bahwa nilai KCBO menunjukkan jumlah nutrien seperti lemak, karbohidrat, dan protein yang dapat dicerna oleh ternak.
Karakteristik Fermentasi Rumen secara In Vitro
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata pada nilai pH rumen, VFA, dan NH3. Nilai rataan konsentrasi VFA yang dihasilkan
berkisar antara 62.85 mM sampai 112.31 mM. Nilai rataan karakteristik fermentasi rumen secara in vitro disajikan pada tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik fermentasi rumen secara in vitro
Perlakuan Parameter
pH rumen VFA (mM) NH3 (mM)
Pollard 7.00±0.00 87.00±25.52 13.64±5.37
Dedak Padi 6.97±0.06 62.85±5.62 13.97±0.99
Onggok 7.00±0.00 112.31±22.40 12.09±4.54
Ampas Rumput Laut 6.93±0.06 106.08±34.09 21.96±8.06 Nilai pH rumen yang ditampilkan pada tabel merupakan nilai yang dihasilkan pada saat dilakukan fermentasi secara in vitro. Nilai tersebut tergolong normal menurut Owens dan Zinn (1988) yaitu 5.5 sampai 7.6. Nilai tersebut termasuk kategori cukup baik untuk mikroba rumen. Sesuai dengan pernyataan Suryapratama (1999) yang menyatakan bahwa konsentrasi VFA yang dibutuhkan untuk seekor ternak ruminansia untuk bertumbuh secara normal yaitu berkisar 80-160 mM. Konsentrasi VFA yang dihasilkan pada setiap bahan pakan tersebut tergolong cukup baik karena bahan yang digunakan adalah bahan pakan sumber energi. McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa pakan yang masuk ke dalam rumen difermentasi untuk menghasilkan produk utama berupa VFA, NH3, serta gan metan
dan CO2.
Nilai rataan NH3 berkisar antara 12.09 mM sampai 21.96 mM. Konsentrasi
NH3 dari semua perlakuan pada penelitian ini dalam kisaran yang dinyatakan
8
sintesis protein mikroba dalam cairan rumen berkisar antara 6-21 mM. Sekitar 3,5-14mM amonia digunakan oleh mikroba rumen sebagai sumber N untuk proses sintesis selnya. Enzim proteolitik mikroba rumen akan menghidrolisis protein menjadi oligopeptida yang kemudian menjadi asam amino dan diserap melalui dinding rumen yang secara cepat mengalami deaminasi menjadi amonia, metan, dan CO2 (Sutardi, 1980). Nilai NH3 yang berlebih dari kisaran normal akan dikeluarkan
melalui urin dan yang lainnya dibawa ke kelenjar saliva (McDonald et al., 2002). Kualitas Fisik Bahan Pakan
Kualitas atau sifat fisik bahan pakan ruminansia jarang diukur, terutama yang berhubungan dengan kandungan nutrien yang dapat digunakan pada formulasi ransum dan nilai kecernaan pakan. Peubah kualitas fisik yang diukur dalam penelitian ini adalah ukuran partikel, nilai tengah ukuran partikel, dan nilai pH bahan pakan. Nilai rataan hasil uji fisik pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Kualitas fisik bahan pakan
Perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada kolom yang sama.
9
mikrobia berjalan dengan normal dan proses pencernaan bahan pakan akan optimal (Prawirokusumo 1994).
Hubungan antara Sifat Fisik dan Nilai Kecernaan
Grafik hubungan antara ukuran partikel dan nilai tengah ukuran partikel dengan nilai kecernaan bahan kering ditampilkan pada gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Grafik hubungan antara nilai rata-rata ukuran partikel dan kecernaan bahan kering
Gambar 2. Grafik hubungan antara rataan nilai tengah ukuran partikel dan kecernaan bahan kering
Hasil uji korelasi terhadap nilai ukuran partikel dan nilai KCBK serta nilai tengah ukuran partikel dan nilai KCBK menunjukkan korelasi negatif. Persamaan regresi antara ukuran partikel dan KCBK (gambar 1) yaitu y= -0.1183x+68.88 dengan nilai r=-0.86 yang menunjukkan bahwa ukuruan partikel (UP) dan KCBK memiliki keeratan yang tinggi. Persamaan regresi antara nilai tengah ukuran partikel (D50) dan KCBK (gambar 2) yaitu y=-0.0311x+65.693 dengan nilai r=-0.85 yang juga menunjukkan keeratan yang tinggi. Berdasarkan kedua persamaan regresi tersebut maka diketahui bahwa besarnya ukuran partikel ataupun nilai
10
tengah ukuran partikel akan mengakibatkan penurunan nilai KCBK. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marpaung (2011) bahwa ukuran partikel dan KCBK serta nilai ukuran partikel (D50) dan KCBK berkorelasi negatif memiliki nilai keeratan yang sangat tinggi. Grafik hubungan antara ukuran partikel dengan nilai kecernaan bahan organik ditampilkan pada gambar 3 dan 4.
Gambar 3. Grafik hubungan antara nilai rata-rata ukuran partikel dan kecernaan bahan organik
Gambar 4. Grafik hubungan antara rataan nilai tengah ukuran partikel dan kecernaan bahan organik
Hasil uji korelasi terhadap nilai ukuran partikel dan nilai KCBO serta nilai tengah ukuran partikel dan nilai KCBO menunjukkan korelasi positif. Persamaan regresi antara ukuran partikel dan KCBO (gambar 3) yaitu y= 0.0623x+59.445 dengan nilai r=0.69 yang menunjukkan bahwa ukuran partikel (UP) dan KCBK memiliki keeratan yang cukup tinggi. Persamaan regresi antara nilai tengah ukuran partikel (D50) dan KCBO (gambar 4) yaitu y=0.016x+61.214 dengan nilai r=0.67 yang juga menunjukkan keeratan yang cukup tinggi. Berdasarkan kedua persamaan regresi tersebut maka diketahui bahwa setiap kenaikan ukuran partikel ataupun nilai tengah ukuran partikel akan mengakibatkan kenaikan nilai KCBO. Hal ini sesuai dengan pernyataan Weston (2002) bahwa partikel yang lolos dari saringan 1200 μm memiliki laju pengosongan rumen dengan kecepatan yang berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Semakin cepat pakan meninggalkan saluran pencernaan
11
maka waktu yang dimiliki oleh mikroba rumen untuk memecah dan memanfaatkan nutrien yang terkandung dalam pakan akan semakin sedikit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pollard mempunyai nilai KCBK terbesar dibandingkan dari dedak padi, onggok, dan ampas rumput laut. Ampas Rumput Laut mempunyai nilai KCBO terbesar dibandingkan dari pollard, onggok dan dedak padi. Pollard, dedak padi, onggok mempunyai nilai ukuran partikel medium, sedangkan ampas rumput laut tergolong kasar. Nilai pH semua bahan pakan yang digunakan berkisar antara 5.17 sampai 6.17. Hubungan antara ukuran partikel dan KCBK menunjukkan korelasi negatif dengan nilai r=-0.86 dan persamaan regresi y= -0.1183x+68.88. Hubungan antara ukuran partikel dan KCBO menunjukkan korelasi positif dengan nilai r=0.69 dan persamaan regresi y= 0.0623x+59.445.
Saran
Perlu dilakukan pengujian kualitas fisik yang lainnya untuk melihat hubungannya dengan kecernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Chuzaemi S, Hermanto, Soebarinoto, Sudarwati H. 1997. Evaluasi Protein Pakan Ruminan melalui Pendekatan Sintesis Protein Mikroba : Evaluasi kandungan RDP dan UDP pada beberapa jenis hijauan segar, Limbah Pertanian dan Konsentrat. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Hayati. 9(1):77-90.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2011. Analisis Data Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan
Elita AS. 2006. Studi perbandingan penampilan umum dan kecernaan pakan pada kambing dan domba lokal [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Faujiah F. 2012. Pemanfaatan karbon aktif dari limbah padat industri agar-agar sebagai adsorben logam berat dan bahan organik dari limbah industri tekstil [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
12
Hartadi H, Harris LE, Kearl LC, Lebdosoekojo S, Tillman AD. 1980. Tabel-Tabel dan Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Pr.
Henderson SM, Perry RL. 1976. Agricultural Process and Engineering, Terjemahan: M. Pratomo. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Departemen P dan K.
Marpaung CA. 2011. Uji sifat fisik dan evaluasi kecernaan biskuit berbasis rumput lapang dan limbah tanaman jagung pada domba [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Maynard L., A. and J. K. Loosli. 1973. Animal Nutrition. Sixth Edition. New Delhi (IN): Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Ltd.
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh J. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. New York (US): Ashford Colour Pr.
Owens FN, Zinn R. 1988. Protein Metabolism of Ruminant Animal Digestive Physiology and Nutrition. New Jersey (US). Reston Book Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): UIP. Prawirokusumo S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. Yogyakarta (ID): BPFE Yogyakarta. Rianto E, Haryono E, Lestari CMS. 2006. Produktivitas domba ekor tipis jantan
yang diberi pollard dengan aras berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. hlm 431-439.
Saloko F. 2005. Pengaruh Tingkat Pemberian Kulit Buah Kakao Fermentasi Dengan Trichoderma SP Terhadap Kecernaan Zat-zat Makanan pada Kambing Lokal. J. Agroland Vol. 12 (3) : 304 – 307.
Steel RGD dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Suryapratama W. 1999. Efek Suplementasi asam lemak volatil bercabang dan kapsul lisin serta treonin terhadap nutrisi protein sapi Holstein. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Bogor (ID): Departemen Ilmu dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two-stage technique for the in vitro digestion of forage crops. Di dalam: Jayanegara A, Tjakradidjaja AS, Sutardi T. Fermentabilitas dan Kecernaan in Vitro Ransum Limbah Agroindustri yang Disuplementasi Kromium Anorganik dan Organik. Bogor (ID): Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Hlm 54-62.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis ragam kecernaan bahan kering
SK db JK KT F hitung Sig
Perlakuan 3 5055.756 1685.252 198.148 .000
Kelompok 2 115.564 57.782 6.794 .029
Galat 6 51.030 8.505
Total 11 5222.350
SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadarat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikan
Lampiran 2 uji Duncan kecernaan bahan kering
Perlakuan N Subset
Lampiran 3 uji Duncan kecernaan bahan kering
Kelompok N Subset
Lampiran 4 Hasil analisis ragam kecernaan bahan organik
SK db JK KT F hitung Sig
Perlakuan 3 1640.333 546.778 8.365 .015
Kelompok 2 217.167 108.583 1.661 .267
Galat 6 392.167 65.361
Total 11 2249.667
SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadarat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikan
Lampiran 5 uji Duncan kecernaan bahan organik
14
Lampiran 6 Hasil analisis ragam pH rumen
SK db JK KT F hitung Sig
Perlakuan 3 .020 .010 .127 .883
Kelompok 2 .049 .016 .208 .887
Galat 6 .473 .079
Total 11 .542
SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadarat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikan
Lampiran 7 Hasil analisis ragam NH3
SK db JK KT F hitung Sig
Perlakuan 3 79.487 26.496 1.730 .260
Kelompok 2 23.413 11.707 .764 .506
Galat 6 91.918 15.320
Total 11 194.818
SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadarat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikan
Lampiran 8 Hasil analisis ragam VFA
SK db JK KT F hitung Sig
Perlakuan 3 4876.878 1625.626 4.441 .057
Kelompok 2 42.005 21.002 .057 .945
Galat 6 2196.065 366.011
Total 11 7114.948
SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadarat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikan
Lampiran 9 Hasil analisis ragam ukuran partikel
SK db JK KT F hitung Sig
Perlakuan 3 274443.875 91477.172 199.859 .000
Galat 8 2746.255 457.709
Total 11 277190.130
SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadarat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikan
Lampiran 10 uji duncan ukuran partikel
15
Lampiran 11 Hasil analisis ragam nilai tengah ukuran partikel
SK db JK KT F hitung Sig
Perlakuan 3 3861135.062 1286884.420 168.414 .000
Galat 8 45847.225 7641.204
Total 11 3906982.287
SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadarat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikan
Lampiran 12 uji duncan nilai tengah ukuran partikel
Perlakuan N Subset
1 2
2 3 3.0273E2
1 3 3.0600E2
3 3 3.4190E2
4 3 1.6263E2
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 16 Januari 1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Chaeruli dan Ibu Karwati. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Pisangan Baru 01 pagi pada tahun 1999-2005. Pendidikan dilanjutkan di SMPN 97 Jakarta pada tahun 2005-2008 kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 31 Jakarta pada tahun 2008-2011.
Penulis diterima sebahai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Tulis Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama kuliah, penulis adalah anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Jakarta Community (JCO). Penulis juga anggota Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) biro Informasi dan Komunikasi selama 2 periode 2012-2014. Penulis juga anggota dari perkusi Fakultas Peternakan DRANSUM yang aktif mengikuti perlombaan IPB Art Contest (IAC) setiap tahunnya mewakili Fakultas Peternakan. Penulis aktif dalam acara kepanitiaan di Fakultas Peternakan seperti, masa pengenalan departemen, Dekan Cup (2012 dan 2013), malam keakraban INTP, Student Seminar, dll. Penulis juga mendapat beasiswa BBM pada tahun 2015.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana dari program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih penulis ucapkan pula kepada Prof Dr Ir Yuli Retnani, M.Sc dan Dr Ir Didid Diapari M.Si selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan, sumbangan ide dan materi yang telah diberikan. Dr Ir Lilis Khotijah, M.Si selaku dosen pembahas seminar dan Dr Ir Widya Hermana, M.Si selaku panitia seminar pada tanggal 30 Oktober 2015. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan Dr Asep Gunawan, S.Pt, M.Sc selaku dosen penguji sidang skripsi atas sumbangan ide, nasehat, dan juga motivasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
17