• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot Potong dan Bobot Non Karkas Domba Garut Jantan Muda dengan Pakan Limbah Tauge dan Waktu Pemberian Berbeda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bobot Potong dan Bobot Non Karkas Domba Garut Jantan Muda dengan Pakan Limbah Tauge dan Waktu Pemberian Berbeda."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BOBOT POTONG DAN BOBOT NON KARKAS DOMBA GARUT

JANTAN MUDA DENGAN PAKAN LIMBAH TAUGE

DAN WAKTU PEMBERIAN BERBEDA

CAHYA MUKTI DWI KURNIA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Bobot Potong dan Bobot Non Karkas Domba Garut Jantan Muda dengan Pakan Limbah Tauge dan Waktu Pemberian Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diaju-kan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

CAHYA MUKTI DWI KURNIA. Bobot Potong dan Bobot Non Karkas Domba Garut Jantan Muda dengan Pakan Limbah Tauge dan Waktu Pemberian Berbeda. Dibimbing oleh MOHAMAD YAMIN dan MUHAMAD BAIHAQI.

Domba garut merupakan domba asli indonesia yang berasal dari kabupaten Garut provinsi Jawa Barat yang mempunyai kemampuan produksi yang baik. Pakan dan waktu pemberian pakan merupakan faktor yang penting dalam produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan ransum komplit dan rumput lapang dengan pemberian pakan ransum komplit dan limbah tauge serta pengaruh pemberian pakan pagi atau sore hari terhadap bobot potong dan bobot non karkas domba garut jantan. Sebanyak 12 ekor garut jantan umur 5-7 bulan dengan berat rata-rata 16.81 ± 2.0 kg di klasifikasikan dalam 2x2 Rancangan Acak Lengkap pola faktorial. Faktor pertama adalah perbedaan pemberian pakan yang terdiri dari R1 (konsentrat 60 % + rumput 40 %) dan R2 (Konsentrat 60% + limbah tauge 40%). Faktor kedua adalah perbedaan manajamen waktu pemberian pakan yan terdiri dari P (Pemberian pakan pagi hari) dan S (pemberian pakan sore hari). Parameter yang dianalisis meliputi bobot potong dan bobot tubuh kosong, berat komponen non karkas dan persentase komponen non karkas. Data bobot potong dan bobot tubuh kosong dianalisis dengan ANOVA. Data berat dan persentase non karkas dianalsis dengan cara ANCOVA dan dilanjutkan dengan Least Square Means. Pemberian limbah tauge berpengaruh sangat nyata lebih tinggi terhadap bobot potong dan bobot tubuh kosong (P<0.01). Manajemen pemberian pakan yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata terhadap bobot komponen non karkas yaitu alat kelamin dan perut (P<0.05) dan persentase non karkas yaitu esofagus, usus besar dan testis. Tidak terdapat pengaruh nyata (P>0.05) bobot maupun persentase komponen non karkas dari perlakuan perbedaan pakan. Interaksi antar perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot paru-paru dan trachea (P<0.05) dan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase usus besar. Bobot maupun persentase total komponen non karkas tidak dipengaruhi oleh perlakuan perbedaan pakan maupun perbedaan manajemen waktu pemberian pakan.

Kata Kunci : bobot potong, bobot tubuh kosong, domba garut, limbah tauge, non karkas.

ABSTRACT

CAHYA MUKTI DWI KURNIA. Slaughter Weight And Non-Carcas Weight of Garut Lambs With Waste Mung Bean Sprout Feed And Different Feeding Time. Supervised by MOHAMAD YAMIN dan MUHAMAD BAIHAQI.

(6)

feeding complete ration and grass with a complete ration and waste bean sprout and the influence of feeding time in the morning or evening to slaughter weight and non carcass weight of Garut lamb. A total of 12 Garut lambs 5-7 months of age with an average weight of 16.81 ± 2.0 kg were classified in a factorial randomized completely design 2x2. The first factor was the difference in the feeding comprising R1 (complete ration 60% + grass 40%) and R2 (Complete ration 60% + waste bean sprouts 40%). The second factor was the difference in feeding time consisting of P (morning feeding) and S (evening feeding). The parameters analyzed included slaughter weight and empty body weight, carcass weight and percentage of non-carcass components. Data of slaughter weight and empty body weight were analyzed by ANOVA. Data of non-carcass weight and percentage were analyzed by ANCOVA followed by Least Square Means. Been sprout waste feed had very significantly higher on slaughter weight and empty body weight (P <0.01). Different feeding time showed significantly different results against non carcass components weights were genitals and abdomen (P <0.05), and the percentage of non-carcass were on esophagus, large intestine and testis. There were no significantly effects (P> 0.05) on weight and percentage of non-carcass components of treatment differences in feed. Interaction between treatments significantly affected the weight of the lungs and trachea (P <0.05) and very significant effect on the percentage of large intestine (P <0.01). The weight and the percentage of total non-carcass components were not affected by treatment differences in feed or feeding time.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

CAHYA MUKTI DWI KURNIA

BOBOT POTONG DAN BOBOT NON KARKAS DOMBA GARUT

JANTAN MUDA DENGAN PAKAN LIMBAH TAUGE

DAN WAKTU PEMBERIAN BERBEDA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Bobot Potong dan Bobot Non Karkas Domba Garut Jantan Muda dengan Pakan Limbah Tauge dan Waktu Pemberian Berbeda. Nama : Cahya Mukti Dwi Kurnia

NIM : D14100058

Disetujui oleh

Dr Ir Moh.Yamin, MAgrSc Pembimbing I

Muhamad Baihaqi, SPt, MSc. Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karuniaNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan tugas akhir skripsi yang sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dengan judul Bobot Potong dan Bobot Non Karkas Domba Garut Jantan Muda dengan Pakan Limbah Tauge dan Waktu Pemberian Berbeda.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr Ir Moh.Yamin, MAgrSc dan Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc selaku dosen pembimbing sejak penulisan proposal hingga penulisan skripsi atas bimbingan, nasehat dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk bergabung dalam tim penelitian dan banyak memberi masukan dan saran dalam pelaksanaan penelitian maupun penyelesaian tugas akhir ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr Ir Afton Atabany, MSi selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis juga haturkan kepada Mama Papa yang telah berjuang keras memenuhi segala kebutuhan baik bentuk materil maupun moril kepada penulis selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, serta Mas Enggar, dik Putra, dik Manda dan kekasih Rizky Amalia KS yang selalu memotivasi, mendukung dan memberi nasehat kepada penulis.

Ucapan terimakasih dan penghargaan penulis berikan kepada teman-teman tim penelitian Mbak aslimah, Bima, Sabrun, Iwan, Fira dan Vivin serta Pak Haer, Pak Amir dan Pak ucup atas kerjasama dan bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada Oki, Hengki, Alul, Alja, dan seluruh teman-teman IPTP47 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat kepada para pembaca.

Bogor, September 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Ternak 2

Kandang dan Peralatan 3

Pakan 3

Prosedur 4

Persiapan Pemeliharaan 4

Pemeliharaan 4

Akhir Pemeliharaan 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

Peubah 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum Penelitian 6

Bobot Potong dan Tubuh Kosong 7

Bobot dan Persentase Non Karkas 8

Total Non Karkas 8

Offal Merah 8

Offal Hijau dan Organ Reproduksi 10

Organ Eksternal dan Inedible Portion 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan zat makanan konsentrat, rumput lapang, dan limbah tauge 3 2 Kandugan zat makanan ransum dalam 100% bahan kering 4 3 Rataan suhu dan kelembaban di dalam kandang 6 4 Rata-rata bobot potong dan bobot tubuh kosong 7 5 Rata-rata bobot dan persentase total komponen non karkas 8

6 Rata-rata bobot komponen offal merah 9

7 Rata-rata persentase komponen offal merah 10 8 Rata-rata bobot komponen offal hijau dan Organ Reproduksi 11 9 Rata-rata persentase komponen offal hijau dan Organ Reproduksi 12 10 Rata-rata bobot dan persentase komponen organ eksternal dan

Inedible portion 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar contoh domba garut yang digunakan (a) domba dengan ransum

R1 dan (b) domba dengan ransum R2 17

2 Gambar contoh bahan pakan yang digunakan (a) ransum komplit 1

(b) rumput lapang (c) ransum komplit 2 (d) limbah tauge 17 3 Gambar contoh komponen non karkas (a) total non karkas (b) offal

merah (c) offal hijau (d) organ reproduksi (e) organ eksternal dan

(f) ineible portion 18

4 Hasil analisis ragam bobot potong 18

5 Hasil analisis ragam bobot tubuh kosong 18 7 Hasil analisis peragam bobot alat kelamin 18 8 Hasil analisis peragam bobot paru-paru trachea 19

9 Hasil analisis peragam bobot perut 19

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu komoditi ternak ruminansia kecil yang juga berperan dalam memenuhi kebutuhan dan permintaan daging yang terus meningkat. Berdasarkan data proyeksi kebutuhan dan konsumsi daging nasional kebutuhan konsumsi daging tahun 2014 sebesar 594.36 ribu ton dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 822.46 ribu ton (Rusono et al. 2013). Ternak domba perlu dikembangkan secara baik dan benar agar produktifitasnya meningkat guna memenuhi kebutuhan daging di masyarakat. Salah satu cara pengembangan ternak domba untuk meningkatkan produktifitasnya adalah dengan cara penggemukan.

Pemberian pakan dalam program penggemukan domba umumnya menggunakan hijauan dan konsentrat. Pakan yang berkualitas tinggi akan meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan bobot badan domba sehingga bobot potong, bobot karkas dan bobot non karkas yang optimal. Ketersediaan hijauan pakan yang berupa rumput umumnya bergantung pada alam sehingga pada musim tertentu biasanya hijauan pakan kurang tersedia. Adanya kendala tersebut maka pakan alternatif lain perlu mendapat perhatian lebih agar pakan hijauan selalu tersedia dengan jumlah yang cukup dan mempunyai kandungan nutrisi yang baik.

Salah satu hijauan yang bisa menggantikan rumput adalah limbah dari tauge yang mempunyai kandungan nutrisi yang cukup baik dan dapat dijadikan sebagai sumber serat. Berdasarkan uji kimia menunjukkan bahwa limbah tauge memiliki kandungan nutrien yang cukup baik, yakni berdasarkan kandungan bahan kering (BK) mengandung protein kasar (PK) sebesar ± 13%-14 %, serat kasar (SK) 49.44% dan TDN sebesar 64.65% (Rahayu et al. 2010). Limbah tauge cukup banyak ditemukan di pasaran dan kebanyakan masih belum dimanfaatkan, sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai pengganti rumput sebagai hijauan.

Penggunaan limbah tauge diharapkan dapat menggantikan rumput sebagai pakan utama domba dan dapat meningkatkan produktivitas domba dalam segi bobot potong serta mengoptimumkan pertumbuhan non karkas yang masih mempunyai nilai ekonomi. Produktifitas domba yang diberi pakan limbah tauge perlu dibandingkan dengan produktifitas domba yang diberi pakan berupa hijauan rumput agar diketahui pengaruh yang terjadi pada bobot potong dan non karkas domba.

(14)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan ransum komplit dan rumput lapangdengan pemberian pakan ransum komplit dan limbah tauge serta pengaruh waktu pemberian pakan pagi atau sore hari terhadap bobot potong dan bobot non karkas domba garut jantan pada masa pertumbuhan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan usaha untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pemberian pakan dan waktu pemberian pakan yang berbeda terhadap bobot potong, bobot non karkas, dan persentase non karkas domba garut jantan. Pakan yang diberikan adalah R1(ransum komplit dan rumput lapang) dan R2 (ransum komplit dan limbah tauge). Manajeman waktu pemberian pakan pagi hari (P) dan sore hari (S). Pemberian limbah tauge diharapkan mampu meningkatkan bobot potong dan mengoptimalkan pertumbuhan non karkas sehingga dapat menggantikan penggunaan hijauan rumput lapang. Selain itu perlakuan pemberian pakan pada malam hari diharapkan dapat meningkatkan bobot potong. Peubah yang diuji adalah bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot non karkas dan persentase non karkas.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium lapang blok B Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil, Departemen Ilmu Produksi Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan September 2013.

Bahan

Ternak

Ternak domba yang digunakan adalah domba Garut jantan yang berumur kurang dari satu tahun yang berjumlah 12 ekor dengan rata-rata bobot tubuh awal 16.81 ± 2.0 kg (koefisien keragaman 13.58%)danumur ternak domba rata-rata 5-7 bulan. Domba diperoleh dari peternakan yang berada di sekitar kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kandang dan Peralatan

(15)

3

badan domba, termometer dan hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan didalam kandang, baskom, kantung plastik, gelas ukur dan satu set perlengkapan pisau untuk memotong domba diakhir penelitian.

Pakan

Ransum yang diberikan berupa rumput lapang yang sebagian besar mengandung Brachiaria humidicola yang diperoleh dari padang pastura di labolatorium lapang ternak ruminansia kecil, limbah tauge yang diperoleh dari pasar Anyar Bogor dan ransum komplit yang disusun sendiri. Bahan-bahan ransum komplit yang disusun sendiri terdiri dari onggok, bungkil sawit, bungkil kedelai, molases, DCP, calcium carbonate, garam dan premix. Penyusunan ransum dalam penelitian ini berdasarkan isoenergi dan isoprotein persentase bahan yang digunakan sesuai dengan hasil analisis analisis uji proksimat bahan pakan.

Ket: Hasil analisis uji proksimat di Lab. Pengolahan Bahan Makanan Ternak (2013) ; *) ; ransum komplit 1 = untuk R1 dan ransum komplit 2 = untuk R2. As Fed = segar; BK = hasil pengeringan dalam oven 105oC; *) Hasil perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1997)

(16)

4

Tabel 2 Kandugan zat makanan ransum dalam 100% bahan kering

Bahan BK Abu PK SK LK Beta-N TDN*

Ket: LT= limbah tauge. Hasil Analisis Proksimat Laboratotium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (2013);*) Hasil perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1997)

Prosedur

Persiapan

Kandang domba dibersihkan dan disanitasi seminggu sebelum domba dimasukan ke dalam kandang. Termometer dan hygrometer dipasang di tempat yang sudah disesuaikan di dalam kandang. Domba yang telah tiba di istirahatkan, diberi obat cacing, dan diberi antibiotik serta domba diberi kode perlakuan dengan cara dipasang kalung di leher domba. Sebelum dimasukan ke dalam kandang, domba ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal kemudian domba di masukan ke dalam kandang individu masing-masing yang telah disiapkan dan sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan domba meliputi pembersihan kandang, pemberian makan dan minum, penimbangan sisa pakan dan pencatatan suhu dan kelembapan didalam kandang serta penimbangan bobot badan. Pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan bahan kering domba yaitu 4% dari bobot badan dan jenis pakan disesuaikan dengan perlakuan. Minuman yang diberikan berupa air bersih tanpa ada penambahan bahan terlarut dan diberikan secara ad libitum. Pakan dan minum diberikan setiap pagi (06.30) dan setiap sore (17.30). Sisa pakan yang tidak dimakan ditimbang. Suhu dan kelembapan dicatat setiap pukul 06.00; 09.00; 12.00; 15.00; 18.00; dan 21.00. Bobot badan domba ditimbang setiap minggu untuk diketahui pertambahan bobot badan tiap minggunya. Penimbangan domba dilakukan dengan cara ternak digantung di timbangan dan ditahan dengan alat penahan untuk menahan perut domba saat ditimbang. Pemeliharaan ini dilakukan selama tiga bulan.

Akhir Pemeliharaan

(17)

5

akhir. Ternak dipuasakan selama 16 jam dengan tetap diberi air minum, dilakukan penimbangan untuk memperoleh bobot potong ternak. Pemotongan dilakukan dengan cara memotong pada bagian atas leher dekat rahang bawah, sampai semua pembuluh darah, trachea, dan oesophagus terpotong. Darah ditampung untuk ditimbang bobotnya. Sebelum dikuliti, kepala dan kaki bagian bawah dipisahkan dari tubuh domba. Kepala dipotong pada sendi occipito atlantis. Kepala dan kaki masing masing ditimbang sebagai bobot kepala dan kaki.

Domba lalu digantung pada tendon achiles kaki bagian belakang, lalu diikat dan dikuliti, kemudian kulit ditimbang sebagai bobot kulit dan ekor ditimbang untuk bobot ekor. Selanjutnya saluran dan alat reproduksi, isi rongga perut dan rongga dada (saluran pencernaan, hati, jantung, limpa, ginjal dan paru-paru) dikeluarkan, lalu ditimbang bobot setiap organ tersebut, kemudian karkas ditimbang dan diperoleh bobot karkas panas.

Saluran pencernaan sebelum ditimbang dipisahkan dari lemak yang melekat pada bagian-bagian tersebut kemudian lemak tersebut ditimbang sebagai bobot lemak ommental dan mesentrium. Setelah saluran pencernaan dibersihkan, bobot semua bagian isi rongga perut dan rongga dada, darah tertampung, kaki, kepala dan kulit dijumlahkan sehingga diperoleh bobot non karkas.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2x2 dengan tiga kali ulangan. Faktor utama perlakuan adalah pakan R1 (Ransum komplit1 + Rumput lapang) dan R2 (Ransum komplit2 + limbah tauge) dan faktor kedua adalah waktu pemberian pakan yang berbeda P (pagi) dan S (sore). Model matematika menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij +

ε

ijk

Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan perlakuan pakan ke-i dan manajemen ke-j µ : Nilai tengah umum pengamatan

αi : Pengaruh pemberian pakan pada taraf ke-i (R1 dan R2)

βj : Pengaruh manajemen pada taraf ke-j (P dan S)

(αβ)ij :Interaksi antara pemberian pakan dan manajemen pemberian pakan(αβ)

εijk : Pengaruh galat percobaan

(18)

6

Peubah

1. Bobot Potong : bobot tubuh yang ditimbang sebelum pemotongan.

2. Bobot Tubuh Kosong : bobot potong setelah dipisahkan dengan bobot isi saluran pencernaan dan empedu.

3. Bobot dan persentase total non karkas yaitu seluruh komponen non karkas domba (offal merah, offal hijau, organ reproduksi, organ eksternal, dan inedible portion)

4. Bobot dan persentase offal merah yang terdiri dari jantung, paru-paru trachea, limpa, hati, diafragma dan esofagus

5. Bobot dan persentase offal hijau yang terdiri dari perut (rumen, retikulum,omasum dan obamasum), usus halus dan usus besar

6. Bobot dan persentase organ reproduksi yang terdiri dari alat kelamin, dan testis

7. Bobot dan persentase organ eksternal yang terdiri dari kepala, kaki, kulit dan ekor

8. Bobot dan persentase inedible portion yang terdiri dari isi saluran pencernaan dan darah tertampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Pemeliharaan domba garut dilaksanakan di Labolatorium Lapang Ternak ruminansia kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan kondisi lingkungan suhu dan kelembapan didalam kandang yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kisaran Suhu dan Kelembapan kandang selama pemeliharaan

Waktu Suhu (oC) Kelembapan (%)

03.00 27.05±0.79 83.15±2.08

06.00 26.47±0.74 83.49±2.25

14.00 34.08±2.32 56.41±9.04

18.00 30.22±1.62 74.26±5.40

21.00 28.08±1.45 80.49±3.54

(19)

7

Bobot Potong dan Bobot Tubuh Kosong

Penggemukan domba umumnya bertujuan untuk menghasilkan bobot potong yang tinggi agar mampu meningkatkan nilai jual. Bobot potong dan bobot tubuh kosong domba garut jantan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4 Tabel 4. Rata-rata bobot potong dan bobot tubuh kosong

Variabel Perlakuan R1 R2 Rata-Rata

kg Bobot

Potong

Pagi 20.00±2.02 25.36±1.85 22.68±3.41 Sore 21.63±1.52 25.73±3.02 23.68±3.11 rata-rata 20.81±1.83B 25.55±2.25A

Bobot Tubuh Kosong

Pagi 16.46±1.06 21.85±2.08 19.15±3.30 Sore 17.69±1.09 22.05±2.64 19.87±2.99 rata-rata 17.07±1.173B 21.95±2.13A

Ket : Huruf kapital menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01). R1= 60% ransum komplit 1 + 40% rumput , R2= 60% Ransum komplit 2 + 40% limbah tauge. Pagi= pembeian pakan pagi , sore = pemberian pakan sore.

Bobot potong domba garut jantan yang digemukan pada penelitian ini menunjukan hasil yang sangat berbeda nyata dari perlakuan perbedaaan pakan (P<0.01). Perbedaan pakan berpengaruh sangat nyata kemungkinan dikarenakan konsumsi bahan kering, TDN, dan protein kasar ransum R2 yang lebih tinggi. Sebagaimana data yang disampaikan oleh Mahfudzin (2014) yang melaporkan bahwa domba yang mengokonsumsi ransum mengandung limbah tauge tingkat konsumsi bahan kering, TDN dan protein kasar lebih tinggi dibanding ransum yang mengandung rumput. Tobing et al. (2004) menjelaskan, semakin banyak pakan yang terkonsumsi dan zat-zat yang tercerna, maka semakin tinggi PBHH sehingga berpengaruh pada bobot potong yang diperoleh. Purbowanti et al. (2005) menambahkan bobot potong domba lokal jantan umur sembilan bulan adalah 25.2 kg.

(20)

8

Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas

Total Non Karkas

Komponen non karkas menurut Soeparno (1994) adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri dari kepala, kulit, organ – organ internal, kaki bagian bawah dari sendi karpal untuk kaki depan, sendi tarsal atau kaki bagian belakang. Bobot dan persentase rataan komponen non karkas domba garut yang digemukan dengan pakan dan waktu pemberian pakan berbeda disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata bobot dan persentase total komponen non karkas

Variabel Perlakuan R1 R2 Rata-Rata

g

Bobot total non karkas

Pagi 12 869.40±264.70 12 899.46±235.30 12 884.43±133.46 Sore 13 281.95±217.34 12 790.84±243.16 13 036.39±133.46 rata-rata 13 075.68±199.71 12 845.15±199.71

%

Total non karkas

Pagi 38.09±2.50 42.73±2.22 40.41±1.26 Sore 38.20±2.05 41.77±2.30 39.98±1.26

rata-rata 38.14±1.89 42.25±1.89

Ket : Persen dan bobot non karkas dikoreksi berdasarkan rataan bobot tubuh kosong pada 19 518.42 g. Persen non karkas didapat dari pembagian bobot non karkas tanpa isi pencernaan dengan berat tubuh kosong. R1= 60% konsentrat+40% rumput , R2= 60% konsentrat+40% limbah tauge. Pagi = pemberian pakan pagi , sore = pemberian pakan Sore.

Bobot dan persentase total komponen non karkas pada penelitian ini menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata baik perlakuan perbedaan pakan maupun perbedaan waktu pemberian pakan baik pemberian pagi atau sore hari (P>0.05). penelitian Meigyatmoko (2013) melaporkan bobot non karkas domba ekor gemuk yang digemukan dengan kandungan pakan isoenergi menunjukan hasil tidak berbeda nyata. Persentase komponen non karkas dipengaruhi oleh bobot komponen non karkasnya (Prakoso et al. 2009). Bobot total komponen non karkas tidak berbeda nyata sehingga persentase total non karkasnya juga tidak berbeda nyata.

Offal Merah

(21)

9

Tabel 6. Rata-rata bobot komponen offal merah

Variabel Perlakuan R1 R2 Rata-Rata

g Jantung

Pagi 107.68±8.52 94.94±8.94 101.31±5.41 Sore 107.04±9.31 114.43±10.87 110.73±5.91 rata-rata 107.36±7.11 104.68±7.93

Limpa

Pagi 34.94±3.65 37.54±3.83 36.24±2.32 Sore 34.53±3.99 25.99±4.66 30.26±2.53 rata-rata 34.73±3.05 31.77±3.40

Diafragma

Pagi 44.73±4.79 44.53±5.03 44.63±3.04 Sore 48.24±5.24 42.90±6.12 45.57±3.32 rata-rata 46.48±4.00 43.72±4.46

Paru-paru dan Trachea

Pagi 240.13±27.05b 375.63±28.39a 307.88±17.18 Sore 292.30±29.57ab 298.21±34.52ab 295.26±18.77 rata-rata 266.21±22.60 336.92±25.17

Hati

Pagi 370.61±23.01 398.13±24.15 384.37±15.96 Sore 417.04±25.16 376.33±29.36 396.68±14.62 rata-rata 393.83±19.22 387.23±21.41

Ket : Huruf kecil berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). Bobot non karkas dikoreksi berdasarkan rataan bobot tubuh kosong pada 19 518.42g. R1= 60% ransum komplit 1 + 40% rumput , R2= 60% Ransum komplit 2 +40% limbah tauge. Pagi = pemberian pakan Pagi , sore = pemberian pakan sore.

(22)

10

Tabel 7. Rata-rata persentase komponen offal merah

Variabel Perlakuan R1 R2 Rata-Rata

Ket : Persen non karkas dikoreksi berdasarkan rataan bobot tubuh kosong pada 19 518.42 g. R1= 60% ransum komplit 1 + 40% rumput , R2= 60% Ransum komplit 2 +40% limbah tauge. Pagi = pemberian pakan Pagi , sore = pemberian pakan sore.

Perlakuan perbedaan waktu pemberian pakan maupun perbedaan pakan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap persentase offal merah secara keseluruah (P>0.05). Hal ini kemungkinan disebabkan karena bobot offal merah tidak berbeda nyata sehingga persentase offal merah tidak berbeda nyata. Hasil rataan persentase komponen offal merah pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Meigyantoko (2013) yang melaporkan rata-rata persentase jantung, limpa, paru-paru dan trachea dan hati pada domba lokal dibawah umur 1tahun berturut-turut adalah 0.45%, 0.16%, 1.25%, 1.50%.

Offal Hijau dan Organ Reproduksi

(23)

11

Tabel 8. Rata-rata bobot komponen offal hijau dan organ reproduksi

Variabel Perlakuan R1 R2 Rata-Rata

g Perut

Pagi 735.21±40.50 801.95±42.51 768.58±25.73b Sore 893.87±44.29 833.22±51.70 863.54±28.10a rata-rata 814.54±33.84 817.58±37.69

Usus Halus

Pagi 980.14±110.40 864.19±115.86 922.17±70.14 Sore 930.31±120.70 1 119.96±140.89 1025.13±76.60 rata-rata 955.23±92.22 992.07±102.73

Usus Besar

Pagi 483.68±30.73 386.64±32.25 435.16±19.52 Sore 394.89±33.60 427.55±39.22 411.22±21.32 rata-rata 439.28±25.67 407.09±28.59

Esofagus

Pagi 39.13±3.56 42.26±3.73 40.69±2.26 Sore 32.64±3.89 39.57±4.54 36.11±2.47 rata-rata 35.89±2.97 40.91±3.31

Lemak omental & Mesentrium

Pagi 444.26±124.61 605.33±130.78 524.80±79.17 Sore 420.69±136.25 519.60±159.04 470.15±86.46 rata-rata 432.48±104.10 562.47±115.96

Pagi 44.38±9.81 62.49±10.30 53.43±6.23b Alat Kelamin Sore 70.09±10.73 88.22±12.52 79.16±6.81a

Rata-rata 57.24±8.20 75.35±9.13

Pagi 306.09±30.92 221.90±32.45 263.99±19.64 Testis Sore 240.85±33.80 172.11±39.46 206.48±21.45

rata-rata 273.47±25.83 197.01±28.77

Ket : Huruf kecil berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). Bobot non karkas dikoreksi berdasarkan rataan bobot tubuh kosong pada 19 518.42 g. R1= 60% ransum komplit 1 + 40% rumput , R2= 60% Ransum komplit 2 +40% limbah tauge. Pagi = pemberian pakan Pagi , sore = pemberian pakan sore.

(24)

12

Samsudewa (2006) melaporkan berat alat kelamin domba lokal berkorelasi positif terhadap bobot badan.

Tabel 9. Rata-rata persentase komponen offal hijau dan organ reproduksi

Variabel Perlakuan R1 R2 Rata-Rata

Pagi 2.65±0.13A 1.90±0.14C 2.28±0.08a Sore 1.86±0.15B 2.07±0.17CD 1.96±0.09b rata-rata 2.26±0.11 1.98±0.12 Alat Kelamin Sore 0.33±0.05 0.41±0.05 0.37±0.03

Rata-rata 0.29±0.03 0.35±0.04

Pagi 1.60±0.17 1.07±0.18 1.33±0.10a

Testis Sore 1.08±0.18 0.83±0.22 0.95±0.11b

rata-rata 1.34±0.14 0.95±0.16

Ket : Huruf kecil berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05), huruf kapital menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01). Persen non karkas dikoreksi berdasarkan rataan bobot tubuh kosong pada 19 518.42 g. Persen non karkas didapat dari pembagian bobot non karkas dengan berat tubuh kosong. R1= 60% ransum komplit 1 + 40% rumput , R2= 60% ransum komplit 2 + 40% limbah tauge. Pagi = pemberian pakan pagi , sore = pemberian pakan sore.

(25)

13

karena proses absorbsi air yang lama untuk menjaga tubuh ternak dari dehidrasi saat meningkatnya suhu lingkungan di siang hari. Pearce (1979) menjelaskan bahwa fungsi usus besar adalah menyerap air, garam, dan glukosa. Sedangkan untuk komponen esofagus kemungkinan disebakan oleh pertumbuhan non karkas khususnya bagian esofagus tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan bobot potong khusunya pada proporsi karkas sehingga persentase esofagus menjadi lebih tinggi. Terdapat interaksi tiap perlakuan yang sangat nyata (P<0.01) dari tiap perlakuan terhdap persentase usus besar. Persentase usus besar dari interaksi pemeberian ransum yang mengandung rumput dan pemberian pada pagi hari lebih tinggi dibanding dengan perlakuan yang diberi ransum yang mengandung rumput dan pemberian malam hari serta lebih besar dibanding dengan pemberian ransum yang mengandung limbah tauge dan pemberian pagi hari. Hal ini diduga karena ransum yang mengandung rumput mempunyai kadar air yang lebih tinggi yaitu sekitar 70% dibanding ramsum yang mengandung limbah tauge 65% sehingga penyerapan air yang terkandung pada rumput didalam usus besar menjadi lebih lama yang menyebabkan usus besar menjadi lebih besar.

Rata-rata persentase testis pada penelitian ini yaitu sebesar 0.95±0.16 % - 1.34±0.14 %. Partodihardjo (1980) menjelaskan testis akan berkembang lebih awal karena testis harus menjadi pendukung perkembangan organ reproduksi yang lain dengan menghasilkan hormon testosteron.

Organ Eksternal dan Inedible Portion

Bobot dan persentase organ eksternal merupakan bagian tubuh ternak yang tampak dari luar terdiri dari kepala, kulit, kaki dan ekor serta Inedible portion menurut Juliyanto (2013) terdiri dari darah tertampung, dan isi saluran pencernaan yang disajikan pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Rata-rata bobot dan persentase komponen organ eksternal dan inedible portion

Variabel Perlakuan R1 R2 Rata-Rata

Kepala

g

Pagi 1 648.76±159.59 1 839.70±167.48 1 744.23±101.39 Sore 1 506.77±174.49 1 854.83±203.68 1 680.80±110.73

rata-rata 1 577.76±133.32 1 847.27±148.50

Kulit

Pagi 1 861.08±279.62 2 865.89±293.45 2 363.48±177.66 Sore 2 299.55±305.73 2 534.10±356.87 2 416.83±194.02 rata-rata 2 080.32±233.60 2 699.99±260.20

Kaki

Pagi 557.76±29.39 652.73±30.84 605.25±18.67 Sore 618.69±32.13 630.21±37.51 624.45±20.39 rata-rata 588.23±24.55 641.47±27.35

Ekor Pagi 63.81±7.28 75.24±7.64 69.52±4.62

Sore 65.19±7.96 60.80±9.29 63.00±5.05

(26)

14 rata-rata 1 019.83±64.59 902.832±71.94

Isi sal. pencernaan

Pagi 3 956.94±505.37 3 189.88±449.24 3 573.41±254.81 Sore 4 187.25±414.95 3 325.25±464.25 3 756.25±254.81 rata-rata 4 072.09±381.30 3 257.57±381.30

Kepala limbah tauge. Pagi = pembeian pakan pagi , sore = pemberian pakan sore.

(27)

15

yang menyatakan persentase bobot darah lebih kurang adalah 4% dari bobot potong. Hasil persentase menunjukan bobot darah tertampung pada penelitian ini adalah 4.34% dari bobot potong.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Domba garut jantan yang diberi ransum mengandung limbah tauge menghasilkan bobot potong dan bobot tubuh kosong yang sangat nyata lebih tiggi dibanding dengan ransum yang mengandung rumput. Bobot dan persentase total komponen non karkas tidak dipengaruhi oleh perlakuan perbedaan pakan maupun perbedaan waktu pemberian pakan. Pemberian pakan sore hari nyata meningkatkan bobot alat kelamin dan perut sedangkan pemberian pakan pagi hari nyata meningkatkan persentase esofagus, usus besar dan testis. Interaksi antar perlakuan memberi pengaruh nyata terhadap bobot paru-paru dan trachea serta berpengaruh sangat nyata terhadap persentase usus besar. Pemberian pakan limbah tauge mampu meningkatkan bobot potong domba garut dengan tidak mempengaruhi pertumbuhan non karkas.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagian edible portion karena non karkas masih mempunyai nilai ekonomi. Selain itu perlu pengkajian yang lebih dalam lagi mengenai efek limbah tauge terhadap pertumbuhan non karkas domba garut dewasa dan jenis domba lain.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi D, Purbowati E, Adiwinarti R. 2005. Persentase “edible portion” domba yang diberi ampas tahu kering dengan aras yang berbeda. J Indon Trop Anim Agric. 30(4):248-254.

Alwi M. 2009. Bobot potong bobot karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan pada berbagai level penambahan kulit singkong dalam ransum [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Baihaqi M, Herman R. 2012. Carcass and non-carcass component of priangan and javanese fat-tailed rams slaughtered at mature live weight. Media Petern. 35(3):196-200.

Devendra C, Lorey MC. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. London (GB): Longman Pr.

Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): UGM Pr

(28)

16

Hudallah, Lestari CMS, Purbowati E. 2007. Persentase karkas dan non karkas Domba lokal jantan dengan metode pemberian pakan yang berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta (ID) : Kanisius.

Julianto A. 2013. Karakteristik karkas dan non karkas domba ekor tipis betina dengan bobot potong yang berbeda di TPH Maleber Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kartasudjana R. 2001. Teknik Budidaya Ternak. Jakarta (ID):Departemen Pendidikan Nasional.

Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Parakkasi A, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Meat Science.

Matjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perencanaan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. Bogor (ID):IPB Pr.

Mahfudzin I. 2014. Performa domba garut jantan yang diberi pakan limbah tauge sebagai pegganti rumput lapang pada waktu pemberian yang berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Meigyantoko D. 2013. Komposisi non karkas domba ekor gemuk yang digemukan dengan penambahan ampas tahu dan pencukuran woll [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak Ruminant. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Pearce EC. 1979. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Partodihardjo S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta (ID): Penerbit Mutiara. Purbowanti E. 2009. Usaha penggemukan domba. Depok (ID). Penebar swadaya. Rahaldo P. 2012. Persentase karkas, non karkas dan jeroan sapi brahman cross

pada berbagai ukuran bobot hidup [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahayu S, Wadito DS, Ifafah WW. 2010. Survey potensi limbah tauge di Kotamadya Bogor. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Rianto E, Lindasari E, Purbowati E. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik karkas domba ekor tipis jantan yang mendapat dedak padi dengan aras berbeda. Jurnal Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 8(1): 28 – 33.

Rusono N, Anwar S, Ade C, Ali M, Ifan M, Tejaningsih, Prayogo U, Sri HS, Muhammad M. 2013. Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Jakarta (ID): Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas.

Samsudewa D, Purbowati E. 2006. Ukuran organ reproduksi domba lokal jantan pada umur yang berbeda. Seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner. Semarang (ID): Fakultas Peternakan Universitas Dipenegoro Schwartzkopf GKS, Beauchemin KA, McAllister TA, Gibb DJ, Streeter M,

(29)

Soeparno. 1994. Ilmu

mu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Yogyaka v Pr.

CMS, Dartosukarno S. 2004. Proporsi karkas l jantan menggunakan pakan rumput Gajah de tahu. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropi 2011. Performa dan morfometrik domba ekor

pakan konsentrat dan limbah tauge pada taraf pe kripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

TN, Hill MK. 1975. Animal Science, Reproduc ool. Armidale (AU): Pegamon Press.

1985. Stress Pshiology in Livestock. Vol. 1. Flor oca Raton.

LAMPIRAN

contoh domba garut yang digunakan (a) dom um R1 dan (b) domba dengan ransum R2

n ransum R1 (b). Domba dengan ra

contoh bahan pakan yang digunakan (a) ransum umput lapang ,(c) ransum komplit 2 dan (d) limba

(30)

18

Lampiran 3. Gambar contoh komponen non karkas (a) Total non karkas ,(b) Offal merah, (c) Offal hijau, (d) Organ reproduksi, (e) Organ eksternal dan (f) Inedible portion

(a.). Total non karkas

(b). Offal merah

(c). Offal hijau

(d).

Organ reproduksi

(e). Organ eksternal

(f). Inedible portion Lampiran 4. Hasil analisis ragam bobot potong

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 86 194 136.01 86 194 136.01 15.13 0.0037

Manajemen pemberian 1 6 352 523.47 6 352 523.47 1.12 0.3185 Interaksi perlakuan 1 2 455 836.81 2 455 836.81 0.43 0.5279

Galat 9 51 265 138.70 5 696 126.50

Total 12 147 887 970.90

Lampiran 5. Hasil analisis ragam bobot tubuh kosong

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 89 277 068.27 89 277 068.27 14.78 0.0039

Manajemen pemberian 1 3 106 558.94 3 106 558.94 0.51 0.4915 Interaksi perlakuan 1 2 317 670.14 2 317 670.14 0.38 0.5510

Galat 9 54 363 037.40 6 040 337.50

Total 12 149 915 191.20

Lampiran 6. Hasil analisis peragam bobot alat kelamin

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 397.30 397.30 1.50 0.2548

Manajemen pemberian 1 2 002.73 2 002.73 7.59 0.0249

Interaksi perlakuan 1 0.00 0.00 0.00 0.9990

Bobot tubuh kosong 1 48.46 48.46 0.18 0.6796

Galat 8 2 112.28 264.03

(31)

19

Lampiran 7. Hasil analisis peragam bobot paru-paru trachea

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 6 054.78 6 054.78 3.02 0.1205

Manajemen pemberian 1 482.46 482.46 6.43 0.6370

Interaksi perlakuan 1 12 888.29 12 888.29 0.24 0.0350 Bobot tubuh kosong 1 5 277.69 5 277.69 2.63 0.1434

Galat 8 16 044.63 2 005.57

Total 12 83 267.69

Lampiran 8. Hasil analisis peragam bobot perut

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 11.23 11.23 0.00 0.9614

Manajemen pemberian 1 27 299.14 27 299.14 6.07 0.0391 Interaksi perlakuan 1 12 451.17 12 451.17 2.77 0.1347 Bobot tubuh kosong 1 42 582.95 42 582.95 9.47 0.0152

Galat 8 35 973.13 4 496.64

Total 12 219 315.69

Lampiran 9. Hasil analisis peragam persentase esofagus

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 0.00012049 0.00012049 0.27 0.6178

Manajemen pemberian 1 0.00387236 0.00387236 8.66 0.0186 Interaksi perlakuan 1 0.00101892 0.00101892 2.28 0.1696 Bobot tubuh kosong 1 0.00009706 0.00009706 0.22 0.6537

Galat 8 0.00357794 0.00044724

Total 12 0.00930769

Lampiran 10. Hasil analisis peragam persentase usus besar

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 0.08993905 0.08993905 1.69 0.2295

Manajemen pemberian 1 0.29834487 0.29834487 5.61 0.0453 Interaksi perlakuan 1 0.72123548 0.72123548 13.57 0.0062 Bobot tubuh kosong 1 0.15320932 0.15320932 2.88 0.1280

Galat 8 0.42519902 0.05314988

Total 12 2.90372308

Lampiran 11. Hasil analisis peragam persentase testis

Sumber keragaman DB JK KT F P

Pakan 1 0.18616292 0.18616292 2.28 0.1697

Manajemen pemberian 1 0.43522919 0.43522919 5.32 0.0499 Interaksi perlakuan 1 0.05755855 0.05755855 0.70 0.4258 Bobot tubuh kosong 1 0.37364529 0.37364529 4.57 0.0650

Galat 8 0.65398804 0.08174850

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Surabaya pada tanggal 12 juni 1992. Penulis merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Agus Hendratno dan Rulia Noviati. Penulis mengawali pendidikan sekolah dasar pada tahun 1998 di SDN Ngagel Rejo II Surabaya dan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004. Pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMP Muhammadiyah 5 Surabaya yang dimulai dari tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya pada tahun 2007 dan diselesaikan tahun 2010.

Gambar

Tabel 1. Kandungan zat makanan ransum komplit, rumput lapang, dan limbah
Tabel 2  Kandugan zat makanan ransum dalam 100% bahan kering
Tabel 4. Rata-rata bobot potong dan bobot tubuh kosong
Tabel 5. Rata-rata bobot dan persentase total komponen non karkas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Media Kalender oleh

PENGARUH ATRIBUT KUALITAS, HARGA, DESAIN DAN PELAYANAN SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP KEPUTUSAN

Pusat pelatihan dan simulasi kejadian bencana alam yang akan diusulkan dalam tulisan ini adalah untuk pendidikan kebencanaan yang bersifat mendadak yaitu gempa

[r]

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menyampaikan laporan perjalanan dan perubahan perilaku siswa kelas VIII D SMP Negeri

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Arah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dapat bermain tebak-tebakan pada anak kelompok B TK Pertiwi 2 Sidodadi Masaran Sragen mengalami peningkatan pada

Refleksi dilakukan dengan: (1) Me- ngecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan; (2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti