• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Cibeunying Periode 2013-2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Cibeunying Periode 2013-2015)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Yogie Mahendra

NIM : 21112218

TempatTanggalLahir : : Kuningan, 15 Maret 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Darma No. 129 RT/RW 08/01 Blok

Parenca Dusun Pakuwon Ds. Darma Kec. Darma Kuningan 45562

Telp/HP : 085861753295

Email : yogi3mahendra@yahoo.com

Status : Mahasiswa

Pendidikan Formal : Masih tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi.

Tahun Pendidikan Keterangan

2000 - 2006 SD Negeri Darma II Lulus dan Berijazah

2006 - 2009 SMP Negeri 1 Kadugede Lulus dan Berijazah

2009 - 2012 SMA Negeri 1 Kuningan Lulus dan Berijazah

2012 - Sekarang Universitas Komputer Indonesia Bandung Masih tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas

(5)

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN EKSTENSIFIKASI WAJIB

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying Periode 2013-2015)

THE INFLUENCE OF TAX COLLECTION AND TAXPAYER

EXTENSIFICATION AGAINST TAX RECEIPTS

(Case Study Of KPP Pratama Bandung Cibeunying Period 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Yogie Mahendra

21112218

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul : “PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN

EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying)” yang

sesuai dengan tujuan dan tepat pada waktunya.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam

menempuh Jenjang S-1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi pada

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Penulis tidak memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini penulis

menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat Bapak Ery Rahmat, SE.,

M.AK. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna

membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga

demi selesainya penyusunan Skripsi, akhirnya dengan do’a, semangat ikhtiar

penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan

(7)

iv

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE.,Spec.,Lic, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak.,Ak.,CA., selaku Ketua Program

Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ery Rahmat, SE., M.AK, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis selama penyusunan Skripsi.

5. Staff dosen pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman serta dukungan kepada peneliti selama menyelesaikan

kuliah.

6. Sekretariat Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia

yang telah membantu peneliti sehingga dapat menyelesaikan Skripsi

ini.

7. Staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying yang

telah memberikan masukan, pengetahuan dan pengalaman kepada

penulis.

8. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih do’a dan kasih sayang yang

selalu menjadi kekuatan dan motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.

9. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan Skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata semoga budi baik semua pihak yang telah diberikan kepada

(8)

v

berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khusunya pembaca serta

pihak-pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

WassalamualaikumWr.Wb.

Bandung, Juli 2016

(9)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

MOTTO

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1.4.1 Maksud Penelitian ... 9

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5.1 Kegunaan Praktis ... 9

(10)

vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Pajak ... 11

2.1.2 Penagihan Pajak ... 12

2.1.2.1 Tahap dan Waktu Penagihan pajak ... 12

2.1.2.2 Tindakan Penagihan Pajak ... 13

2.1.2.3 Indikator Penagihan Pajak ... 14

2.1.3 Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 14

2.1.3.1 Indikator Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 15

2.1.4 Penerimaan Pajak ... 16

2.1.4.1 Faktor-faktor Penerimaan Pajak ... 16

2.1.4.2 Indikator Penerimaan Pajak ... 17

2.2 Kerangka Pemikiran... 17

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak 19

2.2.2 Pengaruh Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak ... 20

(11)

viii

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ... 23

3.1.1 Unit Analisis……… 25

3.1.2 Unit Observasi………. 25 3.2 Operasionalisasi Variabel ... 25

3.3 Sumber Data... 27

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu penelitian ... 27

3.4.1 Populasi ... 27

3.4.2 Penarikan Sampel ... 28

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.6 Metode Pengujian Data ... 31

3.6.1 Rancangan Analisis ... 31

3.6.2 Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 44

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Penagihan Pajak di KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 44

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 49

(12)

ix

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 60

4.1.2.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 61

4.1.2.2 Regresi Linier Berganda ... 64

4.1.2.3 Koefisien Korelasi ... 66

4.1.2.4 Koefisien Determinasi ... 67

4.1.2.5 Pengujian Hipotesis ... 69

4.2 Pembahasan ... 72

4.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 72

4.2.1 Pengaruh Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

5.2.1 Saran Operasional ... 77

5.2.2 Saran Teknis ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(13)

79

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bambang Brodjonegoro. 2016. Bila Tax Amnesty Batal Ribuan Pemeriksa Disiapkan Kejar Pajak Orang Pribadi. Sumber: http://finance.detik.com.

Darmin Nasution. 2011. Kepatuhan Pajak. Diakses 19 maret 2016 dari: www.kompas.com

Departemen Keuangan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Penagihan Pajak 2009. Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta.

Erly Suandy. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Imam Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SSPS 19 (edisi kelima.) Semarang: Universitas Diponegoro.

Hernadi Irman. 2013. Pengaruh Penagihan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pajak Wilayah Pajak JABAR 1). Jurnal Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Bandung.

Hidayat, Abu Gandjar Aritosa. 2008. Pengaruh Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri di KPP Pratama Bandung-Tegallega). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Husein Umar. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mekar Satria Utama. 2015. Realisasi Pajak Melonjak 56% Periode Maret ke April. Sumber: http://bisnis.liputan6.com.

Mohammad Zain. 2005. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

(14)

80

. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ratna Sari, Maria M dan Afriyanti, Ni Nyoman. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPH Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Denpasar Timur. Denpasar : Universitas Udayana.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Santoso Singgih, 2002 Statistik Parametrik, Cetakan Ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Siti Kurnia Rahayu, 2010 .PERPAJAKAN INDONESIA : Konsep dan Aspek Formal, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Mukhlis, Iman. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Simanungkalit Adelina. 2015. Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

(Studi Kasus pada KPP Pratama Bitung). Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Manado, 95115,Indonesia.

Sony Devano, dan Siti Kurni Rahayu, 2006, Perpajakan: Konsep,Teori,dan Isu, Satu,Jakarta: 2006.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Supramono & Theresia. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Andi

Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak. Jurnal Keuangan Publik, 4(1),105-121.

(15)

81

Pratama Bandung Karees). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Umi Narimawati. 2008. Analisis Multifariat untuk Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

. 2010. Penulisan Karya Ilmiah :Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi : Genesis. Vol. 5 No.6 Agustus-September 2006.

_____________________, 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang – Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000, tentang Pajak Penghasilan, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, Citra Umbara, Bandung, 2000.

Waluyo. 2000. Perpajakan. Indonesia.Jakarta : Salemba Empat.

Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

(16)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIRDAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pajak

Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1) Pajak adalah sebagai

berikut :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Sedangkan menurut P.J.A. Adriani dalam Waluyo (2013:2) :

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian pajak tersebut dapat dikatakan bahwa

pajak adalah iuran kepada Negara (yang bersifat memaksa) bagi yang wajib

membayarnya berdasarkan peraturan-peraturan umum (Undang-Undang

Perpajakan) dengan tidak mendapatkan prestasi atau imbalan secara langsung,dan

digunakan untuk membiayai keperluan pengeluaran negara dalam

menyelenggarakan pemerintahannya bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran

(17)

12

2.1.2. Penagihan Pajak

Pengertian Penagihan menurut Gunadi (2011:48) yaitu sebagai berikut:

“Penagihan pajak dilakukan berdasarkan utang pajak yang belum dibayar

(tunggakan pajak) yang tercantum dalam ketetapan pajak”.

Adapun menurut Diana Sari (2013:264) mendefinikasikan Penagihan

pajak adalah :

“Serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita”.

Sedangkan Penagihan Pajak menurut Mardiasmo (2003:45) dalam

bukunya Perpajakan, mendefinisikan bahwa :

“Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”. Berdasarkan dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

penagihan pajak adalah serangkaian tindakan petugas pajak (juru sita) menegur

dan memperingatkan wajib pajak agar melunasi utang pajak dengan menerbitkan

surat teguran, surat paksa, melaksanakan penyitaan dan menjual barang sita.

2.1.2.1 Tahapan Dan Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.24/PMK.03/2008 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan

Seketika dan Sekaligus, tahapan dan jadwal waktu pelaksanaan penagihan pajak

(18)

13

 Penagihan pajak

1) Pejabat menerbitkan surat teguran, surat peringatan, atau surat lain yang

sejenis apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam

jangka waktu 7 hari setelah jatuh tempo.

2) Selanjutnya surat paksa diterbitkan apabila dalam jangka waktu 21 hari

setelah surat teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis

diterbitkan namun penanggung pajak masih juga belum melunasi

utangpajaknya. Kewajiban pajak sebagaimana terutang dalam surat

paksa harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam.

3) Apabila utang pajak belum dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana

tertuang dalam surat paksa yaitu 2x24 jam, maka pejabat dapat

menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

4) Empat belas hari setelah dilakukan penagihan pajak dengan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), ternyata penanggung

pajakbelum melunasi utang pajaknya, pejabat menerbitkan surat

perintah tentang pengumuman lelang.

5) Empat belas hari setelah pengumuman lelang ternyata penanggung

pajakmasih belum juga melunasi utang pajaknya, pejabat melakukan

penjualan barang sitaan penanggung pajak melalui Kantor Lelang

Negara.

2.1.2.2 Tindakan Penagihan Pajak

Menurut Erly Suandy (2011:173) penagihan pajak dapat

(19)

14

1) “Penagihan pajak pasif

Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan STP, SKPKB,SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yangmenyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangkawaktu 30 hari belum dilunasi maka 7 hari setelah jatuh tempo akan diikutidengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkansurat teguran.

2) Penagihan pajak aktif

Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,dimana dalam upaya penagihan ini fiskus lebih berperan aktif dalam artitidak hanya mengirim STP atau SKP tetapi akan diikuti dengan tindakansita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Pelaksanaan penagihan aktif dijadwalkan berlangsung selama 58 hari yang dimulai denganpenyampaian surat teguran, surat paksa, surat perintah melaksanakanpenyitaan, dan pengumuman lelang”.

2.1.2.3 Indikator Penagihan Pajak

Indikator penagihan pajak dalam penelitian ini menggunakan pemikiran

menurut Diana Sari (2013:264) bahwa penagihan pajak adalah serangkaian

tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak

dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan

sekaligus memberitahukan surat paksa. Surat Paksa mempunyai kekuatan

eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Berdasarkan penjelasan diatas,

maka indikator yang digunkan dalam penelitian ini yaitu jumlah Surat Paksa.

2.1.3 Ekstensifikasi Wajib Pajak

Menurut Prof. Gunardi (2012:28) Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah :

“Upaya meningkatkan penerimaan pajak dengan cara menambah jumlah

wajib pajak yang belum terdaftar atau menambah jumlah jenis pajak yang

baru”.

(20)

15

mengatakan bahwa:

“Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah cara meningkatkan penerimaan pajak dengan cara perluasan pemungutan pajak dalam arti menambah wajib pajak baru dan menciptakan pajak-pajak yang baru atau memperluas ruang lingkup pajak yang ada”.

Sedangkan menurut DR. Edi Slamet Irianto dkk (2015:171) Ekstensifikasi

Wajib Pajak adalah :

“Kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah wajib pajak

Dan atau pengusaha kena pajak (PKP)”.

Dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-116/PJ./2007

tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui pendapatan objek

Pajak Bumi dan Bangunan, Pasal 1 angka 8 yang dimaksud dengan

Ekstensifikasi, adalah:

“Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) kepada Wajib Pajak Orang Pribadi”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat dikatakan bahwa

ekstensifikasi Wajib Pajak kegiatan yang dilakukan dalam rangka penambahan

jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek dalam administrasi

Direktorat Jenderal Pajak dengan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) kepada Wajib Pajak Orang Pribadi.

2.1.3.1 Indikator Ekstensifikasi Wajib Pajak

Menurut (PER-35/PJ/2013) Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan

(21)

16

perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Indikator Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah Jumlah Wajib Pajak terdaftar.

2.1.4 Penerimaan Pajak

Menurut Timbul dan iman (2012:30) Penerimaan Pajak adalah :

“Salah satu komponen penting bagi Negara untuk kemandirian dan

pembiayaan pembangunan”.

Sedangkan menurut Supramono dan Theresia (2010:1) Penerimaan Pajak

adalah :

“Sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan dapat

dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintahan serta kondisi

masyarakat, naik turunya penerimaan pajak sendiri dapat dilihat dari

realisasi penerimaan pajaknya”.

Berdasarkan pengertian di diatas dapat disebutkan bahwa, penerimaan

pajak adalah sumber pembiayaan pembangunan untuk menunjang kemandirian

pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien.

2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:27) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan pajak adalah :

(22)

17

2. Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan undang –undang perpajakanmerupakan suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan yang memiliki suatu sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi.

3. Sistem administrasi perpajakan yang tepat hendaklah merupakan prioritas tertinggi karena kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsinya secara efektif bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya melaluipemungutan pajak.

4. Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparat perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya optimalisasi penerimaan pajak

5. Kesadaran dan Pemahaman warga Negara Rasa nasionalisme tinggi, kepedulian kepada bangsa dan Negara, serta tingkat pengetahuan perpajakan masyarakat yang memadai, maka secara umum akan makin mudah bagi wajib pajak untuk patuh kepada peraturan perpajakan.

6. Kualitas petugas pajak sangat menentukan efektifitas undang –undang dan peraturan perpajakan. Petugas pajak memiliki reputasi yang baik sepanjang yang menyangkut kecakapan teknis, efisien, dan efektif dalam hal kecepatan,tepat dan keputusan yang adil”.

2.1.4.2 Indikator Penerimaan Pajak

Indikator penerimaan pajak dalam penelitian ini menggunakan dasar

pemikiran Supramono dan Theresia (2010:1) bahwa naik turunya penerimaan

pajak sendiri dapat dilihat dari realisasi penerimaan pajaknya. Berdasarkan

penjelasan di atas, maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah

realisasi penerimaan pajak.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pajak berfungsi untuk menutupi biaya yang harus dikeluarkan pemerintah

(Siti Kurnia Rahayu, 2010). Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan

mengandalkan dua sumber pokok yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana

dalam negeri, sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah

(23)

18

nonmigas serta pajak. Sumber penerimaan negara dalam negeri yang paling

potensial adalah pajak (Maria M, 2010).

Dalam meningkatkan penerimaan pajak, antara lain dengan melakukan

ekstensifikasi yang ditempuh dengan meningkatkan jumlah wajib pajak yang aktif

dan intensifikasi dapat ditempuh melalui meningkatkan kepatuhan wajib pajak,

peningkatan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap wajib

pajakdan pembinaan kepada para wajib pajak, pengawasan administratif,

pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif, serta penegakan hukum

dalam mengefektifkan jalannya self assessment system (Maria M, 2010).

Agar sistem self assessment berjalan secara efektif, keterbukaan dan

pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal yang paling penting. Penegakan

hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan

penagihan pajak. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan, yaitu suatu

sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk

memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajibandan hak perpajakannya,

kemudahan yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak dalam mengurus pajak

sering menemui kendala dan hambatan dan dalam praktiknya, tidak semua wajib

pajak tepat menghitung pajaknya dengan benar dan bahkan tidak menyetorkan

pajaknya, ada yang dengan sengaja mengurangi jumlah pajaknya namun ada juga

yang tidak sengaja salah menghitung jumlah pajaknya, sehingga harus dilakukan

penagihan kembali kepada wajib pajak atas tunggakan utang pajak yang harus

(24)

19

bersifat mengikat dan memaksa (UU No.16 tahun 2000 tentang Ketetapan Umum

Tata Cara Perpajakan).

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Menurut (Waluyo, 2011:93) menyatakan bahwa:

“Kegiatan penagihan pajak atas utang pajak kepada wajib pajak bersifat terstruktur sehingga dapat diwujudkan sebagai serangkaian tindakan agar wajib pajak melunasi utang pajak dan biaya administrasinya, sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak”.

Sedangkan menurut Asri Harahap (2004:96) adalah sebagai berikut:

“Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, upaya penagihan

dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi jumlah wajib pajak yang

ditagih, agar dapat menghasilkan penerimaan pajak”.

Menurut penelitian Irman Hernadi (2013) mengemukakan bahwa:

“Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa penagihan pajak dan

kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kanwil Jawa Barat I”.

Adapun hasil penelitian dari Mahendra dan Sukartha (2014),

mengemukakan bahwa:

“Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak,

pemeriksaan pajak dan penagihan pajak berpengaruh positif pada

penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Pratama Bandung Utara”.

(25)

20

“Penagihan Pajak dan Surat Paksa Pajak baik secara simultan maupun

parsial berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan”.

2.2.2 PengaruhEkstensifikasi Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Menurut Supramono (2010:2) menyatakan bahwa:

“Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan penerimaan negara

yang ditempuh melalui ekstensifikasi dan intensifikasi pajak”.

Menurut Nufransa Wira Sakti (2014:158) Pengaruh Ekstensifkasi Pajak

Terhadap Penerimaan Pajak adalah:

“Ada dua cara untuk menaikan potensi penerimaan pajak, yaitu dengan insentifikasi dan ekstensifikasi perpajakan. Dengan melihat hasil penelitian, DJP sebagai otoritas pajak di Indonesia masih mempunyai ruang untuk terus meningkatkan penerimaan pajaknya”.

Menurut Soemarso (2007:13) Pengaruh Ekstensifkasi Pajak Terhadap

Penerimaan adalah:

“Dalam meningkatkan penerimaan pajak upaya yang dilakukan yaitu

melalui Ekstensifikasi dan Intensfikasi dibidang perpajakan. Ekstensifikasi

dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah wajib pajak”.

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian Tri Elizabeth (2014) hasil

penelitiannya mengemukakan bahwa:

“Hasil ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara variabel Ekstensifikasi Wajib Pajak dengan variabel Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang bersifat searah, artinya bila terjadi kenaikan kegiatan ekstensifikasi akan mengakibatkan kenaikan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi”.

(26)

21

mengemukakan bahwa:

“Kegiatan ekstensifikasi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Kegiatan ekstensifikasi mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan sebesar 77,5% sedangkan sisanya 22,5% faktor-faktor lain”.

Kemudian didukung juga oleh penelitian Widdyah Sukmawati (2013)

dalam penelitianya mengemukakan:

“Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan pajak kegiatan ini sangat efektif untuk meningkatkan wajib

pajak terdaftar setiap tahun serta dapat meningkatkan penerimaan pajak”.

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

H1

H2 Penagihan Pajak

(X1)

Ekstensifikasi Wajib Pajak

(X2)

Penerimaan Pajak (Y)

Waluyo (2011:93)

Asri Harahap (2004:96)

Irman Hernadi (2013)

Mahendra dan Sukarta (2014)

Zakiah M Syahab (2009)

Nufransa Wira Sakti (2014:158)

Supramono (2010:2)

Soemarso (2007:13)

Abu G Aristosa H (2008)

Tri Elizabeth (2014)

(27)

22

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011:64).

Berdasarkan tujuan penelitian yang dideduksi melalui proposisi yang ada

dalam paradigma penelitian, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

H1: Penagihan Pajak mayoritas berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

H2: Ekstensifikasi Wajib Pajak mayoritas berpengaruh terhadap penerimaan

(28)

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK

DAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK (Studi Kasus Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying Periode 2013-2015)

THE INFLUENCE OF TAX COLLECTION

AND TAXPAYER EXTENSIFICATION AGAINST TAX RECEIPTS (Case Study Of KPP Pratama Bandung Cibeunying Period 2013-2015)

Oleh: Yogie Mahendra

21112218

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

This study is based on the phenomenon that occurs in Tax Collection is still a lot of taxpayers who did not pay the debt tax with tax evasion which caused tax revenue does not match the target and the extensification Taxpayers are still many people who do not want to enroll to get a NPWP on the grounds difficulties in enrollment resulting tax revenue did not meet the target.

The purpose of this study was to determine the Influence of Tax Collection and Taxpayer Extensification to tax revenues on the Tax Office Pratama Bandung Cibeunying. In this research using descriptive and verification method with quantitative approach. The test statistic used is multiple linear regression analysis, correlation analysis, analysis of the determinant coefficient, hypothesis test (t test).

The results of this study showed a strong influence on the Tax Collection on tax receipts and the Taxpayer Extensification Tax Receipts.

(29)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan, pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata, agar tujuan tersebut dapat terwujud maka dibutuhkan dana, yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak, peranan pajak dalam penerimaan negara semakin besar terbukti dari adanya penerimaan negara yang berasal dari pajak hampir mencapai 80%, maka dari itu penerimaan negara sangat bergantung pada penerimaan dari sektor pajak (Supramono, 2010:1).

Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan, penerimaan dari sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas yang suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbaharui, hal ini berbeda dengan pajak sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk (Andy Wijayanto, 2012).

Untuk menentukan penerimaan pajak memerlukan suatu perencanaan yang wajar dan objektif dalam arti tidak hanya berorientasi pada pencapaian penerimaan semata akan tetapi juga harus melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di dalam penentuan suatu target penerimaan pajak, oleh karena itu perlu dikaji faktor faktor manakah yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga target yang dialokasikannya dapat teralisasi dengan baik sesuai dengan potensi yang ada (Rahmad Husein, 2013).

Dalam kekuatan hukum tersebut dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum yang jelas dalam pelaksanaan penagihan, dan memberikan kesadaran pajak kepada masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, dengan adanya tindakan penagihan pajak diharapkan wajib pajak dapat melunasi tunggakan pajaknya untuk meningkatkan penerimaan pajak negara, namun dalam kenyataannya pembayaran pajak masih terdapat banyak kelalaian, bahkan menghindar dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan pajak terutang oleh wajib pajak tertentu, pajak terutang yang lalai dilunasi oleh wajib pajak akan terakumulasi menjadi tunggakan pajak yang berpotensi mengurangi penerimaan pajak, sehingga cenderung dapat berisiko dalam berkurangnya pendapatan negara yang dapat mengakibatkan defisit APBN secara tidak langsung (John Hutagaol, 2007:323).

Adapun selain itu, seperti yang kita ketahui masih banyak jutaan warga negara Indonesia yang belum membayar pajak padahal rencana penerimaan APBN-P dari pajak setiap tahunnya terus meningkat, oleh karena itu untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak dalam rangka memenuhi rencana penerimaan pajak yang tertuang dalam APBN-P maka salah satu cara yang ditempuh oleh Ditjen Pajak adalah dengan melakukan ektensifikasi pajak (Susanto, 2012: 1).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka ditariklah topik untuk melakukan penelitian yaitu “Pengaruh Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Penagihan Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

2. Seberapa besar pengaruh kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(30)

1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penagihan pajak terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstensifikasi wajib pajak terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi KPP

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak tentang Penagihan pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap Peneriman Pajak.

2) Bagi Akademisi

Diharapkan menjadi wacana, memberi masukan dan tambahan literature untuk para akademisi untuk menggali pengetahuannya dalam bidang perpajakan.

3) Bagi Masyarakat Umum

Memberikan gambaran tentang pengaruh penagihan pajak dan ekstensifkasi wajib pajak terhadap penerimaan pajak, sehingga memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1) Bagi Penulis

Diharapkan dengan penelitian ini, dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan mengenai pengaruh penagihan pajak dan ekstensifkasi wajib pajak terhadap penerimaan pajak.

2) Bagi Instansi

Diharapkan sebagai bahan masukan dan evaluasi serta manfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying mengenai pengaruh penagihan pajak dan ekstensifkasi wajib pajak terhadap penerimaan pajak.

3) Bagi Pihak Lain

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat sebagai bahan referensi antara teori yang didapat dengan kenyataan yang terjadi di lapangan dan sumbangan pemikiran bagi pihak lain atau pembaca yang memerlukan untuk dikembangkan lebih luas dan mendalam.

II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Penagihan Pajak

Pengertian penagihan pajak menurut Mardiasmo adalah:

“Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi Utang

Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”.

(2003:45)

2.1.1.1 Indikator Penagihan Pajak

Indikator penagihan pajak dalam penelitian ini menggunakan pemikiran menurut Diana Sari, bahwa:

“penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa. Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Berdasarkan penjelasan diatas, maka indikator yang digunkan dalam penelitian ini yaitu jumlah Surat Paksa”.

(31)

Adapun indikator dari variabel tersebut yaitu jumlah jumlah surat paksa.

2.1.2 Pengertian Ekstensifikasi Pajak 2.1.2.1 Pengertian Ekstensifikasi Pajak

Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Soemitro adalah:

“Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah cara meningkatkan penerimaan pajak dengan cara perluasan pemungutan pajak dalam arti menambah wajib pajak baru dan menciptakan pajak-pajak yang baru atau memperluas ruang lingkup pajak yang ada”.

(2008:18)

2.1.2.2 Indikator Ekstensifikasi Pajak

Ekstensifikasi Wajib Pajak menurut Arridel Mindra berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak maupun Surat Edaran Dirjen Pajak menyatakan bahwa:

“Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah

Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) terdaftar serta untuk menghitung besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) dalam tahun berjalan dan penyetoran pajak dalam suatu masa pajak”.

(2014:171)

2.1.3 Pengertian Penerimaan Pajak

Pengertian penerimaan pajak menurut Timbul dan Iman mengatakan bahwa:

“Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara

terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintahan serta kondisi masyarakat”.

(2007:325)

2.1.3.1 Indikator Penerimaan Pajak

Adapun indikator dari variabel tersebut yaitu realisasi penerimaan pajak realisasi penerimaan pajak.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak terhdap Penerimaan Pajak

Menurut Waluyo (2011:93)

“Kegiatan penagihan pajak atas utang pajak kepada wajib pajak bersifat terstruktur sehingga dapat diwujudkan sebagai serangkaian tindakan agar wajib pajak melunasi utang pajak dan biaya administrasinya, sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak”.

Menurut Asri Harahap (2004:96)

“Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, upaya penagihan dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi jumlah wajib pajak yang ditagih, agar dapat menghasilkan penerimaan pajak”.

Tindakan penagihan yang berpotensi memberikan pencairan tunggakan pajak antara lain melalui penagihan pajak aktif yang dilakukan oleh Jurusita Pajak, penagihan pajak aktif dimulai dengan diterbitkannya Surat Teguran yang dikirimkan ke Wajib Pajak yang mempunyai hutang pajak dan tidak membayarnya dalam waktu tujuh hari setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak, Surat Teguran yang dikirim bertujuan untuk menegur atau memperingatkan Wajib Pajak agar membayar hutang pajaknya, penagihan pajak dengan Surat Teguran diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap efektivitas penerimaan pajak, apabila dengan Surat Teguran wajib pajak masih belum membayar pajaknya maka diberikan Surat Paksa, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak (Mardiasmo, 2011:127).

2.2.2 Pengaruh Ekstensifikasi Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Menurut Nufransa Wira Sakti Wira Sakti (2014:158)

(32)

Sedangkan menurut Soemarso (2007:13)

“Dalam meningkatkan penerimaan pajak upaya yang dilakukan yaitu melalui Ekstensifikasi dan Intensfikasi dibidang perpajakan. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah wajib pajak”.

Ekstensifikasi wajib pajak merupakan salah satu upaya Direktur Jenderal Pajak dalam rangka mengoptimalkan penerimaan pajak. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-03/PJ./2006 tentang Tim Optimalisasi penerimaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak Bahwa dalam rangka mengamankan penerimaan pajak diperlukan langkah-langkah strategis dan konkrit berkaitan dengan kegiatan ekstensifikasi. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Tim Optimalisasi Penerimaan Pajak.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang dideduksi melalui proposisi yang ada dalam paradigma penelitian, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

H1: Penagihan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak

H2: Ekstensifikasi wajib pajak berpengaruh terhadap peneriman pajak.

III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Menurut J. R Raco (2010:5) mendefinisikan metode penelitian adalah:

“Metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis, dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai kegiatan ilmiah karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. Terencana karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana, aksesibilitas terhadap tempat dan data”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2012:2) mendefinisikan metode penelitian adalah:

“Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dan verifikatif dimana metode deskriptif merupakan suatu penulisan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti, sedangkan metode verifikatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Menurut Sugiyono (2012:86) pengertian metode deskriptif adalah sebagai berikut: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu dengan variabel yang lain”.

Menurut Sugiyono (2012:55) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel atau lebih”.

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

Berdasarkan sifatnya, menurut Sugiyono (2003:14) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain:

“1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

2. Penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar”.

Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kuantitatif.

(33)

terhadap peneriman pajak. Dan unit observasi pengamatan pada penelitian ini adalah Seksi Pengolahan Data dan Informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul penelitian penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dipengaruhi oleh ekstensifikasi wajib pajak dan pemeriksaan pajak, maka variabel-variabel yang akan diteliti dapat dibedakan atas dua variabel, yaitu:

1) Variabel Independent (Variabel X1)

Variabel independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel independen

pertama dalam penelitian ini adalah “Penagihan Pajak”.

2) Variabel Independent (Variabel X2)

Yaitu variabel yang ikut mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap variabel lain dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel independent kedua dalam penelitian ini adalah “Ekstensifikasi Wajib Pajak”. 3) Variabel Dependent (Variabel Y)

Variabel dependent atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independent (bebas). Dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel dependent adalah

“Penerimaan Pajak”.

Untuk memperjelas mengenai variabel penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

3.3 Sumber Data

Sumber data ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Husein Umar (2008:41) menyatakan bahwa:

“Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram”.

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian mengenai Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak adalah data sekunder.

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta waktu penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan peneliti. Pengertian populasi menurut Andi Supangat (2007:3) bahwa:

“Populasi yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama”.

Menurut Sugiyono (2011:80) tentang pengertian populasi yaitu:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah 36 laporan bulanan mengenai data jumlah surat paksa, jumlah wajib pajak terdaftar, jumlah realisasi dan target penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

Keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel.

3.4.2 Penarikan Sampel

(34)

“Sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling”.

Nonprobability Sampling menurut Sugiyono (2009:120) mengatakan bahwa:

“Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010:122) menjelaskan bahwa:

“Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua

anggota populasi dijadikan sampel”.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2013:224) mengatakan bahwa:

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.

Untuk menunjang hasil penelitian tersebut, maka penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan dengan cara:

a. Studi Pustaka

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian.

b. Dokumentasi

Yaitu suatu langkah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diuraikan dalam penelitian.

3.6 Metode Pengujian Data 3.6.1 Rancangan Analisis

Pengertian rancangan analisis menurut Umi Narimawati (2010:41) adalah:

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”.

Peneliti melakukan analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Adapun menurut Sugiyono (2010: 31) mengemukakan bahwa:

“Analisis kuantitatif adalah dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram.

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2010:149) menjelaskan bahwa:

“Analisis linier regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan/diturunkan”.

(35)

“Garis Regresi adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya)”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan ekstensifikasi wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi. Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan X2).

Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2011:57) mengatakan bahwa:

“Uji asumsi klasik digunakan untuk mendapatkan model regresi yang baik, terbebas dari penyimpangan data yang terdiri dari multikolonieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan normalitas”.

Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik sebagai berikut:

a) Uji Normalisasi

Menurut Ghozali (2011:58) mengatakan bahwa:

“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”.

b) Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011:62) mengatakan bahwa:

“Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas”.

c) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:65) mengatakan bahwa:

“Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas”. d) Uji Autokorelasi

Menurut Husein Umar (2011:182) mengatakan bahwa:

“Autokorelasi adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi

linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian”.

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini, akan diuraikan hasil penelitian berkaitan dengan pengaruh penagihan pajak dan ekstensifikasi wajib pajak. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Jumlah Surat Paksa, Laporan Wajib Pajak Terdaftar dan Laporan Realisasi Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying selama 36 bulan pada periode 2013-2015.

4.1.1 Korelasi Parsial

Analisis korelasi parsial berfungsi untuk mencari kuatnya hubungan antara masing-masing variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini, analisis korelasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana keeratan hubungan antara Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Pajaksecara parsial dengan Penerimaan Pajak.

a. Korelasi antara Penagihan Pajak dengan Penerimaan Pajak

Pada tabel di atas, dapat dilihat koefisien korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,513 termasuk dalam kategori hubungan yang sedang dikarenakan ada pada interval korelasi antara 0,40-0,599. Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah searah yang artinya semakin banyaknya jumlah surat paksa, akan diikuti oleh semakin tingginya penerimaan pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan adanya hubungan positif yang sedang antara jumlah surat paksa dengan penerimaan pajak.

(36)

Pada tabel di atas, dapat dilihat koefisien korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,469termasuk dalam kategori hubungan yang rendah dikarenakan ada pada interval korelasi antara 0,20-0,399. Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah searah yang artinya semakin banyaknya jumlaj wajib pajak terdaftar, akan diikuti oleh semakin tingginya penerimaan pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan adanya hubungan positif yang cukup kuat antara jumlah wajib pajak terdaftar dengan penerimaan pajak.

4.1.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar pengaruh secara secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Pada permasalahan yang sedang diteliti yaitu pengaruh Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Pajak secara simultan dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap variabel dependen.

Berdasarkan hasil output dari pengolahan data, diperoleh informasi bahwa R-square sebesar 0,314 atau 31,4%. Nilai tersebut menunjukan bahwa Penagihan Pajak dan Ekstensifikasi Pajaksecara simultan dalam memberikan pengaruh terhadap variabel Penerimaan Pajak sebesar 36,9%. Sedangkan sisanya sebesar 100% - 36,9% = 67,1% lainnya merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti.

4.1 Pembahasan

Setelah dilakukan beberapa pengujian dalam penelitian ini, selanjutnya terdapat beberapa hal yang akan dibahas pada bagian ini mengenai hasil pengujian untuk variabel Penagihan Pajak dan ekstensifikasi pajak terhadap penerimaan pajak.

4.2.1 Pengaruh Pengihn Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan yang diperoleh antara Pengaruh Pengihan Pajak terhadap penerimaan pajak adalah sebesar 0,469 dengan kategori sedang. Nilai korelasi bertanda positif yang menunjukan bahwa hubungan yang mempunyai efek yang searah terjadi antara variabel terikat dan bebas adalah searah. Artinya semakin meningkat Jumlah Surat Paksa maka Penerimaan Pajak akan meningkat pula.

Adapun fenomena yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying bahwa pelaksanaan penagihan pajak masih belum optimal karena banyak wajib pajak tidak mau membayar utang pajaknya meskipun telah diberikan Surat Paksa sehingga setiap bulannya banyak surat paksa yang diterbitkan oleh bagian penagihan pajak dan perkembangan surat paksa dari tahun 2013-2015 terus meningkat namun peningkatan jumlah surat paksa yang beredar belum diimbangi dengan penerimaan pajak yang meningkat (Irvan Sofwan : 2016). Padahal jika berdasarkan teori menyatakan bahwa dalam meningkatkan penerimaan pajak upaya yang dilakukan yaitu melalui ekstensifikasi dan intensifikasi dibidang perpajakan. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah wajib pajak (Soemarso, 2007:13).

Selanjutnya hasil pengujian hipotesis parsial menunjukan nilai thitung jatuh didaerah penolakan Ho (thitung 2,777 < ttabel 2,035) sehingga sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis adalah menolak Ho dan menerima H1, artinya secara parsial penagihan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan perhitungan dari tingkat signifikan dapat dilihat bahwa Ekstensifikasi pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

Hasil penelitian didukung oleh landasan teori pada pembahasan sebelumnya yang menyatakan Kegiatan penagihan pajak atas utang pajak kepada wajib pajak bersifat terstruktur sehingga dapat diwujudkan sebagai serangkaian tindakan agar wajib pajak melunasi utang pajak dan biaya administrasinya, sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak (Waluyo, 2011:93).

Hasil penelitian ini juga mendukung/sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Irman Hernadi (2013) menyatakan, penagihan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kanwil Jawa Barat I”.

4.2.2 Pengaruh Ekstensifikasi Pajak terhadap Peneriman Pajak

(37)

searah terjadi antara variabel terikat dan bebas adalah searah. Artinya semakin meningkat Ekstensifikasi Wajib Pajak maka Penerimaan Pajak akan meningkat pula tetapi tidak proporsional kenaikannya.

Adapun fenomena yang terjadi pada KPP Pratama Bandung cibeunying menunjukkan menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memiliki NPWP sehingga tidak menyampaikan kewajiban pajaknya yang menyebabkan penerimaan pajak tidak sesuai target (Gigeh, 2016 Padahal jika berdasarkan teori menyatakan bahwa dalam meningkatkan penerimaan pajak upaya yang dilakukan yaitu melalui ekstensifikasi dan intensifikasi dibidang perpajakan. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah wajib pajak (Soemarso, 2007:13).

Selanjutnya hasil pengujian hipotesis parsial menunjukan nilai thitung jatuh didaerah penolakan Ho (thitung 2,334 < ttabel 2,035) sehingga sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis adalah menolak Ho dan menerima H1, artinya secara parsial Ekstensifikasi pajak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak. Kemudian berdasarkan hasil analisis verifikatif dapat disimpulkan bahwa Ekstensifikasi berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

Hasil penelitian didukung oleh landasan teori pada pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa dalam meningkatkan penerimaan pajak upaya yang dilakukan yaitu melalui Ekstensifikasi dan Intensfikasi dibidang perpajakan. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah wajib pajak (Soemarso, 2007:13).

Hasil penelitian ini juga mendukung/sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Widdyah Sukmawati (2013) dimana Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak, kegiatan ini sangat efektif untuk meningkatkan wajib pajak terdaftar setiap tahun serta dapat meningkatkan penerimaan pajak.

VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh penagihan pajak dan Ekstensifikasi wajib pajak terhadap penerimaan Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying, maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Penagihan Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying yang artinya semakin banyak surat paksa yang dikeluarkan, maka realisasi pajak akan semakin tinggi. Hubungan antara penagihan pajak terhadap penerimaan pajak berada pada kriteria cukup kuat.

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Ekstensifikasi Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying yang artinya semakin banyak jumlah wajib pajak, maka realisasi penerimaan pajak akan semakin tinggi. Hubungan antara ekstensifikasi wajib pajak terhadap penerimaan pajak berada pada kriteria cukup kuat.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Operasional

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Pengaruh penagihan pajak dan Ekstensifikasi wajib pajak terhadap penerimaan Pajak pada KPP Pratama Bandung Cibeunying, maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui tindakan penagihan disarankan untuk Kantor Pelayana Pajak Pratama Bandung Cibeunying lebih mengintensifkan penagihan dengan tahapan dan prosedur serta wewenang dalam penagihan pajak sesuai yang telah ditetapkan kemudian melakukan sosialisasi secara berkala mengenai pentingnya dan manfaat pajak bagi pembangunan negara serta mensosialisasikan peraturan perpajakan terbaru yang berlaku.

(38)

memberikan arahan bagaimana caranya mendaftarkan diri sebagai wajib pajak mengingat bahwa prioritas utama ekstensifikasi pajak adalah menambah jumlah wajib pajak terdaftar dan atau PKP.

5.2.2 Saran Akademis

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bambang Brodjonegoro. 2016. Bila Tax Amnesty Batal Ribuan Pemeriksa Disiapkan Kejar Pajak Orang Pribadi. Sumber: http://finance.detik.com.

Darmin Nasution. 2011. Kepatuhan Pajak. Diakses 19 maret 2016 dari: www.kompas.com

Departemen Keuangan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Penagihan Pajak 2009. Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta.

Erly Suandy. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Imam Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SSPS 19 (edisi kelima.) Semarang: Universitas Diponegoro.

Hernadi Irman. 2013. Pengaruh Penagihan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pajak Wilayah Pajak JABAR 1). Jurnal Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Bandung.

Hidayat, Abu Gandjar Aritosa. 2008. Pengaruh Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri di KPP Pratama Bandung-Tegallega). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Husein Umar. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

(40)

Mohammad Zain. 2005. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Rahayu, Siti Kurnia. 2009. Perpajakan Indonesia: Konsep Dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ratna Sari, Maria M dan Afriyanti, Ni Nyoman. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPH Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Denpasar Timur. Denpasar : Universitas Udayana.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Santoso Singgih, 2002 Statistik Parametrik, Cetakan Ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Siti Kurnia Rahayu, 2010 .PERPAJAKAN INDONESIA : Konsep dan Aspek Formal,

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Mukhlis, Iman. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Simanungkalit Adelina. 2015. Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Bitung). Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Manado, 95115,Indonesia.

Sony Devano, dan Siti Kurni Rahayu, 2006, Perpajakan: Konsep,Teori,dan Isu, Satu,Jakarta: 2006.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Supramono & Theresia. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Andi

(41)

Tri Elizabeth. 2014. Pengaruh Ekstensifikasi Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Umi Narimawati. 2008. Analisis Multifariat untuk Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

. 2010. Penulisan Karya Ilmiah :Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi : Genesis. Vol. 5 No.6 Agustus-September 2006.

_____________________, 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang – Undang Perpajakan No. 17 Tahun 2000, tentang Pajak Penghasilan, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, Citra Umbara, Bandung, 2000.

Waluyo. 2000. Perpajakan. Indonesia.Jakarta : Salemba Empat.

Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

(42)

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 13 Tahun

163 JAWA JAWA JAWA BELAJAR, MAIN Ya Ya Ya Ya TIDAK TIDAK TIDAK TV, RADIO, SURAT KABAR, MAJALAH 164 JAWA JAWA JAWA BELAJAR, BANTU ORANG TUA, NONTON Ya Ya Ya Ya TIDAK TIDAK YA TV,

Diskusikan hasil pengamatanmu, baik dengan teman maupun guru. Lakukan pembelajaran gerakan kaki pada posisi badan telentang renang gaya dada, kemudian bandingkan hasil

[r]

Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena

PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN MENDONG (Fimbristylis globulosa) TERHADAP TINGKAT.. KESEJAHTERAAN PETANI MENDONG DI KECAMATAN MANONJAYA

Berdasarkan hasil penelitian pada bab III dan IV, dapat diambil kesimpulan sebagai jawaban untuk mengetahui tujuan penelitian sebelumnya yakni: untuk mengetahui

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa PSIK-UNITRI dalam memberikan tindakan pertolongan pertama gawat darurat