• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Debt to Equity Ratio terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Debt to Equity Ratio terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

1

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014

YENI HERLINA 21111011

The study arranged in sub sector of pharmaceutical listed in Indonesia Stock Exchange period 2010-2014. An actual problem occurred in 2014 when the net profit in concerned business has decrease, whereas increasing sales volume by additional fixxed asset involves new construction of plant and machinery as the instrument. It expected that additional asset can increase the business profit, but unable in increase the benefit and profit as sales price of product was established by government. The study intends to find out total influence of total asset turnover and debt to equity ratio on increasing benefit partially. A method used in research is descriptive and verification with quantitative approach. The analytical model is dual linear regression analysis. By the result study shows that (1) total asset turnover has influence significantly to the profit growth development in sub sector of pharmaceutical listed in Indonesia Stock Exchange period 2010-2014.. (2) Debt to equity ratio influence negatively to the profit growth development in sub sector of pharmaceutical listed in Indonesia Stock Exchange period 2010-2014.

Keywords: Total asset turnover, Debt to equity ratio, Profit growth.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami perkembangan, perusahaan - perusahaan semakin terdorong untuk meningkatkan daya saing (I Nyoman Kusuma, 2012). Menghadapi persaingan tersebut setiap perusahaan dituntut untuk dapat melakukan pengelolaan dalam perusahaan secara efektif dan efisien sehingga perusahaan dapat lebih unggul dalam persaingan (I Nyoman Kusuma, 2012).

Salah satu tujuan didirikan perusahaan adalah memperoleh laba (Toto Prihadi, 2011:138). Laba dapat mencerminkan perusahaan mampu mengembangkan usahanya dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya (Nurhadi, 2011). R. Adisetiawan (2012 : 670) menyatakan bahwa laba perusahaan diharapkan setiap periode akan mengalami kenaikan, sehingga dibutuhkan estimasi laba yang akan dicapai perusahaan untuk periode mendatang. Estimasi terhadap laba tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan melalui rasio keuangan yang dapat dijadikan sebagai prediktor pertumbuhan laba di masa yang akan datang (R. Adisetiawan, 2012 : 670).

Pertumbuhan laba bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekomoninya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya (Kasmir, 2010:116). Pertumbuhan laba tentunya akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor yang akan menanamkan modalnya dan kreditur yang akan memberikan pinjaman ke dalam perusahaan yang mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tersebut (Widhi, 2011).

Perusahaan dengan laba bertumbuh akan memiliki jumlah aktiva yang besar sehingga memberikan peluang lebih besar didalam menghasilkan labanya (Widhi, 2011). Setiap perusahaan mempunyai harta (aktiva) untuk mendukung kegiatan usahanya, aktiva merupakan salah satu faktor lain yang mempengaruhi laba suatu perusahaan, aktiva itu dibagi menjadi dua yaitu: aktiva lancar dan aktiva tidak lancar (Ari Bramasto, 2011).

(2)

Adisetiawan, 2012:671).

Selain rasio perputaran total aktiva, rasio keuangan yang dapat dijadikan sebagai prediktor pertumbuhan laba adalah rasio hutang pada modal atau debt to equity ratio, rasio ini menguji kekuatan keuangan perusahaan dengan menilai utang dengan ekuitas (Verty Zanora, 2013).

Perusahaan dinilai baik jika mempunyai jumlah modal sendiri yang lebih besar dari jumlah utangnya, artinya setiap rupiah modal sendiri dapat dijadikan jaminan utang saat kewajibannya jatuh tempo (I Nyoman Kusuma, 2012: 248). Debt to equity ratio yang tinggi akan menimbulkan risiko yang tinggi pula bagi perusahaan karena perusahaan harus membayar biaya tetap berupa pokok pinjaman dan biaya bunga yang tinggi yang akan berdampak pada penurunan laba perusahaan, namun jika nilai debt to equity ratio suatu perusahaan rendah, akan berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan (Verty Zanora, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka Penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Perputaran total aktiva terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

2. Seberapa besar pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai :

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perputaran total aktiva terhadap pertumbuhan laba pada Perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba pada Perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain: 1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi yang positif serta menjadi pedoman dan masukan untuk mengevaluasi bagi pengembangan perusahaan dan sumbangan bagi manajemen perusahaan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan dan prediktor dalam pertumbuhan laba perusahaan.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan keputusan investasi terkait dengan pertumbuhan laba perusahaan, termasuk keputusan untuk membeli, menjual, atau menahan saham berdasarkan atas tingkat laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan informasi rasio keuangan perusahaan.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Dari informasi dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan rujukan untuk menambah ilmu pengetahuan akuntansi keuangan mengenai pengaruh perputaran total aktiva dan debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba.

(3)

Sebagai suatu pengalaman yang berharga karena dengan penelitian ini penulis dapat memperoleh gambaran secara langsung mengenai bagaimana teori-teori perputaran total aktiva dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba dapat diterapkan dalam praktek, selain itu penulis ingin memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian untuk meraih gelar sarjana Ekonomi Program Studi Akuntasi di Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Bagi Peneliti lain

Menjadi bahan referensi dan untuk pengajuan penelitian selanjutnya serta dasar pengembangan bagi penelitian selanjutnya untuk lebih mendalami materi terutama yang berkaitan dengan judul penulis.

2. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Perputaran Total Aktiva (Total assets turn over)

Menurut Lukman Syamsuddin (2007:62) menyatakan bahwa pengertian perputaran total aktivaadalah sebagai berikut :

“Perputaran total aktiva atau total assets turnover merupakan menunjukan tingkat efesiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu”.

Menurut L.M. Samryn (2012:420) pengertian perputaran total aktiva adalah sebagai berikut:

“Perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh aktiva perusahaan sekaligus mengukur jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah

aktiva”.

2.1.2 Pengertian Debt to Equity Ratio

Menurut Toto Prihadi (2011 : 263) mendefinisikan debt to equity ratio sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang merupakan perbandingan antara utang dengan equitas. Rasio ini menunjukan jumlah utang sama dengan jumlah equitas. Semakin

tinggi rasio ini semakin tinggi risiko kebangkrutan perusahaan”.

Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2013 : 303) pengertian debt to equity ratio

adalah :

“Rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan sampai sejauhmana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada

pihak luar. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik”.

2.1.3 Pengertian Pertumbuhan Laba

Menurut Nurhadi (2011:141) menyatakan pengertian pertumbuhan laba adalah sebagai berikut :

“Pertumbuhan laba menunjukkan persentase kenaikan laba yang dapat dihasilkan perusahaan dalam bentuk laba bersih”.

Sedangkan menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006:20) menyatakan pengertian pertumbuhan laba sebagai berikut :

“Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba pertahun yang dinyatakan dalam persentase”.

2.1 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Perputaran Total Aktiva terhadap Pertumbuhan Laba

(4)

menggunakan keseluruhan aset untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Farah Margaretha 2011:26).

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2007) mengemukakan:

“Pengaruh rasio perputaran total aktiva (total asset turnover) terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan”.

2.2 Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Pertumbuhan Laba

Dewi Utari, Ari dan Darsono (2014:61) menyatakan bahwa kreditor umumnya menginginkan debt to equity ratio ini semakin rendah, dengan rendahnya rasio ini perusahaan tidak di bebankan pada bunga yang tinggi sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan.

Semakin tinggi rasio debt to equity ratio maka risiko akan semakin tinggi karena perusahaan akan dibebankan pada biaya bunga yang tinggi sehingga akan menurunkan laba perusahaan (Verty Zanora. 2013).

2.3 Hipotesis

Bedasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1 : Perputaran Total Aktiva berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. 2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

3. Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian

Adapun langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan; 6. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data; 7. Melakukan analisis data; dan

8. Melakukan pelaporan hasil penelitian. 3.2.2 Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Independen (X)

Variabel bebas (independen) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perputaran Total Aktiva (X1) dan Debt to Equity Ratio (X2).

(5)

“Perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh aktiva perusahaan sekaligus mengukur jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah

aktiva”.

Rumus yang digunakan menurut Lukman Syamsuddin (2007:73) adalah sebagai berikut :

Penjualan

Perputaran Total Aktiva = x100% Total Aktiva

Menurut Toto Prihadi (2011 : 263) mendefinisikan debt to equity ratio sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang merupakan perbandingan antara utang dengan equitas. Rasio ini menunjukan jumlah utang sama dengan jumlah equitas. Semakin

tinggi rasio ini semakin tinggi risiko kebangkrutan perusahaan”.

Menurut Toto Prihadi (2011 : 264) Debt to Equity Ratio dapat hitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Hutang

Debt to Equity Ratio = x 100% Total Modal

2. Variabel Dependen (Y)

variabel terikat (dependent) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pertumbuhan Laba (Y).

Menurut Nurhadi (2011:141) menyatakan pengertian pertumbuhan laba adalah sebagai berikut :

“Pertumbuhan laba menunjukkan persentase kenaikan laba yang dapat dihasilkan perusahaan dalam bentuk laba bersih”.

Menurut Munawir (2007:39) Pertumbuhan Labadapat hitung dengan rumus sebagai berikut :

Laba bersih t – laba bersih t-1

Pertumbuhan Laba = x 100% Laba Bersih t-1

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Berdasarkan penjelasan di atas, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, di mana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data kedua yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari laporan-laporan yang berhubungan dengan topik permasalahan yang diteliti dan sudah dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan yaitu laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan, berupa neraca dan laporan laba rugi perusahaan Sub sektor Farmasi yang terdaftar di (BEI) selama periode 2010 hingga 2014.

Menurut Andi Supangat (2007:2) mengemukakn pengertian data sekunder adalah sebagai berikut :

(6)

sekunder adalah sebagai berikut :

“Data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan”. 3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Pada tahap ini, penulis mengambil data-data sekunder berupa dokumen berbentuk laporan keuangan perusahaan sub sektor farmasi yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014, dimana data tersebut diperoleh melalui Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Bandung dan diakses di www.idx.co.id.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan (Library Research) dilakukan untuk memperoleh data ataupun teori yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitiaanya. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca literatur-literatur ataupun buku-buku yang memuat teori yang berhungan dengan permasalah dalam penelitian serta dapat dilakukan dengan menggunakan media internet sebagai sarana tambahan dalam mencari informasi mengenai teori ataupun data-data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian yang dilakukan.

3.4 Populasi dan Penarikan Sample 3.4.1 Populasi Penelitian

Adapun pengertian populasi menurut Sugiyono (2013:80) adalah sebagai berikut :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karatertistik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 10 perusahaan dengan laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan selama 5 periode yaitu dari tahun 2010-2014, sehingga terdapat 50 laporan keuangan yang menjadi populasi.

3.4.2 Penarikan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu teknik yang digunakan dalam penentuan sampel yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan berdasarkan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Menurut Sugiyono (2013:85) mendefinisikan purposive sampling atau sampling jenuh sebagai berikut:

Purposive samplingadalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria menurut R. Adisetiawan (2012:673) dan I Nyoman Kusama (2012:250) sebagai berikut :

1 Perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut dari periode 2010-2014 (R. Adisetiawan, 2012:673) dan (I Nyoman Kusama, 2012:250). PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) tidak termasuk dalam kriteria sampel karena perusahaan tersebut baru terdaftar di BEI pada 18 Desember 2013.

2 Perusahaan sub sektor farmasi yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit lengkap 5 tahun berturut-turut untuk periode 2010-2014 (I Nyoman Kusama, 2012:250).

3 Perusahaan sub sektor farmasi yang dalam periode penelitian tidak melaporkan kerugian, dengan alasan karena variabel dependen yang diteliti adalah pertumbuhan laba (I Nyoman Kusama, 2012:250) dan (R. Adisetiawan, 2012:673).

(7)

dipublikasikan selama 5 periode yaitu dari tahun 2010-2014, sehingga terdapat 35 laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan yang menjadi sampel.

3.5 Metode Pengujian Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, di mana data yang diperoleh penulis merupakan data kedua yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain, Maka metode pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengujian Asumsi Klasik

Didalam penggunaan analisis linear berganda, diperlukan beberapa pengujian asumsi klasik. Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokolerasi.

1. Uji Normalitas Data Residual

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut:

“Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau

keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.

Selain itu uji mormalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Husein Umar (2011:177) mendefinisikan uji multikolinieritas sebagai berikut:

“Multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel independen”.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Husein Umar (2011:179) mendefinisikan uji heteroskedastisitas sebagai berikut:

“Heteroskedastisitas adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan

lain”.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendekteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot. Dengan ketentuan sebagai berikut :

- Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas.

- Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Husein Umar (2011:182) menyatakan bahwa uji autokorelasi adalah sebagai berikut :

“Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier

terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian”.

(8)

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variable bebas. Hipotesis yang akan diuji adalah :

HO : Tidak ada autokorelasi (r = 0) HA : Ada autokorelasi (r ≠ 0)

Menurut Jonathan Sarwono (2012:28) terjadi autokorelasi jika durbin watson sebesar < 1 dan > 3.

3.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.6.1 Rancangan Analisis

Analisis yang penulis gunakan terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode analisis deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif) dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2013:8) mendefinisikan analisis kualitatif sebagai berikut:

“Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data

yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif”.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh perputaran total aktiva, debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba.

Persamaan analisis regresi linier berganda secara umum untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono 2013 Keterangan :

Y = Pertumbuhan laba

a = Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2= 0)

β1 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terikat Y, apabila variabel bebas X2 diangap konstan.

β2 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terikat Y, apabila

variable bebas X1 diangap konstan. X1 = Perputaran Total Aktiva

X2 = Debt to equity ratio

2. Analisis Koefisien Korelasi Pearson

Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala interval atau rasio (parametrik) yang dalam SPSS disebut scale, yang dalam hal ini pengaruh perputaran total aktiva, debt to equity ratio terhadap pertumbuhan laba.

Menurut Umi Narimawati (2010:49), pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variable X dan Y, dapat menggunakan pendekatan korelasi Pearson

dengan rumus dengan rumus sebagai berikut :

(9)

Umi Narimawati (2010:49)

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi n = Jumlah data

X = Variabel Bebas (Independen)

Y= Variabel Terikat (Dependen)

3. Analisis Korelasi Berganda

Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengukur kuat lemahnya hubungan antar variabel perputaran total aktiva dan debt to equity ratio dengan pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi. Rumus dari korelasi berganda adalah:

Sumber: Husein Umar (2011:233)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi berganda X1 = Perputaran Total Aktiva X2 = Debt to Equity Ratio

Y = Laba

n = Banyaknya Sampel.

4. Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh perputaran total aktiva (X1) dan debt to equity ratio (X2) terhadap

pertumbuhan laba (Y) dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu:

Sumber : Umi Narimawati (2010:50)

Keterangan:

Kd = Koefisien Determinasi atau Seberapa Jauh Perubahan Variabel Y 123456jj Dipergunakan oleh Variabel X.

r ² = Kuadrat Koefisien Korelasi

100% = Pengkali yang menyatakan dalam persentase 3.6.2 Metode Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variable X terhadap variable Y.

Pada prinsipnya pengujian hipotesis ini adalah membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau pembenaran dari masalah yang akan ditelaah.

(10)

sub sector Farmasi yang terdaftar di BEI.

Hipotesis penelitian ini dapat diterjamahkan dalam hipotesis statistik sebagai berikut: Ho1 : β = 0 : Perputaran total aktiva tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan

laba.

Ha1: β ≠ 0 : Perputaran total aktiva berpengaruh terhadap Pertumbuhan laba.

Hipotesis Kedua

Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan sub sector Farmasi yang terdaftar di BEI.

Hipotesis penelitian ini dapat diterjemahkan dalam hipotesis statistik sebagai berikut: Ho2 : β = 0 : Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Laba.

Ha2: β = 0 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

2. Menguji tingkat signifikansi

Untuk mencari makna pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y maka peneliti

melakukan uji signifikasi terhadap hasil korelasi pearson product moment tersebut menggunakan statistic uji t student dengan rumus sebagai berikut:

Sritua Arief (2006:9)

Keterangan :

B = Koefisien Regresi ganda Se(b) = Standar error

Untuk mengetahui ditolak atau tidaknya hipotesis penelitian Riduwan dan Sunarto (2007) mengungkapkan kaidah yang digunakan dalam pengujian terhadap hipotesis penelitian sebagaimana dikutip berikut ini :

Jika thitung≥ ttabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan

thitung≤ ttabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan.

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk)=(n-k-1), untuk menentukan ttabel

sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

3. Menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Jika thitung≥ ttabel maka Ho ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima

artinya antara variabel X1, X2 dan variabel Y ada pengaruhnya.

b. b. Jika thitung≤ ttabel maka Ho ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak

artinya antara variabel X1, X2 dan variabel Y tidak ada pengaruhnya.

c. thitung : dicari dengan rumus perhitungan thitung, dan

d. ttabel: dicari di dalam tabel distribusi t student dengan ketentuan sebagai berikut α = 0,05 dan dk = (jumlah data/n-k-1) atau 10-2-1 = 7.

(11)

4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian 1. Analisis Deskriptif Perputaran Total Aktiva

Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui bahwa rata-rata perkembangan perputaran total aktiva pada perusahaan sub sektor farmasi periode tahun 2010 hingga tahun 2014 cenderung mengalami penurunan dengan nilai rata-rata perputaran total aktiva terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 123,35%. Rata-rata perkembangan perputaran total aktiva yang menurun disebabkan karena menurunannya aset perusahaan terutama disebabkan karena penurunan pada peralatan mesin. Selain itu, rata-rata perusahaan mengalami penurunan sementara atas permintaan produk obat resep, serta perubahan dalam pembelian oleh rumah sakit pemerintah sebagai persiapan program Jaminan Kesehatan Nasional di tahun 2014.

2. Analisis Deskriptif Debt to Equity Ratio

Berdasarkan Gambar 4.2, diketahui bahwa rata-rata perkembangan debt to equity ratio

pada perusahaan sub sektor farmasi periode tahun 2010 hingga tahun 2014 cenderung mengalami peningkatan. Nilai rata-rata debt to equity ratio tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 42,37%. Debt to equity ratio yang terus meningkat pada periode 2010 sampai 2013 secara umum disebabkan karena rata-rata perusahaan farmasi mengalami

peningkatan liabilitas sehubungan dengan penambahan investasi peralatan dan renovasi fasilitas produksi yang didanai melalui pinjaman bank. Hal ini membuat rasio hutang bersih perseroan terhadap modal meningkat.

3. Analisis Deskriptif Pertumbuhan Laba Bersih

Berdasarkan Gambar 4.3, diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi periode tahun 2011 hingga tahun 2014 cenderung mengalami penurunan dan nilai ratarata pertumbuhan laba terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar -10,07%. Secara umum disebabkan karena rata-rata perusahaan farmasi mengalami peningkatan penjualan yang tidak dapat menutupi kenaikan beban pokok penjualan. Selain itu diduga karena adanya kenaikan biaya produksi akibat dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah dan peraturan pemerintah sehubungan dengan naiknya upah minimum karyawan. Selain itu pada tahun 2013 rata-rata pertumbuhan laba mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena rata-rata perusahaan farmasi mengamai peningkatan penjualan produk obat.

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif 4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Berdasarkan Gambar 4.4 normalitas menggunakan normal p-plot di atas, diketahui bahwa titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal yang menunjukan bahwa data sudah memenuhi asumsi normalitas terbukti dari normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirno.

2. Uji Multikoliniearitas

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa kedua variabel bebas memiliki nilai

tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak memiliki masalah multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 4.5, diketahui titik-titik yang diperoleh menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu atau menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada data yang diteliti tidak ditemukan masalah

heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi

(12)

baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam model. 4.1.2.2 Persamaan Regresi Linier Berganda

Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat nilai koefisien regresi pada nilai Unstandardized Coefficients “B”, sehingga diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Ŷ = -14,986 + 0,398X1 - 0,693X2

Dari hasil persamaan regresi tersebut masing-masing variabel dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta sebesar -14,986, memiliki arti bahwa jika semua variabel bebas (X) yakni perputaran total aktiva dan debt to equity ratio bernilai 0 (nol) dan tidak ada perubahan, maka pertumbuhan laba akan bernilai -14,986 persen.

b. Nilai perputaran total aktiva (X1) sebesar 0,398, memiliki arti bahwa jika perputaran total

aktiva mengalami peningkatan sebesar 1 persen sedangkan variabel bebas lainnya konstan, maka pertumbuhan laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,398 persen. c. Nilai debt to equity (X2) sebesar -0,693, memiliki arti bahwa jika debt to equity mengalami

peningkatan sebesar 1 persen sedangkan variabel bebas lainnya konstan, maka pertumbuhan laba akan mengalami penurunan sebesar 0,693 persen.

4.1.2.3 Analisis Koefisien Korelasi (R)

Analisis korelasi bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat hubungan atau keeratan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

1. Perputaran Total Aktiva (X1) dengan Pertumbuhan Laba Bersih (Y)

Diperoleh informasi dari Tabel 4.8 bahwa nilai korelasi (R) yang diperoleh antara perputaran total aktiva dengan pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 adalah sebesar 0,376. Nilai 0,376 menurut Sugiyono (2013:184) berada pada interval 0,200 − 0,399 termasuk kategori rendah tapi pasti dengan nilai positif.

2. Debt To Equity Ratio (DER) (X2) dengan Pertumbuhan Laba Bersih (Y)

Dari Tabel 4.9 di atas diperoleh informasi bahwa nilai korelasi (R) yang diperoleh antara

debt to equity ratio dengan pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 adalah sebesar -0,373 dengan arah negatif. Nilai 0,373 menurut Sugiyono (2013:184) berada pada interval 0,200 − 0,399 termasuk kategori rendah tapi pasti.

4.1.2.4 Analisis Koefisien Determinasi (r2)

1. Variabel Perputaran Total Aktiva = (0,376)2 x 100% = 14,14% 2. Variabel Debt To Equity Ratio (DER) = (-0,373)2 x 100% = 13,91%

Dari Tabel 4.10 dan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa Perputaran Total Aktiva (X1) memberikan pengaruh sebesar 14,14% terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan sub

sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diikuti dengan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio (X2) yang memberikan pengaruh sebesar 13,91% terhadap Pertumbuhan Laba

pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan sisanya masing-masing sebesar 85,86% (100%-14,14%) dan 86,09% (100%-13,91%) dari pengaruh variabel lain yang tidak diteliti, seperti volume penjualan, harga jual, biaya produksi, perubahan beban bunga, perubahan laba masa lalu, dan sebagainya. Sedangkan faktor lain menyangkut faktor eksternal seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi, nilai tukar rupiah, kondisi ekonomi, dan kondisi politik suatu negara (I Nyoman Kusuma, 2012:249).

4.1.2.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

1. Pegaruh Perputaran Total Aktiva Secara Parsial terhadap Pertumbuhan Laba

Dari Tabel 4.11 diperoleh nilai thitung untuk perputaran total aktiva (X1) sebesar 2,235 dengan

nilai ttabel sebesar2,037. Dikarenakan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,235 > 2,037) maka H0

(13)

Berdasarkan Gambar 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa thitung sebesar 2,235 berada pada

daerah penolakan Ho yang berarti perputaran total aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

2. Pegaruh Debt to Equity Ratio Secara Parsial terhadap Pertumbuhan Laba

Dari tabel output SPSS di atas diperoleh nilai thitung untuk debt to equity (X2) sebesar -2,207

dengan nilai ttabel sebesar-2,037. Dikarenakan nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel (-2,207 < -2,037)

maka H0 ditolak.

Berdasarkan Gambar 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa thitung sebesar -2,207 berada pada

daerah penolakan Ho yang berarti Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

4.2 Hasil Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Perputaran Total Aktiva terhadap Pertumbuhan Laba

Diperoleh informasi bahwa perputaran total aktiva memberikan pengaruh sebesar 14,14% terhadap Pertumbuhan Laba dan sisanya sebesar 85,86% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial (uji t), diketahui nilai thitung sebesar

2,235 berada pada daerah penolakan Ho yang berarti yang berarti perputaran total aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Adapun nilai korelasi (R) yang diperoleh antara perputaran total aktiva dengan pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 adalah sebesar 0,376. Nilai 0,376 menurut Sugiyono (2013:184) berada pada interval 0,200 − 0,399 termasuk kategori rendah tapi pasti dengan arah hubungan positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang rendah antara perputaran total aktiva dengan pertumbuhan laba, dimana semakin tinggi nilai perputaran total aktiva maka akan diikuti semakin tingginya pertumbuhan laba bersih pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.

4.2.2 Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Pertumbuhan Laba

Diperoleh informasi bahwa Debt To Equity Ratio (DER) memberikan pengaruh sebesar 13,91% terhadap Pertumbuhan Laba dan sisanya sebesar 86,09% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial (uji t), diketahui nilai thitung sebesar

-2,207 berada pada daerah penolakan Ho yang berarti Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Adapun nilai korelasi (R) yang diperoleh antara debt to equity ratio dengan pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014 adalah sebesar -0,373 dengan arah negatif. Nilai 0,373 menurut Sugiyono (2013:184) berada pada interval 0,200 − 0,399 termasuk kategori rendah tapi pasti. Adapun arah hubungan negatif menunjukan bahwa ketika Debt To Equity Ratio

meningkat maka Pertumbuhan Laba Bersih akan menurun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang rendah antara debt to equityratio dengan pertumbuhan laba.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Perputaran total aktiva berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014, hal ini berarti bahwa setiap perubahan pada perputaran total aktiva dapat mempengaruhi perolehan laba perusahaan.

(14)

perusahaan. 5.2 Saran

1. Saran Bagi Perusahaan

a. Agar perputaran total aktiva dapat meningkatkan pertumbuhan laba, perusahaan perlu melakukan pengelolaan yang baik terhadap aset-aset perusahaan untuk itu manajemen perusahaan membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Jangan sampai penambahan aktiva tetap tersebut akan menimbulkan biaya operasional yang besar. Serta sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan aktiva lancarnya seperti kas, piutang usaha dan persediaan, karena aktiva lancar tidak akan menimbulkan biaya tambahan yang nantinya dapat mengurangi perolehan laba perusahaan serta sebaiknya perusahaan melakukan pembelian aktiva secara tunai agar perusahaan tidak perlu membayar beban bunga.

b. Sebaiknya perusahaan mempertahankan proporsi hutang yang kecil dan pembiayaan dengan modalnya sendiri daripada menggunakan dana dari pihak luar, sehingga perusahaan tidak akan dibebani cicilan pokok pinjaman dan bunga pinjaman yang tinggi yang akan mengurangi laba perusahaan. Jangan sampai total hutang melebihi dari total modal perusahaan kerana jika begitu perusahaan akan kesulitan dalam memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo.

2 Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya, variabel bebas yang digunakan hendaknya tidak hanya perputaran total aktiva dan debt to equity ratio saja, karena masih banyak rasio keuangan lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan seperti current ratio, net profit margin, perputaran piutang, perputaran aktiva tetap, perputaran modal kerja dan lainnya. Selain itu, jumlah sampel yang diteliti sebaiknya diperbanyak untuk lebih memperkuat hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan5Nonparametrik. Edisi

12345Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ari Bramasto. 2011. Analisis Perputaran Aktiva Tetap Dan Perputaran Piutang Kaitannya

12345Terhadap Return On Assets Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Bandung. Majalah Ilmiah

12345UNIKOM Vol.9, No. 2.

Dewi Utari, Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro , 2014. Manajemen Keuangan Edisi Revisi . 12345Jakarta : Mitra Wacana Media.

Farah Margaretha. 2011. Manajemen Keuangan untuk Manajer Nonkeuangan.

12345Penerbit:Erlangga.

Gujarati Damodar. 2003. BasicEconometrics Fourth Edition. McGraw-Hill,New York.

Husein Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra. 2012. “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap

12345Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei”5Jurnal Akuntansi

(15)

Irham Fahmi. 2014. Manajemen Keuangan Perusahaan Dan Pasar Modal. Jakarta : Penerbit

12345Mitra Wacana Media.

Jonathan Sarwono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Graha Ilmu.

Kasmir , S.E.,M.M . 2010 . Pengantar Manajemen Keuangan . Jakarta : Kencana.

L.M. Samryn. 2012. Pengantar Akuntansi Mudah Membut Jurnal Dengan5Pendekatan Siklus

1234Transaksi . Depok : PT. Rajagrafindo Persada.

Lukman Syamsuddin. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam :

12345Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta:PT. RajaGrafindo

12345Persada.

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan , Edisi Ketiga, UPP STIM 12345YKPN. Yogyakarta.

Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Nurhadi . 2011.“Pengaruh Perputaran Aktiva Terhadap Pertumbuhan Laba Industri Rokok Yang

12345Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Universitas5Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

12345Timur.

R. Adisetiawan. 2012. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan

12345Laba. Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 10 Nomor 3 September . ISSN: 1693-5241. Sofyan Syafri Harahap. 2013. Teori Akuntansi Edisi Revisi . Jakarta: Rajawali Pers.

Sritua Arief. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: UI Press. Sugiyono . 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Toto Prihadi. 2011. Analisis Laporan Keuangan : Teori dan aplikasi. Jakarta Pusat : PPM.

Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Genesis.

Verty Zanora,. 2013. Pengaruh Likuditas, Leverage Dan Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba.

12345Artikel Universitas Negeri Padang.

Widhi 2011. Analisis Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi5Perubahan Laba. Jurnal 1234Akuntansi dan Keuangan. VOL.3, No.2.

______ https://www.idx.co.id . Laporan Keuangan Perusahaan Farmasi yang Listing di

(16)

Gambar 4.1

Grafik Rata-Rata Perkembangan Perputaran Total Aktiva pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014

Gambar 4.2

Grafik Rata-Rata Perkembangan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014

Gambar 4.3

Grafik Rata-Rata Pertumbuhan Laba Bersih pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014

Perputaran Total Aktiva (X1)

(17)

Gambar 4.4 Uji Normalitas

Tabel 4.4 Uji Normalitas

(18)

Gambar 4.5 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Tabel 4.7

Koefisien Regresi Berganda

Tabel 4.8

Koefisien Korelasi Parsial Perputaran Total Aktiva (X1)

(19)

Tabel 4.9

Koefisien Korelasi Parsial Debt To Equity Ratio (DER) ( X2)

Tabel 4.10

Koefisien Determinasi Parsial

Tabel 4.11

Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Gambar 4.6

Kurva Uji Hipotesis Parsial X1 terhadap Y

Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan Ho

Daerah Penolakan Ho

t tabel = -2,037 0 t tabel = 2,037

(20)

Gambar 4.7

Kurva Uji Hipotesis Parsial X2 terhadap Y

Daerah Penerimaan H0

Daerah Penolakan Ho

Daerah Penolakan Ho

t tabel = -2,037 0 t tabel = 2,037

(21)
(22)

iii

Exchange Period 2010-2014)

ABSTRACT

The study arranged in sub sector of pharmaceutical listed in Indonesia Stock Exchange period 2010-2014. An actual problem occurred in 2014 when the net profit in concerned business has decrease, whereas increasing sales volume by additional fixxed asset involves new construction of plant and machinery as the instrument. It expected that additional asset can increase the business profit, but unable in increase the benefit and profit as sales price of product was established by government. The study intends to find out total influence of total asset turnover and debt to equity ratio on increasing benefit partially. A method used in research is descriptive and verification with quantitative approach. The analytical model is dual linear regression analysis. By the result study shows that (1) total asset turnover has influence significantly to the profit growth development in sub sector of pharmaceutical listed in Indonesia Stock Exchange period 2010-2014.. (2) Debt to equity ratio influence negatively to the profit growth development in sub sector of pharmaceutical listed in Indonesia Stock Exchange period 2010-2014.

(23)

12

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini berisikan teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian bagi topik penelitian yang membahas menganai perputaran total aktiva, debt to equity ratio dan pertumbuhan laba.

2.1.1 Perputaran Total Aktiva

2.1.1.1 Pengertian Perputaran Total Aktiva (Total assets turn over)

Aset (aktiva) secara umum adalah bentuk investasi, apakah itu dalam bentuk aktiva lancar atau aktiva tetap. Analisis aktivitas atau perputaran (turn over) total aktiva ialah kemampuan manajemen mengoptimalkan harta untuk memperoleh pendapatan. Harta kecil yang mampu menghasilkan pendapatan yang besar, menandakan bahwa manajemen professional (Dewi Utari, Ari dan Darsono, 2014 : 65).

Menurut Lukman Syamsuddin (2007:62) menyatakan bahwa pengertian perputaran total aktivaadalah sebagai berikut :

“Perputaran total aktiva atau total assets turnover merupakan menunjukan tingkat efesiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam

menghasilkan volume penjualan tertentu”.

Menurut L.M. Samryn (2012:420) pengertian perputaran total aktiva adalah

(24)

“Perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh aktiva perusahaan sekaligus mengukur jumlah penjualan yang

diperoleh dari tiap rupiah aktiva”.

Sedangkan menurut J.P. Sitanggang (2014:27) pengertian perputaran total aktiva adalah sebagai berikut :

“Perputaran total asset (Assets Turnover atau Total Assets Turn Over – ATO atau TATO) yaitu rasio yang mengukur bagaimana seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan dioperasionalkan dalam mendukung penjualan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi produktivitas

penggunaan seluruh asset perusahaan”.

Menurut J.P. Sitanggang (2014:27), rasio perputaran total aktiva dinyatakan dalam decimal (kali), dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Sedangkan menurut Lukman Syamsuddin (2007:73), rasio perputaran total aktiva (total assets turnover) dinyatakan dalam persen, dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perputaran total aktiva merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif guna memperoleh penjualan dan meningkatkan laba.

Penjualan Assets Turnover– TATO =

Total Aktiva

Penjualan

(25)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio perputaran total aktiva dalam bentuk persen sesuai dengan yang dibutuhkan penulis, dengan alasan karena variabel pertumbuhan laba dalam penelitian penulis dinyatakan dalam persen sehingga penulis menggunakan rasio perputaran total aktiva dalam bentuk persen.

2.1.1.2. Faktor-Faktor Perputaran Total Aktiva

1. Penjualan

Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan dalam mencapai sebuah tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Beberapa para ahli menegemukakan tentang definisi penjualan antara lain.

Menurut M. Nafarin (2006:60) mengemukakan bahwa pengertian penjualan adalah sebagai berikut :

“Penjualan adalah proses menjual, padahal yang dimaksud penjualan

dalam laporan laba-rugi adalah hasil menjual atau hasil penjualan (seles) atau jualan”.

Sedangkan pengertian penjualan menurut Kusnadi (2009:300) adalah sebagai berikut:

“Penjualan (sales) adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli

atas barang atau jasa yang dijual”.

(26)

disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait baik dibayar secara tunai maupun kredit.

2. Aktiva

Menurut Arfan Ikhsan (2009 : 2) mendefinisikan aktiva sebagai berikut :

“Aktiva adalah kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat ditukarkan menjadi kas

(utang) dalam jangka waktu satu tahun atau lebih dalam satu siklus kegiatan

normal perusahaan”.

Sedangkan menurut Iman Santoso (2010:123) mendefinisikan aktiva sebagai berikut :

“Aktiva adalah manfaat ekonomis yang sangat mungkin diperoleh atau

dikendalikan oleh perusahaan pada masa yang akan datang sebagai akibat dari kejadian atau transaksi masa lalu yang diharapkan dapat memberikan

manfaat ekonomis dalam menghasilkan pendapatan”.

Bedasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu yang diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomis dalam menghasilkan pendapatan. Aktiva dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debet. Pada suatu neraca, aktiva biasanya dikelompokkan menjadi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

Menurut L.M Samryn (2012:38- 40) aktiva dikelompokan menjadi :

1. Aktiva Lancar

(27)

a. Kas dan Setara Kas, yaitu kekayaan perusahaan dalam bentuk uang tunai , saldo rekening koran di bank, atau alat pembayaran lain yang dapat digunakan tanpa pembatasan.

b. Investasi Jangka Pendek, yaitu investasi yang sifatnya sementara (hanya jangka pendek) untuk memanfaatkan uang kas yang untuk beberapa waktu belum dibutuhkan dalam operasi. Yang termasuk ke dalam investasi jangka pendek adalah deposito di bank serta surat-surat berharga yang mudah diperjualbelikan.

c. Piutang, yaitu jumlah tagihan perusahaan kepada pihak lain. Pada dasarnya piutang tidak hanya timbul karena penjualan barang dagang secara kredit, tetapi bisa disebabkan hal-hal lain, misalnya piutang dari penjualan aktiva tetap secara kredit, uang muka untuk pembelian.

d. Persediaan, yaitu kekayaan perusahaan dalam bentuk barang yang siap dijual.

e. Pembayaran dimuka, yaitu pembayaran yang belum habis dikonsumsi masa manfaatnya, meliputi pembayaran-pembayaran terutama untuk biaya, uang umuka pembelian, uang muka pajak dan uang muka lainnya.

2. Aktiva Tetap (Fixed Assets)

Aktiva tetap merupakan aktiva yang mempunyai masa manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun. Menurut Iman Santoso (2010 : 125-129)

yang termasuk ke dalam aktiva tidak lancar (fixed Assets) adalah sebagai berikut:

a. Investasi Jangka Panjang, investasi yang dilakukan untuk tujuan jangka panjang, seperti untuk memperoleh pendapatan dari kenaikan nilai investasi . investasi jangka panjang ummnya terdiri dari investasi dalam surat-surat berharga, investasi yang dibuat dalam suatu dana khusus seperti penyisihan untuk dana pensiun dan asuransi.

b. Tanah, Bangunan dan Peralatan, merupakan kekayaan yang memiliki sifat tahan lama serta digunakan dalam operasi normal suatu usaha.

c. Aktiva tidak berwujud (intangible Assets), yaitu yang tidak memiliki bentuk fisik . hal ini mencakup hak paten, hak cipta, goodwill, merek dagang. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari satu tahun (aktiva tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun. d. Aktiva jangka panjang lainnya (other noncurrent assets), yaitu

(28)

2.1.1.3 Standar Perbandingan Analisis Perputaran Total Aktiva

Menurut Toto Prihadi (2011:111) ketika menjelaskan rasio, biasanya timbul pertanyaan berapa angka rasio standar, memang dalam menganalis rasio akan lebih mudah apabila ada pembandingnya. Untuk memperoleh pembanding, bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Perusahaan yang dijadikan benchmark atau pembanding b. Rata-rata industri

c. Masa lalu, misalnya tahun lalu d. Sasaran, misalnya anggaran. `

Menurut Toto Prihadi (2011:112) regulasi atau pengaturan tentang rasio jarang dilakukan, kecuali dalam beberapa situasi, misalnya :

a. Industri sangat tergantung regulasi seperti perbankan, maka ada bank sentral yang mengatur standar tentang rasio kesehatan bank. b. Industri dalam kewenangan depertemen tertentu seperti kementrian

BUMN, maka aka nada regulasi tentang cara penilaian kesehatan BUMN.

Menurut Lukman Syamsuddin (2007:418) menyatakan bahwa:

“Dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu (missal dari tahun ke tahun) dapat simpulkan bahwa jika nilai rasio membaik maka kinerja keuangan relatif baik demikian sebaliknya. Hal ini lebih mudah dilakukan karena kita tidak memerlukan data industri lain

sebagai pembanding”.

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008:418) dengan melakukan perbandingan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu (misal dari tahun ke tahun), dapat disimpulkan bahwa jika nilai rasio membaik maka kinerja keuangan perusahaan relatif baik.

(29)

atau menggunakan data rasio tahun lalu sebagai perbandingan atau patokan dasarnya.

2.1.2 Debt to Equity Ratio

Beberapa perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaannya, sumber dana tersebut bisa berupa pinjaman dari kreditor atau menjual sahamnya ke publik. Sumber dana berupa pinjaman dari kreditor menimbulkan kewajiban perusahaan untuk melunasi pinjaman dan bunga kepada kreditor.

2.1.2.1 Pengertian Debt to Equity Ratio

Menurut Toto Prihadi (2011 : 263) mendefinisikan debt to equity ratio sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang merupakan perbandingan antara utang dengan equitas. Rasio ini menunjukan jumlah utang sama dengan jumlah equitas. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi risiko

kebangkrutan perusahaan”.

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2014 : 75) mendefinisikan debt to equity ratio sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor”.

Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2013 : 303) pengertian debt to equity ratio adalah :

“Rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio adalah rasio yang

menggambarkan sampai sejauhmana modal pemilik dapat menutupi

(30)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa debt to equity ratio adalah rasio yang menunjukan perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dan modal sendiri. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin sulit perusahaan menjamin kewajibannya dengan modal sendiri dan sebaliknya apabila rasio ini semakin kecil maka kemampuan perusahaan untuk menjamin kewajibannya akan semakin besar. Semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar jumlah kewajiban.

Menurut Kasmir (2010:113) menyatakan bahwa keuntungan dengan mengetahui rasio ini antara lainnya adalah :

1. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain.

2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. 3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal.

4. Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan. Menurut Toto Prihadi (2011 : 264) Debt to Equity Ratio dapat hitung dengan rumus sebagai berikut :

2.1.2.2 Faktor-faktor Debt to Equity Ratio

Adapun faktor-faktor Debt to Equity Ratio (Rasio hutang terhadap modal) adalah sebagai berikut :

Total Hutang

(31)

1. Hutang (Debt)

Dalam menjelankan operasinya, perusahaan tidak akan terlepas dari hutang, karena hutang bisa menjadi sumber dana bagi perusahaan agar dapat bertahan dan mengembangkan perusahaan.

Menurut Budi Rahardjo (2007 : 20) mendefinisikan kewajiban atau hutang sebagai berikut :

“Kewajiban (Liabilities) atau sering disebut hutang menunjukan kewajiban

yang harus dipenuhi perusahaan kepada pihak pemberi pinjaman atau kredit (creditor), bentuk-bentuk kewajiban yang sering dijumpai antara lain pinjaman uang dari pemasok, hutang kepada karyawan, kredit dari lembaga

keuangan dan bank”.

Menurut Agus Sartono (2008:121) Penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi yaitu:

1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan.

2. Dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat.

3. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan.

2. Modal (Equity)

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:365) mengemukakan pengertian modal adalah sebagai berikut :

“Modal adalah aktiva bersih. Modal bisa berarti financial capital di mana

tekanannya adalah nilai uang dari aktiva dikurangi nilai kewajiban yang

merupakan kontribusi uang pemilik kepada perusahaan”.

(32)

“Modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang

dikenakan bunga”.

Menurut Bambang Riyanto (2011:227) memaparkan jenis-jenis modal sebagai berikut:

1. Modal Asing

Modal Asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara berkerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang, yang pada saatnya harus di bayar kembali.

2. Modal Sendiri

Modal Sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri di tinjau dari sudut

likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya”.

Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Adapun modal yang berasal dari sumber ekstern ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri dari modal saham, cadangan dan laba ditahan.

2.1.2.3 Standar Perbandingan Analisis Debt to Equity Ratio

Pada kondisi tertentu standar memang harus di tetapkan, misalnya dalam kebijakan kredit, kebijakan kredit akan menuntut kreditor menetapkan batas maksimum perbandingan utang terhadap modal (Toto Prihadi, 2011:111).

Menurut Dewi Utari, Ari dan Darsono (2014:61) menyatakan bahwa rasio total utang terhadap harta atau debt to equity ratio idealnya 40%.

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2014:73) menyatakan bahwa

(33)

emakin rendah debt to equity ratio semakin baik bagi perusahaan karena aman bagi kreditor saat likuidasi”.

2.1.3 Laba

2.1.3.1 Pengertian Laba

Pada dasarnya, perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai.

L.M. Samryn (2012 : 429) menyatakan bahwa pengertian laba adalah sebagai berikut:

“Laba merupakan sumber dana internal yang dapat diperoleh dari aktivitas

normal perusahaan yang tidak membutuhkan biaya ekstra untuk

penyimpanan dan pengguanannya”.

Menurut Wild dan Subramanyam (2014:25), menyatakan bahwa pengertian laba adalah sebagai berikut:

“Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan

profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam

laporan merinci bagaimana laba didapat”.

Sedangkan menurut M. Nafarin (2006:788) pengertian laba adalah sebagai berikut :

“Laba adalah perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya

-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu”.

(34)

pendapatan dibandingkan total bebannya yang mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas pada periode tertentu.

2.1.3.2 Pertumbuhan Laba

Menurut Kasmir (2010:116) menyatakan bahwa pengertian Rasio pertumbuhan adalah sebagai berikut:

“Pengukuran seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem

ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama, rasio pertumbuhan ini ditentukan dengan membagi jumlah tahun bersangkutan dengan jumlah pada tahun dasar, dimana tahun-tahun dasar

dianggap sebagai 100%”.

Menurut Kasmir (2010) dalam perhitungan rasio pertumbuhan, indikator yang penting untuk dilihat pertumbuhannya adalah:

a. Penjualan b. Laba bersih

c. Laba per lembar saham d. Harga pasar saham perlembar e. Dividen

Indikator-indikator tersebut perlu untuk diketahui pertumbuhannya mengingat bahwa dengan mengetahui pertumbuhan setiap elemen tersebut, maka perusahaan diberikan informasi bahwa perusahaan dalam jangka waktu tertentu memperoleh pertambahan nilai tertentu.

Dewi Utari, Ari dan Darsono (2014:67) menyatakan bahwa pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kondisi kinerja perusahaan juga baik, jika kondisi ekonomi baik pada umumnya pertumbuhan perusahaan baik.

(35)

kinerja perusahaan dengan demikian para investor tertarik untuk menanamkan modalnya (Dewi Utari , Ari dan Darsono 2014:67).

Menurut Nurhadi (2011:141) menyatakan pengertian pertumbuhan laba adalah sebagai berikut :

“Pertumbuhan laba menunjukkan persentase kenaikan laba yang dapat

dihasilkan perusahaan dalam bentuk laba bersih”.

Sedangkan menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006:20) menyatakan pengertian pertumbuhan laba sebagai berikut :

“Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba

pertahun yang dinyatakan dalam persentase”.

Selain pengertian pertumbuhan laba, Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006 : 20) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Besarnya perusahaan. 2. Umur perusahaan. 3. Tingkat Leverage. 4. Tingkat penjualan.

5. Perubahan laba masa lalu.

Menurut I Nyoman Kusuma (2012:249) pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga dan perubahan pajak penghasilan.

(36)

memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat estimasi yang dapat meningkatkan laba (I Nyoman Kusuma, 2012:249).

Menurut Munawir (2007:39) pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

t = Periode tertentu t-1 = Periode sebelumnya.

Laba yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah laba bersih. Angka laba bersih adalah laba tahun berjalan setelah bunga dan pajak.

Menurut Dewi Utari, Ari dan Darsono (2014:67-68) dari berbagai jenis pertumbuhan yang penting adalah pertumbuhan laba bersih setelah pajak (Earning After Tax/EAT). Karena pertumbuhan EAT ini menentukan pertumbuhan pendapatan per saham (Earning per Share/ EPS) dan dividen per saham (DPS). Pertumbuhan ini merupakan harapan bagi para pemegang saham dan pemilik perusahaan.

2.1.3.3 Elemen-Elemen Laba

Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen

Laba Bersih t - Laba Bersih t-1

Pertumbuhan Laba = x 100%

(37)

laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, dan Skousen (2004: 230)ialah sebagai berikut :

1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

2. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

3. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

2.1.3.4 Jenis-jenis Laba

Laba dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Laba kotor

Menurut Wild dan Subramanyam (2014:120) laba kotor merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan.

2. Laba operasi

Laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.

3. Laba sebelum pajak

Gambar

Grafik Rata-Rata Perkembangan Perputaran Total Aktiva pada Perusahaan Sub Sektor Gambar 4.1 Farmasi yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014
Gambar 4.4
Tabel 4.8
Tabel 4.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

The present study demonstrated that glycation enhanced Lp(a)-induced production of plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1), and further decreased the generation of

Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi seluruh

Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa (1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran CPS berbantuan Desmos lebih baik daripada

[r]

Biomassa tanaman jagung merupakan sumber lignoselulosa yang dapat menjadi bahan baku produksi bioetanol.. Teknologi biokonversi lignoselulosa menjadi etanol masih pada

kawasan hutan, pada satuan lahan S 2 VI Li P arahan konservasi tanah yang dilakukan adalah pembuatan guludan – guludan dengan pola tanaman yang disarankan adalah. rumput

3). Memanfaatkan dan mengembangkan potensi unggulan daerah serta bersifat pemecahan masalah. Kegiatan Iptekda LIPI harus:. Memperoleh dukungan pemerintah daerah setempat

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena dengan berkat, rahmat, dan bimbingan – Nya, maka skripsi dengan judul Analisis Strategi Persaingan Bisnis