• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran kecemasan wanita dewasa awal yang mangalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran kecemasan wanita dewasa awal yang mangalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Oieh:

DIAN KURNIATA

103070029039

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

FAKULTAS PSIKOLOGil

(2)

GAMBARAN KECEMASAN WANITA DEWASA

AWAL YANG MENGAlAMI OBESITAS DALAIV1

meヲGゥQゥセlih@

PASANGAN HIOUPNYA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Pembimbing I

Oleh:

DIAN KURNIATA

103070029039

Di bawah Bimbingan

<fa@

Dra. Hj . .ZahrofuX Nihayah, M.Si

NIP. 150 238 773

Pembimbing II

セM

j'ufi Adriani M.Psi.,Psi

FAKULTAS PSIKOLOC:il

lHN

SY ARIF HIDA YATULlAH .JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi Yang Berjudul "GAMBARAN KECEMASAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBES!TAS DALAM MEMILIH PASANGAN HIOUPNVA" ini Telah Diujikan Dalam Sidang Munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 29 November

2007. Skripsi ini Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 29 November 2007

Sidang Munaqasah

Penguji I

Dekan I

ap Anggota

artaty, M.Si

Y uni a ae a 1sa

NエJfMセャᄋnセmーᄋーᄋ@

. s1. s1 NIP. 150368748

Pembimbing I

Ora. Hj. Nihayah, M.Si

NIP. 150 238 773

Pembantu Dekan I I

Sekretaris Merangkap Anggota

Ora. Hj. Zahrotun NIP. 150 238 773

Anggota

Penguji II

5lz,-.

Ora. Hj. Zahra

n

Nihayah. M.Si

NIP. 150 23fr/73

-Pembimbing II

(4)
(5)

KUPERSEMBAHKAN

UNTUK KEDUA ORANG TUAKl.I, TERUTAMA UNTUK

BAPAK YANG TELAH BERPULANG KE RAHMATUUAH

JUGA ORANG

-

ORANG YANG K4'JSAYANGI DAN

(6)

ABSTRAK

(A) Fa1kultas Psikologi (B) November

2007

(C) Dian Kurniata

(D) Gambaran Kecemasan Wanita Dewasa Awai Y•ang Mengalami Obesitas Dalam Memilih Pasangan Hiclupnya

(E) Xiii+

122

Halaman + lampiran

Menurut Erikson masa dewasa awal adalah masa yang tepat untuk memilih

pasangan hidup, dan penampilan merupakan daya tarik terpenting dalam

mencari calon pasangan hidup tersebut. Jika pada masa ini seorang individu

terutama wanita mengalami obesitas, yaitu suatu keadaan yang diartikan

sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan jumlah lemak tubuh, maka hal

ini dapat menimbulkan suatu masalah yang berhubungan dengan penampilan

yang dapat mengurangi daya tarik fisik seseorang. Konclisi tersebut seolah

-olah menutup kemungkinan bagi wanita yang mengalami obesitas untuk

mendapatkan perhatian dan dipilih pria menjadi pasanga1n, sehingga hal ini

dapat memungkinkan timbulnya kecemasan bagi yang mengalaminya.

Kecemasan sendiri diartikan sebagai suatu emosi yang tidak menyenangkan,

yang ditandai dengan istilah - istilah seperti "kekhawatimn," "keprihatinan,"

clan "rasa takut," yang kadang - kadang kita alami dalam tingkat yang

berbeda - beda.

Dengan latar belakang tersebut maka dilakukanlah sebuah penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ker.emasan wanita dewasa awal

(7)

mengetahui macam - macam bentuk kecemasan yang seseorang yang

mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tehnik wawancara

dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada 3 orang subyek dengan

karakteristik yaitu wanita dewasa awal yang berumur

21 -

30 tahun,

mengalami obesitas dan belum menikah.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada dua orang1 subyek yang

mengalami kecemasan yang dilihat berdasarkan komponen - komponen

kecemasan secara kognitif, motorik, somatik dan afektif. Selain itu dalam

penelitian ini juga didapatkan bahwa satu subyek yang tidak mengalami

kecemasan dikarenakan subyek tersebut telah memiliki pacar yang akan

dijadikannya sebagai calon pasangan hidupnya nanti.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada penelitian berikutnya, perlu

kiranya peneliti memperhatikan juga variabel lainnya seperti : usia, maupun

jumlah subyek. Peneliti juga sebaiknya lebih selektif dalam mencari subjek

mengingat tema yang diangkat merupakan tema yang semsitif bagi sebagian

orang.

Kata kunci : Kecemasan, Obesitas, Pasangan Hidup.

(8)

KATA PENGANTAR

ALHAMDULILLAH, puji syukur ke hadirat lllahi Rabbi, yang telah memberikan

kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan halamam demi halaman dari

skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan

alam, Nabi besar Muhammad saw juga para sahabat dain pengikutnya.

Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu memberikan motivasi dan bimbingan sehingga dapat

terselesaikannya karya ini, yang bertujuan untuk sedikit memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dra. Hj. Netty Hartaty, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. (Pembimbing Skripsi I ), Dra. Hj. Zahrotun Nihayah M.Si dan

(Pembimbing Skripsi II), lbu Yufi Adriani M.Psi.,Psi, terima kasih untuk

waktu, tenaga dan bimbingannya hingga terselesaikannya skripsi ini .

3. Seluruh dosen dan staff karyawan di Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang selama ini telah membantu dan

membimbing penulis selama menirnba ihnu di Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh karyawan dan staff perpustakaan urnum clan fakultas

psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan psikologi UI

dan perpustakaan UPI yang telah membantu penulis dalam mencari

buku-buku yang diperlukan dalam skripsi ini.

5. Untuk keluargaku tersayang, terutama bapak yang telah berpulang ke

rahmatullah, ibu dan kakak yang banyak rnemberikan bantuan baik

(9)

6. Semua teman-teman angkatan 2003 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terutama untuk para sahabatku ila, ida, ilin, ipeh dan iyan

(teruslah berusaha dengan kemampuan yang kau miliki moga

kedepan ada rancangan besar yang telah dipersi;apkan oleh Allah

untuk keberhasilan kita bersama).

7. Thanks to Refi lrawan for your attention and togetherness.

8. Untuk Sri Agustini ... terima kasih atas dukungan yang luar biasa dan

kesediaannya menemani dan membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini, untuk ka Yuri (teman seperjuangan bimbingan bu Yufi)

terima kasih support dan masukannya, juga untuk temanku Ratih yang

telah meluangkan sedikit waktunya untuk membantu penulis.

9. Untuk TK dan Play Group Azkar Ananda, beserta kepala sekolah dan

rekan - rekan guru tercinta, terima kasih atas semangatnya.

10. Untuk ketiga subyek AR, AK dan N. Terima kasih yang tak terkira

atas waktu, informasi yang sangat berharga dan untuk pengalaman

hidup yang telah anda ungkapkan, sehingga terciptalah skripsi ini.

11. Last but not least. I dedicate this especially for you all, saya sadar

bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untul< itu saya

mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada seluruh

(10)

Halaman Judul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Motto Dedikasi Abstrak

Kata Pengantar Daftar lsi

Daftar Tabel

DAFTAR ISi

BABI PENDAHULUAN

ii

iii

iv

v

vi viii x xiii

1 - 14

1.1. Latar belakang masalah ... 1

1.2. ldentifikasi masalah ... 11

1.3. Pembatasan dan perumusan masalah ... 11

1.3.1. Pembatasan masalah ... 11

1.3.2. Perumusan masalah ... 12

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian ... 12

1.4.1. Tujuan ... 12

1.4.2. Manfaat.. ... 12

1.5. Sistematika penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 15- 54 2.1. Deskripsi teori.. ... 15

2.1.1. Kecemasan ... 15

2.1.1.1. Pengertian kecemasan ... 15

2. 1.1.2. Penyebab kecemasan ... 19

(11)

2.1.1.4. Komponen - komponen kecemasan ... 22

2. 1.2. Dewasa awal ... 23

2.1.2.1. Pengertian dewasa awal. ... 23

2.1.2.2. Pembagian masa dewasa ... 25

2.1.2.3. Ciri - ciri perkembangan masa dewasa awal. ... 27

2.1.2.4. Perubahan - perubahan dalam masa dewasa awal. ... 29

2.1.2.5. Tugas - tugas perkembangan masa dewasa awal. ... 30

2.1.3. Obesitas ... 34

2.1.3.1. Pengertian obesitas ... 34

2.1.3.2. Pengukuran obesitas ... 36

2.1.3.3. Faktor - faktor penyebab obesitas ... .41

2.1.3.4. Macam - macam obesitas ... .42

2.1.3.5. Dampak obesitas ... .43

2.1.3.6. Berat badan ideal. ... .44

2.1.4. Pemilihan pasangan hidup ... .45

2.1.5. Keterkaitan obesitas dengan kecemasan dalam memilih pasangan hidup ... .47

2.2. Kerangka berpikir. ... 50

BABlll METODOLOGI PENELITIAN 55-64 3.1. Jenis penelitian ... 55

3.1.1. Pendekatan penelitian ... 55

3.2. Subjek penelitian ... 56

3.2.1. Jumlah subjelc. ... 56

3.2.2. Teknik pemilihan subjek ... 56

(12)

3.3. Metode pengumpulan data ... 57

3.3.1. Wawancara ... 58

3.3.2. Observasi. ... 59

3.4. lnstrumen penelitian ... 60

3.4.1. Pedoman wawancara ... 60

3.4.2. Lembar observasi. ... 61

3.5. Teknik analisis data ... 62

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA 65-114 4.1. Gambaran umum subyek ... 65

4.2. Analisis kasus per subyek ... 67

4.2.1. Kasus AR ... 67

4.2.2. Kasus AK ... 85

4.2.3. Kasus N ... 96

4.3. Analisa antar kasus ... 107

BABV PENUTUP 115-120 5.1. Kesimpulan ... 115

5.2. Diskusi. ... 116

5.3. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA

[image:12.595.25.438.85.552.2]
(13)

DAFTAR TABEL

Kolom Daftar Tabel

2.1. IMT untuk Indonesia ... 37

2.2. IMT untuk dunia ... 37

2.3. Distribusi lernak tubuh ... 39

2.4. Berat Badan ldeal.. ... .43

2.5. Kerangka Berpikir. ... .48

4.1 Garnbaran Urnurn Subyek ... 64

4.2.1. Bagan Analisis Kasus AR. ... 82

4.2.2. Bagan Analisis Kasus AK. ... 93

4.2.3. Bagan Analisis Kasus N ... 104

(14)

1.1 Latar Belakang

BABI

PENDAHULUAN

MaSi:l dewaSi:l awal merupakan Si:llah satu tahapan yang ada dalam rentang

kehidupan manusia.

Masa

ini dimulai ketika seorang individu mencapai usia

21-40 tahun (Nihayah dkk, 2006), yang oleh Erikson (dalam Santrok i, 1995) disebut dengan tahap keintiman dan keterkucilan (intimacy vetsUS isolation).

Erikson menggambarkan keintiman sebagai penemuan diri sendiri pada diri orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat

anak

muda

membentuk

persahabatan yang sehat

dan

relasi

akrab

yang intirn dengan orang lain

maka

keintirnan akan dicapai

dan

jika

tidak

akan terjadi

isoiasi,

atau yang

disebut Erikson (dalaln Hurlock, 1980) dengan

"klrisis

isolasi"

yaitu

masa

kesepian karena

terisolasi dari

kelompok sosial.

Banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi oleh dewasa

awal

ini seperti

di antaranya obesitas, diet, narkoba dan merokok (Dariyo, 2003). Salah satu

maSi:llah yang berhubungan dengan penampilan fisik

dan dirasakan

sebagai

sesuatu

yang

tidak menyenangkan

adalah

masalah

obesitas,

yang menurut

Kaplan et

al,

(1993) diartikan sebagai "obesity

is a

condition

of having

excessive amount.s of body

fat"

Y aitu

suatu

koodisi dimana terjadi
(15)

Obesitas ini banyak dialami oleh hampir seluruh masyarakat baik laki-laki

maupun perempuan. Akan tetapi, obesitas biasanya lebih banyak terjadi

pada wanita dibandingkan dengan pria (Atkinson, 1999). Kenyataan yang

menunjang bahwa perempuan lebih mudah mengalami obesitas disebabkan

karena fase hidup wanita yang berbeda dari pria. Kekurnngan gizi saat

dalam kandungan, haid dini, berat badan yang berlebihan ketika hamil, dan

aktivitas fisik yang berkurang akibat menopause, yang menyebabkan

perempuan lebih rentan terhadap obesitas (Perempuan rentan obesitas,

2002).

Selain lebih rentan terhadap obesitas, wanita pun lebih banyak mengalami

kecemasan daripada laki-laki. Laki-laki kurang mempersoalkan kegemukan

(obesitas) daripada wanita. Hal ini dikarenakan wanita s•elalu ingin tampil

cantik dan menarik perhatian di depan semua laki-laki. :Selain itu, wanita

mempunyai perasaan lebih sensitif terhadap isu-isu yang1 berkembang di

masyarakat. Seperti pandangan masyarakat yang cendEirung menghina dan

memperolok orang-orang yang memiliki tubuh gemuk da11 mengalami

obesitas karena dianggap tidak ideal dan cenderung pemalas sehingga

individu yang mengalaminya merasa tidal< sesuai dengan citra kesempurnaan

yang ada di masyarakat tersebut. Karena dalam suatu masyarakat di mana

tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, orang gemulc cenderung akan

(16)

pengendalian atas dirinya (Atkinson, 2004). Dengan kata lain, bentuk tubuh

menjadi ukuran di masyarakat untuk mengatakan cantik atau tidaknya

seseorang.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai media yang menggunalcan wanita sebagai

sasaran untuk mengiklankan produk-produk tertentu seperti produk

kecantikan, penurunan berat badan dan sebagainya. Selain itu, media

massa melalui sarananya juga mempengaruhi lelaki dan perempuan dalam

menampilkan kecantikan dan ketampanannya, sekaligus mempengaruhi

penilaian masyarakat melalui bentuk tubuhnya.

Pentingnya penampilan fisik membuat seorang individu terutama wanita lebih

termotivasi untuk memperhatikan penampilan ftSilmya dibandingkan dengan

laki-laki (Dariyo, 2003). Karena itulah setiap tahun orang-orang

menghamburkan jutaan dollar untuk diet ketat, obat-obatan, dan perawatan

lainnya guna menurunkan berat badan (Atkinson, 2004). :Selain itu mereka

juga rela melakukan olah raga yang melelahkan

dan

melakukan tindakan

medis seperti sedot lemak agar dapat meraih ukuran

kecaintikan

tersebut

Orang-orang yang mengalami obesitas tidak hanya mendatangkan kerugian

dalam hal kesehatan saja, melainkan obesitas juga memberikan konsekuensi

(17)

Dalam aspek sosial wanita obesitas cenderung diabaikan dan mengalami

diskriminasi, baik dalam pekerjaan maupun hubungan interpersonal. T etapi,

ada juga sebagian individu yang mengalami obesitas dapat membuktikan

bahwa ia dapat memiliki pekerjaan dan pasangan hidup yang

sesuai.

Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa artis ibukota seperti Pretty Asmara dan Dewi

Hughes. Mereka dapat tampil dengan perc:aya diri ウ・ィセュ。@ mereka bisa

mendapatkan pekerjaan dan pasangan hidup yang sesuai.

Dalam aspek fisik, orang obeis mempunyai kesulitan dalam melakukan

aktivitas fisik, sehingga mengurangi kesempatan untuk mengikuti berbagai

kegiatan sosial, juga pengeluaran biaya sehari-hari untuk pakaian dan

makanan lebih banyak. Sedangkan secara psikologis dapat mendatangkan

gangguan psikologis seperti rasa rendah diri, depresi, putllls asa, bahkan

sampai overkompensasi atau mencari kelemahan orang lain atau agresif

terhadap lingkungan untuk menutupi kekurangan diri sencliri

dan

secara medis orang yang

obeis

lebih mudah terkena penyakit (S. Rasan, 1996).

Pada dasamya tidak ada seorang pun yang menginginkan mempunyai berat

badan yang berlebihan, hal ini salah satunya disebabkan 1,arena gaya hidup

yang berubah, yang mengakibatkan masyarakat

juga

mernbah pola

konsumsinya terhadap makanan dan berakibat buruk

terhadap

tubuh. Apalagi
(18)

fisik. jarang berolah raga dan tidak mengikuti pola makan yang sehat dapat

memberikan dampak yang kurang baik pada fisik orang dewasa (Nihayah

dkk. 2006).

Selain masalah-masalah yang dihadapi oleh dewasa awal, seorang individu

dewasa awal juga harus mernenuhi tugas-tugas perkernbangannya seperti

menyelesaikan pendidikan, rnernasuki dunia kerja, rnenikah dan rnenjadi

orang tua. Dalam mernenuhi tugas-tugas perkembangannya pasti terdapat

banyak rnasalah, terutarna pada rnasa dewasa awal yang rnerupakan

masa-rnasa tersulit dalam hidup, karena ia rnulai rnenyesuaikan diri, merniliki

pola-pola kehidupan yang

barn,

dan harapan-harapan

sosial

baru (Hurlock, 1980).

Ketika seorang individu telah menyelesaikan pendidikannya sampai taraf

SMU, universitas atau telah memasuki jenjang karir dalam pekerjaannya,

maka tugas perkernbangan selanjutnya adalah menikah. Dalam hal ini,

seorang individu dituntut harus memilih pasangan hidup yang

sesuai

dengan

kriterianya.

Masa dewasa awal ini rnerupakan rnasa yang tepat dalam memilih pasangan

hidup. Dalarn masyarakat yang maju, usia tidak rnenjadi standar tingkah laku

(19)

mengenai tingkah laku yang sesuai untuk usia-usia tertentu (Monks, 2002).

Jadi jika pada usia dewasa awal ini seorang individu belum juga

mendapatkan pasangan hidup yang sesuai, maka sebagian masyarakat

menganggap

bahwa

individu tersebut telah gaga! dalam rnendapatkan

pasangan hidup.

Pemilihan pasangan hidup ini dimulai melalui proses hubungan yang intim

dan akrab terhadap lawan jenis yang telah dibinanya pada masa remaja atau

sebelumnya. Menurut Erikson (dalam Papalia et al., 2002) dewasa muda membutuhkan dan menginginkan keintiman, mereka perlu untuk membentuk

komitmen pribadi yang dalam dengan orang lain. Kemampuan untuk

mencapai hubungan yang intim, yang memerlukan pengofbanan dan

kompromi, tergantung pada identitas diri yang dibentuk pada masa remaja.

Saat mereka mulai merasa aman dengan identitas mereka, mereka akan

mampu membentuk hubungan

intim,

baik dengan diri mereka sendiri maupun

dengan orang lain. Pada

saat

ini, dewasa muda

juga

mernbutuhkan waktu

sendiri untuk memikirkan

kembali

kehidupan

mereka

sendiri. Apabila

mereka

tidak mampu atau takut untuk membentuk hubungan ケ。ョセQ@

intim

karena

ketakutan akan kehilangan identitas.

maka

mereka dapat menjadi terisolasi

dan menanl< diri.

(20)

dapat menjalankan tugas-tugas perkembangannya secar;a optimal, sehingga

terjadi hambatan psikososial dalam kehidupannya.

Apabila hubungan intim telah terjadi maka proses pemilihan pasangan yang

sesuai dengan kriteria dapat dimulai. Pemilihan ini dimulai dengan

perkenalan, kencan, berpacaran, sampai diambil keputusan untuk menikah.

Hubungan pacaran yang dilakukan ketika remaja pun dapat berlanjut hingga

dewasa, tahap ini penting karena untuk memilih pasangan hidup perlu

mendalami karakter dari pasangannya, sehingga seorang individu dapat

menilai dan memilih siapa orang yang tepat yang akan dijadikan calon

pasangan hidupnya.

Semua orang berlomba-lomba untuk memilih pasangan hidup yang sesuai

dengan kriterianya. Namun. obesitas dapat menjadi suatu kendala dalam

proses pencarian tersebut yaitu ketika seorang individu dewasa awal ingin

memenuhi tugas-tugas perkembangannya memilih pasal'll;Jan

hidup.

Karena penampilan fisik merupakan salah

satu

hal

yang dijadikan patokan untuk

menilai seseorang, melalui penampilan flSik sesoorang rmmiliki pengaruh

yang kuat bagi hubungan interpersonalnya. Akan tetapi, セZ・エゥォ。@ figur ideal dan

aktual tidak sesuai

maka

yang terjadi adalah timbulnya rmia tidak

percaya

diri

dalam setiap penampilan, merasa kesulitan dalam

mencaii

pakaian yang pas [image:20.595.19.429.118.483.2]
(21)

negatif terhadap dirinya karena memiliki bentuk tubuh yang kurang menarik

sehingga memungkinkan timbulnya suatu kecemasan.

Kecemasan sebenamya adalah hal yang normal walaupun terkadang

membingungkan, karena kita sendiri tidak mengetahui イイョセョァ。ー。@ kita

mengalami ha! tersebut sehingga membuat kita merasa putus asa dalam

menghadapinya. Hal-hal seperti ini jika dibiarkan

terus

mtmerus

akan

menjadi

sesuatu yang berbahaya, menimbulkan konflik pada kualitas hidup

selanjutnya dan dapat mengurangi kenikmatan hidup. Aiikinson (2004)

mengungkapkan

bahwa

kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti "kekhawatiran," "keprihatinan,"

dan "rasa takut," yang kadang-kadang kita alami dalan1 tingkat yang

berbeda--beda.

Kecemasan yang terjadi bisa dalam bentuk yang bermacam-macam,

Kecemasan menurut Kartono ( 1997) dibagi menjadi, (1) K.ecemasan super

ego atau kecemasan eksistensial yaitu kecemasan khusu:s mengenai "diri

sendiri", tubuh dan kondisi psikis sendiri; (2) Kecemasan Neurotis, yaitu

kecemasan yang erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri

dan pembelaan diri

yang

negatif,

banyak

disebabkan oleh

perasaan-perasaan bersalah dan berdosa, serta konflik-konflik セ。ゥッョ。ャ@

yang

serius,
(22)

batin. Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali

menggunakan obat penenang ; dan (3) Kecemasan psikotis, yaitu

kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau, ditambah

kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasi dan disorganisasi

psikis.

Berdasarkan hasil studi yang dipimpin oleh Simon (2007) dari Group Health

Cooperative, di Seattle, sebuah lembaga perencana ォ・ウQセィ。エ。ョ@ nonprofit

yang berada di Pacific Northwest ini meneliti lebih dari 9 ribu orang dewasa.

Hasilnya sekitar

25

persen orang gemuk lebih sering mengalami rasa cemas

yang berlebihan dan mood (suasana hati) yang tak stabil, dibanding orang

dengan berat badan normal. Selain itu ada juga penelitian terbaru yang

membantu menegaskan kembali tentang hubungan tersebut. "lni merupakan

kajian epidemiologi psikiatrik yang membuktikan bahwa rnemang ada

hubungan antara pertumbuhan berat badan dan gangguan mental," papar Dr.

Susan McElroy, seorang professor psikiatri di University of Cincinnati dan

editor panduan buku acuan obesitas dan gangguan mental. Studi ini

didasarkan survei nasional pada sekitar

9.125

orang dewasa yang menjalani

interview kesehatan mental yang dilengkapi catatan ukuran berat dan tinggi

badan partisipan. Sekitar seperempat dari seluruh partisipan masuk dalam

kategori obesitas, sekitar 22 persen dari mereka mengalami gangguan mood

(23)

berlebihan) dibanding 18 persen partisipan yang tak mengalami obesitas.

Selain itu, menurut Cash & Grant (dalam Thompson, 19913) mengungkapkan

ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menyebabkan individu menjadi rentan

terhadap harga diri yang rendah, depresi, kecemasan sosial dan menarik diri,

serla mengalami disfungsi sosial.

Semua individu pasti sangat menginginkan masa depannya bahagia. Hal itu

tidak terlepas dari kondisi yang berada di sekitamya, perasaan dan juga

kesadarannya. Jika ia berpikir positif maka ia akan memandang masa

depannya dengan semangat, akan tetapi jika ia berpikir negatif maka ia akan

melihat masa depannya dengan kelam dan pesimis terhadap

harapan-harapannya karena tanpa disadari dengan siapapun berinteraksi kita pasti

akan mengalami kecemasan.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai masalah obe1Sitas yang

dirasakan sebagai kondisi yang kurang menyenangkan khususnya

pada

wanita dewasa

awal.

Karena selain dikaitkan dengan penampilan fisik yang

kurang menarik. wanita yang mengalami obesitas sering rnendapatkan

penilaian negatif dari masyarakat dan hal ini dapat memungkinkan timbulnya

kecemasan ketika mereka berada

pada

tahap pencarian fiasangan hidup.
(24)

peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang GAMBARA.N KECEMASAN

PADA WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBESITAS DALAM

MEMILIH PASANGAN HIDUPNYA

yang juga menjadi judul dalam penelitian

ini.

1.2 ldentifikasi Masalah

ldentifikasi masalah terdiri dari :

1.

Apakah obesitas berperan terhadap kecemasan pada wanita dewasa

awal?

2. Bagaimana gambaran kecemasan wanita dewasa awal yang

mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya

?

1.3.

Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas maka peneliti mencoba membatasi ruang

lingkupnya yaitu :

1. Obesitas, yang dimaksud obesitas di sini adalah irtdividu yang

memiliki berat tubuh berlebih setelah dilakukan pengukuran dengan

mengukur lndeks Masa Tubuh (IMT), yaitu berat badan

I

tinggi badan2

(Kg/M2) jika jumlahnya melebihi angka 25

maka

itulah yang akan

dijadikan subjek penelitian.

(25)

ditandai dengan istilah-istilah seperti "kekhawatiran," "keprihatinan."

dan "rasa takut." yang kadang-kadang kita alami clalam tingkat yang

berbeda-beda.

3.

lndividu dewasa awat adalah individu yang berusia1

21-40

tahun. Akan

tetapi, yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah individu yang

berumur 2-30 tahun.

4.

Pasangan hidup yaitu orang yang akan dijadikan pendamping hidup.

1.3.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

"Bagaimana gambaran kecemasan para wanita dewasa awal yang mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya ?"

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1.

Tujuan

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pemahaman yang menyeluruh

dan utuh mengenai gambaran kecemasan pada wanita dewasa awal yang

mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya.

2. Untuk mengetahui macam-macam bentuk kecemasan yang dialami

(26)

1.4.2.Manfaat

Penelitian ini ingin memberikan kontribusi secara teoritis dan praktis dalam wacana psikologi yaitu :

1. Secara teoritis memberikan sumbangan dalam bidang psikologi khususnya psikologi klinis dan psikologi perkembangan.

2. Secara praktis dapat bermanfaat bagi wanita dewasa awal yang sedang dalam proses pemilihan pasangan hidup agar jangan terlalu cemas

sehingga dapat terbentuk kemantapan emosi dalam memilih pasangan hidupnya.

3. Sebagai bahan masukan untuk lembaga-lembaga sosial terkait agar dapat

membantu orang-orang yang mengalami obesitas mengadakan pelatihan-pelatihan tentang kepercayaan diri agar dapat mengumngi kecemasan

khususnya dalam memilih pasangan hidup.

1.5. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan maisalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian teori yang meliputi deskripsi teori dan kerangka berpikir. Deskripsi teori terdiri dari kecemasan (pengertian

(27)

Bab

Ill

Bab IV

BabV

kecemasan dan komponen-komponen ォQセ」・ュ。ウ。ョIL@ dewasa

awal (pengertian dewasa awal, pembagian dewasa awal,

ciri-ciri perkembangan dewasa awal, perubahan-perubahan

dalam masa dewasa awal. tugas-tugas perkembangan

dewasa awal}, obesitas (pengertian obesitas, pengukuran

obesitas,

faktor-faktor

penyebab

obesitcm,

macam-macam

obesitas, dampak obesitas dan berat baclan ideal}, pemilihan

pasangan hidup dan keterkaitan obesitas; dengan kecemasan

dalam memilih pasangan hidup.

Metodologi penelitian yang meliputi, jenis penelitian

(pendekatan penelitian}, subyek penelitian (iumlah subyek,

teknik pemilihan subyek. karakteristik subyek), metode

pengumpulan data (wawancara, observa:;i}, instrumen

penelitian (pecloman wawancara, lembar observasi), clan

teknik analisis data.

Hasil penelitian yang meliputi, gambaran umum subyek.

analisis kasus (kasus AR, kasus AK, kasw; N) clan analisis

antar kasus.

(28)

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berlkaitan dengan judul

penelitian di antaranya

teori

tentang kecemasan. pembahasan tentang

dewasa awal, obesitas, pemilihan pasangan hidup dan ャᆱセエ・イォ。ゥエ。ョ@ obesitas

dengan kecemasan dalam memilih pasangan hidup. Pacla bab ini diakhiri

dengan kerangka berpikir.

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Kecemasan

2.1.1.1. Pengertian Kecemasan

Atkinson (2004) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak

menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti "kekhawatiran,"

"keprihatinan," dan "rasa takut." yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat

yang berbeda-beda. Senada dengan Atkinson, menurut t<artono (1997),

kecernasan adalah semacam kegelisahan-kekhawatiran clan "ketakutan"

terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur. dlan mempunyai ciri

yang mengazab pada seseorang.

(29)

apprehension and an increased physiological aurosal." Kecemasan

digolongkan sebagai bagian dari emosi, termasuk di dalamnya yaitu

perasaan menyedihkan, ketakutan, keprihatinan dan meningkatnya perasaan

psikologis seseorang.

Dalam kamus lengkap psikologi, anxiety ( kecemasan ) juga diartikan sebagai

perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai

masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan re1rsebut, rasa takut

kekhawaliran kronis pada tingkat ringan, kekhawatiran atau ketakutan yang

kuat dan meluap-luap, dan satu dorongan sekunder melll::akup suatu reaksi

penghindaran yang dipelajari (Chaplin. 2006).

Lebihjauh lagi, Gunarsa (1990) mengungkapkan kecemasan sebagai suatu

perubahan suasana hati, perubahan di dalam diri sendiri •fang timbul

dari

dalam tanpa adanya perangsangan dari luar. Selain itu, kecemasan juga

dipakai untuk menunjukkan suatu respons emisionil yang tidak

menyenangkan dan dalam derajat yang berlebih-lebihan dan

tidak

sesuai

dengan keadaan yang menimbulkan rasa

takut

Sementara itu Kaplan dkk (dalam Fausiah dan Widuri, 2005)

mengungkapakan kecernasan sebagai

respon

terhadap

Slituasi

tertentu

yang

(30)

perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah

dilakukan, serta dalam menentukan identitas diri dan arti hidup.

Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya per.3saan takut dan

kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan エゥ、セQォ@ menyenangkan

(Davidson & Nealen,

2001 ).

Kecemasan seringkali diserlai dengan gejala

fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar

cepat.

dada terasa sesak,

sakit

perut, tidak tenang dan tidak dapat duduk diam (Fausiah dan Widuri,

2005).

Menurut Koeswara (1991) kecemasan muncul dari stimulus yang

membahayakan dan terus-menerus, menghantui dan mengancam individu.

Bagi Krauss (1976) "anxiety is an emotion of a usually unpleasant nature

which

can be

almost

unbearable." Menurutnya kecemasan adalah emosi

alami yang biasanya tidak menyenangkan yang hampir tidak bisa ditahan.

Menurut Dafidoff (1981), kecemasan adalah emosi yang ditandai oleh

perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juHa ketegangan dan

stres

yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem sara1f simpatetik.

Spielberger (dalam Purbonongsih, 2004) mengungkapkart

bahwa

kecemasan

adalah suatu reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya

yang tidak nyata atau imaginer dimana reaksi

ini

muncul bersama
(31)

ketakutan dan kegelisahan.

Menurut Spielberger (dalam Purboningsih, 2004) kecemasan mempunyai dua

konsep yaitu kecemasan sesaat (Anxiety State) dan keCEimasan dasar

(Anxiety Trait), kecemasan sesaat timbul dari kondisi em1::isional yang sifatnya

sementara, bisa berfluktuasi dan bervariasi setiap saat, sedangkan

kecemasan dasar terbentuk berdasarkan pengalaman-peingalaman di masa

lalu dan rnerupakan hasil dari pemikiran individu tentang kecemasan

tersebut.

Pada dasamya kecemasan

itu

tidak membahayakan. Akan tetapi jika

seorang individu rnengalami kecemasan setiap saat dan dalam jangka waktu

yang cukup lama sehingga setiap hari ia hidup dalam ketiegangan yang tinggi

maka hat ini akan mengakibatkan timbulnya gangguan keremasan.

Berdasarkan pengertian kecemasan yang sangat bervariasi di atas maka

penulis mencoba menyimpulkan bahwa kecemasan diartikan

sebagai

suatu

keadaan yang tidak rnenyenangkan yang ditandai dengani kekhawatiran,

ketakutan dan perasaan tidak nyaman sehingga dapat mEmgganggu

(32)

2.1.1.2. Penyebab Kecemasan

Menurut Beck, Emery, dan Greenberg (dalam Wolman, セYYTI@ terdapat

beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang rentan dan cenderung

mengalami kecemasan serta gangguan kecemasan. Falctor-faktor itu adalah:

1. Genetik

Faktor hereditas dapat menimbulkan pengaruh terhadap kecemasan dalam

hal mudah atau tidaknya system syaraf otonom seseorang untuk menerima

rangsangan (Barlow & Cerney, 1988). Seseorang yang riwayat keluarganya memiliki gangguan, jika berada dalam kondisi atau situasi mencemaskan

maka akan lebih cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasannya jika

dibandingkan dengan orang lain dalam kondisi tersebut.

2. Trauma mental

Trauma mental mengakibatkan individu menjadi lebih mudah cemas jika

dihadapkan pada situasi yang sama dengan pengalaman yang rnenimbulkan

trauma. Ditambahkan pula bahwa terjadinya suatu trauma yang melibatkan

bangkitnya suatu emosi yang

sangat

tinggi dapat menghasilkan atau

membentuk skema yang berkaitan dengan ancaman. Sooema ini akan muncul

berulang-ulang bila individu menemukan

suatu

kondisi

saat

ia

mengalami

trauma.

3. Tidak berjalannya strategi coping

Seseorang yang mengalami kecemasan cenderung melTIJoerlihatkan

(33)

kecemasan yang timbul atau sesuatu yang dirasakan mEmgancam. Mereka

seringkali menganggap bahwa situasi yang ada merupakan hasil dari

persepsi terhadap adanya ancaman, walaupun sebenarnya tidak ada suatu

ancaman. Namun, individu juga menilai bahwa mereka memiliki kekurangan

dalam upaya untuk mengatasi ancaman yang dirasakan. Akhimya, individu

membiarkan diri mereka mudah untuk mengalami kecemasan dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Pikiran irasional, asumsi dan kesalahan proses kognitif

lndividu yang mengalami kelainan kecemasan, sering mEmganggap bahwa

keyakinan yang tidak realistis tentang suatu ancaman atau bahaya

ditimbulkan oleh situasi maupun kondisi tertentu yang seirupa dengan situasi

tersebut dimana skerna itu dipelajari. Di saat skerna tersebut diaktivasikan,

skema ini mendorong pikiran, tingkah laku dan emosi individu untuk masuk

kedalam keadaan cemas.

Sedangkan Adler (dalam Fahrni, 1977) mengungkapkan bahwa sebab utama

dari cemas adalah kembali kepada masa

kanak-kanak

peirtama, misalnya

rasa kurang yang menimbulkan rasa tidak aman, " kurall{;I" pada pengertian

terbatas " yaitu kurang dari segi anggota

tubuh.

kemudian diperluas sampai
(34)

2.1.1.3. Macam-Macam Kecemasan

Kecemasan menurut Kartono (1997) dibagi menjadi:

1. Kecemasan super ego atau kecemasan eksistem;ial

Kecemasan khusus mengenai "diri sendiri", tubuh dan koodisi psikis sendiri.

2. Kecemasan Neurotis

Erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian cliri dan pembelaan

diri yang negatif, banyak disebabkan oleh perasaan-perasaan bersalah dan

berdosa, serta konflik-konflik emosional yang serius, kronis,

berkesinambungan, frustasi-frustasi, dan ketegangan-ketegangan batin.

Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali

menggunakan obat penenang.

3. Kecemasan Psikotis

Kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau, ditambah

kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasJ dan disorganisasi

psikis. Apabila sifatnya serius, kronis dan berkesinambungan terus menerus,

kecemasan

itu

bisa menjadi keadaan panik

dan

kecemas;an-kecemasan

hebat bisa menyebabkan kerusakan pada fungsi-fungsi

fu>ik

misalnya

berubah menjadi penyakit lambung, tekanan darah tinggi, asma, juga kerusakan-kerusakan pada fungsi psikis.

2.1.1 A. Komponen-Komponen セ@

(35)

dan Runyon, 1984) yaitu:

1.

Kognitif (dalam pikiran seseorang)

lndividu yang mengalami kecemasan akan selalu terpaku terhadap bahaya

yang tidak dikenal atau tidak jelas, tidak mampu untuk 「eセイォッョウ・ョエイ。ウゥL@ sulit

mengambil keputusan dan mengalami kesulitan tidur.

2.

Tingkah laku motorik (dalam tindakan seseorang)

Kecemasan dapat dilihat dari apa yang telah ditampilkan dalam tingkah laku

seseorang seperti kegelisahan, gemetar, menggigit bibir, menggigit kuku dan lainnya.

3.

Secara somatik

Terwujud dalam reaksi fisik dan biologis seseorang. Misalnya nafas pendek,

mulut kering, tangan dan kaki berkeringat, diare, sering buang air

kecil,

pingsan, jantung berdebar, sesak nafas, tekanan darah meningkat • banyak

berkeringat, otot menjadi tegang (terutama

daerah

ォ・ー。ャ。セ@ leher. bahu, dan

dada) sakit perut, dan sulit mencema.

4. Secara afektif

Terwujud melalui kondisi emosi seseorang seperti perasaan tegang,

perasaan diteror.

2.1.2. Dewasa Awai

2.1.2.1.

Pengertian Dewasa Awai
(36)

terhadap segala perbuatan yang telah dilakukannya. Dewasa sendiri dalam

bahasa Belanda adalah "Volwassen" "Vol"

=

penuh dan " wassen"

=

tumbuh, sehingga "Volwassen" berarti tumbuh dengan penuh atau selesai tumbuh

(Monks dkk, 2002).

Dewasa atau

Adult

berasal dari kata kerja latin yang bemrti ''tumbuh menjadi

kedewasaan." Akan tetapi,

kata

adult berasal dari berrtuk lampau dari

kata

kerja adultus yang berarti " telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran

sempuma" atau " telah menjadi dewasa. • Oleh karena itu, orang

dewasa

adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap

menerima kedudukan dalam

masyarakat

bersama dengan orang dewasa

lainnya (Hurlock, 1980).

Masa dewasa awal digambarkan sebagai masa pencahairian kemantapan

dan masa reproduktif , yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan

ketegangan emosional, periode isolasi sosial. periode kornitmen dan masa

ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada

pola hidup yang baru (Sabri, 1992).

Para ahli mempunyai batasan usia yang berbeda-beda tentang batasan pada

dewasa awal ini. Menurut Erikson (dalam Santrock I, 1995) dimulai pada usia

(37)

awal dimulai ketika usia 20-40 tahun, sedangkan (Nihayah dkk, 2006)

mengungkapkan bahwa dewasa awal dimulai dari kisaran usia 21 tahun

sampai 40 tahun dan Levinson (dalam Monks, 2002) berpendapat bahwa

dewasa awal dimulai ketika seseorang berusia 17 sampai usia 45 tahun.

Perbedaan ini dianggap wajar karena tidak ada batasan mutlak mengenai

usia dewasa muda dan para ahli perkembangan pun pen::aya bahwa

menentukan awal masa remaja lebih mudah daripada irumentukan

berakhimya masa remaja dan permulaan masa dewasa (Santrok, 1995).

Di Indonesia sendiri batas kedewasaan atau seseorang olapat dikatakan

dewasa adalah ketika seseorang telah berumur 21 tahun (Monks, 2002), dan

seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah,

meskipun usianya belum mencapai 21 tahun (Mubin dan Cabyadi, 2006).

Merujuk pada pemyataan tersebut maka, dalam penelitian ini pembatasan

usia dewasa awal dimulai pada usia 21 t.ahun.

2.1.2.2. Pembagian Mau Dewasa Awai

Menurut Hurlock (1980), membagi masa dewasa dibagi menjadi 3

fase, yaitu:

1. Masa dewasa dini

(38)

2. Masa dewasa madya

Dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun.

3.

Masa dewasa lanjut (usia lanjut)

Dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian.

Sedangkan Levinson (dalam Dariyo, 2003) mencoba membagi masa dewasa

awal menjadi dua fase transisi kehidupan, yaitu :

1.

Fase memasuki masa dewasa awal (usia

17-33

tahun), terdiri dari:

a. Transisi dewasa awal (early adulth transtition 'l7-22 tahun). Pada

masa ini individu secara fisik, bentuk tubuhnya1 tampak seperti

orang dewasa. Akan tetapi, sec:ara mental individu belum memiliki

tanggung jawab penuh karena masih bergantung secara ekonomi

dari orang tuanya.

b. Memasuki struktur kehidupan dewasa awal (22-28 tahun).

Umumnya, pada masa ini individu telah menyeilesaikan pendidikan

formal, kemudian berkarir sesuai dengan minat bakat dan

kemampuannya.

c. Usia transisi 30 - an (28-33 tahun). Pada maS<:1 ini individu tetap

mambangun karirnya dan membentuk kehidupan rumah tangga

2. Fase puncak dewasa awal (usia 35-45 tahun), terbagi menjadi dua

(39)

a. Puncak kehidupan dewasa awal (usia 33-40 tahun).

lndividu merasa mantap atau memantapkan diri dengan pilihan

pekerjaannya pada saat ini. Karena menanggung kehidupan

keluarga, individu memperkuat komitmen (tekad) untuk

membangun karir pekerjaan, membentuk kehidupan pribadi yang

bertanggung jawab sesuai dengan harapan dan cita-cita

masyarakat bangsa dan mewujudkan aspirasi dan cita-cita yang

tertanam sejak masa mudanya dulu.

b. Transisi dewasa menengah (Midlife transitition usia 40-45 tahun).

lndividu telah menempuh perjalanan hidup

yang

panjang mulai dari

hal pekerjaan sampai kehidupan rumah tangga. Dengan

pencapaian itu, individu mulai menilai (self-evaluation) kembali

struktur kehidupan tersebut dan mempersiapkan diri untuk

memasuki masa dewasa menengah.

2.1.2.3. Ciri..Ciri

Perkembangan

Mau

Dewasa Awai

Ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock (1980), yaitu:

1. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan

Yaitu ketika seseorang telah mencapai masa dew.;isa maka masa kebebasannya akan berakhir dan menerima tangg11Jng

jawab

yang

penuh dengan aturan-aturan

baru.

(40)

Yaitu ketika seseorang telah menikah dan mempunyai keturunan, juga

prestasi yang dicapai dalam hal pekerjaan.

3. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah

Pada masa ini masalah-masalah yang teljadi adalah menyangkut

masalah perkawinan dan pekeljaan karena tidak dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungannya.

4. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional

Ketegangan mungkin terpusat pada pekeljaan karena tidak bisa

mencapai target yang diinginkan atau dalam hal perkawinan yang

berstatus sebagai orang tua.

5. Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sc1sial

Pada masa ini individu merasa terasing karena rrmreka sibuk dengan

kegiatannya sendiri-sendiri sehingga melupakan s'osialisasinya dengan

sahabat atau keluarga.

6. Masa dewasa awal sebagai masa komitmen

Pada masa ini individu mulai membuat

pola

hidup baru dan

membangun komitmen-komitmen baru.

7. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan

Pada masa ini sebagian individu masih mengggan1rungkan kebutuhan

hidupnya dengan orang

tua.

8. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai

(41)

pengalaman dan juga hubungan sosial.

9. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri dengan

cara

hidup

baru pada masa ini banyak penyesuaian yang harus dilakukan karena

persiapan yang dilakukan ketika masa kanak-kanak mereka berbeda

atau tidak cocok dengan gaya-gaya hidup baru sekarang ini.

10.Masa dewasa

awal

sebagai

masa

kreatif

Pada masa ini bentuk kreatifitas terlihat pada minat dan kemampuan

individu serla kesempatan yang

ada

untuk mewujudkan

semua

harapan-harapannya.

Selain ciri-ciri di atas ada dua kriteria lain yang diajukan untuk menunjukkan

akhir masa remaja dan permulaan dari

masa

dewasa aw.al yaitu kemandirian

ekonomi dan kemandirian dalam

membuat

keputusan (Santrok II.

1999).

2.1.2.4,

Perubahan-Perubahan Dalam

Masa Dewasa Awai

Perubahan-perubahan dalam masa dewasa

awal

(dalam Mubin

dan

Cahyadi.

2006), adalah :

a. Perubahan yang bersifat fisik :

1) Efisiensi fisik mencapai puncaknya, terutama pada usia 23-27 tahun.

2) Kesehatan fisik berada dalam keadaan balik.

3) Kekuatan tenaga dan motorik mencapai masa puncak.

(42)

1) Berjuang menyesuaikan diri terhadap pola-pola ォeセィゥ、オー。ョ@ yang baru

dan harapan-harapan sosial yang baru pula.

2) Munculnya keinginan dan usaha pemantapan, seperti memimpin

rumah tangga (sebagai suami-istri), mendapatkan pekerjaan yang

layak. peran dan status sosial di masyarakat.

3) Sering mengalami ketegangan emosi, karena kompleksnya persoalan

hidup yang dihadapi, seperti : masalah pekerjaan 'Yang belum

menentu, pasangan hidup yang belum ada atau p1crtus, dan kegagalan

dalam cita-cita.

4) Kemampuan-kemampuan mental seperti penalaran dalam

mengggunakan analogi, mengingat dan berfikir ォイeセ。エゥヲ@ telah mencapai

puncaknya pada permulaan fase ini, yang dalam sisa-sisa masa

berikutnya hanya bersifat mempertahankan kemarnpuan tersebut.

5) Perasaan dan keyakinan keagarnaan umumnya mulai membaik jika

dibandingkan dengan masa pubertas,

tetapi

masih ada kemungkinan

terjadinya konflik batin yang mengakibatkan perubahan perasaa11

dan

keyakinan keagamaan yang radikal (konversi).

2.1.2.5. Tugas-Tugas Perkembangan

Man

Dewan

Awai

Wgngaarden (dalam Monks, 2002) melukiskan

bahwa

tugas perkembangan

bagi orang dewasa diartikan sebagai suatu sikap menerima kehidupan.

Jadi,

(43)

maka dianggap telah menyimpang dari tugas-tugas perkembangannya.

Tugas-tugas perkembangan dewasa awal (Hurlock, 1980) yaitu:

a. Mendapatkan suatu pekerjaan

b. Memilih seorang teman hidup

c. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri

d. Membentuk suatu keluarga

e. Membesarkan anak-anak

f. Mengelola sebuah rumah tangga

g. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara

h. Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang

cocok:.

Ketika seorang individu memasuki masa dewasa awal maka mereka akan

menemukan banyak pengalaman-pengalaman psikososial, mulai dari

melakukan hubungan akrab dan intim dengan teman atau lawan jenisnya.

Papalia et al., (2002) mengungkapkan tentang 3 tipe dasar hubungan yang

akrab (intimacy relationship) yaitu :

1. Persahabatan

Yang merupakan bagian dari hidup yang penting disetiap usia. Teman

dapat menjadi sahabat, seseorang untuk saling berbagi aktivitas,

(44)

rasa identitas dan sejarah.

2. Cinta kasih

Untuk kebanyakan dewasa, hubungan cinta dengan seorang teman

sejenis atau lawan jenis adalah elemen yang sangat penting dalam

kehidupan mereka. Yang terdiri dari tiga elemen yaitu: keintiman,

keinginan besar (nafsu) dan komitmen.

3. Seksualitas

Hubungan seksual menjadi sesuatu aktivitas yang normal, sehat dan

menyenangkan.

Mengenai hubungan dekat dan intim ini Erikson (dalam Santrok I, 1995)

mengungkapkan tentang delapan tahap perkembangan manusia dan masa

hubungan intim ini berada pada tahap ke enam yaitu masa yang disebut

sebagai keintiman dan keterkucilan (intimacy versus isolation) yaitu tahap

yang dialami individu selarna tahun-tahun awal masa devirasa dirnana individu

harus menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan

orang lain. Erikson juga menggambarkan keintiman sebagai penemuan diri

sendiri pada diri orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat anak muda

membentuk persahabatan yang sehat dan

relasi

akrab yang intim

dengan

orang lain maka keintirnan akan dicapai dan jika tidak akan terjadi isolasi.

Dengan

kata

lain isolasi terjadi apabila

seorang

individu

diewasa

awal tidak

(45)

kehidupannya tidak berjalan secara dinamis sehingga tidak dapat membina

hubungan intim dengan orang lain.

Selain Erikson, (Turner, 1983) juga mengungkapkan teritang tahap keintiman

(intimacy) dengan lawan jenisnya ketika seorang individu memasuki masa

dewasa awal dengan ciri-ciri :

a. Mulai menyesuaikan kebiasaan pribadinya seperli : kebersihan,

pakaian,

b. tata krama, kebiasaan makan dan tidur, kebiasaan merokok, minum

dan obat-obatan.

c. Mengatur perasaan yang berbeda

d. Mengembangkan kedekatan secara emosi dan fisik.

e. Belajar untuk memenuhi kebutuhan ego satu dengan yang lainnya.

f. Belajar untuk mengekspresikan perasaan.

g. Memuaskan kebutuhan cinta dan kontak fisik.

h. Menemukan, menggunakan harta untuk perencanaan berkeluarga.

Bagi kebanyakan individu, hubungan cinta merupakan pencapaian utama

pada masa dewasa

awal.

Hal ini berhubungan dengan tugas perkembangan

untuk memilih pasangan hidup. Oleh sebab itu, penelitian ini

hanya

(46)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah mai;a transisi antara

masa remaja kemasa dewasa pertengahan yang terjadi pada rentang usia

21-40

tahun. Pada masa ini individu menghadapi 「・イ「。Aセ。ゥ@ tugas-tugas

perkembangan, pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain, semakin

bertambahnya kegiatan sehingga semakin berkurangnye1 sosialisasi dengan

tetangga dan keluarga.

2.1.3.

Obesitas

2.1.3.1. Pengertian

Obesit.as

Obesitas memiliki pengertian yang berbeda-beda. Menurut Kaplan et al.,

( 1993) mengartikan "obesity is a condition of having ・ク」ゥセウゥカ・@ amounts of

body fat," yaitu suatu kondisi dimana terjadi kelebihan le1mak tubuh. Krauss

(1976) juga mengungkapkan hal yang sama yaitu Bッ「・ウゥセケ@ is a term applied to

the clinical condition wherein there is an excessive accumulation of fat in the

body, " yaitu istilah yang digunakan pada

suatu

kondisi klinis di mana

terdapat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

Menurut Dox, Melloni & Eisner (dalam Sheridan & Radmaicher, 1992)

obesity

is an excessive accumulation of fat, most notably

in

the subcutaneous tissues

located immediately beneath the skin." Menurutnya obesitas adalah

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan, yang sebagiani

besar

khususnya
(47)

Menurut Subardja (2004) obesitas adalah suatu keadaan yang terjadi karena

interaksi faktor lingkungan (ekstemal) dan faktor genetik (internal). Jadi,

pada dasamya obesitas dapat ditelusuri dari faktor lingkungan dan faktor

genetik.

Sementara itu, Adil Fahrni (2005) mengungkapkan bahwa obesitas dapat

disebabkan karena "buruknya" pemberian konsumsi matcanan, energi lebih

yang dibutuhkan tubuh bertumpuk dalam bentuk jaringan lemak yang

menghambat tugas-tugas regular anggota tubuh yang lain.

Lebih tanjut Gray & Taitz (dalam Subardja, 2004) mengartikan obesitas

sebagai suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak

tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal

Ditinjau dari segi psikologis, obesitas merupakan suatu kondisi yang

berkaitan dengan citra atau pandangan seseorang terhadap makanan atau

kesulitan dalam mengendalikan keinginan matcan (lping, [セPPVIN@

llmu kedokteran sendiri sampai saat ini masih menganggap terjadinya

obesitas disebabkan oleh kelebihan konsumsi karbohidrat, lemak, dan guta

yang tidak tertampung pada sel-sel jaringan tubuh dan glikogen sehingga

terjadi hiperplasi lemak (pembentukan jaringan lemak

yang

berlebihan
(48)

lemak yang disebabkan bertambah besarnya sel lemak) (lping, 2006).

Dan di bawah ini adalah definisi obesitas menurut para dokter (Obesitas,

2007) yaitu :

a. Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang

berlebihan

b. Suatu penyakit kronik yang dapat diobati

c. Suatu penyakit epidemik

d. Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan

dapat menurunkan kualitas hidup

e. Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat

tinggi.

Jadi, obesitas dapat diartikan sebagai suatu kondisi yan9 sangat

berhubungan dengan penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh

sehingga jauh melebihi dari berat badan yang diinginkan, yang disebabkan

oleh faktor lingkungan maupun faktor genetik.

2.1.3.2.

Pengukuran Obesitas

Obesitas sangat berhubungan dengan banyaknya lemak yang terdapat di

(49)

kelebihan ini dapat diukur dengan berbagai cara.

Untuk menunjukkan adanya kelebihan lemak tubuh sese10rang, dapat

dilakukan dengan mengukur tebal lipatan kulit, untuk mendapatkan korelasi

yang terbaik maka diperlukan empat pengukuran kulit yaiitu daerah bisep

(lengan atas bagian depan), trisep (lengan atas bagian belakang), subkapula

(bawah tulang belikat) dan suprailiaka (pangggul) (Subardja, 2004).

Secara klinis obesitas biasanya dinyatakan dalam bentuk lndeks Masa Tubuh

(IMT) atau juga sering disebut Body Mass Index (BMI).

Di

bawah ini adalah [image:49.595.23.434.187.593.2]

Kategori Penentuan Batas IMT Untuk Indonesia dan dunia (Tapan, 2002).

Tabel 2.1

Untuk Indonesia

Kategori BMI (kg/m2) Resiko menderita penyakit lain

Kekurangan Berat

( 18,5

+

Badan I

Underweiaht

Berat Badan

18,5-22,9

--Normal

Kelebihan berat

23-24,9

+

badan

I

overweiaht
(50)
[image:50.595.31.437.127.489.2]

Tabel 2.2.

Sedangkan menurut WHO kategori penentuan batas IMif yang berlaku untuk

dunia adalah sebagai berikut :

Kategori BMI (kg /m2) Resiko menclerita penyakit

lain

Kekurangan Berat ( 18,5

+

Badan I

Underweight

Berat Badan 18,5-24,9

·-Normal

Kelebihan berat 25.0-29,9 +

badan

I

overweight

Obese ) 30 ++

Jadi, terdapat perbedaan mengenai penentuan batas IMT ini. Di Indonesia

seseorang dapat dikatakan obesitas jika IMT nya di atas :25 kg/m2 sedangkan

untuk ukuran dunia harus memiliki IMT lebih dari 30 kg/m2 .

Untuk menentukan IMT obesitas dapat diukur dengan pengukuran

antropometri, untuk menilai apakah komponen tubuh terS<ebut sesuai dengan

standar normal atau ideal, dengan mengukur berat badan dalam kg dibagi

(51)

IMT = BB (kg)

TBX TB (m)

IMT lndeks Masa Tubuh

BB Berat Badan

TB Tinggi Sadan

Contoh:

Berat badan A adalah 74,8 kg, dengan tinggi badan 167 cm (1,67 m).

Jadi, 74,8 kg : (1,67 X 1,67)

=

26,9

Keterangan

=

mengalami obesitas

Selain membandingkan antara berat badan dengan tinmii badan, pengukuran

obesitas dapat dilakukan dengan cara mengukur rasio lingkar pinggul dan

perut. Perut diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada

titik yang terlebar, lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.

Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87 ,5 cm dan ukuran pinggul 115

cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio

pinggang-pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang-pinggul lebih

(52)
[image:52.595.48.439.136.670.2]

Tabel 2.3.

Cara untuk melihat distribusi lemak tubuh yaitu dengan cara melihat bentuk

tubuh seperti :

1. Gynoid (Bentuk Peer) Lemak disimpan di sekitar

pinggul dan bokong. Tipe ini

cenderung dimiliki oleh wanita.

Paling banyak memiliki HDL atau

high density lipid atau kolesterol

baik dibanding tipe yang lain.

Resiko penyakit pada type gynoid

umumnya kecil, kecuali resiko

terhadap penyakit arthritis atau

radang persendian dan varises

vena yang merupakan penyakit

akibat adanya gangguan pada

pembuluh darah balik.

2. Apple Shape (Android) Biasanya terdapat pada pria

dimana lemak tubuh menumpuk

di sekitar perut Resiko

kesehatan pada tipe ini lebih

tinggi dibandingkan dengan tipe

gynoid, karena scl-sel lemak di

sekitar perut lebih siap

(53)

pembuluh darah dibandingkan

dengan sel-sel lemak ditempat

lain. Lemak yang masuk ke

dalam pembuluh darah dapat

menyebabkan penyempitan arteri

(hipertensi), diabetes, penyakit

gallblader, stroke dan jenis

kanker tertentu (payudara dan

rahim.

3. Ovid (Bentuk Kotak Buah)

Ciri dari tipe ini adalah "besar di

seluruh bagian badan·. Tipe ovid

umumnya terdapat pada individu

yang gemuk secara genetik.

2.1.3.3. Faktor-Faktor Penyebab Obesitas

lsnaini dkk (2006) menyebutkan beberapa faktor yang dapat menjadi

penyebab obesitas diantaranya :

1. Kelebihan asupan makanan.

2. Pola hidup yang tidai< sehat, tertalu banyak makan makanan cepat saji.

3. Kurang olah raga.

4. Kehamilan.

(54)

6. Usia.

7. Obat-obatan untuk mengatasi depresi.

Menurut Gurney (dalam Atkinson, 1992) faktor genetik m1erupakan salah satu

penyebab obesitas. Di dalam keluarga di mana kedua orang tuanya tidak

gemuk hanya sekitar 10 % anak akan menjadi gemuk, jika salah satu orang tua bertubuh gemuk maka sekitar 40 % anak

akan

menjadi gemuk pula, dan

jika kedua orangtua gemuk, kira-kira 70 % anakakan gemuk.

2.1.2.4. Macam-Macam Obesitas

!ping (2006) mengklasifikasikan obesitas menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Obesitas biasa I ringan : kelebihan berat badan 20-40 % 2. Obesitas sedang

3. Obesitas berat

2.1.2.5.

Dampak

Obesitas

: kelebihan beratbadan41-100 % : kelebihan berat badan >100 %

Adil Fahrni (2005) menjelaskan

bahwa

obesitas dapat me1rijadi penyebab

timbulnya berbagai penyakitpada diri individu, yaitu :

1. T erjadinya gagal jantung.

2. Meningkatnya tekanan darah (darah tinggi}.

3. Terjadinya Arteriosclosis

akibat

endapan kolesterol pada dinding pembuJuh
(55)

4. Varises tulang.

5. Cholecystitis dan pembentukan batu kecil (batu ginjal)

6. Arthritis (reumatism) seperti.pada persendian spinal column tulang

belakang dan persendian lutut yang gejalanya menyerupai encok.

7. kanker rahim.

8. Tidak teratur dan terhentinya menstmasi.

9. Mengidap penyakit gula.

10. Penyakit colpitis (vaginitis) dan dermatitis (penyakit kuJit}.

2.1.2.6.

Berat

Sadan Ideal

Berat badan ideal dapat dihitung berdasarkan rumus. fingiJi badan dikurangi

110. Jika tinggi badannya 160 cm. maka berat badan idealnya adalah :

160-110

=

50 kg. Pertambahan berat badan masih terhitung normal jika

penambahannya tidak lebih dari 5 kg (lping, 2006).

[image:55.595.25.427.162.498.2]

Selain itu juga untuk mengetahui tentang berat badan ideal dapat dilihat dari

(56)
[image:56.595.35.426.134.527.2]

Tabet 2.4.

Tabel Berat Badan Ideal Wanita Yang Sesuai Dengan Tinggi Badan

Umur 15Tahun 20Tahun 25 Tahun 30Tahun

Tinggi cm Kg

Kg

Kg

Kg

142.50 45.00 47.50 49.00 50.50

145.00 46.00 48.50 49.50 51.50

147.50 46.50 49.50 50.50 52.00

150.00 47.00 50.00 51.50 53.00

152.00 48.50 51.50 52.50 54.00

155.00 50.00 53.00 54.00 55.00

157.00 51.00 54.00 55.50 65.50

160.00 52.50 56.00 57.50 58.50

162.00 54.50 57.00 58.00 59.50

165.00 56.00 59.00 60.00 62.50

167.00 58.00 60.50 62.00 63.00

170.00 59.50 62.50 64.50 65.00

172.00 62.00 64.00 64.50 67.00

175.00 63.50 65.50 67.50 68.50

178.00 65.50 67.50 70.00 70.00

180.00 68.00 69.00 71.00 72.00

Tabet di atas tidak bersifat kaku akan tetapi, kita masih diperbolehkan

melewati berat lebih dari 5 kilogram sampai

kita

berusia 41:i tahun (Adil Fahrni,
(57)

2.1A. Pemilihan Pasangan Hidup

Sebelum melangsungkan pemikahan biasanya didahului tertebih dahulu

dengan proses penjajakan atau biasa disebut dengan beqlacaran yaitu

menjalin hubungan dekat dan intim dengan lawan jeni..<>. Pada saat penjajakan ini biasanya seorang individu melihat kearah bibit,

bebet

dan

bobot dari calon pasangannya.

Faktor bibit itu memperhitungkan benih asal keturunan yang sehat secara

jasmani maupun rohaninya, tidak terdapat penyakit ketunman atau penyakit

mental tertentu sehingga dapat menghasilkan keturunan セサ。ョァ@ baik dan sehat.

faktor bebet dilihat dari keturunan yang ungggul sehingga diharapkan

sepasang suami istri memiliki atribut-atribut terpuji agar mampu membina

keluarga bahagia, sedangkan faktor bobot yang tidak har1ya diartikan mantap

berbobot oleh kekayaan dan kekuasaan duniawi saja, akan tetapi berbobot

dengan kekayaan dan nilai-nilai rokhaniah serta akherat (IKartono, 1977).

Selain itu ada juga dasar-dasar penting yang dapat dijadikan dasar dalam

memilih pasangan hidup (Ash Shawwaf, 2003} :

1.

Agama dan akhlaknya

Memilih istri karena agamanya adalah jaminan utama bagi pendidikan dan

pertumbuhan anak-anak dengan pertumbuhan yang baikdan benar.

(58)

kesalihan dan tanggung jawab istrinya.

2. Dasar ekonomi

Harta adalah nadi kehidupan dan fondasi terpenting dalam kehidupan.

3. Keturunan dan status sosial

Pernikahan dan bersatunya suami-istri bukanlah hubungan sempit antara

kedua belah pihak. Akan tetapi, pernikahan berarti memasuki lingkungan

sosial yang lebih luas dan antara keluarga pria dan wanita itu.

4. Keeantikan

Ketampanan atau kecantikan mempunyai pengaruh besar dalam

ketertarikan dari masing-masing mempelai satu sama lain

dan

bertambahnya rasa cinta pada pendampingnya, Ketampanan atau

kecantikan juga mempunyai pengaruh besar pada kete:nangan jiwa

keduanya.

2.1.5.

Ket.erkaitan obesitas dengan kecemasan dalam

memilih pasangan

hid up

Hurlock (1980} mengungkapkan bahwa bahaya fisik yang paling penting dan

yang paling umum pada masa dewasa awal ini adalah, beintuk fisik dan

penampilan yang kurang menarik yang mempersulit penyesuaian diri pribadi

dengan kehidupan

sosial.

Salah satu yang membuat bentuk fisik kurang

menarik salah satunya yaitu obesitas, sehingga hal ini menjadi

suatu

(59)

wanita dewasa awal yang menurut Hurlock mempunyai tugas-tugas

perkembangan hidup yang salah satunya adalah memilih pasangan hidup,

dimana seorang individu harus menjalin suatu keakraban dengan lawan

jenisnya agar bisa mendapatkan calon pasangan hidup yang sesuai dan bisa

melangsungkan pernikahan dan berumah tangga.

Penampilan fisik merupakan dasar segala-galanya (Hurlock, 1980). Jadi,

apabila pada masa ini seorang individu mengalami obesitas, hal ini dapat

memungkinkan seseorang mengalami kecemasan ketika ingin memilih

pasangan hidup khususnya pada wanita karena pada umumnya wanita

mempunyai kepedulian yang besar dibandingkan kaum laki-laki terhadap

masalah penampilan fisik (Dariyo, 2003), dan laki-laki pun mengatakan

bahwa ia menginginkan pasangan yang fisiknya menarik (Peplau, 1987).

Kecemasan sendiri menurut Atkinson (2004) diartikan sebagai emosi yang

tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti

"kekhawatiran," "keprihatinan," dan "rasa takut," yang kadang-kadang kita

alami dalam tingkat yang berbeda-beda.

Hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Simon (2007) yang

menghasilkan bahwa orang yang mengalami obesitas lebih sering mengalami

(60)

Selain itu, Maslow (dalam Dariyo, 2003) mengatakan bahwa jika seorang

individu tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun pi;ikologisnya dengan

baik, maka dapat menyebabkan ganguan-gangguan kepribadian atau

psikopatologis, seperti ketidakstabilan emosi, munculnya simptom-simptom

psikis, kekecewaan, stres, cemas, takut, khawatir dan tidak tenang dalam

hidupnya. Dalam hal ini pemikahan yang sebelumnya diawali dengan

pemilihan pasangan hidup juga merupakan suatu kebutuhan yang harus

dipenuhi sehingga apabila tidak dipenuhi maka akan mengakibatkan

timbulnya simptom-simptom psikis yang dapat mengganggu kehidupan

(61)

2.2. Kerangka berpikir

DewasaAwal

I

Obesitas

I

Mengalami

-セ@

Kecemasan

-Dalam Memilih

Pasangan Hidup

-Tidak

セ@

Mengalami

Kecemasan

-

>

-Kognitif: - Tidak dapat

berkonsentrasi - Sulit mengambil

keputusan - Sulit Tidur

Motorilk:: - Gemetar - Gelisah

- Menggigit bibir - Menggigit kuku

Somatfa:

- Nafats pendek - Tangan dan kaki

berk.eringat - Pingsan

- Jantung berdebar - Sesak nafas

Afektif: - Tegang

- Merasa diteror - Mudah

tersinggung

Dengan berakhirnya masa remaja maka mulailah seorang individu memasuki

masa dewasa, masa dewasa ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu dewasa awal,

dewasa tengah dan dewasa akhir. Masa dewasa yang akan dibahas dalam

(62)

memperkuat identitas dirinya masing-masing dan mempunyai kesempatan

untuk memilih jalan hidupnya sendiri.

Masa dewasa awal ini dimulai sejak usia 21-40 tahun (f\lihayah dklc, 2006).

Pada masa ini sebagian dewasa muda masih banyak memberikan perhatian

terhadap penampilan fisiknya (Dariyo, 2003), merelca tidak ingin terlihat tidak

proporsional terutama mengenai bentuk tubuh, sehingga mereka berusaha

agar jangan sampai mengalami obesitas yang merupakan salah satu

masalah yang banyak dihadapi oleh dewasa awal.

Sebagian wanita dewasa memandang obesitas menjadi sesuatu yang

mengerikan dan menjadi beban berat dan tidalc menyenangkan sehingga

ketika seseorang mengalaminya ia akan berusaha keras untuk menurunlcan

berat badannya, bukan karena takut akan berbagai macam penyakit yang

timbul, tetapi merelca justru merasa terganggu dengan bentuk badan yang

tidak indah dipandang mata itu. Obesitas sendiri diartilcan Kaplan et al.,

(1993) sebagai "obesity is a condition of having excessil1e amounts of body

fat." Yaitu suatu kondisi dimana terjadi kelebihan jumlah lemak tubuh.

Obesitas pada wanita merupakan salah satu masalah yang berhubungan

dengan penampilan fisik. Selain mengganggu kesehatan obesitas juga dapat

(63)

seseorang menjadi tidak percaya diri (lping, 2006), sehi11gga membentuk

konsep diri negatif karena ia selalu bertikir negatif tentang diri maupun

lingkungannya. Yang berdampak pada keadaan psikis seseorang, seperti

rasa rendah diri, depresi, putus asa, bahkan sampai ove,rkompensasi atau

mencari kelemahan orang lain atau agresif terhadap lin£1kungan untuk

menutupi kekurangan diri sendiri (Rasan,

1996).

Serta dapat menarik diri dari

pergaulan maupun dalam hubungan interpersonalnya dengan lawan jenis.

Selain itu, usia ini dianggap sebagai usia kritis karena individu dituntut untuk

dapat bersikap mandiri dan bertanggung jawab terhadap semua perbuatan

yang dilakukannya. Masa ini adalah masa yang tepat untuk memutuskan

suatu pilihan hidup yang akan mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya,

salah satunya yaitu memutuskan tentang pemilihan pasangan hidup.

Menikah merupakan salah satu tugas perkembangan pada ma

Gambar

Gambaran umum subyek ..................................................................
figur ideal dan
Tabel 2.1 Untuk Indonesia
Tabel 2.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ajeng (2012) mengemukakan ada 4 fungsi layanan dalam bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Fungsi Pemahaman, memahami secara obyektif karateristik, potensi, dan

tanaman/tahun dan nyata lebih tinggi daripada perlakuan lainnya pada tahun pertama, sedangkan pada tahun kedua, pemberian N 300 g/tanaman/ tahun nyata meningkatkan konsentrasi

Lampiran 1 Komposisi Campuran Beraspal Panas untuk Memperoleh Kadar Aspal Optimum pada Aspal Pen... Lampiran 2 Komposisi Campuran Beraspal Panas untuk Memperoleh Kadar Aspal

Based on the results, there were two main conclusions. First, the data indicated that overall, the ELESP students’ perceptions on Play Performance course were good. It could be seen

O2 dalam udara dengan sebuah elektron bebas yang dapat dihasilkan dari eksitasi elektron dari struktur molekul organik (akibat terpapar radiasi UV) dapat menghasilkan spesies O2 x

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2015 telah menjadi bagian dari paket intervensi komperehensif atau yang lebih populer dikenal sebagai penanggulangan

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “SURVEI KECEMASAN ASPEK SOSIAL UNTUK SISWA KELAS