Oieh:
DIAN KURNIATA
103070029039
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
FAKULTAS PSIKOLOGil
GAMBARAN KECEMASAN WANITA DEWASA
AWAL YANG MENGAlAMI OBESITAS DALAIV1
meヲGゥQゥセlih@
PASANGAN HIOUPNYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Pembimbing I
Oleh:
DIAN KURNIATA
103070029039
Di bawah Bimbingan
<fa@
Dra. Hj . .ZahrofuX Nihayah, M.Si
NIP. 150 238 773
Pembimbing II
セM
j'ufi Adriani M.Psi.,Psi
FAKULTAS PSIKOLOC:il
lHN
SY ARIF HIDA YATULlAH .JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi Yang Berjudul "GAMBARAN KECEMASAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBES!TAS DALAM MEMILIH PASANGAN HIOUPNVA" ini Telah Diujikan Dalam Sidang Munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Tanggal 29 November
2007. Skripsi ini Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 29 November 2007
Sidang Munaqasah
Penguji I
Dekan I
ap Anggota
artaty, M.Si
Y uni a ae a 1sa
NエJfMセャᄋnセmーᄋーᄋ@
. s1. s1 NIP. 150368748Pembimbing I
Ora. Hj. Nihayah, M.Si
NIP. 150 238 773
Pembantu Dekan I I
Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. Hj. Zahrotun NIP. 150 238 773
Anggota
Penguji II
5lz,-.
Ora. Hj. Zahra
n
Nihayah. M.SiNIP. 150 23fr/73
-Pembimbing II
KUPERSEMBAHKAN
UNTUK KEDUA ORANG TUAKl.I, TERUTAMA UNTUK
BAPAK YANG TELAH BERPULANG KE RAHMATUUAH
JUGA ORANG
-
ORANG YANG K4'JSAYANGI DAN
ABSTRAK
(A) Fa1kultas Psikologi (B) November
2007
(C) Dian Kurniata
(D) Gambaran Kecemasan Wanita Dewasa Awai Y•ang Mengalami Obesitas Dalam Memilih Pasangan Hiclupnya
(E) Xiii+
122
Halaman + lampiranMenurut Erikson masa dewasa awal adalah masa yang tepat untuk memilih
pasangan hidup, dan penampilan merupakan daya tarik terpenting dalam
mencari calon pasangan hidup tersebut. Jika pada masa ini seorang individu
terutama wanita mengalami obesitas, yaitu suatu keadaan yang diartikan
sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan jumlah lemak tubuh, maka hal
ini dapat menimbulkan suatu masalah yang berhubungan dengan penampilan
yang dapat mengurangi daya tarik fisik seseorang. Konclisi tersebut seolah
-olah menutup kemungkinan bagi wanita yang mengalami obesitas untuk
mendapatkan perhatian dan dipilih pria menjadi pasanga1n, sehingga hal ini
dapat memungkinkan timbulnya kecemasan bagi yang mengalaminya.
Kecemasan sendiri diartikan sebagai suatu emosi yang tidak menyenangkan,
yang ditandai dengan istilah - istilah seperti "kekhawatimn," "keprihatinan,"
clan "rasa takut," yang kadang - kadang kita alami dalam tingkat yang
berbeda - beda.
Dengan latar belakang tersebut maka dilakukanlah sebuah penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ker.emasan wanita dewasa awal
mengetahui macam - macam bentuk kecemasan yang seseorang yang
mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tehnik wawancara
dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada 3 orang subyek dengan
karakteristik yaitu wanita dewasa awal yang berumur
21 -
30 tahun,mengalami obesitas dan belum menikah.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada dua orang1 subyek yang
mengalami kecemasan yang dilihat berdasarkan komponen - komponen
kecemasan secara kognitif, motorik, somatik dan afektif. Selain itu dalam
penelitian ini juga didapatkan bahwa satu subyek yang tidak mengalami
kecemasan dikarenakan subyek tersebut telah memiliki pacar yang akan
dijadikannya sebagai calon pasangan hidupnya nanti.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada penelitian berikutnya, perlu
kiranya peneliti memperhatikan juga variabel lainnya seperti : usia, maupun
jumlah subyek. Peneliti juga sebaiknya lebih selektif dalam mencari subjek
mengingat tema yang diangkat merupakan tema yang semsitif bagi sebagian
orang.
Kata kunci : Kecemasan, Obesitas, Pasangan Hidup.
KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAH, puji syukur ke hadirat lllahi Rabbi, yang telah memberikan
kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan halamam demi halaman dari
skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
alam, Nabi besar Muhammad saw juga para sahabat dain pengikutnya.
Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan motivasi dan bimbingan sehingga dapat
terselesaikannya karya ini, yang bertujuan untuk sedikit memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Netty Hartaty, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. (Pembimbing Skripsi I ), Dra. Hj. Zahrotun Nihayah M.Si dan
(Pembimbing Skripsi II), lbu Yufi Adriani M.Psi.,Psi, terima kasih untuk
waktu, tenaga dan bimbingannya hingga terselesaikannya skripsi ini .
3. Seluruh dosen dan staff karyawan di Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selama ini telah membantu dan
membimbing penulis selama menirnba ihnu di Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh karyawan dan staff perpustakaan urnum clan fakultas
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan psikologi UI
dan perpustakaan UPI yang telah membantu penulis dalam mencari
buku-buku yang diperlukan dalam skripsi ini.
5. Untuk keluargaku tersayang, terutama bapak yang telah berpulang ke
rahmatullah, ibu dan kakak yang banyak rnemberikan bantuan baik
6. Semua teman-teman angkatan 2003 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terutama untuk para sahabatku ila, ida, ilin, ipeh dan iyan
(teruslah berusaha dengan kemampuan yang kau miliki moga
kedepan ada rancangan besar yang telah dipersi;apkan oleh Allah
untuk keberhasilan kita bersama).
7. Thanks to Refi lrawan for your attention and togetherness.
8. Untuk Sri Agustini ... terima kasih atas dukungan yang luar biasa dan
kesediaannya menemani dan membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini, untuk ka Yuri (teman seperjuangan bimbingan bu Yufi)
terima kasih support dan masukannya, juga untuk temanku Ratih yang
telah meluangkan sedikit waktunya untuk membantu penulis.
9. Untuk TK dan Play Group Azkar Ananda, beserta kepala sekolah dan
rekan - rekan guru tercinta, terima kasih atas semangatnya.
10. Untuk ketiga subyek AR, AK dan N. Terima kasih yang tak terkira
atas waktu, informasi yang sangat berharga dan untuk pengalaman
hidup yang telah anda ungkapkan, sehingga terciptalah skripsi ini.
11. Last but not least. I dedicate this especially for you all, saya sadar
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untul< itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada seluruh
Halaman Judul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Motto Dedikasi Abstrak
Kata Pengantar Daftar lsi
Daftar Tabel
DAFTAR ISi
BABI PENDAHULUAN
ii
iii
ivv
vi viii x xiii1 - 14
1.1. Latar belakang masalah ... 1
1.2. ldentifikasi masalah ... 11
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah ... 11
1.3.1. Pembatasan masalah ... 11
1.3.2. Perumusan masalah ... 12
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian ... 12
1.4.1. Tujuan ... 12
1.4.2. Manfaat.. ... 12
1.5. Sistematika penulisan ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 15- 54 2.1. Deskripsi teori.. ... 15
2.1.1. Kecemasan ... 15
2.1.1.1. Pengertian kecemasan ... 15
2. 1.1.2. Penyebab kecemasan ... 19
2.1.1.4. Komponen - komponen kecemasan ... 22
2. 1.2. Dewasa awal ... 23
2.1.2.1. Pengertian dewasa awal. ... 23
2.1.2.2. Pembagian masa dewasa ... 25
2.1.2.3. Ciri - ciri perkembangan masa dewasa awal. ... 27
2.1.2.4. Perubahan - perubahan dalam masa dewasa awal. ... 29
2.1.2.5. Tugas - tugas perkembangan masa dewasa awal. ... 30
2.1.3. Obesitas ... 34
2.1.3.1. Pengertian obesitas ... 34
2.1.3.2. Pengukuran obesitas ... 36
2.1.3.3. Faktor - faktor penyebab obesitas ... .41
2.1.3.4. Macam - macam obesitas ... .42
2.1.3.5. Dampak obesitas ... .43
2.1.3.6. Berat badan ideal. ... .44
2.1.4. Pemilihan pasangan hidup ... .45
2.1.5. Keterkaitan obesitas dengan kecemasan dalam memilih pasangan hidup ... .47
2.2. Kerangka berpikir. ... 50
BABlll METODOLOGI PENELITIAN 55-64 3.1. Jenis penelitian ... 55
3.1.1. Pendekatan penelitian ... 55
3.2. Subjek penelitian ... 56
3.2.1. Jumlah subjelc. ... 56
3.2.2. Teknik pemilihan subjek ... 56
3.3. Metode pengumpulan data ... 57
3.3.1. Wawancara ... 58
3.3.2. Observasi. ... 59
3.4. lnstrumen penelitian ... 60
3.4.1. Pedoman wawancara ... 60
3.4.2. Lembar observasi. ... 61
3.5. Teknik analisis data ... 62
BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA 65-114 4.1. Gambaran umum subyek ... 65
4.2. Analisis kasus per subyek ... 67
4.2.1. Kasus AR ... 67
4.2.2. Kasus AK ... 85
4.2.3. Kasus N ... 96
4.3. Analisa antar kasus ... 107
BABV PENUTUP 115-120 5.1. Kesimpulan ... 115
5.2. Diskusi. ... 116
5.3. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA
[image:12.595.25.438.85.552.2]DAFTAR TABEL
Kolom Daftar Tabel
2.1. IMT untuk Indonesia ... 37
2.2. IMT untuk dunia ... 37
2.3. Distribusi lernak tubuh ... 39
2.4. Berat Badan ldeal.. ... .43
2.5. Kerangka Berpikir. ... .48
4.1 Garnbaran Urnurn Subyek ... 64
4.2.1. Bagan Analisis Kasus AR. ... 82
4.2.2. Bagan Analisis Kasus AK. ... 93
4.2.3. Bagan Analisis Kasus N ... 104
1.1 Latar Belakang
BABI
PENDAHULUAN
MaSi:l dewaSi:l awal merupakan Si:llah satu tahapan yang ada dalam rentang
kehidupan manusia.
Masa
ini dimulai ketika seorang individu mencapai usia21-40 tahun (Nihayah dkk, 2006), yang oleh Erikson (dalam Santrok i, 1995) disebut dengan tahap keintiman dan keterkucilan (intimacy vetsUS isolation).
Erikson menggambarkan keintiman sebagai penemuan diri sendiri pada diri orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat
anak
mudamembentuk
persahabatan yang sehat
dan
relasiakrab
yang intirn dengan orang lainmaka
keintirnan akan dicapaidan
jikatidak
akan terjadiisoiasi,
atau yangdisebut Erikson (dalaln Hurlock, 1980) dengan
"klrisis
isolasi"
yaitu
masa
kesepian karena
terisolasi dari
kelompok sosial.Banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi oleh dewasa
awal
ini sepertidi antaranya obesitas, diet, narkoba dan merokok (Dariyo, 2003). Salah satu
maSi:llah yang berhubungan dengan penampilan fisik
dan dirasakan
sebagaisesuatu
yangtidak menyenangkan
adalah
masalahobesitas,
yang menurutKaplan et
al,
(1993) diartikan sebagai "obesityis a
condition
of havingexcessive amount.s of body
fat"
Y aitusuatu
koodisi dimana terjadiObesitas ini banyak dialami oleh hampir seluruh masyarakat baik laki-laki
maupun perempuan. Akan tetapi, obesitas biasanya lebih banyak terjadi
pada wanita dibandingkan dengan pria (Atkinson, 1999). Kenyataan yang
menunjang bahwa perempuan lebih mudah mengalami obesitas disebabkan
karena fase hidup wanita yang berbeda dari pria. Kekurnngan gizi saat
dalam kandungan, haid dini, berat badan yang berlebihan ketika hamil, dan
aktivitas fisik yang berkurang akibat menopause, yang menyebabkan
perempuan lebih rentan terhadap obesitas (Perempuan rentan obesitas,
2002).
Selain lebih rentan terhadap obesitas, wanita pun lebih banyak mengalami
kecemasan daripada laki-laki. Laki-laki kurang mempersoalkan kegemukan
(obesitas) daripada wanita. Hal ini dikarenakan wanita s•elalu ingin tampil
cantik dan menarik perhatian di depan semua laki-laki. :Selain itu, wanita
mempunyai perasaan lebih sensitif terhadap isu-isu yang1 berkembang di
masyarakat. Seperti pandangan masyarakat yang cendEirung menghina dan
memperolok orang-orang yang memiliki tubuh gemuk da11 mengalami
obesitas karena dianggap tidak ideal dan cenderung pemalas sehingga
individu yang mengalaminya merasa tidal< sesuai dengan citra kesempurnaan
yang ada di masyarakat tersebut. Karena dalam suatu masyarakat di mana
tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, orang gemulc cenderung akan
pengendalian atas dirinya (Atkinson, 2004). Dengan kata lain, bentuk tubuh
menjadi ukuran di masyarakat untuk mengatakan cantik atau tidaknya
seseorang.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai media yang menggunalcan wanita sebagai
sasaran untuk mengiklankan produk-produk tertentu seperti produk
kecantikan, penurunan berat badan dan sebagainya. Selain itu, media
massa melalui sarananya juga mempengaruhi lelaki dan perempuan dalam
menampilkan kecantikan dan ketampanannya, sekaligus mempengaruhi
penilaian masyarakat melalui bentuk tubuhnya.
Pentingnya penampilan fisik membuat seorang individu terutama wanita lebih
termotivasi untuk memperhatikan penampilan ftSilmya dibandingkan dengan
laki-laki (Dariyo, 2003). Karena itulah setiap tahun orang-orang
menghamburkan jutaan dollar untuk diet ketat, obat-obatan, dan perawatan
lainnya guna menurunkan berat badan (Atkinson, 2004). :Selain itu mereka
juga rela melakukan olah raga yang melelahkan
dan
melakukan tindakanmedis seperti sedot lemak agar dapat meraih ukuran
kecaintikan
tersebut
Orang-orang yang mengalami obesitas tidak hanya mendatangkan kerugian
dalam hal kesehatan saja, melainkan obesitas juga memberikan konsekuensi
Dalam aspek sosial wanita obesitas cenderung diabaikan dan mengalami
diskriminasi, baik dalam pekerjaan maupun hubungan interpersonal. T etapi,
ada juga sebagian individu yang mengalami obesitas dapat membuktikan
bahwa ia dapat memiliki pekerjaan dan pasangan hidup yang
sesuai.
Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa artis ibukota seperti Pretty Asmara dan DewiHughes. Mereka dapat tampil dengan perc:aya diri ウ・ィセュ。@ mereka bisa
mendapatkan pekerjaan dan pasangan hidup yang sesuai.
Dalam aspek fisik, orang obeis mempunyai kesulitan dalam melakukan
aktivitas fisik, sehingga mengurangi kesempatan untuk mengikuti berbagai
kegiatan sosial, juga pengeluaran biaya sehari-hari untuk pakaian dan
makanan lebih banyak. Sedangkan secara psikologis dapat mendatangkan
gangguan psikologis seperti rasa rendah diri, depresi, putllls asa, bahkan
sampai overkompensasi atau mencari kelemahan orang lain atau agresif
terhadap lingkungan untuk menutupi kekurangan diri sencliri
dan
secara medis orang yangobeis
lebih mudah terkena penyakit (S. Rasan, 1996).Pada dasamya tidak ada seorang pun yang menginginkan mempunyai berat
badan yang berlebihan, hal ini salah satunya disebabkan 1,arena gaya hidup
yang berubah, yang mengakibatkan masyarakat
juga
mernbah polakonsumsinya terhadap makanan dan berakibat buruk
terhadap
tubuh. Apalagifisik. jarang berolah raga dan tidak mengikuti pola makan yang sehat dapat
memberikan dampak yang kurang baik pada fisik orang dewasa (Nihayah
dkk. 2006).
Selain masalah-masalah yang dihadapi oleh dewasa awal, seorang individu
dewasa awal juga harus mernenuhi tugas-tugas perkernbangannya seperti
menyelesaikan pendidikan, rnernasuki dunia kerja, rnenikah dan rnenjadi
orang tua. Dalam mernenuhi tugas-tugas perkembangannya pasti terdapat
banyak rnasalah, terutarna pada rnasa dewasa awal yang rnerupakan
masa-rnasa tersulit dalam hidup, karena ia rnulai rnenyesuaikan diri, merniliki
pola-pola kehidupan yang
barn,
dan harapan-harapansosial
baru (Hurlock, 1980).Ketika seorang individu telah menyelesaikan pendidikannya sampai taraf
SMU, universitas atau telah memasuki jenjang karir dalam pekerjaannya,
maka tugas perkernbangan selanjutnya adalah menikah. Dalam hal ini,
seorang individu dituntut harus memilih pasangan hidup yang
sesuai
dengankriterianya.
Masa dewasa awal ini rnerupakan rnasa yang tepat dalam memilih pasangan
hidup. Dalarn masyarakat yang maju, usia tidak rnenjadi standar tingkah laku
mengenai tingkah laku yang sesuai untuk usia-usia tertentu (Monks, 2002).
Jadi jika pada usia dewasa awal ini seorang individu belum juga
mendapatkan pasangan hidup yang sesuai, maka sebagian masyarakat
menganggap
bahwa
individu tersebut telah gaga! dalam rnendapatkanpasangan hidup.
Pemilihan pasangan hidup ini dimulai melalui proses hubungan yang intim
dan akrab terhadap lawan jenis yang telah dibinanya pada masa remaja atau
sebelumnya. Menurut Erikson (dalam Papalia et al., 2002) dewasa muda membutuhkan dan menginginkan keintiman, mereka perlu untuk membentuk
komitmen pribadi yang dalam dengan orang lain. Kemampuan untuk
mencapai hubungan yang intim, yang memerlukan pengofbanan dan
kompromi, tergantung pada identitas diri yang dibentuk pada masa remaja.
Saat mereka mulai merasa aman dengan identitas mereka, mereka akan
mampu membentuk hubungan
intim,
baik dengan diri mereka sendiri maupundengan orang lain. Pada
saat
ini, dewasa mudajuga
mernbutuhkan waktusendiri untuk memikirkan
kembali
kehidupanmereka
sendiri. Apabilamereka
tidak mampu atau takut untuk membentuk hubungan ケ。ョセQ@
intim
karenaketakutan akan kehilangan identitas.
maka
mereka dapat menjadi terisolasidan menanl< diri.
dapat menjalankan tugas-tugas perkembangannya secar;a optimal, sehingga
terjadi hambatan psikososial dalam kehidupannya.
Apabila hubungan intim telah terjadi maka proses pemilihan pasangan yang
sesuai dengan kriteria dapat dimulai. Pemilihan ini dimulai dengan
perkenalan, kencan, berpacaran, sampai diambil keputusan untuk menikah.
Hubungan pacaran yang dilakukan ketika remaja pun dapat berlanjut hingga
dewasa, tahap ini penting karena untuk memilih pasangan hidup perlu
mendalami karakter dari pasangannya, sehingga seorang individu dapat
menilai dan memilih siapa orang yang tepat yang akan dijadikan calon
pasangan hidupnya.
Semua orang berlomba-lomba untuk memilih pasangan hidup yang sesuai
dengan kriterianya. Namun. obesitas dapat menjadi suatu kendala dalam
proses pencarian tersebut yaitu ketika seorang individu dewasa awal ingin
memenuhi tugas-tugas perkembangannya memilih pasal'll;Jan
hidup.
Karena penampilan fisik merupakan salahsatu
hal
yang dijadikan patokan untukmenilai seseorang, melalui penampilan flSik sesoorang rmmiliki pengaruh
yang kuat bagi hubungan interpersonalnya. Akan tetapi, セZ・エゥォ。@ figur ideal dan
aktual tidak sesuai
maka
yang terjadi adalah timbulnya rmia tidakpercaya
diridalam setiap penampilan, merasa kesulitan dalam
mencaii
pakaian yang pas [image:20.595.19.429.118.483.2]negatif terhadap dirinya karena memiliki bentuk tubuh yang kurang menarik
sehingga memungkinkan timbulnya suatu kecemasan.
Kecemasan sebenamya adalah hal yang normal walaupun terkadang
membingungkan, karena kita sendiri tidak mengetahui イイョセョァ。ー。@ kita
mengalami ha! tersebut sehingga membuat kita merasa putus asa dalam
menghadapinya. Hal-hal seperti ini jika dibiarkan
terus
mtmerusakan
menjadisesuatu yang berbahaya, menimbulkan konflik pada kualitas hidup
selanjutnya dan dapat mengurangi kenikmatan hidup. Aiikinson (2004)
mengungkapkan
bahwa
kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti "kekhawatiran," "keprihatinan,"dan "rasa takut," yang kadang-kadang kita alami dalan1 tingkat yang
berbeda--beda.
Kecemasan yang terjadi bisa dalam bentuk yang bermacam-macam,
Kecemasan menurut Kartono ( 1997) dibagi menjadi, (1) K.ecemasan super
ego atau kecemasan eksistensial yaitu kecemasan khusu:s mengenai "diri
sendiri", tubuh dan kondisi psikis sendiri; (2) Kecemasan Neurotis, yaitu
kecemasan yang erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri
dan pembelaan diri
yang
negatif,banyak
disebabkan olehperasaan-perasaan bersalah dan berdosa, serta konflik-konflik セ。ゥッョ。ャ@
yang
serius,batin. Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali
menggunakan obat penenang ; dan (3) Kecemasan psikotis, yaitu
kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau, ditambah
kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasi dan disorganisasi
psikis.
Berdasarkan hasil studi yang dipimpin oleh Simon (2007) dari Group Health
Cooperative, di Seattle, sebuah lembaga perencana ォ・ウQセィ。エ。ョ@ nonprofit
yang berada di Pacific Northwest ini meneliti lebih dari 9 ribu orang dewasa.
Hasilnya sekitar
25
persen orang gemuk lebih sering mengalami rasa cemasyang berlebihan dan mood (suasana hati) yang tak stabil, dibanding orang
dengan berat badan normal. Selain itu ada juga penelitian terbaru yang
membantu menegaskan kembali tentang hubungan tersebut. "lni merupakan
kajian epidemiologi psikiatrik yang membuktikan bahwa rnemang ada
hubungan antara pertumbuhan berat badan dan gangguan mental," papar Dr.
Susan McElroy, seorang professor psikiatri di University of Cincinnati dan
editor panduan buku acuan obesitas dan gangguan mental. Studi ini
didasarkan survei nasional pada sekitar
9.125
orang dewasa yang menjalaniinterview kesehatan mental yang dilengkapi catatan ukuran berat dan tinggi
badan partisipan. Sekitar seperempat dari seluruh partisipan masuk dalam
kategori obesitas, sekitar 22 persen dari mereka mengalami gangguan mood
berlebihan) dibanding 18 persen partisipan yang tak mengalami obesitas.
Selain itu, menurut Cash & Grant (dalam Thompson, 19913) mengungkapkan
ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menyebabkan individu menjadi rentan
terhadap harga diri yang rendah, depresi, kecemasan sosial dan menarik diri,
serla mengalami disfungsi sosial.
Semua individu pasti sangat menginginkan masa depannya bahagia. Hal itu
tidak terlepas dari kondisi yang berada di sekitamya, perasaan dan juga
kesadarannya. Jika ia berpikir positif maka ia akan memandang masa
depannya dengan semangat, akan tetapi jika ia berpikir negatif maka ia akan
melihat masa depannya dengan kelam dan pesimis terhadap
harapan-harapannya karena tanpa disadari dengan siapapun berinteraksi kita pasti
akan mengalami kecemasan.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai masalah obe1Sitas yang
dirasakan sebagai kondisi yang kurang menyenangkan khususnya
pada
wanita dewasa
awal.
Karena selain dikaitkan dengan penampilan fisik yangkurang menarik. wanita yang mengalami obesitas sering rnendapatkan
penilaian negatif dari masyarakat dan hal ini dapat memungkinkan timbulnya
kecemasan ketika mereka berada
pada
tahap pencarian fiasangan hidup.peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang GAMBARA.N KECEMASAN
PADA WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBESITAS DALAM
MEMILIH PASANGAN HIDUPNYA
yang juga menjadi judul dalam penelitianini.
1.2 ldentifikasi Masalah
ldentifikasi masalah terdiri dari :
1.
Apakah obesitas berperan terhadap kecemasan pada wanita dewasaawal?
2. Bagaimana gambaran kecemasan wanita dewasa awal yang
mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya
?
1.3.
Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas maka peneliti mencoba membatasi ruang
lingkupnya yaitu :
1. Obesitas, yang dimaksud obesitas di sini adalah irtdividu yang
memiliki berat tubuh berlebih setelah dilakukan pengukuran dengan
mengukur lndeks Masa Tubuh (IMT), yaitu berat badan
I
tinggi badan2(Kg/M2) jika jumlahnya melebihi angka 25
maka
itulah yang akandijadikan subjek penelitian.
ditandai dengan istilah-istilah seperti "kekhawatiran," "keprihatinan."
dan "rasa takut." yang kadang-kadang kita alami clalam tingkat yang
berbeda-beda.
3.
lndividu dewasa awat adalah individu yang berusia121-40
tahun. Akantetapi, yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah individu yang
berumur 2-30 tahun.
4.
Pasangan hidup yaitu orang yang akan dijadikan pendamping hidup.1.3.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
"Bagaimana gambaran kecemasan para wanita dewasa awal yang mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya ?"
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1.
Tujuan1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pemahaman yang menyeluruh
dan utuh mengenai gambaran kecemasan pada wanita dewasa awal yang
mengalami obesitas dalam memilih pasangan hidupnya.
2. Untuk mengetahui macam-macam bentuk kecemasan yang dialami
1.4.2.Manfaat
Penelitian ini ingin memberikan kontribusi secara teoritis dan praktis dalam wacana psikologi yaitu :
1. Secara teoritis memberikan sumbangan dalam bidang psikologi khususnya psikologi klinis dan psikologi perkembangan.
2. Secara praktis dapat bermanfaat bagi wanita dewasa awal yang sedang dalam proses pemilihan pasangan hidup agar jangan terlalu cemas
sehingga dapat terbentuk kemantapan emosi dalam memilih pasangan hidupnya.
3. Sebagai bahan masukan untuk lembaga-lembaga sosial terkait agar dapat
membantu orang-orang yang mengalami obesitas mengadakan pelatihan-pelatihan tentang kepercayaan diri agar dapat mengumngi kecemasan
khususnya dalam memilih pasangan hidup.
1.5. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan maisalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian teori yang meliputi deskripsi teori dan kerangka berpikir. Deskripsi teori terdiri dari kecemasan (pengertian
Bab
Ill
Bab IV
BabV
kecemasan dan komponen-komponen ォQセ」・ュ。ウ。ョIL@ dewasa
awal (pengertian dewasa awal, pembagian dewasa awal,
ciri-ciri perkembangan dewasa awal, perubahan-perubahan
dalam masa dewasa awal. tugas-tugas perkembangan
dewasa awal}, obesitas (pengertian obesitas, pengukuran
obesitas,
faktor-faktor
penyebabobesitcm,
macam-macamobesitas, dampak obesitas dan berat baclan ideal}, pemilihan
pasangan hidup dan keterkaitan obesitas; dengan kecemasan
dalam memilih pasangan hidup.
Metodologi penelitian yang meliputi, jenis penelitian
(pendekatan penelitian}, subyek penelitian (iumlah subyek,
teknik pemilihan subyek. karakteristik subyek), metode
pengumpulan data (wawancara, observa:;i}, instrumen
penelitian (pecloman wawancara, lembar observasi), clan
teknik analisis data.
Hasil penelitian yang meliputi, gambaran umum subyek.
analisis kasus (kasus AR, kasus AK, kasw; N) clan analisis
antar kasus.
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berlkaitan dengan judul
penelitian di antaranya
teori
tentang kecemasan. pembahasan tentangdewasa awal, obesitas, pemilihan pasangan hidup dan ャᆱセエ・イォ。ゥエ。ョ@ obesitas
dengan kecemasan dalam memilih pasangan hidup. Pacla bab ini diakhiri
dengan kerangka berpikir.
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Kecemasan
2.1.1.1. Pengertian Kecemasan
Atkinson (2004) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak
menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti "kekhawatiran,"
"keprihatinan," dan "rasa takut." yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat
yang berbeda-beda. Senada dengan Atkinson, menurut t<artono (1997),
kecernasan adalah semacam kegelisahan-kekhawatiran clan "ketakutan"
terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur. dlan mempunyai ciri
yang mengazab pada seseorang.
apprehension and an increased physiological aurosal." Kecemasan
digolongkan sebagai bagian dari emosi, termasuk di dalamnya yaitu
perasaan menyedihkan, ketakutan, keprihatinan dan meningkatnya perasaan
psikologis seseorang.
Dalam kamus lengkap psikologi, anxiety ( kecemasan ) juga diartikan sebagai
perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai
masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan re1rsebut, rasa takut
kekhawaliran kronis pada tingkat ringan, kekhawatiran atau ketakutan yang
kuat dan meluap-luap, dan satu dorongan sekunder melll::akup suatu reaksi
penghindaran yang dipelajari (Chaplin. 2006).
Lebihjauh lagi, Gunarsa (1990) mengungkapkan kecemasan sebagai suatu
perubahan suasana hati, perubahan di dalam diri sendiri •fang timbul
dari
dalam tanpa adanya perangsangan dari luar. Selain itu, kecemasan juga
dipakai untuk menunjukkan suatu respons emisionil yang tidak
menyenangkan dan dalam derajat yang berlebih-lebihan dan
tidak
sesuaidengan keadaan yang menimbulkan rasa
takut
Sementara itu Kaplan dkk (dalam Fausiah dan Widuri, 2005)
mengungkapakan kecernasan sebagai
respon
terhadapSlituasi
tertentu
yang
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menentukan identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya per.3saan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan エゥ、セQォ@ menyenangkan
(Davidson & Nealen,
2001 ).
Kecemasan seringkali diserlai dengan gejalafisik seperti sakit kepala, jantung berdebar
cepat.
dada terasa sesak,sakit
perut, tidak tenang dan tidak dapat duduk diam (Fausiah dan Widuri,
2005).
Menurut Koeswara (1991) kecemasan muncul dari stimulus yang
membahayakan dan terus-menerus, menghantui dan mengancam individu.
Bagi Krauss (1976) "anxiety is an emotion of a usually unpleasant nature
which
can bealmost
unbearable." Menurutnya kecemasan adalah emosialami yang biasanya tidak menyenangkan yang hampir tidak bisa ditahan.
Menurut Dafidoff (1981), kecemasan adalah emosi yang ditandai oleh
perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juHa ketegangan dan
stres
yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem sara1f simpatetik.Spielberger (dalam Purbonongsih, 2004) mengungkapkart
bahwa
kecemasanadalah suatu reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya
yang tidak nyata atau imaginer dimana reaksi
ini
muncul bersamaketakutan dan kegelisahan.
Menurut Spielberger (dalam Purboningsih, 2004) kecemasan mempunyai dua
konsep yaitu kecemasan sesaat (Anxiety State) dan keCEimasan dasar
(Anxiety Trait), kecemasan sesaat timbul dari kondisi em1::isional yang sifatnya
sementara, bisa berfluktuasi dan bervariasi setiap saat, sedangkan
kecemasan dasar terbentuk berdasarkan pengalaman-peingalaman di masa
lalu dan rnerupakan hasil dari pemikiran individu tentang kecemasan
tersebut.
Pada dasamya kecemasan
itu
tidak membahayakan. Akan tetapi jikaseorang individu rnengalami kecemasan setiap saat dan dalam jangka waktu
yang cukup lama sehingga setiap hari ia hidup dalam ketiegangan yang tinggi
maka hat ini akan mengakibatkan timbulnya gangguan keremasan.
Berdasarkan pengertian kecemasan yang sangat bervariasi di atas maka
penulis mencoba menyimpulkan bahwa kecemasan diartikan
sebagai
suatukeadaan yang tidak rnenyenangkan yang ditandai dengani kekhawatiran,
ketakutan dan perasaan tidak nyaman sehingga dapat mEmgganggu
2.1.1.2. Penyebab Kecemasan
Menurut Beck, Emery, dan Greenberg (dalam Wolman, セYYTI@ terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang rentan dan cenderung
mengalami kecemasan serta gangguan kecemasan. Falctor-faktor itu adalah:
1. Genetik
Faktor hereditas dapat menimbulkan pengaruh terhadap kecemasan dalam
hal mudah atau tidaknya system syaraf otonom seseorang untuk menerima
rangsangan (Barlow & Cerney, 1988). Seseorang yang riwayat keluarganya memiliki gangguan, jika berada dalam kondisi atau situasi mencemaskan
maka akan lebih cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasannya jika
dibandingkan dengan orang lain dalam kondisi tersebut.
2. Trauma mental
Trauma mental mengakibatkan individu menjadi lebih mudah cemas jika
dihadapkan pada situasi yang sama dengan pengalaman yang rnenimbulkan
trauma. Ditambahkan pula bahwa terjadinya suatu trauma yang melibatkan
bangkitnya suatu emosi yang
sangat
tinggi dapat menghasilkan ataumembentuk skema yang berkaitan dengan ancaman. Sooema ini akan muncul
berulang-ulang bila individu menemukan
suatu
kondisi
saatia
mengalamitrauma.
3. Tidak berjalannya strategi coping
Seseorang yang mengalami kecemasan cenderung melTIJoerlihatkan
kecemasan yang timbul atau sesuatu yang dirasakan mEmgancam. Mereka
seringkali menganggap bahwa situasi yang ada merupakan hasil dari
persepsi terhadap adanya ancaman, walaupun sebenarnya tidak ada suatu
ancaman. Namun, individu juga menilai bahwa mereka memiliki kekurangan
dalam upaya untuk mengatasi ancaman yang dirasakan. Akhimya, individu
membiarkan diri mereka mudah untuk mengalami kecemasan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pikiran irasional, asumsi dan kesalahan proses kognitif
lndividu yang mengalami kelainan kecemasan, sering mEmganggap bahwa
keyakinan yang tidak realistis tentang suatu ancaman atau bahaya
ditimbulkan oleh situasi maupun kondisi tertentu yang seirupa dengan situasi
tersebut dimana skerna itu dipelajari. Di saat skerna tersebut diaktivasikan,
skema ini mendorong pikiran, tingkah laku dan emosi individu untuk masuk
kedalam keadaan cemas.
Sedangkan Adler (dalam Fahrni, 1977) mengungkapkan bahwa sebab utama
dari cemas adalah kembali kepada masa
kanak-kanak
peirtama, misalnyarasa kurang yang menimbulkan rasa tidak aman, " kurall{;I" pada pengertian
terbatas " yaitu kurang dari segi anggota
tubuh.
kemudian diperluas sampai2.1.1.3. Macam-Macam Kecemasan
Kecemasan menurut Kartono (1997) dibagi menjadi:
1. Kecemasan super ego atau kecemasan eksistem;ial
Kecemasan khusus mengenai "diri sendiri", tubuh dan koodisi psikis sendiri.
2. Kecemasan Neurotis
Erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian cliri dan pembelaan
diri yang negatif, banyak disebabkan oleh perasaan-perasaan bersalah dan
berdosa, serta konflik-konflik emosional yang serius, kronis,
berkesinambungan, frustasi-frustasi, dan ketegangan-ketegangan batin.
Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali
menggunakan obat penenang.
3. Kecemasan Psikotis
Kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau, ditambah
kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasJ dan disorganisasi
psikis. Apabila sifatnya serius, kronis dan berkesinambungan terus menerus,
kecemasan
itu
bisa menjadi keadaan panikdan
kecemas;an-kecemasanhebat bisa menyebabkan kerusakan pada fungsi-fungsi
fu>ik
misalnyaberubah menjadi penyakit lambung, tekanan darah tinggi, asma, juga kerusakan-kerusakan pada fungsi psikis.
2.1.1 A. Komponen-Komponen セ@
dan Runyon, 1984) yaitu:
1.
Kognitif (dalam pikiran seseorang)lndividu yang mengalami kecemasan akan selalu terpaku terhadap bahaya
yang tidak dikenal atau tidak jelas, tidak mampu untuk 「eセイォッョウ・ョエイ。ウゥL@ sulit
mengambil keputusan dan mengalami kesulitan tidur.
2.
Tingkah laku motorik (dalam tindakan seseorang)Kecemasan dapat dilihat dari apa yang telah ditampilkan dalam tingkah laku
seseorang seperti kegelisahan, gemetar, menggigit bibir, menggigit kuku dan lainnya.
3.
Secara somatikTerwujud dalam reaksi fisik dan biologis seseorang. Misalnya nafas pendek,
mulut kering, tangan dan kaki berkeringat, diare, sering buang air
kecil,
pingsan, jantung berdebar, sesak nafas, tekanan darah meningkat • banyak
berkeringat, otot menjadi tegang (terutama
daerah
ォ・ー。ャ。セ@ leher. bahu, dandada) sakit perut, dan sulit mencema.
4. Secara afektif
Terwujud melalui kondisi emosi seseorang seperti perasaan tegang,
perasaan diteror.
2.1.2. Dewasa Awai
2.1.2.1.
Pengertian Dewasa Awaiterhadap segala perbuatan yang telah dilakukannya. Dewasa sendiri dalam
bahasa Belanda adalah "Volwassen" "Vol"
=
penuh dan " wassen"=
tumbuh, sehingga "Volwassen" berarti tumbuh dengan penuh atau selesai tumbuh(Monks dkk, 2002).
Dewasa atau
Adult
berasal dari kata kerja latin yang bemrti ''tumbuh menjadikedewasaan." Akan tetapi,
kata
adult berasal dari berrtuk lampau darikata
kerja adultus yang berarti " telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
sempuma" atau " telah menjadi dewasa. • Oleh karena itu, orang
dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap
menerima kedudukan dalam
masyarakat
bersama dengan orang dewasalainnya (Hurlock, 1980).
Masa dewasa awal digambarkan sebagai masa pencahairian kemantapan
dan masa reproduktif , yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial. periode kornitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada
pola hidup yang baru (Sabri, 1992).
Para ahli mempunyai batasan usia yang berbeda-beda tentang batasan pada
dewasa awal ini. Menurut Erikson (dalam Santrock I, 1995) dimulai pada usia
awal dimulai ketika usia 20-40 tahun, sedangkan (Nihayah dkk, 2006)
mengungkapkan bahwa dewasa awal dimulai dari kisaran usia 21 tahun
sampai 40 tahun dan Levinson (dalam Monks, 2002) berpendapat bahwa
dewasa awal dimulai ketika seseorang berusia 17 sampai usia 45 tahun.
Perbedaan ini dianggap wajar karena tidak ada batasan mutlak mengenai
usia dewasa muda dan para ahli perkembangan pun pen::aya bahwa
menentukan awal masa remaja lebih mudah daripada irumentukan
berakhimya masa remaja dan permulaan masa dewasa (Santrok, 1995).
Di Indonesia sendiri batas kedewasaan atau seseorang olapat dikatakan
dewasa adalah ketika seseorang telah berumur 21 tahun (Monks, 2002), dan
seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah,
meskipun usianya belum mencapai 21 tahun (Mubin dan Cabyadi, 2006).
Merujuk pada pemyataan tersebut maka, dalam penelitian ini pembatasan
usia dewasa awal dimulai pada usia 21 t.ahun.
2.1.2.2. Pembagian Mau Dewasa Awai
Menurut Hurlock (1980), membagi masa dewasa dibagi menjadi 3
fase, yaitu:
1. Masa dewasa dini
2. Masa dewasa madya
Dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun.
3.
Masa dewasa lanjut (usia lanjut)Dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian.
Sedangkan Levinson (dalam Dariyo, 2003) mencoba membagi masa dewasa
awal menjadi dua fase transisi kehidupan, yaitu :
1.
Fase memasuki masa dewasa awal (usia17-33
tahun), terdiri dari:a. Transisi dewasa awal (early adulth transtition 'l7-22 tahun). Pada
masa ini individu secara fisik, bentuk tubuhnya1 tampak seperti
orang dewasa. Akan tetapi, sec:ara mental individu belum memiliki
tanggung jawab penuh karena masih bergantung secara ekonomi
dari orang tuanya.
b. Memasuki struktur kehidupan dewasa awal (22-28 tahun).
Umumnya, pada masa ini individu telah menyeilesaikan pendidikan
formal, kemudian berkarir sesuai dengan minat bakat dan
kemampuannya.
c. Usia transisi 30 - an (28-33 tahun). Pada maS<:1 ini individu tetap
mambangun karirnya dan membentuk kehidupan rumah tangga
2. Fase puncak dewasa awal (usia 35-45 tahun), terbagi menjadi dua
a. Puncak kehidupan dewasa awal (usia 33-40 tahun).
lndividu merasa mantap atau memantapkan diri dengan pilihan
pekerjaannya pada saat ini. Karena menanggung kehidupan
keluarga, individu memperkuat komitmen (tekad) untuk
membangun karir pekerjaan, membentuk kehidupan pribadi yang
bertanggung jawab sesuai dengan harapan dan cita-cita
masyarakat bangsa dan mewujudkan aspirasi dan cita-cita yang
tertanam sejak masa mudanya dulu.
b. Transisi dewasa menengah (Midlife transitition usia 40-45 tahun).
lndividu telah menempuh perjalanan hidup
yang
panjang mulai darihal pekerjaan sampai kehidupan rumah tangga. Dengan
pencapaian itu, individu mulai menilai (self-evaluation) kembali
struktur kehidupan tersebut dan mempersiapkan diri untuk
memasuki masa dewasa menengah.
2.1.2.3. Ciri..Ciri
PerkembanganMau
Dewasa AwaiCiri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock (1980), yaitu:
1. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan
Yaitu ketika seseorang telah mencapai masa dew.;isa maka masa kebebasannya akan berakhir dan menerima tangg11Jng
jawab
yangpenuh dengan aturan-aturan
baru.
Yaitu ketika seseorang telah menikah dan mempunyai keturunan, juga
prestasi yang dicapai dalam hal pekerjaan.
3. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah
Pada masa ini masalah-masalah yang teljadi adalah menyangkut
masalah perkawinan dan pekeljaan karena tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
4. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional
Ketegangan mungkin terpusat pada pekeljaan karena tidak bisa
mencapai target yang diinginkan atau dalam hal perkawinan yang
berstatus sebagai orang tua.
5. Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sc1sial
Pada masa ini individu merasa terasing karena rrmreka sibuk dengan
kegiatannya sendiri-sendiri sehingga melupakan s'osialisasinya dengan
sahabat atau keluarga.
6. Masa dewasa awal sebagai masa komitmen
Pada masa ini individu mulai membuat
pola
hidup baru danmembangun komitmen-komitmen baru.
7. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan
Pada masa ini sebagian individu masih mengggan1rungkan kebutuhan
hidupnya dengan orang
tua.
8. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai
pengalaman dan juga hubungan sosial.
9. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri dengan
cara
hidupbaru pada masa ini banyak penyesuaian yang harus dilakukan karena
persiapan yang dilakukan ketika masa kanak-kanak mereka berbeda
atau tidak cocok dengan gaya-gaya hidup baru sekarang ini.
10.Masa dewasa
awal
sebagaimasa
kreatifPada masa ini bentuk kreatifitas terlihat pada minat dan kemampuan
individu serla kesempatan yang
ada
untuk mewujudkansemua
harapan-harapannya.
Selain ciri-ciri di atas ada dua kriteria lain yang diajukan untuk menunjukkan
akhir masa remaja dan permulaan dari
masa
dewasa aw.al yaitu kemandirianekonomi dan kemandirian dalam
membuat
keputusan (Santrok II.1999).
2.1.2.4,
Perubahan-Perubahan Dalam
Masa Dewasa AwaiPerubahan-perubahan dalam masa dewasa
awal
(dalam Mubindan
Cahyadi.2006), adalah :
a. Perubahan yang bersifat fisik :
1) Efisiensi fisik mencapai puncaknya, terutama pada usia 23-27 tahun.
2) Kesehatan fisik berada dalam keadaan balik.
3) Kekuatan tenaga dan motorik mencapai masa puncak.
1) Berjuang menyesuaikan diri terhadap pola-pola ォeセィゥ、オー。ョ@ yang baru
dan harapan-harapan sosial yang baru pula.
2) Munculnya keinginan dan usaha pemantapan, seperti memimpin
rumah tangga (sebagai suami-istri), mendapatkan pekerjaan yang
layak. peran dan status sosial di masyarakat.
3) Sering mengalami ketegangan emosi, karena kompleksnya persoalan
hidup yang dihadapi, seperti : masalah pekerjaan 'Yang belum
menentu, pasangan hidup yang belum ada atau p1crtus, dan kegagalan
dalam cita-cita.
4) Kemampuan-kemampuan mental seperti penalaran dalam
mengggunakan analogi, mengingat dan berfikir ォイeセ。エゥヲ@ telah mencapai
puncaknya pada permulaan fase ini, yang dalam sisa-sisa masa
berikutnya hanya bersifat mempertahankan kemarnpuan tersebut.
5) Perasaan dan keyakinan keagarnaan umumnya mulai membaik jika
dibandingkan dengan masa pubertas,
tetapi
masih ada kemungkinanterjadinya konflik batin yang mengakibatkan perubahan perasaa11
dan
keyakinan keagamaan yang radikal (konversi).
2.1.2.5. Tugas-Tugas Perkembangan
Man
Dewan
Awai
Wgngaarden (dalam Monks, 2002) melukiskan
bahwa
tugas perkembanganbagi orang dewasa diartikan sebagai suatu sikap menerima kehidupan.
Jadi,
maka dianggap telah menyimpang dari tugas-tugas perkembangannya.
Tugas-tugas perkembangan dewasa awal (Hurlock, 1980) yaitu:
a. Mendapatkan suatu pekerjaan
b. Memilih seorang teman hidup
c. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri
d. Membentuk suatu keluarga
e. Membesarkan anak-anak
f. Mengelola sebuah rumah tangga
g. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara
h. Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang
cocok:.
Ketika seorang individu memasuki masa dewasa awal maka mereka akan
menemukan banyak pengalaman-pengalaman psikososial, mulai dari
melakukan hubungan akrab dan intim dengan teman atau lawan jenisnya.
Papalia et al., (2002) mengungkapkan tentang 3 tipe dasar hubungan yang
akrab (intimacy relationship) yaitu :
1. Persahabatan
Yang merupakan bagian dari hidup yang penting disetiap usia. Teman
dapat menjadi sahabat, seseorang untuk saling berbagi aktivitas,
rasa identitas dan sejarah.
2. Cinta kasih
Untuk kebanyakan dewasa, hubungan cinta dengan seorang teman
sejenis atau lawan jenis adalah elemen yang sangat penting dalam
kehidupan mereka. Yang terdiri dari tiga elemen yaitu: keintiman,
keinginan besar (nafsu) dan komitmen.
3. Seksualitas
Hubungan seksual menjadi sesuatu aktivitas yang normal, sehat dan
menyenangkan.
Mengenai hubungan dekat dan intim ini Erikson (dalam Santrok I, 1995)
mengungkapkan tentang delapan tahap perkembangan manusia dan masa
hubungan intim ini berada pada tahap ke enam yaitu masa yang disebut
sebagai keintiman dan keterkucilan (intimacy versus isolation) yaitu tahap
yang dialami individu selarna tahun-tahun awal masa devirasa dirnana individu
harus menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan
orang lain. Erikson juga menggambarkan keintiman sebagai penemuan diri
sendiri pada diri orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat anak muda
membentuk persahabatan yang sehat dan
relasi
akrab yang intimdengan
orang lain maka keintirnan akan dicapai dan jika tidak akan terjadi isolasi.
Dengan
kata
lain isolasi terjadi apabilaseorang
individudiewasa
awal tidak
kehidupannya tidak berjalan secara dinamis sehingga tidak dapat membina
hubungan intim dengan orang lain.
Selain Erikson, (Turner, 1983) juga mengungkapkan teritang tahap keintiman
(intimacy) dengan lawan jenisnya ketika seorang individu memasuki masa
dewasa awal dengan ciri-ciri :
a. Mulai menyesuaikan kebiasaan pribadinya seperli : kebersihan,
pakaian,
b. tata krama, kebiasaan makan dan tidur, kebiasaan merokok, minum
dan obat-obatan.
c. Mengatur perasaan yang berbeda
d. Mengembangkan kedekatan secara emosi dan fisik.
e. Belajar untuk memenuhi kebutuhan ego satu dengan yang lainnya.
f. Belajar untuk mengekspresikan perasaan.
g. Memuaskan kebutuhan cinta dan kontak fisik.
h. Menemukan, menggunakan harta untuk perencanaan berkeluarga.
Bagi kebanyakan individu, hubungan cinta merupakan pencapaian utama
pada masa dewasa
awal.
Hal ini berhubungan dengan tugas perkembanganuntuk memilih pasangan hidup. Oleh sebab itu, penelitian ini
hanya
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah mai;a transisi antara
masa remaja kemasa dewasa pertengahan yang terjadi pada rentang usia
21-40
tahun. Pada masa ini individu menghadapi 「・イ「。Aセ。ゥ@ tugas-tugasperkembangan, pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain, semakin
bertambahnya kegiatan sehingga semakin berkurangnye1 sosialisasi dengan
tetangga dan keluarga.
2.1.3.
Obesitas2.1.3.1. Pengertian
Obesit.asObesitas memiliki pengertian yang berbeda-beda. Menurut Kaplan et al.,
( 1993) mengartikan "obesity is a condition of having ・ク」ゥセウゥカ・@ amounts of
body fat," yaitu suatu kondisi dimana terjadi kelebihan le1mak tubuh. Krauss
(1976) juga mengungkapkan hal yang sama yaitu Bッ「・ウゥセケ@ is a term applied to
the clinical condition wherein there is an excessive accumulation of fat in the
body, " yaitu istilah yang digunakan pada
suatu
kondisi klinis di manaterdapat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Menurut Dox, Melloni & Eisner (dalam Sheridan & Radmaicher, 1992)
obesity
is an excessive accumulation of fat, most notably
in
the subcutaneous tissueslocated immediately beneath the skin." Menurutnya obesitas adalah
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan, yang sebagiani
besar
khususnyaMenurut Subardja (2004) obesitas adalah suatu keadaan yang terjadi karena
interaksi faktor lingkungan (ekstemal) dan faktor genetik (internal). Jadi,
pada dasamya obesitas dapat ditelusuri dari faktor lingkungan dan faktor
genetik.
Sementara itu, Adil Fahrni (2005) mengungkapkan bahwa obesitas dapat
disebabkan karena "buruknya" pemberian konsumsi matcanan, energi lebih
yang dibutuhkan tubuh bertumpuk dalam bentuk jaringan lemak yang
menghambat tugas-tugas regular anggota tubuh yang lain.
Lebih tanjut Gray & Taitz (dalam Subardja, 2004) mengartikan obesitas
sebagai suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak
tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal
Ditinjau dari segi psikologis, obesitas merupakan suatu kondisi yang
berkaitan dengan citra atau pandangan seseorang terhadap makanan atau
kesulitan dalam mengendalikan keinginan matcan (lping, [セPPVIN@
llmu kedokteran sendiri sampai saat ini masih menganggap terjadinya
obesitas disebabkan oleh kelebihan konsumsi karbohidrat, lemak, dan guta
yang tidak tertampung pada sel-sel jaringan tubuh dan glikogen sehingga
terjadi hiperplasi lemak (pembentukan jaringan lemak
yang
berlebihanlemak yang disebabkan bertambah besarnya sel lemak) (lping, 2006).
Dan di bawah ini adalah definisi obesitas menurut para dokter (Obesitas,
2007) yaitu :
a. Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang
berlebihan
b. Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
c. Suatu penyakit epidemik
d. Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan
dapat menurunkan kualitas hidup
e. Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat
tinggi.
Jadi, obesitas dapat diartikan sebagai suatu kondisi yan9 sangat
berhubungan dengan penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh
sehingga jauh melebihi dari berat badan yang diinginkan, yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun faktor genetik.
2.1.3.2.
Pengukuran ObesitasObesitas sangat berhubungan dengan banyaknya lemak yang terdapat di
kelebihan ini dapat diukur dengan berbagai cara.
Untuk menunjukkan adanya kelebihan lemak tubuh sese10rang, dapat
dilakukan dengan mengukur tebal lipatan kulit, untuk mendapatkan korelasi
yang terbaik maka diperlukan empat pengukuran kulit yaiitu daerah bisep
(lengan atas bagian depan), trisep (lengan atas bagian belakang), subkapula
(bawah tulang belikat) dan suprailiaka (pangggul) (Subardja, 2004).
Secara klinis obesitas biasanya dinyatakan dalam bentuk lndeks Masa Tubuh
(IMT) atau juga sering disebut Body Mass Index (BMI).
Di
bawah ini adalah [image:49.595.23.434.187.593.2]Kategori Penentuan Batas IMT Untuk Indonesia dan dunia (Tapan, 2002).
Tabel 2.1
Untuk Indonesia
Kategori BMI (kg/m2) Resiko menderita penyakit lain
Kekurangan Berat
( 18,5
+Badan I
Underweiaht
Berat Badan
18,5-22,9
--Normal
Kelebihan berat
23-24,9
+badan
I
overweiahtTabel 2.2.
Sedangkan menurut WHO kategori penentuan batas IMif yang berlaku untuk
dunia adalah sebagai berikut :
Kategori BMI (kg /m2) Resiko menclerita penyakit
lain
Kekurangan Berat ( 18,5
+
Badan I
Underweight
Berat Badan 18,5-24,9
·-Normal
Kelebihan berat 25.0-29,9 +
badan
I
overweightObese ) 30 ++
Jadi, terdapat perbedaan mengenai penentuan batas IMT ini. Di Indonesia
seseorang dapat dikatakan obesitas jika IMT nya di atas :25 kg/m2 sedangkan
untuk ukuran dunia harus memiliki IMT lebih dari 30 kg/m2 .
Untuk menentukan IMT obesitas dapat diukur dengan pengukuran
antropometri, untuk menilai apakah komponen tubuh terS<ebut sesuai dengan
standar normal atau ideal, dengan mengukur berat badan dalam kg dibagi
IMT = BB (kg)
TBX TB (m)
IMT lndeks Masa Tubuh
BB Berat Badan
TB Tinggi Sadan
Contoh:
Berat badan A adalah 74,8 kg, dengan tinggi badan 167 cm (1,67 m).
Jadi, 74,8 kg : (1,67 X 1,67)
=
26,9Keterangan
=
mengalami obesitasSelain membandingkan antara berat badan dengan tinmii badan, pengukuran
obesitas dapat dilakukan dengan cara mengukur rasio lingkar pinggul dan
perut. Perut diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada
titik yang terlebar, lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87 ,5 cm dan ukuran pinggul 115
cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio
pinggang-pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang-pinggul lebih
Tabel 2.3.
Cara untuk melihat distribusi lemak tubuh yaitu dengan cara melihat bentuk
tubuh seperti :
1. Gynoid (Bentuk Peer) Lemak disimpan di sekitar
pinggul dan bokong. Tipe ini
cenderung dimiliki oleh wanita.
Paling banyak memiliki HDL atau
high density lipid atau kolesterol
baik dibanding tipe yang lain.
Resiko penyakit pada type gynoid
umumnya kecil, kecuali resiko
terhadap penyakit arthritis atau
radang persendian dan varises
vena yang merupakan penyakit
akibat adanya gangguan pada
pembuluh darah balik.
2. Apple Shape (Android) Biasanya terdapat pada pria
dimana lemak tubuh menumpuk
di sekitar perut Resiko
kesehatan pada tipe ini lebih
tinggi dibandingkan dengan tipe
gynoid, karena scl-sel lemak di
sekitar perut lebih siap
pembuluh darah dibandingkan
dengan sel-sel lemak ditempat
lain. Lemak yang masuk ke
dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan penyempitan arteri
(hipertensi), diabetes, penyakit
gallblader, stroke dan jenis
kanker tertentu (payudara dan
rahim.
3. Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di
seluruh bagian badan·. Tipe ovid
umumnya terdapat pada individu
yang gemuk secara genetik.
2.1.3.3. Faktor-Faktor Penyebab Obesitas
lsnaini dkk (2006) menyebutkan beberapa faktor yang dapat menjadi
penyebab obesitas diantaranya :
1. Kelebihan asupan makanan.
2. Pola hidup yang tidai< sehat, tertalu banyak makan makanan cepat saji.
3. Kurang olah raga.
4. Kehamilan.
6. Usia.
7. Obat-obatan untuk mengatasi depresi.
Menurut Gurney (dalam Atkinson, 1992) faktor genetik m1erupakan salah satu
penyebab obesitas. Di dalam keluarga di mana kedua orang tuanya tidak
gemuk hanya sekitar 10 % anak akan menjadi gemuk, jika salah satu orang tua bertubuh gemuk maka sekitar 40 % anak
akan
menjadi gemuk pula, danjika kedua orangtua gemuk, kira-kira 70 % anakakan gemuk.
2.1.2.4. Macam-Macam Obesitas
!ping (2006) mengklasifikasikan obesitas menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Obesitas biasa I ringan : kelebihan berat badan 20-40 % 2. Obesitas sedang
3. Obesitas berat
2.1.2.5.
DampakObesitas
: kelebihan beratbadan41-100 % : kelebihan berat badan >100 %
Adil Fahrni (2005) menjelaskan
bahwa
obesitas dapat me1rijadi penyebabtimbulnya berbagai penyakitpada diri individu, yaitu :
1. T erjadinya gagal jantung.
2. Meningkatnya tekanan darah (darah tinggi}.
3. Terjadinya Arteriosclosis
akibat
endapan kolesterol pada dinding pembuJuh4. Varises tulang.
5. Cholecystitis dan pembentukan batu kecil (batu ginjal)
6. Arthritis (reumatism) seperti.pada persendian spinal column tulang
belakang dan persendian lutut yang gejalanya menyerupai encok.
7. kanker rahim.
8. Tidak teratur dan terhentinya menstmasi.
9. Mengidap penyakit gula.
10. Penyakit colpitis (vaginitis) dan dermatitis (penyakit kuJit}.
2.1.2.6.
Berat
Sadan Ideal
Berat badan ideal dapat dihitung berdasarkan rumus. fingiJi badan dikurangi
110. Jika tinggi badannya 160 cm. maka berat badan idealnya adalah :
160-110
=
50 kg. Pertambahan berat badan masih terhitung normal jikapenambahannya tidak lebih dari 5 kg (lping, 2006).
[image:55.595.25.427.162.498.2]Selain itu juga untuk mengetahui tentang berat badan ideal dapat dilihat dari
Tabet 2.4.
Tabel Berat Badan Ideal Wanita Yang Sesuai Dengan Tinggi Badan
Umur 15Tahun 20Tahun 25 Tahun 30Tahun
Tinggi cm Kg
Kg
KgKg
142.50 45.00 47.50 49.00 50.50
145.00 46.00 48.50 49.50 51.50
147.50 46.50 49.50 50.50 52.00
150.00 47.00 50.00 51.50 53.00
152.00 48.50 51.50 52.50 54.00
155.00 50.00 53.00 54.00 55.00
157.00 51.00 54.00 55.50 65.50
160.00 52.50 56.00 57.50 58.50
162.00 54.50 57.00 58.00 59.50
165.00 56.00 59.00 60.00 62.50
167.00 58.00 60.50 62.00 63.00
170.00 59.50 62.50 64.50 65.00
172.00 62.00 64.00 64.50 67.00
175.00 63.50 65.50 67.50 68.50
178.00 65.50 67.50 70.00 70.00
180.00 68.00 69.00 71.00 72.00
Tabet di atas tidak bersifat kaku akan tetapi, kita masih diperbolehkan
melewati berat lebih dari 5 kilogram sampai
kita
berusia 41:i tahun (Adil Fahrni,2.1A. Pemilihan Pasangan Hidup
Sebelum melangsungkan pemikahan biasanya didahului tertebih dahulu
dengan proses penjajakan atau biasa disebut dengan beqlacaran yaitu
menjalin hubungan dekat dan intim dengan lawan jeni..<>. Pada saat penjajakan ini biasanya seorang individu melihat kearah bibit,
bebet
danbobot dari calon pasangannya.
Faktor bibit itu memperhitungkan benih asal keturunan yang sehat secara
jasmani maupun rohaninya, tidak terdapat penyakit ketunman atau penyakit
mental tertentu sehingga dapat menghasilkan keturunan セサ。ョァ@ baik dan sehat.
faktor bebet dilihat dari keturunan yang ungggul sehingga diharapkan
sepasang suami istri memiliki atribut-atribut terpuji agar mampu membina
keluarga bahagia, sedangkan faktor bobot yang tidak har1ya diartikan mantap
berbobot oleh kekayaan dan kekuasaan duniawi saja, akan tetapi berbobot
dengan kekayaan dan nilai-nilai rokhaniah serta akherat (IKartono, 1977).
Selain itu ada juga dasar-dasar penting yang dapat dijadikan dasar dalam
memilih pasangan hidup (Ash Shawwaf, 2003} :
1.
Agama dan akhlaknyaMemilih istri karena agamanya adalah jaminan utama bagi pendidikan dan
pertumbuhan anak-anak dengan pertumbuhan yang baikdan benar.
kesalihan dan tanggung jawab istrinya.
2. Dasar ekonomi
Harta adalah nadi kehidupan dan fondasi terpenting dalam kehidupan.
3. Keturunan dan status sosial
Pernikahan dan bersatunya suami-istri bukanlah hubungan sempit antara
kedua belah pihak. Akan tetapi, pernikahan berarti memasuki lingkungan
sosial yang lebih luas dan antara keluarga pria dan wanita itu.
4. Keeantikan
Ketampanan atau kecantikan mempunyai pengaruh besar dalam
ketertarikan dari masing-masing mempelai satu sama lain
dan
bertambahnya rasa cinta pada pendampingnya, Ketampanan atau
kecantikan juga mempunyai pengaruh besar pada kete:nangan jiwa
keduanya.
2.1.5.
Ket.erkaitan obesitas dengan kecemasan dalammemilih pasangan
hid up
Hurlock (1980} mengungkapkan bahwa bahaya fisik yang paling penting dan
yang paling umum pada masa dewasa awal ini adalah, beintuk fisik dan
penampilan yang kurang menarik yang mempersulit penyesuaian diri pribadi
dengan kehidupan
sosial.
Salah satu yang membuat bentuk fisik kurangmenarik salah satunya yaitu obesitas, sehingga hal ini menjadi
suatu
wanita dewasa awal yang menurut Hurlock mempunyai tugas-tugas
perkembangan hidup yang salah satunya adalah memilih pasangan hidup,
dimana seorang individu harus menjalin suatu keakraban dengan lawan
jenisnya agar bisa mendapatkan calon pasangan hidup yang sesuai dan bisa
melangsungkan pernikahan dan berumah tangga.
Penampilan fisik merupakan dasar segala-galanya (Hurlock, 1980). Jadi,
apabila pada masa ini seorang individu mengalami obesitas, hal ini dapat
memungkinkan seseorang mengalami kecemasan ketika ingin memilih
pasangan hidup khususnya pada wanita karena pada umumnya wanita
mempunyai kepedulian yang besar dibandingkan kaum laki-laki terhadap
masalah penampilan fisik (Dariyo, 2003), dan laki-laki pun mengatakan
bahwa ia menginginkan pasangan yang fisiknya menarik (Peplau, 1987).
Kecemasan sendiri menurut Atkinson (2004) diartikan sebagai emosi yang
tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti
"kekhawatiran," "keprihatinan," dan "rasa takut," yang kadang-kadang kita
alami dalam tingkat yang berbeda-beda.
Hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Simon (2007) yang
menghasilkan bahwa orang yang mengalami obesitas lebih sering mengalami
Selain itu, Maslow (dalam Dariyo, 2003) mengatakan bahwa jika seorang
individu tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun pi;ikologisnya dengan
baik, maka dapat menyebabkan ganguan-gangguan kepribadian atau
psikopatologis, seperti ketidakstabilan emosi, munculnya simptom-simptom
psikis, kekecewaan, stres, cemas, takut, khawatir dan tidak tenang dalam
hidupnya. Dalam hal ini pemikahan yang sebelumnya diawali dengan
pemilihan pasangan hidup juga merupakan suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi sehingga apabila tidak dipenuhi maka akan mengakibatkan
timbulnya simptom-simptom psikis yang dapat mengganggu kehidupan
2.2. Kerangka berpikir
DewasaAwal
I
Obesitas
I
Mengalami-セ@
Kecemasan
-Dalam Memilih
Pasangan Hidup
-Tidak
セ@
Mengalami
Kecemasan
-
>
-Kognitif: - Tidak dapat
berkonsentrasi - Sulit mengambil
keputusan - Sulit Tidur
Motorilk:: - Gemetar - Gelisah
- Menggigit bibir - Menggigit kuku
Somatfa:
- Nafats pendek - Tangan dan kaki
berk.eringat - Pingsan
- Jantung berdebar - Sesak nafas
Afektif: - Tegang
- Merasa diteror - Mudah
tersinggung
Dengan berakhirnya masa remaja maka mulailah seorang individu memasuki
masa dewasa, masa dewasa ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu dewasa awal,
dewasa tengah dan dewasa akhir. Masa dewasa yang akan dibahas dalam
memperkuat identitas dirinya masing-masing dan mempunyai kesempatan
untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Masa dewasa awal ini dimulai sejak usia 21-40 tahun (f\lihayah dklc, 2006).
Pada masa ini sebagian dewasa muda masih banyak memberikan perhatian
terhadap penampilan fisiknya (Dariyo, 2003), merelca tidak ingin terlihat tidak
proporsional terutama mengenai bentuk tubuh, sehingga mereka berusaha
agar jangan sampai mengalami obesitas yang merupakan salah satu
masalah yang banyak dihadapi oleh dewasa awal.
Sebagian wanita dewasa memandang obesitas menjadi sesuatu yang
mengerikan dan menjadi beban berat dan tidalc menyenangkan sehingga
ketika seseorang mengalaminya ia akan berusaha keras untuk menurunlcan
berat badannya, bukan karena takut akan berbagai macam penyakit yang
timbul, tetapi merelca justru merasa terganggu dengan bentuk badan yang
tidak indah dipandang mata itu. Obesitas sendiri diartilcan Kaplan et al.,
(1993) sebagai "obesity is a condition of having excessil1e amounts of body
fat." Yaitu suatu kondisi dimana terjadi kelebihan jumlah lemak tubuh.
Obesitas pada wanita merupakan salah satu masalah yang berhubungan
dengan penampilan fisik. Selain mengganggu kesehatan obesitas juga dapat
seseorang menjadi tidak percaya diri (lping, 2006), sehi11gga membentuk
konsep diri negatif karena ia selalu bertikir negatif tentang diri maupun
lingkungannya. Yang berdampak pada keadaan psikis seseorang, seperti
rasa rendah diri, depresi, putus asa, bahkan sampai ove,rkompensasi atau
mencari kelemahan orang lain atau agresif terhadap lin£1kungan untuk
menutupi kekurangan diri sendiri (Rasan,
1996).
Serta dapat menarik diri daripergaulan maupun dalam hubungan interpersonalnya dengan lawan jenis.
Selain itu, usia ini dianggap sebagai usia kritis karena individu dituntut untuk
dapat bersikap mandiri dan bertanggung jawab terhadap semua perbuatan
yang dilakukannya. Masa ini adalah masa yang tepat untuk memutuskan
suatu pilihan hidup yang akan mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya,
salah satunya yaitu memutuskan tentang pemilihan pasangan hidup.
Menikah merupakan salah satu tugas perkembangan pada ma