• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemisahan Stearin dan Olein pada RBDPO dengan Filterpress di PT. SMART Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemisahan Stearin dan Olein pada RBDPO dengan Filterpress di PT. SMART Tbk"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

FILTERPRESS DI PT. SMART TBK

KARYA ILMIA

DITO HERKUNCAHYO

122401145

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN

FILTERPRESS DI PT. SMART TBK

KARYA ILMIA

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat

memperoleh Ahli Madya

DITO HERKUNCAHYO

122401145

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pemisahan Stearin Dan Olein Pada RBDPO dengan Filterpress di PT. SMART Tbk

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Dito Herkuncahyo

Nomor Induk Mahasiswa : 122401145

Program Studi : Diploma (D3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2013

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua, Dosen Pembimbing,

Dr. Rumondang Bulan, MS Dr.Darwin Yunus Nasution, MS NIP.195408301985032001 NIP195508101981031006 Program Studi D3 Kimia Industri

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN

FILTERPRESS DI PT. SMART TBK

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta salawat beriring salam kita ucapkan pada kehadirat nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, sebagai syarat untuk meraih gelar ahli madya pada program studi Diploma 3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan motivasi dari semua pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Darwin Yunus Nasution ,MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penulisan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dr. Rumondang Bulan,MS dan Albert Pasaribu selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, Seluruh Staff dan Dosen Kimia FMIPA USU, Pegawai FMIPA USU, Rekan-rekan kuliah, serta Ayahanda, ibu dan segenap keluarga yang selama ini memberikan dukungan yang diperlukan.

Hanya doa yang dapat penulis sampaikan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kebaikan yang diterima penulisdari semua pihak yang telah membantu, kiranya Allah SWT membalas kebaikan tersebut.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca.

Medan, Juni 2014

(6)

PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN

FILTERPRESS DI PT. SMART TBK

ABSTRAK

(7)

OLEIN STEARIN AND SEPARATION RBDPO ON WITH FILTERPRESS AT. SMART TBK

ABSTRACT

(8)
(9)

2.7.5.5. Decanter 18 2.7.5.6. Sludge Separator 20 2.7.5.7. Vacuum Dryer ( Alat pengering ) 20

2.7.5.8. Fat-pit 20

2.8 Pemurnian Kelapa sawit 21

2.9 Filterpress 22

Bab 3. Metode Penelitian 26

3.1. Alat 26

3.2. Bahan 27

3.3. Prosedur 27

Bab 4. Hasil dan Pembahasan 29

4.1. Data 29

4.2. Pembahasan 30

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 34

5.1. Kesimpulan 34

5.2. Saran 35

Daftar Pustaka 36

Lampiran A 37

(10)

PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN

FILTERPRESS DI PT. SMART TBK

ABSTRAK

(11)

OLEIN STEARIN AND SEPARATION RBDPO ON WITH FILTERPRESS AT. SMART TBK

ABSTRACT

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. SMART Tbk Medan adalah perusahaan publik yang bergerak dibidang Palm Oil industri. Pertama sekali berdiri pada tahun 1984 dengan nama IVO MAS TUNGGAL yang tergerak hanya untuk pengolahan minyak goreng dan bahan baku CPO (Crude Palm Oil). Dilokasi yang sama, pada tahun 1986 didirikan PT. SMART COORPORATION, yang mengolah Palm Kernel (PK) menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel oil Expeller (CPKO). Sejalan dengan perkembangan usaha maka pada tahun 2000 kedua Perusahaan ini bergabung menjadi satu dan berganti nama menjadi PT. SMART Tbk yang terdaftar pada departemen perindustrian dan perdagangan dengan nomor 02.12.1.15.06479.

(13)

1424362 dengan total luas 64.970 meter persegi dilengkapi dengan dukungan instalasi tangki timbun (bulking installation) yang berada di Jl. Ujung Baru Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan.

Tahun 2006 PT. SMART Tbk melakukan penambahan kegiatan proyek berupa pengolahan Crude Palm kernel Oil (CPKO) untuk menjadi sejenis mentega atau shortening yang dibutuhkan dipasaran local yaitu Cocoa Butter Subtitute (CBS) sebagai pengganti fat Cokat dengan kapasitas 100 ton perhari dan telah beroperasi pada tahun 2007.

Saat ini kegiatan Refenery, Expeller Plant dan CBS di PT. SMART Tbk didukung oleh ± 900 orang pekerja yang bekerja bulk non shift maupun shift. Kapasitas rata - rata produksi pertahun produk utama yaitu Refined Bleached Deodorized Stearin (RBD Stearin) dan Refined Bleached Deodorized Olein (RBD Olein) pada industri pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng masing-masing adalah 270.000 ton pertahun dan 90.000 ton Pertahun sedangkan untuk Fatty Acid Distillate (PFAD) dengan kapasitas produksi sekitar 16.320 ton pertahun.

adapun penghargaan yang telah diperoleh PT. SMART Tbk antara lain: 1. Sertifikat GMP + B2 2010, SGS M’Sia.

2. Sertifikat ISO9000 — 2008 3. Sertifikat ISO 22000 — 2005

(14)

1.2. Permasalahan

Pada proses pemisahan fraksi olein dan stearin pada RBDPO (refine blanch deodorizen palm oil) dilakukan dengan cara penurunan suhu dari 65 oC – 26,5oC secara bertahap. Jika penurunan suhu secara drastis maka Kristal yang terbentuk besar dan lembek. Kristal yang besar dan lembek masih mengandung olein yang terkurung di dalam Kristal starin. Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan menggunakan metode Dry Fraksination ( fraksinasi kering) dengan menggunakan alat filterpress. Tekanan pada filterpress sebesar 2barg sampai 12 barg. Jika tekanan tersebut kurang dari 12 barg maka olein tersebut tidak maksimal dan masih mengandung stearin. Olein yang dihasilkan akan masuk ke storage tank atau tangki penampungan ,dan stearin akan masuk ke melting tank untuk diproses ulang. Hasil dari fraksinasi tersebut adalah minyak goreng curah.

1.3. Tujuan

- Untuk mengetahuiproses pemisahan stearin dan olein pada RBDPO (refine blanch deodorizen palm oil) dengan menggunakan filter tekan atau filterpress.

1.4. Manfaat

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya bogor (s’Lands Plantetuin Buintenzorg). Pada tahun 1876, Sir Yoseph Hoooker mencoba

menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera Utara. Setelah 10 tahun, tanaman yang benihnya dibawa dari Kebun Raya Kew (London) ini ditebang habis dan diganti dengan kelapa.

Sesudah tahun 1911, K,Schadt seorang kebangsaan Jerman dan M.Adrien Hallet kebangsaan Belgia mulai mempelopori tanaman kelapa sawit. Schadt mendirikan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Tanah Ulu (Deli), sedangkan Hallet mendirikan perusahaan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh).

(16)

2.2. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal dengan beberapa varietas lain yaitu :

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas Deskripsi

Dura - Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm - Tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian

Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada

- Daging buahnya tebal, sedangkan daging bijinya sangat tipis.

- Jenis pisifera tidak diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon jantan

Tenera - Mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera

- Tempurung tipis dengan ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm

- Terdapat lingkaran serabut disekelilingnya - Daging buah tebal antara 60-96%

- Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi relatif kecil. Marco carya - Tempurung yang sangat tebal sekitar 5 mm

- Daging buahnya sangat tipis

(17)

menjadi tiga jenis, antara lain: Nigrescens, Virecens, dan Albescens. Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

No Varietas Warna Buah Muda Warna Buah Masak 1 Nigrescens Ungu kehitaman Jingga kehitam-hitaman

2 Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau

3 Albescens Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman

(Fauzi, 2002).

2.3. Jenis-jenis Produk Kelapa Sawit

Sekitar 90% minyak sawit digunakan untuk produk-produk pangan seperti minyak goreng, minyak salad, margarin, shortening (mentega putih), vanaspati dan sebagainya. Sisanya (10%) digunakan untuk produk-produk non pangan.

1. Bentuk-bentuk Lemak Pangan

Kekentalan minyak sawit mempunyai arti yang penting dalam pembuatan lemak makan. Contohnya : minyak goreng dan minyak salad 100% cair, sedangkan margarin dan shortening (mentega putih) mengandung lemak padat sebanyak 15-20% dan selebihnya cair.

2. Produk-produk Non Pangan

a. industri asam lemak digunakan untuk pembuatan formulasi deterjen. b. industri gliserin digunakan untuk pembuatan sabun, shampoo, pasta gigi,

dan kosmetika.

(18)

(floatation agent). ( Seto, 2001 ). 2.4. Sifat Fisika-Kimia Kelapa Sawit

2.4.1. Sifat Fisika Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisika minyak kelapa sawit meliputi: a. Warna

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.

b. Bau dan flavour

Bau dan flavour pada minyak selain terdapat secara alamiah juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas pada minyak kelapa sawit terdapat beta ionone. c. Kelarutan

Kelarutan dari minyak digunakan sebagai untuk mengekstraksi minyak. d. Titik cair dan polimorphism

Titik cair minyak berada dalam nilai kisaran suhu karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda. Sedangkan polimorphism pada minyak adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal dan polimorphism mempunyai rantai karbon yang panjang sehingga pemisahan kristal tersebut sangat sukar. e. Titik didih (boiling point)

(19)

f. Titik lunak

Titik lunak dari minyak sudah ditentukan dengan maksud untuk identifikasi minyak tersebut, dimana temperatur pada saat permukaan dari minyak dalam tabung kapiler mulai naik.

g. Slipping point

Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak dengan temperatur pada saat minyak mulai melincir.

h. Shot melting point

Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari

minyak. i. Bobot jenis

Pada penetapan bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang pendek.

j. Indeks bias

Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah. Indeks bias pada minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.

k. Titik kekeruhan

Titik kekeruhan dikenal denan temperatur pada waktu mulai terjadinya kekeruhan.

l. Titik asap, titik nyala dan titik api.

(20)

pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar, dan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran secara terus-menerus sampai habisnya contoh uji.

2.4.2. Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit meliputi : a. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak. Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavour dan tengik pada minyak tersebut.

b. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antar sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak.

c. Hidrogenasi

Reaksi hidrogenase dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenase selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya.

(21)

Proses esterifikasi ini bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester.

e. Pembentukan keton

Keton dapat dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

Tabel 2.3. Nilai Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Minyak sawit

2.5. Komposisi Kimia Minyak kelapa Sawit

(22)

Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%)

2.6. Standar Mutu Minyak kelapa Sawit

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.

(23)

Standar mutu Special Prime Bleach ( SPB ),dibandingkan dengan mutu ordinary dapat dilihat dalam Tabel 2.5

Tabel 2.5. Mutu Minyak Sawit

2.7. Proses Pengolahan Minyak kelapa Sawit (CPO)

Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit di PKS PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba dilakukan secara bertahap dalam beberapa stasiun yang berbeda dengan tujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Pada dasarnya ada 2 macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu : minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah ( Crude Palm Oil / CPO ) dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstrak / inti sawit ( Palm

(24)

Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception )

2. Stasiun Rebusan ( Sterilization Station )

3. Stasiun Penebahan ( Thressing Station )

4. Stasiun Pengempaan ( Pressing Station )

5. Stasiun Pemurnian Minyak ( Clarification Station )

2.7.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception )

Sebelum diolah ke dalam pabrik kelapa sawit, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima distasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbangan (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah ( loading ramp ).

2.7.1.1. Jembatan Timbangan ( Weight Bridge )

Sebelum ditumpuk di lokasi penumpukan buah (loading ramp), terlebih dahulu tandan ditimbang pada sebuah jembatan timbangan. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah tandan buah yang dihasilkan dari kebun dan jumlah bahan yang masuk ke pabrik.

(25)

truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.

2.7.1.2.Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuangkan (drump) langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm.

2.7.2. Stasiun Rebusan ( Sterilization Station )

2.7.2.1. Perebusan ( Sterilization )

Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135 oC dan tekanan 2,0 - 2,8 kg/cm2 selama 80 - 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. (Pahan, 2006).

Tujuan Perebusan TBS (Tandan Buah Segar) antara lain:

a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan d. Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga

(26)

2.7.3. Stasiun Penebahan ( Treshing Stasion)

2.7.3.1. Hoisting crane

Buah hasil rebusan yang telah keluar dari sterilizer diangkut keatas dengan menggunakan hoisting crane, yang kemudian dituang dengan cara memutar lori pada titik sumbu. Buah akan jatuh kemulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan. ( Naibaho,P.M.,1996 ).

2.7.3.2. Stripper ( Pemipilan )

TBS berikut yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.

(27)

2.7.4. Stasiun Pengempaan ( Pressing Stasion )

2.7.4.1. Pengadukan ( Digesting )

Buah yang masuk kedalam digester disebut sebagai material passing to digester ( MPD ), diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah

sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi digester selalu dipertahankan penuh. Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efektifitas pelumatan pisau digester. Suhu massa digester harus selalu dipertahankan 90 – 95 oC.

2.7.4.2. Pengempaan ( Presuer )

Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press dengan menggunakan air pengencer screw press bersuhu 90 – 95 oC sebanyak 15-20% TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak, penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor untuk mempermudah pemisahan biji dan serat.

2.7.5. Stasiun Pemurnian Minyak ( Clarification Station )

2.7.5.1 Crude Oil Tank

Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen yang

(28)

bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. ( Tim Standarisasi, 1997 ).

2.7.5.2. Continous Settling Tank

Continous tank berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur.

Perbedaan berat jenis ini menyebabkan lapisan minyak berada dibagian atas sedangkan lapisan sludge dan lapisan lumpur berada dibagian bawah tangki dan mengendap.

2.7.5.3. Tangki Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentripusi minyak. Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk menjaga agar pemanasan tetap 90-95oC, Sistem pemanasan dilakukan dengan pipa spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2. Saringan uap dan ―steam trap‖ harus berfungsi baik dan kadar air minyak harus diusahakan kurang lebih 0,5-0,70% dan kadar kotoran diusahakan 0,10 – 0,30%. (Pahan, 2006)

2.7.5.4. Tangki Kotoran (Sludge Tank)

(29)

2.7.5.5. Decanter

Decanter adalah alat untuk memisahkan minyak, air dan padatan (solid)

secara sentripusi datar. Alat Decanter yang digunakan ada dua jenis yaitu berdasarkan keluaran yaitu:

a. Two-Phase Decanter

Alat ini bekerja memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan fraksi padat atau fraksi padat dengan cairan, dengan penggunaan tersendiri. Cairan minyak yang masuk dari Crude Oil Tank ke dalam Decanter dipisahkan menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat dan cair. Fraksi padat yang berbentuk lumpur padat diangkut dengan bak trailer ke kebun, sedangkan fraksi cair dipompakan ke dalam Settling Tank untuk diolah lebih lanjut. Tujuan pengolahan ini merupakan cara pengurangan bahan padatan dalam cairan dengan maksud agar pemisahan minyak dalam settling tank.

Decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier yakni minyak yang berasal dari Settling Tank atau Buffer Tank diolah menjadi dua fraksi yaitu fraksi minyak dan fraksi cairan yang masih mengandung Sludge. Karena prinsip kerja alat ini menggantikan Oil Purifier maka mekanisme pemisahan berpegang kepada kemurnian minyak, akibatnya Sludge yang keluar masih mengandung minyak, sehingga perlu diolah lagi dengan menggunakan Sludge Separator atau Decanter, sedangkan fraksi minyak bersih langsung diolah ke Vacuum Drier.

Decanter sebagai pengganti Sludge Separator, yaitu mengolah cairan yang

(30)

sedangkan fraksi Sludge dibuang ke Fat-Pit untuk diteruskan ke unit pengolah limbah.

b. Three-Phase Decanter

Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter, hanya terdapat perbedaan dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu fraksi minyak, fraksi air (cair) dan fraksi padat. Alat ini dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier dan akan menghasilkan fraksi minyak, fraksi air dan padatan. Fraksi air yang masih mengandung minyak dilanjutkan pengolahannya pada Sludge Separator,dan Sludge dan minyak akan terpisah.

Pengolahan lumpur di Pabrik Kelapa Sawit PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba menggunakan Alat Three-Phase Decanter dimana lumpur (sludge) yang keluar dari bagian bawah sludge tank diolah didalam decanter untuk memisahkan minyak, air, dan lumpur.

Proses pemisahan ini terjadi akibat adanya gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran bowl yang menghasilkan : phase padat berupa solid yang akan langsung dibuang melalui solid conveyor dan akan dijadikan sebagai pupuk di areal perkebunan kelapa sawit, phase minyak dipompakan ke continous settling

tank kembali, sedangkan phase cair yang masih mengandung minyak dilanjutkan

pengolahannya pada sludge seperator.

(31)

Dalam pengoperasian decanter, dapat dipengaruhi oleh :

a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak, air dan lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut.

b. Fungsi alat decanter tersebut.

c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah sludge yang diolah.

2.7.5.6. Sludge Separator

Cairan sludge yang telah melalui pre cleaner, dimasukkan kedalam sludge seperator untuk dikutip minyaknya. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat

jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu keruang pertama tangki pemisah (settling tank). Cairan dan ampas yang mempunyai berat jenis lebih berat dari minyak terdorong kebagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle. (Tim Standarisasi, 1997).

2.7.5.7. Alat pengering (Vacuum Dryer)

Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak dengan cara penguapan hampa. Tekanan yang digunakan yaitu: 0,8 – 1,0 kg/cm3. Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas dibawah. (Pahan,2006)

2.7.5.8. Fat-pit

Fat-pit digunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih

mengandung minyak yang berasal dari air condensat dan stasiun klarifikasi.

(32)

2.8. Pemurnian dan penjernihan kelapa sawit

Minyak yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kelapa sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian di alirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarisifikasi yang bertahap , maka akan di hasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam minyak.

Minyak kelapa sawit dapat di tamping dalam tangki- tangki penampung dan siap di pasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni (PPO) Processe Palm oil. Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur , masih dapat di manfaakan dengan proses daur ulang untuk diambil minyak sawitnya.

Tujuan utama dari proses pemurnian adalah untuk menghilangkan rasan dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang massa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industry. Cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap:

1. Pemisahan bahan suspense dan disperse koloid dengan cara penguapan, degumming dan pencucian dengan asam

2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi

(33)

4. Deodorasi

5. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling) dan pemfilteran dengan menggunakan filter tekan. (Tim penulis, ps, 1997)

2.9 Filterpress

Suatu mesin press bersaringan berisi satu set plat yang didesain untuk

menyediakan serangkaian ruang atau kompartemen yang di dalamnya padatan dikumpulkan. Plat-plat tersebut dilingkupi media penyaring seperti kanvas. Lumpur dapat mencapai tiap-tiap kompartemen dengan tekanan tertentu, cairan melalui kanvas atau keluar melalui pipa pembuangan, meninggalkan padatan cake basah dibelakangnya. Plat dari suatu mesin press bersaringan dapat berbentuk persegi/lingkaran, horizontal, atau vertikal.

(34)

Gambar1. Filter press

(35)

Gambar2. Peralatan filter tekanan untukoperasi otomatis

Lempengan press yang digunakan ada yang berbentuk bujur sangkar atau lingkaran, ada yang terletak vertikal dan horisontal. Tetapi umumnya lempengan untuk zat padat itu dirancang dengan membuat tekukan pada permukaan lempeng, atau dalam bentuk plate-and-frame. Pada desain plate and frame ini, lempengan berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 6-28 in dan disusun silih berganti dengan bingkai terbuka. Lempengan tersebut tebalnya berkisar 0,25 sampai 2 in, sedangkan bingkainya setebal 0,25 sampai 8 inci. Lempengan dan bingkai itu didudukkan secara vertikal pada rak logam dengan medium filter dipasang

menutupi setiap bingkai dan dirapatkan dengan bantuan sekrup dan rem hidraulik. Bubur umpan masuk pada satu ujung rakitan lempeng dan bingkai tersebut. Slurry mengalir melalui saluran yang terpasang memanjang pada salah satu sudut rakitan dari sudut tersebut melalui saluran tambahan mengalir ke dalam masing-masing bingkai. Di sini zat padat itu diendapkan di atas permukaan pelat. Cairan mengalir menembus kain filter, melalui alur atau gelombang pada permukaan lempeng, sampai keluar press filter tersebut.

Sesudah filter tersebut dirakit, slurry dimasukkan dari pompa atau tangki

(36)

lagi zat cair yang keluar dan tekanan filtrasi naik secara signifikan. Hal ini terjadi bila bingkai sudah penuh dengan zat padat sehinggga slury tidak dapat masuk lagi. Filter itu disebut jammed. Setelah itu, cairan pencuci dapat dialirkan untuk

membersihkan zat padat dari bahan-bahan pengotor yang dapat larut. Cake tersebut kemudian ditutup dengan uap atau udara untuk membuang sisa zat cair tersebut sebanyak-banyaknya. Filter itu lalu dibongkar, cake padatnya dikeluarkan dari medium filter sehingga jatuh ke konveyor menuju tempat penyimpanan. Pada kebanyakan press filter, operasi tersebut berlangsung secara otomatis.

Sampai cake bersih, proses pencucian memakan waktu beberapa jam karena cairan pencuci cenderung mengikuti jalur termudah dan melangkahi bagian-bagian cake yang terjejal rapat. Jika cake tidak terlalu rapat, sebagian-bagian besar cairan pencuci tidak efektif membersihkan cake. Jika diinginkan pencucian sampai benar-benar bersih, biasanya dibuat sluury lagi dengan cake yang belum tercuci sempurna. Pencucian lebih lanjut dapat menggunakan zat cair pencuci dalam kuantitas besar dan menyaringnya kembali dengan shell-and-leaf filter sehingga memungkinkan pencucian yang lebih efektif dari pada plate and frame

(37)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan

1. RBDPO (Refine Bleach Deodorized Palm Oil) 2. Air panas (Hot water) 65-80 0C

3. Air Pendingin (cooling tower) 25-35 0C 4. Air ES (Chiller) 18-25 0C

3.2 Alat

1. Cristallizer Tank (Tangki pengkristal) 2. Olein tank (Tangki penampung) 3. PHE (palm head excharger)

4. Storange tank (Tangki penyimpanan) 5. Filter press (Penyaring Membran) 6. Melting tank (Tangki pelelehan) 7. Pompa

8. Steam uap

(38)

12. Compressor

Proses fraksinasi dilakukan dengan dry fractionation (fraksinasi kering). Proses fraksinasi kering adalah untuk memisahkan minyak sawit menjadi dua fraksi yaitu palm oil(fraksi cair) dan palm steam (fraksi padat). Fraksinasi dapat dilakukan secara double fractionation dan double fractionation stearin. Tahap proses fraksinasi adalah kristalisasi dan pemisahan fraksi olein dari Kristal stearin.

3.3.1 Pemisahan Fraksi Olein dari Kristal Stearin

1. Dimasukkan minyak ke dalam membran filter press (penekan penyaring membrane).

(39)

3. Dilanjutkan dengan proses squeezing (pengukuran ) setelah proses filling (pengisian) selesai.

4. Dikompressikan udara sehingga akan terjadi penekanan yang mengakibatkan pemisahan antara olein dan stearin

5. Fraksi olein (cair) akan mengalir melalui selang-selang di bagian kiri-kanan bawah filter press menuju tanki olein. Sedangkan fraksi stearin (padat) akan membentuk lempengan padat diantara membran-membran filter press.

6. Setelah proses ini angin akan ditiupkan untuk memisahkan sisa-sisa RBDPO yang masih ada dalam bentuk Kristal dan dilanjutkan dengan proses blow (angin) melalui inflate (katup) yang dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa olein yangada dalam membran filter press.

(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Data – data yang dikumpulkan adalah data-data tahapan filterpress untuk

pemisahan fraksi stearin dan olein pada RBDPO(refine blanch deodorizen palm oil)

dengan filterpress di PT.SINARMAS Tbk.

Tabel 4.1. Data tahapan filterpress

(41)

Plate Shifting

Close Filter

4.2 Pembahasan

Pada proses pemisahan pemisahan fraksi olein dan stearin pada RBDPO

dilakukan penurunan suhu dari 65o sampai 26,5oC dengan cara bertahap. Dibawah ini

adalah gambar penurunan suhu dari 65o sampai 26,5oC dengan cara bertahap

(42)

Gambar 4.2 RBDPO (Refine Blanch Deodorizen Palm Oil) pada suhu 2,5,5oC

Jika penurunan suhu tersebut tidak bertahap makan Kristal yang dihasilkan besar besar

dan lembek. Kristal yang bagus berbentuk kecil dan keras. Dikarenakan Kristal yang

keras tidak mengandung olein dan 100% stearin. Kristal yang besar dan lembek itu

mengandung 30% olein yang terperangkap di dalam

butiran Kristal tersebut. Dibawah ini adalah gambar Kristal yang besar dan yang yang

(43)

Gambar 4.3 Kristal yang besar dan lembek

(44)

Selanjutnya di filter dengan menggunakan filterpress dengan penekanan 2barg

sampai 12bar. Jika penekanan dibawah 12 barg maka hasil olein yang di dapat tidak

maksimal. Alat filterpress terbagi atas membrane, chamber dan filter cloth. Fungsi dari

membrane ini adalah untuk menekan RBDPO yang dingin dan sebagai jalur olein masuk

ke selang olein, Chamber sebagai penahan tekanan dari chamber dan mencetak cake

stearin,dan filtercloth sebagai baju chamber dan membrane agar pada saat pengepressan

RBDPO tidak lolos dan tumpah ke bawah. Dibawah ini adalah alat filterpress dan bagian

bagian dari filterpress.

Gambar 4.5 Alat filterpress

(45)

Hasil dari pemisahan tersebut adalah stearin dan olein bulk atau minyak curah. Stearin

(46)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

(47)

5.2. Saran

Untuk pengepresan RBDPO yang didinginkan sebaiknya diperhatikan hal hal seperti berikut yaitu :

- Pada saat di cristalizer sebaiknya di jaga penurunan suhunya agar Kristal yang dihasilkan adalah Kristal yang keras.

- Sebaiknya dilakukan penggantian filter cloth secata berkala.

(48)

DAFTAR ISI

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Yogyakarta. Penebar Swadaya [serialonline].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23266/.../Cha pter%20II.pdf.[16 Februari 2013].

Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan I. Jakarta.Universitas Indonesia.

Naibaho, P. 1996. Teknologi Pengolahan Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta. UniversitasIndonesia[serialonline].http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234 56789/23266/.../Chapter%20II.pdf. [16 Februari 2013].

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Medan. Pusat Penelitian Kelapa sawit[serialonline].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23266/... /Chapter%20II.pdf.[16 Februari 2013].

Seto, S. 2001. Pangan & Gizi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Tim Penulis. 1997. Kelapa Sawit. Jakarta. Penebar Swadaya [serialonline]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20813/3/Chapter%20II.pdf[ 16 Februari 2013].

(49)

LAMPIRAN A

Lampiran 1 Parameter lemak padat (stearin) Sesuai TDS No.Q704001-E034

(sumber : PT.Smart, T.Bk)

Lampiran 2 bahan baku pembuat minyak (RBDPO) parameter, sesuai TDS Q-702001-E003

(sumber : PT.Smart, T.Bk)

Lampiran 3 Minyak goreng (olein)parameter sesuai TDS Q-703001-E006

KMSC SEMI

CONSUMER

IV 60,5 min 59,5 min 57,0 min 56,0 min

%FFA 0,05 max 0,05 max 0,10 max 0,10 max

COLOR 1,8 R max 2,52 max 2,5 R max 3,0 R max

Cloud Point 7,0 max 0C 7,4 max 0C 9,0 max 0C 10,0 max 0C

%M&I 0,1 max 0,1 max 0,1 max 0,1 max

Peroxide Value 0,5 max 0,5 max 1,0 max 3,0 max

Bulk foam

Peroxide Value 1,0 max 1,0 max 1,0 max 2,0 max

Bulk foam

%FFA 0,05 max 0,05 max 0,10 max 0,10 max

COLOR 1,5 R Max 2,0 R Max 2,5 R max 2,5 R max

%M&I 0,1 max 0,1 max 0,1 max 0,1 max

Peroxide Value 0 max 1 max 1 max 2 max

Bulk foam

(50)

LAMPIRAN B

Bagan proses fraksinasi

CRISTALYZER FILTERPRESS

MELTINGTANK

PHE (PALM HEAT EXCHANGER)

TANK FARM

OLEIN TANK FILTERBAG

PHE (PALM HEAT ECHANGER)

TANK FARM

(51)

Gambar

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Tabel 2.3. Nilai Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit
Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Pemanfaatan limbah lumpur padat (Sludge) pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai alternatif penyediaan unsur hara di tanah Ultisol. Percobaan rumah kasa yang memanfaatkan sludge

Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.Yogyakarta Universitas Gajah Mada Press.. Panduan Lengkap Pengelolaan kebun dan pabrik kelapa

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Lumpur padat (sludge) adalah limbah yang berasal dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang merupakan hasil dari ekstraksi minyak. Limbah sludge ini dapat menimbulkan masalah

Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa

MAI adalah salah satu produsen CPO di Indonesia yang memiliki kebun kelapa sawit serta pabrik minyak kelapa sawit, dengan kondisi bahan baku banyak, lahan luas dengan